Вы находитесь на странице: 1из 10

PERBAIKAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG DI KABUPATEN

FAKFAK DENGAN PENAMBAHAN ABU BATU (FLY ASH)

Muhammad Yunus1), Muhammad Aswan2)

1,2,
Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Fakfak, Jl. TPA Imam Bonjol Atas,
Kelurahan Wagom, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat 98611
E-mail: muhammadyunus@polinef.id

Abstract

The road conditions in the Fakfak Regency area have suffered a lot of damage, this is
related to the subgrade condition of the road in the form of clay. One method that is widely
used to improve the characteristics of clay that does not fulfill the requirements as a road
subgrade material is to add fly ash. Aim of this study was to determine the value of clay
plasticity before and after adding rock ash with the percentage of stone ash 8%, 16%, 32%.
From the results of testing on clay soaked for 7 days can reduce the liquid limit value where
the largest decrease is 15,24% of the original soil occurs in the addition of 32% fly ash with
a value of 66,86%. The plastic limit value also decreased by 20,40% from the original soil
with a value of 46,10% at the addition of 32% fly ash. And the plasticity index value
experienced the largest decrease in the addition of 32% stone ash with a decrease of 0,97%
from the original soil with a value of 20,76%. In clay soil which was brooded for 14 days
the largest liquid limit value decreased which was 18.72% of the original soil occurred in
the addition of 32% fly ash with a value of 64,11%. The plastic limit value also decreased
by 21,77% from the original land with a value of 45,31% at the addition of 32% fly ash.
And the plasticity index value experienced the largest decrease in the addition of 32% stone
ash with a decrease of 10,32% from the original land with a value of 18,80%

