Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
net/publication/330755169
Optimasi Pemanfaatan Air Embung Kasih untuk Domestik dan Irigasi Tetes
CITATIONS READS
0 164
3 authors, including:
Segel Ginting
Ministry of Public Works and Housing
37 PUBLICATIONS 19 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Segel Ginting on 07 February 2019.
ABSTRACT
The Government of Indonesian was built Embung Kasih (retention basin) to overcome limited water resources in Tuatuka
Village, NTT Province. It was planned for irrigation and domestic use. Retention basin operations require detailed
planning with limited storage, so the water utilization optimizes are necessaries. These are needed to determine water
use with several scenarios of rainfall conditions. It was conducted by the Generalized Reduced Gradient Method to
maximize water use as an objective function. Water utilizes simulation in 1974 to 2015 was conducted as an evaluation
of the reliability assessment. The objective of this research determines water used optimally for domestic use and
irrigation. The results are obtained by several scenarios. The first scenario related to normal rainfall conditions, water
use for domestic is around 2,604 people or irrigating 2.746 ha area using drip irrigation. The second scenario for extreme
wet rainfall conditions, water use for domestic is around 3,601 people or land irrigating around 4.698 ha area. The third
scenario with extreme dry rainfall conditions can produce water use for domestic is around 454 people or land irrigating
around 0.45 ha area. Following their results by using the simulation method with data from 1974 to 2015, water use for
domestic is, determined to be around 454 people, and an area irrigated 1 Ha with operational reliability assessment
reaching 78.57%.
Keywords: drip irrigation, optimaztion, retention basin, water availability, water utilization
ABSTRAK
Pemerintah membangun Embung Kasih untuk mengatasi terbatasnya sumber air di Desa Tuatuka, Provinsi NTT.
Embung tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan irigasi. Pengoperasian embung perlu
direncanakan karena volume tampungan terbatas. Optimasi penggunaan air embung diperlukan untuk menentukan
jumlah penggunaan air dengan berbagai skenario kondisi hujan. Simulasi penggunaan air tahun 1974 s.d. 2015
dilakukan sebagai evaluasi untuk menilai keberhasilan operasi embung. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
menentukan jumlah pemakaian air untuk kebutuhan domestik dan atau irigasi secara optimal. Optimasi dilakukan
dengan Metode Generalized Reduced Gradient (GRG) untuk fungsi tujuan memaksimalkan penggunaan air embung.
Hasil optimasi diperoleh dengan beberapa skenario. Skenario pertama untuk hujan normal, pemanfaatan air untuk
domestik sekitar 2.604 orang atau untuk mengairi lahan seluas 2,746 ha dengan irigasi tetes. Skenario kedua untuk
kondisi hujan ekstrim basah, pemanfaatan air untuk domestik sekitar 3.601 orang atau untuk irigasi tetes sekitar
4,698 ha. Skenario ketiga untuk kondisi hujan ekstrim kering, pemanfaatan air untuk domestik sekitar 454 orang atau
untuk irigasi tetes sekitar 0,45 ha. Berdasarkan evaluasi hasil optimasi dengan menggunakan simulasi data tahun
1974 s.d. 2015, maka ditetapkan jumlah penggunaan air embung untuk domestik sekitar 454 orang dan irigasi tetes
seluas 1 Ha dengan tingkat keandalan operasi embung mencapai 78,57%.
Kata Kunci: irigasi tetes, optimasi, embung, ketersediaan air, pemanfaatan air
http://dx.doi.org/10.31028/ji.v13.i1.41-54
© Balai Litbang Irigasi, Puslitbang SDA, Balitbang, Kementerian PUPR
Naskah ini di bawah kebijakan akses terbuka dengan lisensi CC-BY-SA (https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)
I. PENDAHULUAN Tuatuka, Kabupaten Kupang Tengah, Provinsi
NTT merupakan daerah dengan kondisi iklim
Air menjadi komoditas yang semakin langka,
yang sangat kering. Dengan adanya embung
konsumsi air mendekati batas sistem alam dan di
tersebut, ketahanan air dan pangan di desa
beberapa daerah batas-batas ini telah dilampaui
tersebut dapat meningkat dan sejalan dengan
(Wahlin, 2005). Terdapat tiga sektor utama yang
keinginan masyarakat setempat. Embung yang
menggunakan air yaitu pertanian, industri dan
dibangun memiliki kapasitas tampungan yang
rumah tangga. Pertanian merupakan pengguna air
sangat terbatas dan curah hujan hanya terjadi
yang terbesar yaitu sekitar 65% dari seluruh
selama 3-4 bulan dalam setahun. Oleh karena itu,
sumber air (Postel, 1992; Wahlin, 2005). Hal yang
pemanfaatan air embung tersebut perlu
serupa dikemukakan oleh Seckler, Barker, &
direncanakan lebih teliti agar air tampungan
Amarasinghe (1999) bahwa, lebih dari
tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dan
seperempat penduduk dunia atau sepertiga
berkelanjutan dengan membatasi jumlah
penduduk di negara berkembang hidup di daerah
pemakaian air, baik untuk domestik dan atau
yang akan mengalami kelangkaan air. Pimentel et
irigasi.
al. (2004) menyatakan telah terjadi peningkatan
pencemaran sumber daya air permukaan dan air Penentuan jumlah pemakaian air secara optimal
tanah yang dapat menimbulkan ancaman bagi dilakukan dengan pendekatan optimasi. Optimasi
kesehatan publik dan lingkungan serta adalah subjek yang populer dalam studi sumber
memberikan kontribusi biaya tinggi dalam daya air. Metode ini telah digunakan dalam
pengolahan air, sehingga ketersediaan air yang beberapa dekade sebagai solusi untuk
digunakan menjadi terbatas. perencanaan dan pengelolaan sistem sumber daya
air (Ahmad, El-Shafie, Razali, & Mohamad, 2014).
