Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
c. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus)
misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi
atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan
dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
d. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas
panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
e. Keadaan sosial ekonomi
Faktor lain
• Faktor golongan darah
• Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan
• kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban.
• Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
• Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
• Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).
Penyebab ketuban pecah dini (KPD) mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan
sebagai berikut :
• Serviks inkopeten
• Ketegangan rahim berlebihan; kehamilan ganda, hidramnion
• Kelainan letak janin dalam rahim, letak sunsang, letang lintang
• Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP,
sepalopelvik disproforsi
• Kelainan bawaan dari selaput ketuban
• Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga menyebabkan ketuban pecah.
4. Tanda dan gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban
berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau
menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering
karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang
sudah terletak di bawah biasanya "mengganjal" atau "menyumbat" kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan
tanda-tanda infeksi yang terjadi
5. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
• Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
• Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan
mengeluarkan air ketuban.
6. Pemeriksaan penunjang
TES LABORATORIUM
Hitung darah lengkap dengan apusan darh : leukositosis di gabung dengan peningkatan bentuk
batang pada apusan tepi menunjukkan infeksi intrauterine.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah ketuban
Yang harus segera dilakukan:
• Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang bersih.
• Tenangkan diri Jangan bergerak terlalu banyak pada saat ini. Ambil nafas dan tenangkan diri,.
Yang tidak boleh dilakukan:
• Tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko terinfeksi kuman. • Jangan bergerak
mondar-mandir atau berlari ke sana kemari, karena air ketuban akan terus keluar. Berbaringlah
dengan pinggang diganjal supaya lebih tinggi
7. Penatalaksanaan
Sebagai gambaran umum untuk penatalaksanaan KPD dapat dijabarkan sebagai berikut :
• Pertahankan kehamilan sampai cukup matur, khususnya maturitas paru sehingga mengurangi
kejadian kegagalan perkembangan paru yang yang sehat
• Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis, meningitis janin,
dan persalinan prematuritas
• Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72
jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
• Pada kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup, perlu
dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat
diselamatkan.
• Menghadapi KPD, diperlukan KIM terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa
tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan
mungkin harus mengorbankan janinnya.
• Pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia biparietal dan peerlu
melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru melalui
perbandingan L/S
• Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6 jam sampai 24 jam, bila tidak
terjadi his spontan.
Tujuan umum dalam Asuhan Perawatan Bayi Baru Lahir adalah untuk :
1. Mempertahankan Pernapasan
• Segera setelah bayi lahir, bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah dari pada badan agar supaya
lendir keluar dari mulut dan mencegah lendir dan kadang – kadang darah dan mekonium masuk
kesaluran pernafasan.
• Pengisapan lendir harus dilakukan dengan cepat dan lembut
• Bayi normal dalam beberapa detik sampai satu menit dengan membersihkan mulut dan hidung
dari lendir akan segera timbul pernafasan spontan.
2. Mencegah Infeksi
• Usaha yang paling efektif untuk mencegah infeksi pada bayi baru lahir ialah mencuci tangan
sebelum memegang bayi dan perlengkapan yang digunakan untuk merawat bayi, mengisolasi bayi
yang sakit dan memakai pakaian yang bersih.
3. Memperhatikan suhu tubuh
• Suhu lingkungan mempengaruhi kehidupan dan kesehatan bayi baru lahir, karena bila suhu
lingkungan tidak ada; metabolisme dan konsumsi oksigen bayi akan meningkat.
• Segera setelah bayi lahir harus dikeringkan dan ditempatkan ditempat yang hangat. Setelah suhu
tubuh bayi stabil biasanya 1-2 jam sesudah lahir, bayi dibersihkan atau dimandikan.
4. Mengenal tanda-tanda sakit
• Kondisi bayi dapat berubah dengan cepat karena itu perlu diawasi dengan kontinyu.
• Beberapa tanda-tanda kelainan yang harts diperhatikan misalnya kulit, kening pada ban pertama
kesukaran pernapasan, kenaikan atau penurunan suhu tubuh, biru atau pucat, penyakit kembung,
problem makan, muntah, kejang-kejang, tidak Bab selama 12 jam dan Bak dalam 12 jam pertama
kehidupan dan penurunan badan-badan bayi yang banyak.