Keywords: plasticity, fly ash, liquid limit, plastic limit, clay

Abstrak

Kondisi jalan di daerah Kabupaten Fakfak banyak mengalami kerusakan, hal ini berkaitan
dengan kondisi tanah dasar (subgrade) jalan yang berupa lapisan tanah lempung. Salah satu
metode yang banyak digunakan untuk memperbaiki sifat tanah lempung yang tidak
memenuhi syarat sebagai material subgrade jalan adalah dengan menambahkan abu batu
(fly ash). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan nilai plastisitas tanah lempung
sebelum dan sesudah ditambahkan abu batu dengan persentase abu batu 8%, 16%, 32%.
Dari hasil pengujian pada tanah lempung yang diperam selama 7 hari dapat menurunkan
nilai batas cair dimana penurunan terbesar yaitu 15,24% dari tanah asli terjadi pada
penambahan 32% abu batu dengan nilai 66,86%. Untuk nilai batas plastis juga mengalami
penurunan sebesar 20,40% dari tanah asli dengan nilai 46,10% pada penambahan 32% abu
batu. Dan nilai indeks plastisitas mengalami penurunan terbesar pada penambahan 32% abu
batu dengan persentase penurunan 0,97% dari tanah asli dengan nilai 20,76%. Pada tanah
lempung yang diperam selama 14 hari mengalami penurunan nilai batas cair terbesar yaitu
18,72% dari tanah asli terjadi pada penambahan 32% abu batu dengan nilai 64,11%. Untuk
nilai batas plastis juga mengalami penurunan sebesar 21,77% dari tanah asli dengan nilai
45,31% pada penambahan 32% abu batu. Dan nilai indeks plastisitas mengalami penurunan
terbesar pada penambahan 32% abu batu dengan persentase penurunan 10,32% dari tanah
asli dengan nilai 18,80%.
Kata Kunci: plastisitas, abu batu, batas cair, batas plastis, lempung
PENDAHULUAN
Tanah merupakan dasar dari suatu konstruksi atau struktur. Pada suatu
konstruksi atau struktur sering kita jumpai adanya kerusakan pada bagian pondasi.
Kerusakan tersebut kemungkinan diakibatkan oleh kekuatan tanah dasar yang kurang
baik dimana potensi pemampatan dan pengembangan tanah yang besar. Suatu
konstruksi akan dapat bertahan lama sesuai umur rencana apabila didukung oleh tanah
dasar yang baik. Berdasarkan letak geografis suatu tempat, karakter dan sifat tanah tak
sama bahkan ada kondisi dimana tanah memiliki nilai plastisitas yang tinggi, kembang
susut yang relatif besar, dan kekuatan geser yang rendah.
Tanah lempung merupakan jenis tanah dengan kandungan partikel halus yang
biasanya memiliki indeks plastisitas tinggi. Plastisitas tanah lempung disebabkan
adanya mineral lempung yang bersifat mengikat air. Secara teknis tanah lempung yang
memiliki indeks plastisitas tinggi dan kuat geser yang rendah kurang baik digunakan
sebagai bahan konstruksi yang mendukung beban berat sehingga perlu di stabilisasi
(Hardiyatmo, 2010).
Stabilisasi tanah merupakan salah satu metode perbaikan tanah yang
memungkinkan tanah tersebut menjadi lebih baik yang dapat dilakukan dengan cara
mekanis dan juga dilakukan dengan menambahkan bahan pencampur (additive),
misalnya bahan pencampur kimiawi seperti abu batu. Seperti halnya kapur dan semen,
abu batu juga dapat digunakan untuk stabilisasi tanah. Abu batu yang biasanya
merupakan material limbah, berasal dari endapan abu halus hasil dari penghancur batu
atau crusher. Material limbah ini antar lain berupa abu dasar (bottom ash), terak (slag),
dan abu batu. Abu batu merupakan bagian dari residu yang butirannya relatif sangat
kecil.
Abu batu merupakan produk sampingan dalam produksi batu pecah yang
menggunakan mesin Stone Crusher dengan ukuran 0 mm - 5 mm. Agregat halus yang
dihasilkan dari lokasi Stone Crusher mengandung kurang lebih 17% sampai 25% fraksi
abu batu, sehingga abu batu memiliki volume produksi yang cukup potensial untuk
dimanfaatkan lebih lanjut penggunaannya. Saat ini abu batu tidak begitu laku dijual
khususnya di wilayah Kabupaten Fakfak karena pemakaian dalam industri konstruksi
sudah sangat sedikit mengingat abu batu umumnya hanya dipakai sebagai bahan pengisi
(filler) pada lapis permukaan perkerasan jalan. Sehubungan dengan pemanfaatan abu
batu yang kurang optimal, maka akan dicoba untuk meneliti abu batu sebagai bahan
untuk stabilisasi tanah lempung khususnya di wilayah Kabupaten Fakfak. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menentukan karakteristik tanah lempung asli di Kabupaten
Fakfak dan untuk menentukan nilai plastisitas tanah lempung sebelum dan sesudah
ditambahkan abu batu dengan persentase abu batu 8%, 16%, 32%.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Uji Tanah Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Fakfak Provinsi Papua Barat dengan metode eksperimental. Waktu
penelitian dilaksanakan kurang lebih selama 3 (tiga) bulan dari bulan Juni – September
2018.
Alat dan Bahan
Penelitian ini dilakukan dengan melaksanakan pengujian karakteristik tanah
lempung asli di Kabupaten Fakfak. Sampel tanah lempung asli diambil di sekitar lokasi
kampus Politeknik Negeri Fakfak sedangkan untuk material abu batu diperoleh dari
pabrik pemecah batu (stone crusher) milik PT. Sari Wagom yang berada di Distrik
Bomberay Kabupaten Fakfak.
Teknik Sampling
Pengambilan sampel tanah lempung asli dilaksanakan dengan menggunakan bor
tangan (handboring). Sampel tanah yang telah diambil di lapangan kemudian di bawa
ke laboratorium untuk diuji karakteristiknya. Pengujian karakteristik tanah yang
dilaksanakan antara lain, pengujian kadar air, berat isi, berat jenis, batas-batas Atterberg,
analisa saringan, pemadatan dan uji geser langsung.
Untuk campuran tanah lempung dan abu batu dilaksanakan setelah pengujian
karakteristik tanah lempung asli selesai dilaksanakan. Setelah tanah lempung dicampur
dengan abu batu maka dilakukan proses pemeraman selama 7 (tujuh) dan 14 (empat
belas) hari, hal ini dilakukan agar campuran tanah lempung dan abu batu dapat menyatu
dengan baik. Untuk besarnya persentase campuran tanah lempung dan abu batu dapat
dilihat pada Tabel 1. Sedangkan untuk diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar
1.
Tabel 1
Persentase campuran tanah lempung + abu batu
Kadar Berat Berat Berat Tanah
Jenis Lama
Abu Batu Tanah Abu Batu + Abu Batu
Pengujian Pemeraman
(%) (gram) (gram) (gram)
7 125 10 135
Uji batas cair 14 125 20 145 7 dan 14 hari
21 125 30 155
7 125 10 135
Uji batas
14 125 20 145 7 dan 14 hari
plastis
21 125 30 155