Indonesia memiliki cukup air untuk memenuhi
Mays & Tung (2002) telah menggunakan metode
kebutuhan penduduk dan ekonomi. Namun
optimasi dalam sumber daya air untuk tahap
demikian, distribusi yang tidak merata,
perencanaan, desain, dan operasional. Salah satu
manajemen yang buruk, dan kurangnya
teknik optimasi yang populer diterapkan oleh
infrastruktur telah menyebabkan akses air sulit
banyak peneliti dalam pengelolaan sumber daya
untuk didapatkan. Tanpa investasi yang besar,
air selama abad ke-21 adalah pemrograman linier
keamanan air di Indonesia akan tetap sulit dan
(PL). Metode ini digunakan ketika variabel dan
dapat mengalami kerusakan yang cepat (Piesse,
kendala dalam sistem sumber daya air memiliki
2016). Ketahanan air irigasi pada wilayah sungai
bentuk fungsi linier (Rani & Moreira, 2010).
di Indonesia pada umumnya dalam kondisi
“sedang” dan “baik”. Upaya yang dapat dilakukan Teknik optimasi lainnya yang sering digunakan
untuk meningkatkan ketahanan air irigasi adalah adalah Generalized Reduced Gradient (GRG).
dengan pembangunan tampungan air berupa Teknik ini sudah tersedia dalam Microsoft Excel.
waduk dan embung, serta penghematan air untuk GRG adalah alat optimasi di Microsoft Excel yang
semua pengguna air (Hatmoko, Radhika, dapat digunakan untuk mendapatkan nilai
Firmansyah, & Fathoni, 2018). Provinsi Nusa optimal dari parameter linier serta persamaan
Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi nonlinier. Metode Solver dalam Microsoft Excel
di Indonesia yang sulit dalam akses sumber air. terdiri dari Linear Programming Solver (LP) untuk
Mereka yang tinggal di wilayah itu bergantung persamaan linier, GRG dan Evolutionary Solver
pada curah hujan dan air tanah. Selama periode untuk optimasi persamaan nonlinier (Zakwan,
kering, sumber air berubah menjadi Muzzammil, & Alam, 2017). GRG Solver adalah
terkontaminasi, yang mengarah pada peningkatan kode optimasi nonlinier yang dikembangkan oleh
insidensi penyakit (Piesse, 2016). Berdasarkan Lasdon, Fox, & Ratner (1974). GRG dan penerapan
hasil kajian Soedireja (2017) menyatakan bahwa secara spesifik telah terbukti selama bertahun-
potensi air tanah di NTT adalah 267,282 l/s dapat tahun sebagai salah satu pendekatan yang paling
dimanfatkan untuk melengkapi irigasi air kuat dan dapat diandalkan untuk memecahkan
permukaan terutama pada saat periode curah masalah pemrograman nonlinier yang sulit (Smith
hujan rendah. Bahkan saat ini, sumber daya air & Lasdon, 1992). Penerapan Metode GRG dalam
untuk produksi makanan dan kebutuhan manusia optimasi telah diujicoba untuk menentukan
lainnya menurun karena meningkatnya parameter Intensity Duration Frequency (IDF)
permintaan dan menjadi langka di daerah kering. (Zakwan, 2016) dan variabel untuk
pengembangan persamaan rating curve (Zakwan
Salah satu upaya meningkatkan ketahanan air
et al., 2017). Terdapat dua cara yang digunakan
yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan
untuk menentukan arah pencarian di GRG. Cara
membangun embung sederhana di Tuatuka.
yang paling standar adalah dengan Metode Quasi-
Lokasi embung yang dibangun berada di Desa
Newton, yang merupakan cara berbasis gradien
Optimasi-Ginting, et al. 43
3) Kota Sedang dengan kebutuhan 90 s.d. 120 selanjutnya dilakukan evaluasi dengan simulasi
l/org/hari terhadap data hujan bulanan mulai dari tahun
4) Kota Besar dengan kebutuhan 120 s.d. 150 1974 s.d. 2015 dengan jumlah pemakaian air dari
l/org/hari hasil optimasi. Simulasi yang dilakukan untuk
5) Kota Metropolitan dengan kebutuhan lebih melihat tingkat keberhasilan (keandalan) dari
besar 150 l/org/hari pola pemakaian air yang ditetapkan oleh hasil
optimasi. Jika hasil evaluasi belum menunjukkan
d. Data Kebutuhan Air Tanaman
tingkat keandalan yang diharapkan, maka
Data kebutuhan air tanaman dihasilkan dari dilakukan upaya untuk justifikasi. Adapun
perhitungan evapotranspirasi dan koefisien flowchart metode penelitian yang dilakukan dapat
tanaman. Kebutuhan air tanaman dihitung dengan dilihat pada Gambar 2.
menggunakan konsep irigasi mikro (irigasi tetes).
