Вы находитесь на странице: 1из 21

MATA KULIAH : Gawat Darurat

DOSEN : Andreas tena S.Kep, Ns

ASUHAN KEPERAWATAN
EKLAMSI

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 10

 Muh. Yusran aidi


 Ihram usman
 Sri agustianingsih
 Sulfiana. Z

Akademi Keperawatan Fatima Parepare

Tahun Ajaran 2013-2014

Askep Eklamsia
A. Konsep dasar teori
Definisi
Pre eklampsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah persalinan. Sedangkan eklampsia adalah pre eklampsia yang disertai kejang
atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi ( Mansjoer. 2000 ).
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa
nifas, ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sudah menunjukkan gejala-gejala
pre eklampsia ( hipertensi, edema, proteinuria) , (wijaatmadja 1994).

B. Anatomi Fisiologi
Perubahan Fisiologi Wanita Hamil
Segala perubahan fisik dialami wanita selama hamil berhubungan dengan beberapa
sistem yang disebabkan oleh efek khusus dari hormon. Perubahan ini terjadi dalam rangka
persiapan perkembangan janin, menyiapkan tubuh ibu untuk bersalin, perkembangan payudara
untuk pembentukan/produksi air susu selama masa nifas. (Salmah dkk, 2006, hal.47)
1. Uterus

C. Etiologi
Pre eklampsi dan eklampsi dikenal sebagian disease of theories dikarenakan pada saat
sekarang etiologi dan patogenesis belum diketahui dengan jalas. Beberapa faktor yang diduga
berperan diantaranya:
1. Faktor immunologi.
2. Predisposisi secara genetik.
3. Kekerangan zat terutama dalam diet.
4. Perubahan reaktivitas vaskuler.
5. Ketidakseimbangan antara prostasiklin.
6. Penurunan volume intravaskuler.
7. Peningkatan kepekaan susunan saraf pusat.
8. Regangan otot uterus (iskemia).
9. Gangguan dalam perfusi plasenta.

D. Patofisiologi
Kadar asam urat yang meningkat dalam darah ibu merupakan indikator dini dari
preeklamsi dan eklamsi. Peningkatan volume darah karena vasodilatasi/adanya retensi natrium
sehubungan dengan meningkatnya kadar aldesteron yang beredar sebesar 40 % pada kehamilan
merupakan penyebab terjadinya edema, hal tersebut terjadi karena meningkatnya volume darah
melebihi peningkatan jumlah sel darah merah, sehingga kadar hemoglobin dan viskositas darah
menurun dan menyebabkan peningkatan cairan ekstraseluler dan timbulnya edema perifer. Selain
itu penyebab timbulnya edema adalah pembesaran uterus yang menghambat aliran darah vena,
meningkatnya permeabilitas kapiler dan menurunnya kadar albumin.
Penyebab sampai sekarang belum jelas penyakit ini dianggap suatu “ maladaption
syndrom )” dengan akibat suatu vasuspasme general dan perdarahan pada dengan akibat yang
lebih serius pada organ hati, ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni terjadi nekrosis dan
perdarahan pada organ-organ tersebut.
Hipertensi pada pre eklampsi disebabkan karena adanya peningkatan kepekaan terhadap
hormon-hormon vasoaktif, konstriksi pembuluh darah merupakan tahanan bagi aliran darah dan
menyebabkan hipertensi atrial. Sedangkan meningkatnya kadar angiotensin perifer dapat
menyebabkan vasokontriksi perifer dan menyebabkan hipertensi.

E. Pembagian Eklamsia
Berdasarkan waktu terjadinya eklamsia dapat dibagi menjadi 3:
1. Eklamsi gravidarum
Kejadian 50-60 % serangan terjadi dalam keadaan hamil.
2. Eklamsi parturientum
Kejadian sekitar 30-35% terjadi saat inpartu dimana batas dengan eklamsi gravidarum sukar
dibedakan terutama saat mulai inpartu.
3. Eklamsi puerperium
Kejadian jarang sekitar 10% terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.

