Вы находитесь на странице: 1из 10

PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

SEBAGAI MEDIA INTERAKSI GURU-SISWA

Sigit Wiranto
Guru SMP Negeri 1 Pacitan; Sigitwiranto77@gmail.com

Abstract: The purpose of this study is to describe the application of information and com-
munication technology as an interactive media for teacher and student in SMPN 1 Arjo-
sari Pacitan. This is a qualitative research. This study used an ethnographic approach.
This research took place in SMP 1 Arjosari Pacitan. Interviewees in this study were the
Headmaster, Head of ICT Laboratory, Administrative staff, teachers and students. Col-
lecting data used observations, interviews and documentation. The validity of the data
was examined by using data triangulation.Data analysis used Milles and Huberman ver-
sion employ data reduction, data drawing and conclusions and verification. The results
in SMPN1 Arjosari showed that: (1) The development of the application of ICT still at
the stage of Application. It is characterized by the educators and teachers who have been
using Information Technology for tasks related to the management of school learning
activities, however their use is not optimal. This school has not been able to maximize
the implementation of ICT in learning. (2) The use of ICT in the assessment of learning
outcomes is limited to the preparation administration course, not the process. Though
the use of IT in learning outcomes assessment will provide a transformative experience
for students. (3) There are three conditions which may encourage the application of ICT
in learning and assessment at this school, Facilities and infrastructure are equiped with
ICT, teachers are qualified as most are already certified educators, schools can choose
to suit his students and undergone the implementation the implementation of Curriculum
2013 while threats factors are: the average age of teachers is more than 40 years so that
spirit for self development is less encourging began to decline, the low economic back-
ground of students, speed internet access which is not adequate, and the lack of special-
ized personnel who handle ICT.

Keywords: ICT, education, assessment

Pendahuluan Teknologi informasi ditandai dengan


lahirnya komputer dan perkembangannya
Teknologi Informasi merupakan yang sangat cepat. Sejarah usia komputer
suatu teknologi yang digunakan untuk me­ modern adalah sangat singkat. Dimulai
ngolah data, termasuk memproses, mendapat­ dengan diciptakanya komputer generasi
kan, menyusun, menyimpan, memanipulasi pertama sampai dengan komputer generasi
data dalam berbagai cara untuk menghasil­ kelima sekarang ini. Perkembangan kiner­
kan informasi yang berkualitas, yaitu infor­ ja komputer diukur dengan Kecepatan ker­
masi yang relevan, akurat dan tepat waktu. janya. Walau demikian, ternyata kinerja
Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer berbanding terbalik dengan uku­
komputer untuk mengolah data, sistem ja­ rannya. Awalnya satu unit komputer harus
ringan untuk menghubungkan satu komputer berukuran satu rumah, sekarang menjadi se­
dengan komputer yang lainnya sesuai dengan makin kecil. Perkembangan itu juga diiringi
kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi di­ dengan perkembangan internet atau Inter-
gunakan agar data dapat disebar dan diakses conected Networks sebagai media penyam­
secara global. pai informasi yang sangat efektif.
157
158 Varia Pendidikan, Vol. 26. No. 2, Desember 2014

