Вы находитесь на странице: 1из 11

J.

Gipas, Mei 2018, Volume 2 Nomor 1


ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP HAZARD ANALYSIS CRITICAL


CONTROL POINT (HACCP) DALAM PENYELENGGARAAN
MAKANAN LAUK HEWANI DI INSTALASI GIZI RSUD PROF.
DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

The Implementation Of Hazard Analysis Critical


Control Point (HACCP) Principles On Food Service Of Animal Side Dishes In
Nutritional Installation Of RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Annisya Fauzia1, Friska Citra Agustia2, Nurrekta Yuristianti3


1
Ilmu Gizi Universitas Jenderal Soedirman
2
Bagian Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman
3
Bagian Gizi Institusi Universitas Jenderal Soedirman
Email: Annisyaf9@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this research is to know implementation of HACCP priciples on animal side dishes food process
in nutritional installation of RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. This research uses observational
qualitative approach with descriptive method. The data collection is conducted through semi-structured
interview, observation of moderate participation and document analysis. The informants are chosen by using
purposive sampling which is based on inclusion and exclusion criteria. Observation is conducted toward the
processing of 4 kinds of animal side dishes. The data obtained are analyzed by reducing the data, displaying
the data and drawing the conclusion. The risk identification in the processing of animal side dishes is
conducted toward microbiological, chemical and physical hazards. The determination of CCP is done by using
Codex Decission Tree. The determination of critical limit for each CCP is performed by arranging stages
which include CCP then compiling parameters and critical limit of each parameter. The system verification is
done by monitoring the final products regularly and conducting. laboratory test on the final products. The
corrective action is arranged based on the risk level. The recording and documentation of HACCP have not
covered all kinds of animal side dishes on ten-day cycle menu in Nutritional Installation of RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo.
Keywords: HACCP, Animal Side Dishes, Food Service.

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penerapan HACCP priciples pada proses makanan lauk pauk
pada instalasi gizi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif observasional dengan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semi-
terstruktur, observasi partisipasi moderat dan analisis dokumen. Informan dipilih dengan menggunakan
purposive sampling yang didasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi. Pengamatan dilakukan terhadap
pengolahan 4 jenis lauk pauk hewani. Data yang diperoleh dianalisis dengan mengurangi data, menampilkan
data dan menarik kesimpulan. Identifikasi risiko dalam pengolahan lauk pauk hewan dilakukan terhadap
bahaya mikrobiologi, kimia, dan fisik. Penentuan CCP dilakukan dengan menggunakan Codex Decission Tree.
Penentuan batas kritis untuk masing-masing CCP dilakukan dengan mengatur tahapan yang mencakup CCP
kemudian menyusun parameter dan batas kritis dari setiap parameter. Verifikasi sistem dilakukan dengan
memantau produk akhir secara teratur dan melakukan. Uji laboratorium pada produk akhir. Tindakan korektif
disusun berdasarkan tingkat risiko. Rekaman dan dokumentasi HACCP belum mencakup semua jenis lauk
pauk pada menu siklus sepuluh hari di Instalasi Nutrisi RSUD Prof Dr Margono Soekarjo.
Kata kunci: HACCP, Layanan Makanan

