Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Di Indonesia, rumah sakit merupakan rujukan pelayanan kesehatan untuk pusat
kesehatan masyarakat. Rumah sakit mempunyai fungsi utama menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi penderita. Dalam keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 983/Menkes/SK/XI/1991 menyebutkan
bahwa tugas rumah sakit mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan
serta melaksanakan upaya rujukan.
Rumkitalmar Ewa Pangalila merupakan Rumah Sakit TNI AL Korp marinir yang
diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional bagi
personel TNI AL pada khususnya maupun masyarakat pada umumnya. Sehingga dapat
memberikan kepuasan bagi para penggunanya. Dimana tersedia pelayanan kesehatan
oleh tenaga dokter spesialistik dan sub spesialistik yang lengkap dan di tunjang dengan
pelayanan penunjang diagnostik yang memadai. Rumkitalmar Ewa Pangalila mempunyai
tugas pokok yaitu melaksanakan dukungan kesehatan dan pelayanan kesehatan bagi
personel TNI AL dan keluarga. Salah satu fasilitas pelayanan yang tersedia di
Rumkitalmar Ewa Pangalila adalah pelayanan unit Sub Departemen Gizi.
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada berbagai
aspek, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu
bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara
langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang digambarkan melalui
pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan
yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang sehat dan berstatus gizi baik. Untuk itu
diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi
masyarakat melalui upaya perbaikan gizi dalam keluarga maupun pelayanan gizi pada
individu yang karena suatu hal mereka harus tinggal di suatu institusi kesehatan,
diantaranya rumah sakit.
Otonomi daerah yang telah digulirkan oleh pemerintah dalam rangka percepatan
pemerataan pembangunan wilayah, menuntut adanya perubahan kebijakan
pembangunan di sektor-sektor tertentu, meliputi pola perencanaan dan pola pelaksanaan
1
2
program. Salah satu bentuk perubahan sistem pengelolaan program dalam rangka
otonomi daerah adalah perubahan struktur organisasi departemen di tingkat pusat.
Reorganisasi di lingkungan Depaartemen Kesehatan telah mengubah struktur unit-unit
kerjanya, termasuk tugas pokok dan fungsi. Dalam hal ini Departemen Kesehatan
berperan sebagai pengawas, pembina dan regulator, upaya perbaikan gizi dan pelayanan
gizi baik yang dilakukan oleh instansi pemerintah maupun swasta.
Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individu mengenai apa
yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya ditanggulangi secara individu.
Demikian pula masalah gizi pada berbagai keadaan sakit yang secara langsung ataupun
tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan, harus diperhatikan secara
individual. Adanya kecenderungan peningkatan kasus penyakit yang terkait dengan gizi,
nutrition related diease pada semua kelompok rentan dari ibu hamil, bayi, anak, remaja,
dewasa dan usia lanjut, semakin dirasakan perlunya penanganan khusus. Semua ini
memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk mempertahankan status gizi yang
optimal, sehingga tidak terjadi kurang gizi dan untuk mempercepat penyembuhan.
Resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit, terutama pada
penderita anokresia, kondisi mulut/gigi geligi buruk serta kesulitan menelan, penyakit
saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, usia lanjut tidak sadar dalam
waktu lama, kegagalan fungsi saluran pencernaan dan paasien yang mendapat
kemoterapi.
Oleh karena itu, pelayanan gizi di rumah sakit yang merupakan hak setiap orang,
memerlukan adanya sebuah program agar dapat diperoleh hasil pelayanan yang bermutu.
Pelayanan gizi yang bermutu di rumah sakit akan membantu mempercepat proses
penyembuhan pasien, yang berarti pula memperpendek lama hari rawat sehingga dapat
menghemat biaya pengobatan. Keuntungan lain jika pasien cepat sembuh adalah mereka
dapat segera kembali mencari nafkah untuk diri dan keluarganya. Hal ini sejalan dengan
perkembangan IPTEK di bidang kesehatan, dimana telah berkembang terapi gizi medis
yang merupakan kesatuan dari asuhan medis, asuhan keperawatan dan asuhan gizi.
Subdep Gizi Rumkitalmar Ewa Pangalila merupakan unit yang mengelola pelayanan
gizi rumah sakit di lingkungan Rumkitalmar Ewa Pangalila yang berada di bawah
Departemen Penunjang Klinik (Dep Jangklin) dan bertanggung jawab langsung kepada
Kadep Jangklin. Dimana tugas pokok Subdep Gizi secara umum adalah membantu
Departemen Penunjang Klinik dalam menyelenggarakan Pelayanan Gizi Rumah Sakit
(PGRS) secara efektif, efisien dan berkualitas.
