Вы находитесь на странице: 1из 7

Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP


INVESTIGATION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI IA
SMA NEGERI 4 SINGARAJA

Oleh
Putu Prima Juniartina, S.Pd. M.Pd
Pendidikan IPA, Undiksha, Singaraja
Email: Prima412@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : (1) perbedaan pemahaman konsep dan keterampilan
berpikir kritis antara siswa yang mengikuti model pembelajaran group investigation dan konvensional, (2)
perbedaan pemahaman konsep antara siswa yang mengikuti model pembelajaran group investigation dan
konvensional dan (3) perbedaan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti model pembelajaran
group investigation dan konvensional.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan non-equivalent
postest only control group design. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IA SMA Negeri 4 Singaraja
tahun pelajaran 2011/2012. Pengambilan kelas penelitian berdasarkan teknik simple random sampling Data
dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan MANOVA. Sebagai tindak lanjut dari MANOVA,
digunakan Least Significant Difference (LSD) untuk menguji komparasi pasangan skor rata-rata tiap kelompok
perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat: (1) perbedaan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir
kritis antara kelompok model group investigasi dengan model konvensional (F = 32,56; p<0,05), (2) perbedaan
yang signifikan pemahaman konsep antara kelompok model group investigasi dan kelompok model
pembelajaran konvensional (F = 43,019; p<0,05, (3) perbedaan yang signifikan keterampilan berpikir kritis
antara kelompok model group investigasi dan kelompok model pembelajaran konvensional (F = 37,14; p<0,05).
Berdasarkan uji LSD diperoleh PK dan KBK yang dicapai oleh siswa yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaram kooperatif tipe group investigasi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan
menggunakan pembelajaran konvensional.

Kata kunci: group investigation, pemahaman konsep, dan berpikir kritis.

Abstract
This research is aimed to analyze (1) ) the difference of critical thinking skills and physics
understanding between students who studied through group investigation model and their counterparts who
studied through direct instruction learning model, (2) conceptual understanding skills between students who
studied through group investigation model and their counterparts who studied through direct instruction learning
model, and (3) critical thinking skills between students who studied through group investigation model and their
counterparts who studied through direct instruction learning model
This study was an experimental study using the posttest-only control group design. The subjects were
all students in grade XI IA SMA Negeri 4 Singaraja academic year 2011/2012. The selection of the class for this
study was based on simple random sampling technique. The data were analyzed by descriptive statistics and
MANOVA. Following MANOVA, Least Significant Difference used (LSD) to test the comparative pair average
scores of each treatment group.
The result found that (1) there is significant influence learning model of concept comprehension
variables and critical thinking together (F = 32,56; p<0,05), (2) there are significant differences between groups
PK model of group investigations and direct instruction learning model (F = 43.019, p <0.05). (3) there are
significant differences between groups KBK model of group investigations and direct instruction learning model
(F = 37,14; p<0,05). Based on the LSD test and KBK obtained PK is achieved by students who learned using a
Learning cooperative model of type GI better than students who learn using conventional teaching.

Key words: group investigation, concept comprehension, and critical thinking ability.