Studi Literatur

Persiapan Alat

Persiapan Bahan Tambah

Pengambilan Contoh Tanah

Pengujian Karakteristik Tanah

Pembuatan benda uji dengan variasi campuran


abu batu 0%, 8%, 16%, dan 32% dengan lama
pemeraman selama 7 dan 14 hari

Pengujian Laboratorium

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 1. Diagram alir penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Pengujian Karakteristik Tanah
Dari hasil pengujian karakteristik tanah lempung di laboratorium diperoleh data
karakteristik tanah lempung pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2
Hasil pengujian karakteristik tanah di laboratorium
No. Jenis Pengujian Satuan Hasil Pengujian
1. Kadar air (w) % 71,37
2. Berat jenis rata-rata (Gs) - 2,76
Batas – batas atterberg
Liquid Limit (LL) % 78,88
3.
Plasticity Limit (PL) % 57,92
Plasticity Indext (PI ) % 20,96
Gradasi Butiran %
Tanah Berbutir Kasar % 48,62
Tanah Berbutir Halus % 51,38
4. Metode Unified OH
Metode AASHTO A-7-5
Pemadatan
5. Kadar air optimum (Wopt) % 37,2
Berat isi kering (γdry) gr/cm3 1,349
Geser Langsung (Direct Shear)
o
6. Sudut geser dalam 2,52
Kohesi Kpa 23,633

Hasil Pengujian Batas Atterberg Tanah dengan Penambahan Abu Batu


Dari hasil pengujian batas-batas Atterberg yang dilakukan pada tanah dengan
penambahan abu batu diperoleh rekapitulasi seperti pada Tabel 3 dan pada Tabel 4
berikut ini.
Tabel 3
Hasil pengujian batas atterberg tanah + abu batu yang diperam selama 7 hari
Persentase Abu Batu
Jenis pengujian
0% 8% 16% 24% 32%
Batas Cair (LL) 78,88% 73,33% 74,85% 67,83% 66,86%
Batas Plastis (PL) 57,92% 48,91% 46,97% 47,01% 46,10%
Indeks Plastisitas (PI) 20,96% 24,42% 27,87% 20,82% 20,76%

Tabel 4
Hasil pengujian batas atterberg tanah + abu batu yang diperam selama 14 hari
Persentase Abu batu
Jenis Pengujian
0% 8% 16% 24% 32%
Batas Cair (LL) 78,88% 72,95% 77,36% 70,99% 64,11%
Batas Plastis (PL) 57,92% 51,78% 48,87% 49,11% 45,31%
Indeks Plastisitas (PI) 20,96% 21,17% 28,49% 21,88% 18,80%

1. Batas cair
Berdasarkan hasil pengujian batas cair yang telah dilaksanakan di laboratorium
pada campuran tanah lempung dengan abu batu yang telah diperam selama 7 hari
dan 14 hari dapat dibuat grafik hubungan antara persentase penambahan abu batu
dengan nilai batas cair seperti pada Gambar 6 berikut ini.
Gambar 6. Hubungan persentase abu batu dengan nilai batas cair

