Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Infrastruktur yang baik sangat dibutuhkan oleh kegiatan apapun, termasuk juga dalam
kegiatan pekerjaan penambangan. Pekerjaan infrastruktur dalam proses penambangan
merupakan sarana vital untuk konektivitas dan pengangkutan hasil tambang. Agar dapat
berfungsi dengan baik maka pekerjaan infrastruktur berupa pembuatan jalan tambang
harus melalui proses perencanaan yang matang untuk perkerasan jalan tambang pada
area yang menghubungkan antara lokasi perkantoran, crushing plant, pengolahan bahan
galian dan wilayah tambang lainnya.
Pada dasarnya perencanaan jalan tambang dan pembuatannya hampir sama dengan
jalan lainnya, hanya saja berbeda pada bagian permukaan jalan atau road surface yang
tidak mengandung unsur beton atau aspal seperti di jalan kota. Tujuannya adalah agar
tanah bisa dilewati oleh alat alat berat dan peralatan mekanis yang menggunakan
crawler track seperti excavator, bulldozer, crawler rock drill, track loader dan lainnya.
LATAR BELAKANG
Berdasarkan permintaan pasar akan Batubara yang semakin meningkat mengakibatkan
semakin banyak berdirinya perusahaan–perusahaan pertambangan Batubara di
Indonesia, telah melakukan kegiatan operasi produksi berdasarkan pada wilayah IUP
operasi produksi seluas 5.000 hektar.
Metode penambangan yang diterapkan adalah metode tambang terbuka dimana dalam
pengoperasiannya digunakan Excavator PC 300 dan PC 200 sebagai alat gali muat dan
Dump Truck Scania P420 atau yang sejenis sebagai alat angkut. Salah satu kegiatan
penambangan yang dapat mempengaruhi produksi adalah pengangkutan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi operasi pengangkutan antara lain :
Kondisi jalan,
Kondisi peralatan,
Kondisi cuaca dan lain sebagainya.
Alat angkut tidak bisa beroperasi secara optimal dikarenakan kondisi jalan angkut
(Hauling) yang sempit, tanjakan yang curam, permukaan jalan licin dan lainnya. Dengan
adanya permasalahan tersebut maka diperlukan evaluasi teknis mengenai kondisi
Geometri jalan angkut (Hauling) dari front tambang Batubara ke stockpile pada sektor
penambangan pit 1 agar proses pengangkutan Batubara dapat berjalan dengan lancar
dan aman. Dengan adanya evaluasi teknis terhadap jalan angkut diharapkan dapat
membantu mengatasi permasalahan proses pengangkutan Batubara sehingga
produktivitas alat angkut meningkat dan target produksi Batubara dapat tercapai.
TUJUAN
Lalu lintas ditambang maupun dijalan angkut batubara (hauling) merupakan aktivitas yag
memiliki resiko tinggi kecelakaan, hal ini dapat terjadi disebabkan oleh adanya tidak
aman pengguna jalan dan kegagalan dalam membuat standar jalan. Beberapa jenis
kondisi jalan yang dapat menyebabkan kecelakaan di area tambang adalah:
1. Kondisi jalan licin Kondisi jalan licin yang disebabkan oleh hujan maupun
penyiraman dapat membahayakan bagi pengguna jalan. Unit produksi maupun
unit support lainnya dapat berpotensi sliding di karenakan hal ini.
2. Tikungan jalan Tikungan jalan dengan superelevasi terbalik akan menyebabkan
gaya sentrifugal unit saat di tikungan berkurang, sehingga dapat menyebabkan
unit terguling. Selain menyebabkan terbalik, tikungan dengan superelevasi
terbalik dapat menyebabkan muatan tumpah.
3. Grade jalan tinggi Grade jalan tambang selain berpengaruh terhadap penggunaan
bahan bakar (fuel consumption) dan cycle time juga sangat berpengaruh terhadap
keselamtan, jalan dengan grade yang tinggi dapat menyebabkan unit tidak
mampu naik dan tergelincir, selain itu juga grade tinggi dapat menyebabkan
kerusakan pada peralatan.
4. Jalan Sempit Lebar jalan tambang yang tidak sesuai dengan unit terbesar yang
beroperasi di area tersebut dapat berpotensi menyebabkan kecelakaan, yang
sering terjadi adalah tabrakan antar unit.
