Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstract
Red ginger (Zingiber officinale var rubrum ) is a rhizome plant that is very popular as a spice and
traditional medicine in Indonesian society. Ginger as a traditional medicine could be expected to lower
blood glucose of patients with diabetes mellitus type 2. Diabetes mellitus is a disease of high prevalence
in the world, including Indonesia. This disease is a group of metabolic diseases with the characterization
of hyperglycemia that occurs due to abnormal insulin secretion, insulin action or both disorders. This
study is a clinical trial with 33 respondents. Inclusion criteria were patients with type 2 diabetes mellitus
by sex men and women at the age of 35-60 years . Exclusion criteria were patients with impaired liver,
kidney, heart, stomach as well as pregnant and lactating mothers. treatment group getting dried red
ginger powder with a dose of 3 grams per day with a standard medicines while the control group get a
standard drug without dried red ginger powder. Both groups examined the fasting blood glucose (FBG)
and 2-hour postprandial blood glucose (2PPBG) before and after treatment. Changes in the levels of
GDP and 2PPBG tested by analysis of covariance (ANCOVA) with a significance value of p< 0.05. The
conclusion is a dried red ginger powder can lower fasting blood glucose with significant value (p= 0.031
) While dried red ginger powde GD2PP no effect on the value of significance (p = 0.514 ).
Key word : Red ginger, diabetes mellitus type 2, traditional medicine
Abstrak
Jahe merah (Zingiber officinale var rubrum) adalah tanaman rimpang yang sangat popular sebagai
rempah- rempah dan obat tradisional di masyarakat Indonesia. Jahe sebagai obat tradisional diduga
dapat menurunkan glukosa darah pasien diabetes melitus tipe 2. Diabetes melitus merupakan penyakit
prevalensi tinggi di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini merupakan kelompok penyakit metabolik
dengan karakterisasi hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kelainan kerja insulin
atau keduanya. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan 33 orang responden. Kriteria inklusi adalah
pasien dengan diabetes melitus tipe 2 dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan pada usia 35-60
tahun. kriteria ekslusi adalah pasien dengan gangguan hati, ginjal, jantung, lambung serta ibu hamil dan
menyusui. kelompok perlakuan mendapatkan serbuk kering jahe merah dengan dosis 3 gram perhari
dengan obat standar sedangkan kelompok kontrol mendapatkan obat standar tanpa serbuk jahe kering
jahe merah. Kedua kelompok dilakukan pemeriksaan Glukosa darah puasa (GDP) dan glukosa darah 2
jam postprandial (GD2PP) sebelum dan sesudah perlakuan. Perubahan kadar GDP dan GD2PP di uji
dengan analisis kovarian (ANCOVA) dengan nilai signifikansi p<0,05. Kesimpulan penelitian adalah
sebuk kering jahe merah dapat menurunkan glukosa darah puasa dengan nilai signifikansi (p= 0,031)
sedangan serbuk kering jahe merah tidak berpengaruh terhadap GD2PP dengan nilai signifikansi (p=
0,514)
Kata kunci : Jahe merah, diabetes melitus, obat tradisional
(Lien et.al, 2003), migrain (Mustafa & Penelitian ini merupakan uji klinis
Srivastava, 1990), kanker (Shukla & Singh, dengan metoda desain paralel dengan
2007). kelompok perlakuan dan kontrol bersifat
Hasil penelitian klinik menunjukan independent. Jumlah sampel pada penelitian
konsumsi 3 gram serbuk jahe kering setiap ini adalah 33 orang untuk 2 kelompok
hari dalam dosis terbagi selama 30 hari dengan rincian 17 orang kelompok
dapat menurunkan glukosa darah, perlakuan dan 16 orang kelompok kontrol.
trigliserida, kolesterol total, LDL dan VLDL Kemudian akan dievaluasi GDP dan GD2PP
dalam darah (Andallu et.al, 2003). Namun, sebelum penelitian (pretreatment) dan
konsumsi 2 gram jahe setiap hari selama 8 sesudah penelitian (postreatment). Subjek
minggu tidak signifikan dalam menurunkan penelitian ini adalah pasien penderita
glukosa darah puasa, HbA1C, HDL diabetes melitus tipe 2 yang berobat ke
(Mahluji et.al, 2013). Sejauh ini, di poliklinik penyakit dalam RSUD Dr. M.
