Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SKRIPSI
Disusun Oleh:
DEWI SARTIKA HASIBUAN
NIM. 16030006P
Disusun Oleh:
DEWI SARTIKA HASIBUAN
NIM. 16030006P
1. IDENTITAS PRIBADI :
Nama : DEWI SARTIKA HASIBUAN
Nim : 16030006P
Tempat/tanggal lahir : Padangsidimpuan, 07 Maret 1993
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Bhakti Abri I Gg. Melati No. 13
2. RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. SD Negeri 200212/2 Padangsidimpuan : Lulus Tahun 1998 - 2004
2. MTsN Model Padangsidimpuan : Lulus Tahun 2004 - 2007
3. MAN I Padangsidimpuan : Lulus Tahun 2007 - 2010
4. Akbid Mitra Syuhada Padangsidimpuan : Lulus Tahun 2010 - 2013
KATA PENGANTAR
SWT, atas karunia dan rahmat yang telah dilimpahkan-Nya, penulis dapat
2018”, sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Di
tercinta Burhanuddin Hasibuan dan Ibunda tercinta Suaidah Pulungan yang selalu
memberikan doa dan dukungan moril maupun materiil untuk meraih cita-cita yang
selama ini diharapkan. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada:
1. Ns. Sukhri Herianto Ritonga, S.Kep, M,Kep selaku ketua Stikes Aufa Royhan
Padangsidimpuan.
2. Arinil Hidayah, SKM,M.Kes selaku ketua program studi Ilmu Kesehatan
penulis miliki. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
ini.
ABSTRACT
ARI ( Acut Respiratory Infection) is a disease that could cause death this disease
attacks the respiratory of tract one or more parts from the nose to the alveoli. The
number of the children under five that get the disease were about20 %-30 %. In
Sadabuan order that the total was about 897 children under five. It was caused by
sanitation factor, firstly,the indication were caught influenza, and followed by
treath shortnees and rapid breathing. Children under five was the most vulnerable
group in acute respiratory infection, the purpose of this researh to analyze the
correlation between mal nutrition and acut respiratory infection on children
under five. This research is analysis observational and quantitative research
method. The population of the research were all children under five on healty
center of Sadabuan. The sample were consisting 90 responden. The instrument of
the research was test Fisher Exact. The result of this research based on univariat
and bivariat nurtritional of infants children under five in healty center of
Sadabuan Padangsidimpuan city was 84 responden (93,3 %) where P = 0,176
(P<0,1) this research suggest that parents have to know the nutrition of food for
their children and healthy sanitation would ausid the children getting ARI.
Key Word :Nutritional Status, The Incidence of ARI
Reading List: 41 ( 2006-2015)
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JULUL
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
IDENTITAS PENULIS
KATA PEGANTAR
ABSTRAK............................................................................................................i
ABSTRACT.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR TEBEL................................................................................................v
DAFTAR SKEMA...............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum.........................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................5
1.4.1 Manfaat Praktis.....................................................................5
1.4.2 Manfaat Teoritis....................................................................5
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja..................................37
Puskesmas Sadabuan
5.2 Gambaran Kejadian ISPA Di Wilayah Kerja...................................38
Puskesmas Sadabuan
5.3 Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian ISPA ..............................39
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sadabuan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan.......................................................................................41
6.2 Saran ................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 3.2 Waktu Penelitian..................................................................................27
Tabel 3.6 Defenisi Operasional...........................................................................31
Tabel 4.2 Analisa Univariat..................................................................................34
Tabel 4.3 Analisa Bivariat....................................................................................36
DAFTAR SKEMA
halaman
Skema I Kerangka konsep..................................................................................24
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung
hingga alveoli, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. (Fitriana,
karena ISPA terutama pada bayi dan balita. ISPA merupakan penyakit yang sangat
sering dijumpai dan merupakan penyebab kematian paling tinggi pada anak balita
(Widoyono, 2008).
pada status kesehatan yang buruk dan mortalitas dikalangan anak-anak kecil.
Penyebab utama penyakit ini adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
atau Acute Respiratory Infection (ARI), baik yag disebabkan oleh bakteri
pilek, dan kesukaran bernafas. Episode atau serangan batuk pada anak
Rumah Tangga 1995, proprsi kematian ISPA pada bayi adalah 29,5%.