72
J.Gipas, Mei 2018, Volume 2 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

PENDAHULUAN Jusniati et al. (2012) menyatakan


Penyelenggaraan makanan di rumah
untuk dapat menyediakan makanan
sakit lebih bersifat kompleks. Risiko
berkualitas yang bebas dari kontaminasi
terjadinya kontaminasi silang di rumah
bahaya-bahaya mikrobiologi, fisik dan
sakit jauh lebih besar karena banyaknya
kimia, Hazard Analysis Critical Control
hidangan yang dimasak atau disiapkan
Point (HACCP) menjadi salah satu sistem
secara bersamaan (Jusniati et al., 2012).
yang penting dalam meminimalisir risiko
Pada saat makanan disajikan untuk banyak
yang dapat timbul dari pengolahan
orang, sejumlah besar makanan telah
makanan khususnya di rumah sakit.
dipersiapkan berjam - jam bahkan lebih dari
Menurut SNI HACCP (1998), HACCP
sehari untuk mendukung pelayanan yang
adalah suatu piranti untuk menilai bahaya
cepat. Jika selama selang waktu antara
dan menetapkan sistem pengendalian yang
penyiapan dan penyajian makanan tersebut
memfokuskan pada pencegahan dari pada
tidak disimpan pada kondisi yang dapat
mengandalkan sebagian besar pengujian
mencegah pertumbuhan mikroba maka
produk akhir.
bahaya akan terbentuk (Djarismawati et al.,
Beberapa penelitian tentang
2010).
HACCP di rumah sakit telah dilakukan,
Tujuan akhir dari penyelenggaraan
antara lain observasi di unit gizi RSI
makanan di rumah sakit adalah tersedianya
Lumajang Tahun 2007 menunjukkan
makanan yang baik dari segi kualitas dan
adanya kekurangan pada penerapan
kuantitasnya untuk konsumen atau pasien
prinsip-prinsip HACCP pada makanan
(Maria, 2004). Salah satu komponen
pokok pasien rawat inap dan praktik
makanan tersebut adalah lauk hewani. Lauk
higiene sanitasi oleh penjamah makanan
hewani merupakan salah satu komponen
(Zulfana dan Sudarmadji, 2011). Hasil
menu yang dapat divariasikan dan
penelitian Damanik (2012) analisis
memberikan sumbangan zat gizi terutama
terhadap penerapan prinsip-prinsip
protein dalam satu satuan menu yang
HACCP di Instalasi Gizi RSPAD Gatot
disajikan kepada pasien (Nene, 2012).
Soebroto Jakarta Tahun 2012 sudah cukup
Puspita et al. (2010) menyatakan bahan
baik. Hasil penelitian Puspita (2010)
pangan hewani merupakan sumber utama
adanya pengaruh penerapan HACCP
bakteri penyebab infeksi dan intoksikasi
terhadap penurunan bahaya mikrobiologis
serta rentan mengalami kontaminasi oleh
pada makanan khusus anak berbasis hewani
bahaya fisik, biologi, maupun kimia.

73
J.Gipas, Mei 2018, Volume 2 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.


Soedarso Pontianak. METODOLOGI
Berdasarkan data Profil Kesehatan Penelitian ini menggunakan
Kabupaten Banyumas Tahun 2014 jumlah pendekatan kualitatif observasional dengan
rumah sakit yang terdapat di Kabupaten metode deskriptif. Pengumpulan data
Banyumas sebanyak 22 rumah sakit dan dilakukan dengan wawancara
tiga diantaranya merupakan Rumah Sakit semiterstruktur, observasi partisipasi
Umum Daerah (RSUD) yaitu RSUD Prof. moderat dan telaah dokumen. Pemilihan
Dr. Margono Soekarjo, RSUD Banyumas, informan dilakukan dengan purposive
dan RSUD Ajibarang. Dari tiga RSUD sampling yaitu berdasarkan kriteria inklusi
tersebut salah satunya adalah milik dan ekslusi, didapatkan empat orang
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yaitu sebagai informan utama dan empat orang
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo informan pendukung. Data yang didapat,
Purwokerto yang merupakan RSUD kelas dianalisis dengan cara reduksi data, display
B Pendidikan denganjangkauan pelayanan data dan penarikan kesimpulan.
untuk masyarakat di wilayah Jawa Tengah
bagian barat-selatan dan digunakan sebagai HASIL
rumah sakit rujukan Tingkat Provinsi. Hal 1. Gambaran Umum Instalasi Gizi
tersebut memungkinkan penyelenggaraan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
makanan rumah sakit yang lebih kompleks Salah satu unit pelayanan RSUD
karena banyaknya kasus diit yang Prof. Dr. Margono Soekarjo adalah
ditangani. RSUD Prof. Dr. Margono Instalasi Gizi. Tujuan penyelenggaraan
Soekarjo Purwokerto telah makanan Instalasi Gizi RSUD Prof. Dr.
menerapkan HACCP sebagai sistem Margono Soekarjo yaitu tersedianya
keamanan penyelenggaraan makanan dan makanan yang tepat untuk pasien rawat
membentuk tim khusus dalam inap. Tepat disini meliputi tepat citarasa,
pelaksanaannya. Berdasarkan latar tepat waktu, tepat jumlah, tepat gizi, dan
belakang tersebut, maka penulis tertarik tepat sanitasi.
untuk mengetahui penerapan prinsip- Penyelenggaraan makanan di
prinsip HACCP pada pengolahan lauk Instalasi Gizi RSUD Prof. Dr. Margono
hewani dalam penyelenggaraan makanan di Soekarjo menggunakan sistem swakelola,
Instalasi Gizi RSUD Prof. Dr. Margono dimana semua makanan pasien dimasak
Soekarjo. langsung di dapur instalasi. Instalasi Gizi

