Вы находитесь на странице: 1из 14

LITERASI

Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar Dian Andesta Bujuri


ISSN: 2085-0344 (Print)
ISSN: 2503-1864 (Online)
Journal homepage: www.ejournal.almaata.ac.id/literasi
Journal Email: literasi_stia@yahoo.com

Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar dan Implikasinya


dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Dian Andesta Bujuri
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Jalan Laksda Adisucipto, Caturtunggal, Depok, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
dianandesta819@gmail.com

Abstract
The human as human being should experience the development every time, including
on the basic age of child (7-13 years old). One of important aspects of human development is
cognitive aspect. Cognitive development is an comprehensive development relating with thinking
ability, such as the ability of thingking, reasoning, expressing idea, imagination and creativity.
According to Piaget’s theory, the cognitive development of basic age child consists of two phases:
the first is concrete operational phase (7-11 years old) that is a phase where the child has been
able to function his/her mind to think logical, rational and objective, but it is just limited on the
object concrete. The second is formal operational phase (11-12 more years old) that is a phase
where the child has used his/her mind to think a matter which will be or ought to be happening
(hyphotheses) and a abstract matter. In spite of the same phase, cognitive development of child has
difference in every age level that it is very significant to be known especially in education scope
in teaching and learning process. Referred to new version of Talksonomi Bloom Theory, the child
who is 7 years old has been at C1, C2 and C3 level but it is still limited, age 8 years is C2 and
C3 level; age 9 years is C3 level which is high level; age 10 years is C3, C4 and C5 level which
is limited, age 11 years is C4, C5 and C5 level; and 12 years more is C6 level which is better.
The significance of comprehension about the cognitive ability level of child becomes reference
to choose material lesson, to determine strategy, model and learning method. The purpose is to
able to create effective learning and to be able to comprehend the material maximally which it
is hopefully compatible with the belonging of child’s cognitive ability.
Keyword: cognitive development, basic age child, teaching and learning

Abstrak
Manusia sebagai makhluk hidup mesti mengalami perkembangan disetiap waktunya, tak
terkecuali pada anak usia dasar (7-13 tahun). Salah satu aspek penting dari perkembangan adalah
aspek kogntif. Perkembangan kognitif merupakan suatu perkembangan yang sangat komprehensif
yaitu berkaitan dengan kemampuan berfikir, seperti kemampuan mengingat, bernalar, beride,
berimajinasi dan kreatifitas. Menurut teori kognitif Piaget, perkembangan kognitif anak usia
dasar berada pada dua fase yaitu pertama fase operasional konkret (7-11 tahun) adalah fase
dimana anak sudah dapat memfungsikan akalnya untuk berfikir logis, rasional dan objektif,
tetapi terhadap objek yang bersifat konkret. Kedua fase operasional formal (11-12 tahun ke
atas) adalah fase dimana anak sudah dapat memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi
(hipotesis) dan sesuatu bersifat abstrak. Kendati berada pada fase yang sama, perkembangan

LITERASI, Volume IX, No. 1 2018 37


Dian Andesta Bujuri Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar

kognitif anak memiliki perbedaan di setiap tingkatan usianya yang sangat penting dipahami
khususnya dalam lingkup pendidikan yaitu pada kegiatan belajar megajar (KBM). Mengacu
pada teori Talksonomi Bloom versi baru, anak usia 7 tahun berada pada jenjang C1, C2 dan C3
tetapi masih terbatas; usia 8 tahun berada pada jenjang C2 dan C3; usia 9 tahun berada pada
jenjang C3 level tinggi; anak usia 10 tahun berada pada jenjang C3, C4 dan C5 tetapi masih
terbatas; usia 11 tahun berada pada jenjang C4, C5 dan C6; dan usia 12 ke atas tahun ke atas
berada pada jenjang C6 yang lebih baik. Pentingnya pemahaman terhadap jenjang kemampuan
kognitif anak tersebut menjadi pedoman dalam memilih materi, menentukan strategi, model dan
metode pembelajaran. Tujuannya, agar terwujudnya pembelajaran yang efektif dan anak dapat
memahami materi secara maskimal, sesuai dengan kemampuan kognitif yang dimiliki.

Kata Kunci: perkembangan kognitif, anak usia dasar, KBM

PENDAHULUAN yang paling penting bagi anak adalah orang tua,


Manusia merupakan makhluk hidup yang guru, dan teman sebaya (peer group). Melalui
mengalami pertumbuhan dan perkembangan merekalah 1
anak mengenal sesuatu positif dan
disetiap waktunya, mulai dari masa pranatal negatif”. Baik atau buruknya perkembangan
hingga diakhir hayatnya. Pertumbuhan dan anak sangat bergantung terhadap pemenuhan
perkembangan manusia mencakup berbagai kebutuhan yang ia peroleh dari orang lain,
aspek yang dalam hal ini penulis membaginya baik dari orang tua, anggota keluarga, guru dan
menjadi dua yaitu aspek fisik dan non- fisik. individu lainnya.
Perkembangan pada aspek fisik manusia terdiri Mengingat, anak usia dasar belum
dari perkembangan tinggi badan, berat badan, memiliki kematangan dalam berfikir, anak
motorik (otot dan syaraf) dan perkembangan memiliki keterbatasan dalam memilah dan
otak, sedangkan perkembangan non-fisik memilih sesuatu yang positif atau negatif dan
manusia terdiri dari perkembangan kognitif, mana yang berdampak baik atau buruk.
sosio- emosional, dan perkembangan bahasa. Salah satu aspek yang sangat penting untuk
Perkembangan fisik dan non-fisik manusia diketahui dan dipahami dari perkembangan anak
memiliki perbedaan disetiap individunya. usia dasar adalah aspek kogntif. Perkembangan
Pekembangan salah satu individu bisa saja lebih kognitif merupakan suatu perkembangan yang
cepat dan lebih baik dari pada perkembangan sangat komprehensif yaitu berkaitan dengan
individu lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut kemampuan berfikir, seperti kemampuan
terjadi karena adanya faktor usia, faktor bernalar, mengingat, menghafal, memecahkan
genetika, faktor makanan dan faktor lingkungan. masalah-masalah nyata, beride dan kreatifitas.
Pengetahuan tentang perkembangan Perkembangan kognitif memberikan pengaruh
manusia sangat penting diketahui dan dipahami terhadap perkembangan mental dan emosional
sebagai pedoman dalam memahami kebutuhan anak serta kemampuan berbahasa. Sikap dan
dan karakter seseorang, tak terkecuali anak tindakan anak juga berkaitan dengan kemampuan
usia dasar. Anak usia dasar adalah anak yang berfikir anak. Sehingga, perkembangan kognitif
berada dalam bentang usia 7-12 tahun ke atas dapat dikatakan sebagai kunci dari pada
atau dalam sistem pendidikan dapat disebut perkembangan-perkembangan yang bersifat
anak yang berada pada usia sekolah dasar. non-fisik.
Memahami perkembangan anak usia dasar
menjadi suatu keharusan bagi orang tua, guru
dan orang yang lebih dewasa. seperti yang
1
Rakhmawati I., Peran Keluarga dalam
Pengasuhan Anak, (Jurnal Bimbingan dan Konseling
dikemukakan Hurlock (1978) bahwa “orang Islam, Vol. 6, No. 1, 2015), hlm. 3.