188
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

Pemahaman adalah basic thinking skill yang


merupakan dasar untuk pencapaian kemampuan
I. PENDAHULUAN berpikir kritis. Berpikir kritis adalah proses
Pendidikan merupakan tolak ukur terorganisasi yang melibatkan proses mental yang
kemajuan suatu bangsa. Indonesia merupakan menyangkut di dalamnya pemahaman konsep,
suatu negara yang menganut sistem pendidikan pemecahan masalah, pengambilan keputusan,
nasional. Tujuan pendidikan nasional menurut analisis, dan aktivitas inkuiri ilmiah (Ennis,
UU nomor 20 Sistem Pendidikan Nasional tahun 1985).
2003 adalah mengembangkan potensi peserta Menurut Human Development Report
didik agar menjadi manusia yang beriman dan 2007-2008, Human Development Indeks (HDI)
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Indonesia sebesar 0,728 (HDI > 0,9 = tinggi, dan
berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, HDI < 0,9 = rendah) yang berada pada peringkat
mandiri, dan menjadi warga yang demokratis 107 dari 177 negara yang disurvei oleh UNDP
serta bertanggung jawab. Apabila tujuan (Kuncoro, 2009). Indeks pendidikan mencapai
pendidikan ini dapat tercapai, maka diharapkan 0,83 karena angka melekhuruf sebesar 90,4% dan
sumber daya manusia Indonesia menjadi sumber rat0rata rasio masuk sekolah dari SD sampai
daya yang berkualitas, mampu menghadapi SMU mencapai 68,2%. Dengan kata lain, belum
persaingan global, menguasai IPTEK, serta seluruh rakyat Indonesia terbebas dari
memiliki keterampilan-keterampilan dalam kebodohan. Berdasarkan data dari TIMMS
hidupnya. (Trend International Mathematics and Science
Menjawab tuntutan tersebut pemerintah Study) prestasi siswa Indonesia masih sangat
memandang perlu adanya perbaikan dan rendah bila dibandingkan dengan negara di Asia
penyempurnaan kurikulum pendidikan sains, Tenggara (Yuwono, 2009). Hal itu dapat dilihat
karena kurikulum merupakan jantungnya dari posisi Indonesia rata-rata 411 (400, rendah),
pendidikan (Rosyada, 2004). Kurikulum terbaru Malaysia rat-rata 508 (475, menengah),
yang diberlakukan di semua jenjang sekolah di Singapura rata-rata 605 (625, tingkat lanjut).
Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Data ini menunjukkan bahwa output dari
Pendidikan (KTSP). Pelaksanaan KTSP pendidikan Indonesia belum mencapai hasil yang
diintegrasikan dengan kecakapan hidup (life maksimal, dimana data ini juga mencerminkan
skill), yaitu para siswa harus belajar tentang bahwa belum maksimalnya pemahaman siswa
kecakapan mengenal diri, kecakapan sosial, terhadap konsep-konsep yang diajarkan.
kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional Rendahnya pemahaman konsep dan
(Arnyana, 2007). Pemberlakuan KTSP di sekolah penguasaan siswa terhadap materi fisika dapat
memberikan otonomi yang luas bagi sekolah atau disebabkan rendahnya keterampilan berpikir
guru untuk mengembangkan pembelajarannya, kritis siswa. Hal ini didukung oleh penemuan
sesuai dengan karakteristik siswa dan sumber (2000) bahwa terjadi keluhan tentang
belajar yang ada di lingkungannya (Suastra et al., rendahnya keterampilan berpikir kritis yang
2007). dimiliki oleh lulusan pendidikan dasar sampai
Terkait dengan pelaksanaan reformasi perguruan tinggi, karena pendidikan berpikir
pendidikan, Gardner (1999) menyampaikan belum ditangani dengan baik. Demikian juga
bahwa tujuan umum pendidikan seharusnya penelitian yang dilakukan Sadia (2008) di
diarahkan pada pencapaian pemahaman untuk beberapa kabupaten di Bali menunjukan bahwa
penguasaan berbagai bidang disiplin. Pemahaman keterampilan berpikir kritis siswa SMAN kelas X
adalah suatu proses mental terjadinya adaptasi berkualifikasi rendah dengan skor rerata (mean)
dan transformasi ilmu pengetahuan (Gardner, 49,38 dan simpangan baku 16,92 (skor standar
1999). Berdasarkan deskripsi tersebut, maka 100); dan keterampilan berpikir kritis siswa
pemahaman dalam pembelajaran fisika SMPN kelas IX berkualifikasi rendah dengan
dimaksudkan sebagai kemampuan untuk: (1) skor rerata (mean) 42,15 dan simpangan baku
menjelaskan konsep, prinsip, dan prosedur, (2) 14,34 (skor standar 100).
mengidentifikasi dan memilih konsep, prinsip, Selain minimnya pemberian kesempatan
dan prosedur, (3) menerapkan konsep, prinsip, kepada siswa untuk mengasah keterampilan
dan prosedur. Ketiga dimensi pemahaman dalam berpikir, pemahaman konsep fisika juga belum
penelitian ini merupakan kemampuan berpikir mendapat perhatian yang serius dari pendidikan.
dasar (basic thinking skill) dalam tangga Rendahnya pemahaman konsep ini disebabkan
kemampuan berpikir (Krulik & Rudnick, 1995). oleh banyaknya miskonsepsi siswa. Pernyataan

