Вы находитесь на странице: 1из 45

PENDAHULUAN

Infrastruktur yang baik sangat dibutuhkan oleh kegiatan apapun, termasuk juga dalam
kegiatan pekerjaan penambangan. Pekerjaan infrastruktur dalam proses penambangan
merupakan sarana vital untuk konektivitas dan pengangkutan hasil tambang. Agar dapat
berfungsi dengan baik maka pekerjaan infrastruktur berupa pembuatan jalan tambang
harus melalui proses perencanaan yang matang untuk perkerasan jalan tambang pada
area yang menghubungkan antara lokasi perkantoran, crushing plant, pengolahan bahan
galian dan wilayah tambang lainnya.

Pada dasarnya perencanaan jalan tambang dan pembuatannya hampir sama dengan
jalan lainnya, hanya saja berbeda pada bagian permukaan jalan atau road surface yang
tidak mengandung unsur beton atau aspal seperti di jalan kota. Tujuannya adalah agar
tanah bisa dilewati oleh alat alat berat dan peralatan mekanis yang menggunakan
crawler track seperti excavator, bulldozer, crawler rock drill, track loader dan lainnya.

LATAR BELAKANG
Berdasarkan permintaan pasar akan Batubara yang semakin meningkat mengakibatkan
semakin banyak berdirinya perusahaan–perusahaan pertambangan Batubara di
Indonesia, telah melakukan kegiatan operasi produksi berdasarkan pada wilayah IUP
operasi produksi seluas 5.000 hektar.

Metode penambangan yang diterapkan adalah metode tambang terbuka dimana dalam
pengoperasiannya digunakan Excavator PC 300 dan PC 200 sebagai alat gali muat dan
Dump Truck Scania P420 atau yang sejenis sebagai alat angkut. Salah satu kegiatan
penambangan yang dapat mempengaruhi produksi adalah pengangkutan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi operasi pengangkutan antara lain :

 Kondisi jalan,
 Kondisi peralatan,
 Kondisi cuaca dan lain sebagainya.

Alat angkut tidak bisa beroperasi secara optimal dikarenakan kondisi jalan angkut
(Hauling) yang sempit, tanjakan yang curam, permukaan jalan licin dan lainnya. Dengan
adanya permasalahan tersebut maka diperlukan evaluasi teknis mengenai kondisi
Geometri jalan angkut (Hauling) dari front tambang Batubara ke stockpile pada sektor
penambangan pit 1 agar proses pengangkutan Batubara dapat berjalan dengan lancar
dan aman. Dengan adanya evaluasi teknis terhadap jalan angkut diharapkan dapat
membantu mengatasi permasalahan proses pengangkutan Batubara sehingga
produktivitas alat angkut meningkat dan target produksi Batubara dapat tercapai.
TUJUAN

Tujuan dari observasi ini terdiri dari :


a. Menentukan geometri jalan angkut PT XYZ yang menggunakan alat angkut Dump
Truck Scania P420 atau yang sejenis
b. Menentukan Superelevasi
c. Menentukan Cross Slope
d. Program Pemeliharaan

GAMBAR 1 PETA CITRA SATELIT LOKASI PT XYZ


LANDASAN TEORI

Pengertian Jalan Pertambangan

Jalan Pertambangan adalah jalan khusus yang diperuntukan untuk kegiatan


pertambangan dan berada di area pertambangan atau area proyek yang terdiri atas jalan
penunjang dan jalan tambang.
Jalan Tambang/Produksi adalah jalan yang terdapat pada area pertambangan dan/atau
area proyek yang digunakan dan dilalui oleh alat pemindah tanah mekanis dan unit
penunjang lainnya dalam kegiatan pengangkutan tanah penutup, bahan galian tambang,
dan kegiatan penunjang pertambangan.
Jalan Penunjang adalah jalan yang disediakan untuk jalan transportasi barang/orang di
dalam suatu area pertambangan dan/atau area proyek untuk mendukung operasi
pertambangan atau penyediaan fasilitas pertambangan.
Jalan Masuk adalah jalan untuk memasuki area tambang permukaan dan tambang
bawah tanah.
Rambu-rambu lalu lintas atau traffic adalah interaksi satu unit bergerak atau lebih dan
atau antara unit dengan unit lain pada saat pergerakan (travelling) atau perpindahan
dilokasi kerja dan pada jam kerja dalam periode surat tugas dari perusahaan.

Lalu lintas ditambang maupun dijalan angkut batubara (hauling) merupakan aktivitas yag
memiliki resiko tinggi kecelakaan, hal ini dapat terjadi disebabkan oleh adanya tidak
aman pengguna jalan dan kegagalan dalam membuat standar jalan. Beberapa jenis
kondisi jalan yang dapat menyebabkan kecelakaan di area tambang adalah:
1. Kondisi jalan licin Kondisi jalan licin yang disebabkan oleh hujan maupun
penyiraman dapat membahayakan bagi pengguna jalan. Unit produksi maupun
unit support lainnya dapat berpotensi sliding di karenakan hal ini.
2. Tikungan jalan Tikungan jalan dengan superelevasi terbalik akan menyebabkan
gaya sentrifugal unit saat di tikungan berkurang, sehingga dapat menyebabkan
unit terguling. Selain menyebabkan terbalik, tikungan dengan superelevasi
terbalik dapat menyebabkan muatan tumpah.
3. Grade jalan tinggi Grade jalan tambang selain berpengaruh terhadap penggunaan
bahan bakar (fuel consumption) dan cycle time juga sangat berpengaruh terhadap
keselamtan, jalan dengan grade yang tinggi dapat menyebabkan unit tidak
mampu naik dan tergelincir, selain itu juga grade tinggi dapat menyebabkan
kerusakan pada peralatan.
4. Jalan Sempit Lebar jalan tambang yang tidak sesuai dengan unit terbesar yang
beroperasi di area tersebut dapat berpotensi menyebabkan kecelakaan, yang
sering terjadi adalah tabrakan antar unit.
5. Switchback Switchback biasanya tidak terhindarkan untuk desain jalan tambang,
hal ini sering terjadi pada tambang yang sudah dalam. Switchback digunakan
sebagai alternatif untuk mengurangi grade jalan yang tinggi. Kondisi jalan dengan
tikungan tajam ini sering menyebabkan kecelakaan di tambang, kecelakaan yang
sering terjadi adalah tabrakan dengan unit dari arah yang berlawanan, sarana
terlindas HD karena mengambil jalur yang salah.
6. Blindspot Kondisi jalan dengan pandangan terbatas akibat tertutup material atau
penghalang lainnya sangat berpotensi menyebabkan kecelakaan.

Proses pembuatan jalan tambang dilakukan harus jauh sebelum penambangan dimulai.
Adapun perlatan mekanis yang dipakai untuk pembuatan jalan tambang ini adalah :

1. Bulldozer
Alat ini digunakan untuk membersihkan lahan serta melakukan perintisan jalan,
memotong timbunan dan melakukan perataan. Sehingga alat ini merupakan alat
yang pertama kali digunakan.
2. Ripper ( alat garu)
Untuk mengatasi bebatuan yang keras yang menghalangi jalan.
3. Excavator
Jika saat perataan jalan tambang banyak ditemukan gundukan tanah atau adanya
lokasi daratan yang tidak rata, maka diperlukan alat yang dapat menggali
gundukan tanah tersebut dan menimbun suatu lokasi dengan volume yang cukup
besar.
4. Dump truck
Sebagai kendaraan yang dipakai untuk mengangkut sisa sisa tanah hasil galian
baik keluar area ataupun menuju tempat timbunan
5. Motor Grader
Membantu untuk meratakan dan perawatan jalan tambang yang sedang dibuat.
6. Alat Pemadat
Alat ini dipakai untuk membantu meningkatkan daya dukung tanah dengan cara
dipadatkan agar siap dilakukan kendaraan bermuatan berat.

Dalam membuat jalan tambang , pekerjaan yang tidak kalah penting lainnya adalah
drainase yang bertujuan untuk menampung jika curah hujan tinggi dan menampung
partikel yang terbawa arus air hujan sehingga tidak menggenangi permukaan jalan. Jika
harus melalui sungai maka harus dibuat jembatan dengan konstruksi yang sama dengan
jembatan kota, namun jika hanya berupa parit kecil maka bisa diatasi dengan
penggunaan gorong-gorong (culvert) lalu dicampur dengan tanah dan batu hingga elevasi
tertentu.

