Вы находитесь на странице: 1из 15

ISSN 2407-1706 |Online Version

Jurnal An-nida’ Jurnal Pemikiran Islam ISSN 0853-1161 |Print Version

MUNASABAH AYAT DALAM SURAT AN-NABA’


(Analisis Metodologi Penafsiran Abdullah Darraz Dalam Kitab An -Nabau Al-Azhim
Nazharatun Jadidatun Fi Al-Quran)

Lukmanul Hakim DAN Pipin Armita

Dosen Tetap pada Fakuktas Ekonomi dan Ilmu Sosial


UIN Sultan Syarif Kasim Riau dan Guru Pondok Pesantren Khalid Bin Walid Rokan Hulu
Jl. Soebrantas km 15 No. 155 Pekanbaru, 28293
Email: man89th@uin-suska.ac.id

Abstract
Muhammad Abdullah Darraz is a contemporary scholars who offer the
verses in his concept in his book entitle “Munasabat An -Nabaul Azhim
Nazharatun Jadidatun fi Al-Quran” with his theory what called “al-katsrah
wa al-wahidah”. This paper intends to knowing more about Darraz’s figur e
and how hermeneutic framework of Darraz about munasabat the verse, as
well as how its application in interpreting the Quran. From this paper
known that Muhammad Abdullah Darraz is a contemporary Egypt -born
cleric who lived during the French colonization of the turmoil in Egypt which
then many aspects influenced his thinking. When it emerged the
orientalists who questioned the order structure of the Quran. So, Darraz
dispute that assumption with the concept of munasabat verses.
Hermeneutic framework of Darraz specifically talking about the munasabat
verse in one surah. The point is every letter in al -Quran is the unity of the
whole what have one central theme, though composed of diverse themes,
this is called the theory of al-katsrah wa al-wahidah on Darraz’s
perspective. Each letter is composed of three parts: 1). Opening., 2).
Principal purpose, and 3). Closing. And then, Darraz applying the theory of
munasabat verse to interpretate sura al-Baqarah entirely. But, in this
article, the author tried to examine this theory to interpretate surah an-
Naba with using of the offered Darraz theory. From this research, it is
known that surat an-naba' consists of Muqaddimmah (found in verses 1 -5),
with three principal objectives or maqasid (contained in paragraph 6 -37),
and closing or khatimah (contained in paragraph 38 -40)

Keyword Munasabat Verse, Abdullah Darraz, Contemporary Hermeneutics.

Pendahuluan metode-metode yang bermunculan terus


mengalami perkembangan sesuai dengan
Pada dasarnya, metode penafsiran konteks setiap masa. Hal ini berimplikasi
telah dibentuk oleh ulama-ulama salaf positif pada perkembangan metode
sebagai upaya mendialogkan al-Quran penafsiran al-Quran dari masa ke masa.
dengan konteks zaman pada masa mereka. Dalam operasionalnya, hal ini tentu
Kondisi ini mengindikasikan bahwa mengedepankan peran kerja ulama untuk
Lukmanul Hakim dan Pipin Armita| Munasabah ayat dalam
surat an-naba’
Edisi Desember 2017 Vol. 41 No. 2 |115
ISSN 2407-1706 |Online Version
Jurnal An-nida’ Jurnal Pemikiran Islam ISSN 0853-1161 |Print Version

menemukan metodologi baru yang bisa merasakan bahwa ayat atau surat al-Quran
mengakomodasikan perkembangan disusun secara runtut dan segar untuk
zaman sehingga al-Quran menjadi elastic dinikmati, sehingga membuat
dan flexible. 1 pembacanya tidak mau lepas dari men-
Dalam upaya mewujudkan tadabbur-i halaman-halamannya.
keberadaan metodologi tersebut, Pada dasarnya, Darraz dengan
intelektual muslim terus bermunculan karyanya An-Nabau Al-Azhim Nazharatun
dan mencoba mengelaborasikan Jadidatun Fi Al-Quran berbicara tentang
pemahamannya sebagai upaya untuk banyak hal. Namun, dalam makalah ini
memahami dan menangkap pesan-pesan penulis memfokuskan kajian tentang
dalam kitab suci (al-Quran) tersebut. Di munasabat ayat saja. Hal ini penulis
antara intelektual muslim modern yang lakukan karena munasabat ayat prespektif
mencoba menguak hal tersebut adalah Darraz, merupakan hal yang relatif baru,
Abdullah Darraz yang terkenal dengan dan Darraz menjelaskannya lebih rinci
karyanya An-Nabau Al-Azhim Nazharatun dibandingkan dengan bab-bab yang lain
Jadidatun Fi Al-Quran. Beliau merupakan serta diperkuat dengan mencantumkan
intelektual muslim berkebangsaan Mesir aplikasinya dalam penafsiran surat al-
yang menawarkan suatu metode dalam Baqarah secara keseluruhan.
memahami al-Quran. Untuk mengenal lebih dekat dan
Merupakan hal yang menarik saat merasakan kontribusi pemikiran Darraz,
Darraz menjelaskan tentang adanya dalam tulisan ini penulis tidak hanya
kesatuan tema (central theme) dalam satu memaparkan bagaimana pokok pemikiran
surat al-Quran secara keseluruhan yang yang ditawarkan. Penulis mencoba
beliau istilahkan dengan ‘al-katsrah wa al- mengaplikasikan teori munasabah ayat
wahidah’. Padahal banyak surat dalam al- dalam surat an-Naba’ yang juga terdiri
Quran yang terdiri dari tema yang dari berbagai tema, sehingga menemukan
beragam, seperti; al-Baqarah, al-Maidah, tema sentralnya merupakan satu
dan lain-lain. Namun, Darraz telah persoalan yang urgen dalam kerangka
membuktikan teori ini dalam berfikir Darraz untuk membuktikan
menafsirkan surat terpanjang dalam al- bahwa setiap ayat dalam al-Quran
Quran secara keseluruhan dan merupakan satu kesatuan.
menemukan tema sentralnya.
Surat-surat dalam al-Quran sekilas Biografi Abdullah Darraz
terlihat seakan-akan tersusun secara acak. Nama lengkapnya adalah Muhamad
Namun, susunan ayat-ayat dan surat- Abdullah Darraz. Pada tahun 1894 Beliau
suratnya dipadu secara dinamis dan dilahirkan di desa Mahallah Diyay, Provinsi
menarik untuk dibaca maupun didengar, Kufr al-Syaikh, Mesir. Beliau menempuh
sehingga membuat sebuah dinamika yang pendidikan dasarnya di Ma’had al-
‘apik’ (great dynamics) dan berbeda dengan Iskandariyah pada tahun 1905 M. Dan
kitab-kitab lain. 2 Akhirnya dengan teori melanjutkan pendidikan tingkat tsanawiyah
ini, setiap pembaca akan semakin (1912 M) dan aliyah (1916 M) di al-Azhar.
1 Kurdi, dkk, Hermeneutika Al-Quran Dan Hadis, 2 M. Quraish Sihab, Mukjizat Al-Quran: Ditinjau