Artinya dari setiap 100 orang bayi yang meninggal sekitar 30 orang
kematian terbesar pada bayi dan balita adalah ISPA (Maryunani, 2010)
World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden Infeksi
angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15% - 20%
pertahun pada usia balita. Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan
cakupan pada tahun 2014 karena perubahan angka perkiraan kasus dari 10
dari 83,08 % pada tahun 2015 menjadi 91,91 % pada tahun 2015 dan pada
yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus maupun riketsia
tanpa atau disertai radang parenkim paru. Terjadinya ISPA dipengaruhi atau
ditimbulkan oleh tiga hal yaitu adanya kuman (terdiri dari lebih 300 jenis
bakteri, virus, riketsia) keadaan daya tahan tubuh (status gizi dan imunisasi)
dan keadaan lingkungan (rumah yng kurang ventilasi, lembab, basah, dan
32.371 Penderita dan tahun 2016 terjadi juga peningkatan menjadi 49.757
menggunakan hasil Riskesdas 2013 yang berbeda-beda untuk setiap provinsi dan
secara nasional sebesar 3,55% (Depkes RI, 2015).Faktor terbesar resiko ISPA
pada balita berasal dari pencemaran lingkungan dalam ruang, yaitu asap rokok
anggota keluarga.
gizi diukur berdasarkan umur (U), Berat badan (BB) dan tinggi badan
yaitu berat badan menurut umur BB/U, tinggi badan menurut umur (TB/U) dan
Data WHO tahun 2005 menunjukkan bahwa dari 7,6 juta kematian bayi
setiap tahunnya, 35% disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan nutrisi.
Malnutrisi ditemukan berhubungan kuat dengan angka kematian diare dan infeksi
saluran perStatus gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan
salah satu faktor risiko terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik
gizi kurang pada tahun 2010 menurun menjadi 17,9%, yaitu ada 900 ribu diantara
2,2juta bayi di Indonesia mengalami gizi kurang atau gizi buruk. Riskesdas
tahun2012, menyatakan bahwa prevelensi status gizi menurut BB/U untuk bayi
usia 6-12 bulan yaitu 4,9% gizi buruk, 13% gizi kurang, 76,2% gizi baik, dan
5,8% gizi lebih. Sedangkan untuk prevalensi sumatera utara terdiri dari 3,3% gizi
buruk, 12,4% gizi kurang, 78,1% gizi baik, dan 6,2% gizi lebih.
Berdasarkan data indeks penyakit pasien yang berobat di Wilayah
Kerja Puskesmas Sadabuan pada tahun 2017 dengan penyakit ISPA usia 1-5
tahun laki-laki dan perempuan tahun 2017 sebanyak 3642 jiwa. Pada tiga
bulan terakhir dari bulan desember 2017 - februari 2018 berjumlah 897
usia 12-60 bulan data 10 anak balita penderita ISPA tidak didapatkan
penurunan berat badan atau dengan kata lain balita yang mengalami ISPA masih
berstatus gizi baik, Didapatkan kesimpulan, bahwa berat badan anak balita
dengan judul hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada Balita di Wilayah
masyarakat tentang hubungan status gizi terhadap kejadian ISPA pada Balita.
wawasan ilmu pengetahuan dan menjadi salah satu bahan bacaan bagi peneliti
berikutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
hingga alveoli beserta organ Adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah
dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14
hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA, proses ini dapat
anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada Bronkus disebut
dibandingkan dengan kelompok penyakit lain. Lebih dari 50% absensi atau
dari semua angka tidak masuk kerja/sekolah disebabkan penyakit ini. Angka
barat, kasus ini banyak dijumpai pada recruitmen dan murid sekolah
padamusim dingin, awal musim gugur, atau pada masa-masa pergantian musi
(Soemantri, 2008).
Menurut Depkes RI (2007) ISPA adalah saluran pernafasan akut,
istilah ini meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut.
2. Saluran pernafasan adalah organ dari hidung hingga alveoli serta organ
(Depkes RI,2007).
