Вы находитесь на странице: 1из 17

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMBERIAN VAKSIN BCG DAN POLIO

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Vaksin BCG adalah : vaksinasi hidup yang diberikan kepada bayi atau anak
untuk mencegah teerjadinya penyakit TBC.
Vaksin polio adalah : Vaksin polio dalam bentuk sabin untuk mendapatkan
kekebalan terhadap penyakit poliomielitis
2. Tujuan
Vaksin BCG bertujuan untuk membuat kekebalan aktif terhadap penyakit
TBC, vaksin BCG mengandung kuman bacillus coknette guerin yang dibuat
dari bibit penyakit atau kuman hidup yang sudah dilemahkan sedangkan
vaksin polio bertujuan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
poliomielitis.
3. Reaksi
Reaksi yang kita temuakan pada pemberian vaksin BCG yaitu segera
seterlah penyuntikan yaitu gelembung pada tempat suntikan dan
gelembung tersebut akan hilang  ½ jam setelah penyuntikan tetapi 1-2
mg akan terjadi pembengkakan merah dan sedikit lunak yang akan
berlangsung  1 mg kemudian akan menjadi abses kecil yang beerisi
nanah dan akhirnya akan berkerak-kerakiniakan hilang dan meninggalkan
parut kecil yang menonjol dan berwarna agak kemerahan. Imunisasi BCG
tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. Pemberian
vaksin polio tidak menimbulkan reaksi panas.
4. Jadwal pemberian
BCG:
a. Bayi umur 0-11 bulan sebaiknya 0-2 bulan dosis 0,5 cc intra
kutan
b. Ulangan usia 5-6 tahun dan 11-12 tahun dengan dosis 0,1 cc
Polio:
Diberikan sebanyak 4 kali dimulai pada usia 0 bulan dengan selang waktu
4-6 minggi.
5. Indikasi.
BCG : Untuk anak dibawah 3 bulan, untuk anak diatas 3 bulan harus di
PPD test atau mantouk test
Polio : untuk bayi usia 0 bulan dengan selang waktu 4-6 minggu.
6. Kontra indikasi
BCG :
a. Anak yang terkena in feksi kulit
b. Anak yang telah terkena TBC
c. Mantouk test positif
Polio:
a. Diare berat
b. Sakit parah
c. Defisiensi kekebalan
7. Cara pemberian
BCG :
a. Persiapan alat
1) Ampul BCG
2) Nacl 0,9 % (pelarut)
3) Gergaji ampul
4) Spuit untuk BCG dan jarum
5) Kapas lembab dan jarum
b. Membuka ampul
Sebelum vaksin dibuka ampul diketuk ketuk supaya vaksin
turunkedasar ampul
c. Melarutkan vaksin
Zat pelarut diisap oleh spuit 10 cc sebanyak 4 cc kemudian
dimasukkan kedalam ampul vaksin BCG ( tunggu sebentar sampai
semua serbuk larut kemudian digoyangkan sampai merata.)
d. Mengatur posisi bayi
1) Bayi dipangku, pakaian dibuka yang menutupi lengan kanan atas
2) Tempat penyuntikan 1/3 bagian lengan kanan atas (intra muskulus
deltoid)
e. Cara penyuntikan
1) Bersihkan lengan denngan kapas yang dibasahi air matang ( kapas
lembab)
2) Peganglah lengan kanan anak dengan tangan kiri
3) Lingkarkan jari-jari anda dan kulit lengan atas anak meregang
4) Pegang spuit dilubang jarum menghadap keatas.
5) Letakkan jarum dan spuit hampir sejajar dengan lengan anak
6) Masukkan jarum kedalam kulit dan usahakan sedikit mungkin
melukai kulit
a) Pertahankan jarum sejajar ( hanya bagian atas saja yang masuk
kedalam kulit)
b) Jangan menekan jarum terlalu lama dan jangan terlalu menukik
7) Letakkan ibu jari tangan kiri diatas diujung barel
8) Pegang pangkal barel antara jari telunjukdengan jari tengah
9) Kemudian dorong pinston
10) Bila vaksinasi tepat akan terjadi benjolan dikulit
Polio:
1. Sabin : Diteteskan sebanyak 2 tetes
2. Salk : disuntikkan
3. Cara Penyimpanan
Suhu kurang 5 0-c dan terhindar dari matahari langsung atau tidak
langsung.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI M DENGAN PEMBERIAN