TIK telah menjadi simbol gelombang menyelenggarakan pelayanan pendidikan


perubahan. Bagaimana kita menghadapi kepada masyarakat. Sekolah ini berusaha
perubahan ini? Kalau diibaratkan TIK itu memenuhi kebutuhan teknologi dengan me­
adalah arus badai, maka sekurang­kurangnya nyiapkan sebuah Lab Komputer bagi siswa,
ada tiga sikap dalam menghadapi perubahan komputer untuk staf tata usaha serta urusan
teknologi informasi. Pilihan pertama mem­ kurikulum. Lebih jauh, membangun jaringan
bangun dinding yang kokoh agar tidak ter­ komputer dalam bentuk Local Area Network
kena badai tersebut, pilihan kedua berdiam yang terkoneksi secara nirkabel. Jaringan ini
diri dan membiarkan diri kita terbawa arus, telah melayani seluruh warga sekolah khu­
pilihan ketiga memanfaatkan arus tersebut susnya siswa dalam penyediaan sumber dan
sebagai sumber energi. Dari ketiga pilihan media belajar serta informasi sekolah.
tersebut, tentu semuanya sepakat untuk me­ Untuk mengikuti perkembangan dunia,
ngambil pilihan ketiga. Kurikulum 2013 telah mulai dilaksanakan
Perkembangan Teknologi Informasi me­ walau masih bertahap. Belum semua sekolah
macu untuk memasuki era baru dalam kehidu­ menyelenggarakan kurikulum baru ini dika­
pan, kehidupan seperti ini dikenal dengan e­life renakan adanya kekurangsiapan implemen­
(electronic life), artinya kehidupan ini sudah tasi kurikulum ini di lapangan. Ada beberapa
dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara hal baru dalam kurikulum ini, yang paling
elektronik. Dan sekarang ini sedang semarak mencolok adalah dihilangkannya TIK dari
dengan berbagai huruf yang dimulai dengan muatan kurikulum. TIK merupakan sarana
awalan e, seperti e­commerce, e­government, pembelajaran, dipergunakan sebagai media
e­library, e­journal, e­medicine, e­laboratory, pembelajaran mata pelajaran lain. Dengan
e­biodiversitiy, serta yang lainnya lagi yang kata lain, kurikulum 2013 menuntut semua
berbasis elektronika. Perubahan ini melanda orang yang berhubungan dengan pendidikan
semua bagian kehidupan, termasuk di dalam harus ‘akrab’ dengan TIK, termasuk guru dan
pendidikan. Sebut saja misalnya ruang belajar, siswa. TIK harus mampu menjadikan alat ko­
yang biasa kita sebut ruang kelas. munikasi guru dan siswa dalam pembelajaran
Pada masa kini, pengertian kelas telah sehingga tercapai tujuan pendidikan.
jauh berubah dengan pengertian masa lalu. Harus disadari bahwa implementasi
Dahulu mungkin yang disebut ruang belajar Kurikulum 2013 tidak bisa serentak karena
adalah ruang berbentuk kotak berisi sejumlah banyak kendala. Sehingga dipilihlah bebe­
meja kursi murid, meja kursi guru, dan sebuah rapa sekolah di tiap kabupaten sebagai pilot
papan tulis di dinding. Tapi sekarang yang dise­ project. Begitu pula di Pacitan, dipilihlah 6
but ruang belajar tidak lagi dibatasi dengan em­ SMP dan salah satunya SMPN 1 Arjosari se­
pat dinding dan satu orang guru. Guru bukan bagai sekolah awal pemakai Kurikulum baru
lagi satu­satunya sumber belajar. Media belajar ini. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti
bukan lagi sekedar papan tulis dan boardmark­ bermaksud melakukan penelitian yang bertu­
er. Buku tidak hanya kumpulan kertas yang ter­ juan untuk mengetahui penerapan TIK seba­
cetak. Sehingga muncullah istilah e­education gai media interaksi guru­siswa di SMPN 1
atau e­learning. Dalam pendidikan, semua Arjosari dalam rangka memenuhi tuntutan
hal yang yang dilakukan secara manual segera Kurikulum 2013.
beralih menggunakan komputer.
SMP Negeri 1 Arjosari sebagaimana Metode Penelitian
sekolah­sekolah lain, mulai menerapkan
Teknologi Informasi dan komunikasi dalam Jenis penelitian ini adalah penelitian
Sigit Wiranto, Penerapan Teknologi Informasi dan... 159

