Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
STATUS PASIEN
IDENTITAS:
ANAMNESA
Auto Anamnese
KELUHAN TAMBAHAN :-
1
ataupun kiri. Pasien lebih nyaman jika memejamkan mata selama satu menit. Tidak ada
gangguan penglihatan selama keluhan ini dirasakan. Tidak ada riwayat trauma/terjatuh dan
demam sebelumnya. Tidak ada riwayat kejang dan penurunan kesadaran. Keluhan demam,
diare, nyeri ulu hati, bicara pelo, lemah anggota gerak sebagian disangkal.Gangguan
pendengaran (-), BAB dan BAK tidak ada kelainan. Di keluarga pasien tidak ada yang
merasakan keluhan yang seperti dirasakan pasien saat ini.
RIWAYAT KELAHIRAN/PERTUMBUHAN/PERKEMBANGAN
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan normal sesuai pertumbuhan.
PEMERIKSAAN
STATUS INTERNUS
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Gizi : cukup
Kesadaran : compos mentis E 4 M 6 V 5
Tekanan darah : 120 / 70 mmHg
Nadi : 75 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36.0 oC
Limfonodi : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Jantung : BJ reguler, murmur (-), gallop (-)
2
Paru : suara paru vesikuler semua lapang paru, wheezing (-), ronkhi (-)
Hepar : tidak teraba pembesaran
Lien : tidak teraba pembesaran
Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-), edema (-)
STATUS PSIKIATRIS
Tingkah laku : baik, wajar
Perasaan hati : biasa
Orientasi : baik, penuh
Jalan pikiran : koheren
Daya ingat : baik
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : compos mentis E4M6V5 GCS 15
Sikap tubuh : berbaring telentang
Cara berjalan : baik
Gerakan abnormal : tidak ada
Kepala
Bentuk : normosefali
Simetris :+
Pulsasi : teraba
Nyeri tekan :-
Leher
Sikap : normal
Gerakan : bebas
Vertebra : normal, intak di tengah, nyeri tekan (-), benjolan (-)
Nyeri tekan :-
3
Kernig : - -
Brudzinsky I : - -
Brudzinsky II : - -
NERVI CRANIALIS
N. I. (Olfaktorius)
Daya penghidu : normosmia
N. II. (Optikus)
Ketajaman penglihatan : baik baik
Pengenalan warna : baik baik
Lapang pandang : normal normal
Fundus : tidak dilakukan
4
Atas : normal normal
Bawah : normal normal
Gaze : - -
Pupil :
Ukuran pupil : 3 mm 3 mm
Bentuk pupil : bulat bulat
Isokor / anisokor : isokor isokor
Posisi : tengah tengah
Refleks cahaya langsung : + +
Refleks cahaya tidak langsung : + +
N. V. (Trigeminus)
Menggigit : + +
Membuka mulut : + +
Sensibilitas atas : + +
Sensibilitas tengah : + +
Sensibilitas bawah : + +
Refleks masseter : + +
Refleks zigomatikus : + +
Refleks kornea : + +
Refleks bersin : + +
N. VII. (Fascialis)
Pasif :
Kerutan kulit dahi : simetris
Kedipan mata : + +
Lipatan nasolabial : simetris
Sudut mulut : simetris
Aktif :
Mengerutkan dahi : simetris
Mengerutkan alis : simetris
Menutup mata : Normal Normal
Meringis : simetris
5
Menggembungkan pipi : simetris
Gerakan bersiul : simetris
Daya pengecapan lidah 2/3 depan : + +
Hiperlakrimasi : - -
Lidah kering : - -
N. VIII. (Acusticus)
Mendengar suara gesekan jari tangan : + +
Mendengar detik arloji : + +
Tes swabach : tidak dilakukan
Tes rinne : tidak dilakukan
Tes weber : tidak dilakukan
N. IX. (Glossopharyngeus)
Arcus pharynx : normal normal
Posisi uvula : tengah
Daya pengecapan lidah 1/3 belakang : + +
Refleks muntah : +
