Вы находитесь на странице: 1из 49

Kwashiorkor

PENDAHULUAN
Kwashiorkor merupakan sindroma klinis akibat dari defisiensi protein berat dan masukan kalori tidak
cukup. Dari kekurangan masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau kenaikan angka
metabolic yang disebabkan oleh infeksi kronik, akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat turut
menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut. Bentuk malnutrisi yantg paling serius dan paling
menonjol di dunia saat ini berada di daerah industry belum berkembang. Kwashiorkor nerarti “anak
tersingkirkan”, yaitu anak yang tidak lagi mengisap; dapat menjadi jelas pada masa bayi awal samapi
sekitar usia 5 tahun, biasanya sesudah menyapih dari ASI. Walaupun penambahn tinggi dan berat
dipercepat dengan pengobatan, ukuran ini tidak pernah sama dengan tinggi dan berat anak yang secara
tetap bergizi baik.
ETIOLOGI
Walaupun defisiensi kalori dan nutrient lain mempersulit gambaran klinik dan kimia, gejala utama
malnutrisi protein disebabkan karena masukan protein tidak cukup bernilai biologic yang baik. Dapat
juga karena penyerapan protein terganggu, seperti pada diare kronik, kehilangan protein abnormal
pada proteinuria (nefrosis), infeksi, perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein, seperti
pada penyakit hati kronik.
PATOFISIOLOGI
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor. Faktor-faktor ini
dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent (kuman penyebab),
environment (lingkungan). Memang factor diet (makanan) memegang peranan penting tetapi faktor
lain ikut menentukan.
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebih, karena
persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah
gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena
kekurangan protein dalam diet, akanterjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum
yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Selama diet mengandung cukup KH, maka produksi
insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut
akan disalurkan ke jaringan otot. Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan
menyebabkan kurangnya produksi albumin hepar, yang berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati
terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati ke depot
terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemak di hati.
MANIFESTASI KLINIS
1) Secara umum anak tampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah terangsang. Pada tahap lanjut
anak menjadi apatik, sopor atau koma.
2) Gejala terpenting adalah pertumbuhan yang terhambat, berat dan tinggi badan lebih rendah
dibandingkan dengan BB baku. Penurunana BB ini tidak mencolok atau mungkin tersamar bila
dijumpai edema anasarka.
3) Sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat ringan maupun berat. Edema ini
muncul dini, pertama kali terjadi pada alat dalam, kemudian muka, lengan, tungkai, rongga tubuh, dan
pada stadium lanjut mungkin edema anasarka.
4) Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan tipis dan lembek.
5) Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare. Diare terdapat pada sebagian
besar penderita, yang selain infeksipenyebabnya mungkin karena gangguan fungsi hati, pankreas, atau
usus (atrofi). Intoleransi laktosa juga bisa terjadi.
6) Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut. Pada taho lanjut, terlihat
lebih kusam, jarang, kering, halus, dan berwarna pucat atau putih, juga dikenal signo de bandero.
Secara umum, kwashiorkor memberikan gejala-gejala yang terkhusus pada suatu sistem organ, yaitu :
Wujud umum:
Pucat, kurus atrofi extremitas superior + bokong
Edema (pedis / pretibial) + ascites
Moon face
Retardasi pertumbuhan:
Tidak khas
BB kurang atau menurun
Perubahan mental + motorik:
Mental: cengeng, kesadaran menurun, pasif.
Motorik : gangguan fungsi-fungsi statis
Edema:
Pedis, pretibial, ascites, anasarka
Bersifat pitting
Koreksi edema :
-Laten + pedis + pretibial : 10 - 15 %
-Ascites ringan : 15 - 20 %
-Ascites berat : 20 - 25 %
Kausa edema :
-Hipoalbuminemia
-Gangguan dinding kapiler
-Hormonal (gangguan eliminasi ADH)
-Fe bebas dalam serum katalisis reaksi peroxidasi membrane
-Endotel rusak
Kelainan rambut
Kelainan bentuk : mudah dicabut, lurus, kering, halus, rapuh
-Kelainan warna : hipopigmentasi, depigmentasi, flag sign
-Bulumata : panjang, lentik
Kelainan kulit dan mukosa
Kulit :
-Crazy-pavement dermatosis :
Gejala spesifik / patognomonik
Pada kwashiorkor dgn edema berat
Pada bagian dengan tekanan BB
Penyembuhan cepat dengan protein
-Hipopigmentasi, hiperpigmentasi
-Deskuamasi, mosaic skin, pellagra-like
-Purpura, sianosis
Mukosa
-Akibat def. B2 yg sertai kwashiorkor
1. Kelainan Gigi + Tulang
Tulang : dekalsifikasi, osteoporosis, hambatan pertumbuhan
Gigi : karies
Kelainan hati:
Fisik : hepatomegali
PA : perlemakan, nekrosis, fibrosis
Fungsi :
- Hipoproteinemia ringan sampai berat (<>normal atau meningkat.
Kausa
Perlemakan akibat defisiensi faktor lipotropik
Kelainan darah + sumsum tulang
- Anemia (selala ada): ringan sampai berat
Etiologi ganda:
defisiensi protein
defisiensi mineral, terutama Fe
defisiensi vitamin B kompleks (B12, folat, B6)
infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis)
infeksi berulang
Darah perifer
Lekosit :
- Normal
- Lekositosis + shift to the left
- Lekopeni
- Vakuolisasi + granulasi toksik pada PMN
- Kolesterol menurun
- Hipoglikemi & hipoalbuminemia
Respon imunologik
Defek imunitas seluler
Gangguan sistim komplemen
Defek IgA terutama sIgA
Kelainan pankreas + kelenjar lain
- Pankreas :
- Perlemakan, fibrosis, atrofi
- Lipase, tripsin, amilase menurun
- Parotis, lakrimal, saliva, usus halus :
- Perlemakan + hipoplasia
Kelainan Jantung:
Miodegenerasi jantung
Gangguan fungsi jantung karena hipokalemia + hipomagnesemia
Penyakit jantung anemia: perlu pemeriksaan foto toraks, EKG dan
elektrolit serum
Kelainan Gl
- Diare berulang :
- Infeksi / infestasi usus
- Intoleransi laktose (def. laktase)
- Malabsorpsi lemak :

- Defisiensi lipase pankreas


- Defisiensi garam empedu konjugasi hati
- Atrofi villi mukosa usus halus
DATA LABORATORIUM
Penurunan kadar albumin serum merupakan perubahan yang paling khas. Ketonuria sering ada pada
stadium awal kekurangan makan tetapi sering sekali menghilang pada waktu akhir. Harga glukosa
darah rendah tetapi kurve toleransi glukosa dapat bertipe diabetic. Ekskresi hidroksiprolin urin yang
berhubungan dengan kreatinin dapat turun. Angka asam amino esensial plasma dapat turun relative
terhadap angka asam amino non-esensial, dan dapat menambah aminoasiduria. Defisiensi kalium dan
magnesium sering ada. Kadar kolesterol serum rendah, tetapi kadar ini kembali ke normal sesuadah
beberapa hari pengobatan. Angka amylase, esterase, kolinesterase, transaminase, lipase, alkaline
fosfatase serum turun. Ada penurunan aktivitas enzim pancreas dan santhin oksidase, tetapi angka
kembali normal segera sesudah mulai pengobatan. Anemia dapat normositik, mikrositik atau
makrositik. Tanda-tanda defisiensi vitamin dan mineral biasanya jelas. Pertumbuhan tulang biasanya
terlambat. Sekresi hormone pertumbuhan mungkin bertambah.
DIAGNOSE BANDING
Diagnose banding kehilangan protein adalah infeksi kronik, penyakit menyebabkan kehilangan
protein berlebihan melalui urine atau tinja, dan keadaan ketidakmampuan metabolic untuk
mensintesis protein.
PENCEGAHAN
Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kulitas biologiknya baik. Karena
kwashiorkor tidak hanya mengalami perjalanan serius dan sering mematikan tetapi sering
menimbulkan pengaruh dikemudian hari yang permanen dan merusak pada anak yang sembuh dan
keturuananya, petunjuk diet dan distribusi makanan yang cukup sangat segera dibutuhkan di daerah
endemic.
Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan
kesehatan dan penyuluhan gizi.
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling baik
untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan
perorangan.
4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha
pencegahan jangka panjang.
7. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang gizi,
dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.
PENGOBATAN
Penatalaksanaan segera tiap masalah akut seperti masalah diare berat, gagal ginjal, dan syok dan
akhirnya penggantian nutrient yang hilang sangat penting. Dehidrasi sedang atau berat, infeksi
nampak atau dugaan, tanda-tanda mata dari defisiensi vitamin A, anemia berat, hipoglikemia, diare
terus-menerus atau berulang, lesi kulit dan membrane mukosa, anoreksia dan hipotermia semua harus
diobati. Untuk dehidrasi ringan sampai sedang, cairan diberikan oral atau dengan pipa nasogastik.
Sedangkan dehidrasi berat, cairan intravena diperlukan. Jika cairan intravena tidak dapat diberikan,
infuse intraosseus (sum-sum tulang belakang) atau intraperitoneal 70 mL/kg larutan Ringer
Laktatsetengah kuat untuk menyelamatkan jiwa. Antibiotik efektif harus diberikan parenteral selama
10 hari.
Bila dehidrasi terkoreksi, makanan peroral mulai dengan makanan susu encer sedikit sering;
kekentalan dan volume sedikit demi sedikit ditambah dan frekuensi dikurangi selama 5 hari
berikutnya. Pada hari 6-8, anak harus mendapat 150 mL/kg/24 jam dalam 6 kali makan. Susu sai atau
yogurt untuk anak intoleran laktosa harus dibuat dengan 50 gr gula/L. Pada masa penyembuhan,
makanan energy tinggi terbuat dari susu, minyak dan gula yang diperlukan. Susu skim, hidrolisat
casein atau campuran asam amino sintetik sapat digunakan untuk menambah cairan dasar dan regimen
nutrisi.
Bila diet kalori tinggi dan protein tinggi diberikan terlalu awal atau cepat, hati dapat menjadi besar,
abdomen menjadi sangat kembung dan anak membaiknya lebih lambat. Lemak sayur dapat diserap
lebih baik daripada lemak susu sapi. Toleransi glukosa yang terganggu dapat diperbaiki pada
beberapa anak yang terkena dengan pemberian 250 µg kromium klorida. Vitamin dan mineral,
terutama vitamin A, kalium dan magnesium diperlukan sejak permulaan pengobatan. Besi dan asam
folat biasanya memperbaiki anemia.
Infeksi bakteri harus diobati bersamaan dengan terapi diet, sedang pengobatan infestasi parasit, jika
tidak berat, dapat ditunda samapi penyembuhan mulai berlangsung.
Sesudah pengobatan dimulai, penderita dapat kehilangan berat badannya selama beberapa minggu
karena menghilangnya udem yang tampak dan tidak tampak. Enzim serum dan usus kembali ke
normal, penyerapan lemak dan usus kembali membaik.
Jika pertumbuhan dan perkembangan secara luas terganggu, retardasi mental dan fisik dapat
permanen. Makin muda bayi pada saat kekurangan, makin rusak pengaruh jangka lamanya. Defisit
dalam kemampuan pengertian dan abstrak terutama berakhir lama.
Kwashiorkor