38 LITERASI, Volume IX, No. 1 2018


Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar Dian Andesta Bujuri

Perkembangan kogitif anak usia dasar Selain dari pada materi ajar, pemahaman
tentu tidak bisa disamakan dengan kemampuan tentang perkembangan kognitif anak juga
kognitif anak remaja dan orang dewasa. Pada menjadi pedoman dalam menentukan strategi,
umumnya, kemampuan kognitif anak usia dasar model, metode dan tekik evaluasi dalam
masih terbatas dalam hal-hal yang bersifat pembelajaran. Anak akan mudah paham
konkret dan nyata, misalnya anak usia 6 atau 7 apabila materi yang disampaikan oleh guru
tahun dapat memahami gelas bisa pecah apabila menggunakan metode yang sesuai dengan
dibenturkan dengan lantai, anak belum bisa kemampuan berfkir anak. Misalnya, ketika
menjawab penyebab pecahnya gelas tersebut belajar tentang Ilmu Pengetahuan Alam, guru
secara ilmiah. Anak usia dasar memiliki tidak cukup dengan metode ceramah saja,
keterbatasan berfikir terhadap hal yang bersifat guru mesti menggunakan metode eksperimen
abstrak, misalnya ketika anak usia 7-9 diberi (praktek) atau memberikan contoh langsung
pertanyaan tentang mengapa bumi mengelilingi terkait objek yang dipelajari (modelling),
matahari. Anak akan mengalami kesulitan sebab kemampuan berfikir anak usia dasar (7-
bahkan merasa kebingungan untuk menjawab 11 tahun) berada pada level berfikir konkret
pertanyaan yang demikian secara ilmiah dan (nyata) bukan bersifat khayalan atau sesuatu
ketika dipaksa, justru anak akan merasa setres, yang abstrak. Dengan demikian, pemahaman
karena kemampuan kognitifnya belum sampai tentang perkembangan kognitif anak usia dasar
pada tahap berfikir yang rumit. bukan suatu pemahaman yang dapat dianggap
Pada proses penyelenggaraan pendidikan remeh, melainkan pemahaman yang sangat
Sekolah Dasar (SD) atau Madarasah Ibtidaiyah penting terhadap keberhasilan suatu proses
(MI), pemahaman tentang perkembangan KBM khususnya pencapaian pada kompetensi
kognitif anak usia dasar sangat penting untuk kognitif anak.
menjadi acuan dalam rangka mendidik dan Berdasarkan uraian diatas, penulis
mengajar. Kegiatan belajar mengajar (KBM) akan melakukan suatu analisis yang subtantif dan
maksimal apabila materi ajar yang disampaikan komprehensif terkait dengan perkembangan
dapat dipahami oleh anak. Hal tersebut dapat kognitif anak usia dasar dan implikasinya
terjadi ketika tingkat kesukaran materi sesuai dalam kegiatan belajar mengajar di SD/MI.
dengan taraf kemampuan berfikir anak. Faktanya, Tujuan dari pada penelitian ini adalah untuk
hasil dari suatu penelitian membuktikan bahwa mengetahui taraf perkembangan kognitif
terdapat ketidaksesuiaian antara materi yang anak usia dasar yang dimulai dari usia 7-12
terdapat di buku siswa (K13) dengan taraf tahun ke atas dan implikasinya terhadap
kemampuan berfikir anak di SD/MI, sehingga kegiatan belajar mengajar yang mencakup
tidak jarang di temukan para guru melakukan aspek materi ajar, strategi, model dan metode
pengembangan bahan ajar secara personal pembelajaran. Harapannya, hasil penelitian
dengan menyesuaikan kemampuan kognitif ini dapat menambah khazanah keilmuan bagi
siswa. 2 Apabila dalam KBM, materi yang khalayak umum dan menjadi referensi para
disampaikan terlalu tinggi maka konsekuensi guru dalam menjalankan amanahnya sebagai
logisnya, tujuan pembelajaran tidak akan penagajar sekaligus pendidik dalam proses
tercapai secara maskimal. Akibatnya, KBM KBM.
hanya akan menjadi kegiatan yang sia-sia, anak
tidak mendapatkan ilmu sesuai yang diharapkan METODE PENELITIAN
bahkan tidak jarang mengalami setres. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode peneletian kualitatif.
2
Hapsari, Penerapan Model Pembelajaran
Kontruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA,
Metode penelitian kualitatif adalah metode
(Jurnal Pendidikan Penabur No. 16, Tahun Ke-10 , 2011), penelitian yang digunakan untuk meneliti
hlm. 34-45. pada kondisi obyek alamiah, dimana peneliti

LITERASI, Volume IX, No. 1 2018 39


Dian Andesta Bujuri Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar

adalah sebagai intrumen kunci.3 Berdasarkan berkaitan dengan kemampuan belajar membaca,
objek kajian, penelitian ini termasuk penelitian berhitung dan bahasa. Perkembangan otak
yang bersifat litere atau kepustakaan (library kanan meliputi kemampuan berfikir holistik,
research). library research adalah suatu peneltian non-linier, non-verbal, intuitif, imajinatif dan
yang dilakukan dengan cara mengumpulkan kreatifitas.
data, informasi dan berbagai macam data-data Pada fase anak usia dasar, perkembangan
lainnya yang terdapat dalam kepustakaan.4 kognitif anak memiliki tingkatan yang berbeda-
Sumber data yang digunakan dalam penelitian beda dimulai dari usia 7-12 tahun ke atas. Pada
ini yaitu buku, jurnal, paper, artikel, dan karya fase ini, perkembangan kognitif anak berada
ilmiah lainnya yang relevan dengan objek dalam dua fase yaitu pertama fase operasional
kajian pada penelitian ini. Pokok bahasan dalam konkret adalah fase ketika usia anak antara 7
penelitian ini yaitu teori-teori yang berkaitan sampai 11 tahun dan kedua fase operasional
dengan perkembangan kognitif anak usia formal adalah fase ketika usia anak antara 11
dasar dan implikasinya dalam kegiatan belajar sampai 12 tahun ke atas. Perkembangan kognitif
mengajar. Teknik pengumpulan data pada setiap individu berbeda-beda, ada yang cepat
penelitian ini adalah dokumentasi. Selanjutnya, dan ada juga yang lambat. Perbedaan tersebut
untuk mengolah dan menganalisis data, penulis dapat terjadi karena dipengaruhi berbagai
menggunakan metode content analysis yaitu faktor, diantaranya yaitu asupan gizi. Sebuah
sebuah analisis terhadap kandungan isi yang penelitian menunjukan bahwa anak kekurangan
berfokus pada interpretasi dari teori-teori gizi (malnutrisi) memiliki IQ dengan rata-rata
kognitif anak usia dasar. nilai 22,6 poin lebih rendah dibandingkan anak
berstatus gizi baik.6 Selain dari faktor gizi,
HASIL DAN PEMBAHASAN perkembangan kognitif juga dipengaruhi oleh
Perkembangan kognitif berkaitan faktor genetika, pendidikan dan lingkungan.
dengan perkembangan otak. Perkembangan Perkembangan kognitif merupakan salah
otak yaitu perkembangan yang menyangkut satu aspek terpenting untuk menjadi pedoman
ukuran (volume) dan fungsi otak. Kecepatan dalam proses pendidikan. Ranah kognitif adalah
perkembangan otak berpengaruh terhadap ranah yang berkaitan dengan tujuan belajar
perkembangan kognitif manusia. Pada usia yang berorientasi pada kemampuan berpikir
10 tahun berat otak sudah mencapai 95% yang dalam pendidikan dikenal dengan istilah
dari otak orang dewasa, berbeda ketika bayi Talksonomi Bloom ranah kognitif. Terdapat 6
baru dilahirkan yang beratnya hanya 25% level dalam Talksonomi Bloom ranah kognitif
otak orang dewasa.5 Perkembangan otak akan yaitu mengingat (remember), memahami
mempengaruhi fungsi otak untuk berfikir, (understand), menerapkan (apply), menganalisis
seperti mengetahui, memahami, menganalisis, (analyze), menilai/mengevaluasi (evaluate),
mensintesis, beride, bernalar, berkreatifitas dan dan menciptakan (create).7 Keenam level ini
bertindak. Perkembangan otak terbagi menjadi merupakan hasil revisi yang dilakukan oleh
dua bagian, yaitu otak kiri dan otak kanan. Anderson dan Kratwohl dari versi sebelumnya
Perkembangan otak kiri meliputi kemampuan 6
Fithia Dyah Puspitasari, Toto Sudargo & Indria
berfikir rasional, ilmiah, logis, analitis, dan Laksmi Gamayanti, Hubungan Antara Status Gizi dan
Faktor Sosio Demografi dengan Kemampuan Kognitif
3
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Cet. Anak Sekolah Dasar Di Daerah Endemis Gaki, (Jurnal
Ke-12, (Bandung : Alfabeta, 2016), hlm. 1. Gizi Indon, 34 (1) : 52-60, 2011).
4
Subagyo, J., Metode Penelitian dan Praktek, 7
Imam Gunawan & Anggarini Retno Palupi,
(Jakarta : Rhineka Cipta, 1991), hlm. 109. Taksonomi Bloom – Revisi Ranah Kognitif : Kerangka
5
Atien Nur chamidah, Deteksi Gangguan Landasan Untuk Pembelajaran pengajaran, dan
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak, (Jurnal penilaian, (Journal Premiere Educandum : Pendidikan
Pendidikan Khusus, Vol. 5 No. 2, 2009). Dasar dan Pembelajaran, Vol. 2, No. 2, 2012).