5. Switchback Switchback biasanya tidak terhindarkan untuk desain jalan tambang,
hal ini sering terjadi pada tambang yang sudah dalam. Switchback digunakan
sebagai alternatif untuk mengurangi grade jalan yang tinggi. Kondisi jalan dengan
tikungan tajam ini sering menyebabkan kecelakaan di tambang, kecelakaan yang
sering terjadi adalah tabrakan dengan unit dari arah yang berlawanan, sarana
terlindas HD karena mengambil jalur yang salah.
6. Blindspot Kondisi jalan dengan pandangan terbatas akibat tertutup material atau
penghalang lainnya sangat berpotensi menyebabkan kecelakaan.
Proses pembuatan jalan tambang dilakukan harus jauh sebelum penambangan dimulai.
Adapun perlatan mekanis yang dipakai untuk pembuatan jalan tambang ini adalah :
1. Bulldozer
Alat ini digunakan untuk membersihkan lahan serta melakukan perintisan jalan,
memotong timbunan dan melakukan perataan. Sehingga alat ini merupakan alat
yang pertama kali digunakan.
2. Ripper ( alat garu)
Untuk mengatasi bebatuan yang keras yang menghalangi jalan.
3. Excavator
Jika saat perataan jalan tambang banyak ditemukan gundukan tanah atau adanya
lokasi daratan yang tidak rata, maka diperlukan alat yang dapat menggali
gundukan tanah tersebut dan menimbun suatu lokasi dengan volume yang cukup
besar.
4. Dump truck
Sebagai kendaraan yang dipakai untuk mengangkut sisa sisa tanah hasil galian
baik keluar area ataupun menuju tempat timbunan
5. Motor Grader
Membantu untuk meratakan dan perawatan jalan tambang yang sedang dibuat.
6. Alat Pemadat
Alat ini dipakai untuk membantu meningkatkan daya dukung tanah dengan cara
dipadatkan agar siap dilakukan kendaraan bermuatan berat.
Dalam membuat jalan tambang , pekerjaan yang tidak kalah penting lainnya adalah
drainase yang bertujuan untuk menampung jika curah hujan tinggi dan menampung
partikel yang terbawa arus air hujan sehingga tidak menggenangi permukaan jalan. Jika
harus melalui sungai maka harus dibuat jembatan dengan konstruksi yang sama dengan
jembatan kota, namun jika hanya berupa parit kecil maka bisa diatasi dengan
penggunaan gorong-gorong (culvert) lalu dicampur dengan tanah dan batu hingga elevasi
tertentu.
arah
Dua kali lebar alat angkut terbesar untuk
3. Lebar jalan pada jalan tambang satu arah
jembatan sesuai Lebar jalan pada jembatan sesuai ketentuan
ketentuan di atas. diatas
Kemiringan (grade) jalan tambang/produksi dibuat tidak boleh lebih 12% (dua belas
persen) dengan memperhitungkan:
1. spesifikasi kemampuan alat angkut;
2. jenis material jalan; dan
3. fuel ratio penggunaan bahan bakar
Dalam hal kemiringan jalan tambang/ produksi lebih dari 12% (dua belas persen)
dilakukan kajian teknis yang paling kurang mencakup:
a) Kajian risiko;
b) Spesifikasi teknis alat; dan
c) Spesifikasi teknis jalan
Selain ketentuan di atas, masih ada beberapa ketentuan yang diatur terkait dengan jalan
pertambangan diantaranya:
JALAN HAULING
Fungsi utama jalan angkut secara umum adalah untuk menunjang kelancaran operasi
penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Medan berat yang mungkin terdapat
disepanjang rute jalan tambang harus diatasi dengan mengubah rancangan jalan untuk
meningkatkan aspek manfaat dan keselamatan kerja.