2.3.1. Penghitungan Ketersediaan Air
2.3. Metode
Pada lokasi Embung Kasih tidak terdapat aliran
Metode dalam menentukan jumlah penggunaan sungai yang kontinu sepanjang tahun, hanya
air untuk kebutuhan domestik dan irigasi terdapat aliran pada saat terjadi hujan. Sumber air
pertanian adalah menggunakan pendekatan yang masuk ke Embung Kasih berasal dari aliran
optimasi, selanjutnya melakukan evaluasi tingkat permukaan (overland flow) dan hujan yang jatuh
keadalan embung melalui simulasi operasi ke embung. Besarnya aliran permukaan yang
penggunaan air embung. Optimasi dan simulasi terjadi pada suatu daerah aliran sungai (DAS) di
penggunaan air memerlukan model matematis hitungan dengan metode NRECA. Metode NRECA
yang dapat mensimulasikan perubahan diperkenalkan pertama sekali oleh Norman H.
tampungan embung berdasarkan inflow dan Crawford pada tahun 1985. Metode ini
outflow embung. Optimasi penggunaan air merupakan salah satu metode perhitungan
dilakukan dengan berbagai skenario kondisi ketersediaan air yang direkomendasikan dalam
hujan. Dalam penelitian ini dikelompokkan dan Kriteria Perencanaan Irigasi 01 apabila data
didefinisikan tiga skenario kondisi hujan sebagai terbatas (Direktorat Irigasi dan Rawa, 2013).
berikut: Metode ini pun banyak digunakan dalam berbagai
penelitian seperti untuk peramalan debit aliran
N = kondisi hujan normal diperoleh
permukaan (Herudjito, 1997) dan optimasi
berdasarkan rata-rata hujan bulanan dari
embung (Prawito, 2010). Model ini memerlukan
tahun 1974-2015
kalibrasi parameter untuk meningkatkan
EB = kondisi hujan ekstrim basah diperoleh
keakuratan hasil perhitungan (Alitu, 2007; Tunas
dengan tingkat peluang terlampaui 10 %
& Lesmana, 2011).
dari data hujan bulanan tahun 1974-2015
EK = kondisi hujan ekstrim kering diperoleh Metode ini merupakan model konsepsi yang
berdasarkan tingkat peluang terlampaui bersifat deterministik. Disebut sebagai model
90% dari data hujan bulanan tahun 1974- konsepsi karena didasari oleh teori. Untuk
2015 menginterpretasikan fenomena proses fisiknya
digunakan persamaan dan rumus semi empiris
Nilai hujan bulanan dari Bulan Januari sampai
sebagai berikut (Crawford, 1981):
dengan Bulan Desember dari masing-masing
skenario tersebut digunakan sebagai input model Hujan – Evapotranspirasi + Perubahan Tampungan
hujan-limpasan. Model hujan-limpasan yang = Limpasan
digunakan adalah National Rural Electric
Persamaan keseimbangan air tersebut merupakan
Cooperative Association (NRECA). Model ini
dasar dari metode NRECA untuk suatu daerah
bertujuan untuk mengonversi hujan bulanan
aliran sungai pada setiap langkah waktu, dimana
menjadi limpasan permukaan yang digunakan
hujan, evapotranspirasi aktual dan limpasan
untuk analisis ketersediaan air. Proses berikutnya
adalah volume yang masuk kedalam dan keluar
adalah pembuatan model matematis operasi
pada suatu DAS untuk setiap langkah tertentu.
embung yang mengambarkan kondisi muka air di
dalam embung berdasarkan kondisi inflow dan Dalam metode NRECA terdapat dua tampungan
outflow embung. Model matematis operasi yaitu moisture storage (tampungan kelengasan)
embung digunakan sebagai perangkat dalam dan groundwater storage (tampungan air tanah).
menilai pemanfaatan air di embung. Optimasi Tampungan kelengasan ditentukan oleh hujan
pemanfaatan air berdasarkan konstrain tertentu dan evapotranspirasi aktual. Tampungan air tanah
digunakan dalam analisis. Setelah dilakukan ditentukan oleh excess moisture (kelengasan tanah
optimasi untuk mendapatkan jumlah penggunaan yang berlebih).
air yang optimal dari masing-masing sektor, maka
Model Matematis
Optimasi
Operasi Embung
Tingkat Keandalan?
tidak
Memenuhi > 75 % ?
ya
Data masukan yang diperlukan dari metode Perhitungan limpasan metode NRECA dibagi
hujan-limpasan NRECA adalah sebagai berikut: menjadi dua bagian yaitu perhitungan limpasan
langsung (direct runoff) dan air tanah yang
(1) Hujan Rata-rata dari suatu DAS (P)
menuju ke sungai (groundwater). Urutan
(2) Evapotranspirasi Potensial dari DAS (PET)
prosedur perhitungan untuk metode NRECA
Jika data yang ada adalah evapotranspirasi
adalah sebagai berikut:
standar (ETo) maka PET = Cf x ETo, dimana
Cf adalah faktor tanaman. (1) Perhitungan hujan rata-rata dan
(3) Kapasitas Tampungan Kelengasan (NOM) evapotranspirasi potensial standar di daerah
Diperkirakan nilai NOM = 100 + (C x hujan aliran sungai (P dan ETo).
rata-rata tahunan (mm)), dimana nilai C = 0,2 (2) Menentukan parameter NOM, PSUB, GWF,
untuk DAS yang hujannya terjadi terus- dan nilai awal tampungan kelengasan tanah
menerus sepanjang tahun, dan C < 0,2 untuk (soil moisture storage) dan tampungan air
DAS yang mempunyai tipe hujan musiman. tanah (ground water storage) yang akan
(4) Persentase limpasan yang keluar dari DAS di digunakan dalam proses kalibrasi.
sub surface atau infiltrasi (PSUB) (3) Perhitungan angka tampungan tiap bulan
Nilai PSUB berkisar antara 0,1 – 0,5 (storage ratio)
(5) Persentase limpasan tampungan air tanah ............ (1)
menuju ke sungai (GWF)
Nilai GWF berkisar antara 0,5 – 0,9 Dimana untuk bulan pertama soil moisture
(6) Nilai awal dari tampungan kelengasan tanah storage = angka awal tampungan dan untuk
(soil moisture storage) bulan selanjutnya adalah soil moisture
(7) Nilai awal dari tampungan air tanah (ground storage(n) = soil moisture storage(n-1) + S(n-1).
water storage) S(n-1) adalah perubahan tampungan pada
bulan sebelumnya.