74
J.Gipas, Mei 2018, Volume 2 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo terhadap bahaya mikrobiologi, kimia dan
menyusun tiga jenis siklus menu pasien fisik. Dilakukan dengan uji laboratorium
yaitu siklus menu Makanan Saring Kelas I, oleh IPLRS (Instalasi Pemeliharaan
II, dan III; siklus menu Nasi/Lunak/Diit Lingkungan Rumah Sakit) setiap bulan dan
Kelas I, II, dan III; serta siklus menu Pemerintah Kabupaten dua kali dalam satu
Paviliun Abiyasa, yang semuanya tahun, penyusunan daftar bahaya yang
merupakan siklus menu 10 hari dan potensial mencemari, penyusunan
penambahan 1 menu untuk tanggal spesifikasi bahan makanan, pemeriksaan
Pendistribusian makanan kepada bahan makanan sesuai spesifikasi, dan
pasien menggunakan sistem sentralisasi, pengontrolan kelengkapan APD penjamah
dimana semua makanan diolah di dapur makanan.
utama dan didistribusikan langsung dari 2. Penentuan CCP atau TKK (Titik
dapur utama. Kendali Kritis) (Prinsip 2)
2. Gambaran Umum Hasil Penelitian CCP ditentukan oleh tim
1. Identifikasi Bahaya atau Hazard menggunakan Diagram Pohon Keputusan,
(Prinsip 1) terdapat dua jenis Diagram Pohon
Diagram alir pengolahan lauk hewani Keputusan yang digunakan yaitu Diagram
disusun oleh tim, mulai dari tahap Pohon Keputusan Proses dan Diagram
penerimaan bahan sampai distribusi, Pohon Keputusan untuk Bahan Mentah.
namun belum semua lauk hewani Berikut contoh Diagram Pohon Keputusan
mempunyai digram alir pengolahan. yang digunakan:
Identifikasi bahaya dilakukan

P1. Apakah bahan mentah memungkinkan mengandung bahan berhaya (mikrobiologi,


fisik dan kimia) ?

Ya Tidak Bukan CCP

P2. Apakah penanganan atau pengolahan dapat menghilangkan atau mengurangi bahaya ?

Bukan CCP Ya Tidak CCP

Gambar 1. Diagram Pohon Keputusan Bahan Mentah


Sumber : Pedoman HACCP Instalasi Gizi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
(2007)
75
J.Gipas, Mei 2018, Volume 2 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

P1. Apakah tahap ini khusus ditujukan untuk meghilangkan/mengurangi


bahaya sampai batas aman ?

Tidak Ya CCP

P2. Apakah kontaminasi bahaya dapat menjadi/meningkat sampai melebihi batas?

Ya Tidak Bukan CCP

P3. Apakah tahap proses selanjutnya dapat menghilangkan/mengurangi bahaya


sampai batas aman?

