Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disharmoni dentomaksiler ialah suatu keadaan disproporsi antara besar gigi dan rahang
dalam hal ini lengkung geligi. Etiologi disharmoni dentomaksiler adalah faktor herediter. Karena
tidak adanya harmoni antara besar gigi dan lengkung gigi maka keadaan klinis yang dapat dilihat
adalah adanya lengkung geligi dengan diastema yang menyeluruh pada lengkung geligi bila gigi-
geligi kecil dan lengkung geligi normal, meskipun hal ini jarang dijumpai. Keadaan yang sering
dijumpai adalah gigi-geligi yang besar pada lengkung geligi yang normal atau gigi yang normal
pada lengkung geligi yang kecil sehingga menyebabkan letak gigi berdesakan. Meskipun pada
disharmoni dentomaksiler didapatkan gigi-geligi berdesakan tetapi tidak semua gigi yang
tanda-tanda klinis yang khas. Gambaran maloklusi seperti ini bisa terjadi di rahang atas maupun
di rahang bawah.
Faktor utama penyebab DDM adalah faktor herediter atau keturunan, misalnya seorang
anak mewarisi ukuran gigi ibunya yang cenderung berukuran kecil dan anak tersebut mewarisi
ukuran lengkung geligi ayahnya yang berukuran relatif besar. Sehingga terjadi diastema
menyeluruh dikarenakan disproporsi ukuran gigi dan lengkung geligi. Selain itu ada beberapa
faktor lain yang juga mendukung timbulnya kelainan ini, yaitu faktor lokal seperti gaya hidup,
misalnya anak tersebut kurang mengkonsumsi makanan keras sehingga pertumbuhan rahang
kurang maksimal, dan ukuran rahang menjadi lebih kecil dari ukuran yang seharusnya. Hal ini
menyebabkan DDM tipe transitoir. Pada DDM tidak harus terjadi pada kedua rahang ataupun
pada kedua sisi, DDM bisa terjadi hanya pada salah satu sisi ataupun pada salah satu rahang.
Namun pada umumnya DDM lebih sering terlihat pada rahang atas, karena lengkung rahang
untuk tempat erupsi gigi permanen pada rahang atas hanya terbatas pada tuberositas maksila saja,
1. Tipe berdesakan, merupakan keadaan yang sering dijumpai yaitu ukuran gigi-gigi yang
berukuran besar pada lengkung geligi yang normal, atau ukuran gigi normal pada lengkung
2. Diastema menyeluruh, tidak adanya harmoni antara besar gigi dan lengkung gigi yaitu
ukuran gigi kecil dengan lengkung geligi normal ataupun ukuran gigi normal dengan
menyebabkan gigi berdesakan. DDM tipe transitoir ini bisa terkoreksi seiring bertambahnya
usia karena pertumbuhan tulang rahang dan ukuran gigi tetap, sehingga keterlambatan
diastema. Untuk mendiagnosa DDM tipe transitoir bisa dilakukan perbandingan antara
gambaran normal gigi geligi saat itu dengan gamaran dari gigi pasien.
1. Fase gigi sulung: tidak ada monkey gaps, yaitu diastema fisiologis gigi sulung antara gigi
I2 dan C.
- Palatoversi dari I2 rahang atas, ini dikarenakan pada saat I1 rahang atas akan tumbuh
dia meresopsi akar dari i1 dan i2 sulung, sehingga I1 dapat tumbuh sempurna. Saat I2
akan tumbuh gigi tersebut tidak dapat meresopsi akar dari gigi c sulung sehingga I2
akar c sulung, kemudian m1 sulung di gantikan oleh P1, jadi saat gigi C akan tumbuh,
gigi tersebut kekurangan tempat. Karena letak benih dari gigi C berada di labial maka
gigi tersebut menjadi labioversi, atau keluar dari lengkung gigi yang berada (eksostem).
a. Crowded (Berdesakan)
Ditandai dengan exostem gigi caninus permanen. Pada DDM crowded terjadi
ketidakseimbangan antara volume rahang dan gigi, karena faktor herediter. Misalnya
volume rahang kecil tetapi ukuran gigi normal atau dapat juga volume rahang
normal tetapi ukuran gigi besar. Ada patokan range mesial distal secara umum untuk
menentukan ukuran suatu gigi apakah gigi tersebut masuk kedalam kategori
Gigi yang mengalami erupsi pertama kali adalah gigi I1. RA dan gigi
tersebut berukuran cukup besar sehingga membutuhkan tempat yang luas. Karena
volume gigi I1 yang sangat besar, gigi ini tidak cukup hanya meresorbsi gigi I1
sulung tanggal prematur. Selanjutnya gigi I2 permanen erupsi namun gigi ini tidak
ke arah incisal dengan cara bergerak ke labial sehingga sesuai dengan lengkung gigi.
sulung sehingga sehingga C sulung tidak tanggal prematur dan gigi tsb juga tidak punya
tempat hingga akhirnya gigi itu tumbuh di tempat benih itu tertanam.
diantaranya karena adanya dorongan dari gigi-gigi yang akan erupsi dan akarnya sudah
terbentuk.
