Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
up at night, gasping for air, coughing, wheezing and feeling like you're suffocating. This scary
crisis passes when you sit up on the side of your bed, or stand up to get some fresh air. Also
known as cardiac asthma (though it is a completely different condition than asthma), paroxysmal
nocturnal dyspnea is usually a sign of left-sided heart failure or congestive heart failure. It
usually happens several hours into sleep, when your weakened heart begins having trouble
pumping against the build-up of fluid in your lungs. Paroxysmal nocturnal dyspnea is often
considered an extreme form of orthopnea, shortness of breath that happens when you lie down
and is relieved by placing several pillows under your head and upper body.
Paroxysmal nocturnal dyspnea is treated by addressing its causes. Most commonly, the cause
isleft-sided heart failure and so treatment is focused on reducing congestion in the lungs and
improving the heart's function, if possible. Medical treatment includes the use of medications
known as diuretics, or "water pills," which help reduce the amount of fluid in circulation.
Vasodilators and inotropic drugs may be used as well.
Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) adalah sebuah episode akut dari pernapasan
pendek yang berat dan batuk yang biasanya muncul saat malam hari dan
menyebabkan pasien terbangun dari tidurnya, biasanya terjadi setelah satu sampai tiga
jam setelah pasien beristirahat. PND dapat bermanifestasi sebagai batuk atau mengi,
yang dipikirkan timbul karena peningkatan tekanan pada arteri bronkial sehingga terjadi
kompresi saluran napas, disertai dengan edema interstisial paru yang pada akhirnya
menimbulkan terjadinya resistensi saluran pernapasan pada pasien. Jika pada kondisi
orthopnea keadaan dapat membaik jika pasien berubah posisi dari berbaring ke duduk,
pada PND batuk dan mengi menetap meskipun pasien melakukan perubahan posisi.
PND merupakan gejala spesifik pada gagal jantung. Asma yang berasal dari kardiak
berkaitan dengan PND, memberikan gejala berupa mengi sekunder akibat
bronkospasme, dan harus dibedakan dari asma primer dan mengi akibat suatu kondisi
paru.1
Kondisi orthopneu dan PND juga dapat ditemui pada pasien dengan kelainan katup
tahap lanjut, kardiomiopati, tumor primer pada jantung, hipertensi pulmoner, dan pasien
dengan gangguan kelenjar tiroid yang menimbulkan kelainan jantung.1,2
Timbulnya orthopnea dan PND pada pasien seringkali memberikan efek samping
psikologis pada pasien. Orthopnea dan PND seringkali menimbulkan insomnia.
Insomnia disertai keluhan psikis lainnya seperti anoreksia, lemas, dan cepat lelah yang
berlangsung lama dapat menimbulkan depresi. Timbulnya depresi pada pasien gagal
jantung mengakibatkan banyak efek samping diantaranya memperburuk luaran klinis
dari pasien, meningkatkan angka mortilitas, dan meningkatkan kebutuhan perawatan
bagi pasien sehingga pasien dengan gagal jantung harus dipantau setiap keluhan yang
ada dengan baik.1
Daftar Pustaka
1. Libby P, Bonow RO, Mann DL, Zipes DP, editors. Braunwald’s Heart Disease a
Textbook of Cardiovascular Medicine Volume 1. 8th ed. Philadeplhia: Saunders
Elsevier; 2008. p 561