Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
mg/dl bila bilirubin total kurang dari 5 mg/dl; sedangkan bila kadar bilirubin total
lebih dari 5 mg/dl; kadar bilirubin direk adalah lebih dari 20% dari bilirubin total.
Keadaan ini dapat saja segera terjadi setelah lahir tetapi dapat juga bermanifestasi
lambat.4
B. EPIDEMIOLOGI
Secara keseluruhan kolestasis pada bayi terjadi cukup tinggi yaitu 1 per 2.500
kehidupan adalah atresia bilier dapat terjadi 1:10.000 hingga 1:15.000 bayi dan
hepatitis neonatal.2,7
Pada penelitian di RSUP. Dr Hasan Sadikin Bandung dari Januari 2011 hingga
Desember 2012 didapatkan 50 bayi yang terdiri dari bayi laki-laki 30 kasus (60%)
dan perempuan 20 kasus (40%), pada usia 1-19 bulan dan terbanyak pada usia 2
3
bulan 15 kasus (30%). Tingkat bilirubin direk 6,41-18,21 mg/dL, dengan keseluruhan
keluhan kolestasis dengan hepatitis oleh infeksi CMV sebanyak 50 kasus (100%),
C. KLASIFIKASI
Secara umum kelainan ini disebabkan lesi kongenital atau didapat. Merupakan
Penyebab utama yang pernah dilaporkan adalah proses imunologis, 9 infeksi virus
terutama CMV10 dan Reo virus tipe 3, asam empedu yang toksik, iskemia dan
kelainan genetik.11
Biasanya penderita terkesan sehat saat lahir dengan berat badan lahir, aktifitas,
dan minum normal. Ikterus baru terlihat setelah berumur lebih dari 1 minggu. 10-20%
penderita disertai kelainan kongenital yang lain seperti asplenia, malrotasi dan
gangguan kardiovaskuler.9 Deteksi dini dari kemungkinan adanya atresia bilier sangat
kandung empedu kecil dan atretik disebabkan adanya proses obliterasi, tidak jelas
adanya pelebaran saluran empedu intrahepatik. Gambaran ini tidak spesifik, kandung
4
empedu yang normal mungkin dijumpai pada penderita obstruksi saluran empedu
edema dengan proliferasi saluran empedu, kerusakan saluran dan adanya trombus
operasi Kasai.4,5
2. Kolestasis intrahepatik
a. Saluran Empedu
Digolongkan dalam 2 bentuk, yaitu: (a) Paucity saluran empedu, dan (b)
maka kelainan saluran empedu dapat mengenai hanya saluran intrahepatik atau hanya
saluran ekstrahepatik saja. Beberapa kelainan intrahepatik seperti ekstasia bilier dan
disebabkan oleh infeksi virus CMV, sklerosing kolangitis, Caroli’s disease mengenai
kedua bagian saluran intra dan ekstra-hepatik.9,10 Karena primer tidak menyerang sel
hati maka secara umum tidak disertai dengan gangguan fungsi hepatoseluler. Serum
transaminase, albumin, faal koagulasi masih dalam batas normal. Serum alkali
fosfatase dan GGT akan meningkat. Apabila proses berlanjut terus dan mengenai
5
Paucity saluran empedu intrahepatik lebih sering ditemukan pada saat neonatal
paucity apabila didapatkan < 0,5 saluran empedu per portal tract. Contoh dari
haploinsufisiensi pada gene JAGGED 1.16 Sindroma ini ditemukan pada tahun 1975
merupakan penyakit multi organ pada mata (posterior embryotoxin), tulang belakang
spesifik (triangular facial yaitu frontal yang dominan, mata yang dalam, dan dagu
yang sempit).17,18 Nonsindromik adalah paucity saluran empedu tanpa disertai gejala
organ lain. Kelainan saluran empedu intrahepatik lainnya adalah sklerosing kolangitis
b. Kelainan hepatosit
dan aliran empedu. Hepatosit neonatus mempunyai cadangan asam empedu yang
sedikit, fungsi transport masih prematur, dan kemampuan sintesa asam empedu yang
rendah sehingga mudah terjadi kolestasis.4,5 Infeksi merupakan penyebab utama yakni
virus, bakteri, dan parasit. Pada sepsis misalnya kolestasis merupakan akibat dari
respon hepatosit terhadap sitokin yang dihasilkan pada sepsis.20 Hepatitis neonatal
adalah suatu deskripsi dari variasi yang luas dari neonatal hepatopati, suatu inflamasi
nonspesifik yang disebabkan oleh kelainan genetik, endokrin, metabolik, dan infeksi
6
multinucleated giant cell dengan gangguan lobuler dan serbukan sel radang, disertai