PENDAHULUAN
Malnutrisi dapat terjadi oleh karena kekurangan gizi (undernutrisi) maupun karena kelebihan gizi
(overnutrisi). Keduanya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh dan asupan zat
gizi esensial. Perkembangan malnutrisi melalui 4 tahapan: (1,2)
Perubahan kadar zat gizi dalam darah dan jaringan
Perubahan kadar enzim
Kelainan fungsi pada organ dan jaringan tubuh
Timbulnya gejala-gejala penyakit dan kematian. (1,2)
Kebutuhan tubuh akan zat gizi bertambah pada beberapa tahapan kehidupan tertentu, yaitu:
 pada masa bayi, awal masa kanak-kanak, remaja
 selama kehamilan
 selama menyusui. (1,2)

Kwashiorkor adalah suatu sindrom yang diakibatkan defisiensi protein yang berat. Istilah ini pertama
kali digunakan oleh Cecily Williams bagi kondisi tersebut yang diderita oleh bayi dan anak balita.
Nama ini berasal dari daerah di Pantai Emas, Afrika yang berarti anak terlantar. (3)
Defisiensi ini sangat parah, meskipun konsumsi energi atau kalori tubuh mencukupi kebutuhan.
Biasanya, kwashiorkor ini lebih banyak menyerang bayi dan balita pada usia enam bulan sampai tiga
tahun. Usia paling rawan terkena defisiensi ini adalah dua tahun. (3)
Pada usia itu berlangsung masa peralihan dari ASI ke pengganti ASI atau makanan sapihan. Pada
umumnya, kandungan karbohidrat makanan tersebut tinggi, tapi mutu dan kandungan proteinnya
sangat rendah. (3)
Ciri-ciri anak menderita kwashiorkor adalah hambatan pertumbuhan, perubahan pada pigmen
rambut dan kulit, edema, dan perubahan patologi pada hati. Hal ini terutama terlihat pada infiltrasi
lemak, nekrosis, dan fibrosis. Temuan lain adalah apati, cengeng, atrofi pankreas, gangguan saluran
cerna, anemia, kadar albumin serum yang rendah, dan dermatosis.
Kulit penderita terlihat menjadi gelap. Pada ekstremitas dan punggung, timbul bercak-bercak
menebal yang dapat mengelupas. Kulit di bawahnya berwarna merah muda yang hampir seperti
pelagra. (3)
Soal terjadinya edema, biasanya diawali akibat turunnya kadar albumin serum. Ini mengakibatkan
turunnya tekanan osmotik daerah. Cairan daerah akan menerobos pembuluh darah dan masuk ke
dalam cairan tubuh.
Anak-anak yang mengalami hal ini biasanya kehilangan nafsu makan, rewel, diare, dan sikap apatis.
Biasanya pula, mereka menderita infeksi lambung dan perubahan psikomotor. Wajahnya bengkak.
Pada orang dewasa, keadaan ini bisa terjadi, dan yang terparah adalah busung lapar. (3)
Kwashiorkor dianggap ada hubungannya dengan marasmus marasmick. Ini adalah satu kondisi
terjadinya defisiensi, baik kalori, maupun protein. Cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang
hebat, hilangnya lemak subkutan, dan juga ditambah dehidrasi (3)
PENILAIAN STATUS GIZI
Untuk menilai status gizi seseorang, ditanyakan tentang makanan dan masalah kesehatan, dilakukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium tertentu. Pada pemeriksaan darah dilakukan
pengukuran kadar zat gizi dan bahan-bahan yang tergantung kepada kadar zat gizi (misalnya
hemoglogbin, hormon tiroid dan transferin). (1,2)
Untuk menentukan riwayat makan seseorang, ditanyakan makanan apa yang dimakan dalam 24 jam
terakhir dan jenis makanan seperti apa yang biasanya dimakan. Dibuat catatan tentang daftar
makanan yang dimakan selama 3 hari.
Selama pemeriksaan fisik, diamati penampilan secara keseluruhan dan tingkah lakunya, juga
distribusi lemak tubuh serta fungsi organ tubuhnya. (1,2)
Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Misalnya, perdarahan
lambung dapat menyebabkan anemia karena kekurangan zat besi. Seseorang yang telah diobati
dengan vitamin A dosis tinggi karena berjerawat, bisa mengalami sakit kepala dan penglihatan ganda
sebagai akibat keracunan vitamin A.
Berbagai sistem tubuh bisa dipengaruhi oleh kelainan gizi:
Sistem saraf bisa terkena oleh kekurangan niasin (pelagra), beri-beri, kekurangan atau kelebihan
vitamin B6 (piridoksin) dan kekurangan vitamin B12
Pengecapan dan pembauan bisa dipengaruhi kekurangan seng
Sistem pembuluh darah jantung bisa dipengaruhi oleh :
 beri-beri
 kegemukan (obesitas)
 makanan tinggi lemak menyebabkan hiperkolesterolemi dan penyakit jantung koroner
 makanan kaya garam bisa menyebabkan tekanan darah tinggi
Saluran pencernaan dipengaruhi oleh pelagra, kekurangan asam folat dan banyak minum alkohol
Mulut (lidah, bibir, gusi dan membran mukosa) dipengaruhi oleh kekurangan vitamin B dan vitamin C
Pembesaran kelenjar tiroid terjadi akibat kekurangan iodium
Kecenderungan mengalami perdarahan dan gejala pada kulit seperti ruam kemerahan, kulit kering
dan pembengkakan karena penimbunan cairan (edema) bisa terjadi pada kekurangan vitamin K,
kekurangan vitamin C, kekurangan vitamin A dan beri-beri
Tulang dan sendi dapat terkena ricketsia, osteomalasia, osteoporosis dan kekurangan vitamin C. (1,2)
Status gizi seseorang dapat ditentukan melalui beberapa cara, yaitu:
Mengukur tinggi badan dan berat badan, lalu membandingkannya dengan tabel standar.
Menghitung indeks massa tubuh (BMI, Body Mass Index), yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi
dengan tinggi badan (dalam meter).
Indeks massa tubuh antara 20-50 dianggap normal untuk pria dan wanita.
Mengukur ketebalan lipatan kulit. Lipatan kulit di lengan atas sebelah belakang (lipatan trisep)
ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dengan
menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak
tubuh. Lipatan lemak normal adalah sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
Status gizi juga bisa diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas untuk memperkirakan jumlah
otot rangka dalam tubuh (Lean Body Mass, massa tubuh yang tidak berlemak). (1,2)
Foto rontgen dapat membantu menentukan densitas tulang dan keadaan dari jantung dan paru-
paru, juga bisa menemukan kelainan saluran pencernaan yang disebabkan oleh malnutrisi.
Pada malnutrisi yang berat, dilakukan pemeriksaan hitung jenis sel darah lengkap serta pemeriksaan
darah dan air kemih untuk mengukur kadar vitamin, mineral dan limbah metabolit seperti urea.
Pemeriksaan kulit juga bisa dilakukan untuk menilai jenis-jenis tertentu dari kekebalan. (1,2)
ETIOLOGI
Kwashiorkor merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekurangan zat-zat gizi ensensial, yang bisa
disebabkan oleh:
 Asupan yang kurang karena makanan yang jelek atau penyerapan yang buruk dari usus
(malabsorbsi)
 Penggunaan berlebihan dari zat-zat gizi oleh tubuh
 Kehilangan zat-zat gizi yang abnormal melalui diare, pendarahan, gagal ginjal atau keringat
yang berlebihan. (1,2)
FAKTOR RESIKO
Bayi dan anak-anak merupakan resiko terbesar untuk mengalami kekurangan gizi karena mereka
membutuhkan sejumlah besar kalori dan zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Mereka bisa mengalami kekurangan zat besi, asam folat, vitamin C dan tembaga karena makanan
yang tidak memadai.
Kekurangan asupan protein, kalori dan zat gizi lainnya bisa menyebabkan terjadinya kekurangan
kalori protein (KKP), yang merupakan suatu bentuk dari malnutrisi yang berat, yang akan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan. (1,2)
Kecenderungan untuk mengalami perdarahan pada bayi baru lahir (penyakit hemoragik pada bayi
baru lahir), disebabkan oleh kekurangan vitamin K, dan bisa berakibat fatal. Sejalan dengan
pertumbuhannya, kebutuhan makanan anak-anak akan bertambah, karena laju pertumbuhan
mereka juga bertambah.
Pada wanita hamil atau wanita menyusui, kebutuhan zat gizi meningkat untuk mencegah malnutrisi
pada bayi dan dirinya sendiri.
Asam folat diberikan selama kehamilan untuk menurunkan resiko gangguan perkembangan otak
atau tulang belakang (spina bifida) pada bayi.
Meskipun pada wanita-wanita pemakai pil KB lebih mungkin untuk menderita kekurangan asam
folat, tidak ada bukti bahwa bayinya akan menderita defisiensi asam folat. (1,2)
Bayi yang berasal dari ibu peminum alkohol akan mengalami gangguan keseimbangan fisik dan
mental (sindroma alkohol pada janin), karena penyalahgunaan alkohol dan malnutrisi yang
disebabkannya, bisa mempengaruhi pertumbuhan janin.
Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, bisa mengalami kekurangan vitamin B12, jika ibunya adalah
seorang vegetarian. Banyak makanan yang dinyatakan dapat meningkatkan kesehatan atau
menurunkan berat badan. Tetapi pembatasan makanan yang sangat ketat, berdasarkan ilmu gizi
adalah tidak sehat, karena dapat menyebabkan: (1,2)
 Kekurangan vitamin, mineral dan protein
 Gangguan jantung, ginjal dan metabolisme
 Kematian .
Asupan kalori yang sangat rendah (kurang dari 400 kalori/hari) tidak dapat mempertahankan
kesehatan dalam waktu yang lama.