F. Tanda dan Gejala Klinis


 Pre eklampsi ringan :
1) Hipertensi : didapatkan kenaikan tekanan darah sistole ≥ 30 mmHg dan diastole ≥ 15
mmHg atau tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.
2) Proteinuria : bila didapat protein dalam urin yang melebihi 0,3 gr/Lit dalam 24 jam
atau + +
3) Edema : bila mempunyai nilai 1+ pitting edema di daerah pretibia, dinding abdomen,
lumbosakral, wajah dan tangan. Kenaikan13 BB 500 gr/minggu atau 2000gr/ bulan
atau 13 kg untuk seluruh masa kehamilan.
4) Tidak selalu ditemukan gejala subyektif antara lain : pisung, mual.

 Pre eklampsi berat :


1) Tekanan darah sistole ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥ 110 mmHg.
2) Proteinuria ≥ 0,5 gr/L dalam 24 jam (3+/4+ pada pemeriksaan kwalitatif) atau
3x(ewit).
3) Oliguria yaitu produksi urin < 500 ml/24 jam yang disertai kadar creatinin plasma
4) Trombosit < 100.000/mm
5) Nyeri epigastrium atau pada kuadran kanan atas abdomen
6) Gangguan visus / perdarahan retina
7) Edema pulmonal dan coma
8) Dapat timbul sesak nafas dan sianosis tampak pada ujung jari dan kuku
9) Adanya HELLP SYNDROME

Eklampsia :
1) Terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
2) Terjadi tanda-tanda pre eklamsia ( hipertensi, edema, proteinuriamsakit kepala yang
berat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, kegelisahan atau hiperfleksi).
3) Kejang- kejang atau koma
Kejang dalam eklamsia ada 4 tingkatan meliputi:
a. Tingkat awal atau aura ( invasi )
Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat ( pandangan
kosong ), kelopak mata dan tangan bergetar kepala diputar kekanan dan kekiri.
b. Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki
membengkok ke dalam, pernafasan berhenti. Muka mulai kelihatan sianosis
lidah dapat tergigit berlangsung kira-kira 20-30 detik.
c. Stadium kejang klonik
Semua oto berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat, mulut
terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit, mata
melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis, setelah berlangsung 1-2 menit
kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar menarik nafas sdeperti
mendenggur.
d. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam- jam kadang antara
kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan
koma.
4) Kadang- kadang disertai dengan gangguan fungsi organ.

G. Pemeriksaan dan diagnostik


Diagnostik eklamsi dapat ditegakkan apabila terdapat tanda- tanda sampai berikut:
 Berdasarkan gejala klinis diatas
 Pemeriksaan laboratorium meliputi adanya protein dalam air seni, fungsi organ hepar,
ginjal dan jantung, fungsi hematologi, dan hemostatis.

Konsultasi dengan disiplin lain kalau dipandang perlu


1. Kardiologi
2. Optalmologi
3. Anastesiologi
4. Neonatologi dan lain- lain

-Diagnosa banding dari pre eklamsi ringan :


1) Hipertensi kronik : adanya hipertensi yang menetap oleh sebab apapun, yang ditemukan
pada kehamilan ≤ 20 minggu atau hipertensi yang menetap setelah 5 minggu pasca pers-
alinan.
2) Transient hipertention : timbulnya hipertensi dalam kehamilan pada wanita yang tekanan
darahnya normal dan tidak mempunyai gejala lain. Gejala ini akan hilang setelah 10 hari
pasca persalinan.
3) Pemeriksaan penunjang : urine rutin / lengkap

-Diagnosa banding dari pre eklamsi berat :


1) Hipertensi kronik dan kehamilan
2) Kehamilan dengan sindrom nefrotik
3) Kehamilan dengan payah jantung
4) Pemeriksaan penunjang Lab :
- Hb, Hct, AT
- urine lengkap
- asam urat darah
- fungsi hati
- fungsi ginjal
-Diagnosa banding dari kehamilan yang disertai kejang- kejang :
1. Febrile convulsion ( panas + )
2. Epilepsi ( anamnesa epilepsi + )
3. Tetanus( kejang tonik atau kaku kuduk )
4. Miningitis atau ensefalitis ( fungsi lumbal )
5. Tumor otak

