Вы находитесь на странице: 1из 12

Analisis Klasifikasi Massa Batuan dan Potensi Longsor Pada Area Pit Timur

Tambang Terbuka PT. Allied Indo Coal Jaya, Kota Sawahlunto


Sumatera Barat

JURNAL

Rizki Aldi Saputra


1302698

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
Analisis Klasifikasi Massa Batuan dan Potensi Longsor Pada
Area Pit Timur Tambang Terbuka PT. Allied Indo Coal Jaya, Kota
Sawahlunto, Sumatera Barat

Rizki Aldi Saputral1*, Bambang Heriyadi1**


1Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

*rizkialdi17@gmail.com

**bambangh@ft.unp.ac.id

Abstract. Based on observations made in eastern pit area PT. AIC Jaya, found rock slopes that
have many weak field structures in the form of burly. In addition, the slope geometry and blasting
activities around the slope area greatly affect slope stability. From this problem it is necessary to
measure the physical and mechanical properties of rocks and the condition of rock mass in the study
area using the Rock Mass Rating (RMR) classification. Furthermore, the analysis of landslide potential
in the study area using dips 6.0 software was used to determine the type of landslide potential then
slope stability analysis was performed using Slide 6.0 Software and using The Hoek and Bray Method.
The rock mass classification results with RMR obtained by rocks included in group III which means the
rock mass is in medium condition. The analysis using software dips obtained by the type of landslide is
plane failure with the possibility of 48,28%. Furthermore, slope stability analysis was carried out using
slide software and slope stability values were obtained in the original conditions of 2,779 and
saturation conditions were 1,117, and analysis used The Hoek and Bray Method for landslide type
plane failure and the slope stability value was 1.032. From the results of the analysis that has been
carried out, it is known that the slopes are prone due to FK <1.25 and need to be protected against
potential rock falls by means of ditch and/or wiremesh.

Keywords: Landslide, Security Factor, Plane failure, Rock Mass Rating (RMR)

1. Pendahuluan dengan ketinggian sekitar 16 meter dan sudut kemiringan


lereng sebesar 74°. Selain itu, lereng tersebut juga
Geoteknik tambang adalah aplikasi dan rekayasa geoteknik memiliki kondisi struktur geologi berupa bidang lemah
pada kegiatan tambang terbuka dan tambang bawah tanah. (kekar) yang jaraknya relatif rapat, sehingga dapat
Aplikasi geoteknik melibatkan disiplin ilmu mekanika mengganggu dan/atau mengurangi stabilitas lereng
tanah, mekanika batuan, geologi dan hidrogeologi. tersebut. Selain banyaknya bidang lemah pada permukaan
PT. AIC Jaya merupakan perusahaan tambang batubara lereng, kegiatan peledakan (blasting) juga masih dilakukan
yang berada di Parambahan, Kota Sawahlunto, Provinsi di sekitar area pit timur tambang terbuka PT. AIC Jaya.
Sumatera Barat. Dalam operasinya, perusahaan ini Getaran yang ditimbulkan oleh kegiatan peledakan tersebut
menerapkan dua sistem penambangan, yaitu tambang dapat menyebabkan gangguan terhadap kestabilan lereng,
terbuka dan tambang bawah tanah. sehingga memungkinkan terjadinya kelongsoran pada
Dalam sistem tambang terbuka yang dilakukan oleh lereng tersebut.
PT. AIC Jaya, akan berhubungan dengan kegiatan Jadi, untuk menjaga kondisi lereng agar tetap aman
peledakan (blasting) dan penggalian sehingga membentuk dan stabil, perlu dilakukan analisis untuk mengetahui
lereng, baik itu lereng kerja maupun batasan lereng akhir, tingkat kestabilan lereng pada area pit timur tambang
salah satunya yaitu lereng pada area pit timur tambang terbuka di PT. AIC Jaya tersebut. Dan analisis terhadap
terbuka PT. AIC Jaya. jenis potensi longsor yang terjadi juga perlu dilakukan
Lereng yang terdapat pada area pit timur tambang untuk menentukan rencana pengendalian sebelum longsor
terbuka PT. AIC Jaya ini memiliki kondisi geometri tersebut terjadi. Namun, sampai saat penelitian ini
dilaksanakan, belum ada dilakukan analisis mengenai suatu lereng selalu memberikan indikasi terlebih dahulu
tingkat kestabilan lereng pada area pit timur tambang yang biasanya dapat dijadikan dasar untuk memprediksi
terbuka PT. AIC Jaya, baik itu dari pihak perusahaan kemungkinan terjadinya suatu kelongsoran. Indikator yang
maupun pihak lain yang melakukan penelitian di PT. AIC paling mudah dikenal adalah terjadinya retakan pada suatu
Jaya. lereng, apakah itu dibelakang puncak lereng (crest) atau
bagian bawah lereng (toe).
2. Tinjauan Pustaka 2.2.2. Kestabilan Lereng
2.1. Lokasi Penelitian Lereng merupakan bagian dari permukaan bumi yang
Lokasi penambangan PT. AIC Jaya terletak di berbentuk miring. Sedangkan kestabilan lereng merupakan
Parambahan, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, suatu kondisi atau keadaan yang mantap/stabil terhadap
Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis wilayah PT. suatu bentuk dan dimensi lereng.
AIC Jaya berada pada posisi 1000 46’48” - 100048’47” BT Dalam keadaan tidak terganggu (alamiah), massa
dan 000 35’34” – 000 36’59” LS. Dari Kota Padang kurang tanah atau batuan yang berada di permukaan bumi, baik
lebih berjarak 100 km ke arah timur laut. yang berbentuk lereng atau bukan umumnya berada dalam
keadaan seimbang terhadap gaya-gaya yang timbul dari
dalam. Tetapi bila terjadi gangguan tertentu sampai
menyebabkan lereng mengalami perubahan keseimbangan
misalnya akibat pengangkatan, penurunan, penggalian,
penimbunan, erosi atau aktivitas lain, maka massa tanah
atau batuan tersebut akan berusaha untuk mencapai
keadaan keseimbangan yang baru secara alamiah.
100 BT 101 BT