KLASIFIKASI MALNUTRISI
Diantara kelaparan yang berat dan nutrisi yang cukup, terdapat tingkatan yang bervariasi dari nutrisi
yang tidak memadai, seperti Kurang Kalori Protein (KKP), yang merupakan penyebab kematian pada
anak-anak di negara-negara berkembang.
Pertumbuhan yang cepat, adanya infeksi, cedera atau penyakit menahun, dapat meningkatkan
kebutuhan akan zat-zat gizi, terutama pada bayi dan anak-anak yang sebelumnya telah menderita
malnutrisi. Kurang kalori protein disebabkan oleh konsumsi kalori yang tidak memadai, yang
mengakibatkan kekurangn protein dan mikronutrisi (zat gizi yang diperlukan dalam jumlah sedikit,
misalnya vitamin dan mineral). Terdapat tiga jenis KKP, yaitu:
KKP Kering : jika seseorang tampak kurus dan mengalami dehidrasi
KKP Basah : jika seseorang tampak membengkak karena tertahannya cairan
KKP Menengah : jika seseorang berada dalam kondisi diantara KKP kering dan KKP basah. (1,2)
KKP basah disebut kwashiorkor, yang dalam bahasa Afrika berarti 'anak pertama-anak kedua'. Istilah
tersebut berdasarkan pengamatan bahwa anak pertama menderita kwashiorkor ketika anak kedua
lahir dan menggeser anak pertama dari pemberian ASI ibunya. Anak pertama yang telah disapih
tersebut mendapatkan makanan yang jumlah zat gizinya lebih sedikit bila dibandingkan dengan ASI,
sehingga tidak tumbuh dan berkembang. Kekurangan protein pada kwashiorkor biasanya lebih jelas
dibandingkan dengan kekurangan kalori, yang mengakibatkan:
 tertahannya cairan (edema)
 penyakit kulit
 perubahan warna rambut. (1,2)
Anak yang menderita kwashiorkor biasanya telah menjalani penyapihan, sehingga usianya lebih
besar daripada anak yang menderita marasmus. Kwashiorkor lebih jarang ditemukan dan biasanya
terjadi dalam bentuk marasmik-kwashiorkor.
Kwashiorkor cenderung terjadi di negara-negara dimana serat dan makanan digunakan untuk
menyapih bayi (misalnya umbi jalar, singkong, beras, kentang dan pisang), yang sedikit mengandung
protein dan sangat banyak mengandung zat tepung; yaitu di pedesaan Afrika, Karibia, kepulauan
Pasifik dan Asia Tenggara. (1,2)
Pada kwashiorkor, tubuh hanya mampu menghasilkan sedikit protein baru. Akibatnya kadar protein
dalam darah menjadi berkurang, menyebabkan cairan terkumpul di lengan dan tungkai sebagai
edema.
Kadar kolesterol juga menurun dan terjadi perlemakan pada hati yang membesar (pengumpulan
lemak yang berlebihan di dalam sel-sel hati). (1,2)
Kekurangan protein akan menganggu:
 pertumbuhan badan
 hormon kekebalan
 kemampuan untuk memperbaiki kerusakan jaringan
 produksi enzim dan hormone. (1,2)
Pada marasmus dan kwashiorkor sering terjadi diare. Perkembangan tingkah laku pada anak yang
menderita malnutrisi berat sangat lambat dan bisa terjadi keterbelakangan mental. Biasanya anak
yang menderita marasmus tampak lebih sakit daripada anak yang lebih tua yang menderita
kwashiorkor.
MANIFESTASI KLINIK
1. Gejala yang terpenting adalah pertumbuhan yang terganggu
2. Perubahan mental
3. Ditemukan edema baik ringan maupun berat
4. Gejala gastrointestinal seperti anoreksia
5. Perubahan ramut, seperti mudah dicabut
6. Kulit penderita biasanya kering
7. Pembesaan hati bisa ditemukan
8. Anemia ringan pada sebagian penderita
9. Kadar albumin seru rendah
10. Letargia dan apati (4,5,6)

PROGNOSIS
Lebih dari 40% anak-anak yang menderita KKP meninggal.
Kematian yang terjadi pada hari pertama pengobatan biasanya disebabkan oleh:
 gangguan elektrolit
 infeksi
 hipotermia (suhu tubuh yang sangat rendah)
 kegagalan jantung. (1,2)
Keadaan setengah sadar (stupor), jaundice (sakit kuning), pendarahan kulit, rendahnya kadar
natrium darah dan diare yang menetap merupakan pertanda buruk. Pertanda yang baik adalah
hilangnya apati, edema dan bertambahnya nafsu makan. Penyembuhan pada kwashiorkor
berlangsung lebih cepat. Efek jangka panjang dari malnutrisi pada masa kanak-kanak tidak diketahui.
Jika anak-anak diobati dengan tepat, sistem kekebalan dan hati akan sembuh sempurna. Tetapi pada
beberapa anak, penyerapan zat gizi di usus tetap mengalami gangguan. (1,2)
Beratnya gangguan mental yang dialami berhubungan dengan lamanya anak menderita malnutrisi,
beratnya malnutrisi dan usia anak pada saat menderita malnutrisi. Keterbelakangan mental yang
bersifat ringan bisa menetap sampai anak mencapai usia sekolah dan mungkin lebih. (1,2)
Definisi
Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak yang kekurangan kasih
sayang ibu” (1,2). Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan
oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi (2,3).
Dibedakan dengan Marasmus yang disebabkan oleh intake dengan kualitas yang normal namun
kurang dalam jumlah (3).
Etiologi
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung kronis. Faktor
yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas antara lain (5):
1. Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang.
Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung
protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein
dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein adri sumber-sumber
lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan (6). Kurangnya pengetahuan ibu
mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama
pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI (2).
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak
stabil (7), ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung
turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor (5).
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat
pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi
kebutuhan proteinnya (2).
4. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun
dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan
menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
Epidemiologi
Kasus ini sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas, dan tingkat
pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah di negara-negara miskin dan berkembang di
Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan. Di negara maju sepeti Amerika Serikat
kwashiorkor merupakan kasus yang langka (4).
Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan 8% balita menderita
gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-kwashiorkor) (5).
Gejala Klinis
Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi protein berat-Kwashiorkor, antara
lain (2,4):
* Gagal untuk menambah berat badan
* Pertumbuhan linear terhenti.
* Edema gerenal (muka sembab, punggung kaki, perut yang membuncit)
* Diare yang tidak membaik
* Dermatitis, perubahan pigmen kulit (deskuamasi dan vitiligo).
* Perubahan warna rambut menjadi kemerahan dan mudah dicabut.
* Penurunan masa otot
* Perubahan mental seperti lethargia, iritabilitas dan apatis dapat terjadi.
* Perubahan lain yang dapat terjadi adala perlemakan hati, gangguan fungsi ginjal, dan anemia.
* Pada keadaan berat/ akhir (final stages) dapat mengakibatkan shock, coma dan berakhir dengan
kematian (2,4).
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamesis
Keluhan yanga sering ditemukan adalah pertumbuhan anak yang kurang, seperti berat badan yang
kurang dibandingkan anak lain (yang sehat). Bisa juga didapatkan keluhan anak yang tidak mau
makan (anoreksia), anak tampak lemas serta menjadi lebih pendiam, dan sering menderita sakit
yang berulang (5).
2. Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai pada pemeriksaan fisik antara lain (5):
* Perubahan mental sampai apatis
* Edema (terutama pada muka, punggung kaki dan perut)
* Atrofi otot
* Ganguan sistem gastrointestinal
* Perubahan rambut (warna menjadi kemerahan dan mudah dicabut)
* Perubahan kulit (perubahan pigmentasi kulit)
* Pembesaran hati
* Tanda-tanda anemia
3. Pemeriksaan penunjang
Darah lengkap, urin lengkap, feses lengkap, protein serum (albumin, globulin), elektrolit serum,
transferin, feritin, profil lemak. Foto thorak, dan EKG (5).
Komplikasi
Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya sistem
imun (4). Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat dicapai
oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa kwashiorkor
yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ secara permanen (4).
Penatalaksanaan/ terapi
Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak. Keadaan shock
memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume darah dan mengkontrol tekanan
darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula sederhana, dan lemak.
Protein diberikan setelah semua sumber kalori lain telah dapat menberikan tambahan energi.
Vitamin dan mineral dapat juga diberikan (2,4,).
Dikarenan anak telah tidak mendapatkan makanan dalam jangka waktu yang lama, memberikan
makanan per oral dapat menimbulkan masalah, khususnya apabila pemberian makanan dengan
densitas kalori yang tinggi. Makanan harus diberikan secara bertahap/ perlahan. Banyak dari anak
penderita malnutrisi menjadi intoleran terhadap susu (lactose intolerance) dan diperlukan untuk
memberikan suplemen yang mengandung enzim lactase (4).
Penatalaksaan gizi buruk menurut standar pelayanan medis kesehatan anak – IDAI (ikatan dokter
anak Indonesia) :
Prognosis
Penanganan dini pada kasus-kasus kwashiorkor umumnya memberikan hasil yang baik. Penanganan
yang terlambat (late stages) mungkin dapat memperbaiki status kesehatan anak secara umum,
namun anak dapat mengalami gangguan fisik yang permanen dan gangguan intelektualnya. Kasus-
kasus kwashiorkor yang tidak dilakukan penanganan atau penanganannya yang terlambat,
akanmemberikan akibta yang fatal (4).
.:[Close]:.
 Home

Search

ASUHAN KEPERAWATAN

 Home
 Unik-Unik
 Kesehatan
 Askep KMB
 Askep Anak
 Maternitas
 Gawat Darurat
 Askep Lainnya
 Materi

Menu Lain

 PESAN 3 CD KEPERAWATAN DISINI


Terpopuler

 Kanker Payudara Kian Mengancam Kita


 Kehamilan Trimester 3
 Askep Kurang Energi Protein; KEP
 Askep Hernia Scrotalis
 Askep Fibroadenoma Mammae
 Asuhan Keperawatan Abses

Statistik

Askep Anak Kwashiorkor


02.11 No comments

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KWAHIORKOR

2.1 Konsep Dasar Kwashiorkor

Kwashiorkor ialah gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein ( Ratna Indrawati, 1994)

Kwashiorkor ialah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya yang biasa dijumpai pada
bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita). (Ngastiyah, 1995)

2.1.2 Etiologi

Selain oleh pengaruh negatif faktor sosio-ekonomi-budaya yang berperan terhadap kejadian
malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik,
malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih (sindrom nefrotik), infeksi menahun, luka
bakar, penyakit hati.

2.1.3 Patofisiologi

Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan karena

persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah
gangguan metabolik dan perubahan sel yang disebabkan edema dan perlemakan hati. Karena
kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai asam amino dalam serum yang
jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot, makin kurangnya asam
amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian
berakibat timbulnya odema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta liprotein,
sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak
dalam hati.

2.1.4 Gejala Klinis

2.2.4.1. Pertumbuhan terganggu (merupakan gejala terpenting). Selain berat badan badan juga
tinggi badan kurang di banding anak sehat.

2.2.4.2. Perubahan mental, biasanya pasien cengeng atau apatis.

2.2.4.3. Ditemukan odema ringan maupun berat.


2.2.4.4. terjadi gangguan gastrointestinal. Anorexia yang hebat hingga cara pemberian makannya
harus personde, diare dan muntah karena terjadinya intoleransi makanan.

2.2.4.5. Perubahan rambut, tampak kusam, kering, halus, jarang dan berubah warna.

2.2.4.6. Kulit mengalami perubahan yaitu hiperplementasi, bersisik, menunjukkan garis kulit yang
dalam dan lebar, kelainan khas pada Kwashiorkor ini di sebut “Crazzy Payment Dermatosis”.

2.2.4.7. Pembesaran hati karena adanya perlemakan hati.

2.2.4.8. Anemia juga selalu ditemukan.

2.2.4.9. Kelainan kimia darah: Kadar albumin serum rendah, kadar globulin normal atau sedikit lebih
tinggi, kadar kolesterol serum rendah.

