Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH :
KELOMPOK 6
SISKA 1603409002
ANDINI SUCI LESTARI 1603409009
IRO T. TOINENG 1603409014
SASA 1603409024
BELLA TRIANA 1603409035
1. Latar Belakang
Anggrek merupakan salah satu tanaman hias berbunga yang karena
keindahannya banyak diminati dipasaran,selain itu anggrek juga dimanfaatkan
sebagai bahan pembuatan produk kesehatan dan kecantikan. Anggrek tergolong
anggota famili “orchidaceae”, famili ini merupakan salah satu famili tanaman
berbunga yang besar dengan jumlah spesies kurang lebih 43.000 spesies dari 750
generasi yang berbeda, dan sekitar 5000 spesies terdapat di Indonesia (Putra,
2009).
Permintaan anggrek di pasaran yang tidak sebanding dengan
ketersediaannya menjadi salah satu permasalahan dalam budidaya tanaman ini.
Teknik kultur jaringan menjadi alternatif yang dapat menjawab permasalah
tersebut. Pada tahun 1920-an, Knudson menunjukkan bahwa perkecambahan biji
anggrek dapat dilakukan dengan menanam biji anggrek pada media yang
mengandung mineral dan gula sebagai sumber energi. Penelitian yang berhasil
dilakukan Knudson menunjukkan bahwa biji anggrek dapat berkecambah secara
in vitro. Beberapa alasan untuk megecambahkan biji anggrek secara in vitro
adalah biji anggrek sangat kecil dan mengandung cadangan makanan yang sangat
sedikit atau bahkan tidak ada. Perkecambahan secara in vitro dapat membantu
perkecambahan embrio anggrek yang belum berkembang atau belum matang
sehingga memperpendek siklus pemuliaannya atau budidayanya (Arditti, 2010).
Kultur jaringan sering disebut juga perbanyakan tanaman secara invitro,
yaitu budidaya tanaman yang dilaksanakan dalam botol-botol dengan media
khusus dan alat-alat yang steril. Sistem perbanyakan tanaman dengan kultur
jaringan ini dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak dan
dalam waktu yang singkat. Tanaman baru yang dihasilkkan mempunyai sifat-sifat
biologis yang sama dengan sifat induknya. Sistem budidaya jaringan juga
memiliki keuntungan lain yaitu penghematan tenaga, waktu, tempat dan biaya.
Masyarakat pecinta tanaman anggrek adalah yang paling dahulu tertarik dengan
perbanyakan tanaman dengan sistem kultur jaringan. Sistem kultur jaringan ini
dapat menghasilkan bibit-bibit anggrek dalam jumlah banyak. Bibit-bibit anggrek
hasil dari kultur jaringan memiliki kualitas yang sangat baik dengan warna bunga
yang seragam (Prasetyo, 2009).
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur
jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang
akan diperbanyak. Media kultur yang baik seharusnya menyediakan unsur hara
baik makro maupun mikro, sumber vitamin dan asam amino, sumber karbohidrat,
zat pengatur tumbuh, senyawa organik sebagai tambahan seperti air kelapa,
ekstrak buah dll, bahan pemadat: agar-agar dan gelrite dan juga menyediakan
arang aktif untuk kasus tertentu untuk tanaman.
Senyawa organik sering ditambahkan ke dalam media sebagai sumber
pembentuk asam amino dan vitamin. Senyawa organik yang sering ditambahkan
adalah air kelapa, ekstrak ragi, ekstrak buah, dan casein hydrolisat. Sebagai
sumber energi ditambahkan dari senyawa-senyawa yang merupakan sumber
karbohidrat, seperti sukrosa (paling baik pada tanaman umumnya), glukosa,
fruktosa, dam maltosa. Penambahan arang aktif berfungsi untuk mengarbsorbsi
senyawa-senyawa fenolik dan untuk merangsang pertumbuhan akar (Harianto,
2009).
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini yaitu
a. Bagaiman cara pembuatan media padat untuk kultur in vitro?
b. Bagaimana cara penanaman biji anggrek (Vanda sp.) secara in vitro?
3. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu
a. Untuk mengetahui bagaiman cara pembuatan media padat untuk kultur in
vitro?
b. Bagaimana cara penanaman biji anggrek (Vanda sp.) secara in vitro?
B. METODE PRAKTIKUM
3. Cara Kerja
a. Prosedur pembuatan media
1) Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan
2) Menimbang gula pasir sebanyak 10 gram, dan agar sebanyak 5 gram
serta melarutkan di dalam 200 ml aquades.
3) Menimbang medium MS sebanyak 2,25 gram, memasukkan kedalam
erlenmeyer yang berisi 500 ml aquades.
4) Memasukkan 150 ml air kelapa yang telah disaring.
5) Setelah semua bahan tercampur rata, selanjutnya mengukur pH larutan
dengan menggunakan indikator pH universal, sesuaikan pada yang
mendekati pH 6. Sesuaikan Ph dengan menambahkan KOH 1 N jika
terlalu asam atau menambahkan HCL 1 N jika terlalu basa.
6) Menambahkan agar lalu dipanaskan diatas kompor sambil mengaduk
terus menerus hingga mendidih.