2.2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan


Lereng

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan


lereng diantaranya :
Lo
2.2.3.1. Geometri Lereng
ka
0 LS
Geometri lereng terdiri dari tinggi dan sudut lereng. Sudut
si
lereng yang makin besar akan memberikan volume
0 35 km

material makin besar, sehingga beban lereng bertambah


besar. Beban yang semakin besar akan memberi peluang
Gambar 1. Peta Kesampaian Daerah
terjadinya longsoran[6].
2.2. Teori Dasar Untuk menghindari terjadinya longsoran pada saat
penambangan, perlu direncanakan geometri lereng yang
2.2.1. Latar Belakang Longsoran aman dan realistis. Geometri jenjang terdiri dari tinggi
Analisis kestabilan lereng perlu dilakukan untuk jenjang, sudut lereng jenjang tunggal, dan lebar dari
menentukan tingkat keamanan dari suatu lereng. Menurut jenjang penangkap (catch bench)[6].
material pembentuknya, lereng dibedakan atas lereng Rancangan geoteknik lereng biasanya dinyatakan
batuan, lereng tanah dan lereng campuran. Tujuan dari dalam bentuk parameter-parameter diantaranya[6]:
analisis kestabilan lereng adalah untuk menentukan kondisi 1. Tinggi lereng: lereng yang terlalu tinggi cenderung
kestabilan lereng, memperkirakan jenis longsoran yang mudah longsor dibanding lereng yang tidak terlalu
mungkin terjadi dan tingkat kerawanan lereng, dan tinggi dengan jenis material yang sama.
menentukan metode perkuatan atau perbaikan yang sesuai, 2. Sudut lereng: semakin besar sudut kemiringan
sebagai data masukan untuk merancang suatu lereng galian lerengnya maka lereng tersebut semakin tidak stabil.
atau timbunan yang memenuhi kriteria keamanan dan 3. Berm: semakin lebar berm, maka lereng akan semakin
ekonomis. stabil.
Untuk menganalisis kemantapan lereng perlu
diketahui sistem yang bekerja pada tanah atau batuan serta 2.2.3.2. Sifat Fisik dan Mekanik Material
sifat fisik dan mekaniknya. Tegangan di dalam massa
tanah atau batuan keadaan alamiahnya adalah tegangan Sifat fisik batuan meliputi bobot isi, porositas, kadar air,
vertikal, tegangan horizontal dan tekanan air pori. angka pori, derajat kejenuhan, spesific grafity dan
Sedangkan sifat fisik dan mekaniknya antara lain; bobot permeabilitas. Kehadiran air pada tanah/batuan akan
isi, kohesi (c) dan sudut geser dalam (ϕ). Kelongsoran pada menambah beban pada lereng sehingga akan menaikkan
tekanan air pori. Tekanan air pori akan mengurangi
kekuatan material terhadap pengaruh kelongsoran.
Sedangkan sifat mekanik batuan berupa kuat geser, kohesi
dan sudut geser dalam. Sudut geser dalam dan kohesi tanah
berpengaruh terhadap kuat geser massa tanah tersebut.
Kuat tekan batuan akan mempengaruhi kekuatan tanah
terhadap gangguan kestabilan lereng.

2.2.4. Jenis-jenis Longsoran


Adapun jenis-jenis longsoran diantaranya yaitu longsoran
busur, longsoran bidang, longsoran baji dan longsoran
guling.