40 LITERASI, Volume IX, No. 1 2018


Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar Dian Andesta Bujuri

yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, pernyataan ada tiga gelas berwarna merah,
analisis, sintesis, evaluasi. hitam dan putih. Kemudian ditanyakan, gelas
Beikut ini dideskripsikan mengenai berwarna apa yang akan terlihat lebih terang dan
kedua fase perkembangan kognitif anak jelas. Pada kondisi ini, anak akan mengalami
dan implikasinya terhadap kegiatan belajar kesulitan dalam menjawab, kemampuan
mengajar. kognitif anak memiliki keterbatasan untuk
bernalar, sehingga kemungkinan jawaban
Perkembangan kognitif anak usia tujuh anak akan bervariasi karena tidak berdasarkan
sampai sebelas tahun dan implikasinya penalaran ilmiah dan objektif. Pertanyaan
dalam kegiatan belajar mengajar tersebut akan terjawab dengan baik ketika
Usia 7-11 tahun merupakan usia ketika anak ketiga gelas berwarna tersebut dihadirkan
sudah memasuki masa sekolah. Sebagaimana dihadapan si anak.
menurut teori kognitif Piaget, pemikiran anak- Pada fase ini, kemampuan kognitif anak
anak usia sekolah dasar disebut pemikiran mengalami perkembangan yang pesat. Dalam
operasional konkret (concrete operational).8 keadaan normal, kemampuan anak usia sekolah
Makna operasional konkret yang dimaksud oleh dasar berkembang secara bertahap. Pada masa
Piaget yaitu kondisi dimana anak-anak sudah sebelumnya kemampuan berfikir anak masih
dapat memfungsikan akalnya untuk berfikir bersifat imajinatif, subjektif dan egosentris,
logis terhadap sesuatu yang bersifat konkret sedangkan ketika anak memasuki masa sekolah,
atau nyata. Pada tahapan ini, pemikiran logis daya pikir anak akan berkembang secara
menggantikan pemikiran intuitif (naluri) dengan perlahan kearah berfikir konkret dan egosentris
syarat pemikiran tersebut dapat diaplikasikan juga berkurang. Ketika memandang sesuatu
menjadi contoh-contoh yang konkret atau dihadapannya, anak mulai memfungsikan akal
spesifik.9 Akan tetapi, kekurangan dari pada untuk berfikir secara rasional dan objektif serta
fase ini adalah ketika anak dihadapkan dengan sudah dapat memecahkan suatu masalah secara
pemasalahan yang bersifat abstrak (secara logis.
verbal) tanpa adanya objek nyata, maka ia Pada tahap operasional konkret, anak
akan mengalami kesulitan bahkan tidak mampu memiliki pemahaman yang lebih baik dari
untuk menyelesaikannya dengan baik. pada anak praoperasional (2-7 tahun) mengenai
Penalaran anak masih terbatas, kendati konsep spasial, sebab-akibat, pengelompokan,
dapat menalar secara logis dan memahami penalaran induktif dan deduktif, konservasi
hubungan-hubungan kausal, mereka belum serta konsep angka/matamatik. 11 Adapun
dapat melakukan penalaran hipotesis atau pengertian mengenai konsep-konsep tersebut
abstrak.10 Anak hanya dapat memecahkan suatu yaitu, pertama, konsep sebab-akibat adalah
masalah ketika objek dari masalah tersebut suatu kemampuan kognitif seorang anak dalam
bersifat empirik (nyata) atau ditangkap oleh mengetahui proses terjadinya suatu perubahan
paca indra mereka, bukan yang bersifat khayal. dari suatu objek yang ia lihat. Misalnya, anak
Misalnya, pada anak kelas satu, ketika diberi bisa mengetahui bahwa ketika suatu wadah
(botol) semakin diisi air maka akan semakin
8
Desmita, Psikologi Perkembangan, Cet. Ke-9, berat, anak dapat menarik kesimpulan bahwa
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2015), hlm. 156. penyebab bertambahnya berat karena air dan
9
John W. Santrock, Perkembangan Anak, terj. Mila pada waktu itu juga anak akan berfikir bahwa
Rachmawati dan Anna Kuswanti, (Jakarta : Penerbit setiap air memiliki berat.
Erlangga, 2007), hlm. 255.
10
Penney Upton, Psikologi Perkembangan, terj. 11
Papalia, Old & Feldman, Human Development
Noermalasari Fajar Widuri, (Jakarta : Penerbit Erlangga, terj. Briyan Marswendy, (Jakarta: Salemba Humanika,
2012), hlm. 160. 2009), hlm. 443.

LITERASI, Volume IX, No. 1 2018 41


Dian Andesta Bujuri Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar

Kedua, konsep pengelompokan yaitu menjawab jumlah kelopak bunga yang lebih
kemampuan kognitif seorang anak dalam banyak, karena setiap bunga terdapat banyak
menggolongkan suatu objek yang memiliki kelopak bunga. Berbeda dengan anak pada
kesamaan atau perbedaan jenis, warna dan tahap praoperasioal, mereka akan cenderung
ukuran. Kemampuan kognitif anak usia dasar menjawab jumlah bunga melati lebih banyak,
pada tahap operasional konkret mengenai karena anak hanya melihat perbandingan bunga
pengelompokan meliputi berbagai kemampuan melati dengan bunga mawar putih.
yang relative canggih, seperti serasi (seriation), Ketiga, penalaran induktif dan deduktif.
penyimpulan transitif, dan inklusi kelas, Penalaran induktif yaitu suatu cara berfikir
yang secara bertahap meningkat antara masa dengan melihat fakta secara umum kemudian
kanak-kanak awal dan menengah. 12 Serasi menarik kesimpulan secara khusus, sedangkan
(seration) adalah kemampuan untuk menyusun penalaran deduktif sebaliknya. Menurut Piaget,
stimulus atau suatu objek berdasarkan dimensi anak-anak pada tahap operasional konkret hanya
kuantitatif, seperti panjang, warna, berat dan menggunakan penalaran induktif, mulai dari
lain sebagainya.13 Sebagai contoh, anak diberi pengamatan mengenai anggota partikular dari
10 jenis pensil yang berukuran panjang yang kelas orang-orang, hewan, objek, atau kejadian,
berbeda dan diletakan secara acak di atas meja, kemudian mereka mengambil kesimpulan
anak-anak sudah bisa mengurutkan pensil umum mengenai kelas sebagai keseluruhan.16
tersebut dari ukuran terpendek hingga yang Anak yang berfikir operasional konkret, ketika
paling panjang. harus menyelesaikan suau masalah, maka ia
Penyimpulan transitif (transitive inference) langsung memasuki masalahnya. Berbeda
adalah kemampuan untuk menggabungkan dengan anak yang berfikir formal (11 tahun
secara logis hubungan untuk memahami ke atas), mereka akan terlebih dahulu berfikir
kesimpulan tertentu. 14 Misalnya, seorang secara teoritis, kemudian mengidentifikasi atau
anak ditunjukan tiga buah bola yang berwarna mengkalisifikasi, baru kemudian mencari solusi
merah, kuning dan hijau. Merah berukuran dan bergerak menyelesaikan masalahnya.17
lebih besar, kuning berukuran sedikit lebih kecil Sebagai contoh, jambu berwarna merah memiliki
dari merah dan hijau berukuran lebih kecil dari rasa yang manis, anak akan berkesimpulan
kuning. Tanpa melakukan perbandingan, ia bahwa setiap jambu berwarna merah rasanya
akan dapat menyimpulkan bahwa bola warna manis, padahal belum tentu demikian.
merah memiliki ukuran yang paling besar. Keempat, konsep konservasi yakni
Selanjutnya inklusi kelas (class inclusion) pemahaman bahwa karakteristik fisik suatu
adalah kemampuan melihat hubungan antara benda mati akan tetap meskipun wujudnya
keseluruhan dan bagian-bagiannya.15 Misalnya, berubah. 18 Anak yang berada pada tahap
ketika anak diberi seikat bunga yang berisi operasional konkret telah mampu menyadari
5 tangkai melati-3 tangkai mawar berwarna konservasi, sebagaimana dalam sebuah
putih dan disetiap tangkai memiliki banyak eksperimen, seorang anak dihadapkan dengan
kelopak bunga. Ketika anak ditanya, apakah dua gumpalan tanah liat dengan ukuran tanah
lebih banyak bunga melati atau lebih banyak yang sama tetapi dibuat kedalam bentuk yang
jumlah kelopak bunga, maka anak akan
16
Ibid., hlm. 445.
12
Ibid., hlm. 444. 17
F. J. Monks, A. M. P. Knoers & Siti Rahayu
13
John W. Santrock, Perkembangan Anak, (Jakarta
Adinuto, Psikologi Perkembangan. (Yogyakarta : Gajah
: Penerbit Salemba Humanika, 2011), hlm. 188.
Mada University Press, 2014), hlm. 223.
14
Ibid., hlm. 188. 18
Carole Wade, Carol Tavris & Maryanne Garry,
15
Papalia, Old & Feldman, Human Development, Psikologi, terj. Padang Mursalin, Dinastuti & Novi Vidya
terj. Briyan Marswendy, hlm. 144. Santika, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2016), hlm. 167.