(Yogyakarta: El-Saq Press, 2010), hlm. 59. Dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah Dan Pemberitaan
Ghaib, (Bandung: Mizan, 2013), hlm. 132.
Lukmanul Hakim dan Pipin Armita| Munasabah ayat dalam
surat an-naba’
Edisi Desember 2017 Vol. 41 No. 2 |116
ISSN 2407-1706 |Online Version
Jurnal An-nida’ Jurnal Pemikiran Islam ISSN 0853-1161 |Print Version

Kemudian, beliau mulai mempelajari dan Universitas al-Azhar Kairo. Di sana, beliau
mendalami bahasa Perancis. Adapun mulai mengajar tentang sejarah agama-agama
tujuannya mempelajari bahasa tersebut bukan di dunia. Lalu beliaupun menerima
karena kecintaannya terhadap bahasa itu, kehormatan sebagai anggota asosiasi profesor-
melainkan karena kondisi pergolakan politik profesor pada tahun 1949. Selanjutnya, beliau
dan militer di daerahnya pada masa itu. mengajar ilmu tafsir di fakultas Darul Ulum,
Sehingga ia bisa mengembalikan kehormatan dan fakultas Bahasa Arab di al-Azhar, serta
negeri, dan agamanya dengan bermanfaat. Filsafat Etika di fakultas Bahasa Arab.4
Hal tersebut cukup berhasil. Terbukti, Di samping sebagai seorang ulama dan
pada tahun 1919 terjadi demontrasi besar- tokoh intelektual, beliau juga merupakan
besaran yang dilakukan oleh para pemuda penulis yang cukup produktif. Hal ini terlihat
yang menuntut agar persoalan negeri dan dari banyaknya tulisan-tulisan beliau, di
agama waktu itu segera diselesaikan. Pada antaranya: 1) An-Nabau Al-Azhim Nazharaatun
waktu yang demikian, Abdullah Darraz Jadiidatun Fi Al-Quran, 2) al-Ta’rîf bi al-Qurân,
(selanjutnya Darraz) justru telah berhasil 3) Dustûr al-Akhlâq fi al-Qurân, 4) al-Dîn Buhûts
melakukan serangan-serangan diplomatis Mumahhadah li Dirâsah Târîkh al-Adyân, 5) Ashl
melalui tulisannya di surat kabar “al-Than” al-Islâm, 6) al-Riba fi nazhr al-Qânûn al-Islâmî, 7)
dengan bahasa Perancis. Dengan dimuatnya Ra’y al-Islâm fi al-Qitâl, 8) Bayn al-Mitsâliyyah wa
tulisan kritis beliau banyak membantu al-Wâqi’iyyah, 9) al-Mas’ûliyyah fi al-Islâm, 10) al-
pemerintah dalam mengusir penjajah ketika Azhar al-Jâmi’ah al-Qadîmah wa al-Hadîtsah, 11)
itu.3 Kalimât fi Mabâdî al-Falsafah wa al-Akhlâq, 12)
Pada tahun 1928, Darraz terpilih Majmû’ah Ahâdîts Idzâ’iyyah fi al-Dîn wa al-
untuk mengajar di Universitas al-Azhar di Akhlâq, dan lain-lain.
tingkat atas (al-Qism al-‘âlî), lalu pada tahun Pada bulan Januari tahun 1958, beliau
1929 ia mengajar di kelas khusus (Qism al- sempat menghadiri Muktamar Islam
takhashshush), lalu ia pun mengajar di Fakultas Internasional di kota Lahore, Pakistan. Dalam
Ushuluddin pada 1930. Pada tahun 1936, muktamar tersebut beliau memberikan
beliau berangkat ke Paris, Perancis, dengan prasarana dan kajian tentang ”Posisi Islam di
beasiswa dari al-Azhar untuk melanjutkan antara agama-agama modern di dunia, serta
studi pascasarjananya guna mendapatkan hubungan antar agama-agama tersebut”. Di
gelar Doktor. Di Perancis, ia menulis dua muktamar itulah, beliau meninggal dunia.5
disertasi sekaligus, pertama berjudul “al-Ta’rîf Dengan demikian, Abdullah Darraz tutup
bi al-Qurân” dan kedua “Dustûr al-Akhlâq fi al- usia dalam majelis ilmu pada usia lebih kurang
Qurân”. Dengan dua buah judul disertasinya 64 tahun.
ini, ia berhasil mendapatkan gelar doktor
dengan nilai yang sangat istimewa, summa Sekilas Tentang An-Nabau Al-Azhim
cumlaude, pada tahun 1947 di Universitas Nazharaatun Jadidatun Fi Al-Quran;
Sorbone. Pandangan Baru Terhadap Al-Quran
Sekembalinya dari Sorbone, Darraz An-Nabau Al-Azhim Nazharaatun
memulai kembali untuk mengajar di Jadidatun Fi Al-Quran merupakan salah satu

3Abdullah Darraz, An-Nabau Al-Azhim 4 Abdullah Darraz, An-Nabau Al-Azhim ......,


Nazharaatun Jadiidatun Fi Al-Quran, (Qatar: Daar Al- hlm. 6.
Tsaqafah, 1985), hlm. 6 5 Abdullah Darrraz, An-Nabau Al-Azhim ......,
hlm. 6.
Lukmanul Hakim dan Pipin Armita| Munasabah ayat dalam
surat an-naba’
Edisi Desember 2017 Vol. 41 No. 2 |117
ISSN 2407-1706 |Online Version
Jurnal An-nida’ Jurnal Pemikiran Islam ISSN 0853-1161 |Print Version