2.2.4.1. Longsoran Busur (Circular Failure)


Gambar 3. Longsoran Bidang
Jenis longsoran ini adalah yang paling umum terjadi di
alam (tipikal longsoran tanah/soil). Pada batuan yang 2.2.4.3. Longsoran Baji (Wedge Failure)
keras, jenis longsoran ini hanya dapat terjadi jika batuan
tersebut sudah lapuk dan mempunyai bidang-bidang Model longsoran ini hanya bisa terjadi pada batuan yang
diskontinu yang rapat (heavily jointed), atau menerus mempunyai lebih dari satu bidang lemah atau bidang
sepanjang sebagian lereng sehingga menyebabkan diskontinu yang bebas, dengan sudut antara kedua bidang
longsoran geser di permukaan[9,10]. Longsoran busur dapat tersebut membentuk sudut yang lebih besar dari sudut
dilihat pada gambar 2. geser dalamnya. Fenomena yang paling sering terjadi
adalah garis perpotongan dua bidang kekar mempunyai
kemiringan ke arah kemiringan lereng. Longsoran baji
dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 2. Longsoran Busur


Gambar 4. Longsoran Baji
2.2.4.2. Longsoran Bidang (Plane Failure)
2.2.4.4. Longsoran Guling (Topling Failure)
Longsoran jenis ini terjadi pada batuan yang mempunyai
bidang luncur bebas (day light) yang mengarah ke lereng
Longsoran topling akan terjadi pada lereng yang terjal
dan bidang luncurnya pada bidang diskontinu seperti:
pada batuan keras dengan bidang-bidang diskontinu yang
sesar, kekar, liniasi atau bidang perlapisan. Fenomena
hampir tegak atau tegak, dan longsoran dapat berbentuk
lainnya yang memicu longsoran jenis ini yaitu bila sudut
blok atau bertingkat. Longsoran guling umumnya terjadi
lereng lebih besar dari sudut bidang luncur serta sudut
pada lereng yang terjal dan pada batuan yang keras dengan
geser dalam lebih kecil dari sudut bidang luncurnya.
struktur bidang lemah nya yang berbentuk kolom.
Biasanya terjadi pada permukaan lereng yang cembung
Longsoran guling yang akan terjadi pada suatu lereng
dengan kemiringan bidang kekar rata-rata hampir atau
batuan yang arah kemiringannya berlawanan dengan
searah dengan kemiringan lereng. Longsoran bidang dapat
kemiringan bidang-bidang lemahnya. Longsoran guling
dilihat pada gambar 3.
dapat dilihat pada gambar 5.
(RQD), spasi diskontinuitas, keadaan diskontinuitas,
keadaan airtanah dan orientasi diskontinuitas.

2.2.6.1. Kuat Tekan Uniaksial (Uniaxial Compressive


Strength, UCS)

Kuat tekan uniaksial (UCS) dari material batuan utuh


(intact rock material) dapat ditentukan melalui
pengujian secara langsung (in direct tect) di lapangan
menggunakan Schmidt Hammer, maupun uji yang
dilakukan di laboratorium. Untuk penentuan peringkat
kuat tekan dari meterial batuan padu dapat
Gambar 5. Longsoran Guling menggunakan klasifikasi dari Bieniawski (1989)
seperti yang terdapat pada tabel 1.
2.2.5. Faktor Keamanan lereng Minimum

Kelongsoran suatu lereng umumnya terjadi melalui suatu


bidang tertentu yang disebut dengan bidang gelincirn(slip
surface). Kestabilan lereng tergantung pada gaya
penggerak dan gaya penahan yang bekerja pada bidang
gelincir tersebut. Gaya penahan (resisting forces) adalah
gaya yang menahan agar tidak terjadi kelongsoran,
sedangkan gaya penggerak (driving force) adalah gaya
yang menyebabkan terjadiya kelongsoran[13].
Secara sistematis faktor keamanan suatu lereng dapat
ditulis dengan rumus sebagai berikut[14].:
𝑟𝑒𝑠𝑢𝑙𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑦𝑎−𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛
𝐹= ........................... (1)
𝑟𝑒𝑠𝑢𝑙 tan 𝑔𝑎𝑦𝑎−𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘

Dengan penentuan, jika: 2.2.6.2. Rock Quality Designation (RQD)


FK > 1,25 : Lereng dalam kondisi stabil.
FK = 1,25 : Lereng tidak stabil RQD didefinisikan sebagai persentase panjang core utuh
FK < 1,25 : Lereng dalam kondisi kritis. yang lebih dari 10 cm terhadap panjang total core run.
Diameter core yang dipakai dalam pengukuran minimal
2.2.6. Sistem Klasifikasi Rock Mass Rating (RMR) 54.7 mm. Dan harus dibor dengan double-tube core barrel.
Hubungan antara nilai RQD dengan kualitas batuan Seperti
Klasifikasi geomekanika Rock Mass Rating (RMR) terlihat pada Tabel 2 dan bobot dari nilai RQD dapat
dikembangkan oleh Bienawski pada tahun 1972-1973, dilihat pada Tabel 3.
yang selanjutnya mengalami modifikasi beberapa kali
karena terdapat lebih banyak kasus dan untuk
menyesuaikan dengan prosedur dan standar internasional
(Bieniawski, 1989). Pada tahap awal dimaksudkan untuk
aplikasi pekerjaan terowongan dan pertambangan, namun
kini telah dikembangkan untuk desain galian lereng dan
fondasi. Pada aplikasi sistem klasifikasi ini, massa batuan
dibagi menjadi sejumlah wilayah struktural dan setiap
wilayah kurang lebih memiliki ciri yang seragam.
Sistem klasifikasi massa batuan dengan RMR dari
Bieniawski (1989) menggunakan enam parameter dasar
untuk pengklasifikasian dan evaluasi hasil uji. Keenam
parameter tersebut membantu perkiraan lebih lanjut hasil
analisis stabilitas sampai permasalahan khusus
geomekanika batuan. Keenam parameter yang digunakan
untuk menentukan nilai RMR meliputi kuat tekan uniaksial
(uniaxial compressive stress), rock quality designation
2.2.6.3. Spasi Diskontinuitas 2.2.6.4.5 Infilling (Gouge)