42 LITERASI, Volume IX, No. 1 2018


Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar Dian Andesta Bujuri

berbeda, yang satu berbentuk panjang dan yang Kemampuan kognitif anak akan semakin
satu lagi berbentuk bulat. Kemudian, anak meningkat disetiap waktunya. Misalnya,
diberi pertanyaan apakah gumpalan tanah yang semakin tinggi kelas maka materi yang
berbentuk panjang lebih banyak dibandingkan dipelajari akan semakin sukar atau kompleks.
dengan yang berbentuk bulat. Anak pada usia 7 Peningkatan daya kognitif dapat terjadi karena
atau 8 tahun, sebagian besar menjawab bahwa dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti volume
ukuran tanah tetap sama.19 Pemahaman tentang otak, makananan, pendidikan, pengalaman
konsep konservasi memberikan pemahaman dan lingkungan. Akan tetapi, dalam konteks
bahwa suatu ukuran benda (panjang, berat, perkembangan kognitif dari suatu proses,
volume dan massa) tidak akan berubah kendati faktor yang sangat berpengaruh adalah faktor
bentuknya mengalami perubahan. pengalaman dan lingkungan. Sebagaimana
Kelima, konsep angka/matematik yaitu yang dikemukanan oleh Piaget bahwa manusia
kemampuan anak dalam mengolah angka, yang akif secara terus menerus mengadakan
seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, penyesuaian diri (adaptasi) dalam proses
dan pembagian. Pada usia 6 atau 7 tahun, interaksinya terhadap lingkungan.21 Alasan logis
banyak anak dapat menghitung di dalam selanjutnya yaitu ketika anak sudah melewati
kepala. 20 Kemampuan mengelola angka berbagai aktifitas atau proses pendidikan maka
ini menjadi pembeda dengan kemampuan pengetahuan dan wawasan anak bertambah.
dalam disiplin ilmu lain yang secara umum Ketika anak mendapatkan hal yang lebih rumit,
mesti dihadirkan objeknya. Setiap level usia anak sudah memiliki kesiapan untuk berfikir
atau tingkatan kelas, anak-anak memiliki tentang hal itu, baik untuk mempelajari maupun
kemampuan matematik yang berbeda, semakin memecahkan suatu permasahan yang ada.
tinggi tingkatan kelas, maka akan semakin baik Berdasarkan hasil analisis penulis, berikut
kemampuan matematikanya. ini dideskripsikan terkait kemampuan kognitif
Berdasarkan penjelasan diatas, bukan anak menurut usia /kelas dan implikasinya
berarti bahwa setiap tahapan usia 7-11 tahun, dalam kegiatan belajar menagajar :
anak-anak memiliki kemampuan yang sama.
Penjelasan menurut Piaget tersebut hanya Kemampuan kognitif anak usia tujuh tahun
menggambarkan secara umum bahwa pada (kelas satu SD/MI)
saat anak- anak menginjak usia operasional Kemampuan kognitif anak pada usia ini
konkret, anak-anak memiliki kemampuan masih pada tahap pengetahuan dan pemahaman
sebagaimana yang dijelaskan. Setiap tingkatan yang masih terbatas, meskipun anak sudah
usia, anak-anak tentu memiliki kemampuan masuk ada fase operasional konkret. Dalam
yang berbeda-beda baik kemampuan dalam konteks pendidikan, mengacu pada teori
bernalar, berfikir logis, mengingat, menghafal, Taksonomi Bloom bahwa pada fase ini anak
memahami dan menganalisis. Anak-anak memasuki jenjang yang paling rendah yaitu C1
memiliki kemampuan berfikir tentang suatu hal (mengingat) dan awal jenjang C2 (memahami).
dengan tingkat kesukaran yang berbeda dan Kata operasional (verb) pada fase ini seperti
perbedaan-perbedaan itu yang menjadi dasar menyusun daftar, mengingat, menyebutkan,
dalam menentukan tingkat kesukaran materi mengenali, menuliskan kembali, mengulang,
ajar, Strategi, model dan metode pembelajaran menamai, mengelompokan dan membedakan
di SD/MI. hal bersifat sederhana.22 Faktanya, anak juga
21
Sumanto, Psikologi Perkembangan : Fungsi dan
19
John W. Santrock, Perkembangan Anak, terj. Mila Teori, (Yogyakarta : PT. Buku Seru, 2014), hlm. 154.
Rachmawati dan Anna Kuswanti..., hlm. 256. 22
Chairul Anwar, Teori-teori Pendidikan Klasik
20
Papalia, Old & Feldman, Human Development, Hingga Kontemporer, (Yogyakarta : IRCiSoD, 2017),
terj. Briyan Marswendyhlm..., hlm. 447. hlm. 207.