karya monumental Abdullah Darraz yang Ghazali dalam muqaddimah kitabnya yang
secara spesifik mengenai al-Quran di samping berjudul Nahwa Tafsir Maudhu’iy, kitab An-
tulisan-tulisan lainnya. Tulisan ini merupakan Nabau Al-Azhim ini merupakan kitab pertama
hasil penelitian tesis beliau di Universitas al- yang menafsirkan satu surat penuh dengan
Azhar, Mesir. Jika melihat pada catatan metode maudhu’iy (tematik)7 yaitu surat al-
riwayat hidup Darraz, maka tulisan ini juga Baqarah serta menjadikan surat terpanjang ini
merupaka karya pertama beliau mengenai al- bagaikan seikat simpul yang utuh.8 Dalam
Quran, sebelum al-Ta’rîf bi al-Qurân dan penafsiran seperti ini, Darraz mampu
Dustûr al-Akhlâq fi al-Qurân. menemukan koherensi/munasabat yang
Adapun tujuan penulisan kitab terdapat dalam surat al-Baqarah.9
tersebut adalah mencakup pada tiga hal: Saat ini, buku ini telah dicetak di
1. Penjelasan terhadap keistimewaan kitab beberapa tempat, seperti percetakan Daar al-
suci al-Quran Sa’adah di Mesir pada tahun 1960 dan pada
2. Penjelasan dan penolakan terhadap Daar al-Tsaqafah di Qatar pada tahun 1985.
syubhat-syubhat seputar al-Quran An-Nabau Al-Azhim Nazharaatun Jadidatun Fi
3. Penjelasan tentang merode memahami dan Al-Quran ditulis dengan gaya bahasa yang
berinteraksi dengan al-Quran. ringkas, rinci dan mendatail disertai dengan
Pada awal kitabnya Darraz contoh penafsirannya. Berkaitan dengan hal
menjelaskan mengenai makna al-Quran. Al- ini, beliau mengungkapkan:
Quran merupakan gabungan dari dua kata,
‘Quran dan Kitab’. Darraz menjelaskan bahwa “Dalam tulisan ini aku memperhitungkan
dalam pengamatannya penamaan ini baik segala sesuatunya yang bersifat rinci dan
lisan maupun tulisan merupakan penamaan detail, aplikasi dan contohnya, dan tidak
yang sesuai dengan realita yang ada. Bahwa mencukupkan pada isyarah saja jika
nama ‘al-Quran’ merupakan gabungan dari memang hal tersebut bisa diungkapkan,
dua kata ‘Quran dan Kitab’. Penyebutan dua dan tidak pula hanya dengan bukti saja
kata ini (Qur’an dan Kitab) adalah isyarat jika memang memungkinkan untuk
tentang penjagaannya pada dua tempat, yakni dijelaskan, dengan harapan terbukalah
dalam hati (shudur) dan tulisan/mushaf mata orang-orang yang lalai lalu
(suthur). Penjagaan ganda yang diberikan memperoleh cahaya dengan ikhtiyar dan
Allah kepada umat nabi Muhamad saw. 6 iman mereka, dan melapangkan dada
Dalam kitab an-Nabau al-Azhim, Darraz orang-orang mukmin hingga bertambahlah
mencoba menafsirkan al-Quran dengan iman mereka’.10
metode tematik. Menurut Muhamad al-
6 Abdullah Darraz, An-Nabau Al-Azhim...., pemikiran rasional. Nashirudin Baidan, Metote Penafsiran
hlm 12. al-Quran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 72.
7 Metode tematik adalah membahas ayat al- 8 Muhamad Al-Ghazaly, Nahwa Tafsir Maudhu’iy

Quran sesuai dengan tema atau judul yang ditetapkan. Li Suwar Al-Quran Al-Karim, (Kairo: Daar Al-Shuruq,
Semua ayat atau judul yang berkaitan dengan topik 1995), hlm. 5.
tersebut dihimpun, kemudian dikaji secara mendalam 9 M. Hambali, ‘Implementasi Teori Koherensi

dan tuntas dari segala aspek, seperti asbabun nuzul, kosa Dalam Surat Al-Baqarah (Studi Penafsiran Muhamad
kata, istinbath hukum, dan lain-lain. Semua it dijelaskan Abdullah Darraz Dalam Kitab Al-Nabau Al-Azhim)”,
secara rinci dan tuntas serta didukung oleh fakta dan data Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2015,
yang ada yang dapat dipertanggungjawabkan secara hlm. 6.
ilmiah, baik berasal dari al-Quran, hadis maupun 10 Abdullah Darraz, An-Nabau Al-Azhim .....,

(Qatar: Daar Al-Tsaqafah, 1985), hlm 10.


Lukmanul Hakim dan Pipin Armita| Munasabah ayat dalam
surat an-naba’
Edisi Desember 2017 Vol. 41 No. 2 |118
ISSN 2407-1706 |Online Version
Jurnal An-nida’ Jurnal Pemikiran Islam ISSN 0853-1161 |Print Version

Melalui an-Nabau al-Azhim, Darraz juga dengan teori tentang adanya munasabah ayat
menyampaikan dan menuangkan fikirannya dalam satu surat.
untuk membela al-Quran dan membantah Secara etimologi, munasabah berasal
orang-orang meragukan kebenarannya. Dalam dari akar kata ‫( نسب‬satu, berdekatan, mirip,
kitab ini, Darraz menyampaikan dengan menyerupai). Dengan demikian, Imam az-
bahasa yang mendalam, disertai analisa, dan Zarkasyi mengartikan kalimat ‘fulan yunasibu
bahasa yang indah. Sehingga bisa menambah
fulanan”, sebagai orang yang mempunyai
pengetahuan dan menyentuh hati pembaca,
hubungan atau kedekatan.12 Sedangkan secara
dan bermanfaat bagi yang ingin memahami
terminologi, Manna al-Qatthan menjelaskan
penjelasan tentang i’jaz al-Quran dan
bahwa munasabah adalah adanya aspek
bantahan terhadap syubhat-syubhat orang
hubungan antara satu kalimat dengan kalimat
yang meragukannya.11
lain dalam satu ayat, atau satu ayat dengan ayat
Dalam konteks teori koherensi ini,
lain dalam himpunan beberapa ayat, ataupun
pemikiran Darraz cukup menjadi perhatian
antara satu surat dengan surat yang lain.13
para ulama, seperti Samir Abdul Rahman
Ilmu ini sepenuhnya bersifat ijtihady, bukan
Rashwani dalam bukunya Manhaj Tafsir al-
tauqify.
Maudhu’iy al-Quran al-Karim, M, Quraish
Sihab dalam bukunya Tafsir al-Misbah, Dengan adanya munasabah setiap ayat
Muhamad al-Ghazali dalam bukunya Nahwa dalam satu surat tersebut, Darraz memandang
Tafsir al-Maudhu’iy dan Abi Ja’far Ahmad bahwa setiap surat al-Quran merupakan
Gharnaty dalam bukunya al-Burhan fi Tartib kumpulan/kesatuan tema-tema yang berbeda.
Suwar al-Quran. Darraz menyebut kesatuan tema ini dengan
istilah ‘al-wahidah wa katsrah’, yaitu adanya
kesatuan tema yang saling berkaitan dalam
Metodologi Penafsiran Abdullah Darraz satu surat sekalipun ia terdiri dari banyak
Dalam Kitab An-Nabau Al-Azhim tema. Darraz mengibaratkan konsistensi
Nazharaatun Jadiidatun Fi Al-Quran: ‘al- makna dalam satu surat tersebut, seperti
Katsrah wa al-Wahidah’ bagian-bagian dalam satu tubuh yang antara
Dalam menafsirkan ayat-ayat al- satu dengan yang lainnya saling berkaitan.
Quran, Darraz memulai dengan kerangka Dengan munasabah tersebut, beliau
berfikir, bahwa Al-Quran merupakan kitab menjelaskan adanya kesatuan pemikiran yang
yang mengandung kekayaan makna yang berantai antara satu bagian surat dengan
menakjubkan dan mempesona, menguntai bagian lainnya dan satu kelompok merangkul
bagian-bagian serta unsur-unsurnya hingga jumlah-jumlah dan kalimat-kalimat yang ada
membentuk seperti satu mata cincin yang di dalamnya. Hal ini berangkat dari banyak
tidak terlihat namun konsisten, indah, teratur sisi kemukjizatan yang dimiliki al-Quran, yaitu
serta saling berkaitan. Salah satu usaha Darraz struktur, sistematika dan keteraturan isi,
dalam membuktikan hal tersebut adalah membuktikan bahwa al-Quran bukanlah
buatan manusia.
11 Lihat Mutalaqqa Ahlu Al-Tafsir: Ta’rif Bi 13Manna al-Qatthan, Mabahis fi Ulumi al-Quran,
Kitab An-Nabau Al-Azhim Li Syaikh Al-Darraz. Akses (tt: Maktabah al-Ma’arif li an-Nasyr wa Tauzi’, 2000),
pada tanggal 7 Mei 2016, jam. 20.37 WIB. hlm. 329.
12 Badr ad-dîn Muhammad az-Zarkasyî, al-