189
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

ini didukung oleh Sadia, et al., (2004) yang sebagai laboratorium untuk belajar tentang
mengungkapkan bahwa salah satu penyebab kehidupan di dunia nyata yang bertujuan
universal rendahnya pemahaman konsep fisika mengkaji masalah-masalah sosial dan antar
yang dicapai siswa adalah terjadinya kesalahan pribadi.
konsep (miskonsepsi) pada siswa. Pentingnya Model GI telah digunakan dalam
pemahaman konsep sains dan kreativitas yang berbagai situasi dan dalam berbagai bidang studi
sesuai dengan amanat kurikulum dapat digunakan dan berbagai tingkat usia. Pada dasarnya model
sebagai acuan dalam proses pembelajaran untuk ini dirancang untuk membimbing para siswa
mencapai nilai tersebut. Untuk itu, seharusnya mendefinisikan masalah, mengekplorasi berbagai
dalam suatu proses pendidikan di sekolah, cakrawala mengenai masalah itu,
pendidikan seharusnya menyediakan lingkungan mengumpulkkan data yang relevan,
yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan dan menguji hipotesis.
mengembangkan kreativitas dan kemampuannya Penelitian oleh Wijaya (2005), menunjukkan
secara optimal, sehingga pendidikan dapat dengan penerapan model GI dapat meningkatkan
mewujudkan diri dan fungsi sepenuhnya sesuai kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor
dengan kebutuhan masyarakat (Forster, 2009). siswa secara signifikan.
Pembelajaran sains (fisika) Berdasarkan uraian di atas model
membutuhkan strategi pembelajaran yang pembelajaran kooperatif group investigasi
bersifat unik, otentik, dan holistik (Santyasa, memberikan peluang kepada siswa untuk lebih
2004). Yasa (2007) memaparkan bahwa, sampai banyak terlibat dalam proses pembelajaran dan
saat ini masih banyak pembelajaran fisika yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
dilakukan hanya menekankan pada pencapaian bekerja sebagai ilmuan. Hal ini memungkinkan
akademik. Bagi para siswa, belajar fisika untuk meningkatkan ppemahaman konsep dan
tampaknya hanya untuk keperluan menghadapi keterampilan berpikir kritis siswa. Bertolak dari
ulangan atau ujian, dan terlepas dari sejauh mana uraian di atas, peneliti ingin mengkaji lebih jauh
mereka mampu menerapkan konsep yang mereka pengaruh model pembelajaran group
pelajari untuk memecahkan permasalahan- investigation terhadap pemahaman konsep dan
permasalahan dalam kehidupan mereka sehari- keterampilan berpikir kritis siswa.
hari (Sadia, 1997). Sudarman (2007) Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
mengungkapkan hal yang senada bahwa, proses Menganalisis perbedaan pemahaman konsep dan
pembelajaran hanya diarahkan pada kemampuan keterampilan berpikir kritis siswa antara
anak untuk menghafal informasi. Salah satu kelompok siswa yang belajar dengan model
model pemebelajaran yang dapat mengatasi pembelajaran kooperatif Group Investigation dan
permasalahan tersebut adalah model kelompok siswa yang belajar dengan model
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran pembelajaran konvensional.Menganalisis
kooperatif dikembangkan berdasarkan andangan perbedaan pemahaman konsep antara kelompok
kontruktivisme (Slavin, 1995) menyatakan siswa yang belajar dengan model pembelajaran
pendekatan kontruktivisme dalam pembelajaran kooperatif Group Investigation dan konvensional.
kooperatif bertolak dari asumsi bahwa siswa akan Menganalisis perbedaan keterampilan berpikir
lebih mudah mengkontruksi pengetahuannya, kritis antara kelompok siswa yang belajar dengan
lebih mudah menemukan, dan memahami pembelajaran kooperatif Group Investigation dan
konsepyang sulit jika mendiskusikan suatu konvensional.
masalah yang dihadapi dengan temannnya.
Beberapa ahli berpendapat, bahwa model II. METODE
kooperatif unggul dalam membantu siswa Rancangan penelitian ini mengikuti
memahami konsep-konsep yang sulit (Ibrahim, et rancangan ekperimen The non-equivalent postest
al, 2000). Dalam pembelajaran kooperatif only control group design (Tuckman, 1999).
terdapat banyak variasi yang dapat digunakan Rancangan ekperimen tersebut disajikan seperti
oleh guru dalam proses pembelajaran (Johnson, Gambar 2.1
Johson, & Stanne, 2000). Salah satunya adalah
model pembelajaran group invenstigation (GI). X1 O1
Santyasa (2004) mengungkapkan pembelajaran X2 O2
kooperatif tipe GI didasari oleh gagasan John Gambar 2.1 Rancangan Penelitian
Dewey tentang pendidikan, bahwa kelas
merupakan cermin masyarakat dan berfungsi

