Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TESIS
Oleh
SUTOYO
PROGRAM PASCASARJANA
MEGISTER TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
Sutoyo | 2018
ABSTRACT
By
SUTOYO
This research was conducted to predict the shelf life of instant chocolate.
Instant chocolate is one of the processed products from cocoa that uses cocoa
powder as a base material. The instant chocolate produced by the Melati Berbakti
Pesawaran District has not included the expiration date. One estimation of shelf
life is to use the Arrhenius Model Accelerated Shelf Life Test (ASLT) Approach.
ASLT is one method to determine shelf life with various conditions where these
conditions can reduce product quality. The Arrhenius equation obtained from the
reaction kinetics model is used to determine the best storage time. Activation
energy (Ea) is the energy used to initiate a damage reaction. In this study instant
chocolate was stored at 30oC, 40oC and 50oC. The results obtained in instant
chocolate show activation energy water content vacuum condition (∆E) 3597.04
ka/mol, non-vacuum water content 5324.47 ka / mol, vacuum free fatty acid
2858.45 ka / mol, non-vacuum free fatty acids 4209.72 ka / mol, color vacuum
i
Sutoyo | 2018
3420.69 ka / mol, non vacuum color 4026.62 ka / mol, vacuum aroma 4608.12 ka
and non vacuum clumping 3222.09 ka / mol. Estimation of shelf life based on free
fatty acids and first ordo reactions. The shelf life of instant chocolate stored under
vacuum at 30oC is 281.58 days, 40oC is 240.99 days and 50oC is 214 days. The
shelf life of instant chocolate stored with non-vacuum conditions at 30oC is 214
ii
Sutoyo | 2018
ABSTRAK
Oleh
SUTOYO
Penelitian ini dilakukan untuk menduga umur simpan coklat instan. Coklat
instan merupakan salah satu produk olahan dari kakao yang menggunakan bubuk
kakao sebagai bahan dasar. Coklat instan yang diproduksi oleh Kelompok Tani
umur simpan adalah dengan menggunakan Pendekatan Accelerated Shelf Life Test
(ASLT) Model Arrhenius. ASLT adalah salah satu metode untuk mengetahui
umur simpan dengan berbagai kondisi dimana kondisi tersebut dapat menurunkan
kualitas produk. Persamaan Arrhenius yang didapat dari model kinetika reaksi
Pada penelitian ini coklat instan disimpan pada suhu 30oC, 40oC dan 50oC. Hasil
yang didapatkan pada coklat instan menunjukkan Energi aktivasi (Ea) kadar air
kondisi vakum 3597.04 ka/mol, kadar air non vakum 5324.47 ka/mol, Asam
iii
Sutoyo | 2018
lemak bebas vakum 2858.45 ka/mol, asam lemak bebas non vakum 4209.72
ka/mol, warna vakum 3420.69 ka/mol, warna non vakum 4026.62 ka/mol, aroma
vakum 4608.12 ka/mol, aroma non vakum 5063.9 ka/mol, penggumpalan vakum
3400.83 ka/mol dan penggumpalan non vakum 3222.09 ka/mol. Pendugaan umur
simpan berdasarkan asam lemak bebas dan reaksi ordo satu. Umur simpan coklat
instan yang disimpan dengan kondisi vakum pada suhu 30oC adalah 281.58 hari,
40oC adalah 240.99 hari dan 50oC adalah 214 hari. Umur simpan coklat instan
yang disimpan dengan kondisi non vakum pada suhu 30oC adalah 214 hari, 40oC
iv
PENDUGAAN UMUR SIMPAN COKLAT INSTAN
DENGAN PENDEKATAN ACCELERATED SHELF LIFE TEST (ASLT)
MODEL ARRHENIUS PADA KEMASAN PLASTIK
POLYPROPHILENE (PP) VAKUM DAN NON VAKUM
Oleh
SUTOYO
TESIS
Pada
PROGRAM PASCASARJANA
MEGISTER TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Wonopeti II, Kulon Progo pada tahun 1989. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) di SMPN Sewugalur, Kulon Progo pada tahun 1992. Sekolah Menengah
Umum (SMU) di SMUN Lendah, Kulon Progo pada tahun 1995. S1 Produksi
widyaiswara.
ix
Terima kasih keluarga tercinta atas doa dan dukungannya
x
SAN WACANA
Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
Kemasan Plastik Polyprophilene (PP) Vakum Dan Non Vakum” adalah salah
semua pihak yang membantu dalam penulisan proposal sehingga penelitian dapat
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
menyelesaikan tesis;
2. Dr. Sri Hidayati, S.T.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Magister
xi
3. Dr. Dewi Sartika, S.T.P., M.Si., selaku pembimbing akademik dan
4. Dr. Ir. Suharyono A.S, M.S., selaku dosen pembahas yang telah memberikan
penyusunan tesis.