2.2.4.10. Hampir semua organ mengalami perubahan seperti: degenerasi otot jantung, osteoporosis
tulang, dan sebagainya.

2.1.5 Penatalaksanaan

2.1.5.1 Prinsip pengobatan kwashiorkor adalah:

1. Memberikan makanan yang mengandung banyak protein bernilai biologi tinggi, tinggi kalori,
cukup cairan, vitamin dan mineral.

2. Makanan harus mudah dicerna dan diserap.

3. Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap makanan sangat rendah.

4. Penanganan terhadap penyakit penyerta.

5. Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi terhadap keluarga.
(A.H. Markum, 1991)

2.1.5.2 Pemberian terapi

1. Bila ada dehidrasi, atasi dahulu.

2. Perbaiki diit:

Formula harus mudah dicerna, murah, pekat kalori/protein: Modisco I, II, dan III memenuhi syarat-
syarat tertentu.

Bila ada intoleransi, mulailah dengan susu skim yang diencerkan (2,5-5-7,5) + glukosa 5%, disusul
dengan modisco ½. I, II, III.

3. Vitamin A 100.000-200.000 IU IM 1 kali.

Vitamin B komplek, C, A, D tetes per oral.

4. Bila perlu beri transfusi sel darah merah padat (‘PRC’) atau plasma.
5. Pengobatan penyakit penyerta/penyebab. Bila lemah, ada hipotermi, hipertensi dan gangguan
pembekuan darah ada kemungkinan infeksi kuman gram negatif serta endotoksemia. Resiko
meningkat bila disertai kekurangan vitamin A.

6. Terapi gentamicin 6-7,5 mg/kg perhari dibagi 2 kali Amikin 15 mg/kg/hari dibagi 2 kali.

7. Penyuluhan pada ibu disertai demonstrasi cara membuat modisco.

8. Kontrol di poliklinik anak.

(Ratna Indrawati, dkk, 1994).

2.1.6 Prognosa

Dengan pengobatan adekuat, diperlukan waktu 2-3 bulan untuk tercapainya berat badan yang idel.
Pertumbuhan fisis hanya terpaut sedikit dengan anak sebayanya. Namun perkembangan
intelektualnya akan mengalami keterlambatan yang menetap, khususnya kelainan mental dan
defisiensi persepsi.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak “R” Dengan Kwashiorkor

Langkah-langkah dalam proses keperawatan pada anak dengan kwasiorkor meliputi:

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sitemik untuk mengumpulkan data dan menganalisa sehingga dapat
diketahui kebutuhan pasien tersebut (pusdiknakes, 1989 hal 151). Langkah-langkah dalam
pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa dan sintesa data serta perumusan diagnosa
keperawatan. Pengumpulan data akan menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan dan
keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan pasien, sumber data
diperoleh dari pasien, keluarga, teman, team kesehatan lain, catatan pasien dan hasil pemeriksaan
laboratorium.

Metode pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi,
perkusi) wawancara ( yaitu berupa percakapan guna memperoleh data yang diperlukan), catatan
(berupa catatan klinik, dokumen yang baru maupun yang lama), literatur ( mencakup semua materi,
buku-buku, majalah dan surat kabar).

2.3.1.1 Anamnese

1. Identitas pasien, meliputi: nama, umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan saat pengkajian,
nama orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, umur orang tua, agama, jumlah saudara
kandung, jumlah anggota keluarga, alamat rumah (Depkes, 1989).
2. Riwayat penyakit sekarang,: kapan anak mulaimenampakan tanda-tanda penyakit kwashiorkor ini,
seperti mulai kapan kulit anak mengelupas, rambut berubah warna, tampak adema seluruh tubuh,
diare, dan bagaimana nafsu makan anak.

3. Riwayat kesehatan, meliputi: riwayat pre natal selama masa hamil, riwayat natal, keadan saat
persalinan, dengan menolong persalinan, berat badan, dan panjang badan saat lahir, keadaan
setelah lahir, riwayat neonatal, riwayat imunisasi, dan riwayat tumbang.

4. Riwayat penyakit dahulu, apakah anak menderita penyakit sampai diopname, penyakit apa dan
berapa lama dirawat serta bagaimana pengobatannya.

5. Riwayat keluarga, apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien, atau menderita penyakit seperti asma, TBC, jantung, DM.

6. Pola-pola fungsi kesehatan meliputi;

Pola nutrisi : Bagaimana pola makan sehari-hari anak, jenis makanan yang dikonsumsi, dan
bagaimana nafsu makan.

Pola Eliminasi : Bagaimana aktivitas eliminasi alvi dan miksi sehari-hari, apakah ada keluhan, adakah
diare, berapa lama.

Pola aktivitas : Kebiasaan aktivitas kegiatan yang dilakukan sehari-hari, apakah ada gangguan
aktivitas setelah sakit.

Pola istirahat dan tidur: berapa lama anak biasa tidur, apakah ada gangguan atau tidak.

2.3.1.2 Pengkajian fisik

1. Keadaan umum yang meliputi: kesadaran Composmentis, lemah, rewel, kebersihan kurang, berat
badan, tinggi badan, nadi, suhu, dan pernapasan.

2. Kepala : lingkar kepala, warna rambut, UUB sudah menutup atau belum

3. Muka : sembab karena odema, tampak moonface

Mata : apakah ada ikterus, anemi ataupun infeksi pada mata

Telinga : apakah ada tanda-tanda infeksi

Hidung : apakah ada sekret, bagaimana pernapasannya,

terpasang sonde

Mulut : Stomatitis, lesi, mukosa bibir, gigi tumbuh

4. Tenggorokan : apakah ada tanda pembesaran tonsil, tanda-tanda peradangan.

5. Leher : apakah ada pembesaran kelenjar tyroid, kaku kuduk, pembesaran kelenjar limfe.

6. Torax : apakah ada lingkar dada, adakah tarikan dinding dada, wheezing, ronchi.
7. Abdomen : apakah ada meteorismus, acites, bising usus, apakah ada pembesaran hepar.

8. Extremitas : Atas : Linkar lengan atas, akral hangat, odema

Bawah : Odema,

9. Kulit : adakah Crazy pavement dermatosis, keadaan turgor kulit, odema

2.3.1.3 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan darah

Pada pemeriksaan darah meliputi albumin, globulin, protein total, elektrolit serum, biakan darah.

2. Pemeriksaan urine

Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap dan kulture urine

3. Uji faal hati

4. EKG

5. X foto paru

6. Konsul THT : adanya otitis media

(Ratna Indrawti, 1994).

Setelah dilakukan pengkajian, kemudian data dikelompokan yang meliputi data subyektif dan
obyektif. Selanjutnya data dianalisa dengan mengkaitkan, menghubungkan data yang diperoleh
dengan konsep, teori, prinsip yang relevan untuk mengetahui masalah kesehatan pasien.
Selanjutnya diidentifikasi sesuai dengan prioritas masalah-masalah yang mengancam jiwa, merusak
sistem jaringan maupun merusak fungsi organ.

2.2.2 Analisa dan Sintesa Data

Analisa data merupakan proses intelektual dengan meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi,
mengklasifikasi, mengelompokan, mengaitkan data, menentukan kesenjangan informasi, melihat
pola data, membanding-kan dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya membuat kesimpulan.
Hasil analisa data adalah pernyataan masalah keperawatan atau dengan disebut sebagai diagnosa
keperawatan.
Tabel 2.3.2. Analisa dan Sintesa Data

No Pengelompokan Data Kemungkinan Penyebab Masalah

1.

• Adanya tanda-tanda kwashiorkor:

- Odema sampai anasarka.

- Pertumbuhan BB dan PB terhambat.

- Moonface.

- Diare.

- Muntah.

- Crazy pavement dematosis.

• Keadaan anak lemah.

• Keadaan anak lemah.


- Albumin, globulin dan protein total. Lebih rendah dari normal.

- Anemia biasanya ditemukan

Kekurangan protein.

Gangguan Gastrointestinal

anorexia

Gangguan pemenuhan nutrisi

Gangguan pemenuhan nutrisi.


2.

• Terjadi muntah saat anak diberi makanan.

• Terjadi diare.

• Tampak tanda-tanda dehidrasi : UUB Cekung turgor kulit kurang, bibir kering.

• Anak tampak lemah.

• Anak sudah tidak mau makan beberapa hari

• sebelum MRS.

• Adanya odema .

Kekurangan protein.

Gangguan

Intoleransi terhadap makanan dan susu.

Muntah dan diare.

Potensial terjadinya kekurangan volume cairan.


3.

• Adanya keluhan lain selain keluhan penyakit utama.

• Sesak, batuk

• Adanya stomatitis

Kekurangan protein.

Daya tahan tubuh turun.

Komplikasi.

Potensial terjadinya Komplikasi.

4.

• Terdapat crazy pavement dermatosis.

• Kulit mengelupas.

• Odema

Kekurangan protein.

Asam amino esensial berkurang.

Berkurangnya pembentukan albumin oleh hepar.

Odema extremitas sampai anasarka.

Crazy pavement dermatosis

Integritas kulit terganggu.


Gangguan integritas kulit s.d odema.

5.

• Keluarga sering bertanya tentang penyakit anaknya, dan perawatannya.

Keterbatasan pengetahuan orang tua.

Sering bertanya.

Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit anak.

(Ngastiyah, 1997 ).
2.2.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang masalah pasien/klien
serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan.
(Pusdiknakes. 1989)

Diagnosa yang sering muncul pada pasien dengan Kwashiorkor:

1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. (Ngastiyah, 1997 ).

2. Resiko terjadinya kekurangan volume cairan s/d diare, muntah, tidak adekuatnya masukan
makanan dan cairan. (Marilan E. Doenges, 1999)

3. Resiko terjadinya komplikasi s/d daya tahan tubuh rendah. (Ngastiyah, 1997)

4. Gangguan integritas kulit s/d gangguan nutrisi, dan odema. (Marilan E Doenges, 1999)

5. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan nutrisi. (Marilan E Doenges,
1999)

2.2.4 Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan : penentuan apa yang akan dilakukan untuk membantu klien memenuhi
kebutuhan kesehatannya dan mengatasi masalah keperawatan yang telah
ditentukan.(Pusdiknakes,1985).

Rencana ini disusun dengan melibatkan klien secara maksimal dan dengan petugas lain yang
melayani pasien/klien. Unsur tahap pelayanan ada 4, yaitu: memprioritaskan masalah, perumusan
tujuan, penentuan tindakan keperawatan dan penentuan kriteria evaluasi.

Adapun perencanaan tindakan sesuai diagnosa keperawatan yang sering timbul pada pasien dengan
kwashiorkor adalah sebagai berikut:

2.2.4.1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

Tujuan:

Kebutuhan nutrisi. terpenuhi

Kriteria hasil:

- Berat badan sesuai dengan umur.

- Nafsu makan kembali normal.

- Tanda-tanda kwashiorkor berkurang/hilang.

Rencana:
1. Kaji faktor penyebab gangguan kebutuhan gizi.

Rasional : Menentukan penatalaksanaan dari penyakit.

2. Berikan makanan bertahap dan formula mudahdicerna, pekat protein.

Rasioanl : Karena intoleransi terhadap makanan dan susu maka harus diberikan secara bertahap.