190
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

Populasi dalam penelitian ini adalah Perangkat pembelajaran yang digunakan


seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 4 dalam penelitian ini ada dua buah yaitu rencana
Singaraja tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar
4 kelas. Jumlah keseluruhan populasi adalah 120 kerja siswa (LKS). RPP dan LKS yang
siswa dengan komposisi kelas disajikan pada dipergunakan disesuaikan dengan model
Tabel 2.1. pembelajaran yang akan diberikan di kelas.
Penelitian ini menggunakan dua instrumen yaitu
Tabel 2.1 Siswa kelas XI SMA Negeri 4 Singaraja (1) tes pemahaman konsep fisika, dan (2) tes
No Kelas Jumlah Siswa keterampilan berpikir kritis.
1 XI IA1 30 Sebelum digunakan dalam penelitian,
2 XI IA2 30 perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian
3 XI IA3 30 terlebih dahulu diuji coba. Tujuan uji coba
4 XI IA4 30
Jumlah 120
instrumen adalah untuk melakukan validasi
terhadap instrumen dan mendeskrisikan derajat
estimasi yang mampu ditampilkan oleh masing-
Penentuan sampel dalam penelitian ini masing instrument.
menggunakan teknik random sampling bertahap. Dalam penelitian ini, digunakan dua teknik
Dalam penelitian ini, random sampling adalah analisis yakni teknik analisis statistik deskriptif
kelas diambil secara random. Untuk mengetahui
data dan manova. Untuk menganalisis
setara atau tidak antar kelas dalam populasi
pemahaman konsep fisika siswa digunakan
dilakukan pengukuran sehingga diperoleh nilai
analisis manava. Klasifikasi dideskripsikan atas
ulangan umum fisika. Selanjutnya nilai ini
rentangan presentase dengan menggunakan 5
dianalisis dengan menggunakan uji-t. Dari
jenjang klasifikasi. Selanjutnya dilakukan uji
keempat populasi tersebut semuanya digunakan
MANOVA untuk menguji hipotesis yang
sebagai sampel dalam penelitian, dimana dua
pertama, keputusan untuk hipotesis ketiga
kelas mendapat perlakuan penerapan model
diambil dengan analisis Pillace Trace
pembelajaran koopratif GI dan dua kelas lainnya
Trace, dan
mendapat perlakuan penerapan model
Largest Root. Jika harga F untuk analisis Pillace
pembelajaran konvensional. Dimana kelas
Trace Trace, dan
ekperimen adalah kelas XI IA1 dan XI IA 2,
Largest Root memiliki signifikansi lebih
sedangkan kelas kontrol adalah kelas XI IA3 dan
kecil dari 0,05 maka kesimpulannya adalah
XI IA4.
terdapat perbedaan pemahaman konsep dan
Penelitian ini menyelidiki pengaruh satu berpikir kritis siswa antara siswa yang belajar
variabel independent terhadap dua variabel dengan model GI dengan siswa yang belajar
dependent. Variabel dependent yang dimaksud dengan model pembelajaran konvensional.
disini adalah variabel perlakuan, yaitu model Tindak lanjut MANOVA adalah uji signofikansi
pembelajaran. Variabel model pembelajaran nilai rata-rata antar kelompok dengan
terdiri dari dua dimensi yaitu (1) model mengggunakan Least Signnificant Diference
pembelajaran Group Investigasi (MPGI) dan (2) (LSD) atau selisih signifikansi terkecil. Oleh
model pembelajaran konvensional (MPK). karena jumlah penggamatan masing-masing sel
