Вы находитесь на странице: 1из 17

INSTALASI LISTRIK V

Fault Indicator pada Jaringan Tegangan Menengah 20 kV

Oleh,
Abduh Robbani
Nim 16612029

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah Penulis dapat menyelesaikan makalah
“Fault Indicator” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. H. M. Syahrir Djalil, MT
selaku Dosen mata kuliah Instalasi Listrik V yang telah memberikan tugas makalah
ini kepada Penulis.

Penulis sangat berharap makalah ini sangat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan pengertian, kegunaan dan fungsi dari
“Fault Indicator” pada jaringan tegangan menengah 20 kv. Penulis juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam tugas makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan dan
jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu Penulis mengharapkan adanya saran dan
usulan demi perbaikan untuk dimasa yang akan datang. Mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya, sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi Penulis
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya Penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Samarinda, Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................. Error! Bookmark not defined.

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Batasan Masalah ....................................................................................... 1

BAB II .................................................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 2

2.1 Fault Indicator .......................................................................................... 2

2.2 Klasifikasi Sistem Jaringan Distribusi ..................................................... 2

2.3 Pengindikasian Gangguan dengan Fault Indicator ................................... 5

2.4 Prinsip Kerja Fault Indicator (Linetroll) .................................................. 6

2.5 Pemrograman Fault Indicator (Linetroll 110Eµr) .................................... 7

2.6 Perhitungan arus kapasitif ........................................................................ 7

2.7 Pemasangan Fault Indicator pada SUTM 20kv ........................................ 8

2.8 Fault Indicator pada SCADA ................................................................... 9

2.9 Keuntungan Sistem SCADA .................................................................. 11

BAB III ................................................................................................................. 13

PENUTUP ............................................................................................................ 13

3.1 Simpulan ................................................................................................. 13

3.2 Saran ....................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perkembangannya, kebutuhan energi listrik semakin meningkat ,
karena masyarakat sebagai konsumen energi listrik juga bertambah jumlahnya dan
juga menuntut mutu kualitas pelayanan energi listrik yang lebih baik.

Pada suatu sistem tenaga listrik membutuhkan suatu sistem pendektesian


gangguan jaringan tenaga listrik yang selektif, sensitif ekonomis dan sederhana
dengan memiliki kemampuan pendektesian dan memberikan sinyal gangguan
dalam waktu yang cepat kepada ruang kontrol jaringan distribusi untuk penanganan
yang lebih cepat, efektif, dan efisien. Sistem distribusi energi listrik merupakan
bagian dari sistem tenaga listrik yang berhubungan langsung dengan konsumen.
Salah satu komponen distribusi yang perlu di monitoring yaitu Fault Indicator.

Tingkat keandalan dalam sistem distribusi dinyatakan dalam bentuk jumlah


rata-rata pemutusan akibat gangguan yang terjadi pada jaringan, untuk
meminimalisir dan untuk mengetahui terjadi nya gangguan jaringan tersebut
menggunakan Fault Indicator, agar ruang kontrol distribusi mengetahui dimana
letak terjadinya gangguan pada jaringan distribusi dan gangguan bisa diisolir dan
diperbaiki dengan cepat.

1.2 Batasan Masalah


Dalam penulisan makalah tugas Instalasi Listrik V ini, penulis menjelaskan
tentang pengertian, prosedur, atau cara pengoperasian serta penggunaan Fault
Indicator pada jaringan Distribusi 20 kv.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fault Indicator


Fault Indicator (indikator gangguan) adalah perangkat yang memberikan
indikasi visual atau remote dari gangguan pada sistem tenaga listrik. Juga disebut
Fault Indikator pada sirkuit (FCI), perangkat ini digunakan dalam jaringan
distribusi tenaga listrik Saluran Udara Tegangan Menengah SUTM sebagai sarana
mendeteksi dan mengidentifikasi gangguan secara otomatis untuk mengurangi
waktu pemadaman.

Indikator Overhead digunakan untuk memvisualisasikan terjadinya gangguan


listrik pada sistem listrik overhead. Fault Indikator menemukan gangguan pada
sistem saluran udara tegangan menengah. Perangkat ini terletak pada jaringan
Saluran Udara Tegangan Menengah. Beberapa indikator gangguan berkomunikasi
kembali ke lokasi pusat menggunakan sinyal radio atau seluler.