N. X. (Vagus)
Denyut nadi : teraba ,reguler
Arcus pharynx : simetris
Bersuara : normal
Menelan : normal
N. XI. (Accesorius)
Memalingkan kepala : + +
Sikap bahu : simetris
Mengangkat bahu : simetris
N. XII. (Hipoglosus)
Menjulurkan lidah : tidak ada deviasi
Kekuatan lidah : + +
6
Atrofi lidah : - -
Artikulasi : normal
Tremor lidah :-
MOTORIK
Gerakan : bebas bebas
bebas bebas
Kekuatan : 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5
Tonus : normal normal
normal normal
Trofi : normotrofi
REFLEKS FISIOLOGIS
Refleks Tendon
Refleks biceps : + +
Refleks triceps : + +
Refleks patella : + +
Refleks archilles : + +
Refleks periosteum : + +
Refleks permukaan :
Dinding perut :+
Kremaster : tidak dilakukan
Spincter anii : tidak dilakukan
REFLEKS PATOLOGIS
Hoffman trommer : - -
Babinski : - -
Chaddock : - -
Oppenheim : - -
7
Gordon : - -
Schaefer : - -
Rosollimo : - -
Mendel Bechterew : - -
Klonus paha : - -
Klonus kaki : - -
SENSIBILITAS
Eksteroseptif
Nyeri : + +
Suhu : Tidak dilakukan
Taktil : + +
Propioseptif
Vibrasi : + +
Posisi : + +
Tekan dalam : + +
FUNGSI OTONOM
Miksi
Inkontinensia :-
Retensi :-
Anuria :-
8
Defekasi
Inkontinensia :-
Retensi :-
Konstipasi :+
FUNGSI LUHUR
Fungsi bahasa : baik
Fungsi orientasi : baik
Fungsi memori : baik
Fungsi emosi : baik
Fungsi kognisi : baik
RESUME
Pasien datang ke Poli RSPAD dengan keluhan kepala terasa pusing berputar
sejak 2 minggu . Pusing dirasakan selama kurang lebih 20 detik. Pusing yang dirasakan
timbul secara tiba-tiba dan dirasakan hilang timbul. Pasien merasa dirinya melayang
mengitari ruangan, terutama jika pasien membuka mata dan mengubah posisi kepala, dari
posisi tidur ke posisi duduk atau tegak/berdiri. Pasien juga merasakan mual muntah saat
kepala terasa pusing . Keluhan demam, diare, nyeri ulu hati, bicara pelo, lemah anggota
gerak sebagian disangkal. Keluhan penurunan kesadaran (-), muntah (-), gangguan
penglihatan (-), gangguan pendengaran (-), kejang (-), riwayat trauma (-). BAB dan BAK
tidak ada kelainan.
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami keluhan yang seperti ini sebelumnya.
Hipertensi (-), penyakit jantung (-), diabetes mellitus (-).
Pemeriksaan:
TD kiri : 120/70mmHg
9
Nadi kiri : 75x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 36,0ºC
Status neurologis
Rangsangan meningeal: kaku kuduk (-), laseq (-/-), kerniq (-/-), Brudzinsky I (-/-),
brudzinsky II (-/-)
Reflek fisiologi : Rf bicep (+/+), tricep (+/+), patella (+/+), achilles (+/+)
Kekuatan : : 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5
10
DIAGNOSIS
Diagnosis klinik :
sindroma vertigo
Diagnosa topis : organ vestibular
Diagnosa etiologis :
Benign Paroxysmal Positional Vertigo
THERAPI
Medika mentosa:
-Versilon tab 6mg XX
S2dd 1
Obat versilon isinya beta histine
11
Rencana edukasi
Minum obat sesuai anjuran
Melakukan latihan Brandt daroff exercise
Menerapkan pola hidup sehat (makan makanan yang bergizi, tidur cukup, dan olahraga
teratur
PROGNOSA
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
BAB II
ANALISA KASUS
12
spontan. Benign Paroxysmal Positional Vetigo didefinisikan sebagai kelainan pada
telinga bagian dalam yang mana ada pengulangan episodic dari vertigo posisional.
