Вы находитесь на странице: 1из 8

1.

BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)

BPJS ada 2

1. BPJS Kesehatan
2. BPJS Ketenagakerjaan

BPJS Kesehatan adalah Badan Hukum Publik yang bertanggung jawab langsung kepada
Presiden dan memiliki tugas untuk menyelenggarakan jaminan Kesehatan Nasional bagi seluruh
rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI,
Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat
biasa. BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama Jamsostek).

Untuk BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS
Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2014.

Dasar Penyelenggaraan :

 UUD 1945
 UU No. 23/1992 tentang Kesehatan
 UU No.40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004 dan Nomor
56/MENKES/SK/I/2005
Prinsip Penyelenggaraan :

 Diselenggarakan serentak di Indonesia dengan asas gotong royong terjadi subsidi silang.
 Mengacu pada prinsip asuransi kesehatan sosial.
 Pelayanan kesehatan dengan prinsip managed care dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang.
 Program diselenggarakan dengan prinsip nirlaba.
 Menjamin adanya protabilitas dan ekuitas dalam pelayanan kepada peserta.
 Adanya akuntabilitas dan transparansi yang terjamin dengan mengutamakan prinsip kehati-
hatian, efisiensi dan efektifitas.
Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.


2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Pasal 5
ayat (1) dan Pasal 52

BPJS Ketenagakerjaan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan)

BPJS Ketenagakerjaan merupakan program perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi
risiko sosial ekonomi menggunakan mekanisme asuransi sosial.

Sejarah terbentuknya BPJS Ketenagakerjaan yang dahulu bernama Jamsostek mengalami proses
yang panjang, dimulai dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja,
Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan
bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang pembentukan
Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial
(YDJS), diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja.

Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk
perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah
penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang
pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi
kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP
No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.

Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT. Jamsostek
sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan
perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya,
dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai
pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.

Peraturan tentang BPJS Ketenagakerjaan

 Pengaturan program kepesertaan jaminan sosial adalah Undang-Undang Nomor 24 tahun


2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
 Pengaturan tentang pelaksanaannya BPJS Ketenagakerjaan dituangkan dalam:
 Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 1993.
 Keputusan Presiden No.22 Tahun 1993.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per-12/Men/VI/2007
 UU RI NO. 24 TAHUN 2011 Tentang Badan Penyelenggara Tenaga Kerja
 UU RI NO. 40 TAHUN 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

2. Pasien safety

Pasien Safety : system yang membuat asuhan pasien rumah sakit menjadi lebih aman

Tujuannya adalah

- Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS

- Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

- Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD

Tujuan keselamatan secara Internasional :

- Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)

- Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif)

- Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari pengobatan


resiko tinggi)

- Eliminate wrong-site, wrong patient, wrong procedure surgery (mengeliminasi kesalahan


penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi)

- Reduce the risk of health care associated infections (mengurangi risiko infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan)

- Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka karena jatuh)
ASPEK HUKUM KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)

Menurut penjelasan Pasal 43 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang dimaksud dengan
keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan
pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk didalamnya asesmen resiko, identifikasi, dan
manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan
menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir
timbulnya risiko.

Yang dimaksud dengan insiden keselamatan pasien adalah keselamatan medis (medical errors),
kejadian yang tidak diharapkan (adverse event), dan nyaris terjadi (near miss).
Menurut Institute of Medicine (IOM), Keselamatan Pasien (Patient Safety) didefinisikan sebagai
freedom from accidental injury.

Accidental injury disebabkan karena error yang meliputi kegagalan suatu perencanaan atau
memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan. Accidental injury juga akibat dari
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission). Accidental injury dalam prakteknya akan berupa kejadian tidak
diinginkan/KTD (adverse event) atau hampir terjadi kejadian tidak diinginkan (near miss).

Near miss ini dapat disebabkan karena :

1. Keberuntungan (misal : pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi
obat)
2. Pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui
dan membatalkannya sebelum obat diberikan).

3. Peringanan (suatu obat dengan over dosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan
antidotenya)

Langkah-langkah implementasi keselamatan pasien tersebut adalah :

1. Membangun budaya keselamatan pasien (Create a culture that is open and fair).
2. Memimpin dan mendukung staf (Establish a clear and strong focus on Patient Safety
throughout your organization).
3. Mengintegrasikan kegiatan-kegiatan manajemen risiko (Develop systems and processes to
manage your risks and identify and assess things that could go wrong).

4. Meningkatkan kegiatan pelaporan (Ensure your staff can easily report incidents locally and
nationally).

5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien (Develop ways to communicate openly with
and listen to patients).