Pada Gambar 18. dapat dilihat bahwa nilai batas cair pada pemeraman 7 hari
dengan penambahan 8% abu batu mengalami penurunan 7,04% dari tanah asli
dengan nilai 73,33%, pada 16% abu batu mengalami penurunan 5,11% dari tanah
asli dengan nilai 74,85%, pada 24% abu batu mengalami penurunan 14,01% dari
tanah asli dengan nilai 67,83%, dan pada 32% abu batu mengalami penurunan
15,24% dari tanah asli dengan nilai 66,86%. Sedangkan pada pemeraman 14 hari
dengan penambahan 8% abu batu mengalami penurunan 7,52% dari tanah asli
dengan nilai 72,95%, pada 16% abu batu mengalami penurunan 1,93% dari tanah
asli dengan nilai 77,36%, pada 24% abu batu mengalami penurunan 10,00% dari
tanah asli dengan nilai 70,99%, dan pada 32% abu batu mengalami penurunan
18,72% dari tanah asli dengan nilai 64,11%. Penurunan itu disebabkan karena
banyaknya persentase abu batu yang dicampurkan, yang dapat mengurangi kadar
air pada pengujian batas cair tersebut.
2. Batas plastis
Berdasarkan hasil pengujian batas plastis yang telah dilaksanakan di
laboratorium pada campuran tanah lempung dengan abu batu yang telah diperam
selama 7 hari dan 14 hari dapat dibuat grafik hubungan antara persentase
penambahan abu batu dengan nilai batas plastis seperti pada Gambar 7 berikut ini.

.
Gambar 7. Hubungan persentase abu batu dengan nilai batas plastis

Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa penambahan abu batu pada tanah lempung
yang diperam 7 hari ataupun 14 hari dapat menurunkan batas plastis. Nilai batas
plastis pada pemeraman 7 hari dengan penambahan 8% abu batu mengalami
penurunan 15,55% dari tanah asli dengan nilai batas plastis 48,91%, pada
penambahan 16% abu batu terjadi penurunan 18,90% dari tanah asli dengan nilai
batas plastis 46,97%, pada penambahan 24% abu batu terjadi penurunan 18,83%
dari tanah asli dengan nilai batas plastis 47,01%,pada penambahan 32% abu batu
terjadi penurunan 20,40% dari tanah asli dengan nilai batas plastis 46,10%. Dan
pada pemeraman 14 hari dengan penambahan 8% abu batu mengalami penurunan
10,60% dari tanah asli dengan nilai batas plastis 51,78%, pada penambahan 16%
abu batu terjadi penurunan 15,62% dari tanah asli dengan nilai batas plastis
48,87%, pada penambahan 24% abu batu terjadi penurunan 15,21% dari tanah asli
dengan nilai batas plastis 49,11%, pada penambahan 32% abu batu terjadi
penurunan 21,77% dari tanah asli dengan nilai batas plastis 45,31%.

3. Indeks plastisitas
Berdasarkan hasil pengujian batas plastis yang telah dilaksanakan di
laboratorium pada campuran tanah lempung dengan abu batu yang telah diperam
selama 7 hari dan 14 hari dapat dibuat grafik hubungan antara persentase
penambahan abu batu dengan nilai batas plastis seperti pada Gambar 8 berikut ini
Gambar 8. Hubungan persentase abu batu dengan nilai indeks plastisitas

Nilai indeks plastisitas diperoleh dari hasil batas cair dikurangi hasil batas
plastis. Dari Gambar 20 menunjukkan bahwa nilai indeks plastisitas pada
pemeraman 7 hari dengan penambahan abu batu 8% mengalami kenaikan 16,49%
dari tanah asli dengan nilai 24,42%, pada 16% abu batu mengalami kenaikan
32,99% dari tanah asli dengan nilai 27,87%, pada 24% abu batu mengalami
penurunan 0,68% dari tanah asli dengan nilai 20,82%, dan pada 32% abu batu
mengalami penurunan 0,97% dari tanah asli dengan nilai 20,76%, sedangkan pada
pemeraman 14 hari dengan penambahan abu batu 8% mengalami kenaikan 1,00%
dari tanah asli dengan nilai 21,17%, pada 16% abu batu mengalami kenaikan
35,91% dari tanah asli dengan nilai 28,49%, pada 24% abu batu mengalami
kenaikan 4,40% dari tanah asli dengan nilai 21,88%, dan pada 32% abu batu
mengalami penurunan 10,32% dari tanah asli dengan nilai 18,80%.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan yaitu penambahan abu batu pada tanah lempung
diperoleh beberapa kesimpulan seperti berikut:
1. Dari hasil pengujian berat jenis diperoleh nilai berat jenis rata-rata 2,76, sehingga
tanah ini termasuk jenis tanah lempung inorganik (Inorganic Clay) dan dari hasil
pengujian batas-batas Atterberg diperoleh bahwa tanah tersebut adalah jenis tanah
lempung dengan batas plastisitas tinggi (LL=78,88% > 50%). Berdasarkan sistem
Unified tanah ini dikualifikasikan sebagai tanah lempung organik dengan plastisitas
tinggi dengan simbol OH, dan menurut sistem AASHTO tanah ini diklasifikasikan
kelompok A-7-5.