Penulis
Sutoyo
xii
DAFTAR ISI
Halaman
xiii
3.4.3. Tahap Analisis dan Perhitungan Umur Simpan
Coklat Instan ...................................................................... ........ 28
3.5. Pengamatan ........................................................................ ........ 32
3.5.1. Analisis Kadar Air ............................................................. ........ 33
3.5.2. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) ...................... ........ 33
3.5.3. Analisis Kadar Abu ........................................................... ........ 34
3.5.4. Kadar Lemak, Metode Soxhlet .......................................... ........ 35
3.5.5. Total Plate Count ............................................................... ........ 36
3.5.6. Uji Sensori ......................................................................... ........ 37
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
10. Data kadar asam lemak bebas coklat instan selama penyimpanan
dengan kemasan non vakum ................................................... . ... 61
11. Nilai slope (k), intercept (b), dan korelasi (R2) parameter
kadar asam lemak bebas coklat instan selama penyimpanan
pada suhu berbeda. .................................................................. . ... 63
xv
12. Data warna coklat instan selama penyimpanan dengan
kemasan vakum ....................................................................... . ... 66
13. Nilai slope (k), intersept (b), dan korelasi (R2) parameter warna
coklat instan selama penyimpanan pada suhu berbeda ........... . ... 68
15. Nilai slope (k), intersept (b), dan korelasi (R2) parameter warna
coklat instan selama penyimpanan non vakum pada
suhu berbeda ............................................................................ . ... 73
17. Nilai slope (k), intersept (b), dan korelasi (R2) parameter aroma
coklat instan selama penyimpanan vakum pada suhu berbeda .. 78
19. Nilai slope (k), intercept (b), dan korelasi (R2) parameter
aroma coklat instan selama penyimpanan pada suhu berbeda . ... 83
21. Nilai slope (k), intercept (b), dan korelasi (R2) parameter
penggumpalan coklat instan selama penyimpanan pada
suhu berbeda. ........................................................................... 88
23. Nilai slope (k), intercept (b), dan korelasi (R2) parameter
penggumpalan coklat instan selama penyimpanan kondisi
non vakum pada suhu berbeda. ............................................... . ... 93
25. Nilai energy aktivasi (Ea) untuk masing-masing parameter .... . ... 97
xvi
27. Umur simpan coklat instan yang disimpan pada kondisi
kemasan vakum dan non vakum dengan plastik PP dengan
ketebalan 0.8 mm yang disimpan pada suhu 30oC, 40oC,
dan 50oC .................................................................................. . ... 102
29. Kuesioner Uji sensori coklat instan (Penentuan titik kritis) ... . ... 111
31. Nilai Energi aktivasi (Ea) dan k masing-masing paremeter ... . ... 112
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xviii
12. Histogram hubungan antara lama penyimpanan dengan
kadar air coklat instan pada suhu 30oC, 40oC, dan 50oC
dalam kemasan pastik PP non vakum .......................................... 48
14. Regresi linear kadar air coklat instan pada kemasan plastik
PP non vakum ordo nol ................................................................ 50
15. Gambar regresi linear kadar air coklat instan pada kemasan
plastik PP non vakum ordo satu .................................................. 51
19. Regresi linear dan persamaan garis kadar asam lemak bebas
Pada ordo satu dalam kemasan plastik PP ketebalan 0.8 mm
kondisi vakum .............................................................................. 57
xix
25. Histogram hubungan antara lama penyimpanan dengan
warna coklat instan pada suhu 30oC, 40oC, dan 50oC
dalam kemasan pastik PP vakum ................................................. 65
xx
39. Gambar regresi linear aroma coklat instan pada kemasan
plastik PP non vakum 0rdo satu .................................................... 83
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xxii
I. PENDAHULUAN
menyatakan bahwa daerah penghasil kakao meliputi Sulawesi Selatan 184.000 ton
ton (17,05%), Sumatera Utara 51.000 ton (7,85%), Kalimantan Timur 25.000 ton
(3,84%), Lampung 21.000 ton (3,23%) dan daerah lainnya 122.000 ton (18,74%).
Gading dan Ghana. Anonimus (2016) Produksi kakao dari Pantai Gading, Ghana
dan Indonesia pada tahun 2013 berturut-turut yaitu sebesar 1.448.992 ton, 835.466
ton dan 777.500 ton. Anonimus (2016) bahwa total area perkebunan kakao di
Indonesia pada tahun 2015 adalah 1.709.284 Ha dengan jumlah produksi Kakao
sebesar 593.331 ton. Hal ini menjadikan kakao sebagai salah satu komoditi
Di Industri pengolahan kakao barulah kakao diolah menjadi kakao bubuk sebagai
bahan dasar pangan dan minuman. Pengembangan produk kakao perlu dilakukan
2
sebagai bahan dasar dalam pembuatan minuman siap saji (instan) dalam bentuk
serbuk. Minuman ini berfungsi sebagai minuman penyegar dan juga sebagai
kakao dapat dilakukan dengan mengkonsumsi kakao dalam bentuk bubuk murni
(dark chocolate) karena memiliki khasiat dan rasa pahit yang khas
(Maulidiansyah, 2014)
Kabupaten Pesawaran. Waktu antara masa produksi dengan konsumsi yang cukup
lama membuat produk kakao instan perlu disimpan terlebih dahulu. Waktu
Salah satu jaminan keamanan pangan bagi konsumen adalah informasi mengenai
memerlukan waktu yang lama dan biaya yang besar. Metode pendugaan umur
simpan lain yang lebih cepat, murah, dan mendekati umur simpan yang
sebenarnya yaitu dengan metode Accelerated Shelf Live Test (ASLT). Produk
disimpan pada lingkungan yang menyebabkan cepat rusak, baik pada kondisi suhu
bahwa Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas
pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan. Label sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) berisikan keterangan mengenai nama produk, daftar bahan yang
digunakan, berat atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau
memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia serta tanggal, bulan, dan tahun
kedaluwarsa.
instan memiliki sifat mudah menyerap uap air dari udara sekitar. Sifat mudah
Kadar air yang rendah menyebabkan coklat instan sensitif terhadap uap air.