3. Berikan Modisco ½, 1, atau 2, atau 3 sesuai kebutuhan

Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan akan kalori, protein, lemak dan karbohidrat.

4. Observasi berat badan setiap hari.

Rasional : Deteksi pertumbuhan dan perkembangan anak.

5. Berikan vitamin A 1x 100.000 IU IM dan vitamin BC + C 3x1 tablet oral.

Rasional : Vitamin tersebut diperlukan untuk berbagai enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan
makanan dan membantu penyerapan makanan.

2.2.4.2. Resiko terjadinya kekurangan volume cairan s/d diare, muntah, tidak adekuatnya masukan
makanan dan cairan.

Tujuan :

Mempertahankan keseimbangan elektrolit dan volume cairan.

Kriteria hasil:

- Pasien tidak diare.

- Muntah teratasi.

- Tanda-tanda dehidrasi tidak nampak.

- Turgor kulit baik.

Rencana :

1. Observasi tanda-tanda vital.

Rasional : Deteksi dini adanya tanda-tanda kelainan.

2. Kaji status hidrasi (turgor kulit).

Rasional : Untuk mengetahui dehidrasi dilihat dari buruknya turgor dan kekeringan kulit.

3. Observasi jumlah dan tipe masukan cairan.

Rasional : Mengetahui asupan cairan yang masuk dan keluar sehingga dehidrasi teratasi.

4. Observasi diare.
Rasional : Bila diare masih terus berlangsung dapat diberikan obat untuk diare.

5. Atur pola diit untuk mengatasi muntah dengan cara makan sedikit-sedikit tapi sering, bila masih
muntah, pasang sonde.

Rasional : Pada anak terjadi toleransi terhadap makanan yang rendah maka pemberian makananya
harus bertahap.

2.2.4.3. Resiko terjadinya komplikasi s/d daya tahan tubuh turun

Tujuan :

Tidak terjadi komplikasi.

Kriteria Hasil :

- Kebutuhan nutrisi anak terpenuhi sehingga meningkatkan daya tahan tubuh.

- Anak dalam keadaan baik.

Rencana :

1. Ajarkan pada keluarga cara menjaga kebersihan mulut dan kulit.

Rasional : Mencegah terjadinya noma dan decubitus.

2. Awasi pemberian diit bila perlu pasang sonde.

Rasional : Kecukupan kalori dan protein terpenuhi dan meningkatkan daya tahan tubuh.

3. Observasi tanda-tanda vital.

Rasional : Deteksi dini adanya kelainan.

2.2.4.4. Gangguan integritas kulit s/d gangguan nutrisi, odema, dehidrasi.

Tujuan:

Integritas kulit kembali normal.

Kriteria hasil:

- Gatal hilang/berkurang.

- Kulit kembali halus, kenyal dan utuh.

Rencana:

1. Anjurkan pada keluarga tentang pentingnya merubah posisi sesering mungkin.

Rasional : Mencegah ulcus decubitus.

2. Anjurkan keluarga lebih sering mengganti pakaian anak bila basah atau kotor dan kulit anak tetap
kering.
Rasional : Mencegah iritasi kulit dan mengurangi gatal.

3. Kolaborasi dengan dokter kulit untuk pengobatan lebih lanjut.

Rasional : Tindakan interdependent bidan/perawat dengan dokter.

2.2.4.5. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosi dan kebutuhan nutrisi.

Tujuan:

Pengetahuan keluarga bertambah.

Kriteria hasil:

- Keluarga mengerti dan memahami isi penyuluhan.

- Dapat mengulangi isi penyuluhan.

- Mampu menerapkan isi penyuluhan di rumah sakit dan nanti sampai di rumah.

Rencana:

1. Tentukan tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar.

Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kebenaran informasi yang di dapat dan
kesiapan untuk belajar.

2. Jelaskan tentang:

- Nama penyakit anak.

- Penyebab penyakit.

- Akibat yang ditimbulkan.

- Pengobatan yang dilakukan.

Rasional : Keluarga mengerti dan memahami penyakit anak dan menambah pengetahuan keluarga.

3. Jelaskan tentang:

- Pengertian nutrisi dan pentingnya.

- Pola makan yang betul untuk anak sesuai umurnya.

- Bahan makanan yang banyak mengandung vitamin terutama banyak mengandung protein.

Rasional : Keluarga mengerti dan memahami serta menambah pengetahuan tentang nutrisi.

4. Beri kesempatan keluarga untuk mengulangi isi penyuluhan.

Rasional :Mengetahui sejauh mana isi penyuluhan dipahami oleh keluarga.

5. Anjurkan keluarga untuk membawa anak kontrol di poli gizi setelah pulang dari rumah sakit.
Rasional : Pemantauan tumbuh kembang anak selanjutnya

2.2.5 Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan atau tindakan yang diberikan kepada pasien/klien,
yang meliputi pelaksanaan rencana pelayanan keperawatan. (Pusdiknakes, 1985).

Pada kasus kwashiorkor ini pelaksanaan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana.

2.2.6 Evaluasi.

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data obyektif dan subyektif
yang akan menunjukan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum, masalah
apa yang sudah dipecahkan dan apa yang perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai
kembali. Evaluasi yang diharapkan dari kasus ini adalah:

2.3.6.1 Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

2.3.6.2 Diare dan muntah teratasi serta adekuatnya masukan makanan dan cairan sehingga tidak
terjadi kekurangan volume cairan tubuh.

2.3.6.3 Kulit kembali halus dan utuh serta terbebas dari kerusakan integrasi kulit.

2.3.6.4 Pengetahuan keluarga bertambah tentang kebutuhan nutrisi

2.3.6.5 Tubuh tidak terjadi komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ester Monica dkk, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 3, Jakarta EGC

Kariasa I Made dkk, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Edisi Ke 3, Jakarta, EGC.

Depkes RI, 1993, Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga, Jakarta , Depkes RI.

FKUI., 1995, Ilmu Kesehatan Anak Edisi I, Jakarta, Info Media.

Markum AH 1991, Ilmu Kesehatan Anak Jilid I, Jakarta, FKUI.


Matondang Corry, S, 2000, Diagnosis Fisik Pada Anak Edisi Ke II, Jakarta PT. Sagung Seto.

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC.

Pudiknakes, 1989, Dasar-Dasar Keperawatan Edisi I, Jakarta Pusdiknakes.

RSUD Dr. Soetomo, 1994, Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Lab. / UPF Ilmu kesehatan anak Surabaya
FK Unair.

Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta, EGC.

Artikel Terkait:
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Poskan Komentar

Jangan Lupa Tulis Komentarnya Gan:

Sponsor
Pengikut

Arsip

 ► 2012 (770)

 ▼ 2011 (2476)
o ► 25 Desember - 1 Januari (336)
o ► 18 Desember - 25 Desember (62)
o ► 11 Desember - 18 Desember (70)
o ► 4 Desember - 11 Desember (77)
o ► 27 November - 4 Desember (40)
o ► 20 November - 27 November (67)
o ► 13 November - 20 November (198)
o ► 6 November - 13 November (187)
o ► 30 Oktober - 6 November (340)
o ► 23 Oktober - 30 Oktober (32)
o ► 16 Oktober - 23 Oktober (109)
o ► 9 Oktober - 16 Oktober (80)
o ► 24 Juli - 31 Juli (1)
o ► 22 Mei - 29 Mei (22)
o ► 15 Mei - 22 Mei (61)
o ► 10 April - 17 April (77)
o ► 20 Maret - 27 Maret (9)
o ► 13 Maret - 20 Maret (29)
o ► 6 Maret - 13 Maret (20)
o ► 27 Februari - 6 Maret (19)
o ▼ 20 Februari - 27 Februari (5)
 Askep Anak Tuberkulosis Paru
 Askep Acute Lymphoblastic Leukemia Anak Usia Pra S...
 Askep Neonatus Dengan Hypoglikemi Simptomatis
 Askep Anak Kwashiorkor
 Askep Anak Ikterus
o ► 13 Februari - 20 Februari (10)
o ► 6 Februari - 13 Februari (102)
o ► 30 Januari - 6 Februari (124)
o ► 23 Januari - 30 Januari (60)
o ► 16 Januari - 23 Januari (125)
o ► 9 Januari - 16 Januari (144)
o ► 2 Januari - 9 Januari (70)

 ► 2010 (142)

 ► 2009 (10)

Daftar

On The Spot
Cara Membaca Pikiran Pasangan

ozan's blog

Download Once Upon A Time In Seoul (2008)

ASUHAN KEPERAWATAN

Kanker Payudara Kian Mengancam Kita

Free Blogger Templates

Jacksonville theme blogger

 Movie and Software Review

Software Nero BackItUp dan Burn 1.2.17 Free Download

Driver Software

Network LookOut Administrator Professional v3.4.1 Software

Health Family And Fitness

Childhood Obesity - Family Dance Off Fundraiser Event

Driver Freeware

Printer Canon Series

Perawat Kita

Fisiologi Kehamilan

Kumpulan Asuhan Keperawatan

Kelainan Menstruasi

Suster - Suster Boy Blog's

Childbirth Education Prenatal Class

Askep

DISLOKASI & SUBLUKSASI

Rohimin Blog's

Asuhan Keperawatan HIV - AIDS

Keperawatan

Efusi Pleura

Nursing Academy

Askep Pada Pasien Limfoma Non Hodgkin

Askep Anak

UPAYA-UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENGATASI KESULITAN

Askep Jiwa

Asuhan Keperawatan Diare


Askep Maternitas, Jiwa, Anak, Medikal Bedah dll

Asuhan Keperawatan Pasien Gagal Nafas

Ujang Blog's

Asuhan Keperawatan Aritmia Jantung

Nurs Blog

Asuhan Keperawatan Pasien Gagal Nafas

Askep ICU dan KGD

Asuhan Keperawatan Angina Pektoris

Perawat Online

Imunisasi

Blog Zulfi

Asuhan Keperawatan Fraktur Cervicalis

Asuhan Keperawatan

Batu Empedu

Laporan Perawat

Asuhan Keperawatan Hepatitis


Blog's Eddie

Hiperemesis Gravidarum

Mantri - Suster

Asuhan Keperawatan KLIEN dengan ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome) Pre
Acut / Post Acut Care

Perawat NgeBlog's

Askep Cholelithiasis; Batu Empedu

Ozan's Blog

Asuhan Keperawatan Basalioma Nasolabial Sinistra

Unik-unik

10 Air Terjun Terindah di Dunia

Learning by doing

Dynamic Views for Readers - Solusi Akses Blog dengan Koneksi Lemot

Free Download Movies

Armored 2009

Kumpulan Skripsi Lengkap Gratis

Membaca Ulang Konsep Perwalian Dalam Perspektif Mohammed Arkoun (Agama Islam)

Campuran dan Kumpulan Blog

Aneh Bin Ajaib, Padi Tak Tersentuh Lahar

Daftar blog

BLI Tak Salahkan Persipura

Jus Blog

Helikopter Berukuran Kotak Rokok

 asuhan keperawatan (askep) pada klien dengan penyakit:dalam


,bedah,anak,kebidanan,gawat darurat,icu,medical bedah dll
 adidas | adidas indonesia | bola | sepatu | futsal | kaos | sandal | diskon - Adidas
Indonesia Store
 kumpulanaskep.com Kumpulan Asuhan Keperawatan dan Materi Keperawatan

Kumpulan Skripsi Lengkap

Copyright © 2011 ASUHAN KEPERAWATAN | Powered by Kumpulan Askep

Design by www.kumpulanaskep.com

- Sabtu, 14 November 2009


DEFINISI
Kwashiorkor merupakan suatu istilah untuk menyebutkan gangguan gizi akibat kekurangan
protein. Kwashiorkor berasal dari bahasa salah satu suku di Afrika yang berarti "kekurangan
kasih sayang ibu". Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang
disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau
tinggi. Tanda yang khas adalah adanya edema (bengkak) pada seluruh tubuh sehingga tampak
gemuk, wajah anak membulat dan sembab (moon face) terutama pada bagian wajah, bengkak
terutama pada punggung kaki dan bila ditekan akan meninggalkan bekas seperti lubang, otot
mengecil dan menyebabkan lengan atas kurus sehingga ukuran LIngkar Lengan Atas LILA-
nya kurang dari 14 cm, timbulnya ruam berwarna merah muda yang meluas dan berubah
warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas, tidak bernafsu makan atau kurang,
rambutnya menipis berwarna merah seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa
menimbulkan rasa sakit, sering disertai infeksi, anemia dan diare, anak menjadi rewel dan
apatis perut yang membesar juga sering ditemukan akibat dari timbunan cairan pada rongga
perut salah salah gejala kemungkinan menderita "busung lapar".