LITERASI, Volume IX, No. 1 2018 43


Dian Andesta Bujuri Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar

sudah masuk pada ranah C3 (menerapkan) yang jenis-jenis warna dan simbol-simbol sederhana,
masih dalam level rendah. Sebagai contoh, seperti lambang-lambang, bentuk bangun datar
ketika belajar membaca anak sudah bisa dan benda-benda yang terdapat di lingkungan
mengeja bacaan, menyalin tulisan dan berbicara sekitar.
bahasa Indonesia serta bertanya ketika sedang Selanjutnya, pada fase ini, pembelajaran
belajar.23 Anak sudah mampu menyebutkan sebaiknya menggunakan strategi pembelajaran
kembali dari apa yang disebutkan oleh guru, kontekstual yaitu mengkaitkan materi dengan
baik berupa huruf, kata dan kalimat sederhana. kondisi nyata dan berhubungan dengan
Kosa kata yang mesti diberikan yaitu kosa kehidupan sehari-hari. Anak bisa diajak belajar
kata yang sering digunakan dalam aktifitas di alam terbuka, supaya tidak jenuh dan bosan,
sehari-hari (daily activity) dan berkemungkinan karena anak usia 6-7 tahun cepat merasa lelah
sering didengar oleh anak. Anak belum bisa dalam berfikir, fakta ini juga yang menjadi
diberikan kosa kata ilmiah yang tinggi atau yang dasar jumlah jam belajar di sekolah yang
jarang digunakan dalam aktifitas sehari-hari. hanya berkisar 2-3 jam. Ketika belajar lebih
Pada pembelajaran bahasa Indonesia, metode dari 3 jam, anak tidak bisa fokus mengikuti
pembelajaran yang tepat digunakan yaitu KBM. Pada proses KBM, guru mesti mendidik
metode mengeja dan metode struktur analitis dan mengajar secara intens, karena pada
sintesis atau dikenal dengan istilah metode fase ini, anak-anak masih berada pada masa
SAS.2424 Metode mengeja yaitu pengenalan bermain yang membutuhkan kesenangan. Anak-
yang dimulai dari elemen terkecil (huruf), kata anak belum bisa belajar dengan nuansa yang
hingga kalimat yang bermakna. Metode SAS formal, sehingga guru mesti kreatif mendesain
yaitu dengan cara membacakan suatu teks, pembelajaran yang menyenangkan, seperti
kemudian mengurainya menjadi kalimat-kalimat, dengan cara bernyanyi, menggunakan teks
kata-kata hingga menjadi suku kata (huruf) cerita, mendongeng dan bermain peran.
dan dilatih untuk menuliskan huruf, kata dan
kalimat sederhana. Ketika guru mengenalkan Kemampuan kognitif anak usia delapan tahun
kosa kata, diupayakan untuk dilengkapi dengan (kelas dua SD/MI)
objek bendanya (empirik) supaya anak tidak Kemampuan kognitif pada fase ini
berkhayal. lebih baik dari pada fase sebelumnya. Dalam
Kemampuan matematika anak pada fase konteks pendidikan, anak sudah memasuki
ini masih dalam batasan pengenalan angka, jenjang C2 (memahami) dan masuk pada
penjumlahan dan pengurangan. Kemampuan tahap C3 (menerapkan) yang semakin baik.
kognitif anak belum mampu mengoperasikan Kata operasional (verb) pada fase ini seperti
bilangan perkalian dan pembagian. Sesuai menerangkan, menjelaskan, menguraikan,
dengan fase operasional konkret, metode membedakan, mengubah, mendeteksi,
pembelajaran matematika pada fase ini menduga, mengelompokkan, memberi contoh
sebaiknya menggunakan alat bantu seperti dan menghitung. 25 Misalnya, anak- anak
mesin hitung manual, jari tangan, gambar yang sudah bisa membaca teks cerita dengan lancar,
detil dan menggunakan bantuan benda seperti membedakan jenis- jenis warna yang memiliki
buah, batu, kertas dan sebagainya. Pada tahap kemiripan dan dapat mengerjakan tugas
ini, anak-anak juga sudah bisa dikenalkan lembar kerja berbentuk tabel, seperti mengisi
kolom, menjodohkan dan melengkapi. Anak
23
Patimah, Efektifitas Metode Pembelajaran sudah dapat memahami isi suatu teks (cerpen
Dongeng Dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi dan dongeng) dan menjawab soal-soal yang
Anak Pada Jenjang Usia Sekolah Dasar, (Jurnal
berkaitan dengan teks.
Pendidikan Guru MI, Vol. 2, No. 2, 2005), hlm. 7.
24
Chairul Anwar, Teori-teori Pendidikan Klasik
Hingga Kontemporer…, hlm. 136-137. Ibid., hlm. 193-195.
25

44 LITERASI, Volume IX, No. 1 2018


Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar Dian Andesta Bujuri

Pada fase ini, anak juga sudah bisa tahun, anak bisa fokus mengikuti pembelajaran
mengelompokan dan mengurutkan suatu objek dengan durasi yang hanya berkisar 2-3 jam,
benda menurut jenis, ukuran dan warna secara selebihnya anak akan merasa lelah, mengantuk
cepat dan tepat. Selaras dengan hasil penelitian dan cenderung mencari aktifitas bermain. Anak
Piaget (1952) bahwa pada usia 7-8 tahun, sudah bisa belajar dengan nuansa yang formal,
seorang anak dapat mengetahui hubungan yang tetapi masih membutuhkan pembelajaran yang
terdapat dalam sekumpulan tingkat (objek) dan menyenangkan, seperti pembelajaran yang
menyusunnya berdasarkan ukuran.26 Sebagai berbasis permainan (game).
contoh, ketika diberi 10 tongkat dengan
ukuran panjang yang berbeda, anak sudah bisa Kemampuan kognitif anak usia sembilan
mengurutkan tongkat dimulai dari yang paling tahun (kelas tiga SD/MI)
pendek sampai yang paling panjang. Pada Pada fase ini, kemampuan kognitif semakin
KBM, konsep ini bisa diterapkan dalam muatan meningkat. Anak sudah bisa memecahkan
materi ajar, seperti mempelajari jenis hewan, masalah yang lebih rumit, karena anak sudah
buah-buahan dan objek lainnya. cukup banyak memiliki pengetahuan, wawasan
Kemampuan matematika pada usia ini dan pengalaman dari proses-proses sebelumnya.
sudah semakin baik, anak sudah dapat memahami Pada fase ini, anak masuk pada ranah kognitif
jenis ukuran (berat, panjang, dan volume), tetapi yang lebih tinggi yaitu ranah menerapkan (C3).
belum sampai pada tahap perubahan ukuran Kemampuan menerapkan adalah kemampuan
dan sudah bisa mengenal diagram batang. menggunakan atau mengaplikasikan materi
Anak sudah bisa mengoperasikan perkalian dan yang sudah dipelajari pada situasi yang baru
pembagian, tetapi masih sebatas bilangan asli. dan menyangkut penggunaan aturan dan
Namun, ketika diberi soal yang berbentuk angka prinsip.28 Kata operasional (verb) pada fase
yang berbeda, biasanya anak akan mengalami ini yaitu memilih, mengubah, menghitung,
kesulitan dalam menjawabnya. Misalnya, anak- mendemontrasikan, memodifikasi, meramalkan,
anak diajarkan perkalian angka dibawah 10, menghasilkan, menghubungkan, menunjukan
ketika diberi pertanyaan dengan angka diatas 10 dan mempraktikan.29
(dua dijit angka), tidak jarang anak mengalami Jika pada tahap sebelumnya, materi yang
kesulitan untuk menjawabnya.27 Anak belum diberikan cenderung berkaitan dengan objek
bisa mengoperasikan perkalian dan pembagian yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-
angka desimal dan pada skala angka yang hari, pada tahap ini anak sudah bisa berfikir
mencapai ribuan. lebih dalam dan dapat berimajinasi terhadap
Pembelajaran yang berbasis alam suatu objek yang digambarkan. Misalnya, anak
(lingkungan sekitar) sangat relevan dengan sudah bisa dikenalkan dengan sistem tata surya,
fase ini, karena anak membutuhkan lingkungan seperti planet, komet dan bintang beserta sifat-
belajar di alam yang terbuka, supaya tidak sifatnya dalam bentuk visual atau audio visual.
jenuh dan bosan. Selain dari pada itu, agar Anak- anak sudah bisa memahami sebab-akibat
anak dapat memahami materi dengan lebih terjadinya sesuatu dan dapat mencari solusi
mudah, sebaiknya guru menghadirkan contoh dalam memecahkan suatu masalah, tetapi masih
nyata dan melakukan percobaan (eksperimen) membutuhkan bantuan guru atau teman sebaya.
terhadap materi yang dipelajari. Pada usia 7-8 Kemampuan matematika anak semakin
baik, anak tidak hanya mengenal jenis bangun
26
Papalia, Old & Feldman, Human Dovelopment datar, tetapi sudah bisa menghitung luas bangun
(Psikologi Perkembagan) : Bagian I s/d IV, terj. Anwar
K.A., (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), Chairul Anwar, Teori-teori Pendidikan Klasik
28

hlm. 437. Hingga Kontemporer…, hlm. 194.