KETENTUAN JALAN PERTAMBANGAN

Standar mengenai jalan pertambangan dijelaskan dalam lampiran 1 KepMen ESDM No


1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yang
Baik.

A. Lebar Jalan Tambang/Produksi


Lebar jalan tambang/produksi mempertimbangkan alat angkut terbesar yang
melintasi jalan tersebut paling kurang:
1. Tiga setengah kali
lebar alat angkut
terbesar, untuk jalan
tambang dua arah
2. Dua kali lebar alat
angkut terbesar, untuk Tiga setengah kali lebar alat angkut
jalan tambang satu terbesar untuk jalan tambang dua arah

arah
Dua kali lebar alat angkut terbesar untuk
3. Lebar jalan pada jalan tambang satu arah
jembatan sesuai Lebar jalan pada jembatan sesuai ketentuan
ketentuan di atas. diatas

GAMBAR 2 LEBAR JALAN TAMBANG

B. Tanggul Pengaman (Bundwall)


Pada setiap jalan
tambang/produksi tersedia
tanggul pengaman di sisi luar
Tanggul pengaman di sisi luar badan jalan dengan
tinggi sekurang-kurangnya ¾ (tiga per empat) badan jalan dengan tinggi
diameter roda kendaraan terbesar dan
memperhitungkan potensi air limpasan dan/atau sekurang-kurangnya ¾ (tiga
material lepas yang dapat masuk ke jalan
per empat) diameter roda
¾ x Ø roda terbesar
kendaraan terbesar dan
memperhitungkan potensi
air limpasan dan/atau
material lepas yang dapat
masuk ke jalan

GAMBAR 3 TANGGUL PENGAMAN

C. Kemiringan Melintang (Cross fall)

Sepanjang permukaan badan jalan tambang/produksi dibentuk kemiringan melintang


(cross fall) paling kurang 2% (dua persen)

Sepanjang permukaan badan jalan


tambang/produksi dibentuk Double cross fall
kemiringan melintang/cross fall
paling kurang 2%

Single cross fall

GAMBAR 4 KEMIRINGAN MELINTANG


D. Kemiringan Jalan (Grade)

Kemiringan (grade) jalan tambang/produksi dibuat tidak boleh lebih 12% (dua belas
persen) dengan memperhitungkan:
1. spesifikasi kemampuan alat angkut;
2. jenis material jalan; dan
3. fuel ratio penggunaan bahan bakar

Kemiringan (grade) jalan tambang/produksi dibuat tidak boleh lebih


12% dengan memperhitungkan :
a. Spesifikasi kemampuan alat angkut
b. Jenis material jalan
c. Fuel ratio penggunaan bahan bakar

Kemiringan (grade) jalan tambang/produksi lebih 12% perlu


dilakukan kajian teknis yang mencakup :
d. Kajian resiko
e. Spesifikasi teknis alat
f. Spesifikasi teknis jalan

GAMBAR 5 GRADE JALAN

Dalam hal kemiringan jalan tambang/ produksi lebih dari 12% (dua belas persen)
dilakukan kajian teknis yang paling kurang mencakup:

a) Kajian risiko;
b) Spesifikasi teknis alat; dan
c) Spesifikasi teknis jalan

E. Pemisah Jalur (Separator atau Median)


Pada setiap tikungan dan persimpangan jalan tambang/produksi dipasang pemisah
jalur (separator) dengan tinggi paling kurang setengah diameter roda kendaraan
terbesar dan lebar bagian atas paling kurang sama dengan lebar roda kendaraan
terbesar.

Setiap tikungan dan persimpangan jalan


tambang/produksi dipasang pemisah jalur
(separator) dengan tinggi paling kurang
setengah diameter roda terbesar dan lebar
bagian atas paling kurang sama dengan lebar
roda kendaraan terbesar

GAMBAR 6 PEMISAH JALUR


F. Sudut Belokan Pertigaan
G. Sudut belokan pada pertigaan jalan tidak boleh kurang dari 70⁰ (tujuh puluh
derajat)

Sudut belokan pada pertigaan


jalan tidak boleh kurang dari 700

GAMBAR 7 SUDUT BELOKAN PERTIGAAN JALAN

Selain ketentuan di atas, masih ada beberapa ketentuan yang diatur terkait dengan jalan
pertambangan diantaranya:

a) Dalam hal jalan tambang/produksi menggunakan tipe boxcut, tanggul dapat


tersedia;
b) Dalam hal kondisi jalan tambang/produksi menggunakan tipe boxcut dan
berpotensi material lepas, dilakukan penguatan lereng;
c) Di sepanjang jalan tambang/produksi memiliki sistem penyaliran yang mampu
mengalirkan debit air larian tertinggi dan dipelihara dengan baik
d) Lebar, radius tikungan, dan super elevasi pada setiap jalan pertambangan yang
menikung mampu menahan gaya dari setiap jenis kendaraan yang melintas
dengan batasan kecepatan yang telah ditentukan;
e) Jalan pertambangan dilakukan pemeliharaan dan perawatan sehingga tidak
menghambat kegiatan pengangkutan;
f) Daya dukung jalan pertambangan lebih kuat dari kapasitas terbesar beban
kendaraan dan muatan yang melintas pada beban statis dalam kurun waktu
tertentu berdasarkan kajian teknis.
JALAN TAMBANG
Jalan tambang berfungsi sebagai penghubung lokasi-lokasi penting, antara lain lokasi tambang
dengan area crushing plant, pengolahan bahan galian, perkantoran, perumahan karyawan dan
tempat-tempat lain di wilayah penambangan. Konstruksi jalan tambang secara garis besar sama
dengan jalan angkut di kota.

JALAN HAULING
Fungsi utama jalan angkut secara umum adalah untuk menunjang kelancaran operasi
penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Medan berat yang mungkin terdapat
disepanjang rute jalan tambang harus diatasi dengan mengubah rancangan jalan untuk
meningkatkan aspek manfaat dan keselamatan kerja.
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN TAMBANG
1. LEBAR JALAN PADA JALAN LURUS

Lmin = n.Wt + (n+1)(½ Wt)


Bila lebar kendaraan (Wt) 1 satuan panjang, maka Lmin spt pada tabel berikut:

TABEL 1 JUMLAH LAJUR TRUCK DAN L MINIMUM

2. LEBAR JALAN PADA TIKUNGAN


Penentuan lebar jalan pada tikungan (belokan) didasarkan pada:
-Lebar jejak ban
-Lebar juntai (overhang) bagian depan dan belakang saat kendaraan belok
-Jarak antar kendaraan saat bersimpangan
-Jarak dari kedua tepi jalan <

Wmin = 2 (U+Fa+Fb+Z) + C
Z = (U+Fa+Fb)/2

U = Lebar jejak roda (center to


centertires), m
Fa = lebar juntai (overhang) depan,
m
Fb = lebar juntai belakang, m
Z = lebar bagian tepi jalan, m
C = clearance antar kendaraan, m

3. JARI-JARI TIKUNGAN

Perhitungan matematis berdasarkan kenampakan gambar diatas diperoleh jari-jari


tikungan sebagai berikut:
Apabila:
R= jari-jari belokan jalan,
m W= jarak poros roda depan-belakang,
m B= sudut simpangan roda depan,
maka: Rumus sebelumnya tidak mempertimbangan kecepatan
(V), gesekan roda (f), dan superelevasi (e). Bila dipertimbangkan,
maka rumusnya menjadi:

Jari-jari tikungan minimum untuk e.max= 10%


4. Jenis-jenis Busur Lengkung Pada Tikungan
4.1 Lingkaran (Full Circle)

Biasanya dirancang untuk tikungan VR’ km/jam Rmin’ Mtr


besar
120 2500
100 1500
80 1100
60 700
50 400
40 300
30 130
T = R Tan ½ Δ ; E= T Tan ¼ Δ ; 20 60

L = 0.01744 Δ R
4.2 Spiral-Lingkaran-Spiral (S-C-S):