H. Komplikasi serangan
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah melahirkan
bayi hidup dari ibu yang menderita eklampsia.
Berikut adalah beberapa komplikasi yang ditimbulkan pada preeklampsia berat dan eklampsia :

a. Solutio Plasenta
Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre
eklampsia.

b. Hipofibrinogemia
Kadar fibrin dalam darah yang menurun.

c. Hemolisis
Penghancuran dinding sel darah merah sehingga menyebabkan plasma darah yang tidak
berwarna menjadi merah.

d. Perdarahan Otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.

e. Kelainan Mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung selama seminggu, dapat
terjadi.

f. Edema Paru
Pada kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena penyakit jantung.
g. Nekrosis Hati
Nekrosis periportan pada preeklampsia, eklampsia merupakan akibat vasopasmus
anterior umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia,tetapi ternyata juga ditemukan
pada penyakit lain.Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan pada
hati,terutama penentuan enzim-enzimnya.

h. Sindrome Hellp
Haemolisis, elevatea liver anymes dan low platelet

i. Kelainan Ginjal
Kelainan berupa endoklrosis glomerulus, yaitu pembengkakkan sitoplasma sel endotial
tubulus. Ginjal tanpa kelainan struktur lain, kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria
sampai gagal ginjal.

j. Komplikasi lain
 Lidah tergigit, trauma dan faktur karena jatuh akibat kejang-kejang preumania
 aspirasi, dan DIC (Disseminated Intravascular Coogulation)
 Prematuritas
 Dismaturitas dan kematian janin intro uteri.

I. Bahaya Eklamsi
1. Bahaya eklamsi pada ibu
Menimbulkan sianosis, aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru, tekanan darah
meningkat menimbulkan perdarahan otak. Dan kegagalan jantung mendadak, lidah dapat
tergigit, jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktur dan luka- lika gangguan fungsi ginjal,
oliga sampai Anuria, perdarahan atau ablasio retina, gangguan fungsi hati dan
menimbulkan ikterus.

2. Bahaya eklamsi pada janin


Asfiksia mendadak, solutio plasenta, persalinan prematuria, IUGR ( intra uterine growth
retardation ), kematian janin dalam rahim.
J. Prognosa
Eklamsi adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya, maka prognosa kurang baik untuk
ibu dan anak. Prognosa dipengaruhi oleh paritas, usia dan keadaan saat masuk RS. Gejala-gejala
yang dapat memberatkan prognosa adalah:
1. Koma yang lama
2. Nadi diatas 120 per menit
3. Suhu diatas 39 %
4. Tensi diatas 200 mmHg
5. Lebih dari 10 serangan
6. Proteinuria 10 gram sehari/ lebih
7. Tindak adanya odema