Perbedaan rancangan perlakuan antara adalah sama, maka digunakan formula
model pembelajaran group investigation dengan Montgomery.
model pembelajaran konvensional disajikan pada
Tabel 2.2 III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil yang dipaparkan pada
Tabel 2.2 Rangcangan Pembelajaran pada Masing-
masing Model Pembelajaran bagian ini adalah deskripsi nilai rata-rata ( X )
Model Model Pembelajaran dan standar deviasi (SD) pemahaman konsep dan
Pembelajaran GI Konvensional kemampuan berpikir kritis yang diperoleh dari
1. Grouping 1. Penyampaian tujuan hasil pascates. Data siswa yang belajar dengan
2. Planing pembelajaran model pembelajaran group investigasi (MPGI)
3. Investigation 2. Penjelasan materi oleh guru dan model pembelajaran konvensional (MPK)
4. Organizing 3. Pembagian LKS masing-masing unit analisisnya 60.
5. Presenting 4. Penyelesaian LKS
6. Evaluating 5. Latihan soal untuk menguji
kemampuan siswa

191
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

Tabel 2.3 Deskripsi Nilai Berpikir Kritis dan Tabel 2.4 Ringkasan hasil uji multivariat
Pemahaman Konsep Effect Value F Hypoth Error Sig.
Statistik an esis df df
Keterampilan Intercept Pillai's 0,997 18352,00 2,000 117,00 0,00
berpikir kritis Trace
A1 A2 A1 A2 Wilks' 0,003 18352,00 2,000 117,00 0,00
Mean 72,33 65,33 74,08 68,68 Lambda
Median 73,00 65,00 75,00 69,00 Hotelling's 313,70 18352,00 2,000 117,00 0,00
Trace
SD 6,089 6,443 4,999 3,960 Roy's 313,70 18352,00 2,000 117,00 0,00
Varians 37,073 41,514 24,99 15,67 Largest
Maksimum 85 80 83 76 Root
Minimum 60 50 61 59 MP Pillai's 0,358 32,564 2,000 117,00 0,00
MP Trace
Keterangan: Wilks' 0,642 32,564 2,000 117,00 0,00
A1 = Pembelajaran koopratif GI. Lambda
A2 = Model Pembelajaran Konvensional Hotelling's 0,557 32,564 2,000 117,00 0,00
Trace
Roy's 0,557 32,564 2,000 117,00 0,00
Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan Largest
hasil-hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, Root
terdapat perbedaan pemahaman konsep dan
keterampilan berpikir kritis siswa antara yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
diajar dengan model pembelajaran kooperatif terdapat perbedaan pemahaman konsep yang
dengan siswa yang diajar dengan model signifikan antara kelompok siswa yang belajar
pembelajaran konvensional (F = 32,56; p<0,05). dengan model pembelajaran group investigation
Kedua, terdapat perbedaan yang signifikan dan kelompok siswa yang belajar dengan model
pemahaman konsep antara kelompok model pembelajaran konvensional. Tinjauan ini
group investigasi dan kelompok model didasarkan pada skor rata-rata pemahaman
pembelajaran konvensional (F = 43,019; p<0,05). konsep model pembelajaran kooperatif GI
Nilai rata-rata pemahaman konsep kelompok dibandingkan dengan model konvensional,
model group investigasi lebih tinggi dimana rata-rata pemahaman konsep siswa
dibandingkan dengan kelompok model kelompok MPKGI memiliki rata-rata sebesar
pembelajaran konvensional ( = 5,4; p<0,05). 74,08 dan kelompok MPK memiliki rata-rata