Dimana pada pasien ini ditemukan keluhan pusing berputar tergantung perubahan
posisi dan gerakan kepala yag disertai mual dan muntah.
13
- Terdapat gejala otonom, seperti mual,
muntah, keringatan.
- Biasanya ada disfungsi pendengaran.
Jadi kemungkinan lesi perifer belum dapat disingkirkan.
ANATOMI TELINGA
TELINGA DALAM
14
BAB III
15
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah salah satu jenis vertigo vestibular
tipe perifer yang paling sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, ditandai dengan serangan-
serangan yang menghilang spontan. Benign Paroxysmal Positional Vetigo didefinisikan sebagai
kelainan pada telinga bagian dalam yang mana ada pengulangan episodic dari vertigo posisional.
BPPV juga sering dikenal dengan kelainan pada bagian vestibular.1,2
BPPV bukan suatu penyakit, melainkan suatu sindroma sebagai gejala sisa dari penyakit
pada telinga dalam.3
Penelitian Baloh mendapatkan usia rata-rata penderita BPPV adalah 54 tahun, dengan
rentang usia 11-84 tahun. Wanita : pria 1.6 : 1.0, sedangkan pada yang idiopatik 2:1. Insidensi dari
BPPV berkisar 10.7-64 per 100.000 orang dan meningkat 38% setiap dekadenya.1,4
2. ETIOLOGI
a. Idiopatik
Sekitar 50% penderita BPPV tidak diketahui penyebabnya.4
b. Simtomatik
Pasca trauma, pasca-labirinitis virus, insufisiensi vertebrobasilaris, Meniere, pasca-operasi,
ototoksisitas, mastoiditis kronik.5
Pada orang tua, penyebab paling umum adalah degenerasi dari sistem vestibular dari
telinga bagian dalam.6
3. PATOFISIOLOGI
1. Hipotesa kupulotiasis
2. Hipotesa kanalitiasis
16
Hipotesa Kupulotiasis
Adanya debris yang berisi kalsium karbonat berasal dari fragmen otokonia yang terlepas
dari macula utrikulus yang berdegenerasi, menempel pada permukaan kupula semisirkularis
posterior yang letaknya langsung di bawah makula urtikulus. Debris ini menyebabkannya lebih
berat daripada endolimfe sekitarnya, dengan demikian menjadi lebih sensitif terhadap perubahan
arah gravitasi. Bilamana pasien berubah posisi dari duduk ke berbaring dengan kepala tergantung,
seperti pada tes Dix Hallpike, kanalis posterior berubah posisi dari inferior ke superior, kupula
bergerak secara utrikulofugal, dengan demikian timbul nistagmus dan keluhan vertigo.
Pergeseran massa otokonia tersebut membutuhkan waktu, hal ini yang menyebabkan
adanya masa laten sebelum timbulnya nistagmus dan keluhan vertigo.
Gerakan posisi kepala yang berulang akan menyebabkan otokonia terlepas dan masuk ke
dalam endolimfe, hal ini yang menyebabkan timbulnya fatigue, yaitu berkurangnya atau
menghilangnya nistagmus/vertigo, disamping adanya mekanisme kompensasi sentral.
Nistagmus tersebut timbul secara paroksismal pada bidang kanalis posterior telinga yang
berada pada bidang kanalis posterior telinga yang berada pada posisi di bawah, dengan arah
komponen cepat ke atas.
17
Hipotesa Kanalitiasis
Menurut hipotesa ini debris otokonia tidak melekat pada kupula, melainkan mengambang
di dalam endolimfe kanalisis posterior. Pada perubahan posisi kepala debris tersebut akan bergerak
ke posisi paling bawah, endolimfe bergerak menjauhi ampula dan merangsang nervus ampularis.
Bila kepala digerakkan tertentu debris akan ke luar dari kanalis posterior ke dalam krus komunis,
lalu masuk ke dalam vestibulum, dan vertigo/nistagmus menghilang.