Biasanya dirancang apabila jari-jari


lingkaran lebih kecil disbanding harga
lengkung FC

L tot = 2 Ls + Lc
Ls = 0.022 VR3 – 2.727 VRe
RxC C

5. SUPERELEVASI
*Badan jalan yang dimiringkan ke arah titik pusat pada belokan/tikungan
*Fungsinya untuk mengatasi gaya sentrifugal kendaraan pada saat membelok

l (e + en ) B
=
m Ls
VR’ km/jam 20 30 40 50 60 80
e 1/50 1/75 1/10 1/11 1/12 1/15
0 5 50 0
6. Kemiringan Jalan
*Kemiringan maksimum vs kecepatan
VR’ km/jam 120 110 100 80 60 50 40 <40
α, % 3 3 4 5 8 9 10 10

*Jarak miring kritis (meter)

V pada awal Kemiringan %


tanjakan
4 5 6 7 8 9 10
80 km/jam 630 460 360 270 230 230 200
60 km/jam 320 210 160 120 110 90 80
7. CROSSSLOPE
Sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan terhadap bidang horizontal

Cross slope sebaiknya


1/50 s.d 1/25 (20
mm/m s.d. 40 mm/m)

Keterangan :

1. Permukaan Jalan angkut a Jarak Horizontal


2. Bidang Horizontal b Tinggi vertical pada poros memanjang jalan
α Cross Slope

8. Perkerasan Jalan
Perkerasan jalan ada 3 jenis, yaitu:
1. Perkerasan lentur (flexible pavement)
2. Perkerasan kaku (rigid pavement)
3. Perkerasan kombinasi lentur-kaku (composite pavement)
Perkerasan jalan tersusun sebagai berikut:
1. Lapisan dasar (subgrade)
2. Lapisan fondasi bawah (subbase course)
3. Lapisan fondasi atas (base course)
4. Lapisan permukaan (surface course)

8.1 Lapisan Perkerasan


Susunan lapisan perkerasan lentur

Karakteristik lapisan perkerasan lentur:


1. Elastis jika menerima beban, sehingga nyaman bagi pengguna jalan
2. Umumnya menggunakan bhn pengikat aspal
3. Seluruh lapisan ikut menanggung beban
4. Penyebaran tegangan diupayakan tidak merusak lapisan subgrade (dasar)
5. Bisa berusia 20 tahun dengan perawatan secara rutin.

Lapisan perkerasan rigid adalah lapisan permukaannya terbuat dari plat beton (concrete
slab).

Susunan lapisan perkerasan rigid


Penentuan tebal lapisan ditentukan oleh:
1. Kekuatan lapisan Subgrade atau harga CBR atau Modulus Reaksi Tanah Dasar
2. Kekuatan beton yang digunakan untuk lapisan perkerasan
3. Prediksi volume dan komposisi lalulintas selama usia layanan
4. Ketebalan dan kondisi lapisan fondasi bawah (sub-base) sebagai penopang
konstruksi, lalulintas kendaraan, penurunan akibat air, dan perubahan volume
lapisan tanah dasar (sub-grade)

Merupakan lapisan asli bumi yang sangat menentukan kekuatan daya dukung terhadap
kendaraan yang lewat
Dalam mengevaluasi subgrade (di laboratorium) perlu diuji dan diketahui:
1. kadar air
2. kepadatan (compaction)
3. perubahan kadar air selama usia pelayanan
4. variabilitas tanah dasar
5. ketebalan lapisan perkerasan total yang dapat diterima oleh lapisan lunak yang ada
dibawahnya.

8.2 Lapisan Pondasi Bawah


1. Merupakan bagian perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
2. Untuk mengurangi tebal lapisan di atasnya karena material untuk lapisan ini lebih
murah dibanding dengan lapisan atasnya.
3. Sebagai lapisan peresapan air tanahmerupakan lapisan pertama yang harus
diselesaikan agar kualitas lapisan tanah dasar tetap terjaga.
4. Mencegah partikel-pertikel halus dari tanah dasar naik ke lapisan fondasi

8.3 Lapisan Pondasi Atas


1. Bagian perkerasan untuk menahan gaya melintang dari roda dan menyebarkan ke
lapisan dibawahnya
2. Sebagai lapisan peresapan air dari bawah
3. Sebagai bantalan bagi lapisan permukaan

8.4 lapisan Permukaan


1. Sebagai lapisan perkerasan penahan beban roda yang mempunyai stabilitas tinggi
selama umur layanan
2. Lapisan kedap air, sehingga air hujan dapat mengalir diatasnya dan tidak meresap
kebawahnya serta tidak melemahkan lapisan tersebut
3. Sebagai lapis aus (wearing course), karena lapisan ini dapat mengikis ban sehingga
gundul
4. Lapisan untuk menyebarkan beban ke lapisan bawah
KRITERIA DESIGN GEOMETRIK JALAN

Fungsi utama jalan angkut adalah untuk menunjang kelancaran operasional pengangkutan
dalam kegiatan penambangan.Alat angkut umumnya berdimensi besar, oleh sebab itu, geometri
jalan harus sesuai dengan dimensi alat angkut yang digunakan agar dapat bergerak leluasa pada
kecepatan normal dan aman. Berikut usulan geometri jalan angkut yang harus diperhatikan
pada umumnya, yaitu:

1. Lebar jalan Angkut


Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau lebih, menurut The
American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO) Manual
Rural High Way Design 1973, harus ditambah dengan setengah lebar alat angkut pada
bagian tepi kiri dan kanan jalan (lihat gambar 3.1). Dari ketentuan tersebut dapat
digunakan cara sederhana untuk menentukan lebar jalan angkut minimum, yaitu
menggunakan rule of thumb atau angka perkiraan, dengan pengertian bahwa lebar alat
angkut sama dengan lebar lajur.
Tabel 2
Lebar Jalan Angkut Minimum
JUMLAH PERHITUNGAN LEBAR JALAN
LAJUR TRUCK ANGKUT MIN.
1 1 + (2 x ½ ) 2,00
2 2 + (3 x ½ ) 3,50
3 3 + (4 x ½ ) 5,00
4 4 + (5 x ½ ) 6,50

Seandainya lebar kendaraan dan jumlah lajur yang direncanakan masing-masing adalah Wt
dan n, maka lebar jalan angkut pada jalan lurus dapat dirumuskan sebagai berikut:
L min = n.Wt + (n + 1) (½.Wt)………………………….(1) Dimana :
L min = lebar jalan angkut minimum (m)
n = jumlah lajur
Wt = lebar alat angkut,(m)

Dengan menggunakan ilustrasi pada gambar dibawah ini dapat dihitung lebar jalan
minimum pada belokan, yaitu seperti terlihat di bawah ini:

GAMBAR 8 LEBAR JALAN MINIMUM PADA BELOKAN

Dimana : Wmin = lebar jalan angkut minimum pada belokan, m


U = lebar jejak roda (center to center tires), m
Fa = lebar juntai (overhang) depan, m
Fb = lebar juntai belakang, m
Z = lebar bagian tepi jalan, m
C = jarak antar kendaraan (total lateral clearance), m
2. Kemiringan dan Superelevasi Jalan Angkut
Kemiringan jalan umumnya dinyatakan dalam persen (%). Kemiringan jalan maksimum
yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut truck berkisar antara 10% – 15% atau
sekitar 6° – 8,50°. Akan tetapi untuk jalan naik atau turun pada lereng bukit lebih aman
bila kemiringan jalan maksimum sekitar 8% (= 4,50°).

3. Kemampuan Alat Angkut dalam Mengatasi Tanjakan


Untuk menghitung besarnya rimpull dapat digunakan rumus di bawah ini :
375x HPx EfisiensiMekanis
Rimpull tersedia (lb) =
kecepatan(mph)
Di mana :
RP = Rimpull, (lb)
HP = daya mesin, (HP)
EM = efisiensi mekanis
V = kecepatan truk, (mph)

4. Cross Slope
Angka cross slope pada jalan angkut dinyatakan dalam perbandingan jarak vertikal dan
horizontal dengan satuan mm/m. Pada konstruksi jalan angkut surface mining besarnya
cross slope yang dianjurkan mempunyai ketebalan antara ¼ sampai ½ inch untuk tiap feet
jarak horizontal atau sekitar 20 mm sampai 40 mm untuk tiap meter.

5. Perhitungan Design Jalan Tambang

a. Lebar Jalan Angkut


Untuk Armada truck di usulkankan menggunakan Dump Truck Scania P420, dengan
demikian bisa dilakukan perhitungan lebar minimum jalan angkut yang memenuhi
standar AASHTO.