ETIOLOGI
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung kronis.
Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas antara lain : Protein (dan asam amino)
adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake
makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein/ asam
amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI
yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dAri sumber-sumber
lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu
mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor,
terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI. Hidup di negara dengan
tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun
adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung turun-turun
dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor. Kemiskinan keluarga/
penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada
keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi
kebutuhan proteinnya. Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan
infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP,
walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi. Selain oleh
pengaruh negatif faktor sosio-ekonomi-budaya yang berperan terhadap kejadian malnutrisi
umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik,
malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih (sindrom nefrotik), infeksi
menahun, luka bakar, penyakit hati.

PATOFISIOLOGI
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang
mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang disebabkan edema dan
perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai
asam amino dalam serum yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke
jaringan otot, makin kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya
produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya odema. Perlemakan hati
terjadi karena gangguan pembentukan beta liprotein, sehingga transport lemak dari hati ke
depot terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.
EPIDEMIOLOGI
Kasus ini sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas, dan tingkat
pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah di negara-negara miskin dan
berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan. Di negara maju
sepeti Amerika Serikat kwashiorkor merupakan kasus yang langka. Berdasarkan SUSENAS
(2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan 8% balita menderita gizi buruk
(marasmus, kwashiorkor, marasmus-kwashiorkor). GEJALA KLINIS Tanda atau gejala yang
dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi protein berat Kwashiorkor, antara lain : - Gagal
untuk menambah berat badan. - Pertumbuhan linear terhenti. - Edema gerenal (muka sembab,
punggung kaki, perut yang membuncit). - Diare yang tidak membaik. - perubahan pigmen
kulit (deskuamasi dan vitiligo). - Perubahan warna rambut menjadi kemerahan dan mudah
dicabut. - Penurunan masa otot. - Perubahan mental seperti lethargia, iritabilitas dan apatis
dapat terjadi. - Perubahan lain yang dapat terjadi adala perlemakan hati, gangguan fungsi
ginjal, dan anemia. - Pada keadaan berat/ akhir (final stages) dapat mengakibatkan shock,
coma dan berakhir dengan kematian.

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. 1.
Anamesis Keluhan yanga sering ditemukan adalah pertumbuhan anak yang kurang, seperti
berat badan yang kurang dibandingkan anak lain (yang sehat). Bisa juga didapatkan keluhan
anak yang tidak mau makan (anoreksia), anak tampak lemas serta menjadi lebih pendiam,
dan sering menderita sakit yang berulang. 2. Pemeriksaan Fisik Yang dapat dijumpai pada
pemeriksaan fisik antara lain : - Perubahan mental sampai apatis - Edema (terutama pada
muka, punggung kaki dan perut) - Atrofi otot - Ganguan sistem gastrointestinal - Perubahan
rambut (warna menjadi kemerahan dan mudah dicabut) - Perubahan kulit (perubahan
pigmentasi kulit) - Pembesaran hati - Tanda-tanda anemia 3. Pemeriksaan penunjang Darah
lengkap, urin lengkap, feses lengkap, protein serum (albumin, globulin), elektrolit serum,
transferin, feritin, profil lemak. Foto thorak, dan EKG. KOMPLIKASI Anak dengan
kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya sistem imun.
Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat dicapai oleh
anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa kwashiorkor
yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ secara
permanen.

PENATALAKSANAAN/ TERAPI
Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak. Keadaan
shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume darah dan
mengkontrol tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula
sederhana, dan lemak. Protein diberikan setelah semua sumber kalori lain telah dapat
menberikan tambahan energi. Vitamin dan mineral dapat juga diberikan. Dikarenan anak
telah tidak mendapatkan makanan dalam jangka waktu yang lama, memberikan makanan per
oral dapat menimbulkan masalah, khususnya apabila pemberian makanan dengan densitas
kalori yang tinggi. Makanan harus diberikan secara bertahap/ perlahan. Banyak dari anak
penderita malnutrisi menjadi intoleran terhadap susu (lactose intolerance) dan diperlukan
untuk memberikan suplemen yang mengandung enzim lactase. Penatalaksaan gizi buruk
menurut standar pelayanan medis kesehatan anak – IDAI (ikatan dokter anak Indonesia)
adalah dengan penanganan dini pada kasus-kasus kwashiorkor umumnya memberikan hasil
yang baik. Penanganan yang terlambat (late stages) mungkin dapat memperbaiki status
kesehatan anak secara umum, namun anak dapat mengalami gangguan fisik yang permanen
dan gangguan intelektualnya. Kasus-kasus kwashiorkor yang tidak dilakukan penanganan
atau penanganannya yang terlambat, akanmemberikan akibat yang fatal.

KWASHIORKOR

I. DEFINISI
Kwashiorkor berarti “anak terlantar” yaitu anak yang tidak lagi disusui.
• Kwashiorkor adalah defisiensi protein dengan ketidak adekuatan masukan kalori.
• Kwashiorkor adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein baik dari segi
kualitas dan kuantitas.
• Kwashiorkor adalah suatu sindroma klinik yang timbul akibat adanya kekurangan protein yang
parah dan pemasukan kalori yang kurang dari yang dibutuhkan.
Kwashiorkor paling seringnya pada usia antara 1 – 4 tahun, namun dapat pula terjadi pada bayi.
Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang dewasa adalah sebagai komplikasi dari parasit atau
infeksi lain.
Banyak hal yang menjadi penyebab kwashiorkor, namun faktor paling mayor adalah menyusui, yaitu
ketika ASI digantikan asupan yang tidak adekuat atau tidak seimbang. Setelah usia 1 tahun atau
lebih, kwashiorkor dapat muncul bahkan ketika kekurangan bahan pangan bukanlah menjadi
masalahnya, tetapi kebiasaan adaptasi atau ketidaktahuan (kekurangan edukasi) yang menyebabkan
penyimpangan keseimbangan nutrisi yang baik.
Penyakit ini banyak terjadi pada anak dari golongan penduduk yang berpanghasilan rendah. Ini
dapat dimengerti karena protein yang bermutu baik, terutama pada bahan makanan yang berasal
dari hewan seperti protein, susu, keju, telur, daging dan ikan. Bahan makanan tersebut cukup mahal,
sehingga tidak terjangkau oleh mereka yang berpenghasilan rendah.
Akan tetapi faktor ekonomi bukan merupakan satu-satunya penyebab penyakit ini.
Ada berbagai protein nabati yang bernilai cukup baik, misalnya kacang kedelai, kacang hijau dan
sebagainya, akan tetapi karena tidak diketahui dan tidak disadari, bahan makanan tersebut tidak
digunakan sebagaimana mestinya. Pengetahuan yang kurang tentang nilai bahan makanan, cara
pemeliharaan anak, disamping merupakan faktor tambahan dari timbulnya penyakit kwashiorkor.
Keadaan hygiene yang buruk, sehingga mereka mudah dihinggapi infeksi dan timbulnya diare,
mempercepat keadaan ini.

II. ETIOLOGI
I. Kurangnya masukan protein.
II. Diare anak.
III. Malabsorpsi protein.
IV. Infeksi.
V. Luka bakar/ Pendarahan.
VI. Kegagalan melakukan sintetis protein.
VII. Proteinuria.
VIII. Faktor sosial, ekonomi, budaya.

III. PATOFISIOLOGI
Pada kwashiorkor yang klasik, terjadi edema dan perlemakan hati yang disebabkan gangguan
metabolik dan perubahan sel. Kelainan ini merupakan gejala yang menyolok. Pada penderita
defisiensi protein, tidak terjadi metabolisme jaringan yang berlebihan, karena persediaan energi
dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang cukup dalam dietnya. Namun, kekurangan dalam dietnya
akan menimbulkan kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan oleh untuk sintetis.
Oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan
sebagian asam amino dalam seru yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot.
Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebabnya kurang pembentukan albumin
oleh hepar, sehingga kemudian timbul edama.
Perlemakan hati disebabkan gangguan pembentukan lipoprotein beta hingga transportasi lemak dari
hati kedepot lemak juga terganggu dan akibatnya terjadi akumulasi lemak dalam hepar.

IV. MANIFESTASI KLINIS


Manifestasi lanjut yang berkembang dapat berupa pertumbuhan yang tidak memadai, kurangnya
stamina, hilangnya jaringan otot, menjadi lebih banyak peka terhadap serangan infeksi dan edema.
Napsu makan berkurang jaringan bawah kulit mengendor dan lembek serta ketegangan otot
menghilang.
Pembesaran hati dapat terjadi secara dini atau kalau sudah lanjut, infiltrasi lemak lazim ditemukan.
Edema biasanya terjadi secara dini, kegagalan mencapai penambahan BB ini dapat terselubungi oleh
edema yang terjadi, yang kerap kali telah terdapat pada organ-organ dalam, sebelum ia dapat
terlihat pada muka dan anggota gerak.
1. Wujud Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, atropi pada ekstremitas, adanya edema
pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada tanda moonface dari akibat terjadinya edema.
Pada tahap lanjut anak menjadi apatis, sopor, atau koma.