IMUNISASI BCG DAN POLIO DI POLIKLINIK ANAK
RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Bayi Atau Anak
Nama :
Tanggal lahir :
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : -
Anak ke :
Tanggal kunjungan :
Diagnosa medis : Imunisasi BCG dan Polio
No. Register :
Orang Tua
Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Suku bangsa :
Alamat :
2. ALASAN DATANG KE RUMAH SAKIT
Ibu berkunjung ke poliklinik anak RS Dustira untuk melaksanakan salah satu
program imunisasi dasar yang diberikan pada anaknya yaitu imunisasi BCG
dan polio.
3. KELUHAN UTAMA
Ibu membawa anaknya berkunjung ke polliklinik RS Dustira untuk
mendapatkan imunisasi BCG dan polio yang bertujuan untuk mencegah
penyakit TBC dan penyakit polio yang diberikan dilengan kanan atas
sebanyak 0,05 cc secara subkutan sedangkan polio dsiteteskan, yang jika
tidak diberikan maka bayi akan rentan terhadap kuman tuberculosis.
4. RIWAYAT PENYAKIT
Yang lalu
Ibu mengatakan bahwa bayinya sehat tidak menderita penyakit menular atau
penyakit keturunan
Sekarang
Ibu mengatakan bahwa saat ini bayinya dalam keadaan sehat dan ibu berniat
untuk memperoleh suntikan BCG dan polio untuk bayinya.
5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menular atau
keturunan hanya batuk pilek biasa yang sembuh dengan obat yang didapat di
apotek atau warung
6. RIWAYAT KEHAMILAN
a. Pre natal
1) Kehamilan : Ibu mengatakan bayinya adalah anak pertama yang
dilahirkannya dengan usia kehamilan 38 minggu 2 hari.
2) Penerimaan kehamilan: Ibumengatakan sangat bahagia dan bersyukur
dengan kehadiran bayinya yang selama ini ia nanti-nantikan.
3) Kesehatan ibu selama hamil : Selama hamil muda ibu mengalami mual
dan muntah, nafsu makan berkurang tapi setelah TM II menghilang.
Pada kehamilan TM III ibu mengatakan sering BAK. Ibu riton
memeriksakan kehamilannya ke bidan.
4) Gizi ibu selama hamil : Selama hamil ibu selalu memperehatikan
makanan yang dikonsumsinya yaitu makanan yang bergizi seperti
sayur-sayuran, tempe, tahu, ikan dan daging.
5) Makanan yang dipantang : Selama hamil ibu tidak mempunyai makanan
pantangan.
6) Penambahan berat badan: Selama hamil berat badan ibu mengalami
kenaikan yaitu sebesar 11 Kg
7) Obat-obatan yang pernah diminum selama hamil: Ibu mengkonsumsi
tablet Fe setiap hari.
8) Penyakit kehamilan: Selama hamil ibu sehat tidak menderita penyakit
yang isa mempengaruhi kesehatan bayinya
9) Imunisasai: TFT
TFT pertama : 4 bulan
TFT kedua : 5 bulan
b. Natal
1) Bayi waktu lahir ditolong oleh : Bidan
2) Jenis persalinan : Spontan
3) Keadaan waktu bersalin : Saat di lahirkan anak langsung menangis
kuat.
4) AFGAR Score : Sewaktu ditanya ibu lupa berapa AFGAR bayinya
saat lahir.
5) Berat badan waktu lahir : Bayi lahir dengan berat badan 2,9 Kg
6) Tinggi badan waktu lahir : 47 cm
7) Posisi janin waktu lahir: Ibu mengatakan klien lahir normal dengan
letak kepala terlebih dahulu.
c. Post natal
1) Kesehatan ibu : Setelah melahirkan kesehatan ibu baik, ibu sudah
dapat melakukan aktivitas ringan sedini mungkin.
2) Keadaan bayi : Saat lahir bayi sudah nangis dengan kuat
3) Nutrisi (colostrum) : Ibu memberikan Asi segera setelah bayi
lahir
4) Reflek fisiologis : ( saat pengkajian)
a) Moro : tampak
b) Sucking : ada dan kuat
c) Grasping : ada
d) Tonic neck : ada
e) Babinsky: ada