Indonesia penelitian klinik terhadap jahe Yunus Bengkulu. Sampel pada penelitian ini
sudah dilakukan, penelitian tersebut adalah subjek penelitian yang memenuhui
melaporkan bahwa penggunaan jahe pada kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi
pasien osteoarthritis dapat menurunkan adalah pasien diabetes melitus tipe 2 tidak
tingkat nyeri namun tidak terhadap terkontrol dengan jenis kelamin laki-laki dan
kekakuan sendi (Bachtiar, 2010). perempuan usia dewasa (30-60 tahun),
Meskipun jahe telah lama di manfaatkan bersedia ikut penelitian dan mengikuti
dalam pengobatan tradisional dan penelitian prosedur yang ditetapkan (Informed
manfaat jahe terhadap pengobatan juga consent). Kriteria eksklusi meliputi
sudah banyak dilakukan, namun penelitian gangguan fungsi hati, ginjal, jantung, iritasi
penggunaan serbuk kering jahe merah lambung, ibu hamil dan menyusui, serta
terhadap penurunan glukosa darah pasien menggunakan obat tradisional lain selama
diabetes melitus sejauh ini belum pernah penelitian. Pasien dropout apabila
dilakukan di Indonesia. Berdasarkan hal mengundurkan diri dari penelitian, tidak lagi
tersebut maka peneliti tertarik untuk melihat kontrol ke poliklinik penyakit dalam RSUD
pengaruh pemberian serbuk kering jahe Dr. M. Yunus Bengkulu atau pasien
merah (Zingiber officinale var. rubrum) meningggal.
terhadap pasien diabetes melitus tipe 2 di
poliklinik RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Cara Kerja Uji Klinik
1) Pasien yang memenuhi kriteria inklusi
METODA PENELITIAN dan eksklusi dibagi menjadi dua yaitu:
Tempat Penelitian a) Kelompok Perlakuan
Penelitian dilaksanakan di poliklinik Pasien DM tipe 2 yang mendapat
penyakit dalam RSUD Dr. M. Yunus terapi antidiabetes oral metformin 3 kali
Bengkulu untuk uji klinis. 500 mg perhari ditambah serbuk kering
Bahan dan Alat jahe merah 1000 mg tiga kali sehari.
1. Serbuk kering jahe merah b) Kelompok Kontrol
2. Kapsul Pasien DM tipe 2 yang
3. Glukotest mendapatkan terapi antidiabetes oral
Prosedur Penelitian metformin 3 kali 500 mg perhari tanpa
serbuk kering jahe merah.
160 ± 34,09 mg/dL. Selanjutnya, 16 orang mendekati normal yaitu 231,6 ± 56,71
dari kelompok perlakuan, rata-rata glukosa mg/dL.
darah puasa sebelum mengikuti penelitian Tabel 3. Nilai glukosa darah 2 jam
adalah 177,5 ± 43,04 mg/dL. Dan satu bulan postprandial (mg/dL) pada kelompok
sesudahnya, rata-rata glukosa darah puasa kontrol dan kelompok perlakuan selama
menunjukkan nilai yang mendekati normal penelitian
yaitu 144,5 ± 33,19 mg/dL. Kelompok Waktu Mean ± SD
Tabel 2. Nilai glukosa darah puasa
(mg/dL) pada kelompok kontrol dan (dalam
mg/dL)
kelompok perlakuan.
Kelompok Waktu Mean ± SD
Kontrol Sebelum 228,9 ±65,83
(dalam (N=17)
Sesudah 195,7 ±56,21
mg/dL)
Perlakuan Sebelum 257,6 ±49,62
Kontrol Sebelum 178,6 ± 38,68 (N=16)
(N=17) Sesudah 231,6 ± 56,71
Sesudah 160 ± 34,09
Hasil analisa kovarian didapatkan nilai P
Perlakuan Sebelum 177,5 ± 43,04 0,514>0,05 yang berarti tidak signifikan.