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas Subdep Gizi Rumkitalmar Ewa Pangalila,
diperlukan suatu pedoman agar nantinya dapat digunakan sebagai acuan pelaksanaan
3
2. Tujuan Pedoman
Pedoman ini disusun dengan tujuan agar terdapat keseragaman dan kejelasan
pelaksanaan tugas bagi seluruh komponen Bagian Sub Departemen Gizi dan seluruh
departemen/unit kerja terkait di Rumkitalmar Ewa Pangalila.
4. Definisi Operasional
Untuk membantu lebih mengarahkan pemahaman tentang isi bahasan buku ini,
perlu dibuat batasan istilah penting yang terkait dengan kerangka pelayanan gizi rumah
sakit. Batasan operasional di bawah ini merupakan batasan istilah, baik bersumber dari
buku pedoman yang lama maupun dari sumber-sumber lain yang dipandang sesuai
dengan kerangka konsep pelayanan yang terurai dalam buku ini.
a. Pelayanan Gizi Rumah Sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit
untuk memenuhi kebutuhan gizi masyakat rumah sakit baik rawat inap maupun
rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, maupun
mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitatif
dan promotif;
serta masyarakat rumah sakit terhadap upaya peningkatan status gizi dan
kesehatan;
i. Rujukan gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi rumah sakit yang
memberikan pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah
gizi, baik secara vertikal maupun horizontal;
k. Standar Profesi Gizi adalah batasan kemampuan minimal yang harus dimilki/
dikuasai oleh tenaga gizi untuk dapat melaksanakan pekerjaan dan praktik
pelayanan gizi secara profesional yang diatur oleh organisasi profesi;
l. Tenaga gizi adalah tenaga kesehatan meliputi nutrisionis dan dietisien menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 tentang tenaga
kesehatan yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia;
m. Sarjana Gizi adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan minimal
pendidikan formal sarjana gizi (S1) yang diakui pemerintah Republik Indonesia;
n. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan
teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan,dan dietetik, baik dimasyarakat
maupun rumah sakit dan unit pelaksana kesehatan lain;
o. Nutrisionis Registered adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi dan Sarjana
Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan
perundangan-undangan;
q. Teknikal Registered Dietisien yang disingkat TRD adalah seorang yang telah
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan D3 Gizi sesuai aturan yang berlaku atau
Ahli Madya Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan
perundangan-undangan, atau yang mendapatkan sertifikat dari Persatuan Ahli Gizi
Indonesia (PERSAGI) dan Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) bekerja di
seluruh unit pelayanan yang melaksanakan asuhan gizi. Tenaga kesehatan di
Provinsi Jawa Timur memperoleh sertifikat kompetensi dari Majelis Tenaga
Kesehatan Provinsi (MTKP);
y. Diet adalah pengaturan pola dan komsumsi makanan dan minuman yang
dibatasi jumlahnya, dilarang atau perlu ditambahkan/diperbolehkan dengan jumlah
tertentu disesuaikan dengan kebutuhan gizi untuk tujuan terapi penyakit yang
diderita;
hh. Makanan Saring adalah makanan semi padat dengana tekstur halus.
Makanan pokoknya terbuat dari tepung beras atau havermut, lauk dan sayurnya
dihaluskan dengan blender;
ii. Makanan Lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah dikunyah,
ditelan dan dicerna dibandingkan makanan biasa. Makanan pokoknya beras dibuat
bubur atau nasi tim, lauk dan sayurnya dimasak sedemikian rupa sehingga tidak
keras dan tidak merangsang, pemasakan tidak digoreng dan tidak pedas;
jj. Makanan Biasa adalah makanan yang dapat dan biasa dimakan oleh orang
sehat pada umumnya. Bentuk makanan pokok biasanya nasi, lauk dan sayur
beraneka ragam, bervariasi bentuk, tekstur dan aroma yang normal;
kk. Higiene Makanan adalah kondisi dan perlakuan yang diperlukan untuk
menjamin kebersihan dan keamanan makanan;
ll. Sanitasi Pangan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan tumbuh
dan berkembangnya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan, minuman,
peralatan dan bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan manusia.
5. Landasan Hukum
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di
rumah sakit, diperlukan peraturan perundang-undangan pendukung (legal aspect).
Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan;
b. Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
c. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
d. Peraturan Pemerintah No. 102 tahun 2000 tentang Standar Nasional;
e. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1333 tahun 1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit;
1
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Depkes RI tahun 2013, hal 1-6