Biasanya indikator gangguan merasakan medan magnet yang disebabkan oleh arus
mengalir melalui konduktor atau kabel. Beberapa dari mereka juga menggunakan
pengukuran medan listrik yang disebabkan oleh tegangan dalam konduktor.

2.2 Klasifikasi Sistem Jaringan Distribusi


Jaringan Pada Sistem Distribusi tegangan menengah (Primer 20 kv) dapat
dikelompokkan menjadi 4 :

a. Jaringan Distribusi Pola Radial


Jaringan distribusi pola adalah adalah jaringan yang setiap saluran
primer nya hanya mampu menyalurkan daya dalam satu arah aliran daya.
Jaringan ini biasa dipakai untuk melayani daerah dengan tingkat kerapatan
beban yang rendah. Keuntungannya ada pada kesederhanaan dari segi teknis
dan biaya investasi rendah. Adapun kerugiannya apabila terjadi gangguan
dekat dengan sumber, maka semua beban saluran akan ikut padam sampai
gangguan tersebut dapat diatasi.

2
Gambar 2.1 Pola Jaringan Radial

b. Jaringan Distribusi Pola Loop


Jaringan distribusi pola loop adalah jaringan yang dimulai dari suatu
titik pada rel daya yang mengelilingi di daerah beban kemudian kembali ke
titik rel daya semula. Pola ini ditandai pula dengan adanya dua sumber
pengisian yaitu sumber utama dan sumber cadangan. Jika salah satu sumber
pengisian (saluran utama) mengalami gangguan, maka akan dapat
digantikan oleh sumber pengisian lain (sumber cadangan). Jaringan dengan
pola ini biasa dipakai pada sistem distribusi yang melayani beban dengan
kebutuhan kontunuitas pelayanan yang baik (lebih baik dari pola radial).

Gambar 2.2 Pola Jaringan Loop

3
c. Jaringan Distribusi Pola Grid
Jaringan distribusi pola grid mempunyai beberapa rel daya dan antara
rel-rel tersebut dihubungkan oleh saluran penghubung yang disebut Tie
Feeder. Dengan demikian satiap gardu distribusi dapat menerima atau
mengirim daya dari ke rel lain.

Gambar 2.3 Pola Jaringan Grid

d. Jaringan Distribusi Pola Spindel


Jaringan distribusi pola spindel merupakan pengembangan dari pola
radial dan loop terpisah. Beberapa saluran yang keluar dari gardu induk
diarahkan menuju suatu tempat yang disebut gardu hubung (GH), kemudian
antara GI dan GH tersebut dihubungkan dengan satu saluran yang disebut
express feeder.

4
Gambar 2.4 Pola Jaringan Spindel

2.3 Pengindikasian Gangguan dengan Fault Indicator


Pengindikasian gangguan dalam hal ini menggunakan Fault Indicator jenis
Line Troll 110Eµr. Line Troll dipasang pada saluran distribusi dengan range 6 – 69
kv. Pengaplikasian dari Line Troll 110 Eµr memerlukan survei saluran sebelumnya
sehingga dapat diperoleh penggunaan terbaik dari Indikator gangguan. Fault
indicator digunakan untuk menentukan titik atau KPL mana yang terdapat
gangguan dalam hal ini juga mensupport pengoperasian LBS dalam open atau
close. Agar terhubung dengan sistem SCADA Fault Indicator juga memiliki kotak
kontrol yang terhubung dengan RTU pada KPL, kotak kontrol tersebut dinamakan
Quick Link. Ketika arus gangguan dideteksi oleh Fault Indicator maka Fault
Indicator akan mengirimkan sinyal gangguan tersebut ke kotak kontrol atau Quick
Link, kemudian sinyal tersebut diteruskan ke RTU yang akan mengirimkan sunyal
tersebut ke master station yang ada pada APD PT.PLN (Persero) kemudian sinyal
tersebut diterjemahkan kedalam bahasa program yang ditampilkan pada monitor
operator dispatcher sebagai sinyal gangguan.

5
Gambar 2.5 Indikator Gangguan pada Fault Indicator.

2.4 Prinsip Kerja Fault Indicator (Linetroll)


Fault Indicator Linetroll 110Eµr menggunakan sensor medan magnet.
Prinsip kerja sensor pada linetroll dapat dilihat pada gambar 2.6. Medan magnet
yang dihasilkan oleh arus pada jaringan yang menginduksi sinyal dalam pickup koil
indikator. Sinyal diinduksi diterapkan pada sensor di/dt mendeteksi arus seperti
halnya ketika gangguan terjadi.