G. POLA KEBUTUHAN SEHARI-HARI


1. Nutrisi
a. Jenis susu yang diberikan adalah ASI
b. Cara pemberian dilakukan sejak lahir hingga sekarang.
c. Klien belum pernah deberi makanan tambahan hanya Asi saja
2. Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 3x /hari, konsistensi lembek, warna kuning, tidak ada gangguan.
b. BAK
Frekuensi  10 x / hari, warna kuning jernih, tidak ada gangguan.
3. Istirahat dan tidur
Klien sering tidur terbangun bila popok basah dan ingin menete, klien tidur  17
jam / hari
4. Bermain dan rekreasi
Klien baru berusia 7 hari jadi belum bisa bermain
5. Kebersihan
Bayi dimandikan 2x / hari dan setiap BAB / BAK selalu dibersihkan dan di beri
bedak.

H. TUMBUH KEMBANG / DDST


Bayi baru berumur 7 hari jadi belum tampak peerkembangan motorik, bicara dan
emosinya.

I. RIWAYAT IMUNISASI
Bayi baru pertama kali mendapat imunisasi.

J. KEPRIBADIAN DAN RIWAYAT SOSIAL


1. Ibu mengatakan akan merawat anaknya sendiri
2. Hubungan dengan teman bermain: Bayi baru berumur 7 hari jadi belum ada
hubungan dengan teman yang lain.
3. Hubungan antar keluarga: Bayi terlihat nyaman bila digendong dengan ibunya dan
bapaknya.
4. Temperamen dan watak: Bayi baru berusia 7 hari jadi belum diketahui wataknya.

K. PEMERIKSAAN FISIK
1. Antropometri
BB: 3200 gr LD : 33 cm
TB : 53 cm LLA: 10 cm
Lk : 34cm Lp :32 cm
2. Tanda–tanda vital
- suhu : 36 5
- nadi : 110 x/ mnt
- Pernafasan : 44 x / mnt
- Tekanan darah : Tidak dilakukan
3. Pemeriksaan umum
a. Kepala
Keadaan kepala bersih, lesi tidak nampak, U2B dan U2 K belum menutup
b. Mata
Bentuk dan gerak mata simetris kanan dan kiri, sclera anikterik, pupil isokor dan
lensa bening.
c. Hidung
Mukosa hidung lembab, lubang hidung simetris kanan dan kiri, sekret tidak
keluar.
d. Mulut
- Lidah : Warna merah muda, penampilan halus dan posisi tepat di dalam mulut
- Gigi: belum ada
- Bibir : mukosa bibir lembab
e. Telinga
Tidak ada kelainan, helix sejajar dengan mata, kebersihan cukup dan tidak ada
cairan yang keluar.
f. Leher
Reflek tonic neck : ada
g. Dada
Bentuk dan pergerakan simetris, tidak ada retraksi dinding dada.
h. Paru-paru
Gerakan pernafasan teratur, pola pernafasan vesikuler, frekuensi 46x/mnt, dan
tidak ada bunyi wheezing, ronchi, krepitasi, retraksi dan stridor.
i. Perut
1. Inspeksi: Bentuk simetris, warna sama dengan seluruh tubuh, tidak ada lesi, tali
pusat sedah lepas dan lokasinya memusat.
2. Auskultasi: Bising usus positif pada ke empat kuadran dengan frekuensi 16x/mnt.
3. Palpasi: Tidak teraba adanya masa, perut tidak teraba tegang dan teraba lunak
4. Perkusi: Terdapat bunyi timpani
j. Kulit
Warna kulit masih agak merah, halus, keadaan bersih dan turgor kulit baik.
k. Kuku
Bentuk cekung, pendek, vaskularisasi lancar, dan keadaan bersih.
l. Punggung
Bentuk simetris dan tidak ada lesi atau tumor
m. Ekstremitas atas dan bawah
1. Atas: Bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada kontraktur dan bergerak secara
normal.
2. Bawah : Bentuk dan gerak simetris kanan dan kiri, tidak ada kontraktur dan
bergerak secara normal.
n. Genetalia
Testis belum turun, keadaan bersih dan tidak ada kelainan.
o. Anus
Anus tidak ada kelainan

