Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (RIKESDAS) oleh badan penelitian dan
pengembangan Depkes RI di Indonesia mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat 5,6 juta
orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas
(WHO, 2011). Menurut Depkes RI 2011, dari sekian banyak kasus fraktur di indonesia, fraktur
pada ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling tinggi diantara
fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang dengan kasus fraktur ekstremitas bawah
akibat kecelakaan, 19.629 orang mengalami fraktur pada tulang femur (Riswanda Noorisa,
Dwi Apriliwati, Abdul Aziz, 2017). Kasus fraktur femur merupakan yang paling sering yaitu
sebesar 39% diikuti fraktur humerus (15%), fraktur tibia dan fibula (11%), dimana penyebab
terbesar fraktur femur adalah kecelakaan lalu lintas yang biasanya disebabkan oleh kecelekaan
mobil, motor, atau kendaraan rekreasi (62,6%) dan jatuh dari ketinggian (37,3%) dan
mayoritas adalah pria (63,8%).2,3 Insiden fraktur femur pada wanita adalah fraktur terbanyak
kedua (17,0 per 10.000 orang per tahun) dan nomer tujuh pada pria (5,3 per orang per
tahun).4,5 Puncak distribusi usia pada fraktur femur adalah pada usia dewasa (15 - 34 tahun)
dan orang tua (diatas 70 tahun) (Desiartama & Aryana, 2017). Berdasarkan data yang
diperoleh pada bulan Januari 2017 sampai Maret 2017 di ruang H1 Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya di dapatkan hasil bahwa pasien yang mengalami fraktur sebanyak 18 orang (13%)
dari 133 pasien, dan yang mengalami fraktur supracodyler femur sebanyak 3 orang (16.6%)
dari 18 pasien fraktur.
Fraktur femur bervariasi tergantung lokasi dan gambaran fraktur. Fraktur femur bisa atau
tanpa dislokasi tulang dan bisa berupa fraktur tertutup (tidak menembus kulit atau tidak
terbuka dengan lingkungan eksternal) dan fraktur terbuka (Menembus kulit dan terbuka
dengan lingkungan eksternal). Menurut garis frakturnya, patah tulang dibagi menjadi fraktur
komplit atau inkomplit (termasuk fisura atau greenstick fracture), transversa, oblik, spiral,
kompresi, simple, kominutif, segmental, kupu-kupu, dan impaksi (termasuk impresi dan
inklavasi) (Desiartama & Aryana, 2017). Salah satu masalah yang terjadi pada pasien post
ORIF (open reduction internal fixation) fraktur femur keterbatasan gerak sendi lutut yang
dialami oleh pasien.Fraktur dapat menyebabkan kecacatan pada anggota gerak yang
mengalami fraktur, untuk itu diharuskan segera dilakukan tindakan untuk menyelamatkan
klien dari kecacatan fisik. Sedangkan kecacatan fisik dapat dipulihkan secara bertahap melalui
latihan rentang gerak yaitu deng/an latihan Range of Motion (ROM) yang dievaluasi secara
aktif, yang merupakan kegiatan penting pada periode post operasi guna mengembalikan
kekuatan otot pasien (Desiartama & Aryana, 2017).
Desiartama, A., & Aryana, I. G. N. W. (2017). Lalu Lintas Pada Orang Dewasa Di RSUP
Sanglah Denpasar Tahum 2013. 6(5), 1–4.
Kandou, P. R. D., Wattie, E. A. W., Monoarfa, A., Limpeleh, H. P., Skripsi, K., Kedokteran, F.,
… Manado, R. (2016). Profil fraktur diafisis femur periode Januari 2013 – Desember 2014
Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado terberat , terpanjang
, dan terkuat yang penderita osteoporosis , kekuatan tekanan fraktur . 1 Fraktur femur yang
disebabk. Profil Fraktur Diafisis Femur Periode Januari 2013 – Desember 2014 Di RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, 4(April).
Maliya, A. (2016). upaya peningkatan mobilitas fisik pada pasien post orif fraktur femur di
RSOP Dr. Soeharso Surakarta. Elham Eka, 9(2), 10. https://doi.org/10.5151/cidi2017-060
Riswanda Noorisa1, Dwi Apriliwati2, Abdul Aziz3, S. B. (2017). THE CHARACTERISTIC OF
PATIENTS WITH FEMORAL FRACTURE IN DEPARTMENT OF ORTHOPAEDIC
AND TRAUMATOLOGY RSUD DR.SOETOMO SURABAYA 2013 – 2016. Sulis
Bayusentosa, 6(1), 2–4.