1. Agen Penginfeksi
pneumococc
2. Umur
karena fungsi pelindung dari antibodi keibuan. Infeksi meningkat pada umur
3-6 bulan, pada waktu ini antara hilangnya antibodi keibuan dan produksi
antibodi bayi itu sendiri. Sisa infeksi dari virus berkelanjutan pada waktu
Beberapa agen virus membuat sakit ringan pada anak yang lebih tua tetapi
batuk asma pada balita. Sebagai contoh, batuk rejan secara relatif pada
3. Ukuran
itu jarak antara struktur dalam sistem yang pendek pada anak-anak ,
terbuka pada anak kecill dan anak muda yang membuat pathogen mudah
lain yang mengurangi daya tahan adalah malnutrisi, anemia, kelelahan, dan
5. Variasi Musim
wabah selama bulan musim semi dan dingin, tetapi infeksi mycoplasma
sering muncul pada musim gugur dan awal musim semi. Infeksi yang
selama cuaca dingin. Musim dingin dan semi adalah tipe “Musim RSV”
(Hartono, R, 2012).
dan paru-paru. Umumnya, gejala ini muncul sebagai respon terhadap racun
a. Hidung terus tersumbat dan berair, hal ini terjadi dalam waktu yang
c. Mengalami batuk kering dan juga sakit pada tenggorokan dalam waktu
d. Para penderita ISPA juga akan mengalami sakit kepala yang hebat
e. Kulit menjadi kusam karena kekurangan oksigen pada tiap darah yang
beredar.
Gejala ISPA pada bayi dan anak kecil secara umum sebagai berikut :
batuk dengan dahak kental, kesukaran bernafas (sesak napas), suara serak,
disertai sesak nafas atau tarikan dinding dada bagian bawah ke arah
dalam.
Adapun Pengklasifikasian ISPA menurut Ditjen P2MPL (2009), adalah:
1. ISPA Ringan
Gejala ISPA Ringan adalah adanya satu atau lebih tanda dan gejala
seperti betuk, pilek, serak yang disertai atau tanpa disertai panas atau
demam, keluarnya cairan dari telinga yang lebih dari 2 minggu tanpa
2. ISPA Sedang
Gejala ISPA Sedang adalah gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih
tanda dan gejala seperti pernafasan cepat lebih dari 50 kali per menit
atau lebih (tanda utama) pada umur 1 tahun dan 40 kali per menit pada
3. ISPA Berat
Gejala ISPA Berat adalah adanya gejala ISPA ringan dan sedang ditmbah
satu atau lebih tanda dan gejala seperti penarikan dada ke kedalam saat
penarikan nafas (tanda utama), adanya stidor atau pernafasan ngorok, dan
tidak mampu atau tidak mau makan. Tanda dan gejala lainnya adalah
umum.
(misalnya, gen penyandi toksin), dan jumlah atau dosis mikroba (ukuran
inokulum).
dilakukan yaitu:
1. Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah
3. Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi yang cukup
misalnya dapat diperoleh dari tempe atau tahu, karbohidrat dari nasi
atau jagung, lemak dari kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan
a. Pengertian
Statusgizi (nutrisionstatus) adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
status secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung. Penilaian
status gizi secara langsung dapat dilakukan dengan empat cara yaitu:
1. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat usia dan
pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihatdari jaringan
epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang
umumnya untuk survei klinis secara cepat (Rapid clinical surveys). Survei ini
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu pula digunakan untuk
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, Urin, tinja, juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu
parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia
struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti
kejadian buta senja epidemik (epidemicof night blindness). tes yang digunakan
dibagi tiga yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
1. Survei Konsumsi Makanan
konsumsi makanan adalah penentuan status gizi secara tidak langsungdengan
biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang sangat tergantung dari
ukuran baku yang disebut reference. Baku antropometri yang digunakan indonesia
adalah World Healt Organization Nasional Centre for Health Statistics (WHO
NCHS). Berdasarkan baku Hervard Statistik Tahun 2010 gizi dapat dibagi
kelebihan berat badan, yang terjadi karena kelebihan jumlah asupan energi
untuk aktifitas tubuh. Hal ini diwujudkan dengan adanya keselarasan antara
energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau disebabkan oleh gangguan
30 Desember 2010
berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Apabila asupan makanan atau zat gizi
dimungkinkan ia akan terkena gizi kurang dan apabila asupan gizi yang kurang
adalah energi dan protein maka dapat menyebabkan KEP (Kurang Energi Protein)
(Arisman, 2010).
Adapunfaktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan adalah sebagai
berikut:
2. Usia
Menurut Paat (2005) dalam Waryana (2010), usia bayi memang usia yang
rawan, kebutuhan gizi per kilogram berat badan lebih dari orang dewasa
batuk, pilek dan panas dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI aksklusif.
Saat bayi berusia 6 bulan atau lebih, sistem pencernaannya relatif sempurna
dan siap menerima makanan pendamping lainnya. Beberapa enzim pemecah
protein seperti asam lambung, pepsin, kopase, amilase baru akan diproduksi
sempurna. Saat bayi berusia kurang dari 6 bulan, sel-sel disekitar usus belum
hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari. Bahkan pada
E Penyakit infeksi
perlindungan besar dari berbagai besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan
imunitas bayi > 6 bulan lebih sempurna dibandingkan dengan usia bayi < 6 bulan.
Pemberian MP-ASI dini sama saja dengan membuka gerbang masuknya berbagai
jenis penyakit.
F Sanitasi Lingkungan
jenis penyakit antara lain saluran pencernaan dan pernafasan sehingga dapat
rendah. Konsumsi makanan yang rendah dapat menyebabkan status gizi kurang
(Supariasa, 2012).
Statusgizi bayi akan mendukung pertumbuhandan perkembangan bayi. Status
gizi bayi kurang atau berlebih tidak langsung muncul dalam makna klinis. Makna
setelah beberapa waktu. Oleh karena itu, status gizi kurang atau berlebih dapat
menjadi indikasi untuk mendapat perhatian dan perbaikan status gizi baik. Status
gizi buruk sangat perlu untuk dilakukan perbaikan status gizi karena pada keadaan
Besarnya gaji yang diperoleh terkadang tidak sesuai dengan banyaknya jenis
orang tersebut dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan jumlah yang diperlukan
oleh tubuh. Apabila makanan yang dikomsumsi tidak memebuhi jumlah zat-zat
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, maka dapat mengakibatkan perubahan pada
statusgizi
seseorang.
2.4 Kerangka Konsep
Status GIZI
Status Gizi.
variabel dependent yaitu kejadian penyakit ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja
2018.
BAB III
METODE PENELITIAN
kuantitafif dengan tujuan mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian ISPA
lokasi ini peneliti menemukan masalah yang berkaitan dengan status gizi bayi dan
Bulan
Kegiatan Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus
15 16 16 16 16 16 16 16 16
Pengajuan
judul
Penyusunan
proposal
Seminar
proposal
Perbaikan
proposal
hasil
seminar
Penelitian
Proses
bimbingan
hasil
penelitian
Sidang hasil
penelitian
orang, peristiwa, atau benda yang menjadi pusat perhatian bagi peneliti
(Thoifoh I’anatut , 2015). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh balita
elemen populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota
sampel dan sampel diambil dengan menggunakan tabel/generator angka ( Thoifoh
I’anatut , 2015).
n = N
N.e² + 1
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
n = 897
1 + 897 (0,1)²
n = 897
10,37
n = 90,3
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sujek penelitian
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu sumber bahan kajian yang digambarkan oleh bukan
Sadabuan.
Random Sampling.
penelitian.
6. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian
kuesioner.
diberikan.
dan frekuensi.
Depenisi Alat Skala
No Variabel Hasil Ukur
Operasional ukur Ukur
1. Status Gizi Keberhasilan Diukur Ordinal - Gizi baik
dalam dengan (-2SD s/d 2SD)
pemenuhan timbanga -Gizi kurang(-
nutrisi untuk anak n dan
3SDs/d ¿−2 SD
yang di umur(BB
indikasikan oleh /U) )
berat badan dan
umur menurut
NCHS
2. Kejadian Balita usia 12-60 Kuesioner Ordinal 1. Ya
ISPA pada bulan menderita
balita ISPA yang ditandai
dengan salah satu
gejala utama batuk, 2. Tidak
pilek,radang
tenggorokan
disertai panas yang
di diaknosa oleh
Dokter/Perawat/
Bidan
3.5 Depenisi Operasional
1. Editing ( Pengeditan )
yang bertujuan agar data yang masuk dapat diolah secara benar sehingga
penelitian.