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien (Encourage staff to use root cause
analysis to learn how and why incidents happen).

7. Menerapkan solusi-solusi untuk mencegah cidera (Embed lessons through changes to practice,
processes or systems).

Element keselamatan pasien terdiri dari :

• Adverse drug events (ADE)/ medication errors (ME).

• Restraint use.

• Nosocomial infections.

• Surgical mishaps.

• Pressure ulcers.

• Blood product safety/administration.

• Antimicrobial resistance.

• Immunization program.

• Falls.

• Blood stream – vascular catheter care.

• Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor incident reports.

3. MDGs dan SDGs

MDGs adalah Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi “Tujuan Pembangunan Milenium”, adalah sebuah paradigma
pembangunan global yang dideklarasikan Konferensi Tingkat Tinggi Milenium oleh 189
negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada bulan September
2000.

Deklarasi ini merupakan kesepakatan anggota PBB mengenai sebuah paket arah
pembangunan global yang dirumuskan dalam beberapa tujuan yaitu :

1.Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan.

2.Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua.

3.Mendorong Kesetaraan Gender, dan Pemberdayaan Perempuan.

4.Menurunkan Angka Kematian Anak.

5.Meningkatkan Kesehatan Ibu.

6.Memerangi HIV/AIDs, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya.

7.Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup.

8.Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan.

Tujuan Pembangunan Millennium yang akan berakhir pada September 2015 ini

SDGS adalah Sustainable Development Goals disingkat dengan SDGs adalah 17 tujuan
dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB sebagai
agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi. Tujuan ini
dicanangkan bersama oleh negara-negara lintas pemerintahan pada resolusi PBB yang
diterbitkan pada 21 Oktober 2015 sebagai ambisi pembangunan bersama hingga tahun
2030. Tujuan ini merupakan kelanjutan atau pengganti dari Tujuan Pembangunan
Milenium yang ditandatangani oleh pemimpin-pemimpin dari 189 negara sebagai Deklarasi
Milenium di markas besar PBB pada tahun 2000 dan tidak berlaku lagi sejak akhir 2015.

Pada bulan Agustus 2015, 193 negara menyepakati 17 tujuan berikut ini :

Tujuan 1 - Tanpa kemiskinan


Pengentasan segala bentuk kemiskinan di semua tempat.
Tujuan 2 - Tanpa kelaparan
Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi, serta
menggalakkan pertanian yang berkelanjutan.
Tujuan 3 - Kehidupan sehat dan sejahtera
Menggalakkan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua usia.
Tujuan 4 - Pendidikan berkualitas
Memastikan pendidikan berkualitas yang layak dan inklusif serta mendorong kesempatan
belajar seumur hidup bagi semua orang.
Tujuan 5 - Kesetaraan gender
Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan.
Tujuan 6 - Air bersih dan sanitasi layak
Menjamin akses atas air dan sanitasi untuk semua.
Tujuan 7 - Energi bersih dan terjangkau
Memastikan akses pada energi yang terjangkau, bisa diandalkan, berkelanjutan dan modern
untuk semua.
Tujuan 8 - Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi
Mempromosikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan inklusif, lapangan pekerjaan dan
pekerjaan yang layak untuk semua.
Tujuan 9 - Industri, inovasi dan infrastruktur
Membangun infrastruktur kuat, mempromosikan industrialisasi berkelanjutan dan
mendorong inovasi.
Tujuan 10 - Berkurangnya kesenjangan
Mengurangi kesenjangan di dalam dan di antara negara-negara.
Tujuan 11 - Kota dan komunitas berkelanjutan
Membuat perkotaan menjadi inklusif, aman, kuat, dan berkelanjutan.
Tujuan 12 - Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab
Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan
Tujuan 13 - Penanganan perubahan iklim
Mengambil langkah penting untuk melawan perubahan iklim dan dampaknya.
Tujuan 14 - Ekosistem laut
Pelindungan dan penggunaan samudera, laut dan sumber daya kelautan secara
berkelanjutan.
Tujuan 15 - Ekosistem daratan
Mengelola hutan secara berkelanjutan, melawan perubahan lahan menjadi gurun,
menghentikan dan merehabilitasi kerusakan lahan, menghentikan kepunahan
keanekaragaman hayati.
Tujuan 16 - Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh
Mendorong masyarakat adil, damai, dan inklusif.
Tujuan 17 - Kemitraan untuk mencapai tujuan
Menghidupkan kembali kemitraan global demi pembangunan berkelanjutan.

Вам также может понравиться