Merupakan jarak antara bidang lemah dengan arah tegak Filling atau material pengisi antara dua permukaan bidang
lurus terhadap bidang lemah tersebut. Bentuknya bisa diskontinu mempengaruhi stabilitas bidang diskontinu
berupa kekar, zona shear, patahan minor atau permukaan dipengaruhi oleh ketebalan, konsisten atau tidaknya dan
bidang lemah lainnya. Sesuai dengan peringkat. Terdapat sifat material pengisi tersebut. Filling yang lebih tebal dan
lima klasifikasi spasi diskontinuitas seperti termuat pada memiliki sifat mengembang bila terkena air dan berbutir
Tabel 4. sangat halus akan menyebabkan bidang diskontinu menjadi
lemah.

2.2.6.5. Kondisi Airtanah

Debit aliran airtanah atau tekanan airtanah akan


mempengaruhi kekuatan massa batuan. Oleh sebab itu
perlu diperhitungkan dalam klasifikasi massa batuan.
Kondisi airtanah yang ditemukan pada pengukuran kekar
diidentifikasikan sebagai salah satu kondisi berikut: kering
(completely dry), lembab (damp), basah (wet), terdapat
2.2.6.4. Kondisi Diskontinuitas tetesan air (dripping), atau terdapat aliran air (flowing).

Ada lima karakteristik kekar yang masuk dalam pengertian 2.2.6.6. Orientasi Diskontinuitas
kondisi kekar, meliputi kemenerusan (persistence), jarak
antar permukaan kekar atau celah (separation/aperture), Nilai strike dan dip merepresentasikan orientasi dan
kekasaran kekar (roughness), material pengisi kemiringan dari bidang diskontinuitas. Nilai strike dan dip
(infilling/gouge), dan tingkat kelapukan (weathering). pada pekerjaan rekayasa batuan berhubungan dengan
karakteristik tersebut adalah sebagai berikut: prediksi stabilitas massa batuan dan arah penggalian, serta
sangat berperan untuk memberikan penilaian kuantitatif
2.2.6.4.1 Roughness bidang diskontinuitas yang kritis pada penggalian
terowongan dan rekayasa lereng pada batuan. Nilai
Roughness atau kekasaran permukaan bidang diskontinu orientasi bidang diskontinuitas terhadap lereng memiliki
variasi penilaian kualitatif dan kuantitatif yang sedikit
merupakan parameter yang penting untuk menentukan
berbeda antara satu dengan lainnya.
kondisi bidang diskontinu. Suatu permukaan yang kasar
akan dapat mencegah terjadinya pergeseran antara kedua
permukaan bidang diskontinu. 2.2.7. Analisis Kesatabilan Lereng Batuan dengan
Metode Hoek and Bray
2.2.6.4.2 Separation
Kemantapan suatu lereng batuan dapat dianalisis dengan
Separation merupakan jarak antara kedua permukaan metode Hoek dan Bray, analisis fektor dan metoda grafis.
Tetapi didalam tulisan ini hanya dibahas metoda Hoek dan
bidang diskontinu. Jarak ini biasanya diisi oleh material
Bray. Metoda Hoek dan Bray dapat digunakan untuk
lainnya atau bisa juga diisi oleh air. Makin besar jarak ini,
menganalisis keempat macam longsoran pada lereng
semakin lemah bidang diskontinu tersebut.
batuan. Khusus untuk longsoran busur tidak akan dibahas
pada penelitian ini karena longsoran tersebut tidak akan
2.2.6.4.3 Continuity
terjadi pada batuan segar (fresh rock). Pada penelitian yang
penulis lakukan, jenis potensi longsor yang terdapat pada
Continuity merupakan kemenerusan dari sebuah bidang
daerah penelitian adalah tipe lonsoran bidang dan
diskontinu, atau juga merupakan panjang dari suatu bidang
longsoran baji. Dalam menganilisis longsoran pada
diskontinu.
daerah penelitian penulis menggunakan metoda Hoek
dan Bray yang dinyatakan sebagai berikut :
2.2.6.4.4 Weathering
Ʃ𝑮𝒂𝒚𝒂 𝒑𝒆𝒏𝒂𝒉𝒂𝒏
Weathering menunjukkan derajat kelapukan permukaan 𝐅𝐊 = (2)
Ʃ𝑮𝒂𝒚𝒂 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒈𝒆𝒓𝒂𝒌
diskontinu.
Gaya penggerak yang bekerja pada massa batuan yang koordinat S 0056’12,8” E 100022’39,3”' dengan elevasi 54
akan longsor dapat dinyatakan sebagai berikut : mdpl.
Fpenggerak = w.sin ψ + m. a . Cos ψ (3)
Sementara itu, besarnya gaya normal yang bekerja pada
massa batuan dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut :
Fnormal = w.cos ψ – m. A sin ψ (4)
Sehingga tegangan normal (σn) dan kuat geser (τ)
dinyatakan dengan persamaan berikut :
𝐰.𝐜𝐨𝐬 𝛙−𝐦.𝐚 𝐬𝐢𝐧 𝛙
σn = (5)
𝐀