Gambar 2.6 Prinsip kerja Sensor Medan Magnet

6
2.5 Pemrograman Fault Indicator (Linetroll 110Eµr)
Tingkatan Trip dari di/dt dapat diatur untuk 6A, 12A, 25A,75A, 100A, atau
150A dengan menggunakan bank saklar yang terdapat di dalam unit Fault Indicator.

Gambar 2.7 Pemrograman Line Troll 110Eµr

2.6 Perhitungan arus kapasitif


Untuk Menghitung arus kapasitif yang disebabkan oleh kapasitansi dari
SUTM dan SKTM rumus sederhana dapat digunakan untuk memperkirakan arus
kapasitif yang dapat ditimbulkan dari saluran :

Ic = U * La + U * Lc
300 K
Keterangan :

Ic = Arus Kapasitif dalam Ampere

U = Tegangan Nominal dalam kv

La = Panjang Saluran Udara dalam km

Lc = Panjang kabel dalam km

K = 10 ; untuk kabel terimpregnasi Minyak

7
5 ; Untuk Kabel PEX

3 ; Untuk Kable PVC

Untuk menghindari bahwa Fault Indicator diaktifkan oleh arus kapasitif


yang dihasilkan oleh kapasitansi saluran udara itu sendiri, berikut harus dipenuhi.

Ic < It

Dimana :

Ic = Arus Kapasitif (Ampere)

It = Setting Sensitivitas (6 - 150 A)

Untuk memperkirakan pembuangan arus kapasitif pada setiap titik saluran,


harus diperhitungkan kontribusi dari semua saluran udara dan panjangnya kabel
SUTM. Contoh perhitungan arus kapasitif (Ic) dapat dilihat pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 Perhitungan Pelepasan Arus Kapasitif

2.7 Pemasangan Fault Indicator pada SUTM 20kv


Fault Indicator di pasang langsung di tegangan tinggi pada konduktor atau
jaringan saluran udara tegangan menengah dengan menggunakan hotstick. Sebelum
dipasang pada konduktor SUTM terlebih harus di program dengan menetapkan

8
menentukan arus, agar indikator pada saat gangguan bisa membaca terjadi nya
adanya gangguan.

Gambar 2.9 Cara Pemasangan Fault Indicator.

2.8 Fault Indicator pada SCADA


SCADA (Supervisory control and data acquisition) merupakan teknologi
yang menggabungkan fungsi pengawasan, pengendalian dan pengambilan data
jarak jauh (remote area) yang terpusat pada suatu tempat disebut control center.
Secara umum SCADA berfungsi mulai dari pengambilan data pada Gardu Induk
atau Gardu Distribusi, pengolahan informasi diterima, sampai reaksi yang
ditimbulkan dari hasil pengolahan informasi.

Sistem pengendalian berbasis SCADA banyak diterapkan karena memiliki


fungsi pengukuran (Tele Metering), fungsi pengawasan (Tele Control) dan fungsi
permintaan pengiriman data (tele status) dalam pengoperasin dan juga berfungsi
sebagai pengendali berbagai sistem misal nya pada sistem tenaga listrik. Sistem
SCADA distribusi adalah suatu sistem yang terdir atas seperangkat hardware dan
software yang memungkinkan dispatcher yang berada di pusat kontrol mampu
mengendalikan Jaringan Tegangan Menengah (JTM).

Prinsip dasar sistem SCADA adalah untuk memantau dan mengontrol


semua peralatan yang terdapat pada sistem dari jaraka jauh. SCADA bekerja
mengumpulkan informasi, kemudian mentransfer ke sentral dengan membawa
data-data hasil analisa khusus dan sinyal kontrol (status) yang kemudian
diperagakan pada sejumlah layar operator. SCADA berjuan untuk membantu
mendapatkan sistem pengoperasian optimum sesuai dengan berbagai kenyataan

9
kekurangan – kekurangan maupun segala kelebihan yang terdapat pada suatu
sistem.

