Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB V
Sistem Motorik
UMN LMN
o Spastis o Flaccid
o Atropi (-) o Atropi (+)
o Refleks fisiologis o Refleks fisiologis
meningkat menurun
o Refleks patologis (+) o Refleks patologis (-)
o Tonus meningkat o Tonus menurun
Gangguan Ekstrapiramidal
- Tonus : rigid
- Gerak otot abnormal tidak terkendali
- Gangguan kelancaran gerak otot volunteer
- Gangguan otot asosiatif
Pemeriksaan
1. Inspeksi
- Sikap : perhatikan sikap pasien waktu berdiri, duduk, berbaring,
bergerak, dan berjalan
- Bentuk : Perhatikan adanya deformitas
- Ukuran : perhatikan apakah panjang bagian tubuh sebelah kiri sama
dengan yang kanan
- Gerak abnormal yang tidak terkendali, antara lain:
o Tremor : merupakan serentetan gerakan involunter, agak ritmis,
merupakan getaran, yang timbul karena berkontraksinya otot-otot
yang berlawanan secara bergantian.
o Khorea : gerak otot berlangsung cepat, sekonyong-konyong,
aritmik dan kasar yang dapat melibatkan satu ekstremitas, separuh
badan atau seluruh badan. Khas terlihat pada anggota gerak atas
(lengan dan tangan) terutama bagian distal.
o Atetose : ditandai oleh gerakan yang lebih lamban, seperti gerak
ular, dan melibatkan otot bagian distal, cenderung menyebar ke
proksimal.
o Distonia : gerakan yang dimulai dengan gerak otot berbentuk
atetose pada lengan atau anggota gerak lain, kemudian gerakan otot
bentuk atetose ini menjadi kompleks, yaitu menunjukkan torsi yang
keras dan berbelit.
o Balismus : gerak otot yang datang sekonyong-konyong, kasar dan
cepat, dan terutama mengenai otot-otot skelet yang letaknya
proksimal.
o Spasme : merupakan gerakan abnormal yang terjadi karena
kontraksi otot-otot yang biasanya disarafi oleh satu saraf.
o Tik (Tic) : gerakan yang terkoordinir, berulang, dan melibatkan
sekelompok otot dalam hubungan yang sinergistik.
o Fasikulasi : merupakan gerakan halus, cepat, dan berkedut dari
satu berkas (fasikulus) serabut otot atau satu unit motorik.
o Miokloni : merupakan gerakan yang timbul karena kontraksi otot
secara cepat, sekonyong-konuong, sebentar, aritmik, asinergik dan
tidak terkendali.
2. Palpasi
- Pasien disuruh mengistirahatkan ototnya. Kemudian otot ini dipalpasi
untuk menentukan konsistensi serta adanya nyeri tekan.
- Dengan palpasi kita dapat menilai tonus otot, terutama bila ada
hipotoni.
Angka Keterangan
0 Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi
otot; lumpuh total (plegi)
1 Terdapat sedikit kontraksi otot, namun
tidak didapatkan gerakan pada
persendian yang harus digerakkan oleh
otot tersebut
2 Didapatkan gerakan, tetapi gerakan ini
tidak mampu melawan gaya berat a/
gravitasi (bias bergeser tapi tidak bisa
diangkat)
3 Dapat mengadakan gerakan melawan
gaya berat (ekstremitas bisa diangkat,
meskipun hanya sebentar)
4 Disamping dapat melawan gaya berat,
ia dapat pula mengatasi sedikit tahanan
yang diberikan
5 Tidak ada kelumpuhan (normal)
Catatan:
5 : normal
4–1 : parese (lemah)
0 : plegi (lumpuh total)
Fenomena Rebound
o Astenia : lekas lelah dan bergerak lamban. Otot lekas lelah dan
lemah (walaupun tidak ada parese). Gerakan dimulai dengan lamban,
demikian juga dengan kontraksi dan relaksasi.
o Hipotonia : dapat diketahui dengan jalan palpasi dan pemeriksaan
gerak pasif. Pada hipotonia, ekstensi dapat dilakukan lebih jauh,
misalnya pada persendian paha, siku, lutut dsb.
o Disartria : cadel, pelo, gangguan pengucapan kata-kata
BAB VI
Pendahuluan
- Sistem sensorik : sensasi yang dirasakan/ dialami manusia terhadap
lingkungan sekitarnya baik berupa melihat, mendengar, mencium,
merasakan nyeri, rasa panas, rasa dingin, dsb.
- Reseptor : sel-sel khusus untuk mendeteksi perubahan khusus pada
lingkungan.
- Eksteroseptor : mencakup reseptor yang terlibat terutama pada
lingkungan eksternal, yaitu:
o Badan Ruffini : rangsang panas
o Badan Krause : rangsang dingin
o Badan Meissner & Merkel Ranvier : rangsang raba
o Vater Paccini : rangsang tekan
Pemeriksaan Sensibilitas
1. Pemeriksaan Sensibilitas Eksteroseptif
- Pemeriksaan Rasa raba
o Sebagai perangsang dapat digunakan sepotong kapas, kertas atau
kain yang ujungnya diusahakan sekecil mungkin
o Hindarkan adanya tekanan atau pembangkitan rasa nyeri.
o Periksalah seluruh tubuh dan banding-kan bagian-bagian yang
simetris.
o Thigmestesia : rasa raba halus
o Thigmanesthesia : rasa raba hilang
- Pemeriksaan Rasa Nyeri
o Rasa nyeri dapat dibangkitkan dengan berbagai cara, misalnya
menusuk dengan jarum, memukul dengan benda tumpul, dll
o Dalam praktek sehari-hari, pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan jarum atau peniti.
o Periksa seluruh tubuh, dan bagian-bagian yang simetris
dibandingkan.
o Bila bagian yang simetris dibandingkan, tusukan harus sama kuat.
- Pemeriksaan Rasa Suhu
o Rasa suhu diperiksa dengan menggunakan tabung reaksi yang
diisi dengan air es untuk rasa dingin, dan untuk rasa panas dengan
air panas.
o Penderita disuruh mengatakan “dingin” atau “panas” bila
dirangsang dengan tabung reaksi yang berisi air dingin atau air
panas.
o Pada pemeriksaan rasa-suhu diperiksa seluruh tubuh dan
dibandingkan bagian-bagian yang simetris.
2. Pemeriksaan Sensibilitas Proprioseptif
- Rasa-Gerak (kinetik) dan Rasa-Sikap (statognesia)
Rasa-gerak dirasakan saat tubuh atau bagian tubuh digerakkan
secara aktif atau pasif
Pada rasa sikap atau rasa-posisi, seseorang tahu bagaimana sikap
tubuh, atau bagian dari tubuh
Pemeriksaan rasa-gerak & rasa-sikap:
o Biasanya rasa-gerak dan rasa-posisi diperiksa bersamaan
o Dilakukan dengan cara menggerak-kan jari (kaki) pasien dan
menyelidiki apakah pasien dapat merasakan gerakan tersebut serta
mengetahui arahnya.