Вы находитесь на странице: 1из 4

ASUHAN KEPERAWATAN INTRAOPERATIF

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

A. PENGERTIAN
Fase intraoperatif dimulai sejak klien dipindahkan kekamar operasi dan berakhir saat klien
dipindahkan keruang pemulihan (recovery room). Dalam fase ini lingkup aktivitas
keperawatan adalah pemeliharaan keselamatan klien,pemantauan fisiologis, dan dukungan
psikologis, pada fase ini perawat juga melaksanakan fungsinya sebagai “scrubnurse” dan
“sirkulatingnurse”
Aktivitas diruang operasi dipusatkan pada klien yang menjalani prosedur pembedahan ,
perhatian difokuskan pada reaksi psikologis dan fisiologis klien. Karena pembedahan
biasanya merupakan pengalaman yang membuat stress, klien membutuhkan rasa aman,
dengan mengetahui bahwa ada orang yang memberikan perlindungan (bertindak sebagai
advokat) selama prosedur dan ketika klien dianestesia maka klien akan merasa tenang dan
nyaman.

Perawat intra operatif bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan klien,
koordinasi petugas ruang operasi, dan pelaksanaan perawat Scrub dan pengaturan aktivitas
selama pembedahan. Peran lain perawat diruang operasi adalah asisten pertama (First
asisstant) perawat ini telah mendapatkan registrasi dan praktiknya tetap berada dibawah
supervisi langsung ahli bedah. Tanggung jawab perawat asisten meliputi penmganan
jaringan,memberikan pemajanan pada daerah operasi,penggunaan instrumen,jahitan dan
pemberian hemostasis.

B. PENGKAJIAN

a. Pemeriksaan kelengkapan data-data prosedur operasi

 Telaah adanya persetujuan tindakan medik yang benar ditandatangani oleh klien atau orang
yang paling bertanggung jawab
 Kelengkapan hasil pemerikasaan diagnostik dan konsultasi
 Kelengkapan catatan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
 Kelengkapan riwayat dan pengkajian kesehatan
 Cek list praoperatif.

b. Pemeriksaan fisik dan psikologis

 pastikan identitas klien: nama,umur, jenis kelamin, No medical record , nama penangung
jawab.
 Status fisiologis (tingkat sehat – sakit)
 Status psikososial( ekspresi kekhawatiran,tingkat ansietas,masalah komunikasi
verbal,mekanisme kopping)
 Status fisik ( tempat operasi, kondisi tumor atau kesakitan, kondisi kulit dan keefektivitasan
persiapan, pencukuran, keadaan persendian)

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PERENCANAAN


NO DIAGNOSA PERENCANAAN KEPERAWATAN
TUJUAN
RENCANA TINDAKAN
KRITERIA HASIL

1. Risiko terhadap Cedera tidak terjadi: 1. Pastikan/periksa kembali alat bantu


cedera berhubungan Kriteria hasil: atau alat buatan yang menempel
dengan - Kondisi kulit : tidak ditubuh klien.
Lingkungan eksternal: ada abrasi,luka bakar,2. Pastikan segala perhiasan tidak
struktur fisik, struktur memar adalagi yang digunakan oleh klien
lingkungan, - Kondisi pernafasan: 3. Periksa identitas klien dan jadwal
pemajanan peralatan, tidak ada sumbatan, prosedur dan bandingkan dengan
instrumentasi,posisi, jalan nafas bebas. list klien dan pastikan secara verbal
penggunaan zat/obat - Letak grronding tetap nama,prosedur dan dokter.
farmasi.(anestesia) baik. 4. Periksa dan cocokan persediaan
Lingkungan Internal: - Tidak ada obat, darah atau peralatan dengan
Hipoksia jaringan, penyumbatan pada label dan list klien.
perubahan faktor selang IV, 5. Berikan petunjuk yang singkat dan
pembekuan, kondisi nasogastrik atau sederhana pada klien yang sadar
jantung, kondisi kateter. 6. Posisikan meja operasi dan
fungsi paru,ginjal dsb. - Pembedahan sesuai dorongan pasien satabil saat akan
dengan persetujuan dilakukan pemindahan.
yang diberikan oleh 7. Antisipasi gerakan jalur,selang
klen baik lisan atau yang berhubungan dengan klien
yang tetera di list selama pemindahan.
klien 8. Pastikan keamankan klien diatas
meja operasi ketika akan
meninggalkan meja operasi dan bila
perlu dapat dipergunakan sabuk
pengaman, dan jelaskan kepada
klien.
9. Siapkan peralatan dan bantalan
untuk posisi yang dibutuhkan
spesifik dengan kebutuhan
pembedahan .
10. Kaji dan catat tekanan dari
tourniquet serta lamanya digunakan
dan ingatkan kepada ahli bedah bila
telah mendekati batas waktu
pemakaian.
11. Ekstrimitas diletakan sedemikian
rupa agar mudah untuk
mengadakan pemeriksaan sirkulasi
perifer,dan menghindari terjadinya
cidera .
12. Cegah jatuhnya cairan dibawah dan
disekitar tubuh klien
13. Bantu induksi apabila dibutuhkan
dengan menekan krikoid selama
intubasi,atau pemberian posisi yang
mantap untuk spinal.
14. Pastikan keamanan elektrikal dari
alat-alat yang digunakan selama
prosedur operasi ,misal
pemasangan ground.
15. Letakkan elektroda penetral
(bantalan elektrokauter) yang
meliputi permukaan otot yang besar
dan pada posisi yang baik
16. Atur intensitas dari alat yang
digunakan sesuai dengan
kebutuhan.
17. Lindungi sekitar kulit pada saat
pemakaian diatermi atau alat
koagulasi.
18. Pantau pemasukan dan pengeluaran
cairan selama prosedur operasi
19. Pastikan dan catat jumlah
pemakaian kasa,alat, jarum, dan
mata pisau dengan benar.
20. Ambil, berinama dan catat
spesimen yang akan dilakukan
pemeriksaan.
21. Komunikasikan baik secara verbal
dan tertulis dengan staf ruang
pemulihan mengenai status
kesehatan klien saat pemindahan
dari ruang operasi.