K. Penatalaksanaan
a) Pengelolaan pada pre eklamsi
1) Istirahat dan sedatif
2) Rawat jalan / ambulator :
- Banyak istirahat
- Diit cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
- Sedatif ringan (kalau tidak bisa istirahat) ; tablet fenobarbitall 3x30 mg/oral
selam 7 hari atau diazepam tablet 3x2 mg/oral selama 7 hari
- Reboransia
- Kunjungan ulang tiap 1 minggu
3) Yang dirawat :
- pada kehamilan preterm (<37 minggu="minggu" span="span">
o bila tekanan darah mencapai normo tensi selama perawatan, persalinannya
ditunggu sampai aterm
o bila tekanan darah turun, belum mencapai normo tensi selama perawatan, maka
kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan , 37 minggu
- pada kehamilan aterm (kurang 37 minggu) : persalinan ditunggu spontan atau
dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan
- cara persalinan : persalinan dapat dilakukan secara spontan, bila perlu
memperingan kala II dengan bantuan tindakan obstetri
b) Prinsip pengobatan eklamsia pada ibu nifas adalah menghentikan kejang- kejang yang
terjadi dan terjadi dan mencegah kejang ulang.
1. Konsep pengobatan
Menghindari terjadinya kejang berulang mengurangi koma meninggalkan jumlah
deuresis.
2. Pengobatan untuk anti kejang
MgSO4 ( Magnesium Sulfat )
 Dosis awal: 4 gr 20 % IV pelan- pelan selama 3 menit atau lebih disusul 10 gr
40 % IM terbagi pada bokong kanan,
Dosis ulang: tiap 6 jam diberikan 5 gr 50 % IM. Diteruskan sampai 6 jam
pasca persalinan atau 6 jam bebas kejang syarat: reflek patela harus positif.
Tidak ada tanda- tanda depresi pernafasan ( respirasi > 16 x/ menit ). Produksi
urin tidak kurang dari 25 cc/ jam atau 150 cc per 6 jam atau 600 cc perhari.
Apabila diluar sudah diberi pengobatan deazepam, maka dilanjutkan
pengobatan dengan MgSO4.
Sedangkan menurut ( Mansjoer, 2000 ) penanganan pada pasien eklamsi :
Pasien eklamsia harus ditangani diRumah Sakin dirujuk sebelumnya paslu diberi
pengobatan awal untuk mengatasi kejang dan pemberian obat Antihiperentensipa.
Berikan O2 4-6 liter/menit. Pasang infus D5 % 500 ml/ 6 jam dengan kecepatan
20 tetes permenit.pasang kateter urin, pasang guedel atau spatel. Bahu diganjal
kainsetebal 5 cm agar lebih defleksi sedikit. Posisi tempat tidur dibuat sedikit
fowler agar kepala tetap tinggi. Fiksasi pasien agar tidak jatuh.
Dirumah sakit, berikan MgSo 4 2 g IV kemudian 2 gr/ jam dalam drip
infus dekstrosa 5 % untuk pemeliharaan sampaim kondisi atau tekanan darah
stabil ( 1400- 150 mmHg ). Bila kondisi belum stabil obat tetap diberikan.
Bila timbul kejang, berikan dosis tambahan MgSo4 2 g Intravena sekurang- 20
menit setelah pemberian terakhir . dosis tambahan hanya dapat diberikan sekali
saja. Bila masih tetap kejang, berikan Amobarbital 3-5 mg/kg BB IV perlahan
atau fenobarbital 250 mg atau deazepam 10 mg IV. Bila syarat pemberian MgSo4
tidak terpenuhi di berikan
 Diazepam: dosis awal 20 mg IM atau 10 mg IV perlahan dalam 1 menit
atau lebih. Dosis pemeliharaan D5 % 500 ml+40 mg diazepam tpm dan
dosis maksimum 2000 ml/ 24 jam. Pemberian diazepam lebih disukai pada
eklamsia puerpuralis karena pada dosis tinggi menyebabkan hipotoni
neonatus.
 Fgenobarbital : 120- 140 mg IV perlahan dengan kecepatan tidak melebihi
60 mg/ menit. Dosis maksimal 1000 mg.
 Pada pasien koma, monitor kesadaran dengan skala Gasgow.
obat suportif sama seperti penanganan preeklamsi berat. Penanganan
obstetri ialah dengan mengakhiri tanpa melihat usia kehamilan dan keadaan
janin. Akhir kehamilan bila sudah terjadi pemulihan hemodinamika dan
metabolisme ibu yaitu dalam 4-8 jam setelah pemberian obat antikejang terakhir.
Setelah kejang terakhir, setelah pemberian obat antihipertensi terakhir atau setelah
pasien mulai sadar. Cara terminasi kehamilan sesuai preeklamsi berat.
Lanjutkan MgSo4 sampai 2 jam pasca persalinan atau sampai tekanan
darah belum dapat dikendalikan. Berikan asupan kalori sebesar 1500 kal Iv atau
dengan selang NGT dalam 24 jam perawatan selama pasien belum dapat makan
akibat kesadaran menurun.