Bukan CCP Ya Tidak CCP

Gambar 2. Diagram Pohon Keputusan Proses


Sumber : Pedoman HACCP Instalasi Gizi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo (2007)

3. Spesifikasi Batas Kritis (Prinsip 3) Monitoring dilakukan setiap hari


Tim HACCP menentukan batas pada setiap proses oleh penanggung jawab
kritis pada setiap CCP dalam proses setiap bagian. Informan utama juga
pengolahan lauk hewani dengan cara memberikan keterangan bahwa belum
menyusun setiap tahap yang termasuk CCP pernah ada kejadian prosedur pengolahan
kemudian menentukan parameter lauk hewani tidak dilakukan secara
pengukuran setiap CCP. Tim HACCP juga konsisten dan memastikan bahwa frekuensi
memastikan bahwa batas kritis yang monitoring sudah cukup untuk memastikan
disusun untuk setiap CCP dalam pengolahan lauk hewani berjalan dengan
pengolahan lauk hewani dapat mencegah baik.
bahaya, dibuktikan dengan hasil uji 5. Penetapan Tindakan Koreksi
laboratorium terhadap bahan makanan dan (Prinsip 5)
produk akhir lauk hewani yang aman Penyusunan rencana tindakan
dikonsumsi. koreksi dilakukan oleh tim, namun belum
4. Penetapan dan Pelaksanaan Sistem ada pencatatan tentang tindakan koreksi
Monitoring (Prinsip 4)
76
J.Gipas, Mei 2018, Volume 2 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

yang pernah dilakukan. Berikut rencana tindakan koreksi yang disusun:


Tabel 1. Tingkat Resiko Bahaya Produk dan Tindakan Koreksi
Tingkat Resiko Tindakan Koreksi
Produk beresiko - Produk tidak boleh di proses atau diproduksi sebelum
tinggi semua penyimpangan diperbaiki.
- Produk ditahan atau tidak didistribusikan dan diuji
keamanannya.
- Jika keamanan produk tidak memenuhi syarat, perlu
dilakukan tindakan koreksi.
Produk beresiko - Produk dapat diproses tetapi penyimpangan tetap
sedang dikoreksi dalam waktu singkat.
- Pemantauan khusus diperlukan sampai semua
penyimpangan dikoreksi.
Prosuk beresiko - Produk dapat diproses.
rendah - Penyimpangan harus dikoreksi/diperbaiki jika waktu
memungkinkan.
- Pengawasan rutin harus dilakukan untuk menjamin
status resiko rendah menjadi status resiko sedang/
tinggi.
Sumber : Dokumentasi HACCP Lauk Hewani (2007)

6. Penyusunan Prosedur Verifikasi dokumentasi HACCP. Pendokumentasian


(Prinsip 6) yang dilakukan mencakup seluruh prinsip
Kegiatan verifikasi mencakup HACCP.
seluruh proses pengolahan lauk hewani.
Berdasarkan hasil telaah dokumen PEMBAHASAN
HACCP, belum adanya dokumen mengenai Instalasi Gizi RSUD Prof. Dr.
prosedur tertulis mengenai verifikasi sistem Margono Soekarjo membentuk tim khusus
HACCP pada pengolahan lauk hewani. sebagai penyusun dan penanggung jawab
7. Pencatatan dann Dokumentasi sistem HACCP. Tim HACCP terdiri dari
(Prinsip 7) Kepala Instalasi Gizi, Penanggung Jawab
Berdasarkan hasil telaah dokumen Mutu, Penanggung Jawab
catatan dan dokumentasi HACCP dalam Pengadaan/Produksi, dan Penanggung
penyelenggaraan makanan lauk hewani di Jawab Logistik. Hayes dan Forsythie
Instalasi Gizi RSUD Prof. Dr. Margono (2014) menjelaskan bahwa membentuk tim
Soekarjo berupa hard file dan soft file. Dari HACCP harus melibatkan semua
total 67 jenis olahan lauk hewani dalam komponen yang terlibat dalam
siklus menu 10 hari untuk pasien kelas I, II penyelenggaraan dan produksi makanan di
dan III dengan jenis Makanan Biasa, rumah sakit. Penerapan sistem HACCP
Makanan Lunak dan Diit, empat sebagai sistem kemanan dalam pengolahan
diantaranya belum mempunyai makanan khususnya lauk hewani di