Penyimpanan dapat meningkatan kadar air coklat instan akibat proses penyerapan
uap air dari lingkungan. Kadar air yang tinggi menyebabkan terjadinya
penggumpalan pada coklat instan. Kadar air dalam produk pangan merupakan
faktor penting dalam penentuan umur simpan. Kadar air dapat menyebabkan
Tingkat kerusakan tersebut dapat diketahui melalui analisis free fatty acid (FFA)
dan tiobarbituric acid (TBA) (Herawati, 2008). Besarnya kerusakan lemak akibat
2010). Akibat dari kerusakanan minyak karena oksidasi dapat timbul bau tengik
5
pada minyak maupun degradasi rasa dan aroma. Adanya asam lemak bebas juga
kemasan yang tepat. Pengemasan dapat dilakukan dengan system non vakum
maupun vakum. Menurut Syarif dan Halid (1993), pengemasan vakum pada
prinsipnya adalah pengeluaran gas dan uap air dari produk yang dikemas
sedangkan pengemasan nonvakum dilakukan tanpa mengeluarkan gas dan uap air
karena pada kondisi vakum bakteri aerob yang tumbuh jumlahnya relatif lebih
kecil dibanding dalam kondisi tidak vakum. Salah satu fungsi pengemasan adalah
dengan udara, oksigen, uap air, cahaya atau akibat perubahan suhu (Arpah, 2001).
pada suhu yang ekstrim dan hasilnya dapat dipakai dalam mendeteksi penurunan
1.4. Hipotesis
1. Terdapat umur simpan coklat instan terbaik dalam kondisi vakum dengan
ASLT.
2. Terdapat umur simpan coklat instan terbaik dalam kondisi non vakum dengan
ASLT.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kakao
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiaceae
Marga : Theobroma
Secara umum buah kakao terdiri dari Kadar kulit buah berkisar 61.0-
86.4% dengan rata-rata 74.3%. dan kadar biji segar 39.0%-13.6% dengan rata rata
25.7% (Karmawati dkk. 2010). Marliyana (2002) melaporkan bahwa dalam biji
dan p-cresol.
dkk (2002) bahwa polifenol merupakan senyawa penting pada kakao dikarenakan
perannya yang besar dalam pembentukan cita rasa dan warna coklat produk
olahan kakao. Kadar polifenol kakao cenderung naik dengan makin kecilnya
ukuran biji kakao. Kadar polifenol yang tinggi cenderung berkaitan dengan
juga mempunyai sifat anti kanker, anti diabetes, anti hipertensi, anti inflamasi,
produk siap saji, produk coklat instan diharapkan dapat meningkatkan nilai jual
pengolahan terhadap produk tersebut. Syam (2006) bahwa produk unggulan kakao
olahan yang layak dikembangkan adalah lemak kakao dan sebagai produk
ikutannya adalah bubuk kakao. Salah satu pengolahan bubuk kakao yaitu dengan
9
yang saat ini semakin kompleks menuntut tersedianya berbagai produk siap saji
yaitu sifatnya yang higroskopis atau mudah menyerap air. Salah satu cara untuk
mengurangi masuknya uap air ke dalam produk yaitu penggunaan kemasan yang
memiliki permeabilitas uap air yang rendah, diantaranya adalah LDPE dan PP.
Ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis, sosial, lingkungan, dan hukum,
usaha minuman dalam bentuk serbuk instan berbasis tanaman obat merupakan
usaha yang layak untuk dijalankan (Utami, 2008). Hal ini sebagai salah satu upaya
Minuman Bubuk Coklat “Man Jaa” produksi Melati Berbakti Desa Sungai
bubuk coklat 15%, gula pasir 70%, susu bubuk 7% , krimmer bubuk 7% dan 1%.
2.4. Susu
Susu merupakan hasil pemerahan sapi atau hewan mamalia yang dapat
dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan yang aman dan sehat serta
umum susu mengandung kadar air 86.9%, lemak 3.5%, protein 3.5%, laktosa
4.8% dan 0.65%. Susu merupakan media yang paling cocok untuk pertumbuhan
2017). Teknologi penanganan susu ada berbagai macam yaitu susu pasteurisasi,
sterilisasi, susu fermentasi, keju, mentega, ice cream, dan susu bubuk. Susu bubuk
merupakan produk olahan susu dalam bentuk kering dengan kadar air dibawah
5%. Belitz and Grosch (1987) dalam Khotimah (2006) bahwa komposisi susu
bubuk dari bahan baku susu penuh (whole milk), kadar air 3,5%, protein, 25,2%,
panas. Perubahan yang terjadi pada susu yang mendapat perlakuan panas antara
lain peruahan daya larut kalsium dan phosphate, terjadi presipitasi dari serum
11
coklat instan adalah rasa, aroma, manfaat, kandungan bahan alami, komposisi,
kejelasan tanggal kadaluarsa, izin Kemenkes, label halal MUI dan kualitas
produk. Syarat mutu coklat instan harus sesuai dengan yang dipersyaratkan pada
2.6. Pengemasan
melindungi produk secara efektif terhadap penyebab kerusakan fisik, kimiawi dan
kondisi bahan pangan selama penyimpanan dan distribusi dipengaruhi oleh faktor
uap air, gas, dan bau serta kemasan juga merupakan media komunikasi dengan
makanan dan menghambat pengaruh dari luar. Faktor dari luar diantaranya suhu,
kelembaban, oksigen dan cahaya dapat memicu beberapa mekanisme reaksi yang
keuntungan antara lain dapat menekan kerusakan dan memberikan daya tarik
terhadap konsumen.