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN TAMBANG
1. LEBAR JALAN PADA JALAN LURUS
Wmin = 2 (U+Fa+Fb+Z) + C
Z = (U+Fa+Fb)/2
3. JARI-JARI TIKUNGAN
L = 0.01744 Δ R
4.2 Spiral-Lingkaran-Spiral (S-C-S):
L tot = 2 Ls + Lc
Ls = 0.022 VR3 – 2.727 VRe
RxC C
5. SUPERELEVASI
*Badan jalan yang dimiringkan ke arah titik pusat pada belokan/tikungan
*Fungsinya untuk mengatasi gaya sentrifugal kendaraan pada saat membelok
l (e + en ) B
=
m Ls
VR’ km/jam 20 30 40 50 60 80
e 1/50 1/75 1/10 1/11 1/12 1/15
0 5 50 0
6. Kemiringan Jalan
*Kemiringan maksimum vs kecepatan
VR’ km/jam 120 110 100 80 60 50 40 <40
α, % 3 3 4 5 8 9 10 10
Keterangan :
8. Perkerasan Jalan
Perkerasan jalan ada 3 jenis, yaitu:
1. Perkerasan lentur (flexible pavement)
2. Perkerasan kaku (rigid pavement)
3. Perkerasan kombinasi lentur-kaku (composite pavement)
Perkerasan jalan tersusun sebagai berikut:
1. Lapisan dasar (subgrade)
2. Lapisan fondasi bawah (subbase course)
3. Lapisan fondasi atas (base course)
4. Lapisan permukaan (surface course)
Lapisan perkerasan rigid adalah lapisan permukaannya terbuat dari plat beton (concrete
slab).
Merupakan lapisan asli bumi yang sangat menentukan kekuatan daya dukung terhadap
kendaraan yang lewat
Dalam mengevaluasi subgrade (di laboratorium) perlu diuji dan diketahui:
1. kadar air
2. kepadatan (compaction)
3. perubahan kadar air selama usia pelayanan
4. variabilitas tanah dasar
5. ketebalan lapisan perkerasan total yang dapat diterima oleh lapisan lunak yang ada
dibawahnya.
Fungsi utama jalan angkut adalah untuk menunjang kelancaran operasional pengangkutan
dalam kegiatan penambangan.Alat angkut umumnya berdimensi besar, oleh sebab itu, geometri
jalan harus sesuai dengan dimensi alat angkut yang digunakan agar dapat bergerak leluasa pada
kecepatan normal dan aman. Berikut usulan geometri jalan angkut yang harus diperhatikan
pada umumnya, yaitu:
Seandainya lebar kendaraan dan jumlah lajur yang direncanakan masing-masing adalah Wt
dan n, maka lebar jalan angkut pada jalan lurus dapat dirumuskan sebagai berikut:
L min = n.Wt + (n + 1) (½.Wt)………………………….(1) Dimana :
L min = lebar jalan angkut minimum (m)
n = jumlah lajur
Wt = lebar alat angkut,(m)
Dengan menggunakan ilustrasi pada gambar dibawah ini dapat dihitung lebar jalan
minimum pada belokan, yaitu seperti terlihat di bawah ini:
4. Cross Slope
Angka cross slope pada jalan angkut dinyatakan dalam perbandingan jarak vertikal dan
horizontal dengan satuan mm/m. Pada konstruksi jalan angkut surface mining besarnya
cross slope yang dianjurkan mempunyai ketebalan antara ¼ sampai ½ inch untuk tiap feet
jarak horizontal atau sekitar 20 mm sampai 40 mm untuk tiap meter.
Dimana :
e = super elevasi (mm/m)
V = kecepatan rencana( 30 km/jam)
R = Jari-jari tikungan
f = factor gesek( 0)
302
R =
127 x (0.1 + 0.1725)
Tabel 3
Faktor Efisiensi Alat
Untuk mengetahui kemampuan tanjakan Scania P420 dapat dihitung sebagai berikut :
1. Bermuatan
Rimpul yang diperlukan :
Rimpul untuk mengatasi tanjakan misal (grade = a % )
50,075 ton x 20 lb/ton/%grade = (1001,5x a % grade) lb
Rimpul untuk mengatasi tahanan gulir
50,075 ton x 100 lb/ton = 5007,5 lb
Rimpul untuk mengatasi percepatan
50,075 ton x 20 lb/ton = 1001,5 lb
kecepatan (mph)
Diketahui bahwa kecepatan maksimum yang tersedia pada gigi 1 dengan effisiensi
mesin 85 % adalah 6,101 mph maka :
2. Pembahasan
Pada pengamatan di lapangan ada beberapa tikungan yang belum memiliki nilai
superelevasi standar, menyebabkan kecepatan alat angkut pada saat melewati
tikungan akan lebih lambat dan apabila suatu alat angkut melewati tikungan
dengan kecepatan tinggi maka alat angkut kemungkinan besar akan mengalami
kecelakaan.