timbunan trombus empedu pada hepatosit dan kanalikuli. Diagnosa hepatitis neonatal
sebaiknya tidak dipakai sebagai diagnosa akhir, hanya dipakai apabila penyebab
D. ETIOLOGI Kolestasis
Kolestasis pada neonatus lebih sering terjadi dibandingkan pada anak yang
lebih besar ataupun dewasa dengan berbagai macam penyebab. Berikut ini
I. Kelainan Ektrahepatik
A. Atresia bilier
B. Striktur saluran empedu
7
C. Kista koledokal
D. Anomali pada choledochopancreaticoductal junction
E. Perforasi spontan pada saluran empedu
F. Massa (Neoplasia, batu)
8
c. Penyakit penyimpanan glikogen
4. Kelainan dari metabolisme asam empedu –primer
a. 3ß-hidroksisteroid Δ5- C27 steroid dehidrogenase/isomerase
b. Δ5 – 3-oxosteroid 5 ß-reduktase
5. Kelainan dari metabolisme asam empedu –sekunder
a. Sindrom Zellweger’s (sindrom serebrohepatorenal)
b. Enzimopati peroximal spesifik
6. Hepatopati mitokondria
7. Penyakit metabolik yang dimana defeknya tidak dapat dikarakteristikkan
a. Defisiensi α1-antitripsin
b. Fibrosis kista
c. Hipopituitari idiopatik
d. Hipotiroid
e. Penyakit penyimpanan zat besi neonatal
f. Kelebihan tembaga infatil
g. Familial erythrophagocytic lymphohistiocytosis (FELS)
f. Defisiensi arginase
8. Racun
a. Kolestasis yang berhubungan dengan nutrisi parenteral
D. Kolestasis yang berhubungan dengan infeksi
1. Sepsis dengan kemungkinan endotoxemia
2. Sipilis
3. Toxoplasmosis
4. Listeriosis
5. Infeksi virus kongenital
E. Genetik atau Kromosomal
1. Trisomi E
2. Sindrom Down
3. Sindrom Donahue’s
9
F. Miscellaneous
1. Histiositosis sel langerhans
2. Syok atau hipoperfusi
3. Obstruksi intestinal
4. Lupus neonatus5
Kolestasis dengan onset setelah periode neonatus paling sering disebabkan oleh
infeksi akut virus hepatitis ataupun paparan obat hepatotoksik. Selain itu, banyak pula
kondisi yang disebabkan oleh kolestasis saat neonatus yang kemudian menyebabkan
kolestasis kronik pada pasien dewasa. Pada anak yang lebih tua dan orang dewasa
kronik virus hepatitis, Defisiensi α1-antitripsin, penyakit Wilson, Penyakit hati dengan
pembesaran kelenjar limfe, atau inflamasi hepar akibat konsumsi obat. Walaupun
penyebabnya berbeda dengan neonatus, penanganan kolestasis pada anak yang lebih
E. PEMBENTUKAN BILIRUBIN
1. Produksi
10
neonatus lebih tinggi dari pada bayi yang lebih tua. Satu gram hemoglobin dapat
tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi Hymans van den Borgh) yang bersifat
2. Transportasi
mempunyai cara yangselektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma. Bilirubin
dalam sel bilirubin akan terikat terutama pada ligandin dan sebagian kecil pada
glutation S transferase lain dan protein Z. Proses ini merupakan proses 2 arah,
tergantung dari konsentrasi dan afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam
hepatosit. Sebagain besar bilirubin yang masuk hepatosit dikonjugasi dan diekskresi
3. Konjugasi
Ada 2 enzim yang terlibat dalam sintesis bilirubin digluronide. Pertama-tama ialah
11
bilirubin monoglukoronide. Sintesis dan ekskresi diglukoronide terjadi di membran
kanalikulus. Isomer bilirubin yang dapat membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin
4. Ekskresi
Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan
dieksresi dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus. Dalam usus bilirubin ini
tidak diabsorbsi, sebagian kecil bilirubin direct dihidrolisis menjadi bilirubin indirect
aktivitas enzim B glukoronidase yang meningkat, bilirubin direk banyak yang tidak
diubah menjadi urobilin. Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek
Pada likuor amnii yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12
darah Rh, kadar bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya
hemolisis. Peningktan bilirubin amnii juga terdapat pada obstruksi usus fetus.
