Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TUGAS REFERAT
Pembimbing :
dr. Abdul Aziz, Sp.Rad
Diajukan Oleh :
Lynda Ayu Prantika, S.Ked
J510165015
REFERAT
GAMBARAN RADIOLOGI RHEUMATOID ARTHRITIS
Oleh :
Lynda Ayu Prantika, S.Ked
J510165015
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari..................tanggal..........................2017
Pembimbing :
dr. Abdul Aziz, Sp.Rad (.............................................)
Dipresentasikan dihadapan :
dr. Abdul Aziz, Sp.Rad (.............................................)
BAB 1
PENDAHULUAN
prevalensi RA sebesar 0,2% di daerah rural dan 0,3% di daerah urban. Sedangkan
penelitian yang dilakukan di Malang pada penduduk berusia di atas 40 tahun
mendapatkan prevalensi RA sebesar 0,5% di daerah Kotamadya dan 0,6% di
daerah kabupaten. Di Poliklinik Reumatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta, kasus baru RA merupakan 4,1% dari seluruh kasus baru tahun 2000 dan
pada periode Januari s/d Juni 2007 didapatkan sebanyak 203 kasus RA dari
sejumlah kunjungan sebanyak 1.346 orang (15,1%). Prevalensi RA lebih banyak
ditemukan pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki dengan rasio 3:1 dan
dapat terjadi pada semua kelompok umur, dengan angka kejadian tertinggi
didapatkan pada dekade ke-4 dan ke-5 (Swarjana, 2009).
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
2.Etiologi
3.Faktor Risiko
a. Faktor Genetik
b. Umur dan Jenis Kelamin
c. Faktor Sosioekonomi
d. Faktor Hormonal
e. Etnik / ras
f. Faktor Lingkungan
(Tobon, 2009)
4. Gejala Klinis
Keparahan dari penyakit ini bervariasi antara satu orang dengan orang
lainnya. Gejala dapat berubah dari hari ke hari. Peningkatan mendadak gejala dan
penyakit disebut flare. Flare dapat berlangsung selama beberapa hari hingga
bulan. Kunci dari gelaja RA adalah nyeri, lelah, dan rasa hangat, bengkak,
kemerahan pada sendi. Kekakuan sendi pada pagi hari dalam jangka waktu yang
lama merupakan gejala yang umum. Inflamasi pada sendi kecil pergelangan
tangan dan tangan adalah gejala yang khas. Jika sendi dari satu sisi tubuh RA,
maka sendi yang sama di sisi lain biasanya RA juga.
1. Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada
persendian dan di sekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang-
kurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
2. Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau
persendian (soft tissue swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran tulang
(hiperostosis). Terjadi pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan
dalam observasi seorang dokter. Terdapat 14 persendian yang memenuhi
kriteria, yaitu interfalang proksimal, metakarpofalang, pergelangan tangan,
siku, pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri dan kanan.
3. Arthritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi
pembengkakan satu persendian tangan seperti tertera di atas.
4. Arthritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama (tidak mutlak
bersifat simetris) pada kedua sisi secara serentak (symmetrical
polyarthritis simultaneously).
5. Nodul reumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ektensor atau daerah jukstaartikular dalam observasi seorang
dokter.
6. Faktor reumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor reumatoid
serum yang diperiksa dengan cara memberikan hasil positif kurang dari
5% kelompok kontrol.
7. Terdapat perubahan gambar radiologis yang khas pada pemeriksaan sinar
rontgen tangan posteroanterior atau pergelangan tangan, yang harus
menunjukan adanya erosi atau deklasifikasi tulang yang berlokalisasi pada
sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.
5. Patofisiologi/ Patogenesis
6. Diagnosis
A. Anamnesis
B. Pemeriksaan Fisik
penyakit lainnya. Hati sering terkena pada pasien dengan sindrom Felty
(yaitu splenomegali, dan neutropenia).
5) Ginjal: Ginjal biasanya tidak terpengaruh oleh RA langsung. Umumnya
akibat pengaruh, termasuk karena obat-obat (misalnya, obat anti-
inflammatory peradangan (misalnya, amyloidosis ), dan penyakit yang
terkait (misalnya, sindrom Sjögren dengan kelainan tubulus ginjal).
6) Vascular: lesi vasculitik dapat terjadi di organ mana saja namun yang
paling sering ditemukan di kulit. Lesi dapat hadir sebagai purpura
gamblang, borok kulit, atau infark digital.