Optimasi-Ginting, et al. 45
(4) Perhitungan angka perbandingan antara Keterangan:
hujan dan evapotranspirasi potensial.
Td = transpirasi harian pada periode puncak
.............................................................. (2)
(mm/hari)
(5) Perhitungan evapotranspirasi aktual (AET), Ud = kebutuhan air tanaman harian rata-rata
dengan menggunakan persamaan sebagai pada pertumbuhan tanaman maksimum
berikut ini. dengan kanopi sempurna (mm/hari). Nilai
.................................................... (3) ini merupakan evapotranspirasi hasil
kl adalah koefisien evapotranspirasi yang analisis data iklim menggunakan metode
tergantung pada nilai R dan Sr, dengan Penman (Doorenbos & Pruitt, 1977)
persamaan regresi sebagai berikut: dengan koefisien tanaman sesuai (Allen,
( ) , jika R < 1 dan Pereira, Raes, & Smith, 1998)
Pd = persentase dari penutupan permukaan
Sr < 2. , jika R > 1 atau Sr > 2.
tanah oleh bayangan kanopi pada siang
(6) Menghitung rasio kelengasan yang berlebih
hari (%)
(excess ratio)
, jika Sr < 0 dx = jumlah air irigasi maksimum per aplikasi
(mm)
( ( ) AW = air tersedia di dalam tanah (mm/m)
jika Sr ≥ 0 ................................ (4) = kedalaman perakaran (m)
(7) Perhitungan kelengasan tanah yang berlebih 2.3.3. Optimasi Penggunaan Air Embung
(excess moist), perubahan tampungan (S) dan
a) Pengembangan Model Matematik Operasi
perkolasi dengan rumus sebagai berikut:
Embung
) ....................... (5)
( Dalam rangka optimasi penggunaan air embung
untuk menentukan jumlah pemakaian air, maka
........................ (6)
perlu mengembangkan perangkat model
........... (7) matematis yang mengintegrasikan operasi
(8) Perhitungan angka awal dan akhir embung dan alokasi air. Model matematis yang
tampungan air tanah (BSG dab ESG): dikembangkan menggunakan persamaan
BSG Untuk bulan pertama: kontinuitas dan konservasi volume. Operasi
............ (8) embung adalah penampungan aliran air sungai ke
BSG untuk bulan berikutnya: dalam sebuah embung dan pelepasan dari pada
........................... (9) air yang telah ditampung tersebut untuk berbagai
tujuan tertentu. Sedangkan pola operasi adalah
............................... (10)
patokan operasional periode suatu embung
dimana debit air yang dikeluarkan oleh embung
(9) Perhitungan Limpasan harus mengikuti ketentuan agar elevasinya
terjaga sesuai dengan rancangan. Persamaan
...................... (11) operasi embung dinyatakan sebagai berikut
...... (12) (Wurbs, 1996):
(10) Total Limpasan tiap bulan adalah ...................................................... (16)
............................. (13) Keterangan:
= Tampungan pada akhir periode t
2.3.2. Penentuan Kebutuhan Air Irigasi Tetes
t = Interval waktu yang digunakan
Dalam irigasi tetes, evaporasi ditekan sekecil = Tampungan pada awal periode t
mungkin, sehingga secara praktis, kebutuhan air I = Total volume debit inflow yang masuk ke
tanaman hanya berupa transpirasi. Transpirasi waduk selama periode t (inflow ke embung
harian pada periode puncak ditentukan dengan berupa limpasan/runoff dan hujan)
persamaan (Keller & Bliesner, 1990): O = Total volume outflow yang keluar dari
embung selama periode t (outflow yang
( ( ) ) ................................................ (14)
keluar dari embung berupa evaporasi,
Kebutuhan air irigasi bersih maksimum per pemakaian air domestik dan atau irigasi
pemberian (aplikasi) adalah sama dengan serta keluaran dari pelimpah embung)
Management Allowed Deficit (MAD) dan dihitung Outflow dan inflow yang digunakan dalam
dengan persamaan (Keller & Bliesner, 1990): pemodelan matematis untuk menyimulasikan
.............................. (15) Embung Kasih diilustrasikan seperti pada
Gambar 3.