(N=16) Artinya tidak ada pengaruh pemberian
Sesudah 144,5 ± 33,19 sediaan serbuk kering jahe merah terhadap
glukosa darah 2 jam postprandial dan tidak
Hasil analisa kovarian didapatkan nilai P dipengaruhi oleh umur dengan nilai P
0,031<0,05 yang berarti signifikan. Artinya 0,374>0,05 yang artinya tidak signifikan.
ada pengaruh pemberian sediaan serbuk
kering jahe merah terhadap glukosa darah 5. Berdasarkan hasil keterangan dari
puasa dan tidak dipengaruhi oleh umur pasien yang bersedia mengikuti penelitian
dengan nilai P 0,555>0,05 yang artinya sampai selesai diketahui bahwa efek
tidak signifikan. samping yang muncul selama penggunaan
4. Glukosa Darah 2 Jam Postprandial kapsul yang berisi serbuk kering jahe merah
Tabel 3 di bawah menunjukkan bahwa adalah pusing (2 orang), diare (1 orang),
dari 17 orang yang termasuk kelompok rasa panas di lambung (4 orang).
kontrol, rata-rata glukosa darah 2 jam
postprandial sebelum mengikuti penelitian Pembahasan
adalah 228,9 ± 65,83 mg/dL. Kemudian satu Masyarakat Indonesia telah lama
bulan sesudahnya, rata-rata glukosa darah 2 menggunakan obat tradisional sebagai usaha
jam postprandial 195,7 ± 56,21 mg/dL. pengobatan sendiri. Seiring dengan
Selanjutnya, 16 orang dari kelompok perkembangan zaman, ilmu pengobatan
perlakuan, rata-rata glukosa darah 2 jam tradisional ini membutuhkan bukti ilmiah
postprandial sebelum mengikuti penelitian mengenai khasiat dan keamanannya
adalah 257,6 ± 49,62 mg/dL. Dan satu bulan sehingga bisa terus dipergunakan untuk
sesudahnya, rata-rata glukosa darah 2 jam meningkatkan kesehatan masyarakat. Salah
postprandial menunjukkan nilai yang satu contohnya adalah jahe merah (Zingiber
officinale var. rubrum) yang dipercaya
Standarisai Industri Padang adalah 9,75%. juga mengacu pada SNI (2005) dan sesuai
Minyak atsiri terdiri atas campuran zat yang dengan Depkes RI (2008). Dapat
mudah menguap dengan komposisi titik disimpulkan bahwa serbuk jahe merah yang
didih yang berbeda. Dalam sebuah artikel digunakan peneliti memenuhui standar mutu
penanganan dan pengolahan rimpang jahe simplisia.
menjelaskan kadar minyak atsiri dipengaruhi Subjek pada penelitian ini sudah
oleh teknik penyulingan dan kadar air dari memenuhi kriteria inklusi yaitu pasien
bahan yang disuling. Minyak atsiri jahe diabetes melitus tipe 2 yang berobat ke
dapat diperoleh dengan cara penyulingan poliklinik penyakit dalam RSUD Dr. M.
simplisia jahe yang sudah diserbuk dengan Yunus Bengkulu, dengan rentang usia 30-60
metoda penguapan uap air. tahun. Tidak dimasukan pasien dengan umur
Jahe merah yang sudah kering diblender, lebih dari 60 tahun, karena usia tersebut
jahe merah dihaluskan menjadi serbuk kelompok geriatrik yang dikhawatirkan
hingga berukuran 50-60 mesh. Serbuk sudah mengalami penurunan fungsi organ-
dimasukkan ke dalam kapsul ukuran 1 dan organ vital. Hal ini dapat mempengaruhi
dikemas dalam botol kapsul sehingga ketersedian hayati obat yang diteliti dan
memudahkan pasien dalam meminum obat. dibutuhkan penyesuain dosis obat. Tujuan
Serbuk jahe merah yang sudah dibuat dalam lain penentuan usia pada rentang tertentu
bentuk kapsul ini dilakukan pemeriksaan adalah untuk mendapatkan pasien yang
ulang terhadap kebersihan dinding luar homogen dan mencegah faktor perancu yang
kapsul dari sisa serbuk yang mungkin bisa mebuat bias hasil dari penelitian.