𝐰.𝐜𝐨𝐬 𝛙−𝐦.𝐚 𝐬𝐢𝐧 𝛙


τ=C+ tan ϕ (6)
𝐀

jika diketahui Fpenahan = τ.A , maka Fpenahan menjadi :


Fpenahan = C. A +(w.cos 𝛙 - m. a sin 𝛙)tan ϕ (7)
𝐂.𝐀 +(𝐰.𝐜𝐨𝐬 𝛙 − 𝐦.𝐚 𝐬𝐢𝐧 𝛙)𝐭𝐚𝐧 𝛟
FK =
𝐰.𝐬𝐢𝐧 𝛙 + 𝐦. 𝐚 .𝐂𝐨𝐬 𝛙
Keterangan :
C = Kohesi
A = Luas bidang Longsor
W = Berat batuan yang akan longsor
m = Massa batuan yang akan lonsor
a = Faktor gangguan
Gambar 6 .Peta Lokasi Penelitian
ψ = Sudut lereng
ϕ = Sudut geser dalam
3.3. Jenis Data dan Sumber Data Penelitian
2.2.8. Metode-Metode Penanggulangan Pada penelitian ini data primer didapat penulis dengan cara
Keruntuhan Lereng mengambil langsung data yang dibutuhkan di lapangan,
sedangkan data sekunder didapat penulis dari berbagai
Prinsip dalam penanggulangan keruntuhan lereng adalah sumber baik jurnal, media online serta instansi terkait di
dengan mengurangi gaya pendorong atau memperbesar kabupaten pesisir selatan.
gaya penahan.
3.1.1. Pengambilan Data di Lapangan
3. Metodologi Penelitian
Adapun data yang didapatkan langsung dari lapangan yaitu
3.1. Jenis Penelitian sebagai berikut:
1. Geometri dan penampang lereng
Jenis penelitian ini termasuk kedalam jenis Penelitian
Data yang diambil pada saat pengamatan geometri
terapan yaitu penelitian yang dikerjakan dengan maksud
lereng yaitu: tinggi dan sudut kemiringan lereng.
untuk menerapkan, menguji, dan mengevaluasi
Tinggi lereng didapatkan dengan cara memarking
kemampuan suatu teori yang diterapakan dalam
dengan GPS titik di dasar lereng dan juga di puncak
pemecahan permasalahan praktis. Penelitian terapan
lereng kemudian nilai tinggi lereng didapatkan dengan
merupakan penelitian yang bertujuan untuk memecahkan
mengurangi elevasi pada puncak lereng dengan dasar
masalah-masalah praktis.
lereng. Sudut kemiringan lereng diukur dengan
bantuan alat kompas geologi.
3.2. Lokasi Penelitian
2. Pengukuran Struktur Geologi
Pengukuran struktur geologi bertujuan untuk
Lokasi penelitian dilakukan pada ruas jalan Kawasan mendapatkan parameter-parameter yang akan
Wisata Mandeh-Sungai Nyalo Km 18 Kecamatan Koto XI digunakan untuk menentukan klasifikasi massa
Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatra batuan.
Barat. Titik lokasi dilakukan penelitian terdapat pada
3. Pengambilan Sampel Batuan
Sampel batuan diambil langsung dari lereng batuan Gambar 7. Geometri Lereng
pada lokasi penelitian untuk dilakukan pengujian di
laboratorium. Sampel tersebut diambil pada titik yang 4.2 Pengujian Sifat Fisik Batuan
berbeda untuk mewakili lereng secara keseluruhan.
Batuan diambil dengan cara memisahkan sampel dari Adapun hasil dari pengujian sifat fisik batuan dari sampel
batuan induknya. yang diambil dan diuji maka didapatkan hasilnya sebagai
berikut disajikan dalam bentuk Tabel 5.
3.1.2. Pengujian Laboratorium
Tabel 5. Data dan Hasil Pengujian Sifat Fisik Batuan
Pengujian yang dilakukan di laboratorium meliputi sifat
fisik, dan sifat mekanik batuan.
1. Uji sifat fisik
Uji sifat fisik berguna sebagai data pendukung dari
batuan yang akan diuji. Apabila hasil dari uji sifat
fisik batuan yang diuji menunjukkan
ketidakseragaman, hal ini menjadi indikasi tidak
meratanya kekuatan batuan, atau dengan kata lain 4.3 Pengujian sifat mekanik batuan
batuan yang diuji sangat bervariasi (heterogen).
2. Uji Sifat Mekanik Adapun hasil dari pengujian sifat mekanik batuan dengan
Dalam menentukan sifat mekanik dari batuan, perlu uji point load dari sampel batuan yang diuji di
dilakukan dengan pengujian di laboratorium dengan laboratorium dan dibantu dengan software roclab maka
bantuan alat-alat yang akan menentukan bagaimana didapatkan hasilnya sebagai berikut disajikan dalam
karakteristik dari setiap sifat mekanik batuan. dalam bentuk Tabel 6 dan tabel 7.
pengujian di laboratorium ada beberapa pengujian Tabel 6. Data dan Hasil Pengujian point load
yang dilakukan. Dalam penelitian ini penulis
melakukan pengujian point load test.