0
Model optimasi yang digunakan adalah optimasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
non linier Metode Generalized Reduced Gradient Bulan
Optimasi-Ginting, et al. 47
3.2. Aliran Permukaan pertanian. Namun karena secara umum penduduk
di sekitar lokasi pembangunan embung telah
Sumber air di Embung Kasih dihasilkan dari hujan
memiliki sumber air untuk keperluan sehari hari
yang jatuh langsung masuk ke tubuh embung dan
yang berasal dari sumur bor air tanah, maka
aliran permukaan di lahan dengan luas sekitar
penggunaan air embung tersebut tidak hanya
8,2 ha. Aliran permukaan diperoleh dengan
digunakan untuk kebutuhan domestik tetapi
menggunakan pendekatan model hujan-limpasan
dipergunakan juga untuk pertanian. Karena
NRECA. Model ini sebelum digunakan terlebih
kapasitas tampungan dari Embung Kasih tersebut
dahulu dikalibrasi parameternya dengan asumsi
terbatas, maka jenis pertanian yang direncanakan
bahwa aliran permukaan yang dihasilkan tidak
menggunakan prinsip pemakaian air yang hemat,
akan lebih besar dari pengurangan hujan yang
sehingga yang diusulkan adalah pertanian dengan
terjadi dengan kehilangan air berupa
sistem irigasi tetes.
evapotranspirasinya. Berdasarkan asumsi
tersebut, maka diperoleh nilai parameter untuk Elevasi Flap Gate Elevasi Spillway
20.0
18.0
16.0
Normal
Gambar 6 Hubungan Elevasi-Tampungan-Luas
Aliran Permukaan (l/s)
14.0
Ekstrim Basah di Embung Kasih
12.0
Ekstrim Kering
10.0 a) Penggunaan Air untuk Kebutuhan
8.0 Domestik
6.0
4.0 Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pekerjaan
2.0 Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan
0.0 Minimal bidang PU dan Penataan Ruang, telah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan menetapkan standar minimal kebutuhan air
Gambar 5 Debit Limpasan Permukaan minum sebesar 60 liter/org/hari. Sementara
di Embung Kasih kriteria perencanaan menurut Direktorat Jenderal
Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum,
3.3. Kapasitas Tampungan Embung Kasih menetapkan untuk wilayah pedesaan dengan
Pembuatan embung bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air berkisar antara 60 s.d. 80
ketersediaan air yang diperlukan buat kebutuhan l/org/hari. Sesuai dengan standar di atas, maka
domestik dan pertanian. Embung yang dibangun kebutuhan air untuk domestik di Desa Tuatuka
pada tahun 2018 menggunakan pelimpah pada digunakan sebesar 60 l/hari per orang. Standar ini
elevasi +89,5 m. Untuk meningkatkan kapasitas digunakan untuk menghitung total kebutuhan air
tampungan ditambah flapgate setinggi 1,5 m yang diperlukan oleh penduduk yang ada di
sehingga elevasi pelimpah dapat mencapai +91 m. sekitar lokasi Embung Kasih.
Berdasarkan pada pengukuran topografi di b) Penggunaan Air untuk Irigasi Tetes
rencana lokasi embung, maka diperoleh hubungan
elevasi-tampungan dan luas, seperti terlihat pada Selain digunakan untuk domestik, air di embung
Gambar 6. Berdasarkan gambar tersebut digunakan juga untuk kebutuhan air irigasi.
diperoleh kapasitas tampungan embung yang Sistem irigasi yang diterapkan dalam pertanian
dibangun sekitar 29,81 ribu m3 sampai pada tersebut menggunakan sistem irigasi tetes agar
elevasi pelimpah +89,5 m, namun kapasitas hemat dalam penggunaan air. Jenis tanaman yang
tampungan dapat mencapai 53,31 ribu m3 sampai akan digunakan dalam sistem irigasi tetes adalah
pada elevasi flapgate. tanaman cabai. Tanaman cabai (Capsicum Annum
L.) membutuhkan air dalam jumlah yang cukup,
3.4. Penggunaan Air Embung Kasih dan dengan pemberian yang tepat waktu. Keadaan
Air Embung Kasih yang dibangun direncanakan tersebut dapat dicapai dengan penerapan sistem
digunakan untuk kebutuhan domestik dan irigasi tetes, karena sistem ini dapat diatur jumlah
dan waktu pemberian, sesuai dengan kebutuhan
Optimasi-Ginting, et al. 49
embung mencapai maksimum pada Bulan April berdasarkan hasil optimasi dapat dilihat pada 10
dengan muka air dapat mencapai +89,82 m. (b). Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa
92.0 16.0 suplai air untuk irigasi tetes dilakukan sepanjang
tahun dan air di dalam embung mencapai
91.0 14.0
maksimum pada Bulan Februari dengan muka air
90.0 12.0 dapat mencapai +88,02 m.
(a) 85.0
1.0
89.0 10.0
Inflow atau Outflow (Ribu m3)
Inflow
Irigasi 9.0
91.0
88.0 Muka Air Embung 8.0
8.0
Elevasi Pelimpah Domestik
90.0
87.0 Elevasi Minimum 6.0 Inflow 7.0
84.0 0.0
Gambar 9 Grafik Muka Air di Embung Kasih Kondisi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
Hujan Normal untuk Pemanfaatan Air
(a) Domestik (b) Irigasi (b)
b) Kondisi Hujan Ekstrim Kering Gambar 10 Grafik Muka Air di Embung Kasih Kondisi
Hujan Ekstrim Kering untuk Pemanfaatan
Operasi embung pada kondisi hujan ekstrim (a) Domestik (b) Irigasi
kering dengan manfaat tunggal, baik untuk
domestik atau irigasi tetes telah dilakukan. c) Kondisi Hujan Ekstrim Basah
Optimasi pemanfaatan air untuk masing-masing Analisis yang sama dilakukan untuk kondisi hujan
sektor tersebut telah diperoleh jumlah penduduk ekstrim basah. Operasi penggunaan air dengan
atau luas areal irigasi yang dapat disuplai oleh manfaat tunggal baik untuk domestik atau irigasi
Embung Kasih. Untuk keperluan domestik, tetes dilakukan. Optimasi pemanfaatan air
berdasarkan hasil optimasi diperoleh jumlah dilakukan untuk menentukan jumlah pemakaian
penduduk yang dapat dilayani sebanyak 454 air yang maksimal. Hasil optimasi diperoleh
orang selama 9 bulan. Profil muka air di embung jumlah penduduk yang dapat menggunakan air
tersebut untuk tujuan penggunaan domestik atau luas areal irigasi yang dapat disuplai oleh
berdasarkan hasil optimasi dapat dilihat pada Embung Kasih.