Berikut hasil perhitungan lebar jalan lurus:


L = n . Wt + ( n + 1 ) 0,5 . Wt L
= 2 x 2,6 + ( 2 + 1 ) 0,5 x 2,6
= 9,1 meter

Berikut merupakan hasil perhitungan lebar jalan angkut pada tikungan :


W = 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C
= 2 (1940+1511 +1055 + 1759,893) + 1759,893
= 2 (6265,893) + 1759,893
= 12531,786 + 1759,893
= 14291,679 mm
= 14,3 meter
b. Superelevasi
Kecepatan rencana yang digunakan pada jalan tambang adalah 30 km/jam. Sedangkan
koefisien gesekan untuk perencanaan/perancangan secara matematis dapat dihitung
dengan : Untuk V rencana < 80 km/jam .
f = Harga koefisien gesekan denganVrencana 30 km/jam (<80 km/jam) adalah :
f =-0.00065 x Vr + 0,192
= - 0,0195 + 0,192
= 0,1725
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan, maka untuk kecepatan tertentu dapat
dihitung jari-jari minimum untuk superelevasi maksimum dan koefisien gesekan
maksimum.

f mak   0 . 00065 V R  0 . 192


2
VR
R min 
127 ( e mak  f mak )

Dimana :
e = super elevasi (mm/m)
V = kecepatan rencana( 30 km/jam)
R = Jari-jari tikungan
f = factor gesek( 0)

Jadi nilai super elevasi adalah

302

R =
127 x (0.1 + 0.1725)

= 0,026 m/m atau 26,006 mm/m

c. Kemampuan Alat Angkut dalam Mengatasi Tanjakan


Berdasarkan spesifikasi teknis Dump truk scania P420 4x8, diketahui :
 Berat bermuatan = 50,075 ton
 Berat kosong = 19,075 ton
 Tenaga kuda = 420 HP

Tabel 3
Faktor Efisiensi Alat

Keadaan Keadaan Alat


Medan Memuaskan Bagus Biasa Buruk
Memuaskan 0,85 0,81 0,76 0,70

Bagus 0,78 0,75 0,71 0,65

Biasa 0,72 0,69 0,65 0,60

Buruk 0,63 0,61 0,65 0,52

Untuk mengetahui kemampuan tanjakan Scania P420 dapat dihitung sebagai berikut :

1. Bermuatan
Rimpul yang diperlukan :
 Rimpul untuk mengatasi tanjakan misal (grade = a % )
50,075 ton x 20 lb/ton/%grade = (1001,5x a % grade) lb
 Rimpul untuk mengatasi tahanan gulir
50,075 ton x 100 lb/ton = 5007,5 lb
 Rimpul untuk mengatasi percepatan
50,075 ton x 20 lb/ton = 1001,5 lb

Total rimpull yang diperlukan = ( 1001,5 x a %) lb + 5007,5 lb


Rimpul yang tersedia:
Besarnya rimpul yang tersedia pada dump truck dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :

Rimpull = 375 x HP x eff.mesin

kecepatan (mph)

Diketahui bahwa kecepatan maksimum yang tersedia pada gigi 1 dengan effisiensi
mesin 85 % adalah 6,101 mph maka :

Rimpull pada gigi 1 = 375 x 420 x 85%


6,101
= 21994,790 lb
Agar Scania mampu bergerak, jumlah rimpull yang diperlukan harus sama dengan
rimpull yang tersedia. Keadaan tersebut akan terjadi bila tanjakan ( a% ) jalan
angkut sebesar :
Rimpul yang diperlukan :
 Rimpul untuk mengatasi tanjakan misal (grade = a % )
50,075 ton x 20 lb/ton/%grade = (1001,5x a%grade) lb
 Rimpul untuk mengatasi tahanan gulir
50,075 ton x 100 lb/ton = 5007,5 lb
 Rimpul untuk mengatasi
percepatan 50,075 ton x 20 lb/ton
= 1001,5 lb
 Total rimpull yang diperlukan = ( 1001,5 x a %) lb + 5007,5 lb
5007,5 lb + (1001,5 x a %)lb = 21994,790 lb
1001,5 x a % = 16987,29 lb
a% = 16.961
Jadi tanjakan yang mampu diatasi oleh Scania P420 adalah 16,961 % = 17 %

2. Pembahasan

Pengamatan dan pengukuran lebar jalan angkut di lapangan mendapatkan hasil


bervariasi yaitu berkisar antara 5 – 25 meter. Alat angkut yang digunakan yaitu
Dump Truck Scania P420 dengan spesifikasi. Pengolahan data menggunakan
standar berdasarkan ketetapkan (AASHTO) Manual Rural High Way Design 1973.

Pada pengamatan di lapangan ada beberapa tikungan yang belum memiliki nilai
superelevasi standar, menyebabkan kecepatan alat angkut pada saat melewati
tikungan akan lebih lambat dan apabila suatu alat angkut melewati tikungan
dengan kecepatan tinggi maka alat angkut kemungkinan besar akan mengalami
kecelakaan.

Tan α = e = V2/(R x G)
= 16,6722/ (70 x 9,8)
=277,89 / 686
Tan α =0,40
α = 21,805 mm/m
Setelah melakukan perhitungan kemampuan alat angkut dalam megatasi tanjakan
di dapat perhitungan 17 %, dengan data pengamatan di lapangan kemiringan
tanjakan hanya 10%, dengan kemiringan tanjakan 13% dengan alat angkut scania
P420 yang mampu melewati tanjakan maksimal 17% .

Jalan angkut yang baik memiliki cross slope ¼ ipf atau 42,61 mm/m. Ini berarti
setiap 1 meter jarak mendatar terdapat beda tinggi sebesar 4,261 cm.

Sehingga untuk jalan angkut dengan lebar 9 m (duajalur) mempunyai beda


ketinggian pada poros jalan sebesar :
 Duajalur :
a = ½lebarjalan
=½x9m
= 4,5m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat adalah:
b = 4,5 m x 0,04261 m/m
= 0,1917 m
= 19,17 cm

Jadi agar jalan angkut memiliki cross slope yang baik maka bagian tengah jalan
angkut harus memiliki beda tinggi sebesar 19,17 cm terhadap sisi jalan.

Berikut merupakan cara perhitungan daerah kontak dan distribusi beban terhadap
permukaan jalan angkut.
1. Roda Depan
 Beban pada poros(kg) (Bermuatan(lb))= 16.524 ( 36.418,896 )
 1 kg = 2,204 lb
 1 psi = 144 psf
 Jumlah ban = 4 buah
 Tekanan udara ban depan = 90 psi

Berdasarkan data tersebut, beban yang diterima tiap roda adalah :


36.418,896 lb : 4 = 9.104,742 lb

Luas daerah kontak ( in2 ) = 0,9 x Beban pada roda (lb)


Tekanan udara pada ban

0,9 x 9104,742lb
=
90 psi

= 91,047 in2

Beban yang diterima permukaan Beban pada roda (lb)


jalan = Luas daerah kontak (in2 )

99104,742 lb
Beban yang diterima permukaan
jalan = =91,047 in2 = 100 psi

= 14.400 psf
2. Roda Belakang
 Beban pada poros(kg) (Bermuatan(lb) = 33.550,25 ( 73944,751 )
 Jumlah ban = 8 buah (terdiri dr 4 set roda ganda)
 Tekanan udara ban = 110 psi
 Ekivalen beban roda tunggal = 1,2
Berdasarkan data tersebut, beban yang diterima tiap roda adalah :
73944,751 lb : 8 = 9243,093 lb

Karena roda belakang merupakan roda ganda, maka beban tiap roda harus
dikalikan dengan Ekivalen beban roda tunggal, sehingga :

Beban ekivalen tiap set roda = 1,2 x 9243,093 lb


= 11.091,711 lb.