3.1.3. Pengambilan Data Sekunder


Pada penelitian ini data primer didapatkan penulis dengan
cara mengambil langsung data yang dibutuhkan di
lapangan, sedangkan data sekunder didapat penulis dari
instansi terkait di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera
Barat.
Tabel 7. Data sifat mekanik dari software roclab
4. Pembahasan

4.1 Geometri Lereng

Geometri Lereng Dapat dilihat pada Gambar 7.

4.4 Klasifikasi Massa Batuan Sistem RMR

Untuk mendapatkan nilai RMR terlebih dahulu dilakukan


pengukuran orientasi bidang lemah pada lereng.
Pengukuran dilakukan dengan metode pengukuran dengan
kompas geologi langsung di lapangan pada garis
pengukuran (metode scanline). Dari hasil penjumlahan
nilai pembobotan untuk klasifikasi massa batuan pada
lokasi penelitian, didapatkan nilai RMR yaitu sebesar 72,
sehingga dapat disimpulkan bahwa batuan termasuk dalam
golongan II dengan kualitas massa batuan baik . Kelas
massa batuan di lokasi tersebut dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Kelas massa batuan Analisis faktor keamanan lereng untuk mendapatkan
berapa nilai faktor keamanan optimal dengan parameter
kohesi, sudut geser dalam, dan bobot isi material serta
kondisi air tanah yang nantinya akan dapat
dipertimbangkan untuk evaluasi kemantapan lereng pada
lokasi penelitian. Berikut parameter sifat fisik dan mekanik
batuan yang menjadi data input pada analisis fakor
keamanan (FK) lereng. Adapaun nilai dari parameter yang
akan di input kedalam sofware slide 6.0 adalah koordinat
untuk membuat bentuk geometri geometri lereng , nilai
sifat mekanik batuan, nilai sifat fisisk, dan nilai kegempa
pada daerah penilitian.
Dari analisis yang telah dilakukan menggunakan software
slide 6.0, didapakan faktor keamanan lereng pada lokasi
penelitian dalam keadaan jenuh sebesar 1.30 dan faktor
keamanan lereng pada keadan asli atau natural sebesar
1,52. Dari nilai faktor keamanan yang di dapatkan ini
4.5 Analisis Tipe Longsoran yang Terdapat di menunjukkan bahwa keadaan lereng di lokasi penelitian
Daerah Penelitian dalam kondisi rawan longsor. Untuk output dari analisis
faktor keamanan dari software slide 6.0 dapat dilihat pada
Analisis tipe longsoran dilakukan untuk mengetahui jenis gambar 9.
longsoran yang mungkin akan terjadi pada lereng
penelitian. Analisis ini dilakukan menggunakan Metode
analisis kinematik dengan bantuan software dips 6.0. Jenis
longsoran yang berpotensi pada lereng penelitian adalah
longsoran bidang atau plane faiulere dengan persentase
lonsoran sebesar 32,49% dimana longsoran bidang terjadi
pada lereng dengan material batuan kuat. Output analisis
dari software dips dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 9. Output dari Analisis Faktor Keamanan

4.7.2 Analisis Faktor Keamanan Lereng secara


manual

Berdasarkan Perhitungan Analisis Kestabilan lereng yang


telah dilakukan dengan cara manual didapatkan nilai FK
Gambar 8. Output Analisis Kinematik Plane Failure
aktual dilapangan sebesar 1,36 hal ini menunjukkan bahwa
lereng pada lokasi penelitian pada kondisi rawan. karena
4.6 Analisis Kestabilan Lereng di Lokasi Penelitian
lereng yang diteliti bukan lereng tambang melainkan
lereng yang berkaitan dengan aktifitas manusia, maka
Langkah yang penulis lakukan untuk menedapat nilai standar yang digunakan mengikuti standar Departemen
kestabilan lereng tersebut penulis analisi dengan bantuan Pekerjaan Umum dengan nilai FK > 1,50.
software dan juga melakukan analisis secara manual. Dalam menganilisis longsoran pada daerah penelitian
Analisis manual penulis menggunakan metode hook and penulis menggunakan metoda Hoek dan Bray yang
bray seperti yang telah di uraikan pada dasar teori. Untuk dinyatakan sebagai berikut :
analisis dengan menggunkan software penulis
menggunkan software Slide 6.0.
Diketahui :
Kohesi (C) = 793 kN/m2
4.7.1 Analisis Faktor Keamanan Lereng Dengan A = 29,5070 m2
Menggunakan Software Slide 6.0 ϕ = 530
W = 7952,1365 kN
m = 811.442,5 kg
a = 1.2 g = 11,8 s/m2
ψ = 770