Tan α = e = V2/(R x G)
= 16,6722/ (70 x 9,8)
=277,89 / 686
Tan α =0,40
α = 21,805 mm/m
Setelah melakukan perhitungan kemampuan alat angkut dalam megatasi tanjakan
di dapat perhitungan 17 %, dengan data pengamatan di lapangan kemiringan
tanjakan hanya 10%, dengan kemiringan tanjakan 13% dengan alat angkut scania
P420 yang mampu melewati tanjakan maksimal 17% .
Jalan angkut yang baik memiliki cross slope ¼ ipf atau 42,61 mm/m. Ini berarti
setiap 1 meter jarak mendatar terdapat beda tinggi sebesar 4,261 cm.
Jadi agar jalan angkut memiliki cross slope yang baik maka bagian tengah jalan
angkut harus memiliki beda tinggi sebesar 19,17 cm terhadap sisi jalan.
Berikut merupakan cara perhitungan daerah kontak dan distribusi beban terhadap
permukaan jalan angkut.
1. Roda Depan
Beban pada poros(kg) (Bermuatan(lb))= 16.524 ( 36.418,896 )
1 kg = 2,204 lb
1 psi = 144 psf
Jumlah ban = 4 buah
Tekanan udara ban depan = 90 psi
0,9 x 9104,742lb
=
90 psi
= 91,047 in2
99104,742 lb
Beban yang diterima permukaan
jalan = =91,047 in2 = 100 psi
= 14.400 psf
2. Roda Belakang
Beban pada poros(kg) (Bermuatan(lb) = 33.550,25 ( 73944,751 )
Jumlah ban = 8 buah (terdiri dr 4 set roda ganda)
Tekanan udara ban = 110 psi
Ekivalen beban roda tunggal = 1,2
Berdasarkan data tersebut, beban yang diterima tiap roda adalah :
73944,751 lb : 8 = 9243,093 lb
Karena roda belakang merupakan roda ganda, maka beban tiap roda harus
dikalikan dengan Ekivalen beban roda tunggal, sehingga :
0,9 x 11091,711lb
=
110 psi
= 90,744 in2
Beban yang diterima permukaan Beban pada roda (lb)
jalan =
Luas daerah kontak (in2 )
11091,711lb
Beban yang diterima permukaan = 122,230 psi
jalan =
90,744 in2
= 17.601,234 psf
= 85.936,75 kg/m2
Tabel 4
Daya Dukung Material
Material 1,000 psf
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diklasifikasikan bahwa material daya dukung tanah
untuk jalan angkut PT XYZ termasuk dalam kategori Compact gravel and boulder-gravel
formation;very compact sandy gravel yang memiliki daya dukung tanah sebesar 20 x 1000 psf
= 20.000 psf. Dengan nilai daya dukung material sebesar 20.000 psf, maka dapat menahan
beban pada permukaan jalan sebesar 17.601,234 psf.
Pada jalan angkut tambang di PT XYZ, jalan adalah akses atau lintasan yang digunakan untuk
mengangkut material batubara ketempat pengumpulan batubara. Selain itu jalan angkut tambang
juga berfungsi sebagai akses kendaraan LV atau kendaraan ringan yang bertujuan untuk mengecek
kondisi pengambilan batubara.
Namun dalam hal ini kondisi jalan angkut tambang masih belum sesuai standar. Dari pengamatan
yang dilakukan pada jalan hauling tambang PT XYZ didapatkan hasil bahwa lintasan atau jalan angkut
tambang untuk kendaraan Scania P 420 belum seluruhnya memenuhi standar terutama dilokasi ……..
Pada lokasi …….. yang dikatakan tidak standar ini terdapat di jalan lurus, jalan tikungan/belokan,
kemiringan jalan/superelevasi, jari-jari tikungan dan tinggi permukaan dua sisi jalan/crosslope. Maka
dari itu dilakukanlah perhitungan kembali untuk membuat kondisi jalan angkut tambang menjadi
lebih standar.