L. DATA PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium maupun prosedur diagnostik lainnya.

ANALISA DATA
Nama : Bayi M
Umur : 7 hari
No. Reg : 7389/ X/ 2005

KEMUNGKINAN
NO DATA SENJANG MASALAH
PENYEBAB
Do
1 : Ibu bertanya kepada perawat Kurangnya informasi Kurang
mengenai imunisasi BCG dan dari petugas pengetahuan
polio 
: Saat di tanya ibu tidak bisa Pengetahuan ibu
menjawab mengenai imunisasi
DS : Ibu mengatakan tidak tahu berkurang.
maksud pemberian imunisasi
BCG dan polio , efek
samping dan kapan
pemberiannya.
: Ibu mengatakan ia datang ke
Rs Dustira untuk
medndapatkan imunisasi
BCG dan polio untuk bayinya
atas anjuran saudaranya.
DO
2. : Di dalam kartu belum Umur bayi 7 hari Kebutuhan akan
tercatat bahwa bayinya  pelayanan
sudah mendapat imunisasi Program imunisasi imunisasi BCG
BCG.  dan polio
: Bayi dalam keadan sehat Ibu datang ke
DS : Ibu mengatakan ia datang poliklinik anak untuk
ke poliklinik anak RS mendapatkan imun
Dustira untuk mendapatkan isasi BCG dan polio
pelayanan imunisasi BCG 
Kebutuhan akan
dan polio.
pelayanan imunisasi
BCG dan polio
3. DO : Bayi telah mendapat Vaksin BCG Potensial
vaksin BCG  terjadi infeksi
basil BCG yang pada tempat
avirulen suntikan

berkembang biak
dalam kulit

menimbulkan proses
peradangan

indurasi eritema
pustule

ulkus di tempat
suntikan

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH

1. Kurang pengetahuan ibu tentang imunisasi BCG dan polio berhubungan dengan
kurangnya informasi dari petugas kesehatan yang ditandai dengan :
DS : Ibu mengatakan tidak tahu maksud pemberian imunisasi BCG dan polioefek
samping dan kapan pemberiannya.
: Ibu mengatakan ia datang ke poliklinik anak atas anjuran dari saudaranya.

DO : Ibu bertanya kepada perawat mengenai imunisasi BCG

: Saat di tanya ibu tidak bisa menjawab pertanyaandari perawat.


2. Kebutuhan akan pelayanan imunisasi BCG dan polio berhubungan dengan program
dasar dari imunisasi yang ditandai :
DS : Ibu mengatakan ia datang ke poliklinik anak untuk mendapatkan pelayanan
imunisasi BCG dan polio.
DO : Di dalam kartu belum tercatat bahwa bayinya sudah mendapat imunisasi BCG
dan polio
3. Potensial terjadi infeksi pada tempat suntikan berhubungan dengan proses
peradangan pada lokal suntikan yang ditandai bayinya telah mendapat imunisasi
BCG dan polio.

Rencana asuhan keperawatan

Nama : Bayi M
Umur : 7 hari
No reg : 7389/ X / 2005
DIAGNOSA
N INTERVENS RASIONALISA
KEPERAWATA TUJUAN
O I SI
N
1. Kurang Kebutuhan informasi
1. Kaji tingkat1. Untuk
pengetahuan tentang imunisasi BCG pengetahuan mengetahui
ibu tentang dan polio terpenuhi ibu. sejauh mana
imunisasi BCG dengan kriteria: tingkat
dan polio
1. Jangka pendek pengetahuan ibu
berhubungan Setelah dilakukan .
2. Berikan
dengan Penjelasan selama 5 mnt 2. Kebutuhan akan
penyuluhan
kurangnya ibu mengerti dan informasi
tentang
informasi dari kebutuhan informasi ak terpenuhi dan ibu
petugas an imunisasi BCG dan imunisasi mengerti dan
kesehatan polio terpenuhi. BCG dan paham tentang
2. Jangka panjang: polio imunisasi BCG
Kebutuhan informasi mengenai dan polio yang
terpenuhi dan wawasan efek samping diberikan pada
ibu bertambah. dan waktu anaknya.
pemberian.