2. Pada tanah lempung yang diperam selama 7 hari dapat menurunkan nilai batas cair
dimana penurunan terbesar yaitu 15,24% dari tanah asli terjadi pada penambahan
32% abu batu dengan nilai 66,86%. Untuk nilai batas plastis juga mengalami
penurunan sebesar 20,40% dari tanah asli dengan nilai 46,10% pada penambahan
32% abu batu. Dan nilai indeks plastisitas mengalami penurunan terbesar pada
penambahan 32% abu batu dengan persentase penurunan 0,97% dari tanah asli
dengan nilai 20,76%. Pada tanah lempung yang diperam selama 14 hari mengalami
penurunan nilai batas cair terbesar yaitu 18,72% dari tanah asli terjadi pada
penambahan 32% abu batu dengan nilai 64,11%. Untuk nilai batas plastis juga
mengalami penurunan sebesar 21,77% dari tanah asli dengan nilai 45,31% pada
penambahan 32% abu batu. Dan nilai indeks plastisitas (Plasticity Indext)
mengalami penurunan terbesar pada penambahan 32% abu batu dengan persentase
penurunan 10,32% dari tanah asli dengan nilai 18,80%.

DAFTAR PUSTAKA
Craig, R.F., 1986, Mekanika Tanah. Ahli Bahasa Soepanji, 1991, Edisi
Keempat.Erlangga,Jakarta.
Das, Braja M, Noor E dan Indrasuryah B M, (1995), Prinsip-Prinsip Rekayasa
Geoteknis (Mekanika Tanah) Jilid 1, Jakarta: Erlangga
Hardiyatmo, Hary Christady, 2002, Mekanika Tanah 1, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Hardiyatmo, H. C., 2002, Stabilisasi Tanah Untuk Perkerasan Jalan, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Kusuma, Rama Indera, Enden Mina dan Akbar Prasetio Hutomo, 2017, Stabilisasi
Tanah Menggunakan Fly Ash Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas Berdasarkan
Variasi Kadar Air Optimum (Studi Kasus Jalan Raya Bojonegara,
Kab.Serang), Jurnal : Pondasi, Volume 06 No 01, pp 01-10
Kusuma, Rama Indera, Enden Mina dan Supandi.2017. Stabilisasi Tanah Lempung
Lunak Menggunakan Fly Ash Dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Kuat Tekan
Bebas (Studi Kasus Jalan Desa Sudimanik Kec. Cibaliung Kab.Pandeglang),
Jurnal Pondasi, Volume 06 No 02, pp 24-33
Mina, Enden, Rama Indera Kusuma dan Inten Setyowati, 2016, Pengaruh Fly Ash
Terhadap Nilai CBR Dan Sifat – Sifat Propertis Tanah (Studi Kasus Jalan
Raya Bojonegara Km 19 Serang Banten), Jurnal Pondasi, Volume 05 No 01, pp
40-50
Pinasang, Denny Boy, O.B.A Sompie dan Freddy Jansen.2016. “Analisis Campuran
Kapur-Fly Ash Dan Kapur-Abu Sekam Padi Terhadap Lempung Ekspansif”.
Jurnal Ilmiah Media Engineering”. Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi.
Volume 6 No 3
SNI 1967, 2008, Cara Uji Penentuan Batas Cair Tanah, Penerbit: Badan Standardisasi
Nasional, Jakarta
SNI 1966, 1990, Metode Pengujian Batas Plastis Tanah, Penerbit: Badan Standardisasi
Nasional, Jakarta
Yunus, M., Irwan, Rauf, 2018, 2018, Pengaruh Penambahan Kapur Terhadap Nilai
Plastisitas Tanah Lempung di Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat, Jurnal
Logic : Rancang Bangun dan Teknologi, Volume 18 No 01, Maret 2018, pp 26-
31 (website : http://ojs.pnb.ac.id/index.php/LOGIC

Вам также может понравиться