Bagaimana bilirubin sampai ke likuor amnii belum diketahui dengan jelas, tetapi
kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas dan saluran cerna. Produksi
bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besamya tetapi kesanggupan hepar
mengkonjugasi. Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin dalam bentuk
12
bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh
Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat
terjadi akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg%. Hal ini menunjukkan bahwa
ketidakmampuan fetus mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus. Pada masa
janin haI ini diselesaikan oleh hepar ibunya, tetapi pada masa neonatus haI ini
berakibat penumpukan bilirubin dan disertai gejala ikterus. Pada bayi baru lahir
karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat gangguan dalam fungsi hepar
atau kekurangan glukosa, kadar bilirubin indirek dalam darah dapat meninggi.
Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin
Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat
dimengerti bila kadar bilirubin indirek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat
berbahaya karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel
otak. lnilah yang menjadi dasar pencegahan 'kernicterus' dengan pemberian albumin
atau plasma. Bila kadar bilirubin indirek mencapai 20 mg% pada umumnya kapasitas
maksimal pengikatan bilirubin oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal
telah tercapai.6,31
F. PATOFISIOLOGI
13
asam empedu, kolesterol, phospholipid, toksin yang terdetoksifikasi, elektrolit,
protein, dan bilirubin terkonjugasi. Kolesterol dan asam empedu merupakan bagian
terbesar dari empedu sedang bilirubin terkonjugasi merupakan bagian kecil. Bagian
utama dari aliran empedu adalah sirkulasi enterohepatik dari asam empedu. Hepatosit
adalah epitel terpolarisasi berfungsi sebagai filter dan pompa bioaktif memisahkan
Salah satu contohnya adalah penanganan dan detoksifikasi dari bilirubin tidak
terkonjugasi (bilirubin indirek). Bilirubin tidak terkonjugasi yang larut dalam lemak
terkonjugasi yang larut air dan dikeluarkan kedalam empedu oleh transporter MRP2.
MRP2 merupakan bagian yang bertanggung jawab terhadap aliran bebas asam
empedu. Walaupun asam empedu dikeluarkan dari hepatosit kedalam empedu oleh
transporter lain, yaitu pompa aktif asam empedu. Pada keadaan dimana aliran asam
14
Perubahan fungsi hati pada kolestasis
struktural:
Proses sekresi dari kanalikuli terganggu, terjadi inversi pada fungsi polaritas
dari hepatosit sehingga elminasi bahan seperti bilirubin terkonjugasi, asam empedu,
terganggu.22
3. Sintesis protein
Sintesis protein seperti alkali fosfatase dan GGT, akan meningkat sedang
empedu dan kolesterol akan terhambat karena asam empedu yang tinggi menghambat
hidrofobik dan detergenik akan meningkat. Kadar kolesterol darah tinggi tetapi
15
5. Gangguan pada metabolisme logam
Bila kadar ceruloplasmin normal maka tidak terjadi kerusakan hepatosit oleh Cu
dimetabolisir dan dieliminasi dihati, pada kolestasis terjadi kegagalan proses sehingga
pada ginjal.27
a. Asam empedu
aktifitas detergen dari sifatnya yang hidrofobik. Zat ini akan melarutkan
kolesterol dan fosfolipid dari sistim membran sehingga intregritas membran akan
sehingga lalu lintas air dan bahan-bahan lain melalui membran juga terganggu.28
Sistem transport kalsium dalam hepatosit juga terganggu. Zat-zat lain yang
mungkin berperan dalam kerusakan hati adalah bilirubin, Cu, dan cysteinyl
leukotrienes namun peran utama dalam kerusakan hati pada kolestasis adalah asam