Burhân fi ‘Ulûm al-Quran, ed. Muhammad Abû al-Fadhl


Ibrâhim.’Isâ al-Bâb al-Halabî, cet 1, t.th., juz I, hlm. 35.
Lukmanul Hakim dan Pipin Armita| Munasabah ayat dalam
surat an-naba’
Edisi Desember 2017 Vol. 41 No. 2 |119
ISSN 2407-1706 |Online Version
Jurnal An-nida’ Jurnal Pemikiran Islam ISSN 0853-1161 |Print Version

Dalam meneliti adanya munasabat istilah Darraz disebut ‘al-katsrah’ wa ‘al-


antar ayat dalam satu surat al-Quran, Darraz wahidah’ tersebut.
mengungkapkan bahwa setiap surat dalam al-
Dengan temuan ini, urgensi ilmu
Quran terdiri atas:
munasabat semakin dirasakan, khususnya
a. Pendahuluan (muqaddimah)
ketika mufasir sedang melakukan penafsiran
b. Tujuan Pokok,
secara tematik terhadap surat-surat al-Quran
c. Penutup.
seperti Abdullah Darraz dalam menafsirkan
Dengan adanya tiga komponen ini, surat al-Baqarah. Penafsiran jenis ini
Darraz berusaha memperoleh dan menuntut untuk menemukan keterkaitan
mengungkapkan keutuhan dan kesatuan antar ayat dengan ayat lain sehingga pesan
makna dalam setiap surat. Dalam pembacaan sentral dalam satu surat dapat dihidangkan.14
penulis, Darraz tidak menjelaskan metodenya Dengan demikian holistitas makna surat
secara spesifik dalam menentukan kriteria tersebut akan diketahui. Bisa jadi itu
ayat yang menjadi bagian pendahuluan, merupakan salah satu sebab mengapa Mustafa
tujuan pokok dan penutup, namun sepertinya Muslim dalam bukunya Mabahist fi al-Tafsir al-
hal ini lebih cenderung dengan melihat pada Maudhu’iy memasukkan teori ini kedalam
subtansi ayat tersebut, dengan langkah berikut prasyarat yang harus ditempuh oleh seorang
ini: muffassir dalam proses penafsiran tematik al-
1. Membagi/mengelompokkan ayat sesuai Quran.15
dengan tema yang dibahas.
Ijtihad serta ketelitian Darraz dalam
2. Sebelum menafsirkan ayat berdasarkan
mengungkap koherensi dalam surat al-
kelompoknya, Darraz mengawalinya
Baqarah ditambah dengan bantahan terhadap
dengan penjelasan subtansi ayat secara
orang-orang yang meragukan otentisitas al-
umum.
Quran merupakan sumbangan yang sangat
3. Menafsirkan ayat berdasarkan
berharga dalam khazanah ilmu al-Qur’an.
kelompoknya masing-masing.
Berangkat dari sinilah penelitian mengenai
Dalam menafsirkan satu ayat, Darraz karya Darraz dirasa menarik untuk
adakalanya mengkaji dari sisi bahasa, dan dikembangkan. Dengan pemetaan seperti di
makna yang terkandung di dalamnya, dan atas, barulah kemudian terlihat jelas
terkadang memberikan penjelasan yang lebih keberadaan munasabah/koherensi antara satu
detail mengenai makna dan kandungan satu ayat dengan ayat lainnya. Bahwa satu ayat
kata atau ayat tersebut dan menentukan dengan ayat lainnya memiliki keterkaitan
bagian pendahuluan, tujuan pokok dan tertentu dan merupakan satu kesatuan yang
penutupnya. Setelah penentuan tiga bagian utuh.
ini, baru pada langkah selanjutnya
Dari penjelasan ini, penulis menilai
menjelaskan munasabah antar ayat dalam satu
bahwa hal urgen yang ingin disampaikan
surat al-Quran dan memperlihatkan adanya
Darraz dalam hermeneutika al-Quran kali ini
kesatuan makna dapat diperoleh atau dalam
adalah bahwa untuk menangkap pesan sentral
yang disampaikan al-Quran tidak cukup hanya
14Hambali, M., ‘Implementasi Teori Koherensi Azhim)”, Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel,
Dalam Surat Al-Baqarah (Studi Penafsiran Darraz, 2015, hlm.1.
Muhamad Abdullah Dalam Kitab Al-Nabau Al- 15 Mustafa Muslim, Mabahist Fi Al-Tafsir Al-

Maudhu’iy, (Beirut: Daar Al-Qalam, 1989), hlm. 28-19.


Lukmanul Hakim dan Pipin Armita| Munasabah ayat dalam
surat an-naba’
Edisi Desember 2017 Vol. 41 No. 2 |120
ISSN 2407-1706 |Online Version
Jurnal An-nida’ Jurnal Pemikiran Islam ISSN 0853-1161 |Print Version