 Diagnosa keperawatan
Sumber (susan MT,dkk.1998 dan Marlyn doengoes,dkk.1999)

a. Perubahan perfusi uteroplasental dan jaringan ginjal b.d hipertensi pada


kehamilan
b. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi
c. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan retensi urine dan edema berkaitan
dengan hipertensi pada kehamilan
d. Gangguan Penglihatan b.d peningkatan tekanan vaskular cerebral akibat
hipertensi
e. Kurang pengetahuan,kondisi dan tindakan b.d kurang terpajan pada informasi
f. Nyeri epigastrium b.d konrtaksi organ yang tidak terkontrol
g. Resti Kejang pada ibu b.d penurunan fungsi organ
h. Resti terjadi fetal distress pada janin b.d perubahan pada plasenta

 Intervensi keperawatan
Sumber (susan MT,dkk.1998 dan Marlyn doengoes,dkk.1999)
DP 1 : Perubahan perfusi uteroplasental dan jaringan ginjal b.d hipertensi pada kehamilan
Tujuan : Perfusi Uteroplasental dan jaringan ginjal baik.
Kriteria hasil:

a. Tingkat kesadaran baik dan tidak berubah


b. Janin tidak menunjukkan tanda-tanda distress
c. Perfusi maksimal
d. Tekanan darah normal

Intervensi Rasional
 Letakkan pasien pada lingkungan  Memberikan kenyamanan dan
yang tenang ketenangan pada pasien
 Pantau TTV  Untuk mengetahui keadaan umum
 Auskultasi irama jantung janin pasien
 Anjurkan tirah baring  Untuk mengetahui perkembangan
 Anjurkan periksa urine 24 jam janin

 Monitor TD tiap 4 jam  Meminimal stimulasi dan


meningkatkan relaksasi
 Untuk menentukan intervensi lebih
lanjut
 Untuk mengetahui keadaan umum
klien
DP 2 : Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi
Tujuan:Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil:

a. Nyeri hilang atau terkontrol


b. Ekspresi wajah tenang

Intervensi Rasional
 Kaji skala nyeri klien  Untuk mengetahui tingkat nyeri
 Pertahankan tirah baring selama yang dialami
fase akut  Meminimalkan stimulasi dan
 Anjurkan kompres dingin dan pijat meningkatkan relaksasi
punggung  Menurunkan tekanan vaskuler
 Bantu pasien dalam aktivitas sesuai  Mengurangi nyeri
kebutuhan

DP 3: Kelebihan volume cairan b.d peningkatan retensi urine dan edema berkaitan dengan
hipertensi pada kehamilan
Tujuan :volume cairan normal
Kriteria hasil:

a. Volume cairan sesuai kebutuhan


b. Edema minimal
c. Tanda dan gejala bukan indikasi gagal jantung

Intervensi Rasional
 Timbang berat badan pasien  Untuk menentukan intervensi
setiap hari lebih lanjut
 Pantau intake cairan  Membantu mengidentivikasi
 Periksa protein urine kebutuhan
 Monitor intake dan output klien  Meminimalkan komplikasi
 Kolaborasi dengan tim medis  Agar dapat mengontrol
dalam pemberian obat. keseimbangan antara intake yang
amsuk dan output yang keluar
 Agar tidak tejadi kesalahan
dalam pemberian obat

DP 4 : Gangguan Penglihatan b.d peningkatan tekanan vaskular cerebral akibat hipertensi


Tujuan : Penglihatan tidak kabur lagi dan kembali normal
Kriteria hasil :

a. Pasien dapat menunjukkan fungsi penglihatannya baik


b. Dapat menginterpretasikan benda yang dilihat dengan benar
c. Tingkat kekaburan menurun bahkan hilang