menjadi empat yaitu keramik, logam, bahan alami dan plastik. Salah satu bahan
transparan dan jernih, permeabilitas uap air rendah, tahan terhadap suhu tinggi
sampai 150oC serta tahan terhadap asam, basa dan minyak. Polipropilen (PP)
resistance) yang tinggi, tetapi ketahanan pukul (impact strength) nya rendah
(PP) adalah tidak bereaksi dengan bahan, dapat mengurangi kontak antara bahan
dengan oksigen, tidak menimbulkan racun dan mampu melindungi bahan dari
kontaminan.
dibentuk, mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap produk, tidak korosif seperti
wadah logarn serta mudah dalam penanganan. Hutomo (1997) bahwa pengunaan
kemasan plastik dapat mempertahankan parameter mutu kadar air, nilai sensori
rigid kedap udara dengan sirkulasi terbuka lebih efektif mengurangi perubahan
PP pada coklat instan Porang mempunyai masa simpan selama 59,44 bulan
bulan.
kerusakan paling kecil dibandingkan dengan yang disimpan pada suhu ruang serta
adalah pengeluaran gas dan uap air dari produk yang dikemas sedangkan
pengemasan non vakum dilakukan tanpa mengeluarkan gas dan uap air yang
kondisi vakum bakteri aerob yang tumbuh jumlahnya relatif lebih kecil dibanding
dalam kondisi tidak vakum. Jay (1996) menambahkan bahwa pengemasan vakum
merupakan sistem pengemasan hampa udara dengan tekanan kurang dari satu
kemudian ditutup dan diseal. Kondisi kemasan yang hampa udara, menyebabkan
oksidasi tidak berjalan sehingga kesegaran produk yang dikemas akan lebih
bertahan 3 – 5 kali lebih lama daripada produk yang dikemas dengan pengemasan
non-vakum.
suhu 1oC dapat dipertahankan masa simpannya sampai dengan 36-45 hari, ikan
cakalang asap yang dikemas vakum yang disimpan pada suhu dingin dapat
diterima sampai hari ke duapuluh. Irisan dendeng nila merah yang dikemas vakum
mengandung total mikroba yang lebih rendah dibandingkan dengan yang dikemas
dengan plastik saja demikian pula dengan nilai Total Volatile Base (TVB)nya
15
kemasan non vakum untuk daging domba local pada penyimpanan suhu kamar
penyimpanan maksimum 6 hari memberikan hasil yang terbaik yang masih layak
pengemasan puree cabe merah secara vakum yang disimpan selama 60 hari
memberikan pengaruh terhadap kualitas puree pada kadar air dan total mikroba
mampu mempertahankan umur simpan mi sagu lebih dari 50 hari pada suhu
lemari es.
Masa simpan atau umur masa simpan merupakan kurun waktu ketika suatu
produk makanan akan tetap aman, mempertahankan sifat sensori, kimia, fisik, dan
ketika disimpan pada kondisi tertentu. Umur simpan merupakan waktu yang
diperlukan oleh produk pangan, dalam suatu kondisi penyimpanan, untuk sampai
pada suatu level atau tingkatan degradasi mutu tertentu (Floros dan
produksi dan waktu konsumsi dimana produk berada dalam kondisi yang
memuaskan pada sifat-sifat penampakan, rasa, aroma, tekstur dan nilai gizi
16
(Arpah dan Syarif, 2000). Dewi (2017) bahwa faktor-faktor penyebab kadaluarsa
distribusi produk yang dikemas. Syalfina (2007) faktor yang mempengaruhi umur
penyimpanan, kadar air awal dan kadar air kritis produk pangan, bobot padatan
per kemasan, dan luas kemasan. Parsetiorini (2011) bahwa Perhitungan umur
simpan dipengaruhi oleh karakteristik awal produk (kadar air awal, kadar air
kemasan, kenaikan kadar air lada putih akibat transfer uap air dari lingkungan ke
bahan juga semakin lama sehingga umur simpannya lebih lama (Fembrianto,
2004). Penentuan air kritis dilakukan dengan pengamatan secara organoleptic, air
kritis dicapai ketika produk mulai menggumpal. Sementara Kusnandar dkk (2010)
bahwa kadar air kritis dicapai pada kondisi ketika produk pangan mulai tidak
Menurut Wijaya (2007) bahwa salah satu parameter kritis yang dapat diamati
17
dalam penurunan produk coklat instan adalah kadar air. Penurunan mutu coklat
instan selama penyimpanan berupa perubahan pada kadar air, aw, tingkat
penggumpalan dan warna. Lebih lanjut Negari (2011) bahwa kadar air pada coklat
rigid pada keju cheddar dalam suhu ruang memberikan perubahan mutu yang
lebih bagus yang ditunjukkan oleh kriteria kadar air, warna, kekerasan dan uji
adalah berubah warna, berlendir, berjamur, bau basi, menggumpal, encer, bau
tengik, rasa asam dan bergas. Sementara kerusakan pada makanan dalam kaleng
Wijaya (2007) bahwa kopi instan yang disimpan dalam berbagai suhu
mempunyai nilai kadar air cenderung naik. Kenaikan kadar air berbanding lurus
permeabilitas bahan kemasan produk terhadap uap air, sifat bahan-bahan yang
mengadsorbsi uap air dari udara, dan tingkat kelembaban udara lingkungan
terhadap produk. Kenaikan kadar air akan diikuti dengan penggumpalan produk.
mengenai umur simpan atau masa kadaluwarsa produk. Umur simpan merupakan
waktu yang diperlukan oleh produk pangan dalam kondisi penyimpanan tertentu
2008 bahwa penentuan umur simpan dapat dilakukan dengan cara konvensional
kadaluwarsa dengan jalan menyimpan suatu seri produk pada kondisi normal
mencapai tingkat mutu kadaluwarsa. Metode ini akurat dan tepat, namun metoda
ini dianggap memerlukan waktu panjang dan analisa parameter mutu yang relatif
pengujian yang relatif singkat, namun tetap memiliki ketepatan dan akurasi tinggi.