4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum yang didapatkan yaitu pusing biasanya muncul setelah beberapa
gerakan kepala, bermasalah dengan keseimbangan, dan rasa ingin muntah (mual).8
Vertigo muncul mendadak pada perubahan posisi, misalnya miring ke satu sisi pada
waktu berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk atau waktu menegakkan kembali badan,
menunduk atau menengadah. Serangan berlangsung dalam waktu singkat, biasanya kurang
dari 30 detik.4
Vertigo pada BPPV dirasakan berputar, bisa disertai rasa mual, kadang-kadang
muntah. Setelah rasa berputar menghilang pasien bisa merasa melayang.9,10
Umumnya BPPV menghilang sendiri dalam beberapa hari sampai minggu dan
kadang-kadang bisa kambuh lagi.10
5. DIAGNOSIS
Diagnosis BPPV ditegakkan secara klinis berdasarkan:4,10
a. Anamnesis
Adanya vertigo yang terasa berputar, timbul mendadak pada perubahan posisi
kepala atau badan, lamanya kurang dari 30 detik, bisa disertai oleh rasa mual, kadang-
kadang muntah.
b. Pemeriksaan fisik
Pada yang idiopatik tidak ditemukan kelainan. Pada yang sistomatik bisa
ditemukan kelainan neurologic fokal, atau kelainan sistemik.
1. Tes Dix Hallpike
Tes ini dilakukan sebagai berikut:2,4
a. Sebelumnya pasien diberi penjelasan dulu mengenai prosedur pemeriksaan supaya
tidak tegang.
b. Pasien duduk dekat bagian ujung pemeriksa.
18
c. Dengan mata terbuka dan berkedip sedikit mungkin selama pemeriksaan, pada
posisi duduk kepala menengok ke kiri atau ke kanan, lalu dengan cepat badan
pasien dibaringkan sehingga kepala tergantung pada ujung meja pemeriksa, lalu
dilihat adanya nistagmus dan keluhan vertigo, pertahankan posisi tersebut selama
10 sampai 15 detik, setelah itu pasien dengan cepat didudukkan kembali.
Berikutnya maneuver tersebut diulang dengan kepala menunjuk kesisi lain. Untuk
melihat adanya fatigue maneuver ini diulang 2-3 kali.
Interpretasi Tes Dix Hallpike11,12
a. Normal : tidak timbul vertigo dan nistagmus dengan mata terbuka.
Kadang-kadang dengan mata tertutup bisa terekam dengan
elektronistagmografi adanya beberapa detak nistagmus.
b. Abnormal : timbulnya nistagmus posisional yang pada BPPV mempunyai 4
ciri, yaitu: ada masa laten, lamanya kurang dari 30 detk, disertai vertigo yang
lamanya sama dengan nistagmus, dan adanya fatigue, yaitu nistagmus dan
vertigo yang makin berkurang setiap kali manuver diulang
19
Gambar 2. Tes Dix Hallpike bagian II.
20
Gambar 3. Tes Dix Hallpike bagian III.
21
penting untuk memiliki tes ENG dilakukan oleh laboratorium yang dapat
mengukur gerakan mata vertikal. Sebuah Magnetic Resonance Imaging (MRI)
scan akan dilakukan jika tumor otak stroke atau dicurigai. Sebuah tes kursi
berputar dapat digunakan untuk masalah diagnostik sulit.. Hal ini mungkin tetapi
jarang (5%) untuk memiliki BPPV di kedua telinga (bilateral BPPV).7,12
6. PENATALAKSANAAN
Komunikasi dan Informasi
Oleh karena BPPV menimbulkan vertigo yang hebat, pasien menjadi cemas dan
khawatir akan adanya penyakit berat seperti stroke atau tumor otak. Maka itu perlu
diberikan penjelasan bahwa BPPV bukan sesuatu yang berbahaya dan prognosisnya baik,
dapat hilang spontan setelah beberapa waktu, walaupun kadang-kadang berlangsung lama
dan sewaktu-waktu bisa kambuh lagi.4
Medikamentosa
Beberapa kategori dari medikasi vestibular suppresan yang biasa digunakan yaitu
benzodiazepine dan antihistamine. Benzodiazepine seperti diazepam dan clonazepam
yang memiliki efek anxiolitik, sedatif, muscle relaksan, anti konvulsi derivate dari efek
inhibitor potensial sistem asam gamma-amino butirat. Dalam mengatasi dizziness,
medikasi ini bisa mengurangi sensasi rasa berputar, tetapi juga dengan kompensasi pada
kondisi vestibular perifer. Antihistamin, di sisi lain untuk menekan rasa mual dan
muntah. Contoh antihistamin yaitu meclizine dan diphenhydramine. Akan tetapi belum
ada bukti dari literature yang menyarankan medikasi vestibular suppresan efektif sebagai
pengobatan primer dari BPPV atau subsitusi dari manuver reposisi.