dengan melihat satu bagian saja, melainkan yang menjelaskan tentang bagaimana
membutuhkan pembacaan ayat dalam satu keadaaan orang kafir yang mengingkari
surat tersebut secara keseluruhan. Dari hari kebangkitan tersebut. 18
pembacaan ini, akan terlihat jelas adanya
b. Tema-Tema Dalam Surat An-Naba’
munasabat satu bagian dengan bagian yang 1. Ayat 1-5: Pengantar tentang keadaan
lainnya dan terjawablah keraguan orang yang manusia yang bertanya-tanya tentang berita
meragukan susunan dan struktur al-Quran. besar
2. Ayat 6-16: Kekuasaan Allah menciptakan
Alam dan nikmat-nikmat yang diberikan-
Aplikasi Metode Penafsiran Abdullah
Nya adalah bukti bagi kekuasaannya
Darraz dalam Surat an-Naba’
membangkitkan manusia
3. Ayat 17-20: Kedahsyatan hari berbangkit
Jika Darraz mengaplikasikan teorinya 4. Ayat 21-30: Balasan bagi orang yang
dalam menafsirkan surat al-Baqarah sejarah durhaka
utuh.16 Berikut penulis menerapkan teori 5. Ayat 31-37: Balasan bagi orang yang
beliau dalam penafsiran surat an-Naba’, bertakwa
sebagai berikut: 6. Ayat 38-40: Perintah agar manusia memilih
jalan yang benar kepada Tuhannya
a. Tinjauan Umum Surat An-Naba’
c. Penjelasan Masing-Masing Tema
Ayat-ayat dalam surat an-Naba’
disepakati turun sebelum Nabi saw hijrah
Pada surat sebelumnya (al-
ke Madinah. Surat ini diberi nama an-
Mursalat) diuraikan pengingkaran kaum
Naba’ atau an-Nabau al-Azhim, Amma
musyrikin tentang hari kiamat dan karena
Yatasa’aluun atau surat ‘Amma, ada juga itu mereka pantas mendapat kecelakaan
yang menamainya dengan at-Tasaul dan al- yang berlipat ganda. Surat ini diakhiri
Mu’shirat. Menurut beberapa ulama, surat dengan pertanyaan bahwa kalau mereka
ini merupakan surat ke-80 dari segi tidak mempercayai al-Quran, maka tidak
urutan turunnya surat-surat al-Quran. Ia ada lagi selainnya yang dapat mereka
diturunkan sesudah surat al-Ma’arij dan percayai. Namun, mereka tetap
sebelum surat an-Nazi’at. Jumlah ayatnya meragukan dan menolak, bahkan saling
menurut cara penghitungan ulama membicarakannya baik dengan tujuan
madinah, syam, dan bashrah sebanyak 40 senda gurau, mengejek ataupun
ayat. 17 menampakkan kemustahilannya. Karena
Surat an-Naba mencakup bahasan itu awal surat ini dimulai dengan
tentang masalah pengukuhan kekuasaan mengajukan pertanyaan yang tujuannya
Allah swt dalam hal membangkitkan adalah menampakkan keheranan atas
kembali orang-orang yang telah mati. Hal sikap mereka itu, memperingatkan dan
ini berkenaan dengan surat sebelumnya,
16 Abdullah Darraz, An-Nabau Al-Azhim...., 18 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-
hlm 163. Maraghi, Terj. Bahrun Abu Bakr, (Semarang: Toha Putra,
17 M. Quraish Sihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, 1992), Juz 30, hlm. 1
Kesan Dan Keserasian Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati,
2002), Juz. 15, hlm. 3-4.
Lukmanul Hakim dan Pipin Armita| Munasabah ayat dalam
surat an-naba’
Edisi Desember 2017 Vol. 41 No. 2 |121
ISSN 2407-1706 |Online Version
Jurnal An-nida’ Jurnal Pemikiran Islam ISSN 0853-1161 |Print Version

mengancam mereka. Allah berfirman: sebagai hamparan? (7). dan gunung-gunung


tentang apakah mereka, yakni penduduk sebagai pasak? (8). dan Kami jadikan kamu
mekkah saling bertanya? Sungguh sikap berpasang-pasangan (9). dan Kami jadikan
mereka itu sangat aneh dan sungguh tidurmu untuk istirahat (10). dan Kami
pertanyaan itu tidak semestinya muncul jadikan malam sebagai pakaian (11). dan
karena mereka saling bertanya tentang Kami jadikan siang untuk mencari
berita besar (an-Nabaul al-Azhim). 19 penghidupan. Ayat-ayat ini merupakan
Kata an-Naba hanya digunakan bukti yang jelas tentang keniscayaan hari
untuk berita yang penting, berbeda kiamat tersebut. Bumi yang terhampar,
dengan kata khabar yang pada umumnya malam dan siang silih berganti,
digunakan untuk berita-berita sepele. pertemuan lelaki dan perempuan yang
Bahkan, sementara ulama menyatakan melahirkan generasi demi generasi, serta
bahwa berita baru dinamai dengan kata sistem alam raya yang demikian serasi
naba’ apabila mengandung manfaat besar tidak mungkin tercipta tanpa Pencipta
dalam pemberitaannya. Penyifatan kata yang Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui,
naba’ dengan al-azhim menunjukkan dan di sisi lain ia tidak mungkin tercipta
bahwa berita tersebut bukanlah hal biasa, tanpa tujuan yang benar. Pasti di balik
tetapi luar biasa, bukan saja pada kenyamanan dan manfaat yang diraih itu,
peristiwanya tetapi juga pada kejelasan ada tuntutan pertanggung jawaban.
dan bukti-bukti tentang keniscayaan Setelah menguraikan kuasa Allah di
bahwa kiamat sungguh jelas. 20 bumi serta anugerah-Nya kepada manusia
1) Maqasid: dengan penciptaan itu, Allah menjelaskan
Dalam penelitian penulis, surat an- tentang manfaat yang diperoleh manusia
Naba terdiri dari empat maqasid (tujuan dari penciptaan-Nya. (12). dan Kami bina
pokok) sebagai berikut: di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh.
Kata sab’an (tujuh) mengandung arti yang
a) Maqasid I: ayat 6-16 beragam, bukan dalam arti angka yang di
bawah delapan dan di atas enam. Bisa
Bagi yang mengingkari hari kebangkitan, juga angka ini menunjukkan tujuh planet
menolak keniscayaannya dengan dalih yang pada masa lampau yang diduga
bahwa Allah tidak kuasa membangkitkan hanya ketujuhnya yang mengitari
manusia yang telah menjadi tulang- matahari. Kemudian Allah berfirman
belulang. Bagian-bagian jasad manusia (13). dan Kami jadikan pelita yang amat
yang telah bercampur menjadi tanah atau terang (matahari) yang mampu
hal-hal lain yang tidak lagi diketahui oleh- menghasilkan energi berupa ultraviolet
Nya. Masalah tersebut menjadi bahan 9%, cahaya 46 %, dan infra merah 45%.
diskusi dan perdebatan mereka. Maka, Kata wahhaja berarti cahaya yang
untuk menampik dalih-dalih tersebut, berkerlap-kelip (14). dan Kami turunkan
Ayat diatas menunjukkan sekelumit dari
dari awan air yang banyak tercurah, kata
kuasa Allah, dengan menyatakan: (6). tsajjaja berarti tercurah dengan keras.
Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu (15). supaya Kami tumbuhkan dengan air itu
19 M. Quraish Sihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, 20 M. Quraish Sihab, Tafsir Al-Misbah Pesan,

Kesan Dan Keserasian Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, ......., hlm. 7


2002), Juz. 15, hlm. 6
Lukmanul Hakim dan Pipin Armita| Munasabah ayat dalam
surat an-naba’
Edisi Desember 2017 Vol. 41 No. 2 |122
ISSN 2407-1706 |Online Version
Jurnal An-nida’ Jurnal Pemikiran Islam ISSN 0853-1161 |Print Version

biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan (16). dan “sesungguhnya Neraka Jahannam itu