19
makanan. Semakin tinggi suhu penyimpanan maka laju reaksi berbagai senyawa
kimia akan semakin cepat, oleh karena itu dalam menduga kecepatan penurunan
akselerasi ini menggunakan dua cara pendekatan yaitu : 1) Pendekatan kadar air
kritis dengan teori difusi, yaitu suatu cara pendektan yang diterapkan untuk
produk kering dengan menggunakan kadar air atau aktifitas air sebagai kriteria
Arrhenius, yaitu suatu cara pendekatan yang menggunakan teori kinetika yang
pada umumnya mempunyai ordo reaksi nol atau satu untuk produk pangan. Model
Arrhenius umumnya digunakan untuk menduga umur simpan produk pangan yang
Arrhenius adalah menyimpan produk pangan pada suhu ekstrim sehingga produk
pangan menjadi lebih cepat rusak dan umur simpan produk ditentukan
keadaan tetap dari waktu kewaktu tetapi seringkali keadaan suhu penyimpanan
berubah-ubah dari waktu ke waktu. Apabila suhu penyimpanan tetap dari waktu
ke waktu (atau dianggap tetap) maka untuk menduga laju penurunan mutu cukup
Persamaan Arrhenius:
Keterangan :
ln k -Ea/R
1/T
dalam persamaan reaksi ordo nol atau satu. Reaksi kehilangan mutu pada
makanan banyak dijelaskan oleh reaksi ordo nol dan satu. Tipe kerusakan bahan
pangan yang mengikuti kinetika reaksi ordo nol meliputi reaksi enzimatis,
Penurunan mutu ordo reaksi nol adalah penurunan mutu yang konstan. Kecepatan
penurunan mutu tersebut berlangsung tetap pada suhu konstan dan digambarkan
persamaan :
Sehingga menjadi :
……………………..................................... (5)
At – A0 = - kt
dimana :
At = jumlah konsentrasi A (parameter mutu) pada awal waktu t
A0 = jumlah awal A
Tipe kerusakan bahan pangan yang termasuk dalam rekasi ordo satu adalah (1)
ketengikan (misalnya pada minyak salad dan sayuran kering); (2) pertumbuhan
akibat perlakuan panas); (3) produksi off flavor oleh mikroba; (4) kerusakan
vitamin dalam makanan kaleng dan makanan kering; dan (5) kehilangan mutu
……………………............................... (6)
-dA / dt = k.A
22
persamaan :
…………………………................. (7)
A0∫At dA/A = - 0∫1 k.dt
Sehingga menjadi :
ln At – ln A0 = - kt …………………………....................... (8)
dimana :
At = jumlah konsentrasi A (parameter mutu) pada awal waktu t
A0 = jumlah awal A
Sebelum dilakukan perhitungan, terlebih dahulu ditentukan ordo reaksi tepat yang
reaksi yang digunakan adalah ordo 0 dan ordo 1. Persamaan ordo 0 diperoleh
pada sumbu y dalam skala linear dan umur simpan pada sumbu x dalam skala
logaritmik dan umur simpan pada sumbu x dalam skala linear. Setelah itu, ditarik
garis regresi dari ketiga plotting parameter dan suhu tersebut sehingga diperoleh
y = kx + b .......................................................................... (9)
23
Kemudian, setelah ditentukan ordo reaksi yang akan digunakan, dihitung nilai ln k
dari setiap nilai k. Nilai ln k kemudian diplotkan pada sumbu y dalam skala linear
dan nilai 1/T pada sumbu x dalam skala linear. T adalah suhu penyimpanan dalam
satuan Kelvin. Setelah itu ditentukan garis regresinya, nilai slope yang diperoleh
merupakan nilai =Ea/RT dalam persamaan Arhenius dan intersepnya berupa nilai
penurunan mutu (k) dari produk yang disimpan dalam kemasan tertentu.
atau (11).
t = .............................
(ln Ao – ln At)/k, untuk...............
ordo 1 .................................................... (11)
dimana :
t = prediksi umur simpan
At = jumlah konsentrasi A (parameter mutu) pada awal waktu t
A0 = jumlah awal A
K = konstanta
III. BAHAN DAN METODE
instan yang diperoleh dari Kelompok Tani Melati Berbakti Desa Sungai Langka
adalah plastik polipropilen (PP) dengan ketebalan 0,8 mm diperoleh dari toko
plastik Serba Guna, Pasar Tengah, Bandar Lampung. Analisis kimia dan
mikrobiologi menggunakan alkohol 70%, aquades, PCA (Plate Count Agar) dan
timbangan digital, piring, pencampur, sendok, sealer dan vakum sealer. Analisis
anaerobic jar, cawan petri, botol pengencer, alat penghitung koloni, stomacher,
25
batang gelas bengkok dan pipetor. Uji sensori menggunakan seperangkat alat uji
sensori.
instan disimpan pada tiga suhu penyimpanan yaitu 30oC, 40oC dan 50oC dan
(PP) ketebalan 0,8 mm. Penyimpanan dilakukan selama enam minggu (42 hari).