Kemudian dari hasil perhitungan yang dilakukan didapatlah lebar jalan lurus yaitu sekitar 9,1 ~ 9
meter yang artinya ada pengurangan ataupun penambahan lebar pada jalan angkut tambang.
Berbeda dengan pengamatan yang dilakukan pada PT XYZ hanya terdapat lebar sekitar 6 ~10 meter
berarti jalan angkut tambang di PT XYZ belum optimal. Sesuai pada prinsip nya bila standar jalan
tidak diterapkan atau jalan tersebut terlalu sempit maka resiko terjadinya kecelakaan semakin besar.
Kemudian dari hasil perhitungan jalan tikungan/belokan yang dilakukan didapatlah 14,3~14 meter
yang artinya berbeda jauh dengan kondisi yang ada di PT XYZ yaitu sekitar 10~12 meter. Berarti
kondisi jalan tikungan yang ada PT XYZ kurang optimal, ini sangat berbahaya untuk dilewati
dikarenakan jalan terlalu sempit yang memiliki resiko tabrakan yang besar. Kemudian dihitung juga
jari-jari tikungan yaitu didapatlah hasilnya yang sebesar 26 meter. Jari- jari tikungan dibutuhkan
untuk menghindari kendaraan Scania P420 menjadi terbalik dikarenakan tikungan yang terlalu
tajam. Maka dari itu setelah dihitung terdapat 26 m yang membuat jarijari tikungan menjadi standar.
Selanjutnya dari hasil perhitungan superelevasi atau kemiringan jalan didapatkan hasil sebesar
21,801 cm . Kemiringan jalan digunakan pada saat jalan tikungan. Di PT XYZ masih belum
diperlihatikan tentang superelevasi atau kemiringan jalan pada saat tikungan. Superelevasi yang
terdapat di PT XYZ belum teridentifikasi . Kemiringan jalan tersebut bisa membuat operator Scania
P420 menjadi kesulitan dalam berbelok dikarenakan terlalu miring.
Kemudian yang terakhir yaitu crosslope, dimana didapatlah hasil yaitu sebesar 19.17 mm/m dari sisi
dalam jalan. Dari hasil perhitungan ini belum bisa dikatakan crosslope apakah lebih besar atau lebih
kecil dibandingkan dengan di PT XYZ karena cross slope belum dapat teridentifikasi. Sehingga belum
dapat diketahui apakah crosslope sudah memenuhi standar atau tidak untuk digunakan oleh
operator SCANIA P420.
Dari hasil pengukuran jalan angkut tambang yang telah dilakukan tersebut dapat dikatakan bahwa
belum semua aspek yang ada di jalan ………… PT XYZ masuk dalam standar, ini dapat
membahayakan pengguna jalan angkut tambang tersebut yaitu operator SCANIA P420. Kecelakaan
sulit untuk dihindari dalam bekerja tetapi bisa dicegah. Dalam kondisi yang belum memenuhi
standar maka Operator SCANIA P420 akan merasa tidak nyaman dengan kondisi jalan seperti
sekarang dikarenakan tidak standarnya jalan tersebut
Tabel 5
USULAN DESIGN JALAN TAMBANG HAULING
Keterangan :
- lebar jalan lurus : 9,1 ~ 9 m
- tinggi tanggul : 55 cm
- lebar tanggul : 1,5 m
- jarak pandang : minimal 75 m
GAMBAR 11 CROSS SLOPE
Keterangan :
- tinggi permukaan : 41,67 cm
- kemiringan : 21,805 cm
Keterangan :
- lebar jalan tikungan : 14,3 ~ 14 m
- jari jari tikungan : 26 m
RENCANA PEKERJAAN KONSTRUKSI JALAN TAMBANG
I. UMUM
I.1 MOBILISASI :
II. DRAINASE
Pekerjaan Drainase akan dimulai dengan melakukan pengukuran situasi dan elevasi dasar
saluran,khususnya outlet dari existing saluran untuk menentukan ketinggian (arah dan
kelandaian) saluranrencana dengan menggunakan titik ikat yang disetujui dan diikuti
dengan pemasangan patok serta profilkemiringan galian.