Gambar 10 (a). Dari gambar tersebut dapat dilihat
bahwa air dalam embung mencapai maksimum Untuk keperluan domestik, berdasarkan hasil
pada Bulan Februari dengan muka air mencapai optimasi diperoleh jumlah penduduk yang dapat
+88,14 m. Jika air embung tersebut digunakan dilayani sebanyak 3.601 orang selama 9 bulan.
hanya untuk keperluan irigasi tetes, maka dapat Profil muka air di embung tersebut berdasarkan
memenuhi kebutuhan air irigasi tanaman cabai hasil optimasi untuk penggunaan air domestik
seluas 0,45 ha. Profil muka air embung tersebut dapat dilihat pada Gambar 11 (a).
40.0
89.0
Muka Air Embung (m dpl)
Berdasarkan Gambar 11 (a) dapat dilihat bahwa Gambar 12 Grafik Muka Air di Embung Kasih Kondisi
muka air yang terjadi di embung tersebut Hujan Normal dengan Pemanfaatan Air
mengalami overflow dari pelimpah selama 3 untuk Domestik dan Irigasi
bulan. Hal ini terjadi karena inflow embung
tersebut sangat besar yang menyebabkan b) Kondisi Hujan Ekstrim Basah
kapasitas tampungan embung tidak mencukupi. Analisis yang sama dilakukan untuk kondisi hujan
Jika air embung tersebut digunakan untuk ekstrim basah. Operasi penggunaan air dengan
keperluan irigasi tetes, maka berdasarkan hasil manfaat ganda (domestik dan irigasi) di Embung
optimasi dapat memenuhi kebutuhan air irigasi Kasih dilakukan. Berdasarkan hasil optimasi
tanaman cabai seluas 4,698 ha. Muka air embung diperoleh jumlah penduduk yang dapat
berdasarkan hasil optimasi dengan penggunaan menggunakan air dan luas areal irigasi yang dapat
air untuk irigasi tetes dapat dilihat pada Gambar disuplai oleh Embung Kasih. Hasil optimasi
11 (b). Dari Gambar 11 (b) terlihat bahwa muka diperoleh jumlah penduduk yang dapat dilayani
air di embung tersebut mengalami overflow dari oleh embung tersebut sebanyak 535 orang selama
pelimpah selama 3 bulan. Kondisi muka air 9 bulan dan untuk irigasi tetes tanaman cabai
ekstrim ini terjadi pada Bulan Februari, Maret dan sepanjang tahun dapat memenuhi seluas 4 ha.
April, sementara inflow yang terbesar terjadi pada Muka air embung hasil optimasi tersebut dapat
Bulan Januari. Inflow pada Bulan Januari dapat dilihat pada Gambar 13. Dari Gambar 13 terlihat
mengisi volume embung hingga muka air di bahwa air di embung masih mengalami overflow
embung dapat mencapai +90,85 m (untuk dari pelimpah selama 3 bulan.
domestik) dan +90,46 m (irigasi tetes).
Optimasi-Ginting, et al. 51
Hasil optimasi model pemanfatan air Embung Kedua kombinasi tersebut disimulasikan sesuai
Kasih untuk berbagai kondisi hujan dan kondisi dengan ketersediaan data dan selanjutnya
penggunaan air dapat dilihat pada Tabel 1. dievaluasi untuk melihat kinerja embung. Kinerja
Tabel 1 Luas Areal Pertanian dan
embung dinilai berdasarkan keandalan operasi,
Jumlah Penduduk Hasil Optimasi dimana keandalan operasi yang dapat diterima
apabila tingkat kegagalan kurang dari 25% atau
Manfaat tunggal Manfaat ganda tingkat keandalannya lebih dari 75%. Nilai ini
No Kondisi Irigasi Irigasi diperoleh berdasarkan kondisi iklim setempat,
Domestik Domestik
Cabai Cabai dimana dari kondisi data hujan diperoleh 3 bulan
(org) (org)
(Ha) (Ha) terjadi musim hujan sehingga untuk kebutuhan
Ekstrim penduduk dan pertanian dapat disuplai dari air
1 0,45 454 - 454 hujan secara langsung, sisanya selama 9 bulan
Kering
merupakan musim kering yang diperlukan
2 Normal 2,746 2604 2 746 disuplai dari embung tersebut.
Ekstrim
3 4,698 3601 4 535 3.6.1. Kriteria A
Basah
Kriteria A memiliki pemanfaatan air untuk
92.0 60.0
domestik dan irigasi pertanian. Luas areal irigasi
yang digunakan adalah 2 ha dan untuk keperluan
91.0
50.0 domestik direncanakan untuk mensuplai air
90.0 sekitar 746 penduduk. Simulasi pemanfaatan air
di embung tersebut dimulai dari tahun 1974 s.d.
Inflow atau Outflow (Ribu m3)
40.0
Muka Air Embung (m dpl)
89.0
Irigasi 2015. Berdasarkan hasil simulasi, maka terdapat
88.0
Domestik
Inflow 30.0 beberapa bulan yang mengalami kegagalan, tidak
Muka Air Embung
Elevasi Pelimpah
dapat memenuhi kebutuhan air untuk kedua
87.0
Elevasi Minimum 20.0 sektor tersebut. Hasil simulasi dan fluktuasi muka
Elevasi Flap Gate
86.0 air embung dapat dilihat pada Gambar 14.