kebun-kebun yang lebat. Al-fafan adalah (padanya) ada tempat pengintai para
bentuk jama’ dari kata lafif yang berasal penjaga neraka, ia adalah jalan uyang
dari kata luffun, mengelilingi dan harus dilalui manusia. Bagi para
membungkus. Maksudnya adalah dahan, pendurhaka, pelampau batas yang sangat
dan daun pepohonan kebun yang berkait- jauh kedurhakaan adalah
kait, mengelililngi satudengan yang pelampauannya, ia adalah tempat kembali.
lainnya karna lebatnya. 21 Mereka tinggal di dalamnya berabad-abad
b) Maqasid 2: ayat 17-20 lamanya tanpa batas waktu. Mereka
Pada bagian ini Allah menguraikan senantiasa tidak merasakan walau sekali
sekelumit peristiwa hari kebangkitan. atau sesaat didalamnya kesejukan
Allah berfirman: sesungguhnya hari lingkungan serta udara yang nyamandan
menyegarkan atau tidak merasakan tidur,
kebangkitan yang dipertanyakan dan
dan tidak pula mendapat minuman yang
diperselisihkan itu juga merupakan hari
pemisahan antara yang percaya dan tidak, melepas dahaga apalagi lezat. Tetapi
yang taat dan yang durhaka, yang mereka mendapat air mendidih yang
mendapat nikmat dan yang mendapat membakar kerongkongan serta perut, dan
siksa, serta hari jatuhnya putusan nanah yang mengalir dari luka penghuni
menyangkut perkara yang diselisihkan neraka. Siksaan itu sebagai pembalasan
tersebut. Yaitu hari (yang pada waktu itu) yang setimpal dengan amal perbuatan
ditiup sangkakala lalu kamu datang mereka. 23
berkelompok-kelompok menuju padang Siksaan yang digambarkan
mahsyar, kamu suka atau tidak, dan dan sebelumnya bukan tanpa bukti bahwa;
dibukalah langit, yakni pecah dan terbelah segala sesuatu telah kami jadikan bukti.
menjadi sekian banyak pecahan dari Allah berfirman, dan segala sesuatutelah
segala arah maka terdapatlah beberapa kami jadikan baginya timbangan serta
pintu, dan dijalankanlah gunung-gunung ukuran dan segala sesuatu yang berkaitan
setelah dicabut dan diporak-porandakan dengan amal-amal yang Kami mintai
hingga ia menjadi debu yang pertanggung jwaban itu telah Kami catat,
beterbangangan seperti fatamorganalah dengan catatan yang teliti dan rinci, dalam
yang kamu kira air padahal bukan. 22 suatu kitab yaitu kitab amalan kamu yang
c) Maqasid 3: Ayat 21-30 (Balasan Orang selama hidup telah dicatat malaikat atau
yang Durhaka) kamu catat di lauh mahfuz. Karena itu
tidak mungkin keliru, berlebih atau
Setelah menjelaskan kehadiran berkurang. Maka, rasakanlah wahai
kelompok-kelompok setelah peniupan penghuni neraka siksa itu. Maka jangan
sangkakala yang kedua, ayat-ayat ini harap siksa itu berkurang dengan
melukiskan keadaan neraka dan berlalunya waktu.Kami sekali-kali tidak
perolehan orang-orang yang akan menambah kepadamu selain siksa yang
membangkang. Allah berfirman, lebih pedih. 24

21 M. Quraish Sihab, Tafsir al-Misbah....., hlm. 11- 23 M. Quraish Sihab, Tafsir al-Misbah....., hlm. 19.
13 24 M. Quraish Sihab, Tafsir al-Misbah....., hlm. 23.
22 M. Quraish Sihab, Tafsir al-Misbah....., hlm. 19.
Lukmanul Hakim dan Pipin Armita| Munasabah ayat dalam
surat an-naba’
Edisi Desember 2017 Vol. 41 No. 2 |123
ISSN 2407-1706 |Online Version
Jurnal An-nida’ Jurnal Pemikiran Islam ISSN 0853-1161 |Print Version

d) Maqasid 4: 31-37 (Balasan Bagi Orang semuanya berdiri bersaf-saf, maka makhluk
Yang Bertakwa) istimewa itu tidak berkata apa pa kecuali
siapa yang telah diberi izin khusus
Setelah menguraikan siksa bagi para
kepadanya untuk bicara oleh Rahman dan
pendurhaka, ayat ini menguraikan
ganjaran bagi orang-orang yang taat. Al- mengucapkan perkataan yang benar. Kalau
Quran sering menempuh cara ini untuk makhluk yang demikian taat saja
menguaraikan dua hal yang berbeda agar bungkam apalagi yang durhaka pasti
manusia memilih ketaatan kepada Allah mereka akan dibungkam. Hari itu pasti
karena itu jalan yang terbaik. Sesungguhnya akan terjadi. Maka barang siapa
orang-orang yang bertakwa secara mantap menghendaki menelusuri jalan
yakni senantiasa melaksanakan perintah keselamatan sebelum jahannam menjadi
Allah dan menjauhi larangannya tempat tinggalnya maka hendaklah ia
mendapat kemenangan yang besar atau sekarang bersungguh-sungguh menempuh
masa dan tempat kebahagiaan di syurga, kepada Tuhannya semata-mata jalan
yaitu dilengkapi dengan yaitu) kebun-kebun kembali dengan beriman, bertaubat dan
dan buah anggur (33). dan gadis-gadis remaja beramal shaleh. 26
yang sebaya dengan masing-masing orang Demikianlah melalui ayat-ayat di
bertakwa itu (34). dan gelas-gelas yang penuh atas sesungguhnya Kami telah
(berisi minuman) yang lezat (35). Di memperingatkanmu semua wahai manusia
dalamnya yakni syurga mereka tidak khususnya orang kafir, tentang siksa yang
mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak dekat. Itu akan terjadi pada hari setiap
(pula) perkataan dusta (36). Sebagai orang melihat apa yang telah diperbuat
pembalasan dari Tuhanmu Pemelihara dan dengan tangannya, yakni amal kebaikan
Pembimbingmu wahai muhammad yakni dan keburukan selama di dunia atau
berupa pemberian yang cukup banyak. 25 melihat balasan dan ganjarannya. Orang
mukmin akan berkata ‘alangkah baiknya
2) Khatimah (Penutup): Ayat 38-40 jika aku dibangkitkan sebelum ini’, dan
Ayat ini mensifati Allah dengan firman- orang kafir pun berkata ‘alangkah baiknya
Nya: Tuhan pemelihata langit yang tujuh jika dahulu adalah tanah’, yakni sehingga
dan bumi yang terhampar serta apa saja tidak dibangkitkan dari kubur atau sama
yang ada di antara keduanya: Ialah Rahman sekali tidak pernah hidup di dunia. 27
Pelimpah rahmat bagi seluruh penghuni
langit dan bumi. Mereka yang berada di Untuk melihat munasabah antar
alam raya ini tidak diberi wewenang ayat surat an-Naba ini, berikut penulis
pembicaraan walaupun hal yang penting. ringkas dalam tabel berikut:
Ketiadaan wewenang itu akan sangat jelas
pada hari saat ruh dan para malaikat

25 M. Quraish Sihab, Tafsir al-Misbah....., hlm. 25. 27 M. Quraish Sihab, Tafsir al-Misbah....., hlm. 31.
26 M. Quraish Sihab, Tafsir al-Misbah....., hlm. 27.
Lukmanul Hakim dan Pipin Armita| Munasabah ayat dalam
surat an-naba’
Edisi Desember 2017 Vol. 41 No. 2 |124
ISSN 2407-1706 |Online Version
Jurnal An-nida’ Jurnal Pemikiran Islam ISSN 0853-1161 |Print Version