Luas daerah kontak ( in2 ) = 0,9 x Beban pada roda (lb)


Tekanan udara pada ban

0,9 x 11091,711lb
=
110 psi
= 90,744 in2
Beban yang diterima permukaan Beban pada roda (lb)
jalan =
Luas daerah kontak (in2 )

11091,711lb
Beban yang diterima permukaan = 122,230 psi
jalan =
90,744 in2
= 17.601,234 psf
= 85.936,75 kg/m2
Tabel 4
Daya Dukung Material
Material 1,000 psf

Hard, sound rock 120


Medium hard rock 80
Hard pan Overlying rock 24
Compact gravel and boulder-gravel formation;very compact
20
sandy gravel
Soft rock 16
Loose gravel and sandy gravel; compact sand and gravelly
12
sand;very compact-inorganic silt soil
Hard dry consolidated clay 10
Loose coarse to medium sand;medium compact fine sand 8
Compact sand-clay soils 6
Loose find sand; medium compact sand- inorganic silt soils 4
Firm or siff clay 3
Loose saturated sand cly soils, medium soft clay 2

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diklasifikasikan bahwa material daya dukung tanah
untuk jalan angkut PT XYZ termasuk dalam kategori Compact gravel and boulder-gravel
formation;very compact sandy gravel yang memiliki daya dukung tanah sebesar 20 x 1000 psf
= 20.000 psf. Dengan nilai daya dukung material sebesar 20.000 psf, maka dapat menahan
beban pada permukaan jalan sebesar 17.601,234 psf.

GAMBAR 9 TRASE JALAN HAULING PT XYZ


Analisa Hasil Penelitian
Analisa Design Jalan Hauling Tambang PT XYZ

Pada jalan angkut tambang di PT XYZ, jalan adalah akses atau lintasan yang digunakan untuk
mengangkut material batubara ketempat pengumpulan batubara. Selain itu jalan angkut tambang
juga berfungsi sebagai akses kendaraan LV atau kendaraan ringan yang bertujuan untuk mengecek
kondisi pengambilan batubara.
Namun dalam hal ini kondisi jalan angkut tambang masih belum sesuai standar. Dari pengamatan
yang dilakukan pada jalan hauling tambang PT XYZ didapatkan hasil bahwa lintasan atau jalan angkut
tambang untuk kendaraan Scania P 420 belum seluruhnya memenuhi standar terutama dilokasi ……..
Pada lokasi …….. yang dikatakan tidak standar ini terdapat di jalan lurus, jalan tikungan/belokan,
kemiringan jalan/superelevasi, jari-jari tikungan dan tinggi permukaan dua sisi jalan/crosslope. Maka
dari itu dilakukanlah perhitungan kembali untuk membuat kondisi jalan angkut tambang menjadi
lebih standar.
Kemudian dari hasil perhitungan yang dilakukan didapatlah lebar jalan lurus yaitu sekitar 9,1 ~ 9
meter yang artinya ada pengurangan ataupun penambahan lebar pada jalan angkut tambang.
Berbeda dengan pengamatan yang dilakukan pada PT XYZ hanya terdapat lebar sekitar 6 ~10 meter
berarti jalan angkut tambang di PT XYZ belum optimal. Sesuai pada prinsip nya bila standar jalan
tidak diterapkan atau jalan tersebut terlalu sempit maka resiko terjadinya kecelakaan semakin besar.
Kemudian dari hasil perhitungan jalan tikungan/belokan yang dilakukan didapatlah 14,3~14 meter
yang artinya berbeda jauh dengan kondisi yang ada di PT XYZ yaitu sekitar 10~12 meter. Berarti
kondisi jalan tikungan yang ada PT XYZ kurang optimal, ini sangat berbahaya untuk dilewati
dikarenakan jalan terlalu sempit yang memiliki resiko tabrakan yang besar. Kemudian dihitung juga
jari-jari tikungan yaitu didapatlah hasilnya yang sebesar 26 meter. Jari- jari tikungan dibutuhkan
untuk menghindari kendaraan Scania P420 menjadi terbalik dikarenakan tikungan yang terlalu
tajam. Maka dari itu setelah dihitung terdapat 26 m yang membuat jarijari tikungan menjadi standar.
Selanjutnya dari hasil perhitungan superelevasi atau kemiringan jalan didapatkan hasil sebesar
21,801 cm . Kemiringan jalan digunakan pada saat jalan tikungan. Di PT XYZ masih belum
diperlihatikan tentang superelevasi atau kemiringan jalan pada saat tikungan. Superelevasi yang
terdapat di PT XYZ belum teridentifikasi . Kemiringan jalan tersebut bisa membuat operator Scania
P420 menjadi kesulitan dalam berbelok dikarenakan terlalu miring.
Kemudian yang terakhir yaitu crosslope, dimana didapatlah hasil yaitu sebesar 19.17 mm/m dari sisi
dalam jalan. Dari hasil perhitungan ini belum bisa dikatakan crosslope apakah lebih besar atau lebih
kecil dibandingkan dengan di PT XYZ karena cross slope belum dapat teridentifikasi. Sehingga belum
dapat diketahui apakah crosslope sudah memenuhi standar atau tidak untuk digunakan oleh
operator SCANIA P420.
Dari hasil pengukuran jalan angkut tambang yang telah dilakukan tersebut dapat dikatakan bahwa
belum semua aspek yang ada di jalan ………… PT XYZ masuk dalam standar, ini dapat
membahayakan pengguna jalan angkut tambang tersebut yaitu operator SCANIA P420. Kecelakaan
sulit untuk dihindari dalam bekerja tetapi bisa dicegah. Dalam kondisi yang belum memenuhi
standar maka Operator SCANIA P420 akan merasa tidak nyaman dengan kondisi jalan seperti
sekarang dikarenakan tidak standarnya jalan tersebut
Tabel 5
USULAN DESIGN JALAN TAMBANG HAULING

GAMBAR 10 LEBAR JALAN LURUS

Keterangan :
- lebar jalan lurus : 9,1 ~ 9 m
- tinggi tanggul : 55 cm
- lebar tanggul : 1,5 m
- jarak pandang : minimal 75 m
GAMBAR 11 CROSS SLOPE

Keterangan :
- tinggi permukaan : 41,67 cm
- kemiringan : 21,805 cm

GAMBAR 12 JALAN TIKUNGAN

Keterangan :
- lebar jalan tikungan : 14,3 ~ 14 m
- jari jari tikungan : 26 m
RENCANA PEKERJAAN KONSTRUKSI JALAN TAMBANG

METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN TAMBANG

I. UMUM

I.1 MOBILISASI :

 Survey Lokasi / Lapangan


Untuk mengetahui Lokasi yang akan dikerjakan.
 Pembersihan lahan
Sebelum jalan dibangun maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah pembersihan
lahan, baik pembersihan dari pohon-pohonan maupun akar-akar pohon,dan pemerataan
tanah dengan menggunakan alat-alat seperti excavator.
 Foto / Dokumentasi Awal
Untuk Dokumentasi Awal (0%) Proyek.
 Base Camp
Setelah survey atau survey dikerjakan, dilaksanakan pembangunan Base Camp Kontraktor
yang terdiri dari :
1. Kantor Kontraktor
2. Bengkel
3. Ruang Laboratorium
4. Gudang Logistik Peralatan
5. Gudang Logistik Sipil
6. Tempat Tinggal / Barak + MCK
 Peralatan & Personel
1. Pengiriman Unit-unit peralatan Perkerasan Aspal Hotmix lengkap dengan Unit
Pemecah Batu.
2. Pengiriman Unit-unit Peralatan Pekerjaan Badan Jalan & Tanah.
3. Pengiriman Peralatan yang digunakan di Kantor Kontraktor untuk pelaksanaan
Pekerjaan Administrasi Lapangan, serta peralatan Laboratorium yang diperlukan

I.2 PEKERJAAN AWAL


1. Pembuatan dan Pemasangan Papan Nama Proyek
2. Pembuatan Rambu Lalulintas Sederhana yang dibuat dari papan dan dipasang disekitar
Lokasi Pekerjaan / Base Camp
3. Pembuatan As Built Drawing
4. Pembangunan dan Pemasangan Stone Crusher
5. Pembangunan dan Pemasangan Asphal Mixing Plant