27
Hasil Wawancara dengan Guru di SDN MI Al- 29
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi
Fazar Pringsewu Lampung, 16 Januari 2018. Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013), hlm. 151.

LITERASI, Volume IX, No. 1 2018 45


Dian Andesta Bujuri Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar

datar dan sudah bisa mengenal bangun ruang. satu dengan faktor-faktor lainnya. 31 Anak
Anak juga dapat memahami proses perubahan sudah dapat menganalisis, mengkontraskan
bentuk bangun, misalnya bangun persegi dapat dan menghubungkan teori dengan fakta untuk
dibentuk menjadi dua bangun segitiga atau menarik kesimpulan. Anak sudah berani
berbentuk jajar genjang. Anak dapat menghitung menyalahkan sesuatu dengan alasan- alasan
angka dalam pikiran tanpa menghitung dengan yang ilmiah.
cara manual atau menulis. Misalnya, ketika Sebagaimana penagalaman penulis
ditanya tentang perkalian angka puluhan dalam mengajar, pada fase ini, anak memiliki
dengan satuan, anak bisa menjawab secara kemampuan dalam menganalisis teks untuk
spontan, tetapi ketika mengalikan angka memperoleh suatu pengetahuan dan pemahaman
puluhan dengan puluhan bahkan ratusan, anak baru. Anak dapat menarik kesimpulan nilai-
belum bisa menjawabnya tanpa dengan bantuan nilai positif dan negatif yang terkandung di
perhitungan manual. dalamnya. Anak sudah bisa diberikan materi
Pada fase ini, sudah bisa diterapkan sistem tentang sejarah (agama, kerajaan, zaman
pembelajaran dengan diskusi kelompok. Akan penjajahan dan lainnya). Pada dasarnya, usia
tetapi, membutuhkan perhatian guru dan kontrol 10 tahun anak sudah memasuki ranah sintesis
yang lebih intensif dalam pelaksanaanya, sebab (C5) tetapi masih pada level yang sangat
kemampuan anak untuk berdiskusi masih sederhana, seperti dapat mengategorikan dan
terbatas, kemampuan beride dan keterampilan mengombinasikan banyak objek secara logis.
bekerja samanya masih perlu dikembangkan. Pada pembelajaran IPA, anak sudah bisa
Selain dari itu, perhatian anak juga mudah mempelajari objek yang tidak berwujud, seperti
goyah, sehingga membutuhkan pengendalian, tentang udara dan gas serta dapat memahami
pengawasan, dan bimbingan belajar yang lebih tentang perubahan wujud benda. Kemampuan
intensif.30 Pada usia 8-9 tahun, anak bisa fokus matematika anak juga semakin baik, anak dapat
mengikuti pembelajaran dengan durasi dari 3-4 menyelesaikan soal-soal yang lebih rumit,
jam dalam satu hari. misalnya mengoperasikan bilangan pecahan
dan desimal, menghitung luas sebagian dari
Kemampuan kognitif anak usia sepuluh tahun suatu bangun datar, menghitung volume bangun
(kelas empat SD/MI) ruang dan menghitung perubahan ukuran
Pada fase ini anak memiliki daya kritis benda, seperti kilo gram ke gram, centi meter
yang semakin baik, anak dapat menelaah suatu ke meter dan lain sebagainya. Anak juga dapat
masalah secara mendalam dengan berbagai mengoperasikan perkalian dan pembagian
dimensi. Kemampuan kogntif pada ranah C3 dalam memecahkan soal yang berbentuk narasi
(menerapkan) jauh lebih baik dibandingkan atau cerita.
pada usia sebelumnya, anak tidak hanya dapat Pada fase ini, dalam pembelajaran, anak
menghitung dan mengubah melainkan sudah sudah bisa diterapkan sistem belajar kooperatif
dapat membandingkan objek-objek yang ada. yaitu sistem pembelajaran dengan cara anak
Pada usia 9-10 tahun, anak sudah memasuki belajar dan bekerja sama (kaloboratif) dalam
jenjang C4 (menganalisis) yaitu “kemampuan kelompok-kelompok kecil.32 Salah satu model
untuk merinci atau menguraikan suatu bahan pembelajaran kooperatif yang cocok pada fase
atau keadaan menurut bagian-bagian yang ini yaitu Student-Teams-Achievment Divisions
lebih kecil dan mampu memahami hubungan (STAD). Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
di antara bagian-bagian atau faktor-faktor merupakan salah satu tipe pembelajaran
31
Chairul Anwar, Teori-teori Pendidikan Klasik
Erliani Syaoidih, Pengembangan Model
30
Hingga Kontemporer…, hlm. 194.
Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan 32
Rusman, Model-model Pembelajaran, Cet. Ke-
Keterampilan Sosial, (Jurnal Educar, Vol. 5, No. 1, 2007). IV, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 202.

46 LITERASI, Volume IX, No. 1 2018


Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar Dian Andesta Bujuri

kooperatif dengan menggunakan kelompok- fase operasional konkrit yang mesti dihadirkan
kelompok kecil dengan jumlah anggota 4-5 objek nyatanya.
orang anak, setiap kelompok diberikan tugas Pada fase operasional formal, anak sudah
untuk diskusikan dan kemudian dilanjut menggunakan pemikiran hopotesis-deduktif
dengan kuis atau tanya jawab. 33 Model yakni mengembangkan hipotesa-hipotesa atau
pembelajaran tersebut dapat melatih anak dalam prediksi- prediksi terbaik, berfikir sistematis
berkomunikasi (sharing), bertkukar ide dan dalam menyusun langkah-langkah strategis
gagasan dengan temannya dalam memecahkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.37
suatu permasalahan. Anak-anak bisa diajak Proses berfikir seperti ini menuntut
bernalar kritis terhadap objek-objek yang belum pola-pola berfikir tingkat tinggi, seperti
mereka ketahui sebelumnya. memahami setiap variabel dan hubungan
antar variabel. Model siklus belajar hipotesis-
Perkembangan kognitif anak usia deduktif paling baik digunakan dalam rangka
sebelas sampai dua belas tahun ke atas mengembangkan daya kritis anak yang pada
dan implikasinya dalam kegiatan belajar gilirannya berpengaruh terhadap peningkatan
mengajar. pemahaman konsep.38 Pada fase ini, dalam
Pada usia sebelumnya, anak bisa berfikir konteks pendidikan, anak memasuki level kelas
logis dan sistematis yang mangacu terhadap lima dan enam. Pada usia 11 tahun (kelas lima
objek empirik (nyata) yang dapat di tangkap SD/MI), kemampuan kognitif anak memasuki
oleh indra. Berbeda dengan pada fase anak ranah C5 (mengevaluasi/menilai) dan C6
yang berada pada usia 11-12 tahun ke atas, anak (menciptakan) sedangkan pada usia 12 tahun
sudah dapat memikirkan sesuatu yang akan atau ke atas (kelas enam SD/MI) masuk pada ranah
mungkin terjadi (hipotesis) dan sesuatu bersifat kognitif C5 (mengevaluasi/menilai) dan C6
abstrak. Fase ini disebut dengan fase operasional (mencipta) yang lebih baik.
formal. 34 Fase ini merupakan tahap akhir Anak mampu berfikir secara kritis,
dalam perkembangan kognitif menurut Piaget. ketika dihadapkan dengan masalah, anak
Menurut Ginsburg dan Opper (1988) pada tahap akan memahami sebab-akibat terlebih dahulu,
ini, anak dapat berfikir fleksibel dan efektif, baru kemudian menyusun langkah untuk
serta mampu berhadapan dengan persoalan menyelesaikannya. Anak melihat suatu objek
yang kompleks.35 Anak sudah dapat berfikir tidak hanya satu dimensi tetapi dengan berbagai
tentang objek yang bersifat abstrak, misalnya dimensi. Misalnya, ketika belajar tentang listrik
anak diberi pertanyaan seperti : Jika Joe lebih anak tidak hanya mengetahui bahwa listrik bisa
pendek dari pada bob, dan Joe lebih tinggi dari menghidupkan bola lampu saja, melainkan anak
pada Alex, siapakah yang paling tinggi dari mampu berfkir terkait sumber listrik, proses
mereka? Maka anak akan dapat menjawabnya terjadinya perubahan energi listrik, manfaat
dengan baik tanpa harus menghadirkan orang- energi listrik dan bahkan dapat membuat suatu
orang tersebut dihadapannya.36 Berbeda dengan rangkaian listrik.
Daya ingat anak semakin kuat dan
33
Moh. Rifa’i, Meningkatkan Prestasi Belajar sudah bisa berpikir strategis serta menyusun
Anak Dengan Pembelajaran STAD Pada Pembelajaran
IPS Anak Kelas IV Min Manisrejo Kota Madiun, (Jurnal
siasat. Sebagai contoh dalam suatu penelitian
Premiere Educandum, Volume 4 Nomor 2, 2014), hlm. menemukan bahwa dua orang anak berusia 10
156-169.
34
Desmita, Psikologi Perkembangan..., hlm. 195. 37
John W. Santrock, Perkembangan Anak, terj. Mila
35
Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Rachmawati dan Anna Kuswanti…, hlm. 258.
Piaget, (Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2001), hlm. 88. 38
Adnyana, P., G., Keterampilan Berfikir Kritis dan
36
Willam Crain, Teori Perkembangan : Konsep Pemahaman Konsep Anak Pada Model Siklus Belajar
dan Aplikasi, terj. Yudi Santoso, Cet. Ke- 2, (Yogyakarta Hipotesa Deduktif, (Jurnal pendidikan dan Pengajaran,
: Pustaka Belajar, 2014), hlm. 200. Jilid 45, No. 3, 2012)