Ʃ𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛
FK =
Ʃ𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘

C. A + (w. cos ψ − m. a sin ψ)tan ϕ


FK =
w. sin ψ + m. a . Cos ψ

Fpenahan = C. A +(w.cos ψ - m. a sin ψ)tan ϕ

Fpenahan = 793 x 29,5070 + (7952,1365 x 0,22 – 811.442,5 x


11,8 x

0,97 ) x 1,32 Gambar 10. Rekomendasi Dimensi Selokan pada


Fpenahan = 23.399,051 + (-9.950,54953464) Lereng Penelitian
Fpenahan = 13.448,50046536
Fpenggerak = w.sin ψ + m.a.Cos ψ 4.7.2 Pemasangan Jaring Kawat (wiremesh)
Fpenggerak = 7.952,1365 x 0,97 + 811.442,5 x 11,8 x 0,22
Fpenggerak = 7.713,572405 + 2.106,50473 Jaring kawat juga bisa digunakan untuk melokalisasi
Fpenggerak = 9.820,077135 jatuhan batu. Bongkah-bongkah batu yang berpotensi
runtuh akan ditahan oleh jala kawat yang terpasang pada
13.448,50046536 lereng dan mencegah batu tersebut terpental ke jalan.
FK =
9.820,077135 Untuk instalasi pada lereng yang tinggi dengan berat
jaring yang ringan tidak dapat menahan jatuhan batuan,
FK = 1,3693935013933503 maka jaring dapat diperkuat dengan menambah panjang
FK = 1,36 pada jaring tersebut.
Pada setiap kasus tepi jaring harus ditempatkan dekan
4.7 Analisis Perkuatan Lereng dengan sumber jatuhnya batu sehingga batuan memiliki
sedikit momentum ketika mengenai jaring. Jaring tidak
untuk mengatasi jatuhan batuan dapat dilakukan dengan dihubungkan pada bagian bawah maupun ditengah lereng
cara pembuatan selokan (ditch) dan pemasangan jaring melainkan dibiarkan menggantung bebas. Hal ini
kawat (wiremesh). dilakukan agar batu dapat jatuh dengan sendirinya menuju
parit dan tidak berkumpul dibelakang jala untuk
4.7.1 Pembuatan Selokan (Ditch) menghindari akumulasi berat yang dapat membuat jala
rusak. Contoh pemasangan wiremesh pada lereng batuan
Pembuatan selokan di bawah lereng sering kali menjadi dapat dilihat pada gambar 11.
pilihan yang efektif untuk menghentikan jatuhan batu
dengan cara menyediakan ruang yang cukup di bawah
lereng. Dimensi yang dibutuhkan untuk pembuatan
selokan terdiri dari kedalaman dan lebar selokan yang
dipengaruhi oleh ketinggian dan sudut kemiringan lereng.
Kondisi lereng pada lokasi penelitian yang memiliki tinggi
20 m dan sudut kemiringan lereng 77°, maka berdasarkan
rekomendasi dimensi saluran yang aman adalah lebar 2 m
dan kedalaman 1,5 m seperti terlihat pada Gambar 10.