77
J.Gipas, Mei 2018, Volume 2 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

Instalasi Gizi RSUD Prof. Dr. Margono bahaya. Penentuan CCP dilakukan oleh tim
Soekarjo mengacu pada prinsip-prinsip dengan menggunakan Diagram Pohon
HACCP yang terdapat dalam SNI HACCP Keputusan atau Codex Decission Tree yang
Tahun 1998. mengacu pada SNI HACCP 1998. CCP
Identifikasi bahaya dalam sistem ditentukan pada bahan makanan mentah
HACCP dapat dilakukan dengan dan proses pengolahan. Seperti pada
pembuatan diagram alir terlebih dahulu Gambar 1, penentuan CCP pada bahan
(Thaheer, 2005). Diagram alir yang disusun mentah dimulai dengan menyusun bahan
oleh Tim HACCP mencakup setiap tahapan mentah yang digunakan kemudian masuk
proses pengolahan mulai dari penerimaan ke pertanyaan pertama (P1), jika
bahan makanan sampai dengan jawabannya “Tidak” maka dapat
pendistribusian, dilengkapi dengan dinyatakan bukan sebagai CCP atau bahan
keterangan tempat, suhu dan waktu. tersebut kemungkinan tidak mengandung
Hal tersebut sesuai dengan yang bahaya. Tetapi, jika jawaban pada P1
dikemukakan Puspita et al. (2010) bahwa adalah “Ya” maka dilanjutkan ke
diagram alir harus memuat seluruh proses pertanyaan kedua (P2), jika jawaban pada
kegiatan dalam operasional produksi, P2 adalah “Tidak” maka dapat dinyatakan
diagram ini harus memuat rincian teknis sebagai CCP yang berarti bahan mentah
yang memadai untuk anggota tim sehingga tersebut perlu pengawasan yang baik agar
mereka dapat mengikuti setiap langkah tidak menimbulkan ketidakamanan. Cara
dengan mudah. Identifikasi bahaya penentuan tersebut sama hal nya dalam
mikrobiologi dan kimia juga dilakukan penentuan CCP pada Diagram Pohon
dengan uji laboratorium terhadap Keputusan Proses.
keberadaan mikrobiologi dan bahan Setelah menetapkan CCP,
pengawet yang potensial mencemari. dilakukan penentuan batas kritis untuk
Petugas laboratorium mengambil langsung setiap CCP. Puckett (2004) mengemukakan
sampel bahan makanan, air, produk akhir, bahwa batas kritis ditetapkan untuk
dan alat masak. Pemeriksaan juga menjamin bahwa CCP dapat dikendalikan
dilakukan terhadap kesehatan tenaga dengan baik. Proses penentuan batas kritis
penjamah makanan dengan pengambilan ini dilakukan oleh tim HACCP dimulai
urin dan darah. dengan menyusun proses pengolahan yang
Penentuan CCP merupakan termasuk CCP, kemudian menentukan
langkah selanjutnya setelah identifikasi parameter setiap proses tersebut dan