Latihan
22
baringkan dengan cepat ke sisi lain, perahankan selama 30 detik, lalu duduk tegak
kembali. Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi hari sebelum bangun tidur, dan 3 kali
pada malam hari sebelum tidur, sampai 2 hari berturut-turut tidak timbul
vertigo.1,10,13
23
Gambar 4. Metoda Brandt Daroff
b. Vibrasi
Metoda ini diperkenalkan oleh Epley dan disebut Canalith Repositioning
Procedure.
Caranya L vibrator diletakkan pada daerah mastoid telinga yang diduga ada
kelainan. Pasien berbaring terlentang dengan kepala agak hiperektensi, lalu kepala
diputar ke arah telinga tersebut sampai muka menghadap ke lantai dengan sudut 45o,
pertahankan posisi tersebut selama 15 detik atau sampai nistagmus menghilang.
Kemudian kepala dan badan diputar kea rah berlawanan sampai muka menghadap
ke lantai dengan sudut 45o, pertahankan selama 15 detik. Selanjutnya pasien duduk
dengan kepala menunduk selama 15-30 detik, sementara itu vibrasi dilakukan terus
pada mastoid.
Prosedur ini menyebabkan debris terlepas dari kupula dan masuk ke dalam
endolimfe. Setelah 1 minggu bila vertigo timbul lagi bisa dilakukan vibrasi ulang.
24
Komplikasi dari prosedur ini termasuk konversi dari canalith menjadi canal
yang berbeda pada alterasi dari tipe nistagmus dan atau arah nistagmus. Komplikasi
ini dapat dicegah dengan manuver tambahan selama duduk, Komplikasi lain
termasuk yang dilaporkan yaitu rasa nyeri, berkeringat, demam, dan hipotensi
selama manuver tadi.1,2,4,13
25
Gambar 6. Canalith Repositioning Procedure (Epley Manuver).
1. Tunggu selama 10 menit setelah manuver dilakukan sebelum pulang ke rumah. Ini
mencegah terjadinya putaran cepat atau serangan vertigo tiba-tiba seperti reposisi
debris setelah manuver. Jangan berkendara sendirian ke rumah; lebih baik
seseorang yang mengantar.
2. Tidur dengan kepala ditinggikan dengan 45o. Ini biasanya lebih mudah dilakukan
dengan kursi sandaran atau menggunakan bantal yang disusun di atas kursi.
Selama hari itu, tetap jaga kepala posisi vertical. TIdak boleh bepergian ke tempat
26
tukang cukur atau dokter gigi. Jangan beraktifitas yang berhubungan dengan
kepala.
3. Untuk sekurangnya 1 minggu, mencegah perubahan posisi kepala yang memicu
BPPV lagi. Gunakan 2 bantal saat tidur, cegah tidur dalam posisi sisi afektif, dan
jangan biarkan kepala terlalu ke atas atau ke bawah.
4. Selama 1 minggu setelah perawatan, posisikan diri biasanya yang membuat pusing.
Posisikan dengan tanpa mencederai diri. Biarkan dokter tahu bagaimana dirimu
melakukannya.