LITERASI, Volume IX, No. 1 2018 47


Dian Andesta Bujuri Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar

dan 11 tahun yang berpengalaman bermain catur pembelajaran adalah suatu filosofi yang
(ahli) mampu mengingat lebih banyak informasi didasari dari suatu paradigma dimana proses
mengenai bidak catur dibandingkan dengan pembentukan pengetahuan pada individu
mahasiswa yang bukan pemain catur (pemula).39 manusia tidak serta merta hasil dari transfer
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa ilmu saja, melainkan hasil dari kegiatan mental
kompetensi kogitif anak pada usia ini sudah yang ditunjang oleh proses pengalaman untuk
bisa berfikir strategis sistematis. Kemampuan membangun pemahaman secara individu.41
matematika anak semakin kompleks, jika Suatu penelitan membuktikan bahwa
sebelumnya hanya dapat menghitung luas model pembelajaran kontruktivisme dapat
bangun datar, pada fase ini anak sudah bisa meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa
menghitung luas, keliling dan volume bangun kelas enam di SD 6 BPK Penabur Bandung.42
ruang. Metode kontruktivisme sangat relevan
Anak bisa mengerjakan soal-soal yang dengan pemikiran Piaget, bahwa pengetahuan
rumit, seperti operasi akar dan mengoperasikan itu dibentuk murid dalam berhadapan dengan
angka yang bernominal tinggi (ribuan dan lingkungan atau objek yang dipelajarinya,
jutaan). dalam pendidikan dikenal dengan istilah
Pada fase ini sudah bisa diterapkan model belajar operatif yaitu proses pembelajaran
pembelajaran yang terpusat pada siswa (student yang menuntut siswa aktif dalam memahami
center), salah satunya yaitu model pembelajaran konsep-konsepnya.43 Menurut penulis, model
Inkuiri. Model pembelajaran Inkuiri adalah pembelajaran kontruktivisme tidak bisa
suatu pola pembelajaran dari proses pengamatan diterapkan terhadap seluruh tingkatan usia
menjadi pemahaman. Sebagaimana dalam atau terhadap anak yang berada pada ranah
suatu penelitian membuktikan bahwa sikap kognitif yang masih rendah seperti anak yang
ilmiah anak kelas lima dalam pembelajaran IPA berusia 7-9 tahun, karena pembelajaran dengan
berhubungan secara signifikan terhadap model model tersebut menuntut anak bernalar tinggi
pembelajaran inkuiri, artinya bahwa sikap untuk memaknai sesuatu yang belum pernah
ilmiah anak semakin baik ketika diterapkan diketahui sebelumnya dan tehadap hal yang
model pembelajaran inkuiri.40 Hasil penelitian bersifat abstrak.
tersebut menjadi bukti juga bahwa anak usia 11 Pada fase ini juga, anak sudah memiliki
tahun (kelas lima SD/MI) sudah bisa diterapkan kemampuan untuk membuat pertimbangan-
model pembelajaran yang pada prinsipnya pertimbangan terhadap suatu kondisi dan
membutuhkan kemampuan berfikir dan daya menentukan pilihan yang terbaik dengan dasar
kritis tingkat tinggi. ilmiah. Anak sudah dapat membuat suatu inovasi
Level kemampuan berfikir anak pada atau menciptakan sesuatu yang baru berdasarkan
usia ini juga tidak hanya bisa belajar dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya. Anak
metode kooperatif maupun inkuiri, tetapi sudah dapat membuat teks puisi, pidato, membuat
bisa diterapkan dengan model pembelajaran karangan cerita, dan menciptakan suatu karya
kontruktivisme. Konstruktivisme dalam seni. Pada konteks kemampuan matematika,

39 39John W. Santrock, Perkembangan Anak, 41


Lily Barlia, Konstruktivisme dalam Pembelajaran
terj. Mila Rachmawati dan Anna Kuswanti…, hlm. 193. Sains Di SD : Tinjauan Epistemologi, Ontologi dan
40
N.L. Santiasih, A.A.I.N. Marhaeni, & I.N. Tika, Keraguan dalam Praksisnya, (Jurnal Cakrawala
Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbingan Pendidikan, Th. XXX, No. 3, 2011).
Terhadap Sikap Ilmiah Anak dan Hasil belajar IPA Anak 42
Hapsari, Penerapan Model Pembelajaran
Kelas V SD N0. 1 Kerobokan Kecamatan Kuta Utara Kontruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Kabupaten Bandung, (Journal Program Pasca Sarjana IPA…, hlm. 45.
Universitas Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar, 43
Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean
Vol. 3, 2013). Piaget…, hlm. 122-123.