2. Kebutuhan Kebutuhan pelayanan Berikan Dengan


pelayanan akan Imunisasi BCG dan polio imunisasi pemberian
imunisasi BCG terpenuhi dengan BCG secara imunisasi BCG
berhubungan kriteria: Intra kutan dan polio maka
dengan 1. Jangka pendek: sebanyak 0, kebutuhan
program Bayi mendapatkan 05 cc dan imunisasi dasar
imunisasi dasar imunisasin BCG imunisasi bayi telah
2. Jangka panjang: polio 2 tetes terpenuhi.
Bayi mendapatkan
kekebalan terhadap
penyakit TBC

3. Potensial Infeksi tidak terjadi1. Berikan1. Agar ibu


terjadi infeksi dengan kriteria: penjelasan mengetahui akan
pada lokal1. Jangka pendek: bahwa bekas dampak dari
suntikan Tidak ada tanda-tanda suntikan imunisasi BCG
berhubungan terjadi infeksi yang akan
dengan proses berlanjut menimbulkan
peradanagn luka abses
pada lokal2. Jangka panjang : yang
suntikan. Luka sembuh dan menyatakan 2. Akan
meninggalkan lika parut efek samping mengakibatkan
dalam waktu 3 mg dari vaksin luka baru
BCG. sehingga terjadi
2. Jangan infeksi yang
mengorek- berkelanjutan.
ngorek luka3. Untuk mencegah
suntikan. terjadinya
3. Hubungi infeksi yang
petugas berat dan untuk
kesehatan memperoleh
bila luka perawatan secara
tidak sembuh dini.
dan tidak
terjadi luka
parut dalam
waktu 3 mg
atau luka
meluas.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Nama : Bayi M
Umur : 7 hari
No reg : 7389/ X/ 2005
DIAGNOSA TGL
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN JAM
1. Kurang 17-10- 1. Mengkaji tingkatS : Ibu mengerti
pengetahuan ibu 01 pengetahuan ibu dan paham
tentang imunisasi 1000 2. Memberikan tentang
BCG dan polio penyuluhan nformasi
berhubungan tentang imunisasi yang di berikan
dengan kurang nya BCG dan polio. O : Ibu tidak
informasi dari bertanya lagi ke
petugas. perawat
:Ibu
mengungkapka
n
kembali
Informasi
yang
diberikan oleh
perawat.
A : Masalah
teratasi
P : Intervensi di
hentikan.
2. Kebutuhan 17-10- 1. MemberikanS : Ibu merasa puas
pelayanan akan 01 pelayanan imunissi dan lega.
imunisasi BCG dan 1015 BCG dan Opolio : Ibu pulang
polio berhubungan secara Subcutan kerumah
dengan program 0,05cc dan polio 2 A : Masalah
imunisasi dasar. tetes. teratasi
P : Intervensi di
Hentikan
3. Potensial terjadi 17-10- 1. MemberikanS : Ibu mengerti
infeksi pada lokal 01 penjeLasan bahwa dan paham
suntikan 1045 suntikan akan informasi yang
berhubungan menimbulkan luka diberikan
dengan proses abses. perawat.
peradanagan pada 2. Menganjurkan O : Ibu mengatakan
lokal suntikan padaibu untuk akan
tidak mengorek- menghubungi
ngorek luka petugas
suntikan. kesehatan bila
3. Anjurkan pada ibu luka anaknya
untuk meluas dan tidak
menghubungi sembuh-sembuh.
petugas A : Masalah
kesehatan bila teratasi
luka tidak sembuh
P : Intervensi
dan terjadi luka dihentikan.
parut dalam waktu
3 mg atau meluas
2.3 Penyimpanan Vaksin
Penyelenggaraan program imunisasi di Indonesia telah terbukti efektif antara lain dengan
terbasminya penyakit cacar, dimana Indonesia dinyatakan bebas cacar sejak tahun 1974.
Dalam penyelenggaraan program imunisasi dibutuhkan dukungan vaksin, alat suntik dan