2. Redardasi Pertumbuhan
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu, selain berat badan, tinggi badan juga kurang
dibanding dengan anak sehat. Penurunan BB ini tidak mencolok atau mungkin tersamar bila dijumpai
edama anasarka.
3. Perubahan Mental
Biasanya penderita cengeng, hilang napsu makan dan rewel. Pada stadium lanjut biasa terjadi apatis.
Kesadarannya juga menurun, dan anak menjadi pasif.
4. Edema
Pada sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat ringan ataupun berat. Edema
ini muncul dini, pertama kali terjadi pada alat vital, kemudian muka, lengan, tungkai, rongga tubuh,
dan pada stadium lanjut mungkin diseluruh tubuh ( edema anasarka )
5. Kelainan Rambut
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (textur), maupun warnanya. Sangat
khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah tercabut tanpa rasa sakit. Pada
penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna
menjadi putih. Pada anak-anak yang berambut gelap dapat terlihat jalur-jalur rambut yang berwarna
merah atau abu-abu. Sering bulu mata menjadi panjang.
6. Kelainan Kulit
Kulit penderita biasanya kering dan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam dan lebar.
Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada sebagian besar penderita ditemukan
perubahan kulit yang khas untuk penyakit kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang
merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh
yang serng mendapat tekanan. Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan disertai kelembaban
oleh keringat, seperti pada bokong, fosa poplitea, lutut, paha, lipat paha, dan sebagainya. Perubahan
kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan
berpadu untuk menjadi hitam. Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang
baik mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh hiperpigmentasi. Dermatitis juga
lazim ditemukan, penggelapan kulit terjadi pada tempat-tempat yang mengalami iritasi, namun tidak
pada daerah-daerah yang terkena sinar matahari.
7. Kelainan Gigi dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan deklasifikasi, osteoporosis, dan hambatan
pertumbuhan, jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan tipis dan
lembek. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
8. Kelainan Hati
Pada biobsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang hampir semua sela hati
mengandung vakuol lemak kasar. Sering juga tanda, nekrosisi, dan infiltrasi sel mononukleus.
Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor liprotopik.
9. Kelainan Darah dan Sum-sum Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai penyakit lain, terutama
infestasi parasit (ankilostomiasis, amobiasi) maka dapat dijumpaI anemia berat. Anemia juga terjadi
disebabkan kurangnya nutrient yang penting untuk pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B
komplek (B12, Folat, B6). Kelainan dari pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sum-sum
tulang disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga dapat
menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi defek imunitas
selular dan gangguan sistem komplimen.
10. Kelainan Pankreas dan Kelenjar lain
Di Pankreas dan kebanyak kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan usus halus terjadi
perlemakan.
11. Kelainan Jantung
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan hipokalemi dan
hipernatremia.
12. Kelainan Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-kadang demikian
hebatnya, sehingga pemberian makanan ditolak dan makanan hanya dapat diberikan sonde
lambung. Diare terdapat pada sebagian besar penderita.
Hal ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu :
Berupa infeksi atau infeksi usus.
Intoleransi laktosa, yang disebabkan defisiensi laktase.
Malabsorpsi lemak, yang terjadi akibat defisiensi garam empedu, konjugasi hati, defisiensi lipase
pankreas, dan atrofi filli mukosa usus halus.
13. Jaringan Otot
Otot-ototnya tampak lemah dan atrofi, tetapi sesekali dapat ditemukan lemak dibawah kulit yang
berlebihan.
14. Anak mudah terjangkit infeksi akibat defisiensi imunologik, penyakit campak pada anak
kwashiorkor dapat menjadi serius dan berakibat fatal. Penyakit ini sering bernanifestasi sebagai
diare, bronkopneumonia, faringotonsilitis, atau tuberculosis
15. Penyakit kwashiorkor sering disertai oleh defisiensi vitamin A, riboflamin (stomatitis angularis),
anemia defisiensi besi,dan anemia megaloblastik

V. PENYAKIT PENYERTA KWASHIORKOR


I. Defisiensi vitamin A
II. Tuberculosis paru
III. Broncho Pneumonia
IV. Askariasis

VI. KOMPLIKASI KWASHIORKOR


1. Diare
2. Anemia
3. Gangguan tumbuh kembang
4. Hipokalemia
5. Hipernatremia
6. Shock
7. Koma
8. Cacat

VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS


1. Pemeriksaan Fisik
2. Inspeksi : Dapat kita lihat fisik penderita secara umum seperti yang telah dijelaskan diatas antara
lain edema dan kurus, pucat, moonface, kelainan kulit misalnya hiperpikmentasi.
3. Palpasi : Ditemukan Heoatomegali
4. Uji Toleransi Glukosa
5. Pemeriksaan air kemih
6. Biopsi Hati
7. Pemeriksaan creatinin, nitrogen, albumin, elektrolit, Hb, Mt
8. Pemeriksaan Tinja

VIII. DATA LABORATORIK


1. Penurunan konsentrasi albumin dalam serum
2. Keton uria
3. Kadar glukosa daerah rendah
4. Kreatinin menurun
5. Kadar asam amino esensial dalam plasma menurun
6. Kurangnya kalium dan magnesium
7. Kadar kolesterol serum rendah
8. Kadar amylase, esterase, kolinasterase, transaminase, lipase dan alkali fostase menurun
9. Anemia
IX. DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding untuk sindroma kwashiorkor, antara lain adalah :
1. Defisiensi asam lemak bebas dan karboksilase multiple
2. Sindroma imuno defisiensi
3. Histiositosis sel langerhans

X. KOMPLIKASI
1. Shock
2. Koma
3. Cacat permanent

XI. PENATALAKSANAAN
1. Diet tinggi kalori, protein, cairan, vitamin dan mineral.
2. Makanan yang dihidangkan dalam bentuk mudah dicerna dan diserap.
3. Memberikan makanan secara bertahap.
4. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
5. Penanganan diare.
6. Pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi untuk keluarga.

XII. PENGOBATAN
1. Dietik
Makanan TKTP : 1 setengah x kebutuhan normal
Kebutuhan normal : 0 – 3 tahun 150 – 175 kal/kg/hari, diberikan bertahap
Minggu I : Fase stabilitasi ( 75 % - 80 % kebutuhan normal)
Protein : 1 – 15 gram/kg/BB/hari
Minggu II : Fase transisi (150 % dari kebutuhan normal) Protein 2 – 3 gram/kgBB/hari
Minggu III : Fase rehabilitasi (150 – 200% kebutuhan normal)
Protein : 4 – 6 gram/kgBB/hari

2. Penambahan suplementasi Vitamin


Vitamin A => 1 Tahun : 200.000 SI (1 kali dalam 6 bulan)
Vitamin D + B kompleks + C

3. Mineral
Jumlah cairan : 130 – 200 ml/kg/BB/hari (per oral / NGT)
Kalau edema dikurangi
Porseikecil tapi sering

XIII. PROGNOSIS
Penanganan yang cepat dan tepat pada kasus khusus gizi seperti kwashiorkor, umumnya dapat
memberikan prognosis yang cukup baik. Penanganan pada stadium yang lanjut, walaupun dapat
meningkatkan kesehatan anaksecaran umum, namun ada kemungkinannya untuk memperoleh
gangguan fisik permanent dan gangguan intelektual. Sedangkan bila penanganannya terlambat atau
tidak memperoleh penanganan sama sekali, dapat berakibat fatal.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Aktifitas
Tanda : Penurunan otot, ekstermitas kusus, otot flaksid, penurunan toleransi aktifitas, jaringan sub
kutan tipis dan lembek, cengeng.
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardia, bradikardia.
Diaforosis, sianosis.

3. Eliminasi
Gejala : Diare atau konstipasi : flatulen berkenaan dengan masukan makanan
Tanda : Distensi abdomen, ansites, nyeri tekan, fases encer, berlemak atau warna seperti tanah liat
4. Makanan / cairan
Gejala :
- Penurunan berat badan, tinggi badan
- Masalah menelan mengunyah, tersedak atau produksi saliva
- Anorexia, mual, muntah, ketidak adekuatan masukan oral
- Pemberian ASI ( lamanya
Tanda :
- Penyimpangan berat badan aktual mungkin terjadi karena terjadinya edema, asites, organomegali,
anasarka
- Pertumbuhan gigi / ompong
- Bising usus menurun, hiperaktif atau tidak ada.
- Lidah lembut, pucat, kotor.
- Bibir kering, pecah, kemerahan, bengkak, stomatitis
- Gusi bengkak / berdarah, carries.
- Membran mukosa kering, pucat, merah, bengkak
5. Neuro sensori
Tanda : Letargi, apatis, gelisah, peka rangsang, disorientasi, koma.
Reflek gagal/menelan mungkin menurun
6. Pernafasan
Tanda :
- Penurunan fungsi pernafasan / peningkatan fungsi pernafasan
- Dipnea, peningkatan produksi sputum.
- Bunyi nafas : Krekers ( defisiensi protein akibat perpindahan cairan ).

7. Keamanan
Gejala : Adanya program terapi
Tanda : Rambut mungkin rapuh, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut.
8. Penyuluhan / Pembelajaran.
Gejala : Riwayat kondisi yang menyebabkan kehilangan protein, peningkatan diare.
Kurang pengetahuan nutrisi, keterbatasan sumber finansial / fasilitas dapar menurun.
9. Sosio Ekonomi
- Pekerjaan orang tua : Keuangan / pendapatan.
- Faktor-faktor lingkungan rumah, pekerjaan dan rekreasi.
- Kelas sosial

II. DIAGNOSA
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak adekuatnya intake nutrisi.
2. Kurangnya volume cairan dan konstipasi b.d intake cairan yang tidak adekuat.
3. Gangguan integritas kulit b.d tidak adekuatnya kandungan makanan yang cukup
4. Resiko tinggi gangguan respon imun skunder ( infeksi ) b.d malnutrisi.
5. Kurang pengetahuan b.d ketidaktahuan intake nutrisi yang adekuat.