Saluran drainase yang ada, untuk sementara direlokasi agar tetap berfungsi sebelum
pekerjaan drainaseyang permanen selesai dilaksakan, kondisi ini dimaksudkan untuk
menjaga aliran air disekitar lokasiproyek dalam mengantisipasi musim hujan. Dewatering
kemudian akan dilakukan terhadap salurandrainase lama yang dipindahkan, sebelum
pekerjaan pelebaran jalan dilokasi bekas saluran drainasetersebut dilaksanakan.
Untuk menjaga kestabilan pekerjaan pelebaran jalan, maka pekerjaan penggalian dan
penimbunanuntuk membentuk saluran drainase akan dilaksanakan secara bertahap dan
disesuaikan dengan progrespekerjaan tersebut diatas.
Pada daerah drainase yang telah tergali dan tebentuk serta elevasi dasar saluran telah
sesuai dengandimensi gambar kerja yang disetujui dan juga telah dipadatkan, maka sesuai
lokasi yang direncanakanakan dilanjutkan dengan pekerjaan pemasangan batu dengan
mortar.
Untuk daerah saluran yang terbentuk dengan penimbunan, maka pekerjaan pemasangan
batu kali akandikerjakan apabila pekerjaan penimbunan tersebut telah memperhatikan
sesetabilan.
Rehabilitasi Drainase Tepi Jalan :
Pekerjaan ini mencakup pembersihan tumbuh-tumbuhan dan pembuangan benda-benda
dari saluran tepi jalan ataupun dari kanal-kanal yang ada, memotong kembali dan
membentuk ulang saluran tanah yang ada untuk perbaikan atau peningkatan kondisi asli,
dan juga perbaikan saluran yang dilapisi dalam ha saluran pasangan batu atau beton.
Lapisan strukur perkerasan pada pelebaran jalan, akan dimulai dari urutan pekerjaan
penghamparantimbunan pilihan, agregat kelas B, agregat kelas A, pekerjaan pengaspalan
yang terdiri dari lapis ACBase, AC Binder dan AC WC.
Proses pemadatan akan dilakukan untuk menyiapkan tanah dasar sebelum timbunan
pilihan,penyiapan badan jalan tersebut dilakukan dengan menggunakan alat pemadat
mekanis danperapihannyadibantu dengan tenaga manusia.
Pekerjaan penghamparan lapis material timbunan pilihan, lapis pondasi bawah (agregat
kelas B) danlapis pondasi atas (agregat kelas A), pada pekerjaan pelebaran akan
dilakukan dengan menggunakanmotor grader dan dipadatkan lapis per lapis dengan
menggunakan Tandem Roller. Untuk mendapatkankepadatan yang maksimum pada kadar
air optimum yang direncanakan, maka dilapangan akanditempatkan satu unit water tank
untuk sewaktu waktu akan diperlakukan dalam mengendalikan kadarair saat proses
pemadatan.
Pekerjaan penghamparan dan pemadatan aspal panas (hotmix) diatas permukaan agregat
A yang telahdiprime coat akan dilaksanakan / dimulai dengan lapisan AC Base, dilanjutkan
dengan AC Binder danACWC.
Tack coat sebagai bonding akan dilakukan sebelum pekerjaan lapisan untul ACBC dan
ACWC.
Pekerjaan ini terdiri dan peningkatan kembali dan pembentukan kembali bahu jalan yang
ada, termasuk pembersihan tumbuh-tumbuhan, pemotongan, perapihan, pengurugan
dengan bahan terpilih serta pemadatan untuk mengembalikan bahu jalan mencapai garis,
kemiringan dan dimensi yang benar yang ditunjukkan pada Gambar Rencana atau seperti
yang diperintahkan dalam RKS.
Penyiapan Lapangan.
Semua tumbuh-tumbuhan harus dibongkar dari bahu jalan yang ada, rumput, alang -alang,
semak-semak dan tumbuhan lainnya harus dipotong ulang seperlunya sebelum
pembentukan kembali.