2 Resiko terhadap Tanda-tanda infeksi 1. Periksa kembali label steril pada


infeksi tidak dapat instrumen atau linen yang akan
ditemukan digunakan pada setiap prosedur
operasi
2. Periksa kembali hasil pemeriksaan
laboratorium yang dapat
memungkinkan telah terjadinya
infeksi sietemik sebelum operasi
sehingga memerlukan perlakuan
khusus terhadap klien.
3. Pergunakan alat sesuai dengan
prosedur dan jaga tekhnik aseptik
selama prosedur pembedahan
4. Identifikasi dengan segera bila
terjadi kesalahan pada tekhnik
aseptik.
5. ikuti tahapan dalam prosedur
bedah: Lakukan cuci tangan dengan
terampil,
6. lakukan persiapan daerah operasi
bila dilakukan pencucian lakukan
dengan cairan antiseptik yang
sesuai dan dengan takaran yang
tepat.
7. Tampung cairan/sisa yang
terkontaminasi pada tempat tertentu
diruang operasi kemudian dibuang
sesuai dengan metode penanganan
limbah infeksius di rumah sakit.
8. Menggunakan jas operasi dengan
benar atau membantu operator
dengan cermat.
9. Menggunakan sarung tangan
dengan tekhnik steril
10. Pastikan suhu ruangan tidak panas
untuk menghindari timbulnya
keringat.(atur suhu Ac, dan batasi
jumlah personel yang berada
didalam kamar operasi)
11. Kolaborasi untuk irigasi luka yang
banyak bila luka kotor
12. Kolaborasi untuk pemberian
antibiotik profilaksis.

3 Resiko terjadi-nya Perubahan suhu 1. kaji suhu praoperasi


perubahan suhu tubuh tubuh tidak terjadi 2. kaji suhu lingkungan dan
berhubungan dengan Kriteria hasil modifikasi sesuai kebutuhan dan
pemajanan - suhu tubuh selama sesuaikan dengan kondisi dan umur
lingkungan,pengguna- operasi diantara klien.
an zat-zat anestesi, 36,5ºC sampai 3. Lindungi wilayah kulit yang diluar
umur dan umur yang dengan 37,5ºC wilayah operasi
ekstrem. 4. Catat elevasi suhu yang
cepat/demam tinggi menetap dan
rawat secara tepat perprotokol
5. Sediakan selimut penghangat pada
saat – saat darurat untuk anestesi.
4 Resiko terjadinya Gangguan volume 1. Kaji tanda tanda gangguan
gangguan cairan tidak terjadi keseimbangan cairan
keseimbangan volume Kriteria evaluasi 2. Periksa persiapan darah bila
cairan tubuh kurang - intake dan output diperlukan untuk operasi–operasi
dari kebutuhan sampai seimbang khusus
dengan lebih dari - Tanda – tanda vital 3. Catat dan monitor pemasukan dan
kebutuhan tubuh yang stabil sesuai pengeluaran cairan termasuk
dengan umur klien terjadinya perdarahan dan jumlah
- Palpasi denyut nadi darah yang keluar
dengan denyutan 4. Kaji sirkulasi perifer monitor
yang kuat dan denyut nadi sampai dengan tanda
kualitas baik. tanda syok hipovolemik.

Вам также может понравиться