7) Hematologi: Sebagian besar pasien aktif memiliki penyakit anemia
kronis, termasuk anemia normokromik-normositik, trombositosis, dan
eosinofilia, meskipun yang terakhir ini jarang terjadi. Leukopenia
ditemukan pada pasien dengan sindrom Felty.
8) Neurologis: biasanya saraf jeratan, seperti pada saraf median di carpal,
lesi vasculitik, multipleks mononeuritis, dan myelopathy leher rahim
dapat menyebabkan konsekuensi serius neurologis.
9) Okular: keratoconjunctivitis sicca adalah umum pada orang dengan RA
dan sering manifestasi awal dari sindrom Sjögren sekunder. Mata
mungkin juga episkleritis , uveitis, dan scleritis nodular yang dapat
menyebabkan scleromalacia.
Pada artritis reumatoid yang lanjut, tangan pasien dapat menunjukkan
deformitas boutonnierre dimana terjadi hiperekstensi dari sendi distal interfalangs
(DIP) dan fleksi pada sendi proksimal interfalangs (PIP). Deformitas yang lain
merupakan kebalikan dari deformitas boutonniere, yaitu deformitas swan-neck,
dimana juga terjadi hiperekstensi dari sendi PIP dan fleksi dari sendi DIP. Jika
sendi metakarpofalangs telah seutuhnya rusak, sangat mungkin untuk
menggantinya dengan protesa silikon (WHO, 2010).
13
C. Pemeriksaan Laboratorium
1. Tanda peradangan, seperti LED dan CRP, berhubungan dengan aktivitas
penyakit, selain itu, nilai CRP dari waktu ke waktu berkorelasi dengan
kemajuan radiografi.
2. Parameter hematologi termasuk jumlah CBC dan analisis cairan sinovial.
3. Jumlah sel darah lengkap (anemia, trombositopenia, leukositosis,
leucopenia).
4. Analisis cairan sinovial
a. Inflamasi cairan sinovial (WBC count > 2000/μL) hadir dengan
jumlah WBC umumnya dari 5,000-50,000 / uL.
b. Biasanya, dominasi neutrofil (60-80%) yang diamati dalam cairan
sinovial (kontras dengan dominasi sel mononuklear di sinovium).
c. Karena cacat transportasi, kadar glukosa cairan pleura, perikardial,
dan sinovial pada pasien dengan RA sering rendah dibandingkan
dengan kadar glukosa serum.
5. Parameter imunologi meliputi autoantibodies (misalnya RF, anti-RA33,
anti-PKC, antibodi antinuclear).
6. Rheumatoid factor Rheumatoid Faktor, RF ditemukan pada sekitar
60-80% pasien dengan RA selama penyakit mereka, tetapi kurang
dari 40% pasien dengan RA dini.
14
D. Foto Polos
Pada tahap awal penyakit, biasanya tidak ditemukan kelainan pada
pemeriksaan radiologis kecuali pembengkakan jaringan lunak. Tetapi, setelah
sendi mengalami kerusakan yang lebih berat, dapat terlihat penyempitan ruang
sendi karena hilangnya rawan sendi. Juga dapat terjadi erosi tulang pada tepi sendi
dan penurunan densitas tulang. Perubahan-perubahan ini biasanya irreversibel.
Tanda pada foto polos awal dari artritis reumatoid adalah peradangan
periartikular jaringan lunak bentuk fusiformis yang disebabkan oleh efusi sendi
dan inflamasi hiperplastik sinovial. Nodul reumatoid merupakan massa jaringan
lunak yang biasanya tampak diatas permukaan ekstensor pada aspek ulnar
pergelangan tangan atau pada olekranon, namun adakalanya terlihat diatas
prominensia tubuh, tendon, atau titik tekanan. Karakteristik nodul ini berkembang
sekitar 20% pada penderita artritis reumatoid dan tidak terjadi pada penyakit lain,
sehingga membantu dalam menegakkan diagnosis (Sartika et al, 2013).
15
A : Perubahan erosif pada ulna dan distal radius. B : Erosi komplit pada
pergelangan tangan
16
C : Swelling dan erosi pada sendi MTP 5. D : Nodul subkutaneus multipel pada
tangan
E. CT-Scan
Computer tomography (CT) memiliki peranan yang minimal dalam
mendiagnosis artritis reumatoid. Walaupun demikian, CT scan berguna dalam
memperlihatkan patologi dari tulang, erosi pada sendi-sendi kecil di tangan yang
sangat baik dievaluasi dengan kombinasi dari foto polos dan MRI.