rantai dingin (cold chain) agar kualitas vaksinasi sesuai dengan standar guna menumbuhkan
imunitas yang optimal bagi sasaran imunisasi.
Penyelenggaraan program imunisasi di Indonesia telah terbukti efektif antara lain dengan
terbasminya penyakit cacar, dimana Indonesia dinyatakan bebas cacar sejak tahun 1974.
Dalam penyelenggaraan program imunisasi dibutuhkan dukungan vaksin, alat suntik dan
rantai dingin (cold chain) agar kualitas vaksinasi sesuai dengan standar guna menumbuhkan
imunitas yang optimal bagi sasaran imunisasi.
Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun
kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berguna untuk merangsang timbulnya
kekebalan tubuh seseorang. Bila vaksin diberikan kepada seseorang, akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
Sebagai produk biologis, vaksin memiliki karakteristik tertentu dan memerlukan penanganan
yang khusus sejak diproduksi di pabrik hingga dipakai di unit pelayanan. Suhu yang baik
untuk semua jenis vaksin adalah + 2 ºC s/d + 8 ºC.
Penyimpangan dari ketentuan yang ada dapat mengakibatkan kerusakan vaksin sehingga
menurunkan atau menghilangkan potensinya bahkan bila diberikan kepada sasaran dapat
menimbulkan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang tidak diinginkan. Kerusakan
vaksin dapat mengakibatkan kerugian sumber daya yang tidak sedikit, baik dalam bentuk
biaya vaksin, maupun biaya-biaya lain yang terpaksa dikeluarkan guna menanggulangi
masalah KIPI atau kejadian luar biasa.
Selama ini masih banyak petugas kesehatan yang beranggapan bahwa bila ada pendingin
maka vaksin sudah aman, malahan ada yang berfikir kalau makin dingin maka vaksin makin
baik. Pendapat itu perlu diluruskan! Semua vaksin akan rusak bila terpapar panas atau terkena
sinar matahari langsung. Tetapi beberapa vaksin juga tidak tahan terhadap pembekuan,
bahkan dapat rusak secara permanen dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan bila
vaksin terpapar panas.
Berdasarkan sensitivitas terhadap suhu, penggolongan vaksin adalah sebagai berikut:
a. Vaksin sensitive beku (Freeze sensitive = FS), adalah golongan vaksin yang akan rusak
terhadap suhu dingin dibawah 0ºC (beku) yaitu: Hepatitis B, DPT, DPT-HB, DT, TT
b. Vaksin sensitive panas (Heat Sensitive = HS), adalah golongan vaksin yang akan rusak
terhadap paparan panas yang berlebih yaitu: BCG, Polio, Campak.
Pemantauan suhu vaksin sangat penting dalam menetapkan secara cepat apakah vaksin masih
layak digunakan atau tidak. Untuk membantu petugas dalam memantau suhu penyimpanan
dan pengiriman vaksin ini, ada berbagai alat dengan indikator yang sangat peka seperti
Vaccine Vial Monitor (VVM), Freeze watch atau Freezetag serta Time Temperatur Monitor
(TTM).
Dengan menggunakan alat pantau ini, dalam berbagai studi diketahui bahwa telah terjadi
berbagai kasus paparan terhadap suhu beku pada vaksin yang peka terhadap pembekuan
seperti Hepatitis B, DPT dan TT. Dengan adanya temuan ini maka telah dilakukan
penyesuaian pengelolaan vaksin untuk mencegah pembekuan vaksin.