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan keperawatan ibu hamil dengan masalah ketuban pecah dini
1. Pengkajian
a. Sirkulasi
– Hipertensi, edema patologis dan penyakit jantung sebelumnya
– Integritas ego
– Adanya ansietas sedang
b. Makanan/ cairan
– Ketidak adekuatan atau penambahan berat badan berlebihan yang terjadi pada
– hidroamnion
c. Nyeri/ketidaknyamanan
– Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama paling sedikit 30
detik dalam 30-60 menit
d. Pernafasan
– Mungkin perokok berat
e. Keamanan
– Infeksi mungkin ada (misalnya ISK atau infeksi vagina )
f. seksualitas
– tulang servikal dilatasi, membrane amnion mungkin rupture,pendarahan trisemester 3, aborsi
sebelumnya,persalinan preterm,uterus distensi berlebih
g. Interaksi social
Dari kelas sosial ekonomi yang rendah
h. Penyulahan pembelajaran
– Ketidakadekuatan atau tidak adanya perawatan prenatal, mungkin di bawah usia 18 tahun atau
lebih dari 40 tahun, penggunaan alcohol atau obat obatan
i. Temukan kajian yang lain
– keluar cairan bening dari vagina secara mendadak, dengan di ikuti sediki drainase.
– vagina penuh dengan cairan pada pemeriksaan speculum.
DATA SUBJEKTIF
– Pancaran involunter atau kebocoran
– Cairan jernih dari vagina merupakan gejal yang khas. Tidak ada nyeri
– maupun kontraksi uterus
– Riwayat haid
– Umur kehamilan diperkirakan dari haid terakhir.
DATA OBJEKTIF
– Pemeriksaan fisik
– Pemeriksaan umum : suhu normal terutama di sertai infeksi
– Pemeriksaan abdomen : uterus lunak dan tidak ada nyeri tekan
– Pemeriksaan pelvic : pemeriksaan speculum steril pertama kali di lakukan untuk memeriksa adanya
cairan amnion dalam vagina.pemeriksaan vagina steril menentukan penipisan dan di latasi servik.
2. Diagnosa Keperawatan
1) resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit, penurunan
hemoglobin, pemajanan pada patogen
2) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan otot rahim
3) Ansietas berhubungan dengan kurang nya pengetahuan atau konfirmasi tentang penyakit
4) Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri, peningkatan HIS
5) Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik
(Dangoes:2000)
3. Intevensi
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Inervensi Rasional
1
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit, penurunan
hemoglobin, pemajanan pada patogen
Tujuan :
- infeksi tidak terjadi pada ibu
kriteria hasil
- pencapaian tepat waktu pada pemulihan luka tanpa komplikasi - Tinjau ulang kondisi/faktor risiko
yang ada sebelumnya. Catat waktu pecah ketuban.
- Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi (misalnya: peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih,
atau bau/warna rabas vagina).
- Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah pecah - Kondisi dasar ibu,
seperti diabetes atau hemoragi, menimbulkan potensial resiko infeksi atau penyembuhan luka yang
buruk. Resiko korioamnionitis meningkat dengan berjalannya waktu, sehingga meningkatkan resiko
infeksi ibu dan janin.
- Pecah ketuban terjadi 24jam sebelum pembedahan dapat menyebabkan amnionitis sebelum
intervensi bedah dan dapat mengubah penyembuhan luka.
- Untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi
4
5
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan otot rahim
Ansietas berhubungan dengan kurang nya pengetahuan atau konfirmasi tentang penyakit
Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri , peningkatan HIS
Tujuan :
- klien pengetahuan klien bertambah setelah diberikan informasi mengenai penyakit nya
kriteria hasil :
- klien tidak resah lagi dengan peyakit nya
- menunjukkan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis
tujuan :
- kebutuhan istirahat tidur klien terpenuhi
Kriteria hasil :
- klien dapat tidur dengan tenang dan tidak gelisah
- klien menunjukkan pola tidur yang adekuat
Tujuan:
- aktivitas kembali sesuai kemampuan pasien.
Kriteria hasil:
- pasien bisa beraktivitas seperti biasa. - monitor tanda – tanda vital : TD, pernafasan, nadi dan suhu
- ajrakan klien teknik relaksasi
- atur posisi klien
- berikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung
5. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil akhir dari proses keperawatan dilakukan untuk mengetahui sampai dimana
keberhasilan tindakan yang diberikan sehingga dapat menentukan intervensi yang akan dilanjutkan
Daftar Pustaka
Dr. Santosa NI, SKM (1990), “ Perawatan Kebidanan yang Berorientasi Pada Keluarga (Perawatan II)
“, Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Asrining Surasmi, Siti Handayani, Heni Nur Kusuma, (2002), “Perawatan Bayi Risiko Tinggi”, Jakarta :
EGC.
Prof. Dr. Abdul Bari Saifudin, SPOG, MPHD ( 2002 ), “ Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Material & Neonatal “, : Jakarta : EGC.
Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG (1998), “Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan”, Jakarta : EGC