empedu.26,27
16
b. Proses imunologis
abnormal pada permukaan hepatosit, sedang HLA I dan II diekspresi pada saluran
empedu sehingga menyebabkan respon imun terhadap sel hepatosit dan sel
G. MANIFESTASI KLINIS
Tanpa memandang etiologinya, gejala klinis utama pada kolestasis bayi adalah
ikterus, tinja akholis (seperti dempul), dan urine yang berwarna gelap. Selanjutnya
akan muncul manifestasis klinis lainnya, sebagai akibat terganggunya aliran empedu
dan bilirubin.5
KOLESTASIS
H. DIAGNOSIS
Tujuan utama evaluasi bayi dengan kolestasis adalah membedakan antara
medikamentosa.4,5
Anamnesis
a. Adanya ikterus pada bayi usia lebih dari 14 hari, tinja akolis yang persisten harus
dicurigai adanya penyakit hati dan saluran bilier.4,5
b. Pada hepatitis neonatal sering terjadi pada anak laki-laki, lahir prematur atau berat
badan lahir rendah. Sedang pada atresia bilier sering terjadi pada anak perempuan
dengan berat badan lahir normal, dan memberi gejala ikterus dan tinja akolis lebih
awal.7,9
c. Sepsis diduga sebagai penyebab kuning pada bayi bila ditemukan ibu yang demam
antitripsin).4,5
Pemeriksaan fisik
Pada umumnya gejala ikterik pada neonatus baru akan terlihat bila kadar
bilirubin sekitar 7 mg/dl. Secara klinis mulai terlihat pada bulan pertama. Warna
kehijauan bila kadar bilirubin tinggi karena oksidasi bilirubin menjadi biliverdin.
18
Jaringan sklera mengandung banyak elastin yang mempunyai afinitas tinggi terhadap
apabila tepi hati lebih dari 3,5 cm dibawah arkus kosta pada garis midklavikula
kanan. Pada perabaan hati yang keras, tepi yang tajam dan permukaan noduler
diperkirakan adanya fibrosis atau sirosis. Hati yang teraba pada epigastrium
mencerminkan sirosis atau lobus Riedel (pemanjangan lobus kanan yang normal).
Nyeri tekan pada palpasi hati diperkirakan adanya distensi kapsul Glisson karena
edema. Bila limpa membesar, satu dari beberapa penyebab seperti hipertensi portal,
penyakit storage, atau keganasan harus dicurigai. Hepatomegali yang besar tanpa
pembesaran organ lain dengan gangguan fungsi hati yang minimal mungkin suatu
fibrosis hepar kongenital. Perlu diperiksa adanya penyakit ginjal polikistik. Asites
menandakan adanya peningkatan tekanan vena portal dan fungsi hati yang
mikrosefali, korioretinitis, purpura, berat badan rendah, dan gangguan organ lain.4,5
Alagille mengemukakan 4 keadaan klinis yang dapat menjadi patokan untuk
82% dari 133 penderita.30 Moyer menambah satu kriteria lagi gambaran histopatologi
hati.
19
Tabel 2.1 Kriteria Klinis untuk Membedakan Intrahepatik dan Ekstrahepatik30
I. TATALAKSANA
ke dalam usus. Pada prinsipnya ada beberapa hal pokok yang menjadi pedoman
empedu
20
4. Melakukan usaha-usaha yang dapat mencegah terjadinya gangguan pertumbuhan
mengganggu/merusak hepar.31
1. Tindakan medis :
b. Memperbaiki aliran bahan-bahan yang dihasilkan oleh hati terutama asam empedu
dosis, per oral. Fenobarbital akan merangsang enzim glukuronil transferase (untuk
mengubah bilirubin indirek menjadi bilirubin direk); enzim sitokrom P-450 (untuk
c. Aspek gizi: Terapi nutrisi, yang bertujuan untuk memungkinkan anak tumbuh dan
21
Lemak sebaiknya diberikan dalam bentuk MCT (medium chain triglyceride) karena
2. Tindakan bedah
22
J. PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada penyakit dasar, umumnya baik yaitu 60% sembuh
pada kasus sindrom hepatitis neonatal yang sporadik, sementara pada kasus yang
prognosis yang buruk adalah: kuning hebat yang berlangsung lebih dari 6 bulan, tinja
Pada kasus yang disebabkan oleh CMV disertai komplikasi diantaranya atresia
kalsifikasi intraserebral.8
23