SCADA diimplementasikan denga perangkat – perangkat lunak, baik untuk


sistem pembangkitan, transmisi, maupun distribusi. Pada umumnya proses
pengendalian pada sistem tenaga listrik jarak jauh terdidri atas 4 macam, yaitu :

1. Pengendalian buka / tutup perangkat pemutus daya, pemisah serta start /


stop dari generator.
2. Pengendalian perangkat – perangkat regulator seperti pengaturan set point
atau menaikkan dan menurunkan posisi tap charger.
3. Pemantau dan pengaturan beban.
4. Pengendalian yang dilakukan secara otomatis untuk keseragaman dan
pengendalian perintah berurutan, misalnya merubah konfigursi jaringan.

Adapun Fungsi dasar SCADA terbagi menjadi 3 yaitu :


a. Telemetering (TM)

Mengirimkan informasi berupa pengukuran dari besaran – besaran


listrik pada suatu saat tertentu, seperti : arus, tegangan, frekuensi.
Pemantauan yang dilakukan oleh dispatcher diantaranya menampilkan daya
nyata dalam MW, tegangan dalam KV, arus dalam A. Dengan demikian
dispatcher dapat memantau keseluruhan informasi yang dibutuhkan secara
terpusat.

b. Telesinyal (TS)

Mengirimkan sinyal saat menyatakan status suatu peralatan atau


perangkat. Informasi yang dikirmkan berupa status pemutus tegangan,
pemisah, ada tidaknya alarm, dan sinyal – sinyal lainnya. Telesinyal dapat
berupa kondisi suatu peralatan tunggal, dapat pula berupa pengelompokkan
dari sejumlah kondisi. Telesinyal dapat dinyatakan secara tunggal (single
indication) atau ganda (double indication). Status peralatan dinyatakan
dengan cara indikasi ganda. Indikasi tunggal untuk menyatakan alarm.

10
c. Telekontrol (TC)

Perintah untuk membuka atau menutup peralatan sistem tenaga


listrik dapat dilakukan oleh dispatcher secara remote, yaitu hanya dengan
menekan salah satu tombol perintah open / close yang ada di dispatcher.

Gambar 2.10 Tampilan Fault Indicator pada SCADA

2.9 Keuntungan Sistem SCADA


Dengan menggunakan sistem SCADA, maka akan didapat beberapa
keuntungan, yaitu :

 Sistem pengoperasian dengan organisasi yang ramping dan sederhana.


 Lebih ekonomis, karena tidak perlu menggunakan jasa operator.
 Data – data yang didapat lebih akurat dan tepat.
 Peningkatan keandalan sistem jaringan tenaga listrik.
 Berkurangnya rugi – rugi jaringan distribusi tenaga listrik.
 Waktu pemulihan jaringan distribusi tenaga listrik yang cepat.
 Tingkat keamanan yang baik.

11
 Sebagai simulasi atas rencana pengembangan jaringan distribusi tenaga
listrik yang akan dilaksanakan sehingga mutu, keandalan, dan keamanan
operasi lebih terjamin.
 Menganalisa dan mengavaluasi hasil – hasil pengoperasian jaringan tenaga
listrik.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Untuk meningkatkan keandalan jaringan distribusi tenaga listrik 20 kv.
Salah satu cara cara dengan menggunakan Fault Indicator di saluran udara tegangan
menengah SUTM. Fault indicator memberikan kemudahan untuk operator agar
dengan cepat mengidentfikasi lokasi dari gangguan pada penyulang saluran udara.
Fault indicator bisa mengurangi lokasi gangguan dan lebih lanjut juga dapat
mengurangi durasi pemadaman dan biaya akibat pemutusan.

3.2 Saran
Untuk tercapainya kontinuitas suplai listrik yang optimal maka dilakukan
pemeliharaan pada Fault Indicator harus selalu di jalankan sehingga peralatan Fault
Indicator selalu tetap terjaga dalam kondisi baik, dan dapat di kontrol secara
langsung maupun secara jarak jauh dengan baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

- SYAHRIAL, 2011, Stuktur Jaringan Tegangan Menengah.

- Muhammad Soleh, 2014, Sistem SCADA untuk peningkatan pelayanan

pelanggan dan efisiensi operasional sistem tenaga lsitrik.

- MI LT 110Eµr Dragon 6_150A_versi 3.31.pdf

- Fahreza, Ade Muhammad, 2009, Peningkatan Keandalan Jaringan

Distribusi 20kv dengan penempatan optimal dari Fault Indicator.

- K Gultom, 2015, Fault Indicator / pengindikasian Gangguan dan Prinsip

Kerja Linetroll. Politeknik Negeri Sriwijaya.

14

Вам также может понравиться