2. Coding ( Pengkodean )
Data yang diedit dalam bentuk angka (kode), nama responden di ubah
1995/MENKES/SK/XII/2010.
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap
bila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan
dan dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu pada kerangka konsep dan
1. Univariat
dan frekuensi dari variabel independent dan dependent. Data disajikan dalam
2. Bivariat
hubungan secara kebetulan. Dalam analisis ini uji statistik yang digunakan
adalah Fisher’s Exact Test, dalam penelitian kesehatan uji signifikan dilakukan
dengan menggunakan batas kemaknaan (alpha) = 0,1 dan 90% pada aplikasi
spss (Riyanto, 2011). Jika nilai alpha > 0,1 maka Ho ditolak yang berarti
tidak ada hubungan status gizi terhadap kejadian ISPA, sedangkan jika nilai
alpha < 0,1 maka Ho ditolak. Ha diterima yang berarti ada hubungan status
HASIL PENELITIAN
Dari tabel 4.2.1 di atas mayoritas jenis kelamin responden adalah laki-laki
sebanyak 50 orang ( 55,6 %), minoritas perempuan sebanyak 40 orang ( 44,4 %).
Sedangkan ditinjau berdasarkan umur mayoritas responden ber umur 24-35 bulan
sebanyak 42 orang ( 46,7 %) dan minoritas ber umur 48-60 tahun sebanyak 10
balitabaik yaitu sebanyak 84 orang (93,3 %). Dan minoritas status gizinya kurang
sebagai berikut :
Tabel 4.2.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian ISPA
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sadabuan
Padangsidimpuan Utara Tahun 2018.
Diagnosis Frekuensi Presentase (%)
ISPA 31 34,4%
Tidak ISPA 59 65,6%
Jumlah 90 100%
sebanyak 59 orang ( 61,1 %), dan minoritas balita mengalami ISPA sebanyak
% yang disebabkan oleh status gizi kurang, sedangkan yang memiliki status gizi
Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara kedua variabel
dengan P value sebesar 0,176 ( P > 0,1), Hal ini mengindikasikan Ho diterima.
Dengan kata lain, pada tingkat kemaknaan 1 % atau P value < 0,1 yang telah
diperoleh oleh peneliti, menandakan tidak ada hubunganantara status gizi dengan
balita yang berstatus gizi baik beresiko ISPA 4 kali dari balita yang mengalami
PEMBAHASAN
Balita dengan status gizi baik yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas
Sadabuan Kota Padangsidimpuan berjumlah 84 balita (93,3 %). Hal ini sesuai
Ranotana Weru Kota Manado yaitu lebih tinggi pada kelompok status gizi baik
sebanyak 39 balita ( 69,6 %). Menurut William (2010), status gizi adalahkeadaan
tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi
digunakan untuk mengetahui kesehatan anak, secara umum status gizi dapat
dibagi 4 kategori yaitu: status gizi lebih, status gizi baik, status gizi kurang dan
Secara tidak langsung asupan gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
kembang anak. Ibu sebagai orang yang dekat dengan lingkungan asuhan anak ikut
berperan dalam proses tumbuh kembang anak melalui zat gizi makanan yang
diberikan.
Sedangkan balita dengan status gizi kurang hanya sedikit yaitu 6 balita
(6,7 %). Akibat kekurangan gizi akan mengakibatkan beberapa efek serius seperti
daya tahan tubuh terhadap penyakit yang akan meningkatkan resiko kesakitan
yang mendapat makanan yang cukup baik tidak akan mudah diserang penyakit
infeksi sedangkan anak yang makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuh
ini, namun informasi mengenai status gizi sekiranya dapat disebarluaskan pada
untuk anak.
wilayah Kerja Puskesmas Sadabuan lebih rendah dibandingkan yang tidak ISPA.