78
J.Gipas, Mei 2018, Volume 2 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

membuat batas kritis untuk setiap terhadap batas kritis suatu CCP. Tim
parameter. Dalam dokumen HACCP lauk HACCP menyusun tindakan koreksi
hewani yang ada di Instalasi Gizi, dimulai dengan mengelompokkan produk
penetapan batas kritis pada CCP menjadi tiga tingkatan, kemudian setiap
pengolahan lauk hewani fokus pada tempat tingkatan ditentukan tindakan koreksinya.
penyimpanan, suhu tempat penyimpanan, Seperti yang dijelaskan dalam Thaheer
suhu pemasakan dan waktu pemasakan (2005) bahwa tindakan koreksi yang
serta waktu tunggu. dilakukan jika terjadi penyimpangan sangat
Kegiatan monitoring dilakukan tergantung pada tingkat resiko produk
setiap hari baik oleh penanggung jawab pangan. Lauk hewani termasuk dalam
bagian atau oleh kepala instalasi. Setiap kategori resiko tinggi, Cahyadi (2011)
tahap dalam penyelenggaraan makanan di mengemukakan bahwa salah satu jenis
Instalasi Gizi mulai dari petugas logistik produk resiko tinggi adalah daging sapi,
yang melakukan pemeriksaan terhadap daging ayam, daging kambing dan ikan
bahan makanan yang datang dan mengatur serta produk olahannya.
penyimpanan bahan makanan, pengolah Monitoring rutin dan uji
makanan dan bagian distribusi, memiliki laboratorium merupakan bentuk kegiatan
penanggung jawab tersendiri. Rauf (2013) verifikasi yang dilakukan oleh tim HACCP
menjelaskan bahwa kegiatan pemantauan di Instalasi Gizi RSUD Prof. Dr. Margono
atau monitoring dapat berupa pengamatan Soekarjo. Dalam SNI HACCP (1998)
yang direkam dalam suatu checklist dijelaskan bahwa ada beberapa kegiatan
ataupun merupakan suatu pengukuran yang verifikasi yang dapat dilakukan yaitu
direkam ke dalam suatu datasheet. penetapan jadwal HACCP, pemeriksaan
Berdasarkan hasil telaah dokumen, instalasi kembali rencana HACCP, pengamatan
telah mempunyai form checklist khusus visual selama produksi serta pengambilan
untuk kegiatan monitoring harian karena contoh dan analisis secara random.
kegiatan monitoring telah menjadi agenda Penyimpanan catatan dan dokumentasi
rutin penanggung jawab tiap proses merupakan langkah terakhir dalam sistem
produksi. HACCP. Catatan dan dokumentasi HACCP
Langkah selanjutnya adalah pada lauk hewani dalam penyelenggaraan
penetapan tindakan koreksi, Ratna (2009) makanan di Instalasi Gizi RSUD Prof. Dr.
mengemukakan bahwa tindakan koreksi Margono Soekarjo belum mencakup semua
dilakukan apabila terjadi penyimpangan jenis lauk hewani yang terdapat dalam

79
J.Gipas, Mei 2018, Volume 2 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

siklus menu 10 hari. Bobeng dan David 4. Kegiatan verifikasi sistem dilakukan
(2012) menjelaskan bahwa sistem dengan monitoring rutin dan uji
HACCP harus didokumentasikan laboratorium.
untuk menunjukkan bahwa sistem tersebut 5. Tindakan koreksi disusun berdasarkan
memang disusun dengan tepat dan tingkat resiko, namun belum ada
berfungsi dengan benar. Dokumentasi yang tindakan koreksi yang pernah
disusun tim HACCP di Instalasi Gizi dilakukan.
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo berupa 6. Pencatatan dan dokumentasi HACCP
hard file dan soft file mengenai diagram alir belum mencakup semua jenis lauk
proses pengolahan lauk hewani, daftar hewani yang ada dalam siklus menu 10
hazard atau bahaya yang diidentifikasi pada hari di Instalasi Gizi RSUD Prof. Dr.
pengolahan lauk hewani, CCP pada bahan Margono Soekarjo.
mentah dan proses pengolahan, serta
tindakan koreksi apabila terjadi SARAN
penyimpangan pada prosedur pengolahan. 1. Instalasi Gizi RSU D Prof. Dr.
Margono Soekarjo melakukan
KESIMPULAN sosialisasi menyeluruh kepada tenaga
1. Identifikasi bahaya pada pengolahan pengolah, pramusaji dan logistik yang
lauk hewani dilakukan terhadap terlibat dalam penyelenggaraan
bahaya mikrobiologi, kimia dan fisik. makanan mengenai penerapan sistem
2. Penentuan CCP dilakukan HACCP sebagai sistem keamanan
menggunakan Diagram Pohon dalam penyelenggaraan makanan.
Keputusan atau Codex Decission Tree. 2. Tim HACCP Instalasi Gizi RSUD
3. Penentuan batas kritis pada setiap CCP Prof. Dr. Margono Soekarjo
dilakukan dengan menyusun tahapan melakukan pencatatan dan
yang termasuk CCP kemudian pendokumentasian sistem HACCP
menyusun parameter dan batas kritis secara menyeluruh, menyusun
setiap parameter. prosedur verifikasi secara tertulis dan
menyusun jadwal monitoring khusus
penerapan HACCP.