68,68. Rata-rata yang lebih besar pada kelompok


Ketiga, terdapat perbedaan yang signifikan
MPKGI mmenunjukkan bahwa MPKGI lebih
kemampuan berpikir kritis antara kelompok
baik daripada model pembelajaran konvensional,
model group investigasi dan kelompok model
dengan nilai F = 43,019 dengan signifikansi
pembelajaran konvensional (F = 37,14; p<0,05).
yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian
Nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis
model kooperatif GI memiliki pengaruh terhadap
kelompok model group investigasi lebih tinggi
pemahaman konsep siswa.
dibandingkan dengan kelompok model Jika dilihat dari sintaks atau langkah-
pembelajaran konvensional ( = 7,00; langkah pembelajarannya, model pembelajaran

p<0,05). Berdasarkan uji LSD diperoleh group investigation lebih menekankan pada
pemahaman konsep dan keterampilan berpikir aktivitas siswa dan bersifat student-centered.
kritis yang dicapai oleh siswa yang belajar Siswa bertanggung jawab penuh terhadap
dengan menggunakan model pembelajaram kegiatan pembelajaran dan siswa diberikan
kooperatif tipe GI lebih baik dibandingkan kesempatan untuk mengembangkan aktivitas dan
dengan siswa yang belajar dengan menggunakan pola pikirnya secara optimal melalui langkah-
pembelajaran konvensional. langkah utama di antaranya: (1) grouping, (2)
Berdasarkan hasil uji multivariat seperti planning, (3) investigation, (4) organizing, (5)
yang disajikan pada Tabel 2.4, dapat ditarik presenting, dan (6) evaluating.
interpretasi-interpretasi sebagai berikut. Sebaliknya, model pembelajaran
konvensional menekankan pada aktivitas guru
(teacher-centered) dengan langkah pembelajaran
utamanya adalah kegiatan konvensional.
Kegiatan konvensional ini meliputi: penyajian
materi pelajaran oleh guru secara jelas dan
terperinci, siswa melakukan percobaan

