Вы находитесь на странице: 1из 7

BAB II.

TINJAUAN UMUM

2.1. Profil Perusahaan


PT. Karebet Mas Group adalah perusahaan dengan delapan anak perusahaan yang
bergerak di bidang kontraktor pertambangan, minyak dan gas, perkebunan dan
rental alat berat. Salah satu anak perusahaan PT. Karebet Mas Group adalah PT.
Karebet Mas Indonesia Site Bunyu yang bergerak dibidang kontraktor
pertambangan yang berada di wilayah Provinsi Kalimantan Utara.

2.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah


Secara administratif area penambangan overburden PT. Karebet Mas Indonesia
termasuk dalam kecamatan Bunyu, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan
Utara dan secara geografis terletak pada “3°32’10,3” Lintang Utara dan
“117°50’51.7” Bujur Timur. Peta lokasi dan kesampaian daerah dapat dilihat pada
gambar 2.1.

Sumber : Data PT. Karebet Mas Indonesia

Gambar 2.1 : Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah PT. Karebet Mas Indonesia site
Lamindo Inter Multikon

II-1
Untuk menuju lokasi PT. Karebet Mas Indonesia site Bunyu dapat ditempuh dari
Bandara Internasional Kuala Namu Medan menuju bandara Internasional Juwata
Tarakan dengan menggunakan jalur udara ±5 jam. Kemudian dari tarakan melalui
jalur laut dengan menggunakan spead boat ± 1 jam. Dari pelabuhan bunyu
menuju mess ± 10 menit menggunakan kendaraan roda empat. Dari mess menuju
lokasi kantor penambangan PT. Karebet Mas Indonesia menggunakan bis
perusahaan ± 45 menit.

Lokasi penambangan overburden PT. Karebet Mas Indonesia berada di sebelah


utara dari pusat perkantoran yang berjarak ± 3 km dan dapat di tempuh dalam
waktu ± 15 menit dengan kondisi jalan yang baik.

2.3. Deskripsi Daerah


2.3.1. Penduduk
Penduduk yang tinggal disekitar lokasi penambangan terdiri dari berbagai suku,
antara lain suku Dayak, suku Tidung dan suku Banjar yang merupakan penduduk
asli Kalimantan Utara serta lainnya sebagai pendatang yang sudah cukup lama
menetap di daerah tersebut seperti Jawa, Makassar, Bugis, Sumatera dll. Mata
pencaharian masyarakat setempat adalah bertani, berdagang, pegawai negeri sipil
serta ada yang bekerja di perusahaan.

2.3.2.Curah Hujan
Berdasarkan letak geografisnya maka daerah penelitian merupakan daerah
beriklim tropis, karena posisinya berdekatan dengan garis khatulistiwa. Secara
umum daerah penelitian berdasarkan nilai curah hujan terbagi dalam dua musim
yaitu musim kemarau dan musim hujan seperti halnya daerah tropis lainnya.
Berdasarkan curah hujan selama 8 bulan terakhir diperoleh rata-rata.

II-2
Mm curah hujan
500

400

300

200 curah hujan

100

Gambar 2.2. Grafik Curah Hujan 8 Bulan Terakhir

2.3.3.Topografi
Topografi daerah penambangan pada umumnya adalah daerah perbukitan dengan
ketinggian 30-80 m diatas permukaan laut. Bentuk relief daerah tidak rata dimana
diantara bukit terdapat dataran dan rawa-rawa yang pada umumnya ditumbuhi
oleh pepohonan dan semak belukar.

2.3.4.Keadaan Flora dan Fauna


Keadaan flora di daerah sekitar wilayah penelitian hampir sama dengan daerah
lain di Indonesia. Tumbuhan yang banyak di daerah ini adalah kayu jati, rumput
ilalang,pohon rambutan dan lain-lain, yang tumbuh subur sesuai daerah iklim
tropis. Satwa liar yang ada di wilayah pertambangan penelitian adalah satwa yang
dilindungi seperti ular, burung beo, kijang, buaya, monyet tapir, dan musang.

2.4. Geologi Daerah Penelitian


2.4.1. Stratigrafi Daerah Penelitian
Formasi batuan yang menyusun daerah penelitian yaitu terdiri dari batu lempung
pasiran, batupasir dengan selingan batubara. Batupasir penyusunannya adalah
batu pasirkuarsa, batu pasir yang mengandung kepingan batubara dan batupasir
dengan struktur lapisan bersusun dari penyebaran jenis batuan dapat ditunjukan
bahwa proses pengendapan berada di dearah delta dan laut dangkal.

II-3
2.4.2.Geologi Regional
Berdasarkan atas ciri litologinya, batuan-batuan yang terendapkan pada daerah
penelitian dikelompokkan menjadi beberapa formasi, yaitu: formasi Aluvium,
Formasi Sajau, Formasi Sijin, Formasi Tabul, Formasi Meliat, Formasi Naintipo,
Formasi Jelai, Formasi Sembakung dan Formasi Bengara.

Sumber PT. Lamindo Inter Multikon

Gambar 2.3 Tatanan Statigrafi Regional

Uraian dari setiap formasi tersebut:


1. Formasi Aluvium
Tersusun oleh litologi lumpur, lanau, pasir, kerikil dan koral yang adalah
endapan pantai,sungai dan rawa.
2. Formasi Sajau
Tersusun oleh litologi batu pasir, kuarsa, batu lempung, batu lanau, batu
bara,lignit dan konglomerat, perlapisan sedimen silang siur planar dan
mangkok,bioturbasi, perairan sejajar, nodul besi dan fosil kayu.
3. Formasi Tabul
Tersusun oleh perselingan batu pasir, batu lempung dan serpih dengan sisipan
batubara dibagian atas, umur formasi ini miosen akhir.