menempel, keseragaman bobot kapsul Kriteria eksklusi penelitian ini adalah
kosong dan kapsul yang sudah diisi serta pasien tidak boleh mengalami gangguan
adanya sampel pertinggal untuk melihat fungsi hati, ginjal dan jantung, iritasi
kestabilan kapsul yang sudah sampai lambung, hamil dan menyusui. Kriteria ini
ditangan pasien. bertujuan menghomogenkan keadaan pasien
Tujuan pengemasan jahe merah sehingga bias dari penelitian dapat
dalam kapsul berukuran 1 adalah untuk dikurangi. Tujuan lainnya adalah untuk
menghilangkan rasa dan bau jahe merah menghindari kejadian efek samping pada
yang sangat khas, yang pada pasien tertentu pasien yang pernah dilaporkan pada
dapat saja mengganggu. Pemilihan sediaan penelitian sebelumnya seperti kejadian
kapsul berukuran 1 juga diharapkan dapat iritasi lambung. Dosis jahe merah yang
meningkatkan kepatuhan pasien karena lebih diberikan kepada pasien adalah 3 x 2 kapsul
praktis dalam penyajian dan kapsul ukuran 1 per hari dimana satu kapsul berisi 500 mg
yang relatif kecil dan mudah ditelan oleh serbuk kering jahe merah. Berdasarkan
pasien. penelitian sebelumnya, dosis jahe 500 mg/kg
Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian BB tikus setiap hari selama 7 minggu dinilai
pengolahan jahe (2009), menjelaskan efektif dalam menurunkan level serum
paremeter yang harus dipenuhi untuk glukosa, kolesterol dan triasilgliserol (Al-
standar mutu simplisia jahe adalah kadar air Amin et.al, 2006). Penelitian klinik
kurang dari 12 %, kadar minyak atsiri menggunakan dosis 3 gram serbuk jahe
minimal 1,5 %, tidak berjamur dan memiliki kering setiap hari selama 30 hari dapat
aroma yang khas dengan masa simpan bisa menurunkan glukosa darah, trigliserida,
sampai 12 bulan, beberapa parameter ini kolesterol total, LDL dan VLDL dalam
darah (Andallu et.al, 2003). Namun, puasa dapat normal jika masalah resistensi
konsumsi 2 gram jahe setiap hari selama 8 teratasi (O‟Rahilly et.al, 1994).
minggu tidak signifikan dalam menurunkan Inhibisi kerja enzim α glukosidase
glukosa darah puasa, HbA1C, HDL secara efektif dapat mengurangi pencernaan
(Mahluji et.al, 2013). karbohidrat komplek dan absorbsinya,
Hasil dari 33 orang pasien diabetes sehinga dapat mengurangi peningkatan
melitus tipe 2 yang mengikuti penelitian kadar glukosa postprandial pada penderita
menunjukkan bahwa perubahan nilai diabetes melitus tipe 2 (Borgenberg, 2008).
glukosa darah puasa kelompok perlakuan Ekstrak air jahe Jamaika hanya
lebih besar dibandingkan dengan kelompok menunjukkan sedikit efek penghambatan
kontrol (P<0,05). Al-amin et.al (2006), pada α glukosidase tetapi tidak mampu
melaporkan bahwa ekstrak jahe dapat menghambat α amilase. Hasil ini mungkin
menurunkan glukosa darah tikus yang terkait dengan kandungan yang rendah dari
diinduksi dengan STZ-tipe 1. Li et.al (2012), total senyawa fenolik dalam ekstrak air jahe
melaporkan terjadi penurunan glukosa darah (Ranilaa et.al, 2010).
pada pangujian pre dan postest tikus Dalam penelitian ini kecenderungan
diabetes. Sign et.al (2009), melaporkan penurunan GD2PP di kelompok kontrol
senyawa 6-gingerol yang terkandung dalam lebih tinggi dari pada kelompok perlakuan,
jahe dapat menurunkan glukosa darah puasa hal ini diperkirakan karena tidak ada
yang dicobakan kepada hewan uji. pembatasan jumlah asupan makanan
Studi in vitro menyatakan 6 dan 8 dikedua kelompok. Asupan makanan yang
gingerol dapat meningkatkan glukosa uptake tinggi glukosa pada kelompok perlakuan
di L6 sel otot dengan cara meningkatkan diperkirakan lebih tinggi dari pada
translokasi GLUT 4 ke permukaan membran kelompok kontrol sehingga rata-rata
sel plasma otot (Li et.al, 2012). Penelitian penurunan GD2PP kelompok kontrol lebih
lain juga melaporkan terjadi peningkatan tinggi dibandingkan kelompok perlakuan.