Intervensi Rasional
 Kaji tingkat kekaburan  Untuk mengetahui batas
penglihatan kekaburan yang dialami pasien
 Lakukan pengetesan dengan  Mengetahui batas kemampuan
menyuruh pasien untuk dan melatih pasien untuk
menginterpretasikan benda di mengenal orang dan benda sekitar
sekitar  Meminimalkan stimulasi dan
 Anjurkan tirah baring meningkatkan relaksasi
 Kolaborasi dengan dokter dalam  Untuk menentukan intervensi
pemberian zenjelasan mengenai selanjutnya
penyakit

DP 5: Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan tindakan b.d kurang terpajan pada informasi
Tujuan :Pengetahuan pasien bertambah

Kriteria hasil:

a. Pasien mengerti terhadap apa yang disampaikan


b. Mampu menerapkan informasi yang didapat
c. Mentaati pengobatan

Intervensi Rasional
 Kaji kesiapan pasien dan  Meningkatkan minat pasien
hambatan belajar untuk belajar.
 Jelaskan tentang hipertensi dan  Agar pasien mengerti mengenai
efeknya pada jantung penyakit
 Berikan pengertian pentingnya  Agar masalah dapat diatasi
kerja sama dengan baik
 Kolaborasi dengan dokter dalam  Agar informasi yang disampaikan
pemberian penjelasan mengenai dapat lebih lengkap dan jelas
penyakit

DP 6 : Nyeri epigastrium b.d konrtaksi organ yang tidak terkontrol


Tujuan : skala nyeri berkurang bahkan hilang
Kriteria Hasil :

a. Nyeri hilang atau terkontrol


b. Ekspresi wajah tenang

Intervensi Rasional
 Kaji skala nyeri klien  Untuk mengetahui tingkat nyeri
 Pertahankan tirah baring selama yang dialami
fase akut  Meminimalkan stimulasi dan
 Anjurkan kompres dingin meningkatkan relaksasi
 Bantu pasien dalam aktivitas sesuai  Menurunkan tekanan vaskuler
kebutuhan  Mengurangi nyeri

DP 7 : Resti Kejang pada ibu b.d penurunan fungsi organ


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi lagi kejang pada ibu
Kriteria hasil :

a. Kesadaran baik, compos mentis


b. Kejang tidak mengulang
c. TTV; TD : 110-120 mmHg/70-80 mmHg

Suhu : 36-37 °C
Intervensi Rasional
 Kaji adanya tanda-tanda eklampsia  Gejala tersebut merupakan
 Catat tingkat kesadaran pasien manifestasi dari perubahan pada
 Monitor adanya tanda-tanda dan otak, ginjal, jantung, paru yang
gejala persalinan atau adanya mendahului status kejang
kontraksi uterus  Penurunan kesadaran sebagai
 Monitor Tekanan darah tiap 4 jam indikasi penurunan aliran darah

 Kolaborasi dengan tim medis dalam otak

pemberian antihipertensi dan SM  Kejang akan meningkatkan


kepekaan uterus yang akan
memungkinkan terjadinya
persalinan
 Tekanan diastole > 110 mmHg
dan sistole > 160 mmHg
merupakan indikasi dari PIH
 Anti hipertensi untuk menurunkan
tekanan darah dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang
DP 8 : Resti terjadi fetal distress pada janin b.d perubahan pada plasenta
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi fetal distress pada janin
Kriteria hasil :

a. DJJ (+) : 12-12-12


b. Tidak terjadi distress
c. Hasil USG normal

Intervensi Rasional
 Kaji respon janin pada ibu yang  Reaksi terapi dapat menurunkan
diberi SM pernapasan janin dan fungsi
 Kaji tentang pertumbuhan janin jantung serta aktivitas janin
 Monitor DJJ sesuai indikasi  Penurunan fungsi plasenta
 Jelaskan adanya tanda-tanda solutio mungkin diakibatkan karena
plasenta hipertensi