CT scan jarang digunakan karena lebih rendah dari MRI dan memiliki
kerugian dalam hal radiasi. CT scan digunakan sebatas untuk mengindikasikan
letak destruksi tulang dan stabilitas tertinggi tulang secara tepat, seperti pada
pengaturan pre-operatif atau pada tulang belakang (Sartika et al, 2013).
F. USG
Sonografi dengan resolusi tinggi serta pemeriksaan dengan frekuensi
tinggi digunakan untuk mengevaluasi sendi-sendi kecil pada artritis reumatoid.
Efusi dari sendi adalah hipoekhoik, sedangkan hipertrofi pada sinovium lebih
ekhogenik. Nodul-nodul reumatoid terlihat sebagai cairan yang memenuhi area
kavitas dengan pinggiran yang tajam. Erosi tulang dapat terlihat sebagai
irregularitas pada korteks hiperekhoik. Komplikasi dari arthritis reumatoid, seperti
17
A B
Erosi (tanda panah) pada sendi metakarpofalangs pada penderita artritis reumatoid
(A) bidang longitudinal (B) bidang transverse. M, kaput metakarpal dan P,
falangs.
Imaging, juga menyediakan informasi klinis yang berguna untuk dugaan artritis
reumatoid. ACD imaging telah diaplikasikan untuk artritis reumatoid dengan
tujuan mengevaluasi manifestasi dari hiperemia pada peradangan jaringan sendi.
Hiperemia sinovial merupakan ciri patofisiologi yang fundamental untuk artritis
reumatoid (Sartika et al, 2013).
G. MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) menyediakan gambaran yang baik
dengan penggambaran yang jelas dari perubahan jaringan lunak, kerusakan
kartilago, dan erosi tulang-tulang yang dihubungkan dengan artritis reumatoid.
7. Penatalaksanaan
Tidak ada obat untuk RA. Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi
gejala. Dokter melakukan ini dengan memulai terapi medis yang tepat secepat
mungkin, sebelum sendi mengalami kerusakan permanen. Tidak ada pengobatan
tunggal yang bekerja untuk semua pasien. Banyak orang dengan RA harus
mengubah pengobatan mereka setidaknya sekali selama hidup mereka (American
College of Rheumatology).
Generic Manufacturer
Name U.S. Trade Name(s)* How Supplied Usual Adult Dose
Oral:
2 to 60 mg in 1 to 4
20
Generic Manufacturer
Name U.S. Trade Name(s)* How Supplied Usual Adult Dose
Manufacturer
Generic U.S. Trade
Name Name(s)* How Supplied Usual Adult Dose
Manufacturer
Generic U.S. Trade Injectable
Name Name(s)* Supply Usual Adult Dose
Manufacturer
Generic U.S. Trade Injectable
Name Name(s)* Supply Usual Adult Dose
Listed trade names are limited to commonly prescribed U.S. products w hen
multiple trade names are available.
a. Pengelolaan Didirikan RA
a. Menilai terapi obat saat ini termasuk dosis dan pemantauan efek samping.
b. Periksa sendi untuk peradangan aktif ( Jika review diperlukan klinis fitur ).
c. Ketika awal CRP atau ESR meningkat , penilaian serial mungkin
membantu.
d. Tinjau masalah kesehatan umum dan penyakit penyerta.
Edukasi
a. Melindungi sendi.
b. Olahraga di rumah.
Istirahat relatif
Diperlukan untuk sendi meradang yang akut.
Latihan
Penyakit akut : dengan sangat sendi yang meradang , pembidaian
dilakukan untuk tidak ada pergerakan dilakukan dua kali sehari dan untuk
mencegah kontraktur jaringan lunak.
Penyakit ringan : ( sinovitis moderat ) membutuhkan Program isometrik
(Cuccurullo, 2014).
8. Follow up
9. Prognosis
BAB 3
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Donahue KE, Jonas DE, Hansen RA, et al. 2012. Drug Therapy for Rheumatoid
Arthritis in Adults: An Update [Internet]. Rockville (MD): Agency for
Healthcare Research and Quality (US) : 55
Eric Ruderman, MD, Siddharth Tambar, 2012. and reviewed by the American
College of Rheumatology Communications and Marketing Committee.
Grassi W, De Angelis R, Lamanna G, Cervini C.,1998. The clinical
features of rheumatoid arthritis. Italy : NCBI.
Griffiths, H. J., 1981. Basic Bone Radiology. New York : Appleton century crofts/
New York.
Remmers, et al.,2010. STAT4 and the Risk of Rheumatoid Arthritis and Systemic
Lupus Erythematosus.