Kerusakan Vaksin Terhadap Suhu


Suhu tempat penyimpanan yang tidak tepat akan menimbulkan kerusakan vaksin. Hal ini
dapat dilihat dari keterangan seperti pada tabel di bawah ini:
Vaksin Sensitif Beku
a. Suhu terlalu dingin
Pada vaksin Hepatitis B, DPT-HB di suhu – 0,5 ºC dapat bertahan selama maksimum ½ jam
dan DPT, DT, TT pada suhu – 5 ºC S/D -10 ºC dapat bertahan selama maksimum 1,5 – 2 jam.
b. Suhu terlalu panas
Sedangkan vaksin DPT, DPT-HB, DT pada suhu beberapa ºC diatas suhu udara luar (ambient
temperature < 34 ºC) dapat bertahan 14 hari sedangkan Hepatitis B dan TT dapat bertahan 30
hari.
Vaksin Sensitif Panas
Sementara Poliobeberapa ºC diatas suhu udara luar (ambient temperature < 34 ºC) dapat
bertahan selama 2 hari sedangkan Campak dan BCG beberapa ºC diatas suhu udara luar dapat
bertahan 7 hari.
Terlihat bahwa rusaknya vaksin sensitif beku akibat terpapar suhu terlalu dingin, jauh lebih
cepat daripada rusaknya vaksin sensitif panas akibat terpapar suhu terlalu panas. Oleh karena
itu tidak mengherankan bila lebih banyak vaksin yang rusak akibat terpapar suhu terlalu
dingin dibandingkan terpapar suhu terlalu panas.

Beberapa Catatan Penting


Paparan panas secara kumulatif akan mengurangi umur dan potensi semua jenis vaksin.
Untuk memantau hal tersebut dipergunakan alat pemantau suhu panas Vaccine Vial Monitor
(VVM) dimana untuk vaksin dari Departeman Kesehatan RI sudah ditempelkan pada semua
kemasan vaksin kecuali BCG. Alat ini berupa gambar lingkaran berwarna ungu dengan segi
empat didalamnya yang berwarna putih pada VVM A.
Dengan pengaruh panas akan berubah menjadi VVM B dimana segi empat sudah berwarna
ungu muda, VVM C dimana segi empat sudah berwarna ungu sama seperti lingkaran
diluarnya dan VVM D dimana segi empat sudah berwarna lebih ungu dari pada lingkaran
diluarnya. Vaksin dengan VVM C dan D pertanda sudah terpapar panas dan tidak boleh
digunakan lagi.
Vaksin DPT, TT, DT, HB dan DPT-HB akan rusak bila terpapar suhu beku. Masing-masing
vaksin tersebut memiliki titik beku tersediri, yaitu vaksin Hepatitis B beku pada suhu -0,5 ºC,
sedang vaksin DPT, DT Dan TT akan beku pada suhu -5 ºC.
Vaksin yang tidak rusak oleh paparan suhu beku adalah Polio, Campak dan BCG.
Untuk memantau suhu beku dapat dilakukan dengan menggunakan Freeze Watch dan Freeze
tag yaitu alat yang sensitif terhadap suhu beku dimana bila alat ini terpapar suhu dibawah -0
ºC akan terlihat pada monitor berupa warna biru untuk Freeze Watch atau tanda silang untuk
Freeze tag.
Ditingkat puskesmas semua vaksin disimpan pada suhu +2 s/d +8 ºC sedang freezer yang ada
hanya diperuntukkan bagi pembuatan cold pack (es batu).Untuk pendistribusian vaksin ke
lapangan seperti posyandu sebaiknya menggunakan air dingin (cool pack) dan bila situasinya
mengharuskan menggunakan cold pack, karena tempat yang panas atau jauh, sebaiknya
vaksin diatur berdasarkan sensitifitasnya terhadap suhu dan diberi pelapis untuk jenis vaksin
yang berbeda.
Kini Vaksin Bisa Awet Tanpa Kulkas
Untuk menjaga kestabilan organisme yang hidup di dalam vaksin, temperatur tempat
penyimpanan vaksin perlu dijaga. Masalahnya, untuk negara sedang berkembang dan miskin
seperti di Afrika dan juga pelosok Indonesia, yang penyediaan listriknya kurang memadai,
kestabilan vaksin kurang bisa dipertanggungjawabkan.
Para ilmuwan dari Universitas Oxford, Inggris, baru-baru ini memublikasikan cara
penyimpanan vaksin agar tetap hidup tanpa harus disimpan di lemari es. Hasil riset ini
diharapkan bisa meningkatkan luas cakupan imunisasi di daerah terpencil.
Para peneliti menggabungkan vaksin dengan dua tipe gula sebelum perlahan-lahan
dikeringkan dalam kertas filter. Hal ini akan mengawetkan vaksin sehingga bila sewaktu-
waktu dibutuhkan dapat langsung diaktifkan. Gula yang dipakai adalah jenis sukrosa dan
trehalose yang biasa digunakan dalam bahan pengawet.
Seperti dilaporkan dalam jurnal Science Translational Medicine, para ilmuwan tersebut
mengatakan, dengan metode tersebut, mereka sanggup menjaga kestabilan vaksin dalam suhu
45 derajat selama enam bulan.
Bila kita bisa mengubah standar penyimpanan vaksin menjadi cara ini, berarti kita bisa
menghemat biaya pengiriman karena vaksin bisa tahan dalam suhu ruangan. Jumlah anak
yang bisa mendapat imunisasi pun lebih banyak. Teknologinya sederhana dan murah,” kata
Profesor Adrian Hill, ketua peneliti.
Dia menambahkan, hasil riset yang dilakukan timnya cukup meyakinkan karena ia
menggunakan virus hidup. “Karena kami menggunakan vaksin yang butuh perhatian ekstra,
maka metode ini seharusnya juga bisa dipakai untuk vaksin yang mengandung protein mati,”
katanya.
Anggota penelitian lain, Dr Matt Cottingham, mengatakan, karena tidak diperlukan lemari
pendingin, bukan tidak mungkin nantinya vaksin bisa disimpan di tas ransel dan dibawa ke
pelosok desa.
“Kini tinggal mengembangkan teknik ini dan mencobanya di Afrika untuk mengetahui
apakah bisa diperbanyak oleh industri. Kami perkirakan dalam waktu 5 tahun akan ada
perubahan besar dalam penyimpanan vaksin,” papar Hill.