II. DRAINASE
 Pekerjaan Drainase akan dimulai dengan melakukan pengukuran situasi dan elevasi dasar
saluran,khususnya outlet dari existing saluran untuk menentukan ketinggian (arah dan
kelandaian) saluranrencana dengan menggunakan titik ikat yang disetujui dan diikuti
dengan pemasangan patok serta profilkemiringan galian.
 Saluran drainase yang ada, untuk sementara direlokasi agar tetap berfungsi sebelum
pekerjaan drainaseyang permanen selesai dilaksakan, kondisi ini dimaksudkan untuk
menjaga aliran air disekitar lokasiproyek dalam mengantisipasi musim hujan. Dewatering
kemudian akan dilakukan terhadap salurandrainase lama yang dipindahkan, sebelum
pekerjaan pelebaran jalan dilokasi bekas saluran drainasetersebut dilaksanakan.
 Untuk menjaga kestabilan pekerjaan pelebaran jalan, maka pekerjaan penggalian dan
penimbunanuntuk membentuk saluran drainase akan dilaksanakan secara bertahap dan
disesuaikan dengan progrespekerjaan tersebut diatas.
 Pada daerah drainase yang telah tergali dan tebentuk serta elevasi dasar saluran telah
sesuai dengandimensi gambar kerja yang disetujui dan juga telah dipadatkan, maka sesuai
lokasi yang direncanakanakan dilanjutkan dengan pekerjaan pemasangan batu dengan
mortar.
 Untuk daerah saluran yang terbentuk dengan penimbunan, maka pekerjaan pemasangan
batu kali akandikerjakan apabila pekerjaan penimbunan tersebut telah memperhatikan
sesetabilan.
 Rehabilitasi Drainase Tepi Jalan :
 Pekerjaan ini mencakup pembersihan tumbuh-tumbuhan dan pembuangan benda-benda
dari saluran tepi jalan ataupun dari kanal-kanal yang ada, memotong kembali dan
membentuk ulang saluran tanah yang ada untuk perbaikan atau peningkatan kondisi asli,
dan juga perbaikan saluran yang dilapisi dalam ha saluran pasangan batu atau beton.

II.1 Pelaksanaan Pekerjaan


 Semua sampah, tumbuh-tumbuhan, endapan dan bahan -bahan yang harus
disingkirkan, harus dibuang dari saluran tanah, termasuk dari Saluran yang memotong
bahu jalan dan menyambung kepada lubang tangkapan atau gorong –gorong
 Saluran-saluran dilapisi yang dalam kondisi jelek atau rusak harus diperbaiki.
Pasangan batu atau beton yang pecah-pecah, rusak atau lepas harus dipotong dan diganti
dengan pasangan batu atau beton yang baru yang dilaksanakan sesuai dengan Gambar
Rencana dan RKS
 Cara Pengukuran Pekerjaan :Semua pengukuran harus dilakukan di sepanjang sumbu
saluran dan harus disediakan untuk seluruh pekerjaan yang dialakukan bagi rehabilitasi
kedua sisi saluran.
II.2 Pasangan Batu dengan Mortar
 Pekerjaan ini dilakukan secara mekanik
 Semen, pasir dan air dicampur dan diaduk menjadi mortar dengan menggunakan Concrete
Mixer
 Batu dibersihkan dan dibasahi seluruh permukaannya sebelum dipasang
 Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan
 Sebelum pekerjaan pasangan batu sebagai pondasi dikerjakan , harus dilakukan
pemancangan cerucuk sebagai dasar perkuatan dan mendukung beban pondasi batu kali
tersebut untuk disalurkan ke tanah dasar disekililingnya.
 Cara pengukurannya dilakukan dengan mengukur cerucuk yang masuk tertanam kedalam
tanah
III. PEKERJAAN TANAH
III.1 Galian Biasa
Galian ini Dilaksanakan setelah SPMK dan telah mendapatkan persetujuan dari PPK yang
meliputi galian Tanah, Buangan Tanah lebih untuk pembentukan badan jalan, Pembuatan
Saluran Air dan Gorong-gorong. Sebelum pekerjaan dimulai maka perluh dilakukan
Pengukuran sekeliling Area Bangunan. Tujuannya agar tidak terjadi Kekeliruan pada saat
pekerjaan galian dilaksanakan.

 Peralatan yang Digunakan adalah Excavator


 Material hasil galian dimuat dengan Wheel Loader ke Dump Truck
Dump Truck mengangkut material hasil galian untuk dibuang ke luar lokasi pekerjaan.

III.2 Timbunan Biasa


Pekerjaan ini meliputi Pengadaan, Pengangkutan, Penghamparan dan Pemadatan Material
Timbunan, yang diperlukan untuk Pembentukan Kelandaian dan Elevasi Penampang Badan
Jalan. Pekerjaan ini dilakukan secara mekanik (menggunakan peralatan berat).
Peralatan yang Digunakan :
1. Wheel Loader mengangkut material ke dalam Dump Truck
2. Dump Truck mengangkut material dari quarry ke lapangan
3. Material dihampar dengan menggunakan Motor Grader
4. Hamparan material disirami air dengan menggunakan Water Tank Truck (sebelum
pemadatan dilakukan) dan dipadatkan dengan menggunakan Vibrator Roller
5. Selama pemadatan sekelompok pekerja merapihkan tepi hamparan dan level permukaan
dengan menggunakan alat bantu

IV. REHABILITASI BAHU JALAN

 Lapisan strukur perkerasan pada pelebaran jalan, akan dimulai dari urutan pekerjaan
penghamparantimbunan pilihan, agregat kelas B, agregat kelas A, pekerjaan pengaspalan
yang terdiri dari lapis ACBase, AC Binder dan AC WC.
 Proses pemadatan akan dilakukan untuk menyiapkan tanah dasar sebelum timbunan
pilihan,penyiapan badan jalan tersebut dilakukan dengan menggunakan alat pemadat
mekanis danperapihannyadibantu dengan tenaga manusia.
 Pekerjaan penghamparan lapis material timbunan pilihan, lapis pondasi bawah (agregat
kelas B) danlapis pondasi atas (agregat kelas A), pada pekerjaan pelebaran akan
dilakukan dengan menggunakanmotor grader dan dipadatkan lapis per lapis dengan
menggunakan Tandem Roller. Untuk mendapatkankepadatan yang maksimum pada kadar
air optimum yang direncanakan, maka dilapangan akanditempatkan satu unit water tank
untuk sewaktu waktu akan diperlakukan dalam mengendalikan kadarair saat proses
pemadatan.
 Pekerjaan penghamparan dan pemadatan aspal panas (hotmix) diatas permukaan agregat
A yang telahdiprime coat akan dilaksanakan / dimulai dengan lapisan AC Base, dilanjutkan
dengan AC Binder danACWC.
 Tack coat sebagai bonding akan dilakukan sebelum pekerjaan lapisan untul ACBC dan
ACWC.
 Pekerjaan ini terdiri dan peningkatan kembali dan pembentukan kembali bahu jalan yang
ada, termasuk pembersihan tumbuh-tumbuhan, pemotongan, perapihan, pengurugan
dengan bahan terpilih serta pemadatan untuk mengembalikan bahu jalan mencapai garis,
kemiringan dan dimensi yang benar yang ditunjukkan pada Gambar Rencana atau seperti
yang diperintahkan dalam RKS.
 Penyiapan Lapangan.
 Semua tumbuh-tumbuhan harus dibongkar dari bahu jalan yang ada, rumput, alang -alang,
semak-semak dan tumbuhan lainnya harus dipotong ulang seperlunya sebelum
pembentukan kembali.
 Pembentukan Kembali
 Bahu jalan yang harus dibentuk kembali oleh tenaga kasar, Excavator atau motor
grader
 Pekerjaan tersebut mencakup pembongkaran daerah-daerah yang tinggi, pengurugan
daerah-daerah rendah dengan bahan lebihan, dan pembentukan kembali bahu jalan
tersebut sampai memenuhi kelandaian, garis batas dan ketinggian
 Pemadatan
Seluruh pembentukan kembali dan peningkatan bahu jalan harus diikuti pemadatan
dengan mesin gilas roda ban atau peralatan pemadatan lain yang cocok yang disetujui
oleh Direksi Teknik. Pemadatan harus dilaksanakan sampai memenuhi persyaratan
kepadatan normal untuk mempersiapkan tanah dasar.
 Pelaksanaan
 Penyiapan lapangan untuk menempatkan bahan bahu Jalan, termasuk galian bahan
yang ada dan perapian ujung Jalan kendaraan yang ada, dilaksanakan seperti
ditunjukkan pada Gambar Rencana.
 Tanah Dasar atau formasi harus disiapkan dan diselesaikan sesuai dengan pekerjaan-
pekerjaan yang ditentukan
 Bahu ja!an pada kedua sisi jalan tidak boleh dibangun pada waktu yang bersamaan,
harus dibangun satu sisi dulu, baru berikutnya pada sisi yang lain.