Pengujian dilakukan terhadap kadar air, kadar asam lemak bebas, kadar protein,
total mikroba dan uji sensori (aroma tengik, warna, dan penggumpalan) coklat
instan setiap satu minggu sekali yaitu pada hari ke 0, 7, 14, 21, 28, 35 dan 42.
penyimpanan coklat instan, tahap analisis dan perhitungan umur simpan coklat
instan.
Kabupaten Pesawaran Komposisi coklat instan terdiri dari coklat bubuk 15%, gula
pasir 70%, susu bubuk 7%, krimmer bubuk 7% dan garam 1%. Bahan dicampur
dalam wadah kemudian diaduk sampai homogen. Diagram alir proses pembuatan
Bubuk Coklat
15%
Gula Pasir Krimmer Bubuk
70% 7%
Bubuk Coklat
instan
vakum dan non vakum disimpan pada tiga inkubator dengan suhu penyimpanan
30oC, 40oC dan 50oC. Coklat instan dalam kemasan platik PP kondisi vakum dan
non vakum disimpan dalam inkubator selama enam minggu (42 hari). Pengamatan
coklat instan yang disimpan dalam inkubator pada ketiga suhu penyimpanan
dilakukan pada hari ke 0, 7, 14, 21, 28, 35 dan 42 dilakukan pengamatan terhadap
kadar air, kadar asam lemak bebas, dan uji sensori (aroma, warna dan
bakteri. Uji sensori yang dilakukan yaitu membandingkan antara coklat instan
ditolak oleh 75% panelis dinyatakan sebagai coklat instan yang telah mengalami
kerusakan, kemudian dilakukan analisis kadar air dan asam lemak bebas (ALB).
Kadar air dan asam lemak bebas yang didapat dinyatakan sebagai kadar air dan
Data-data yang dihasilkan dari pengamatan kadar air, kadar asam lemak
bebas, dan uji sensori (aroma, warna, dan peggumpalan) digunakan untuk
menentukan umur simpan coklat instan. Metode pendugaan umur simpan yang
pemograman. Program secara umum terdiri atas lima bagian utama yaitu : 1).
kadar air, 4). Perhitungan slope kurva adsorpsi isotermis, 5). Penentuan umur
Prosedur perhitungan umur simpan coklat instan dengan metode akselerasi yaitu
sebagai berikut :
1. Membuat grafik regresi linear dari data hasil pengamatan parameter mutu
(kadar air, kadar asam lemak bebas, dan uji sensori meliputi aroma tengik,
warna, dan penggumpalan coklat instan) yang diperoleh pada suhu 30oC, 40oC,
dan 50oC dengan lama penyimpanan (42 hari). Caranya yaitu dengan
memplotkan data hasil parameter mutu pada sumbu y dan lama penyimpanan
pada sumbu x. Berikut regresi linear dan persamaan garis parameter mutu
selama penyimpanan seperti disajikan pada Gambar 3 (ordo nol) dan Gambar 3
(ordo satu).
29
(y)
(x)
Lama penyimpanan (hari)
Gambar 3 . Grafik regresi linear parameter mutu coklat instan pada kemasan
palastik PP kondisi vakum dan non vakum (ordo nol)
(y)
y= ax+b
(x)
Lama penyimpanan (hari)
Gambar 4. Grafik regresi linear parameter mutu coklat instan pada kemasan
plastic PP kondisi vakum dan non vakum (ordo satu)
dari gambar tersebut akan didapatkan nilai slope (k), intercept (b/konstanta),
dan koefisien korelasi (R), dimana nilai k pada ketiga suhu penyimpanan
(absis). I/T merupakan satuan suhu dalam derajat Kelvin. Hubungan antara
nilai regresi linear dari Ln k dan I/T pada kemasan pp vakum dan non vakum
(y)
Ln k
-Ea/RT
(x)
I/T
3. Nilai slope dari persamaan garis lurus tersebut merupakan nilai –Ea/R dalam
simpan yang diperoleh kemudian dikonversi pada keadaan suhu ruang (25oC)
dalam rumus :
k = ko.exp (Ea/RT)
keterangan :
sehingga, akan diperoleh nilai penurunan mutu (k) dari produk umur simpan
Umur simpan coklat instan ordo nol dapat diketahui dengan memasukkan nilai
(At − A0)
=
k
Umur simpan coklat instan ordo satu dapat diketahui dengan memasukkan nilai
(Ln At − Ln A0)
=
k
Keterangan :
t = umur simpan (hari)
At = kadar air kritis (%)
A0 = kadar air awal (%)
k = laju penurunan mutu (% per hari)
6. Hasil perhitungan yang didapat kemudian dilihat masa simpan terlama. Masa
Diagram alir pendugaan umur simpan coklat instan dapat dilihat pada
Gambar 6.