sensitivitas insulin oleh 6 gingerol dengan Pemakaian serbuk kering jahe merah 3 x
cara meningkatkan diferensiasi adiposit 2 kapsul sehari setiap sesudah makan selama
3T3-L1 dari preadiposit untuk uptake satu bulan menunjukkan bahwa tidak ada
glukosa di membrane sel (Sekiya et.al, kejadian efek samping iritasi yang
2004). Mahluji et.al (2013), menjelaskan dilaporkan oleh pasien. Iritasi lambung
bahwa ekstrak jahe dapat meningkatkan merupakan efek samping utama yang pernah
sensitivitas terhadap insulin berdasarkan dilaporkan oleh peneliti sebelumnya. Efek
homeostatis model assement (HOMA) dan samping yang lain muncul selama penelitian
quatitave insulin-sensitivity check index adalah diare walau cuma 2 orang dari 16
(QUICKI). pasien yang mendapatkan perlakuan, Navei
Jahe merah tidak signifikan et.al (2008), menjelaskan bahwa jahe dapat
mempengarui nilai glukosa darah 2 jam meningkatkan gerakan peristaltik usus
postprandial pada kelompok perlakuan dan sehingga dapat di perkirakan diare yang
kelompok kontrol (P<0,05). Beberapa terjadi pada pasien disebabkan oleh hal
penelitian telah menyebutkan bahwa tersebut. Selain itu, beberapa pasien juga
resistensi insulin bisa menyebabkan efek merasakan kepala pusing, rasa panas pada
yang berbeda pada glukosa darah puasa dan leher. Reaksi ini menyebabkan satu orang
glukosa 2 jam postprandial, glukosa darah pasien mengundurkan diri dari penelitian
pada hari kedua pemakaian. Namun pasien Chemical Toxicology.Vol. 46: 409–
lainnya mengakui bahwa reaksi ini hanya 420.
terjadi pada tiga hari pertama konsumsi obat Altman, R. D., K.C. Marcussen. 2001.
kapsul yang peneliti berikan. Kemudian “Effects of a ginger extract on knee
reaksi itu hilang dengan sendirinya setelah pain in patients with osteoarthritis.”
3-7 hari pemakaian. Arthritis Rheum J. Vol. 44: 2531–8.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat American Diabetes Associaton , 2014.
disimpulkan bahwa serbuk kering jahe “Standar of medical care in diabetes
merah dengan dosis 3 gram sehari 2014.” Diabetes care. Vol. 37.
signifikan mempengarui penurunan glukosa Andallu, B., B. Radhika., V. Suryakantham.
darah puasa dan tidak signifikan 2003. “Effect of aswagandha, ginger
mempengarui penurunan glukosa darah 2 and mulberry on hyperglycemia and
jam postprandial pasien diabetes melitus hyperlipidemia.” Plant Foods for
tipe 2. Human Nutrition. Vol. 58 3: 1–7.
Bachtiar, A. 2010. Pengaruh Ekstrak Jahe
SIMPULAN (Zingiber Officinale) Terhadap
Serbuk kering jahe merah (Zingiber Tanda dan Gejala Osteoartritis pada
officinale var. rubrum) dengan dosis 3 gram Pasien Rawat Jalan di Puskesmas
sehari signifikan mempengaruhi penurunan Pandanwangi Kota Malang (Tesis).
glukosa darah puasa, tetapi tidak signifikan Depok: Universitas Indonesia.
mempengaruhi penurunan glukosa darah 2 Barnes, P.M., B. Bloom., R.L. Nahin.
jam postprandial. 2009. Complementary and
alternative medicine use among
UCAPAN TERIMAKASIH adults and children. United States:
Peneliti Mengucapkan terimakasi kepada: Natl Health Stat.
1. Fakultas Farmasi Universitas Bina kefarmasian dan alat kesehatan RI.
Andalas 2005 . pharmaceutical care untuk
2. RSUD M.Yunus Bengkulu penyakit diabetes mellitus.
Atas Bantuannya peneliti bisa melaksanakan Departemen kesehatan RI.
penelitian seingga selesai. Borrelli, F., R. Capasso., G. Aviell., M.H.
PUSTAKA Pittler., A. A. Izzo. 2005
Al-Amin, Z. M., M. Thomson., K. Al- “Effectiveness and safety of ginger
Qattan., M, Ali. 2006. “Anti- in the treatment of pregnancy-
diabetic and hypolipidaemic induced nausea and vomiting,”
properties of ginger (Zingiber Obstetrics and Gynecology. Vol. 105
officinale) in streptozotocin-induced 4: 849–856.
diabetic rats.” British Journal of Borgenberg, L.H. 2008. “The Mechanish of
Nutrition.Vol. 96 4: 660–666. Action of Oral Antidiabetik Drug a
Ali, B.H., G. Blunden, M. O. Tanira., A. Review of Recent Literatur”. The
Nemmar. 2008. „Some Journal of Endocrinalogy
phytochemical, pharmacological and Metabolism and Diabete of South
toxicological properties of ginger Africa. Vol: 80-82.
(Zingiber officinale Roscoe): A
review of recent research.” Food and