85.0
10.0 Berdasarkan hasil simulasi tersebut, maka
diperoleh tingkat keadalan pemberian air embung
84.0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
0.0
untuk memenuhi kebutuhan penduduk dan irigasi
Bulan hanya mencapai 54,17%. Nilai keadalan ini masih
terlalu rendah, karena keadalan pemenuhan air
Gambar 13 Grafik Muka Air di Embung Kasih Kondisi
untuk dimanfaatkan di daerah ini harusnya lebih
Hujan Ekstrim Basah dengan Pemanfaatan Air untuk
Domestik dan Irigasi besar dari 75%.
Berdasarkan hasil optimasi yang dilakukan telah Kriteria B memiliki pemanfaatan air untuk
menghasilkan jumlah penduduk dan luas areal domestik dan irigasi tetes. Luas areal irigasi yang
irigasi yang diperlukan untuk berbagai kondisi digunakan adalah 2 ha dan untuk keperluan
hujan. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap domestik direncanakan untuk mensuplai air
hasil optimasi melalui simulasi selama data sekitar 454 penduduk. Simulasi pemanfaatan air
tersedia dari tahun 1974 s.d. 2015 untuk di embung tersebut dimulai dari tahun 1974 s.d.
mengukur kemampuan embung dalam memenuhi 2015. Berdasarkan hasil simulasi tersebut, maka
fungsinya yaitu pemberian air domestik dan terdapat beberapa bulan yang mengalami
irigasi tetes. Simulasi dilakukan sesuai dengan kegagalan, tidak dapat memenuhi kebutuhan air
jumlah penduduk dan areal irigasi yang untuk kedua sektor tersebut. Tingkat keandalan
ditetapkan berdasarkan hasil optimasi. Terdapat penggunaan air embung tersebut hanya
beberapa kriteria atau kombinasi yang dilakukan meningkat 3% menjadi 57,54%. Nilai keadalan ini
dalam simulasi dari hasil optimasi yang telah masih kurang dari 75%, sehingga hasil kriteria B
dilakukan. Namun kombinasi yang belum dapat digunakan sebagai nilai batasan
memungkinkan untuk memenuhi tingkat untuk penggunaan air embung. Melihat tingkat
keandalan operasi embung terdapat dua pilihan keandalan yang masih berada dibawah 75%,
yaitu: maka diperlukan upaya untuk meningkatkan
dengan menjustifikasi luas areal irigasi. Hal ini
(1) Kriteria A: multiple purposes (Irigasi 2 ha, dilakukan karena kebutuhan air untuk penduduk
Domestik 746 orang) menjadi hal yang diprioritaskan. Luas areal irigasi
(2) Kriteria B: multiple purposes (Irigasi 2 ha, dipilih untuk diturunkan dari kriteria B (2 ha)
Domestik 454 orang) menjadi 1,5 ha, 1 ha dan 0,5 ha. Berdasarkan
100.0
90.0
80.0
DAFTAR PUSTAKA
89.0
Muka Air Embung (m dpl)
88.0 60.0 Ahmad, A., El-Shafie, A., Razali, S. F. M., & Mohamad, Z. S.
87.0 (2014). Reservoir optimization in water
40.0
86.0 resources: a review. Water Resources
20.0 Management, 28(11), 3391–3405.
85.0
https://doi.org/10.1007/s11269-014-0700-5
84.0 0.0
0 100 200 300 400 500 Alitu, A. (2007). Kalibrasi parameter model NRECA
Inflow ke Embung
Bulan
Kebutuhan Air Domestik
(studi kasus Sungai Paguyaman). Jurnal
Kebutuhan Air Irigasi Muka Air Embung Teknik, 5(2), 172–182.
Elevasi Spillway Elevasi Dead Storage
Elevasi Flap Gate
Allen, R. G., Pereira, L. S., Raes, D., & Smith, M. (1998).
Crop Evapotranspiration Guidelines for
Gambar 15 Hasil Simulasi Kriteria B
Computing Crop Water Requirements (FAO
dengan Luas Areal Irigasi 1 ha
Irrigation and Drainage Paper No. 56). Rome,
IV. KESIMPULAN Italy: Food and Agriculture Organization.
Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan Belaineh, G., Peralta, R. C., & Hughes, T. C. (1999).
Simulation/optimization modeling for water
dapat disimpulkan bahwa Embung Kasih dapat
resources management. Journal of Water
menyuplai kebutuhan domestik sekitar 454 orang Resources Planning and Management, 125(3),
pada kondisi ekstrim kering dan sekitar 2604 154–161. https://doi.org/10.1061/(ASCE)
orang kondisi normal serta sekitar 3601 orang 0733-9496(1999)125:3(154)
untuk kondisi ekstrim basah atau mensuplai
Crawford, N. H. (1981). Small hydropower: hydrological
kebutuhan irigasi tetes dengan luas areal irigasi
methodology without streamflow data. Dalam
sekitar 0,45 ha untuk kondisi ekstrim kering, C. R. Elliott (Ed.), Small Hydropower for Asian
2,75 ha untuk kondisi normal dan sekitar 4,698 ha Rural Development (hlm. 80–89). Bangkok,
untuk kondisi ekstrim basah. Jika Embung Kasih Thailand: The Asian Institute of Technology.
digunakan untuk manfaat ganda seperti
kebutuhan domestik dan irigasi tetes, maka Direktorat Irigasi dan Rawa. (2013). Standar
Perencanaan Irigasi - Kriteria Perencanaan
diperoleh proporsi penggunaan air pada kondisi
Bagian Perencanaan (KP-01). Jakarta:
Optimasi-Ginting, et al. 53
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Postel, S. (1992). The Last Oasis: Facing Water Scarcity.