II-4
4. Formasi Meliat
Tersusun oleh litologi batu pasir, batu lempung dan serpih dan sisipan batubara
berstruktur, lapisan bersusun, bioturbasi,dan mengandung bintal batu gamping,
formasi ini berumur miosen tengah dan endapan lingkaran laut dangkal.
5. Formasi naintipo
Berumumur oligo sendan miosen awal, yang bersusun oleh litologi perselingan
napal,batu pasir dan batu lempung dengan sisipan batu gamping dan
konglomerat, formasi ini diendapkan dilaut dangkal.
6. Formasi Sinjin
Formasi ini tersusun oleh litologipersilangan tuf, untuk formasi ini berumur
pleitosen.
7. Formasi sembakung
Terendapkan beroperasi tidak selaras diatas formasi danau, memiliki umur
eosen tengah. Pada bagian bawah, formasi litologi terdiri atas batu pasir merah
dan konglomerat pada bagian atas terdiri dari batu lumpur yang kaya karbon
dan fosil.

2.4.3.Struktur Geologi
Struktur geologi yang menonjol di daerah ini berupa struktur homoglin dimana
lapisan batuan miring seragam kearah barat laut. Sesar turun pada umumnya
dijumpai dalam bentuk sesar sesar minor dengan bergerak 1 meter. Sesar naik
dijumpai di beberapa tempat dengan pergerakan 2-5 cm, dengan arah memanjang
searah dengan menyerang perlapisan batuan di beberapa lokasi sesar ini penyebab
perlapisan batubara terpotong dan terbelokan bahkan ada yang menghancurkan
batubara.

2.5. Kegiatan Penambangan


2.5.1.Sistem Penambangan
Berdasarkan bentuk dan karakteristik cadangan batubara serta tanah penutupnya,
maka sistem tambang terbuaka yang dapat diterapkan adalah metode open pit
dengan menambang lapisan batubara dari singkapan sampai dengan kedalaman
tertentu dan sepanjang daerah tambang dengan memperhatikan Striping Ratio
(SR). Terdapat beberapa blok penambangan yang direncanakan dimana setelah

II-5
blok awal dibuka dilanjutkan dengan membuka blok selanjutnya sehingga
terdapat kemudahan dalam membuang overburden dan dalam jumlah yang besar
kedalam pit yang telah di tinggalkan. Sistem ini lebih dikenal dengan Back
Filling.

2.5.2.Metode Penambangan
Metode penambangan yang digunakan di daerah prioritas adalah metode
konvesional dengan menggunakan kombinasi Excavator BackHoe dengan Dump
Truck. Metode ini memiliki kelebihan dalam fleksibilitas dan selektifitas dalam
penggalian serta ketersediaannya dalam berbagai jenis dan ukuran peralatan
pasaran.

2.5.3.Tahapan Kegiatan Penambangan


a) Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Pembersihan lahan merupakan kegiatan awal dari kegiatan penambangan yaitu
membersihkan pohon-pohon, baik yang besar maupun yang kecil yang tumbuh
pada lokasi kegiatan penambangan. Pada tahap ini dilakukan dengan
menggunakan Bulldozer, yaitu dengan menggilas akar Pepohoan berkali-kali
sehingga akar tersebut menjadi putus atau juga dengan mendorong pohon
tersebut hingga roboh.
b) Pengupasan Tanah Pucuk (Top Soil)
Pengupasan tanah pucuk ini dilakukan terlebih dulu ditempatkan terpisah, agar
pada saat pelaksanaan reklamasi dapat dimanfaatkan kembali. Pengupasan Top
Soil ini dilakukan sampai pada batas lapisan SubSoil, yaitu pada kedalaman
dimana telah sampai di lapisan yang tidak mengandung unsur hara. Tanah
pucuk ini dikupas dengan menggunakan Bulldozer.
c) Pengupasan Tanah Penutup (Striping Overburden)
Pengertian kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yaitu pemindahan suatu
lapisan tanah atau batuan yang berada di atas bahan galian, agar bahan tersebut
menjadi tersingkap. Untuk mewujudkan kondisi kegiatan pengupasan lapisan
tanah penutup yang baik di perlukan alat yang mendukung dan sistematika
pengupasan yang baik. Pekerjaan pengupasan lapisan tanah penutup
merupakan kegiatan yang mutlak yang harus dikerjakan pada pertambangan

II-6
terutama pada kegiatan penambangan yang menggunakan sistem tambang
terbuka. Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup ditentukan oleh rencana
target produksi, semakin baik rancangan pada pengupasan lapisan tanah
penutup maka rencana target produksi semakin baik. Untuk mewujudkan
kondisi tersebut diperlukan metode dan alat yang mendukung pengupasan
lapisan tanah penutup.

Adapun pola teknis dari pengupasan lapisan tanah penutup yaitu:


1. Back Filling Digging Methode pada cara ini tanah penutup dibuanketempat
yang sudah digali.
2. Benching System cara pengupasan lapisan tanah penutup dengan sistem jenjang
(Benching). Cara ini pada waktu pengupasan lapisan tanah penutup sekaligus
sambil membuat jenjang.
3. Multi Bucket Exacavator System pada pengupasan cara ini tanah penutup
dibuang ketempat yang sudah digali atau ketempat pembuangan khusus. Cara
ini ialah dengan menggunakan Bucket Whell Exacvator (BWE).
4. Drag ScraperrSystem cara ini biasanya langsung di ikuti dengan pengambilan
bahan galian setelah tanah penutup di buang, tetapi bisa tanah penutupnya di
habiskan terlebih dahulu, kemudian baru bahan galiannya di tambang. Sistem
ini cocok untuk tanah penutup yang materialnya lunak dan lepas (loose).

II-7

Вам также может понравиться