32
Data hasil pengamatan kadar air, kadar asam lemak bebas, dan uji sensori
(aroma, warna, dan penggumpalan) selama waktu penyimpanan pada suhu
30oC, 40oC, dan 50oC
Persamaan Arrhenius hubungan I/T (Kelvin) dan ln k untuk ordo nol dan
ordo satu
Umur simpan
At – A0 = -kt (ordo nol)
Ln At – Ln A0 = -kt (ordo satu)
Gambar 6. Diagram alir tahap analisis umur simpan coklat instan Kusnandar et
al., 2010)
Keterangan :
t = umur simpan (hari)
At = kadar air kritis (%)
A0 = kadar air awal (%)
k = laju penurunan mutu (% per hari)
3.5. Pengamatan
non vakum pada suhu inkubator 30oC, 40oC dan 50oC yaitu meliputi kadar air,
kadar asam lemak bebas, dan uji sensori (aroma ketengikan, warna, dan
(AOAC, 2005). Prinsipnya adalah menguapkan molekul air (H2O) bebas yang
ada dalam sampel, kemudian sampel ditimbang sampai didapat bobot konstan
yang diasumsikan semua air yang terkandung dalam sampel sudah diuapkan.
Selisih bobot sebelum dan sesudah pengeringan merupakan banyaknya air yang
diuapkan. Prosedur analisis kadar air adalah cawan yang akan digunakan dioven
dalam desikator untuk menghilangkan uap air dan ditimbang (A), sampel
dioven pada suhu 100-105ºC selama 6 jam lalu didinginkan dalam desikator
selama 30 menit dan ditimbang (C). Tahap ini diulangi hingga dicapai bobot yang
% Air = x 100 %
Keterangan :
A = berat cawan kosong (g)
B = berat cawan + sampel sebelum dikeringkan (g)
C = berat cawan + sampel setelah dikeringkan (g)
Prinsipnya adalah mengubah warna sampel menjadi warna merah jambu dengan
mentitrasi sampel dengan larutan 0,1 N NaOH. Prosedur analisis kadar asam
34
dengan larutan 0,1 N NaOH yang telah distandarisasi sampai warna merah jambu
tercapai dan tidak hilang selama 15-30 detik. Persen asam lemak dinyatakan
sebagai oleat pada kebanyakan minyak lemak, untuk minyak inti kelapa sawit
sebagai palmitat. Asam lemak bebas dinyatakan sebagai % FFA atau sebagai
% FFA = W1 x V x N x 100%
W x 1000
Keterangan :
V : volume NaOH untuk titrasi (mL)
N : normalitas NaOH (0,1 N)
W : bobot contoh (g)
W1 : bobot molekul asam lemak
porselin yang telah dikeringkan dan diketahui beratnya (b g), kemudian diabukan
dalam tanur pengabuan dengan suhu 450oC selam 2 jam atau sampai semua
(c − a)
Kadar abu (%bb) = x 100%
(b − a)
Labu lemak yang akan digunakan dikeringkan dalam oven bersuhu 100-
dibungkus dengan kertas saring lalu dimasukkan kedalam alat ekstraksi (soxhlet)
yang berisi pelarut heksana. Reflux dilakukan selama 5 jam, kemudian pelarut
yang ada di dalam labu lemak didestilasi. Selanjutnya labu lemak yang berisi
lemak hasil ekstraksi dipanaskan di dalam oven pada suhu 100oC sampai beratnya
dengan rumus :
Kadar lemak (%bb) = Berat labu akhir − Berat labu awal x 100%
Berat sampel
gram PCA pada 1000 ml aquades, kemudian dipanaskan sampai mendidih. agar
media PCA benar benar terlarut dengan sempurna dalam aquades. Setelah media
selama 15 menit pada suhu 121 derajat Celcius / tekanan 1,5 ATM..
dari 10-2 dengan menggunakan pipet steril dan dimasukkan ke dalam 9 ml larutan
ke dalam cawan petri steril serta dilakukan duplo untuk setiap pengenceran. Pada
setiap cawan petri yang sudah berisi larutan sampel ditambahkan 12 – 15 ml PCA
(Plate Count Agar) yang sudah didinginkan sampai suhu 44ºC- 46ºC, supaya
tercampur rata dilakukan pemutaran cawan ke depan dan belakang. Bila media
agar di dalam petridish telah membeku, semua petridish disusun terbalik dan
dimasukkan dalam inkubator bersuhu 37ºC selama 48 jam. Setelah masa inkubasi
quesioner. Panelis yang digunakan pada uji coklat instan berjumlah 15 orang
panelis dengan sampel tiap cawan sebanyak 4g. Cara untuk uji sensori coklat
instan yaitu panelis diminta untuk mengevaluasi sampel tersebut satu persatu
(suhu penyimpanan 300C, 400C, dan 500C) yaitu aroma (ketengikan), warna, dan
dan proses pembuatannya dilakukan sehari sebelum coklat instan diuji aroma dan
warnanya.