Manuver ini efektif dalam 80% pasien dengan BPPV. Jika manuver ini bekerja
dengan baik tetapi gejala muncul atau berespon parsial, manuver lain disarankan
dilakukan.2,13
Terapi Bedah
Pada sebagian kecil penderita BPPV yang berkepanjangan dan tidak sembuh dengan
terapi konservatif bisa dilakukan operasi neurektomi atau cannal plugging. Akan tetapi
tindakan operatif tersebut bisa menimbulakn komplikasi berupa tuli sensorineural pada
10% kasus.10
27
Hanya sekitar 1 / 200 BPPV kami pasien akhirnya memiliki prosedur ini dilakukan.
Operasi tidak harus dipertimbangkan sampai ketiga manuver / latihan (manuver epley,
semont, dan brandt daroff) telah dicoba dan gagal.
Pengobatan bedah BPPV tidak mudah - dokter THT Anda mungkin akan tidak memiliki
pengalaman sama sekali dengan operasi ini. Tentu saja, selalu dianjurkan saat
merencanakan operasi untuk memilih ahli bedah yang telah selebar pengalaman
mungkin. Komplikasi jarang terjadi, namun demikian kita masih harus berpikir hati-hati
tentang menjalani prosedur yang memiliki resiko 3% dari kehilangan pendengaran
unilateral.10,13
Jika latihan yang dijelaskan di atas tidak efektif dalam mengendalikan gejala,
gejala telah berlangsung selama satu tahun atau lebih, dan diagnosis sangat jelas,
prosedur bedah yang disebut "Canal plugging blocks" mungkin disarankan.
Canal memasukkan sebagian besar blok fungsi kanal posterior tanpa
mempengaruhi fungsi dari saluran lain atau bagian dari telinga. Prosedur ini
menimbulkan risiko kecil untuk mendengar - sekitar 3%, tetapi efektif pada
sekitar 85-90% dari individu yang tidak memiliki respon terhadap pengobatan
lain. Risiko operasi untuk mendengar berasal dari melanggar sengaja ke dalam
kompartemen endolimfatik ketika mencoba untuk membuka labirin tulang
dengan bor.10,13
28
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
pada telinga bagian dalam yang mana ada pengulangan episodic dari vertigo
posisional. Penyebab dari BPPV yaitu Idiopatik dan simtomatik (pasca trauma,
dalam).
Vertigo pada BPPV dirasakan berputar, bisa disertai rasa mual, kadang-
kadang muntah. Setelah rasa berputar menghilang pasien bisa merasa melayang.
Plugging).
29
3.2 Saran
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan diatas maka kita sebagai praktisi
bidang pengobatan sehingga dapat memberikan terapi yang lebih lengkap dan
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Weber Peter. Vertigo and disequilibrium: a practical guide to diagnose and management.
United Kingdom: Thieme Medical Publishers, 2008.
2. Solomon David. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Current Science Inc. 2000: 2:417–
427.
4. Fife D, Fitzgerald JE. Do patients with benign paroxysmal positional vertigo receive
prompt treatment? Analysis of waiting times and human and financial costs associated
with current practice. Int J Audiol. 2005;44: 50-57.
6. Oghalai JS, Manolidis S, Barth JL, et al. Unrecognized benign paroxysmal positional
vertigo in elderly patients. Otolaryngol Head Neck Surg. 2000;122:630-4.
7. Aw ST, Todd MJ, Aw GE, McGarvie LA, Halmagyi GM. Benign positional nystagmus:
A study of its three-dimensional spatio-temporal characteristics. Neurology.
2005;64:1897-1905.
8. Tomaz A, Gananca MM, Gananca CF, et al. Benign Paroxysmal Positional Vertigo:
Concomitant Involvement of Different Semicurcular Canals. Ann Oto Rhinol Laryn.
2009;118: 113-117.
9. Herdman SJ. Advances in the treatment of vestibular disorders. Phys Ther. 1997;77:602-
618.
10. Battacharyya N, et al. Clinical practice guideline: benign positional vertigo. Otolaryn
Head Neck Surg. 2008;139:S47-S81.
31
11. Imbaud Genieys S. Vertigo, dizziness and falls in the elderly. Annales d Oto-Laryngologie
et de Chirurgie Cervico-Faciale 2007;124:189–96.
32