 Kolaborasi dengan medis dalam  Peningkatan DJJ sebagai indikasi

pemeriksaan USG dan NST terjadinya hipoksia, prematur dan


solutio plasenta
 Ibu dapat mengetahui tanda dan
gejala solutio plasenta dan tahu
akibat hipoksia bagi janin
 USG dan NST dilakukan untuk
mengetahui keadaan dan kesehatan
janin

L. Implementasi
Setelah rencana keperawatan ditetapkan maka langkah selanjutnya
diterapkan dalam bentuk tindakan nyata.Implementasi merupakan pelaksanaan
perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien.hal-hal yang harus
diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi yang dilakukan
sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi., penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan
cermat dan efisien pada waktu dan situasi yang tepat.Keamanan fisik dan
psikologis harus dilindungi dan didokumentasikan dalam dokumentasi
keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (La Ode Jumadi Gaffar, 1995:
64)
Ada 3 fase dalam melaksanakan implementasi keperawatan, yaitu:
a. Fase persiapan
Meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi, rencana, pengetahuan dan
keterampilan. Mengimplementasikan rencana, persiapan dan lingkungan.
b. Fase operasional
Merupakan puncak implementasi dengan berorientasi pada tujuan. pada
fase ini, implementasi dapat dilakukan secara independen, dependent dan
interdependent. Selanjutnya perawat akan melakukan pengumpulan data
yang berhubungan dengan reaksi klien terhadap fisik, psikologis, sosial dan
spritual.
c. Fase Terminasi
Merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi
dilakukan.

M. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan
physical abuse antara lain :
1. Anak mengenali perlunya atau mencari perlindungan untuk mencegah dan
mengatasi physical abuse.
2. Keluarga berpartisipasi sebagai fungsi modal peran sebagai orang tua yang
positif dan efektif.
3. Keluarga mampu menjaga situasi yang dapat menimbulkan stress.
4. Keluarga dan anak mampu mengembangkan strategi pemecahan masalah.

PENUTUP

1. Kesimpulan
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan.
Preeklampsia adalah merupakan hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan.
Preeklampsia adalah penyakit yang disebabkan oleh tekanan darah toksemia tinggiyang
terkait dengan kondisi diawal kehamilan.
Preeklampsia adalah penyakit multisistem, yang bisa melibatkan otak, hati, ginjal,
dan plasenta.Komplikasi-komplikasi maternal mencakup eklampsia, stroke, gagal hati dan
gagal ginjal, dan koagulopati.

2. Saran
Lebih meningkatkan lagi penyuluhan tentang pre eklamsia oleh tim medis dan para medis
kepada masyarakat banyak, khusus nya yang ada di daerah terpencil agar masyarakat lebih
cepat mengetahui tanda-tanda dan gejala dari pre eklamsi terutama pada ibu-ibu,agar dapat di
atasi dengan cepat.

DAFTAR PUSTAKA
Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran.Jakarta :EGC

Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. (2006). Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam

Kehamilan di Indonesia, edisi (2). Kelompok Kerja Penyusun

Manuaba, Ida Bagus Gede. (2010). Ilmu Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta :EGC

Manjoer, Arif, dkk. (2009). Kapita Selekta Edisi Ketiga Jilid Ketiga.Jakarta : Media Aesculapius
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed rev, Jakarta: Rineka Cipta
Prawirohardjo, S. (2008). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBP
Prawirohardjo, S. (2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP
Robert J. M.(2007). Carl A Hubel Oxydative Stress in Preeclampsia. AJOG, 190:
117 – 8

Sofoewan S.(2007). Preeklampsia – Eklampsia di Beberapa Rumah Sakit di Indonesia, patogen.

Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran danKesehatan esis, dan kemungkinan

pencegahannya. MOGI, 27; 141 – 151.

Syaifudin.(2006). Anatomi Fisiologi.EGC. Jakarta.

Yusmardi.(2010). Perbandingan Kadar Asam Folat Serum MaternalPreeklampsia Berat dengan

Kehamilan Normal. Tesis Bagian Obgyn FK USU : RSUP Haji Adam Malik

Вам также может понравиться