Gambar 11. Contoh Pemasangan Wiremesh pada Lereng


Batuan
5. Penutup berada pada kondisi rawan longsor, oleh karena
itu pada lereng di lokasi penelitian disarankan
5.1. kesimpulan untuk melakukan pemasang perkuatan lereng
agar lereng tetap dalam kondisi aman.
1. Lereng di lokasi penelitian merupakan lereng 2. Pemerintah harus membuat selokan di bawah
batuan dengan ketinggian 20 m dengan sudut lereng untuk menghentikan jatuhan batu dengan
kemiringan lereng 77˚. cara menyediakan ruang yang cukup di bawah
2. Faktor yang mempengaruhi terjadinya lereng jika terjadi longsoran atau jatuhan batu
kelongsoran adalah geometri lereng yang tidak sehingga tidak lngsung jatuh ke ruas jalan.
aman, dan terdapatnya banyak struktur geologi 3. Perlu adanya rambu-rambu bahaya longsor
berupa kekar pada lereng, kemudian adanya sebagai pengetahuan bagi masyarakat tentang
gaya luar yang mempengaruhi kestabilan lereng keadaan lereng.
yaitu faktor getaran yang disebabkan oleh 4. Perlunya perhitungan dan penanganan
gempa. kelongsoran lebih lanjut, guna meningkatkan
3. Dari hasil pengujian sampel di laboratorium faktor keamanan lereng agar lereng dalam
didapatkan data sifat fisik batuan, bobot isi asli kondisi aman dan stabil.
= 7,69, bobot isi kering = 7,57 gram/cm3, bobot
isi jenuh = 7,77 gram/cm3 , berat jenis semu = Daftar Pustaka
1,55 gram/cm3, SG asli = 9,38 %, kadar air asli
= 1,55%, kadar air jenuh = 2,50 %, derajat [1] Anonim. 2010. Buku Panduan Penulisan Tugas
kejenuhan = 47 %, porositas = 19,03%,dan Akhir/Skripsi Universitas Negeri Padang. Padang:
angka pori = 0,2355. Universitas Negeri Padang.
4. Dari hasil pengujian sampel di laboratorium dan [2] Anonim. 2008. SNI 2825:2008 Cara Uji Kuat Tekan
dibantu dengan menggunakan software roclab Batu Uniaksial. Badan Standardisasi Nasional.
didapatkan data sifat mekanik batuan, kuat tekan [3] Anonim. 2008. SNI 2437:1991 Cara Uji Sifat Fisik
batuan sebesar 64,45, kohesi = 0,793 mpa, sudut Batu. Badan Standardisasi Nasional.
geser dalam 53°, Uniaxial compressive strenght [4] Irwandy, Arif. 2016. Geoteknik Tambang. Jakarta:
= 4.082 Mpa dan Modulus Young of Gramedia.
deformation = 2371,29 Mpa. [5] Agung, Kurniawan. 2011. Analisis Kestabilan Lereng
5. Jenis longsoran yang berpotensi pada lereng Jalan Di Jalan Dlingo – Pleret, Desa Terong
penelitian adalah longsoran bidang atau plane Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. Skripsi. UPN
faiulere dengan persentase lonsoran sebesar Veteran.
32,49% dimana longsoran bidang terjadi pada [6] Bieniawski, Z.T. 1989. Engineering Rock Mass
lereng dengan material batuan kuat. Clasification. Canada: John Wiley & Sons Inc.
6. Dari analisis yang telah dilakukan menggunakan [7] Dinata Dan Surata. (2013). Pemetaan Daerah Rawan
software slide 6.0, didapakan faktor keamanan Bencana Longsor Di Kecamatan Sukasada,
lereng pada lokasi penelitian dalam keadaan Kabupaten Buleleng. Jurnal Penelitian. Undiksha
jenuh sebesar 1.30 dan faktor keamanan lereng [8] Hoek, E and Bray. J.W. 2005. Rock Slope
pada keadan asli atau natural sebesar 1,52. Dari Engineering. 4rd. ed. New York: Taylor & Francis e-
nilai faktor keamanan yang di dapatkan ini Library.
menunjukkan bahwa keadaan lereng di lokasi [9] Anderson, M.G., Richard K.S., 1987. Slope Stability,
penelitian dalam kondisi rawan longsor. Geotechnical Engineering and Geomorphology, John
7. Berdasarkan Perhitungan Analisis Kestabilan Wiley and Sons.
lereng yang telah dilakukan dengan cara manual [10] GEO-SLOPE International Ltd. Calgary, Alberta,
didapatkan nilai FK aktual dilapangan sebesar Canada. Online, www.geo- slope.com, Diakses 5
1,36 hal ini menunjukkan bahwa lereng pada februari 2017.
lokasi penelitian pada kondisi rawan. karena [11] Hoek, Evert & John Bray. 1981. Rock Slope
lereng yang diteliti bukan lereng tambang Engineering. 3rd. (ed). London: Taylor & Francis
melainkan lereng yang berkaitan dengan Routledge.
aktifitas manusia, maka standar yang digunakan [12] Karnawati, D., 2005. Bencana Alam Gerakan Massa
mengikuti standar Departemen Pekerjaan Tanah di Indonesia dan Upaya Penanggulangannya.
Umum dengan nilai FK > 1,50. Yogyakarta: Jurusan Teknik Geologi Universitas
Gadjah Mada.
5.2. saran [13] Rahim, Azhary. 2015. Analisis Kestabilan Lereng
Untuk Menentukan Geometri Lereng Pada Area
1. Dari hasil analasis faktor keamanan yang telah Penambangan Muara Tiga Besar Selatan PT Bukit
dilakukan, diketahui kondisi lereng tersebut
Asam (Persero), Tbk. Padang: Universitas
Negeri Padang.
[14] Saptono, Singgih. 2012. “Pengembangan Metode
Analisis Stabilitas Lereng Berdasarkan
Karakterisasi Batuan di Tambang Terbuka
Batubara”. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung:
ITB.
[15] Wyllie, Duncan C., & Christopher W. Mah. 2004.
Rock Slope Engineering: Civil and Mining. 4rd.
(ed). New York: Spoon Press. London.
[16] Zakaria, Zulfiadi. 2009. Analisis Kestabilan Lereng.
Bandung: Universitas Padjadjaran.
[17] Fauzi Prastya, M. 2017. Penggunaan Metode
Analytic Hirerarchy Prosess (Ahp) Untuk Pemetaan
Potensi Longsor Berdasarkan Kestabilan Lereng
Pada Penambangan Terbuka Bukit Karang Putih PT.
Semen Padang. Universitas Negeri Padang:Padang.

Вам также может понравиться