Puskesmas Tompeyan Tegal Yogyakarta juga rendah. Adapun faktor resiko ISPA
menurut WHO (2010), meliputi faktor genetik dalam keadaan umum seperti
kesehatan, sosial, dan kondisi lingkungan, sehingga faktor ini tergantung kepada
orang tua yang menurunkan ketahanan tubuhnya. Faktor lainnya adalah faktor
lingkungan.
menjaga kebersihan di dalam rumah, mengatur pertukaran udara dalam rumah dan
pertahanan udara di dalam rumah tetap bersih sehingga dapat mencegah kuman
hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA,denganP = 0,176 dimana P<
0,1.Hal ini menunjukkanbahwa tidak semua balita dengan gizi kurang akan
diserang ISPA.
Berdasarkan pengamatan dilapangan yang dilakukan di Wilayah kerja
diantaranya berstatus gizi baik tetapi masih saja mengalami ISPA. Hal ini
disebabkan oleh faktor lingkungan yaitu Asap rokok dari orang tua atau penghuni
resikokesakitan dari bahan toksin pada anak-anak. Paparan yang terus menerus
mudah memasuki saluran nafas dan menimbulkan infeksi. Walaupun ISPA secara
biologis disebabkan oleh patogen, namun perilaku merokok juga menjadi faktor
dinding dada bagian bawah ke dalam yaitu 50 kali permenit dan 40 kali permenit
atau lebih.
Penelitian ini didukung oleh Eustakia Yosefia (2015), menunjukkan tidak
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
dimana P< 0,1 menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi
Padangsidimpuan Utara.
6.2 Saran
1. Bagi Masyarakat
a. Disarankan kepada ibu agar lebih mengetahui bahwa penyebab ISPA bukan
hanya dari status gizi, tetapi bisa juga karena lingkungan yang tidak bersih
anggota keluarga.
b. Diharapkan kepada ibu yang memiliki balita penderita ISPA agar segera
dan metode yang lain agar dapat memperluas hasil penelitian ini.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai sarana sumber informasi dan wawasan yang bermamfaat bagi
Abd. Nasir dkk, (2011), buku ajar : metode penelitian kesehatan : Yogyakarta
:Nuha medika
Arif Ganawan. ( 2015). Tidak ada Hubungan Status Gizi terhadap terjadinya
penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita Jurnal
Pembangunan tahun 2015
Arisman. (2010), Gizi dalam daur kehidupan, Buku ajar Ilmu Gizi, Jakarta :EGC
Budi, S. (2010), Hubungan Status Gizi dengan kejadian ISPA pada balita di
Melong Asih Kota Cimahi. Jurnal Kesehatan. Vol. 2, No. 1 tahun
2015
Marimbi. (2010) Tumbuh Kembang Anak, status gizi . Yogyakarta: Nuha Medika
.
LAMPIRAN
Padangsidimpuan.
pihak manapun.
Responden
KUESIONER
HUBUGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ISPA
PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS
SADABUAN KOTA PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2018
IDENTITAS BALITA
1 Nama Balita
2 Jenis Kelamin 1. laki-laki 2. perempuan
3 Tanggal Lahir _____/_____/_________/
4 Umur
5 Berat Badan (kg)
6 Tinggi Badan (cm)
1. ≥2500 gram 2. ≤2500
7 Berat Badan Lahir
gram
I. IDENTITAS RESPONDEN DAN KELUARGA
8 Nama Ibu Balita
9 Umur Ibu/tgl.lahir
1 Pendidikan terakhir 1. Tidak tamat SD
2. Tamat SD
0 ibu
3. Tamat SMP
4. Tamat SMA
5. Perguruan tinggi
11 Pendidikan terakhir 1. Tidak tamat SD
2. Tamat SD
ayah
3. Tamat SMP
4. Tamat SMA
5. Perguruan tinggi
1 Pekerjaan ibu
2
1 Pekerjaan ayah
3
1 Alamat Rumah
4
II. RIWAYAT SAKIT ISPA
1 Dalam satu bulan terakhir, 1. ya
2. tidak
5 Apakah (Nama) Pernah di agnosis
ISPA (Panas,batuk pilek,radang
tenggorokan) Oleh tenaga
kesehatan (Dokter/Perawat/Bidan)
1 Dalam satu bulan terkhir, apakah 1. Ya
2. tidak
6 (Nama) pernah menderita panas
disertai batuk berdahak/kering
atau pilek?