192
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

dan dilanjutkan dengan kegiatan konvensional keterampilan berpikir kritis siswa yang belajar
oleh siswa. Berdasarkan hal ini, proses belajar dengan model pembelajaran kooperatif GI
sebagian masih merupakan tanggung jawab guru. lebih baik daripada kelompok siswa yang
Guru bertanggung jawab dalam menyajikan belajar dengan model konvensional.
informasi akademik baru kepada siswa setiap 2. Terdapat perbedaan pemahaman konsep yang
minggunya melalui informasi verbal atau teks. signifikan antara kelompok siswa yang yang
Siswa hanya menunggu penjelasan dari gurunya belajar menggunakan pembelajaran kooperatif
dan hanya bertanggung jawab atas segala sesuatu GI dengan siswa yang belajar dengan model
dalam kelompoknya. Pada pembelajaran pembelajaran konvensional. Pemahaman
konvensional dapat digunakan metode selain konsep siswa yang belajar dengan model
ceramah seperti praktikum dan dilengkapi atau pembelajaran kooperatif GI lebih baik
didukung dengan penggunaan media, daripada kelompok siswa yang belajar dengan
penekanannya tetap pada proses penerimaan model konvensional.
pengetahuan (materi pelajaran) bukan pada 3. Terdapat perbedaan keterampilan berpikir
proses pencarian dan konstruksi pengetahuan. kritis yang signifikan antara kelompok siswa
Kemampuan berpikir kritis tidak dapat yang yang belajar menggunakan pembelajaran
ditingkatkan melalui pembelajaran yang kooperatif GI dengan siswa yang belajar
menekankan pada penerimaan pengetahuan. dengan model pembelajaran konvensional.
Temuan dalam penelitian ini memberikan Keterampilan berpikir kritis siswa yang
petunjuk bahwa model pembelajaran group belajar dengan model pembelajaran kooperatif
investigation memiliki keunggulan komparatif GI lebih baik daripada kelompok siswa yang
dibandingkan dengan model pembelajaran belajar dengan model konvensional.
konvensional dalam hal meningkatkan
kemampuan berpikir kritis. Berdasarkan hal DAFTAR PUSTAKA
tersebut maka implikasi yang dapat diberikan Arnyana, I B. P., Setiawan, I G. A. N., Rapi, N. K.,
adalah kemampuan berpikir kritis siswa dapat 2007. Pengambangan perangkat
ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran biologi berbasis model-model
pembelajaran kontruktivistik untuk
pembelajaran group investigation. Pada
meningkatkan kompetensi dan kemampuan
pembelajaran group investigation, siswa aktif berpikir kritis kreatif siswa SMA. Laporan
terlibat dalam kegiatan pembelajaran, senantiasa Penelitian (tidak ditebitkan). Universitas
dilatih untuk menganalisis dan memecahkan pendidikan Ganesha Singaraja.
masalah kontekstual. Materi pelajaran dalam
model pembelajaran group investigation dikemas Arnyana, I B. P. 2004. Pengembangan perangkat
dalam bentuk masalah yang berkaitan dengan model belajar berdasarkan masalah dipandu
lingkungan siswa. Hal ini dapat menimbulkan strategi kooperatif serta pengaruh
motivasi intrinsik siswa untuk lebih bertanggung implementasinya terhadap kemampuan
jawab dalam kegiatan pembelajaran. Pada berpikir kritis dan hasil belajar siswa Sekolah
Menengah Atas pada pelajaran ekosistem.
pembelajaran group investigation, guru berperan
Disertasi (tidak diterbitkan). Universitas
sebagai fasilitator dan mediator. Hal ini Negeri Malang Program Pasca Sarjana Studi
memberikan implikasi bahwa guru hendaknya Teknologi Pembelajaran.
memiliki kemampuan yang baik dalam
mengemas materi pelajaran dalam bentuk Ennis, R. H. 1985. Goal critical thinking curriculum.
masalah-masalah ill-structured atau ill-defined Dalam Costa, A. L. (Ed): Developing
yang berkaitan dengan lingkungan sekitar siswa. minds: a resourse book for teaching
thinking. Alexandria, Virginia: Association
IV. PENUTUP for Supervision and Curriculum Developing
Berdasarkan hasil-hasil pembahasan di (ASCD). Halaman 54-57.
atas, maka peneliti dapat menyimpulkan hal-hal
Forster, F. 2009. Improving creative thinking abilities
sebagai berikut: using a generic collaborative creativity
1. Terdapat perbedaan pemahaman konsep dan support system. Journal Research
keterampilan berpikir kritis antara siswa yang Reflections and Innovation in Integrating
belajar dengan menggunakan model ICT in Education.
pembelajaran kooperatif GI dengan siswa
yang belajar dengan model pembelajarn
konvensional. Pemahaman konsep dan