Dengan melihat tema-tema yang ada menjelaskan demikian panjang lebar


dalam surat an-naba di atas, penulis kronologis hari berbangkit ini, Allah
menemukan bahwa secara umum bahwa tutup dengan perintah agar manusia
tema sentral surat ini adalah tentang memilih jalan yang benar, agar kelak
kronologis hari berbangkit. Dengan selamat pada hari berbangkit. Kronologis
memperhatikan setiap bagian dalam surat hari berbangkit ini tersusun demikian
an-Naba’ ini (pendahuluan, tujuan pokok rupa, berurutan, saling berkaitan dan
dan penutup) antara satu ayat dengan sistematis, sekalipun ia memiliki banyak
yang lainnya, dan satu tema dengan tema tema namun tetap terbungkus dalam satu
selanjutnya yang saling berkaitan dan tema sentral (al-katsrah wa al-wahidah). Hal
tersusun indah. Allah mulai dengan ini tentunya merupakan bukti adanya
menceritakan kondisi manusia yang munasabah ayat dalam satu surat al-
bertanya-tanya tentang hari itu. Lalu Quran, termasuk dalam surat an-Naba’
untuk menjawabnya, Allah yang penulis jadikan sebagai objek
menggambarkan dengan menyebutkan penelitian ini.
kekuasaan-Nya dalam menciptakan alam
dan nikmat-nikmatnya yang nyata bagi Pembahasan
manusia. Dengan melihat kekuasaan itu,
hendaknya manusia berfikir tentunya Dengan melihat dan menganalisa perjalanan
Allah juga Maha berkuasa hidup Darraz, karyanya an-Nabau al-Azhim ini
membangkitkan manusia. Lalu lebih merupakan karya pertamanya yang mengkaji
lanjut lagi Allah terangkan bagaimana al-Quran secara spesifik, sebelum al-Ta’rîf bi al-
kondisi dahsyatnya hari tersebut, hingga Qurân dan Dustûr al-Akhlâq fi al-Qurân. Karya
adanya pembalasan bagi orang yang ini muncul sebagai jawaban atas serangan
durhaka dan bertakwa. Kemudian, setelah terhadap al-Quran yang muncul bertubi-tubi.

Lukmanul Hakim dan Pipin Armita| Munasabah ayat dalam


surat an-naba’
Edisi Desember 2017 Vol. 41 No. 2 |125
ISSN 2407-1706 |Online Version
Jurnal An-nida’ Jurnal Pemikiran Islam ISSN 0853-1161 |Print Version

Para musuh Islam terus mencoba ‘mengacau’ metode dapat dikatakan hermeneutik apabila
dan mencari-cari kekurangan al-Quran. Salah telah melibatkan tiga hadharah; (a) hadharah
satu serangan teologis ini adalah anggapan nash, (b) hadharah falsafah, dan (b) hadharah
terhadap susunan al-Quran yang acak dan ilm. Dalam konteks ini, penulis menilai bahwa
tidak terstruktur. Maka, dengan latar belakang Abdullah Darraz baru berada pada ranah
kondisi ini Darraz berusaha membuktikan hadharah an-nas, belum menjangkau ranah
keteraturan struktur al-Quran dengan hadharatu falsafah wal ilmi. Berikut penulis
teorinya ‘al-wahidah wa al-katsrah’ dan gambarkan:
munasabah antar ayat dalam satu surat al-
Quran. Yaitu, dengan menentukan bagian
pendahuluan, tujuan pokok, dan penutup
yang saling berkaitan satu sama lain. Dengan
demikian, al-Quran ibarat satu tubuh yang
terdiri dari beberapa komponen, ada tangan,
kaki, mulut, telinga, dan lain-lain yang
semuanya saling berkaitan. Hal ini semakin
penulis rasakan saat menerapkan teori
tersebut pada surat lain, khususnya surat an-
Naba’ di atas. Dalam surat an-Naba, penulis
menemukan bahwa tema sentral surat ini Berkenaan dengan teori ini, sejauh
adalah bercerita tentang kronologis pada hari penelusuran penulis, Darraz bukanlah orang
berbangkit. Untuk lebih jelasnya Berikut pertama yang mengungkapkan adanya
penulis gambarkan bagaimana kerangka munasabat ayat dalam satu surat. Sebelumnya,
hermenetika Abdullah Darraz dalam Imam as-Syatibi pernah menyinggung hal ini
menafsirkan al-Quran dengan teori ‘al-wahidah dalam kitabnya ‘al-Muwafaqat’:
wa al-katsrah’ :
“Sesungguhnya satu surat dalam al-
Quran meskipun mengandung berbagai
macam pokok bahasan tetapi ia tetap
satu, terjalin kuat antara bagian awal
dengan akhirnya dan mempunyai satu
tujuan seperti hubungan antara
beberapa kalimat dalam membentuk
satu makna”.

Selain Imam asy-Syatibi, ada juga Abu


Bakr an-Naisabury, Fakhrud Din ar-Razi, Ibnu
Dengan memperhatikan gambar di Araby, dan Burhan al-Biqa’i juga pernah
atas, terlihat bahwa Darraz, dengan kerangka menyinggung hal yang sama. Dari kenyataan
hermeneutiknya belum mendatangkan ini, Darraz bukanlah penggagas munasabat
sesuatu yang baru dalam dunia ulumul Quran ayat dalam satu surat tersebut, melainkan
selain pengembangan teori munasabah yang lebih dekat dengan pengembangan dan
digagas oleh ulama sebelumnya. Bertolak dari pembuktian tentang keberadaan munasabat
penjelasan Prof. Amin Abdullah, sebuah tersebut dengan kajian yang lebih mendalam

Lukmanul Hakim dan Pipin Armita| Munasabah ayat dalam


surat an-naba’
Edisi Desember 2017 Vol. 41 No. 2 |126
ISSN 2407-1706 |Online Version
Jurnal An-nida’ Jurnal Pemikiran Islam ISSN 0853-1161 |Print Version