Frequency Table
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Umur Balita
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Status Gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstabs
Status Gizi * Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) Crosstabulation
Total Count 31 59 90
Chi-Square Tests
N of Valid Casesb 90
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,07.
N of Valid Cases 90
Risk Estimate
N of Valid Cases 90
MASTER TABEL
Karekteristik Balita Status Kuesioner Skore Kode
No Gizi ISPA
Tggl lahir JK umur BB BB/U P1 P2
1 27/07/2017 1 12 bln 9 -0,6 2 1 1 2 1
2 04/05/2015 1 38 bln 14 -0,4 2 0 0 0 2
3 12/12/2015 2 32 bln 11 -1,4 2 0 0 0 2
4 02/07/2015 2 36 bln 13 -0,5 2 0 0 0 2
5 04/04/2014 2 51 bln 16 -0,2 2 1 0 1 1
6 23/01/2017 2 18 bln 10 -0,01 2 0 0 0 2
7 12/01/2017 2 18 bln 8 -3 1 1 0 1 1
8 03/02/2015 1 41 bln 15 -025 2 0 0 0 2
9 03/06/2016 1 25 bln 12 -0,1 2 1 1 1 1
10 04/06/2017 1 13 bln 10 -0,28 2 0 0 0 2
11 27/04/2017 1 15 bln 11 -0,58 2 0 0 0 2
12 20/01/2015 2 42 bln 15 0,6 2 1 1 2 1
13 07/04/2015 2 39 bln 11 -2,5 1 1 0 1 1
14 05/05/2017 2 14 bln 10 -1,2 2 0 0 0 2
15 29/04/2016 2 27 bln 12 -0,1 2 0 0 0 2
16 06/06/2017 2 13 bln 10 -0,6 2 1 0 1 1
17 04/07/2014 2 48 bln 16 -0,04 2 0 0 0 2
18 04/07/2017 2 12 bln 10 0,9 2 0 0 0 2
19 27/03/2015 1 40 bln 17 -1 2 1 1 2 1
20 31/07/2016 1 24 bln 13 -0,6 2 1 1 2 1
21 26/05/2015 1 38 bln 16 -0,6 2 1 1 2 1
22 20/02/2017 1 17 bln 12 -1 2 1 1 2 1
23 15/02/2016 1 29 bln 13 -0,07 2 0 0 0 2
24 08/06/2014 1 49 bln 18 -0,4 2 0 0 0 2
25 22/01/2016 2 30 bln 14 -0,7 2 1 0 1 1
26 17/05/2015 2 38 bln 16 0,8 2 1 1 2 1
27 19/02/2016 2 29 bln 14 -0,8 2 1 1 2 1
28 29/07/2017 2 12 bln 9 -1 2 0 0 0 2
29 30/03/2014 1 52 bln 17 0,3 2 0 0 0 2
30 30/05/2015 1 38 bln 16 0,6 2 0 0 0 2
31 21/07/2017 1 12 bln 10 -0,3 2 0 0 2 2
32 11/01/2016 1 31 bln 15 -0,8 2 1 1 2 2
33 09/06/2017 2 13 bln 10 -0,6 2 0 0 0 2
34 04/06/2017 1 12 bln 10 -0,2 2 1 1 2 1
35 25/02/2014 2 48 bln 16 -0,08 2 0 0 0 2
36 29/05/2017 2 17 bln 11 -1 2 1 1 2 2
37 04/06/2016 2 25 bln 11 0,5 2 1 1 2 2
38 16/04/2015 1 39 bln 16 -0,5 2 0 0 0 2
39 31/03/2016 1 28 bln 14 -0,6 2 0 0 0 1
40 22/04/2014 1 50 bln 19 -1 2 0 0 0 2