Persistensi gigi sulung: gigi permanen yang senama dengan gigi sulung sudah
erupsi tetapi gigi sulung tersebut tidak teresorbsi oleh gigi permanen. Karena gigi
- Impacted.
Crowded Teeth
b. Multiple Diastema
Merupakan space antara dua gigi (dimana terlihat gingiva) yang bersebelahan.
Jika ada diantara gigi I1 permanen disebut diatema sentral. Diastema terjadi karena :
Untuk mendeteksi DDM Diastema dapat dilihat dari jumlah gigi yang hilang, gigi
tanggal prematur, ukuran gigi, dan ukuran rahang. Tidak semua diastema multiple
dikarenakan oleh DDM. Jadi harus dilihat dari berbagai macam faktor.
Diastema Patologis
c. DDM Transitoir
nampak tumbuh. Hal ini dapat diketahui dengan hasil rontgen. Jika gigi sudah tumbuh
tapi rahang belum berkembang, dapat dilakukan foto rontgen metacarpal yang bertujuan
Tanda-tanda klnis dari DDM mulai dari fase geligi sulung sampai fase geligi permanen
1. Tidak terdapat monkey gaps atau diastema fisiologis di antara kedua insisf pertama
sulung.
3. Pada umur 7 tahun terjadi resopsi dari insisif sentral dan lateral oleh insisif permanen
sehinggan insisif lateral sulung dikatakan tanggal premature dan nantinnya gigi
4. Insisif lateral permanen dapat meresopsi caninus sulung sehingga caninus sulung
dikatakan tanggal premature dan nantinya gigi penggantinya yaitu caninus permanen
Ada juga gejala DDM lain yaitu DDM Transitoire dimana pada DDM ini timbul karena
adanya ansynkronisasi dari gigi-gigi dan pertumbuhan tulang. Gejalanya adalah gigi-gigi
permanen yang erupsi terlalu cepat atau sebaliknnya pertumbuhan tualng yang terlambat
sehingga gigi-gigi tersebut tidak terletak pada lengkung yang benar. Gejala yang ditimbulkan
pada DDM Transitoire ini akan berkurang dengan sendirinya seiring dengan bertambahnnya
umur
Tanda- Tanda DDM Di Regio Anterior
Tidak adanya diastema fisiologis pada fase geligi sulung dapat menimbulkan suatu
dugaan bahwa akan timbul kondisi gigi berdesakan saat gigi permanen erupsi. Hal ini didasari
pada kondisi gigi- gigi sulung yang tersusun rapat, sehingga insisive central permanen yang akan
erupsi, selain akan meresorpsi insisive central juga akan meresorpsi insisive lateral sulung secara
besamaan. Pada akhirnya, insisive lateral sulung tanggal prematur, sehingga menyediakan
tempat yang cukup untuk insisive central permanen erupsi pada lengkung gigi yang benar/ posisi
yang normal.
Namun, dilain pihak hal ini merugikan insisive lateral dan atau caninus permanen yang
akan erupsi. Pada saat insisive lateral permanen akan erupsi, timbul dua kemungkinan yang
dapat terjadi. Kemungkinan pertama, insisive lateral permanen akan tumbuh normal jika akar
caninus sulung teresorpsi, sehingga caninus sulung akan tanggal prematur. Hal ini nantinya dapat
menyebabkan caninus permanen tumbuh di luar lengkung gigi yang benar karena tidak memiliki
tempat yang cukup. Pada kondisi DDM yang parah, dapat pula terjadi kondisi dimana insisive
Kemungkinan kedua yaitu, insisive lateral pemanen tidak akan meresorpsi akar caninus
sulung, sehingga insisive lateral ini akan tumbuh di palatal, sesuai dengan letak benih
permanennya berasal. Hal ini menguntungkan bagi caninus permanen yang mana dapat tumbuh