Kementerian Pekerjaan Umum. New York, USA: W.W. Norton.
Doorenbos, J., & Pruitt, W. O. (1977). Crop Water Prawito, A. (2010). Studi optimasi Embung Tlogo di
Requirements (FAO Irrigation and Drainage Kabupaten Rembang. Neutron, 10(2), 32–41.
Paper No. 24). Rome, Italy: Food and
Rani, D., & Moreira, M. M. (2010). Simulation–
Agriculture Organization.
optimization modeling: a survey and potential
Ekaputra, E. G., Yanti, D., Saputra, D., & Irsyad, F. (2017). application in reservoir systems operation.
Rancang bangun sistem irigasi tetes untuk Water Resources Management, 24(6), 1107–
budidaya cabai (Capsicum annum L.) dalam 1138. https://doi.org/10.1007/s11269-009-
greenhouse di Nagari Biaro, Kecamatan 9488-0
Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera
Rashid, M. U., Haider, S. S., Latif, M., & Raja, N. A. (2017).
Barat. Jurnal Irigasi, 11(2), 103–112.
Multi-objective optimization for irrigation
Georgiou, P. E., & Papamichail, D. M. (2008). deficit through cascade reservoirs. European
Optimization model of an irrigation reservoir Water, 59, 323–329.
for water allocation and crop planning under
Seckler, D., Barker, R., & Amarasinghe, U. (1999). Water
various weather conditions. Irrigation Science,
scarcity in the twenty-first century.
26(6), 487–504. https://doi.org/10.1007/
International Journal of Water Resources
s00271-008-0110-7
Development, 15(1–2), 29–42.
Hatmoko, W., Radhika, R., Firmansyah, R., & Fathoni, A.
Simonović, S. P. (2009). Managing Water Resources:
(2018). Ketahanan air irigasi pada wilayah
Methods and Tools for a Systems Approach.
sungai di Indonesia. Jurnal Irigasi, 12(2), 65.
Paris, France: UNESCO Publishing.
https://doi.org/10.31028/ji.v12.i2.65-76
Smith, S., & Lasdon, L. (1992). Solving large sparse
Herudjito, A. S. (1997). Studi Aplikasi Perangkat Lunak
nonlinear programs using GRG. ORSA Journal
Sacramento, Rainrun dan NRECA untuk
on Computing, 4(1), 2–15.
Peramalan Debit Aliran Permukaan (Skripsi).
https://doi.org/10.1287/ijoc.4.1.2
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Soedireja, H. R. (2017). Potensi dan upaya pemanfaatan
Keller, J., & Bliesner, R. D. (1990). Sprinkle and Trickle
air tanah untuk irigasi lahan kering di Nusa
Irrigation. The Blackburn Press.
Tenggara. Jurnal Irigasi, 11(2), 67–80.
Lasdon, L. S., Fox, R. L., & Ratner, M. W. (1974).
Tunas, I. G., & Lesmana, S. B. (2011). Analisis
Nonlinear optimization using the generalized
penyimpangan perkiraan debit menggunakan
reduced gradient method. Revue Française
d’Automatique, Informatique et Recherche Model Mock dan NRECA. Infrastruktur, 1(1),
54–62.
Opérationnelle, 8(V3), 73–103.
Wahlin, B. T. (2005). Optimal feedback control of
Loucks, D. P., & Van Beek, E. (2005). Water Resources
irrigation water delivery systems. Dalam L. W.
Systems Planning and Management: An
Mays (Ed.), Water Resources Systems
Introduction to Methods, Models and
Management Tools. New York, USA: McGraw-
Applications. Paris, France: UNESCO
Hill Education.
Publishing.
Wurbs, R. A. (1996). Modeling and Analysis of Reservoir
Mays, L. W., & Tung, Y. K. (2002). Hydrosystems
System Operations. New Jersey, USA: Prentice
Engineering and Management. Colorado, USA:
Hall.
Water Resources Publications.
Zakwan, M. (2016). Application of optimization
Nurcahyono, & Putra, T. D. (2008). Perencanaan
technique to estimate IDF parameters. Water
Pemenuhan Air Baku di Kecamatan Gunem
and Energy International, 59(5), 69–71.
Kabupaten Rembang (Skripsi). Universitas
Diponegoro, Semarang. Diperoleh dari Zakwan, M., Muzzammil, M., & Alam, J. (2017).
http://eprints.undip.ac.id/34051/ Developing stage-discharge relations using
optimization techniques. Aquademia: Water,
Piesse, M. (2016). Indonesian Water Security: Improving
Environment and Technology, 1(2).
but Still Subject to Shocks (Strategic Analysis
https://doi.org/10.20897/awet/81286
Paper). Nedlands, Australia: Future Directions
International Pty Ltd.
Pimentel, D., Berger, B., Filiberto, D., Newton, M., Wolfe,
B., Karabinakis, E., … Nandagopal, S. (2004).
Water resources: agricultural and
environmental issues. BioScience, 54(10),
909–918. https://doi.org/10.1641/0006-
3568(2004)054[0909:WRAAEI]2.0.CO;2