V. LAPIS PONDASI BAWAH DAN LAPIS PONDASI ATAS


V.1 Lapis Pondasi Bawah
 Lapis Pondasi Bawah adalah lapisan konstruksi pembagi beban kedua yang berupa
bahan berbutir diletakkan di atas lapisan tanah dasar yang dibentuk dan dipadatkan,
serta langsung di bawah Lapis Pondasi Atas perkerasan.
 Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah terdiri dari menempatkan, memproses, mengangkut,
menebarkan, mengairi dan memadatkan bahan Lapis Pondasi Bawah berbutir yang
disetujui sesuai dengan gambar-gambar.

 Pelaksanaan Pekerjaan
 Bahan Lapis Pondasi Bawah harus ditempatkan dan ditimbun di tempat yang bebas
dari lalu-lintas serta saluran -saluran dan lintasan air di sekitarnya.
 Lapis Pondasi Bawah tersebut dicampur dilapangan ruas jalan yang ber –sangkutan
dengan menggunakan tenaga kerja atau motor grader. Pengadukan yang merata
diperlukan dan bahan tersebut harus dipasang dalam lapisan-lapisan melebihi 20 cm
tebalnya atau ketebalan lain seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik agar dapat
mencapai tingkat pemadatan yang ditetapkan.
 ketebalan Lapis Pondasi Bawah terpasang harus sesuai dengan Gambar Rencana
dan seperti dinyatakan dalam Daftar Penawaran, atau seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Teknik di lapangan untuk memenuhi kondisi lapis bawah dasar yang
sebenarnya.
 Penghamparan dan Pemadatan
 Penghamparan akhir LPB sampai ketebalan dan kemiringan melintang Jalan yang
diminta harus dilaksanakan dengan kelonggaran kira-kira 15%, penurunan ketebalan
untuk pemadatan lapisan-lapisan Lapis Pondasi Bawah. Segera setelah
penghamparan dan pembentukan akhir masing-masing lapisan harus didapatkan
sampai lebar penuh Lapis Pondasi Bawah permukaan, dengan menggunakan mesin
gilas roda baja atau mesin gilas roda ban Pneumatic atau peralatan pemadat lain yang
disetujui oleh Direksi Teknik.
 Penggilasan untuk pembentukan dan pemadatan bahan Lapis Pondasi Bawah akan
bergerak secara gradual dari pinggir ke tengah, sejajar dengan garis sumbu jalan dan
harus terus menerus sampai seluruh permukaan telah didatarkan secara merata. Pada
bagian-bagian super elevasi, kemiringan melintang Jalan atau kelandaian yang terjal,
penggilasan harus bergerak dari bagian yang lebih rendah ke bagian jalan yang lebih
tinggi. Setiap ketidakteraturan atau bagian ambles yang mungkin terjadi, harus
dibetulkan dengan menggaru atau meningkatkan dan menambahkan bahan Lapis
Pondasi Bawah untuk membuat permukaan tersebut mencapai bentuk dan ketinggian
yang benar
 Bagian-bagian yang sempit di sekitar Kerb atau dinding yang tidak dipadatkan dengan
mesin gilas, harus dipadatkan dengan pemadat atau mesin tumbuk yang disetujui.
 Kandungan kelembaban untuk pemasangan harus dijaga dalam batas-batas 3%
kurang dari kadar air optimum sampai 1% lebih dari kadar air o ptimum dengan
penyemprotan air atau pengeringan seperlunya, dan bahan Lapis Pondasi Bawah
dipadatkan untuk menghasilkan kepadatan yang ditetapkan, ke seluruh ketebalan
penuh masing-masing lapisan, mencapai 100% kepadatan kering maksimum yang
ditetapkan yang sesuai dengan AASHTO T99 (PB – 0111)

V.2 Lapis Pondasi Atas Agregat


 Lapis Pondasi Atas Jalan merupakan lapisan struktur utama di atas Lapis
Pondasi Bawah (atau di atas lapis tanah dasar dimana tidak dipasang Lapis Pondasi
Bawah). Pembangunan Lapis Pondasi Atas terdiri dari pengadaan, pemrosesan,
pengangkutan, penghamparan, penyiraman dengan air, dan pemadatan agregat batu
atau kerikil alami pilihan dalam Lapis Pondasi Atas, di atas satu Lapis Pondasi Bawah
atau di atas lapis tanah dasar yang telah disiapkan
 Penyiapan Lapis Pondasi Atas :Pencampuran dan Penghamparan Lapis Pondasi Atas
:
• Agregat Lapis Pondasi Atas (LPA) Kelas A
 Agregat ditempatkan pada lokasi di atas Lapis Pondasi Bawah yang sudah
disiapkan dalam volume yang cukup untuk menyediakan penghamparan dan
pemadatan ketebalan yang diperlukan.
 Agregat dihampar dengan tangan oleh pekerja atau dengan motor grader
sampai satu campuran yang merata, dengan batas kelembaban yang
optimum.
 Agregat harus dihampar dalam lapisan yang tidak melebihi ketebalan 20 cm,
dalam satu cara sehingga kepadatan maksimum yang telah ditetapkan dapat
dicapai.
• Macadam Ikat Basah – Kelas B
 Sebelum lapisan Makadam dipasang permukaan yang akan dilapisi dengan
Makadam diperiksa dan disetujui oleh Tim Supervisi.
 Sebelum menghampar batu kasar / pokok, buatlah bangunan penunjang
samping pinggir (lebar ± 30 cm), misalnya dengan material timbunan bahu
jalan, agar pemadatan batu pokok yang digilas tidak dapat
terdorong kepinggir.
 Dengan menggunakan suatu bahan yang ukuran maksimumnya adalah A
cm,ketebalan dari pada lapisan harus dibatasi sampai A+4 cm sebelum
pemadatan untuk memperoleh suatu lapisan kira-kira A+2 cm setelah
pemdatan.
 Penempatan batu pokok harus dikerjakan dengan hati-hati sekali untuk
membentuk permukaan jalan sedekat mungkin mendekati kemiringan dan
tebal yang disyaratkan. Oleh karena itu tebal lapisan, bentuk dan kehalusan
permukaan harus sering sekali diperiksa selama penghamparan agregat -
agregat. Jika diperlukan bahan harus ditambah atau dikurangi.
 Penghamparan dan Pemadatan
 Pada penghamparan akhir sampai ketebalan dan kemirngan melintang yang
diperlukan, dilaksanakan dengan cara cadangan sekitar 10% pengurangan
ketebalan untuk pemadatan bahan-bahan Lapis Pondasi Atas segera setelah
penghamparan dan pembentukan akhir setiap lapisan LPA.
 Saat penggilasan untuk pembentukan dan pemadatan alat pengilas maju
sedikit demi sedikit dari pinggir ke tengah dari perkerasan, sejajar dengan
sumbu jalan dan dilaksanakan dalam operasi yang terus menerus untuk
membuat pemadatan matang yang merata. Pada bagian super elevasi, miring
melintang atau kemiringan yang terjal, penggilasan harus berjalan dari bagian
Jalan yang lebih rendah menuju kebagian atas.
 Setiap ketidak aturan atau penurunan setempat yang mungkin terjadi, harus
diperbaiki dengan membongkar permukaan yang sudah dipadatkan,
menggaruk. Bahan pengisi tambahkan yaitu setiap timbul rongga diantara
agregat-agregat. Penempatan bahan pengisi / halus dan penggilasan harus
diteruskan sampai isian berikut tidak dapat dimasukkan lagi. Pada akhir
pekerjaan, permukaan lapisan Makadam harus menyerupai batu mozaik yang
padat dan bebas dari rongga-ronga.
VI. STRUKTUR
 Pekerjaan Beton K-300
• Sesuai gambar dalam dokumen tender, maka volume pekerjaan beton K-300 akan
digunakan sesuai gambar dan atau pekerjaan lainnya sesuai hasil field engineering
yang telah disetujui Direksi Pekerjaan.
• Beton K-300 di produksi secara manual (concrete mixer). Material berupa pasir, semen
dan agregat kasar diterima dilokasi pekerjaan.
• Secara umum tahapan pelaksanaan pekerjaan beton K-300 untuk pekerjaan diatas
(butir a ) dapat diuraikan secara berikut :
1. Pekerjaan akan dimulai dengan pembuatan shop drawings untuk
kemudian dimintakan persetujuannya dari Direksi Pekerjaan.
2. Baja Tulangan yang telah dirakit (cutting and bending) di base camp akan dibawa
ke lokasi pekerjaan untuk dipasangkan sesuai shop drawings. Baja tulangan akan
dipasangkan / diikat dengan menggunakan kawat beton.
3. Pekerjaan dilanjutkan dengan pembuatan dan pemasangan bekisting yang terbuat
dari balok kayudan multiplex untuk membentuk dimensi struktur sesuai shop
drawings.
4. Sebelum dilakukan pengecoran beton, maka semua hasil rakitan penulangan dan
bekisting akan dibersihkan terlebih dahulu dan dimintakan persetujuannya dari
Direksi Pekerjaan.
5. Untuk menjaga agar tidak terjadi pemisahan agregat (segredasi) dari beton, maka
pengecoran beton akan dilakukan dengan menggunakan luncuran manual.
6. Selama proses pengecoran, beton akan diperiksa kekentalannya dengan uji slump
dan terhadap beton yang lolos uji, akan dituangkan dan pemadatan beton akan
dilakukan dengan menggunakan concrete vibrator sedemikian rupa agar tidak
terjadi bleeding.
7. Untuk mengetahui kondisi kekuatan beton, maka atas persetujuan Direksi
Pekerjaan, akan dilakukan pengambilan dan pembuatan benda uji kubus/silinder.
 Pasangan Batu
1. Pekerjaan ini dilakukan secara mekanik, Semen, Pasir, dan Air dicampur dengan
perbandingan yang telah ditentukan dan diaduk menggunakan Concrete Mixer.
Batu yang akan digunakan untuk pasangan harus sesuai dengan spesifikasi. Batu
dibersihkan dan dibasahi seluruh permukaannya sebelum dipasang. Penyelesaian
dan perapihan setelah pemasangan.
2. Membersikan galian yang telah dibuat dan kontrol kedalaman dan lebar galian
serta kelurusannya sesuai profil yang dipasang. Menghamparkan pasir sebagai
lapisan dasar pondasi dan dipadatkan sehingga mempunyai permukaan yang rata
dengan tebal minimum +20 cm. Juga meliputi semua bahan, penyiapan pondasi
dan seluruh pekerjaan yang diperlukan yang ditunjukkan dalam Gambar.
 Pemasangan Box Culvert
1. Pekerjaan ini dilakukan secara mekanik dengan mencampur semen, pasir, air dan
batu split berukuran maksimal 20 mm dalam satu perbandingan yang telah
ditentukan untuk mencapai mutu beton yang di persyaratkan.
2. Penyiapan bekisting yang baik
3. Pemasangan besi beton sesuai dengan spesifikasi teknis seperti yang sudah
ditentukan jarak dan diameternya. Besi beton yang digunakan adalah
menggunakan U39
4. Untuk pekerjaan box culvert dapat menggunakan tipe RCP ataupun tipe box yang
sudah jadi.