41 03/07/2017 1 12 bln 10 -0,3 2 0 0 0 1
42 31/01/2016 1 30 bln 15 -1 2 1 1 2 2
43 23/06/2017 2 13 bln 10 0,6 2 0 0 0 1
44 13/04/2016 2 28 bln 12 -0,2 2 0 0 0 2
45 11/04/2014 2 50 bln 19 -1 2 0 0 0 1
46 28/05/2016 2 26 bln 13 -0,1 2 0 0 0 1
47 05/05/2017 2 14 bln 12 -0,6 2 1 1 2 2
48 29/04/2014 1 51 bln 16 -0,2 2 0 0 0 2
49 31/05/2015 1 38 bln 11 -3 1 0 0 0 2
50 23/05/2016 1 26 bln 14 -0,3 2 0 0 0 2
51 14/04/2016 1 27 bln 14 -0,58 2 0 0 0 2
52 12/06/2015 1 37 bln 16 -1,2 2 1 1 2 2
53 10/07/2014 2 48 bln 18 -0,1 2 0 0 0 1
54 05/02/2015 2 41 bln 16 -0,04 2 0 0 0 1
55 19/02/2016 2 29 bln 14 -1 2 0 0 0 2
56 18/05/2016 2 24 bln 13 -0,07 2 0 0 0 2
57 12/03/2016 2 28 bln 14 -0,4 2 1 1 2 2
58 11/06/2016 2 25 bln 13 -0,6 2 0 0 0 2
59 02/05/2016 2 26 bln 13 -0,3 2 0 0 0 2
60 05/05/2016 1 26 bln 12 -1 2 1 1 2 1
61 07/06/2016 1 25 bln 12 -0,2 2 1 1 2 2
62 19/04/2015 1 39 bln 14 -0,08 2 1 1 2 2
63 20/03/2016 1 28 bln 13 -1 2 0 0 0 2
64 23/05/2016 1 26 bln 12 -0,5 2 0 0 0 2
65 16/06/2016 1 25 bln 12 -0,4 2 0 0 0 1
66 08/02/2016 1 29 bln 13 -0,6 2 0 0 0 2
67 06/07/2016 1 24 bln 12 -0,8 2 0 0 0 2
68 27/01/2016 1 30 bln 13 -0,5 2 0 0 0 1
69 22/03/2016 1 28 bln 14 -0,7 2 0 0 0 1
70 09/06/2016 1 25 bln 13 -1 2 0 0 0 1
71 14/02/2016 1 29 bln 14 -1 2 0 0 0 2
72 24/05/2015 1 38 bln 16 -0,5 2 1 0 1 2
73 02/02/2016 2 29 bln 13 -0,6 2 0 0 0 2
74 09/06/2016 2 25 bln 9 -3 1 1 0 1 2
75 07/04/2016 2 27 bln 12 -1 2 0 0 0 2
76 28/04/2016 2 27 bln 12 -0,6 2 0 0 0 2
77 16/05/2015 1 38 bln 16 -0,2 2 0 0 0 2
78 29/02/2016 1 29 bln 14 -0,1 2 1 0 1 2
79 17/06/2016 1 25 bln 12 -0,08 2 0 0 0 2
80 27/01/2016 1 30 bln 13 -0,28 2 0 0 0 1
81 22/05/2015 1 38 bln 15 0,25 2 0 0 0 2
82 27/04/2016 1 27 bln 14 -3 1 1 1 2 1
83 11/01/2016 2 30 bln 14 -0,5 2 0 0 0 2
84 20/06/2016 1 25 bln 13 -3 1 0 0 0 2
85 23/06/2016 1 25 bln 13 -0,4 2 0 0 0 2
86 29/07/2015 1 36 bln 14 -0,1 2 1 1 2 1
87 12/07/2016 1 24 bln 13 -1 2 0 0 0 2
88 28/07/2016 1 24 bln 14 -0,5 2 0 0 0 2
89 25/05/2015 1 38 bln 16 -0,6 2 0 0 0 2
90 27/01/2015 2 42 bln 17 0,01 2 1 1 2 1
Ket:
Jenis Kelamin Status Gizi Kejadian ISPA
1. : Laki-laki 1 : Gizi kurang 1 : ISPA
2. : Perempuan 2 : Gizi baik 2 : Tidak ISPA