penggumpalan coklat instan. Skor yang digunakan pada uji sensori aroma coklat
instan antara lain 7 yaitu normal (sama dengan kontrol), 6 yaitu normal (diduga
ada off flavor tetapi belum tercium), 5 yaitu normal (off flavor mulai tercium
tetapi sangat lemah), 4 yaitu off flavor tercium lemah, 3 yaitu off flavor tercium
jelas, 2 yaitu off flavor tercium kuat atau tengik, dan 1 yaitu off flavor tercium
sangat kuat atau sangat tengik. Skor yang digunakan pada uji sensori warna
coklat instan antara lain 7 yaitu normal atau sama dengan kontrol (khas
kehitaman, dan 1 yaitu warna hitam gelap. Skor mulai tidak diterima oleh panelis
dari uji sensori aroma, penggumpalan dan warna coklat instan digunakan sebagai
(Kusnandar dkk, 2004). Quesioner uji sensori (aroma (ketengikan), warna dan
Instruksi
Dihadapan Anda disajikan sampel coklat instan dengan satu kontrol. Anda diminta untuk
mengevaluasi sampel tersebut satu persatu, yaitu aroma (ketengikan) warna dan penggumpalan
coklat instan kemudian dibandingkan dengan kontrol. Berikan penilaian Anda dengan cara
menuliskan skor di bawah kode sampel pada tabel penilaian berikut :
5.1. Kesimpulan
1. Umur simpan coklat instan dalam kemasan plastik polipropilen (PP) pada
Life Test) adalah 281 hari pada suhu 30oC, 240 hari pada suhu 40oC dan 214
2. Umur simpan coklat instan dalam kemasan plastik polipropilen (PP) pada
Shelf Life Test) adalah 214 hari pada suhu 30oC, 140 hari pada suhu 40oC dan
5.2. SARAN
1. Produsen hendaknya dapat menjaga kadar air produk coklat instan tetap
yang digunakan.
104
polipropilen dengan ketebalan 0,8 mm pada kondisi vakum dan disimpan pada
suhu 30oC.
DAFTAR PUSTAKA
Catrien., T. Ertanto dan Y. S. Surya. 2008. Reaksi Maillard pada Produk Pangan.
(Program Kreativitas Mahasiswa). Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hlm.
7-9.
Fembrianto, E. 2004. Penentuan Umur Simpan Bubuk Lada Putih dalam berbagai
Kemasan Plastik dengan Metode Akselerasi. (Skripsi). Fakultas
Teknologi Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 44 hlm
Hermanianto J, M., Arpah dan W.K. Jati. 2000. Penentuan Umur Simpan Produk
Ekstrusi Hasil Samping Penggilingan Padi (Menir dan Bekatul) Dengan
Menggunakan Metode Konvensional, Kinetika Arrhenius Dan Sorpsi
Isothermis. Bul. Teknologi dan Pangan 1(2):33-41.
Jay, J. M. 1996. Modern Food Microbiology. 4th Edition. New York: D Von
Nostrand Company
Kusnandar, F., D.R. Adawiyah, dan M. Fitria. 2010. Pendugaan Umur Simpan
Produk Biskuit dengan Metode Akselerasi Berdasarkan Pendekatan
Kadar Air Kritis. J. Teknologi dan Industri Pangan. 21(2): 117-122
Labuza, T.P. 1982. Shelf Life Dating of Foods. Food and Nutrition Press. Inc.
Westport. Connecticut. Dalam: Pendugaan Umur Simpan Keripik Wortel
(Daucus carota L.) dalam Kemasan Alumunium Foil dengan Metode
Akselerasi. (Skripsi). 2010. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor: 88 Hlm
Lamona, A. 2015. Penggunaan Jenis Kemasan dan Suhu Yang Berbeda Untuk
Penyimpanan Sementara Cabai Merah Keriting (Capsicum annum L)
Segar. (Tesis). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 44 hlm.
Lilasari, P dan T. Estiasih. 2008. Penentuan Umur Simpan Jahe Instan dengan
Metode Accelerated Shelf Test (ASLT) dengan Pendekatan Arrhenius.
THP-FTP. Universitas Brawijaya Malang.
Mujiarto, I. 2005. Sifat dan Karakteristik Material Plastik dan Bahan Aditif.
Traksi. J. AMNI Semarang. 3 (2): 1-9
Nur, M. 2009. Pengaruh Cara Pengemasan, Jenis Bahan Pengemas, Dan Lama
Penyimpanan Terhadap Sifat Kimia, Mikrobiologi, dan Organoleptik
Sate Bandeng (Chanos chanos). J. Teknologi dan Industri Hasil
Pertanian. 14(1): 1-11.
PP Nomor 69 Tahun 1999. 1999. Label dan Iklan Pangan. Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131. Jakarta
Renate, D. 2009. Pengemasan Puree Cabe Merah dengan Berbagai Jenis Plastik
Yang Dikemas Vakum. J. Teknologi Industri dan Hasil Pertanian. 14(1):
80-89.
Saleh, E. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera utara. USU Digital Library. 24 hlm.
SNI 01-2332.3-2006. 2006. Penentuan Angka Lempeng Total (ALT) pada Produk
Perikanan. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
SNI 7388:2009. 2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisis Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta. 138 hlm.
110
Sudibyo, A., F. Tiurlan dan Setyadjit. 2010. Pendugaan Masa Simpan Kopi Instan
Menggunakan Studi Penyimpanan yang Diakselerasi Dengan Model
Kinetika Arrhenius. J. of Agro-Based Industry. 27(1): 12-24.
Suradi, K. 2005. Pengemasan Bahan Pangan Hasil Ternak dan Penentuan Waktu
Kadaluarsa. Seminar: Fasilitas Penanganan Pengemasan Olahan Ternak.
5-7 Juni. Makasar. 22 hlm.
Utami, N.L. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Serbuk Minuman Instan Berbasis
Tanaman Obat (Studi Kasus Kasus: Koleksi Taman Obat Dan Spa
Kebugaran SYIFA, Bogor). (skipsi). Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. 123 hlm.
Wijaya, C. H. 2007. Pendugaan Umur Simpan Produk Kopi Instan Formula Merk-
Z dengan Metode Arrhenius. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 63 hlm.
Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor. M-brio press.