serta mengaplikasikan teori tersebut dalam


satu surat penuh secara khusus.
Penutup
Setelah Darraz, ulama-ulama lain juga
terus mengembangkan teori munasabah
dalam satu surat, meskipun dengan istilah dan Ilmu Munasabah adalah ilmu yang
nama yang berbeda. Di kalangan ulama mempelajari tentang hakikat keserasian
kontemporer misalnya, Muhamad al-Ghazali (korelasi) antara satu bagian dengan
dalam bukunya ‘Nahwa Tafsir Maudhu’i Li bagian yang lain. Dalam konteks ini
Suwar Al-Karim’ dengan istilah grand tema dan Abdullah Darraz seorang tokoh
memiliki tujuan pokok tertentu. Di samping kontemporer yang mengungkap adanya
itu, ada juga istilah kesatuan surat al-Quran metode koherensi/munasabat ayat dalam
(the unity of surah) yang ditemukan dalam kosa satu surat al-Quran yang terangkum
kata Thanavi, Sayyid Qutub, Darwaza, dalam satu kesatuan tema yang beliau
Tabataba’i, dan Farahi-Islahi dengan istilah sebut al-wahidah wa al-katsrah. Teori ini
yang berbeda pula.28 mengungkapkan bahwa setiap surat dalam
Dari sini, dapat dipahami bahwa al-Quran merupakan satu kesatuan yang
kajian mengenai munasabat ayat yang saling berhubungan sekalipun memiliki
dilakukan Abdullah Darraz patut diapresiasi, tema yang beragam. Setiap surat dalam al-
atas usahanya dalam mengkaji al-Quran secara Quran memiliki tiga bagian;
mendalam sehingga mengilhami para kaum pendahuluan, tujuan pokok, dan
muslimin dan ulama-ulama setelahnya untuk penutup.
mengkaji lebih mendalam lagi. Adapun langkah-langkah yang
Selanjutnya, penulis mencoba ditempuh oleh Darraz saat menafsirkan al-
memposisikannya dalam aliran hermeneutik Quran adalah dengan mengelompokkan ayat
dewasa ini. Meminjam istilah Sahiron, paling sesuai dengan tema yang dibahas. Sebelum
tidak, ada tiga kelompok besar jika dikaitkan menafsirkan ayat berdasarkan kelompoknya,
dengan metode hermeneutik;29 (1) Aliran Darraz mengawalinya dengan penjelasan
obyektivis,30 (2) Aliran subyektivis,31 (3) Aliran subtansi ayat secara umum. Kemudian setelah
yang berada di tengah-tengah antara itu Darraz menafsirkan ayat berdasarkan
kelompok pertama dan kedua.32 Maka, Darraz kelompoknya masing-masing dan
termasuk kepada aliran ketiga, yaitu menentukan bagian muqaddimah, maqasid
memberikan keseimbangan antara pencarian dan penutup hingga terlihat munasabah ayat
makna asal teks dan peran pembaca dalam dalam surat tersebut.
penafsiran. Dari penelitian yang penulis lakukan
terhadap surat an-Naba’, ditemukan bahwa
surat ini terdiri atas Muqaddimah (terdapat

28 Mustansir Mir, ‘The Sura As A Unity The Penafirsan jenis ini akan berusaha maksimal untuk
Twentieth Century Develovement In Quran Exegesis ‘ Dalam merekontruksi apa yang dimaksud oleh pencipta teks.
Approaches To The Quran, (London And New York: 31 Yaitu aliran yang lebih menekankan pada

Routledge, 1993), hlm. 211-216. penafsirannya pada peran pembaca atau penafsir dalam
29 Kurdi, dkk, Hermeneutika ....., 152. memahami teks.
30 Yaitu aliran yang lebih menekankan 32 Aliran ini memberikan keseimbangan
penafsirannya pada pencarian makna asal dari obyek antara pencarian makna asal teks dan peran
yang ditafsirkan, seperti teks tertulis, teks yang pembaca dalam penafsiran.
diucapkan prilaku, symbol kehidupan dan sebagainya.
Lukmanul Hakim dan Pipin Armita| Munasabah ayat dalam
surat an-naba’
Edisi Desember 2017 Vol. 41 No. 2 |127
ISSN 2407-1706 |Online Version
Jurnal An-nida’ Jurnal Pemikiran Islam ISSN 0853-1161 |Print Version

pada ayat 1-5), tiga maqasid atau tujuan pokok Maraghi, Ahmad Mustafa Al-, Tafsir Al-
(terdapat pada ayat 6-37), dan penutup atau Maraghi, Terj. Bahrun Abu Bakr,
khatimah (terdapat pada ayat 38-40). Dari Semarang: Toha Putra, 1992.
bagian-bagian ini diketahui bahwa tema
sentral surat an-Naba’ adalah tentang Mustansir Mir, ‘The Sura As A Unity The
kronologis hari berbangkit (hari kiamat). Twentieth Century Develovement In
Berkenaan dengan teori munasabat Quran Exegesis ‘ Dalam Approaches To
ayat, penulis menemukan bahwa Darraz The Quran, (London And New York:
bukanlah orang pertama yang mengemukan Routledge, 1993).
teori ini. Teori munasabat telah dikenal dalam
kosa kata Ulumul Quran sejak ulama klasik, Qatthan, Manna al-,, Mabahis fi Ulumi al-
namun kemudian Darraz Quran, tt: Maktabah al-Ma’arif li
mengembangkannya pada munasabat ayat
an-Nasyr wa Tauzi’, 2000.
dalam satu surat. Hal ini kemudian juga
dilakukan oleh banyak ulama kontemporer
lainnya sekalipun dengan istilah yang berbeda, Samsudin, Sahiron, Hermeneutika Dan
seperti grand tema, ‘amud, dan lain-lain. Pengembangan Ulumul Quran,
Dengan demikian, penulis menilai bahwa Yogyakarta: Pesantren Naweasea Press,
teori Darraz pada hakikatnya belum 2009.
menyentuh ranah hermeneutik secara utuh,
melainkan hanya berada pada tataran nash Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah:Pesan,
dan belum melibatkan konteks falsafah dan Kesan Dan Keserasian Al-Quran Jakarta:
ilmu yang menjadi komponen penting dalam Lentera Hati, 2000.
pengembangan hermenetika al-Quran.
________________, Mukjizat Al-Quran:
Ditinjau Dari Aspek Kebahasaan, Isyarat
Daftar Pustaka Ilmiah Dan Pemberitaan Ghaib,
Bandung; Mizan, 2013.
Baidan, Nashirudin, Metote Penafsiran al-
Quran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Suyuthi, as-, Al-Itqan fi Ulumi al-Quran, tt: al-
2011. Haiah al-Mishriyah al-Ammah lil
Kitab, 1974.
Darraz, Abdullah, An-Nabau Al-Azhim
Nazharaatun Jadiidatun Fi Al-Quran, Zarkasyi, Badr ad-Dîn Muhammad az-,, al-
Qatar: Daar Al-Tsaqafah, 1985. Burhân fi ‘Ulûm al-Quran, ed.
Muhammad Abû al-Fadhl Ibrâhim,
Ghazaly, Muhamad al-,, Nahwa Tafsir Lebanon: Daar Ihya Kutub al-Arabiyah
Maudhu’iy Li Suwar Al-Quran Al-Karim, Isa al-Babi al-Halaby wa Syurakaihih,
Kairo: Daar Al-Shuruq, 1995. 1957.

Kurdi, dkk, Hermeneutika Al-Quran Dan Hadis, Hambali, M., “Implementasi Teori Koherensi
Yogyakarta: El-Saq Press, 2010. Dalam Surat Al-Baqarah (Studi
Penafsiran Darraz, Muhamad
Abdullah Dalam Kitab Al-Nabau Al-

Lukmanul Hakim dan Pipin Armita| Munasabah ayat dalam


surat an-naba’
Edisi Desember 2017 Vol. 41 No. 2 |128
ISSN 2407-1706 |Online Version
Jurnal An-nida’ Jurnal Pemikiran Islam ISSN 0853-1161 |Print Version

Azhim)”, Skripsi Universitas Islam


Negeri Sunan Ampel, 2015.

Mutalaqqa Ahlu Al-Tafsir, Ta’rif Bi Kitab


An-Nabau Al-Azhim Li Syaikh Al-
Darraz. Akses pada tanggal 7 Mei
2016, Jam. 20.37 WIB.

Lukmanul Hakim dan Pipin Armita| Munasabah ayat dalam


surat an-naba’
Edisi Desember 2017 Vol. 41 No. 2 |129

Вам также может понравиться