2.4 Persiapan Sebelum Imunisasi


Sebulan sebelum waktu pelaksanaan perlu disampaikan pesan-pesan kepada masyarakat
antara lain:
• Pentingnya imunisasi bagi bayi dan balita
• Mempersiapkan jadwal pelaksanaan dan tempat-tempat/pos kapsul vitamin atau vaksin dan
pelayanan imunisasi campak (pakai poster “Pos Vaksin X” yang telah dikirim)
• Bawa anti anafilaktik untuk mengatasi bila terjadi anaphylactic shock karena imunisasi

Pada hari H-1 semua sarana pelayanan telah mendistribusikan:


• Data sasaran balita (alamat, nama ayah, nama ibu, tanggal lahir, umur).
• “Undangan “ kepada sejumlah sasaran yang telah terdata.
• Kapsul vitamin/ vaksin sebanyak 125 % jumlah sasaran.
• Pakai kapsul vitamin/ ampul vaksin yang diterima lebih awal terlebih dahulu, perhatikan
tanggal kadaluwarsa.
• Alat suntik sesuai jumlah sasaran. Perhatian, Alat suntik ini bersifat sekali pakai
(autodestruct), maka torak tidak boleh ditarik sebelum jarum tersebut ditusukkan kedalam
vial vaksin. Torak yang sudah ditarik sebelum diisi vaksin tidak akan dapat digunakan lagi
• Vaksin campak sesuai kebutuhan , dengan perhitungan jumlah vial sama dengan jumlah
sasaran dibagi 8 (untuk vial 10 dosis).
• Vaksin campak harus disimpan didalam termos berisi es dengan suhu berkisar 2-8 °C
• Insenerator/kotak karton untuk memusnahkan alat suntik bekas pakai.
• Format pelaporan yang akan digunakan
Cara Pencatatan dan Pelaporan
Khusus untuk kegiatan keterpaduan ini, menggunakan laporan seperti contoh format
terlampir. Hasil cakupan imunisasi dan vitamin A selanjutnya direkap di Puskesmas dan
dilaporkan melalui SP2TP.

Apa Yang Dilakukan terhadap Sisa Kapsul dan Vaksin?


• Sisa kapsul vitamin/vaksin, dapat disimpan sesuai dengan tanggal kadaluwarsa yang tertulis
di botol kapsul.
• Sisa kapsul dicatat dalam pencatatan logistik dalam laporan obat.
• Semua vaksin yang masih utuh dibawa kembali ke puskesmas dalam termos berisi es batu.
• Semua botol vaksin kosong dan vaksin sisa dibawa kembali ke Puskesmas untuk
dimusnahkan setelah dihitung.

Вам также может понравиться