80
DAFTAR PUSTAKA Association, San Francisco, 396-398.

Bobeng, B.J., dan David, B.D., 2012, HACCP Models Puspita, L.W., Yenny, P., dan Fatma, Z.N.,
for Quality Control of Entry Production in 2010, Penerapan Hazard Analysis
Hospital Foodservice System, Journal of the Critical Control Point (HACCP)
American Dietetic Association, 73 (5) : 524-529. terhadap Penurunan Bahaya
Mikrobiologis Pada Makanan Khusus
Cahyadi,M., 2011, Mikrobiologi Pangan Anak Berbasis Hewani di Rumah
Hewani (online), Sakit
http://www.mcahyadi.staff.uns.ac.id/B
=content_Artikel=Mikrobiologi_panga n.pdf, Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak,
diakses pada 15 Agustus 2017. Jurnal Gizi Klinik, 7 (1) : 8-16.

Djarismawati, 2004, Pengetahuan dan Perilaku Ratna, M.R., 2009, Evaluasi Manajemen
Penjamah Tentang Sanitasi Pengolahan Penyelenggaraan Makanan Institusi
Makanan pada Instalasi Gizi Rumah Sakit di di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr.
Jakarta (online), Soeharso, Jurnal Studi
http://www.media.litbang.depkes.go.id Perpustakaan dan Informasi, 10 (2),
/index.php?option=content&task=view &id=15 (Abstrak).
&Itemid=31, diakses 14 Maret 2017.
Rauf, R., 2013, Penerapan Prinsipprinsip
HACCP dalam Sistem
Hayes, P.R.., dan Forshytie, S.I., 2014, Food Hygiene,
Penyelenggaraan Makanan, Graha
Microbiology and Hazard Analysis Critical
Ilmu, Yogyakarta.
Control Point (HACCP), Gaithesburg.
Thaheer, H., 2005, Sistem
Manajemen HACCP (Hazard
Jusniati, A.H., dan Burhanuddin, B., 2012, Manajemen
Analysis Critical Control Points),
Pengelolaan Makanan Di Rumah Sakit Umum
PT.Bumi Aksara, Jakarta.
Lanto Dg. Pasewang Kabupaten Jeneponto,
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 12 (4) : 122-128 Zulfana, I., dan Sudarmadji, 2008,
HazardAnalysis Critical Control
Maria, M., 2004. Konsumsi dan persepsi pasien rawat Point Pada Pengelolaan Makanan
inap terhadap makanan serta faktor-faktor yang Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
mempengaruhi di RSUD Abdul Moelek Islam Lumajang, Jurnal Kesehatan
Lampung, Skripsi, Departemen Gizi Lingkungan, 4 (2) : 57-68.
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia Institut
Pertanian Bogor, Bogor, 27-29.

Nene, A., 2012, Persepsi, Konsumsi dan Kontribusi


Lauk Hewani Pada Pasien Rawat Inap di RSUD
Cibinong, Skripsi, Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia Institut
Pertanian Bogor, Bogor, 47-51.

Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas, 2014, Jumlah


Rumah Sakit di

Kabupaten Banyumas (online),


http://www.depkes.go.id/profil/PROFI L-KAB-
KOTA-2014/3302-Jateng-Kab-Banyumas-
2014.pdf, Diakses 10 April 2017.

Puckett, R.P., 2004, Food Servive Manual For Health


Care Institutions, 3rd ed, American Hospital

81
82

Вам также может понравиться