7) Setelah mendidih, memasukkan media kedalam botol kultur masing-
masing sebanyak 20 ml, menutup dengan plastik tahan panas, dan
mengikat dengan karet tahan panas.
8) Kemudian larutan di autoklaf selama 15 menit dalam suhu 121oC.
9) Kemudian diinkubasi selama 3 hari untuk melihat tingkat kontaminasi.
10) Kemudian dikultur diruang disteril.
1. Hasil
a. Hasil dari praktikum pembuatan media diperoleh hasil pengamatan yaitu:
No Teknik pembuatan media Gambar
1. Menimbang gula pasir sebanyak
10 gram
6. Melarutkan medium MS
9. Mengukur pH larutan
10. Menambahkan agar
2. Pembahasan
a. Pembuatan Media
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan pada pembuatan medium
hal yang pertama yaitu dengan menyiapkan semua alat dan bahan yang akan
digunakan. Menimbang gula pasir sebanyak 10 gram dan agar sebanyak 5 gram
serta menimbang MS sebanyak 2,25 gram. Mengukur volume aquades sebanyak
200 ml lalu memasukkan gula kedalam erlenmayer yang berisi aquades
selanjutnya dihomogenkan. Menambahhkan medium stok MS, memasukkan 150
ml air kelapa yang telah disaring yang sudah berisi medium MS dan gula pasir.
Kemudian menambahkan aquades hingga mencapai 500 ml. setelah itu larutan
diukur pH nya. Dimana pH yang digunakan yaitu pH 6. Apabila belum mencapai
pH 6 medium ditambah larutan HCL yang digunakan untuk menurunkan pH dan
larutan NaOH digunakan untuk menaikkan pH pada larutan. Kemudian
menambahkan agar dan memanaskannya di kompor. Menuang larutan kedalam
botol kultur dan menutupnya dengan plastik tahan panas serta mengikat dengan
karet. Mesterilkan media di dalam autoklaf setelah itu menyimpan hasil media
ditempat steril dan terhindar dari serangga.
Larutan stok pada dasarnya ditujukan untuk menyediakan bahan-bahan yang
diperlukan pada pembuatan media dengan konsentrasi yang tepat. Karena media-
media yang digunakan pada kultur jaringan diperlukan unsur-unsur dengan
konsentrasi yang sangat kecil. Karena tidak dimungkinkan menimbang unsur
dengan konsentrasi yang sangat kecil, maka dibuatlah larutan stok dengan
menggunakan konsep kalibrasi, sehingga pada pembuatan media, unsur-unsur
tersebut dapat digunakan seusia dengan konsentrasi yang diinginkan Gula
berfungsi ganda di dalam media yaitu berfungsi sebagai sumber energi, dan
sebagai penyeimbang tekanan osmotik media. Gula digunakan sebagai sumber
energi dalam media kultur, karena umumnya bagian tanaman atau eksplan yang
dikulturkan tidak autotrof dan mempunyai laju fotosintesis yang rendah. Oleh
sebab itu tanaman kultur jaringan membutuhkan karbohidart yang cukup sebagai
sumber energi. Menurut George dan Sherrington (2004), sukrosa adalah sumber
karbohidrat penghasil energi yang terbaik melebihi glukosa, maltosa, rafinosa.
Namun jika tidak terdapat sukrosa, sumber karbohidrat tersebut dapat digantikan
dengan gula pasir. Gula pasir cukup memenuhi syarat untuk mendukung
pertumbuhan kultur. Selain sebagai sumber energi, gula juga berfungsi sebagai
tekanan osmotik media (Gunawan, 2008).
Setelah tiga hari dilakukan pengamatan pada medium, tidak terdapat
media MS 150 yang terkontaminasi.. Menurut Andini dan Linda (2001),
menyatakan bahwa keberhasilan dalam penggunaan metode kultur jaringan,
sangat bergantung pada media yang digunakan. Media kultur merupakan
komponen faktor lingkungan yang menyediakan unsur pertumbuhan tanaman
seperti unsure hara makro, unsure hara mikro. Pada parakikum ini media kultur
yang dibuat yaitu dalam bentuk padat dengan formulsi Mura shige dan Skoog.
1. Dari pengamatan yang telah dilakukan pada pembuatan media yang telah
dilakukan kelompok enam , setelah tiga hari dilakukan pengamatan pada media
tidak ,terdapat media yang terkontaminasi, hal ini dikarenakan proses
pembuatan media steril dan teratur
2. Dari pengamatan yang telah dilakukan pada penanaman biji anggrek (Vanda
sp.) setelah minggu ke-1 tidak ditemukan media yang terkontam, pada minggu
ke-2 dan ke-3 ditemukan media yang kontam masing-masing 2 media dan pada
minggu ke-4 media yang tersisa tidak mengalami kontaminasi.
E. DAFTAR PUSTAKA
Imron, A. Tamyis Ali. 2007. SterilisasiI Alat Dan Pembuatan Medium Kultur.
Erlangga. Jakarta.
Pierik, R.L.M. 1997. In Vitro Culture of Higher Plants. The Netherlands: Kluwer
Academica Publisher, Dordrecth.