III. INTERVENSI
Dx 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake
nutrisi
Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria hasil : Nafsu makan baik
Berat badan meningkat
Klien menghabiskan porsi makannya
Klien idak lemas
Rencana Tindakan :
1. Kaji antropometri
R / Menentukan berat badan, osteometri dan resiko berat berlemak, kurus.
2. Kaji pola makan klien.
R / untuk mengetahui kebiasaan makan klien.
3. Berikan intake makan tinggi potein, kalori, mineral, dan vitamin.
R / untuk mempertahankan berat badan, kebutuhan memenuhi metabolic dan meningkatkan
penyembuhan
4. Berikan makanan selingan yang tinggi protein dan kalori
R / Membantu mencegah irigasi gastar dan meningkatkan pemesukan dan proses penyembuhan.
5. Timbang berat badan
R / Untuk membentuk diet dan ke efektifan terapi.
6. Tingkat pemberian ASI dengan pemasukan nutrisi yang adekuat pada ibu
R / Pemberian ASI yang adekuat mempengaruhi kebutuhan nutrisi si anak dan pemasukan nutrisi
pada ibu dapat meningkatkan produksi ASI si ibu.
Kolaborasi :
7. Kolaborasi dengan ahli gizi
R / Berguna dalam merencanakan masukan nutrisi dan cairan.
8. Berikan makanan enteral / perenteral bila diindikasikan.
R / Dapat diberikan pada kelemahan / tidak toleran pada masukan peroral

Dx II : Kurangnya volume cairan berhubungan dengan intakwe cairan yang tidak adekuat
Tujuan : Kebutuhan cairan adekuat
Kriteria hasil :
- Membran mukosa lembab
- Kulit tidak kering
- Tekstur kulit elastis
- TTV dalam batas normal
- Haluaran urine adekuat
Rencana tindakan :
1. Berikan cairan yang adekuat sesuai dengan kondisi.
R / Peningkatan masukan cairan meminimalkan terjadinya dehidrasi.
2. Ukur intake dan output
R / Memberikan informasi tentang status keseimbangan cairan
3. Auskultasi bising usus.
R / Kembalinya fungsi usus menunjukkan bekerjanya usus / aperistaltik dan penurunan absorsi air
dan diare
4. Kaji terjadinya kulit kering, membran mukosa kering dan pengisian kapiler.
R / Menunjukkan kehilangan cairan berlebih
5. Pantau Tanda-tanda vital
R / Hipotensia, takikarda, demam dapat menunjukkan respon / efek kehilangan cairan.
6. Pantau adanya edema.
R / Edema dapat terjadi karena perpindahan cairan dan berkenaan dengan penurunan kadar
albunim serum / protein.
Kolaborasi :
7. Kolaborasikan untuk adanya pemberian cairan parental.
R / Mempertahankan keseimbangan cairan elektrolit
8. Berikan anti diare sesuai indikasi
R / Rapat menurunkan kehilangan cairan yang berlebih karena diare

Dx III : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tidak adekuatnya kandungan makanan yang
cukup.
Tujuan : Intregitas kulit utuh
Kriteria Hasil :
- Kulit lembab
- Kulit utuh
- Kulit tampah bersih
- Kulit tidak bersisik
- Tanda-tanda radang (-)
Rencana tindakan :
1. Kaji keutuhan kulit
R / Deteksi dini dapat meminimalkan terjadinya kerusakan kulit.
2. Berikan krim kulit
R / Dapat melembabkan dan melindungi permukaan kulit.
3. Ganti segera pakaian yang lembab atau basah.
R / Kelembaban meningkatkan resiko gangguan kulit.
4. Lakukan kebersihan kulit.
R / Kulit yang bersih meminimalkan terjadinya kerusakan kulit.
5. Hindari penggunaan sabun yang dapat mengiritasi kulit.
R / Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan dan meningkatkan iritasi.

Dx IV : Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan kandungan nutrisi yang


adekuat.
Tujuan : Pengetahuan orang tua dan klien bertambah.
Kriteria Hasil :
- Anak berpartisipasi dalam proses pengobatan.
- Orang tua mengetahui jenis makanan yang banyak mengandung protein, kalori, vitamin dan
mineral
- Anak/keluarga mengetahui manfaat masing-masing kandungan makanan
Rencana Tindakan :
1. Ajarkan orng tua dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.
R / Peningkatan pengetahuan akan pentingnya makanan nutrisi yang adekuat untuk kesehatan.
2. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat,
R / -Meningkatkan penyembuhan dan menurunkan resiko infeksi.
-Memberikan kesempatan untuk mengobservasi pemulihan.
3. Jelaskan kondisi yang terkait dalam malnutrisi.
R / Pemahaman tentang malnutrisi meningkatkan kewaspadaan terjadinya malnutrisi dan
memahami kebutuhan terapi khusus.
4. Anjurkan ibu untuk meningkatkan nutrisi yang adekuat.
R / Masukan nutrisi dapat meningkatkan produksi ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi si anak.

Dx V : Resiko tinggi gangguan respon imun sekunder / infeksi berhubungan dengan malnutrisi
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil : - Tidak demam dan menggigil .
- Suhu tubuh antara 36,5 - 37,5 0C
- Tanda-tanda radang (-)
Rencana Tindakan :
1. Kaji tanda-tanda infeksi
R / Identifikasi dini dapat meminimalkan resiko lebih lanjut
2. Ukur suhu tubuh klien.
R / Peningkatan suhu tubuh mengidentifikasikan terjadinya infeksi
3. Lakukan teknik pencucian tangan yang benar.
R / Mencegah penyebaran bakteri, kontaminasi silang.
4. Berikan vitamin sesuai indikasi.
R / Meningkatkan daya tahan tubuh.

IV. EVALUASI
1. Masukan nutrisi adekuat.
2. Masukan cairan terpenuhi.
3. Pengetahuan orang tua dan anak bertambah .
4. Komplikasi tidak terjadi
5. Berat badan anak bertambah.
6. Tidak terjadi infeksi.

Diposkan oleh Janny Erika.S.Kep,Ns, M.Kes di 05.20

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook


Tidak ada komentar:
A . Defenisi
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga
akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh,
menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau
produksi urine.
Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka
dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialamai
mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia.
Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai
penyakit traktus urinarius dan ginjal. (Brunner & Suddarth, 2002: 1443).
Penyakit gagal ginjal akut adalah suatu penyakit dimana ginjal tidak dapat lagi menjalankan
fungsinya sebagai organ pembuangan, ginjal secara relatif mendadak tidak dapat lagi memproduksi
cairan urine yang merupakan cairan yang mengandung zat-zat yang sudah tidak diperlukan oleh
tubuh dan harus dikeluarkan dari tubuh .Gagal ginjal akut biasanya disertai oliguria (pengeluaran
kemih <400ml/ hari). (Price and Wilson, 1995 : 885).
Acute renal failure (ARF) is the rapid deterioration of renal function associated with an accumulation
of nitrogenous wastes in the body (azotemia). (Ignatavicius et all, 1995: 2147).
Secara umum, penyakit gagal ginjal adalah penyakit akhir dari serangkaian penyakit yang menyerang
traktus urinarius.
B . ETIOLOGI
Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang didedrita oleh tubuh yang
mana secara perlahan-lahan berdampak pada kerusakan organ ginjal. Adapun beberapa penyakit
yang sering kali berdampak kerusakan ginjal diantaranya :
Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)
Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)
Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor, penyempitan/striktur)
Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik
Menderita penyakit kanker (cancer)
Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ ginjal itu sendiri (polycystic
kidney disease)
Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi atau dampak penyakit darah
tinggi. Istilah kedokterannya disebut sebagai glomerulonephritis.
Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan kegagalan fungsi ginjal apabila tidak cepat
ditangani antara lain adalah ; Kehilangan carian banyak yang mendadak ( muntaber, perdarahan,
luka bakar), serta penyakit lainnya seperti penyakit Paru (TBC), Sifilis, Malaria, Hepatitis,
Preeklampsia, Obat-obatan dan Amiloidosis.
Menurut Brunner & Suddarth (2002),menyatakan tiga kategori utama penyebab gagal ginjal akut
antara lain:
a. Prarenal (hipoperfusi ginjal). Kondisi klinis yang umum adalah status penipisan volume
misalnya karena kekurangan cairan mendadak (dehidrasi) seperti pada pasien muntaber yang berat
atau kehilangan darah yang banyak (Lumenta & Nefro, 2004 :65), vasodilatasi (sepsi dan anafilaksis),
gangguan fungsi jantung (infark miokardium, gagal jantung kongestif, syok kardiogenik).

b.Intrarenal Penyebabnya adalah akibat dari kerusakan struktur glomerulus atau tubulus ginjal.
Kondisi seperti rasa terbakar, cedera akibat benturan, infeksi, agen nefrotoksik, adanya hemoglobin
dan mioglobin akibat cedera terbakar mengakibatkan toksik renal/ iskemia atau keduanya, transfusi
terus menerus dan pemakaian obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID).

c. Pasca renal
Yang termasuk kondisi penyebab pascarenal antara lain : Obstruksi traktus urinarius, batu,
tumor, BPH, striktur uretra dan bekuan darah. (Brunner & Suddarth, 2002: 1444).
D . Tanda dan Gejala.

- Kencing terasa kurang dibandingkan dengan kebiasaan sebelumnya.

- Kencing berubah warna, berbusa, atau sering bangun malam untuk kencing.

- Sering bengkak di kaki, pergelangan, tangan, dan muka. Antara lain karena ginjal tidak bisa
membuang air yang berlebih.

- Lekas capai atau lemah, akibat kotoran tidak bisa dibuang oleh ginjal.

- Sesak napas, akibat air mengumpul di paru-paru. Keadaan ini sering disalahartikan sebagai asma
atau kegagalan jantung.

- Napas bau karena adanya kotoran yang mengumpul di rongga mulut.

- Rasa pegal di punggung.

- Gatal-gatal, utamanya di kaki.

- Kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah.


Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal yang dialami penderita secara akut antara lain :
Bengkak mata, kaki, nyeri pinggang hebat (kolik), kencing sakit, demam, kencing sedikit, kencing
merah /darah, sering kencing. Kelainan Urin: Protein, Darah / Eritrosit, Sel Darah Putih / Lekosit,
Bakteri.
Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin timbul oleh adanya gagal ginjal kronik antara lain : Lemas,
tidak ada tenaga, nafsu makan, mual, muntah, bengkak, kencing berkurang, gatal, sesak napas,
pucat/anemi.
Kelainan urin: Protein, Eritrosit, Lekosit. Kelainan hasil pemeriksaan Lab. lain: Creatinine darah naik,
Hb turun, Urin: protein selalu positif.

E. Klasifikasi
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium mencakup: serum elektrolit ( potasium, sodium, kalsium dan pospat), Hb
(klien dengan CRA pada umumnya tidak memperlihatkan anemia berat), sedimen urine (sel darah
merah), mioglobin atau hemoglobin dan elektrolit lain.
2. Radiography
Radiologi digunakan untuk mengetahui ukuran ginjal, melihat adanya obstruksi di renal pelvis, ureter
dan ginjal.
CT (Computed tomographic (CT) scans tanpa zat kontras dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
obstruksi atau tumor. Kontras media dapat digunakan untuk mengetahui adanya trauma ginjal.
Arterialangiography mungkin diperlukan untuk mengetahui pembuluh darah ginjal dan aliran darah.
3.Pemeriksaan lain
Biopsi ginjal mungkin diperlukan bila penyebab utama belum bisa ditegakkan.
F .Penatalaksanaan .
A . Terapi Umum
 Istirahat
 Diit :
 Jumlah cairan : 500ml + urine + insensibel loss
 Keseimbangan elektrolit : Na sampai 500mg/hari , K sebaiknya dihindari.
 Makanan yang mengandung fosfat dibatasi
 Kalori cukup : 2000-3000 kalori ( karbohidrat minimal 200gram/hari)
 Protein dibatasi : 0.3 – 0.5 gram/kg BB/hari
 Lemak bebas diberikan.
 Vitamin B kompleks
 Medikamentosa :
- obat pertama : bila ada infeksi diberi antibiotik
- obat alternatif : --
 Dilakukan dialisis bila ada indikasi
 Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti
hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia ;
menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas ; menghilangkan
kecendurungan perdarahan ; dan membantu penyembuhan luka.
 Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut ; hiperkalemia
merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau
akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum ( nilai kalium >
5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi),
dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion
pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema.
 Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan
vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien.
Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan
perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantia cairan.

G . Komplikasi
 Infeksi
 Hiperkalemi
 Hiponatremi
 Asidosis metabolik
 Hipertensi
 Payah jantung

Вам также может понравиться