GAMBAR 13. POTONGAN MELINTANG JALAN


GRAFIK PENGHITUNGAN CALIFORNIA BEARING RATIO ( CBR )
RENCANA DAN ANGGARAN BIAYA PELAKSANAAN
1. ESTIMASI VOLUME
2. ESTIMASI KEBUTUHAN EQUIPMENT
DAFTAR ITEM PEKERJAAN DAN RENCANA BIAYA PEKERJAAN JALAN TAMBANG
PT XYZ
KURVA S – SCHEDULE RENCANA PELAKSANAAN PEKERJAAN
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan survey dan perhitungan di dapatkan kesimpulan :
a. Jalan angkut yang ada sekarang masih ada beberapa bagian jalan yang belum memenuhi
syarat lebar minimum untuk jalan angkut dua jalur, sehingga memerlukan penambahan lebar
pada kondisi lurus dan tikungan. Hasil perhitungan lebar minimum jalan angkut lurus dan
tikungan dengan alat angkut Scania P420 :
 Lebar minimum jalan lurus = 9 meter
 Lebar minimum jalan tikungan = 14 meter
 Jari jari tikungan = 26 meter
b. Ada beberapa lokasi tikungan yang belum dapat teridentifikasi nilai superelevasi, hanya
berdasarkan rencana penggunaan dump truck scania P420 dapat dihitung rencana
superelvasinya agar alat angkut dapat melaju sesuai dengan kecepatan. Nilai superelevasi
yang harus dibuat pada tikungan sebesar 21.805 mm/m.
c. Untuk Cross slope (kemiringan melintang) jalan angkut bagian tengah harus memiliki beda
tinggi sebesar 19,17 cm terhadap sisi kanan dan kiri jalan agar air hujan tidak menggenangi
badan jalan.
d. Jalan Tambang dan Hauling pada kawasan tambang PT XYZ relative telah memiliki trase
jalan yang baik hanya saja perlu mendapat perhatian khusus karena dibeberapa tempat
memerlukan pekerjaan mulai dari persiapan berupa penebangan pohon, pembersihan
semak, pekerjaan tanah yang meliputi galian dan timbunan dan juga beberapa lokasi
memerlukan pekerjaan beton struktur dikarenakan melewati aliran air. Beton struktur dapat
berupa pembuatan box culvert dengan tebal 20 cm menggunakan besi dia 16 jarak 100 mm
dengan mutu beton setara dengan kelas B atau K 350. Juga termasuk pekerjaan perkerasan
jalan berupa sub base course dengan tebal 25 cm serta base course tebal 15 cm dan juga
saluran saluran drainase.
e. Daerah rawan genangan air yang ada hendaknya memperhatikan cross slope serta grade
jalan dengan senantiasa memelihara saluran yang ada di kiri maupun kanan
f. Perlu pemasangan rambu rambu peringatan 50 meter di lokasi sebelum persimpangan
jalan.
g. Rencana sewa pakai jalan hauling milik PT KLM hendaknya perlu dikaji secara mendalam
dari aspek legal dan financial.
h. Dalam hasil pengamatan ke lokasi rencana jalan sewa pakai didapati bahwa pembuatan
jalan hauling di lokasi tersebut memerlukan perencanaan yang matang berupa survey ulang
baik topografi maupun pemetaan situasi untuk dapat direncanakan dengan baik
pembangunan jalan hauling tersebut.
i. Hasil yang diperoleh selama survey ditemukan adanya trase jalan lain yang diperkirakan
lebih pendek jaraknya dari pada opsi jalan sewa pertama
j. Dalam merekonstruksi perkerasan jalan hauling eksisting dapat dipertimbangkan untuk
mengeksploitasi lokasi tambang yang berada tidak jauh dari lokasi pekerjaan jalan dalam
kata lain perlu menata ulang strategi produksi penambangan dikaitkan dengan pekerjaan
rekonstruksi perkerasan jalan hauling dan tambang.
k. Strategi penambangan hendaknya juga diikuti dengan rencana pengiriman hasil tambang ke
pelabuhan khusus terdekat. Kerjasama dengan pemilik tambang swasta lainnya yang
memiliki pelabuhan sendiri perlu di pelajari dengan cermat. Opsi lain adalah kerjasama
dengan pemda setempat yang telah memiliki pelabuhan . Perlu dibentuk team khusus untuk
hal ini guna mempelajari aspek legal dan financial serta dampak social yang mungkin akan
timbul.
l. Konsep LARAP dapat menjadi pertimbangan untuk pendekatan ke warga masyarakat yang
lahannya masuk dalam rencana produksi
m. Pembangunan embung di beberapa titik dapat menjadi solusi penanganan luapan air anak
sungai dikarenakan back water. Pembangunan embung tersebut kedepannya dapat
dikembangkan lebih lanjut..
n. Senantiasa memperhitungkan rencana produksi dengan rencana penjualan terkait dengan
adanya bulan beluan tertentu yang tidak memungkinkan untuk Tongkang merapat ke
pelabuhan.
o. Dengan panjang jalan yang diperkirakan masih dalam kondisi baik sekitar 80% maka
anggaran biaya yang dibutuhkan untuk merekonstruksi jalan tambang dengan panjang jaln
8600 meter dibutuhkan biaya mencapai Rp. 24.075.590.000 (incl.PPN) atau biaya konstruksi
mencapai Rp. 2.799.487.000/km.
p. Perhitungan estimasi volume tertuang dalam table dibawah ini
RENCANA JALAN
TAMBANG PT XYZ

GAMBAR 14 PETA CITRA SATELIT LOKASI PT XYZ


FOTO FOTO LOKASI

Вам также может понравиться