48 LITERASI, Volume IX, No. 1 2018


Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar Dian Andesta Bujuri

anak sudah bisa membuat peta pemikiran dan digunakan sesuai dengan kemampuan kognitif
mencari cara-cara tersendiri dalam mengerjakan anak, mulai dari tahap pemikiran yang konkret
soal. hingga pada tahap pemikiran yang formal.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Perkembangan kognitif anak usia dasar Adinuto, R., S., Knoers, A.M.P. & Monks, F.J.,
merupakan salah satu aspek penting yang mesti Psiklogi Perkembangan, (Yogyakarta :
dipahami dalam proses pendidikan khususnya Gajah Mada University Press, 2014)
kegiatan belajar mengajar (KBM). Kemampuan Adnyana, P., G., Keterampilan Berfikir Kritis
kognitif anak usia dasar berbeda-beda disetiap dan Pemahaman Konsep Anak Pada
tingkatan usianya. Sebagaimana menurut Model Siklus Belajar Hipotesa Deduktif,
teori kognitif Piaget, pada anak usia dasar, (Jurnal pendidikan dan Pengajaran, Jilid
perkembangan kognitif anak terbagi menjadi 45, No 3, 2012)
dua fase yaitu pertama fase operasional konkret Anwar, C. (2017). Teori-teori P e n d i d i k a n
(usia 7-11 tahun) adalah fase dimana anak sudah Klasik Hingga Kontemporer. Yogyakarta:
bisa berfikir logis, rasional, ilmiah dan objektif IRCiSoD.
terhadap sesuatu yang bersifat konkret atau Arikunto, S., Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,
nyata. Pada fase ini, dalam KBM, guru mesti (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013)
memberikan materi pembelajaran yang bersifat Barlia, L., Konstruktivisme dalam Pembelajaran
empirik (nyata) bukan yang bersifat abstrak Sains Di SD : Tinjauan Epistemologi,
atau khayal. Proses KBM yang dilakukan Ontologi dan Keraguan dalam Praksisnya,
mesti dikontekstualisasikan dalam kehidupan (Jurnal Cakrawala Pendidikan, Th. XXX,
nyata, misalnya dengan menghadirkan contoh No. 3, 2011)
langsung dari materi yang dipelajari (modeling) Calting, J., & Ling, J, Psikologi Kognitif.
dan melakukan praktek langsung (eksperimen). (Noermalasari Fajar Widuri, Penerjemah),
Kedua fase operasional formal (11-12 (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2012)
tahun keatas) yaitu fase dimana anak sudah Chamidah, N., A., Deteksi Gangguan
dapat memikirkan sesuatu yang akan atau Pertumbuhan dan Perkembangan Anak,
mungkin terjadi (hipotesis) dan sesuatu bersifat (Jurnal Pendidikan Khusus, Vol. 5 No.
abstrak. Pada fase ini, anak dapat berfikir kritis 2, 2009)
dan berfikir tingkat tinggi. Anak sudah dapat Crain W., Teori Perkembangan : Konsep dan
menggunakan pemikiran hopotesis-deduktif Aplikasi, terj. Yudi Santoso (Cet. Ke-2),
dan berfikir sistematis dalam menyusun (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2014)
langkah-langkah strategis untuk menyelesaikan Desmita, Psikologi Perkembangan, Cet. Ke-9,
suatu permasalahan. Dalam proses KBM, anak (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2015)
sudah bisa diterapkan model pembelajaran Ekayanti, D., et al., Analsis Materi Pokok SD/
kontruktivisme dan inkuiri yang pada prinsipnya MI, (Makasar : Pena Indis, 2017)
membutuhkan penalaran tinggi dan menuntut Feldman, D., R., Old, S.,W., S. & Papalia,
siswa untuk aktif berfikir, beride dan menarik E., D., Human Dovelopment (Psikologi
makna dari hal yang empirik maupun abstrak. Perkembagan) : Bagian I s/d IV (A. K.
Pentingnya pemahaman terhadap setiap Anwar, Penerjemah), (Jakarta : Kencana
tingkatan kemampuan kognitif anak tersebut Prenada Media Group, 2008)
menjadi pedoman prioritas dalam proses Feldman, Old & Papalia, Human Development
penyelenggaraan pendidikan. Mengingat, (Briyan Marswendy, Penerjemah,
KBM akan efektif dan anak akan mendapatkan (Jakarta: Salemba Humanika, 2009)
pengetahuan secara maksimal apabila materi, Fudyantara, K., Psikilogi Perkembangan,
strategi, model dan metode pembelajaran yang (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001)

LITERASI, Volume IX, No. 1 2018 49


Dian Andesta Bujuri Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar

Gamayanti, L., I., Sudargo, T. & Puspitasari, D., Rakhmawati, I., Peran Keluarga dalam Pengasuhan
F., Hubungan Antara Status Gizi dan Faktor Anak, (Jurnal Bimbingan dan Konseling
Sosio Demografi dengan Kemampuan Islam, Vol. 6, No. 1, 2015)
Kognitif Anak Sekolah Dasar Di Daerah Rifa’i, M., Meningkatkan Prestasi Belajar
Endemis Gaki, (Jurnal Gizi Indon, 34 (1) Anak Dengan Pembelajaran STAD Pada
: 52-60, 2011) Pembelajaran IPS Anak Kelas IV Min
Garry, M., Tavris, C. & Wade, C., Psikologi Manisrejo Kota Madiun, (Jurnal Premiere
(Padang Mursalin, Dinastuti & Novi Vidya Educandum, Volume 4 Nomor 2, 2014)
Santika, Penerjemah), (Jakarta : Penerbit Rusman, Model-model Pembelajaran, Cet. Ke-IV,
Erlangga, 2016) (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2012)
Wawancara dengan Guru di SDN MI Al-Fazar Santrock, W., J., Perkembangan Anak (Mila
Pringsewu Lampung, 16 Januari 2018 Rachmawati dan Anna Kuswanti,
Halimatussa’diah et al., Analisis Materi Pokok Penerjemah), (Jakarta : Penerbit Erlangga,
di SD/MI, (Makasar : Penerbit Pena Indis, 2007)
2017) Santrock, W., J., Perkembangan Anak, (Jakarta:
Hapsari, Rr., S., T., Penerpapan Model Penerbit Salemba Humanika, 2011)
Pembelajaran Kontruktivisme Untuk Subagyo, J., Metode Penelitian dan Praktek,
Meningkatkan Hasil Belajar IPA, (Jurnal (Jakarta : Rhineka Cipta, 1991) Sugiyono,
Pendidikan Penabur No. 16, Tahun Ke-10: Memahami Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-
34-45, 2011) 12, (Bandung : Alfabeta, 2016)
Herdiansyah, H., Metodologi Penelitian Kualitatif Sumanto, Psikologi Perkembangan : Fungsi dan
untuk Ilmu Psikologi, (Jakarta: Salemba Teori, (Yogyakarta : PT. Buku Seru, 2014)
Humanika, 2015) Suparno, P., Teori Perkembangan Kognitif Jean
Julia Maria Van Tiel & Widyorini, E., Tiel, V., M., Piaget, (Yogyakarta : Penerbit Kanisius,
J., Deteksi dan Penanganan Anak Cerdas 2001)
Istimewa (Anak Gifted), Cet. Ke-2, (Jakarta Syaoidih, E., Pengembangan Model Pembelajaran
: Prenadamedia Group, 2015) Kooperatif Untuk Meningkatkan
Olson, H., M. & Hergenhann, B., R., Theories Of Keterampilan Sosial, (Jurnal Educar, Vol.
Learning (Triwabowo, B.S, Penerjemah), 5, No. 1, 2007)
(Jakarta : Prenada Media Group, 2012) Tika, N., I., Marhaeni, A.A.I.N., Santiasih, L.N.,
Palupi, P., A. & Gunawan, I., Taksonomi Bloom – Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Revisi Ranah Kognitif : Kerangka Landasan Terbimbingan Terhadap Sikap Ilmiah Anak
Untuk Pembelajaran pengajaran, dan dan Hasil belajar IPA Anak Kelas V SD
penilaian, (Journal Premiere Educandum : N0. 1 Kerobokan Kecamatan Kuta Utara
Pendidikan Dasar dan Pembelajaran, Vol. Kabupaten Bandung, (Journal Program
2, No. 2, 2012) Pasca Sarjana Universitas Ganesha Program
Patimah, Efektifitas Metode Pembelajaran Studi Pendidikan Dasar, Vol. 3, 2013)
Dongeng Dalam Meningkatkan Upton, P., Psikologi Perkembangan (Noermalasari
Kemampuan Literasi Anak Pada Jenjang Fajar Widuri, penerjemah), (Jakarta :
Usia Sekolah Dasar, (Jurnal Pendidikan Penerbit Erlangga, 2012)
Guru MI, Vol. 2, No. 2, 2005) Widyorini E., & Tiel, V., M., J., Deteksi dan
Prawaira, A., P., Psikologi Pendidikan dalam Penanganan Anak Cerdas Istimewa (Anak
Perspektif Baru, (Yogyakarta : Ar- Ruzz Gifted), Cet. Ke-2, (Jakarta : Prenadamedia
Media, 2016) Group, 2015)

50 LITERASI, Volume IX, No. 1 2018

Вам также может понравиться