Pembentukan Kembali
Bahu jalan yang harus dibentuk kembali oleh tenaga kasar, Excavator atau motor
grader
Pekerjaan tersebut mencakup pembongkaran daerah-daerah yang tinggi, pengurugan
daerah-daerah rendah dengan bahan lebihan, dan pembentukan kembali bahu jalan
tersebut sampai memenuhi kelandaian, garis batas dan ketinggian
Pemadatan
Seluruh pembentukan kembali dan peningkatan bahu jalan harus diikuti pemadatan
dengan mesin gilas roda ban atau peralatan pemadatan lain yang cocok yang disetujui
oleh Direksi Teknik. Pemadatan harus dilaksanakan sampai memenuhi persyaratan
kepadatan normal untuk mempersiapkan tanah dasar.
Pelaksanaan
Penyiapan lapangan untuk menempatkan bahan bahu Jalan, termasuk galian bahan
yang ada dan perapian ujung Jalan kendaraan yang ada, dilaksanakan seperti
ditunjukkan pada Gambar Rencana.
Tanah Dasar atau formasi harus disiapkan dan diselesaikan sesuai dengan pekerjaan-
pekerjaan yang ditentukan
Bahu ja!an pada kedua sisi jalan tidak boleh dibangun pada waktu yang bersamaan,
harus dibangun satu sisi dulu, baru berikutnya pada sisi yang lain.
Pelaksanaan Pekerjaan
Bahan Lapis Pondasi Bawah harus ditempatkan dan ditimbun di tempat yang bebas
dari lalu-lintas serta saluran -saluran dan lintasan air di sekitarnya.
Lapis Pondasi Bawah tersebut dicampur dilapangan ruas jalan yang ber –sangkutan
dengan menggunakan tenaga kerja atau motor grader. Pengadukan yang merata
diperlukan dan bahan tersebut harus dipasang dalam lapisan-lapisan melebihi 20 cm
tebalnya atau ketebalan lain seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik agar dapat
mencapai tingkat pemadatan yang ditetapkan.
ketebalan Lapis Pondasi Bawah terpasang harus sesuai dengan Gambar Rencana
dan seperti dinyatakan dalam Daftar Penawaran, atau seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Teknik di lapangan untuk memenuhi kondisi lapis bawah dasar yang
sebenarnya.
Penghamparan dan Pemadatan
Penghamparan akhir LPB sampai ketebalan dan kemiringan melintang Jalan yang
diminta harus dilaksanakan dengan kelonggaran kira-kira 15%, penurunan ketebalan
untuk pemadatan lapisan-lapisan Lapis Pondasi Bawah. Segera setelah
penghamparan dan pembentukan akhir masing-masing lapisan harus didapatkan
sampai lebar penuh Lapis Pondasi Bawah permukaan, dengan menggunakan mesin
gilas roda baja atau mesin gilas roda ban Pneumatic atau peralatan pemadat lain yang
disetujui oleh Direksi Teknik.
Penggilasan untuk pembentukan dan pemadatan bahan Lapis Pondasi Bawah akan
bergerak secara gradual dari pinggir ke tengah, sejajar dengan garis sumbu jalan dan
harus terus menerus sampai seluruh permukaan telah didatarkan secara merata. Pada
bagian-bagian super elevasi, kemiringan melintang Jalan atau kelandaian yang terjal,
penggilasan harus bergerak dari bagian yang lebih rendah ke bagian jalan yang lebih
tinggi. Setiap ketidakteraturan atau bagian ambles yang mungkin terjadi, harus
dibetulkan dengan menggaru atau meningkatkan dan menambahkan bahan Lapis
Pondasi Bawah untuk membuat permukaan tersebut mencapai bentuk dan ketinggian
yang benar
Bagian-bagian yang sempit di sekitar Kerb atau dinding yang tidak dipadatkan dengan
mesin gilas, harus dipadatkan dengan pemadat atau mesin tumbuk yang disetujui.
Kandungan kelembaban untuk pemasangan harus dijaga dalam batas-batas 3%
kurang dari kadar air optimum sampai 1% lebih dari kadar air o ptimum dengan
penyemprotan air atau pengeringan seperlunya, dan bahan Lapis Pondasi Bawah
dipadatkan untuk menghasilkan kepadatan yang ditetapkan, ke seluruh ketebalan
penuh masing-masing lapisan, mencapai 100% kepadatan kering maksimum yang
ditetapkan yang sesuai dengan AASHTO T99 (PB – 0111)