193
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

Ibrahim, M., & Nur, M. 2000. Pengajaran Penelitian (tidak diterbitkan). Universitas
berdasarkan masalah. Surabaya: Unesa Pendidikan Ganesha Singaraja.
Universitas Press.
Sudarman. 2007. Problem based learning: suatu model
Johnson, R.T dan Jhonson, D.W. 1994. An overview pembelajaran untuk mengembangkan dan
of cooperative learning. Tersedia pada meningkatkan kemampuan memecahkan
http://www.learnline.nrw.de/angebote/greenli masalah. Jurnal Pendidikan Inovatif. 2 (2).
ne/ lernen/downloads/overview.pdf. Diakses 68-73. Tersedia pada
pada tanggal 25 September 2011. http://www.jurnaljpi.files.wordpress.com/2
007/09/04-sudarman.pdf. Diakses tanggal
Kuncoro, M. 2009. Makna 64 tahun merdeka. Artiket. 9 mei 2011
Tersedia pada Wijaya, I K. 2005. Penerapan penilaian portofolio
http://mudrajad.com/upload/makna%2064%2 dalam pembelajaran fisika berbasis Group
0Tahun%20%merdeka.pdf. Investigation (GI) untuk meningkatkan
kompetensi dasar siswa kelas X3 semester II
Krulik, S. & Rudnick, J.A. 1995. The new sourcebook SMA Laboratorium IKIP Negeri Singaraja
for teaching reasoning and problem solving tahun ajaran 2005/2006. Skripsi (tidak
in elementary school. Massachusets: Allyn & diterbitkan). Jurusan Pendidikan Fisika,
Bacon Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri
Singaraja.
Rosyada, D. 2004. Paradigma pendidikan demokratis.
Jakarta: Prenada Media Yasa, P. 2007. Inovasi model belajar sains sesuai
tuntutan standar proses kurikulum tingkat
Sadia, I W., Suastra, I W., dan Tika, K. 2004. satuan pendidikan (KTSP). Makalah.
Pengembangan model ddan strategi Disampaikan pada seminar dengan tema
pembelajaran fisika di sekolah menengah model pembelajaran inovatif
umum untuk memperbaiki miskonseppsi dan Assesmen sebagai antisipasi pelaksanaan
siswa. Laporan Penelitian. Institut Keguruan KTSP di pada tanggal 24 s/d 25
dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja September 2007.

Sadia, I W., Subagia, W.,& Natajaya, I N. 2007. Yuwono, I. 2009. Membumikan pembelajaran
Pengembangan model dan perangkat matematika di sekolah. Artikel. Tersedia pada
pembelajaran untuk meningkatkan http://www.um.ac.id.pdf
keterampilan berpikir kritis (critical thinking
skills) siswa sekolah menengah pertama
(SMP) dan sekolah menengah atas (SMA).
Laporan Penelitian (Tidak Diterbitkan).
Universitas Pendidikan Ganesha.

Sadia, I W. 2008. Model pembelajaran yang efektif


untuk meningkatkan keterampilan berpikir
kritis. Jurnal pendidikan dan Pengajaran
Undiksha, 41(2), 219-237, April 2008.

Santyasa, I W. 2004. Pembelajaran fisika berbasis


keterampilan berpikir sebagai alternatif
implementasi KBK. Teknologi
Pembelajaran: Peningkatan Kualitas Belajar
melalui Teknologi Pembelajaran. Jakarta:
Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi
Pendidikan.

Slavin, R. E. 1995. Cooperative learning. Second


Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Suastra, I W., Tika, I K., & Kariasa, N. 2007.


Pengembangan Model Pembelajaran Bagi
Pengembangan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa Sekolah Dasar. Laporan

194

Вам также может понравиться