kualitatif. Dalam penelitian ini fakta, re­ kepala SMPN 1 Arjosari, Kepala Lab TIK,
alita, masalah, gejala serta peristiwa hanya Kepala Tata Usaha, guru dan siswa . Untuk
dapat dipahami bila peneliti menelusuri se­ sumber data penggunaan Lab TIK dan web­
cara mendalam dan tidak hanya terbatas pada site sekolah bisa didapatkan dari Kepala Lab
pandangan di permukaan saja. Kedalaman ini TIK dan siswa. Peneliti berusaha menangkap
mencirikan metode kualitatif, sekaligus se­ makna secara tepat, cermat, rinci dan kom­
bagai faktor keunggulannya, seperti fenom­ prehensif dengan cara menggali informasi
ena gunung es di mana yang nampak diper­ secara terus menerus sesuai dengan fokus
mukaan hanya kecil, tetapi yang berada di yang dikaji, dan baru berhenti setelah infor­
bawahnya justru yang besar dan kuat. masi yang diperoleh peneliti sama atau su­
Desain penelitian ini adalah etnografi. dah mengalami kejenuhan. Untuk itu dalam
Desain etnografi adalah prosedur penelitian penelitian ini pengumpulan data dilakukan
kualitatif untuk mendeskripsikan, mengana­ melalui teknik pengamatan, wawancara men­
lisis dan menginteprestasikan pola culture- dalam, dan dokumentasi. Sebelum data dia­
sharing dari suatu kelompok tentang tingkah nalisis, data perlu diuji keabsahannya supaya
laku, kepercayaan dan bahasa yang berkem­ penelitian valid. Dalam menguji keabsahan
bang setiap saat (Creswell, 2012:462). data, peneliti menggunakan teknik triangu­
Penelitian ini dilaksanakan di SMP lasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang
Negeri 1 Arjosari Pacitan, Jalan Raya Nawa­ memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data
ngan KM 3, Desa Arjosari, Kec Arjosari, Kab. untuk keperluan pengecekan atau sebagai
Pacitan. Penulis tertarik untuk meneliti kare­ pembanding terhadap data tersebut.
na walaupun sekolah ini terletak di pedesaan, Analisis data dalam penelitian kualita­
tetapi berusaha menerapkan TIK sebagai me­ tif dilakukan sejak sebelum memasuki lapa­
dia interaksi guru­siswa dalam pembelajaran, ngan, dan setelah selesai dari lapangan. Menu­
selain itu dikarenakan sekolah ini adalah satu rut Miles dan Huberman, analisis data tertata
dari enam sekolah yang ditunjuk Dinas Pen­ dalam situs ditegaskan bahwa kolom pada se­
didikan Pacitan sebagai Pilot Project penye­ buah matriks tata waktu disusun dengan jang­
lenggara awal Kurikulum 2013 yang mengin­ ka waktu, dalam susunan tahapan, sehingga
tegrasikan TIK dalam pembelajaran. dapat dilihat kapan gejala tertentu terjadi.
Data primer penelitian ini adalah data
yang diperoleh melalui wawancara pene­ Hasil Penelitian dan Pembahasan
liti dengan nara sumber. Sedangkan data
sekundernya adalah SK Pembagian tugas, do­ Sekolah ini terletak di ibukota keca­
kumen penggunaan Lab Komputer, dokumen matan namun jauh dari keramaian kota, se­
pemanfaatan web sekolah dan dokumen hasil hingga pembelajaran dapat berlangsung de­
supervisi kepala sekolah tentang pemanfatan ngan baik. Lingkungan pendidikan yang
TIK. Sumber data primer penelitian ini di­ baik akan menciptakan kenyamanan dalam
peroleh dari kata­kata dan tindakan yang di­ pembelajaran. Keadaan ini didukung oleh ha­
lakukan oleh kepala sekolah, guru, staf TU sil penelitian Fraser (1983) dalam dalam Lim,
dan siswa. Sedangkan data sekundernya ber­ Pek dan Chai yang mengatakan penciptaan
asal dari studi dokumen tentang catatan data lingkungan yang positif yang kondusif bagi
penggunaan Lab TIK, resume hasil supervisi keterlibatan siswa, kepuasan dan pembelaja­
kelas yang berhubungan dengan pemanfaatan ran. Hasil penelitian ini dapat dimaknai bah­
TIK, website sekolah) dan foto. wa Suasana tempat pembelajaran berlang­
Narasumber untuk data primer adalah sung sangat mempengaruhi keberhasilannya.
160 Varia Pendidikan, Vol. 26. No. 2, Desember 2014

Sekolah ini sudah melengkapi diri de­ lah ini mayoritas gurunya adalah Pegawai
ngan sarana TIK. Sarana dan prasarana seko­ Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil adalah
lah yang sudah dimiliki yaitu:1) Terdapat ru­ pencapaian optimal karir guru, sehingga me­
ang kelas yang tercukupi. 2) Terdapat sarana reka merasa sudah mapan baik dari segi sosial
olah raga yang luas. 3) Sarana belajar lengkap, maupun finansial. Keadaan guru ini didukung
(1 perpustakaan, 1 Lab. IPA, 1 Lab. Bahasa, dengan hasil penelitian Kahn (2012:71) yang
dan 1 Lab TIK). 4) Rasio PC: siswa=1:1. 5) menyebutkan bahwa kekurang mampuan
Terdapat akses internet (langganan speedy guru merupakan salah satu permasalahan
dan 3 access point untuk mengcover semua besar jika mau menerapkan TIK di sekolah.
sudut sekolah) 6. LCD di tiap ruang kelas. Hal ini dapat dimaknai bahwa keberhasilan
Dari keadaan ini, berarti sekolah sudah mele­ penerapan TIK di sekolah sangat dipengaruhi
wati tahap pertama perkembangan TIK dalam oleh kemampuan guru.
pendidikan, yakni pada tahap Emerging Senada dengan sebelumnya, usia guru
(muncul). Pada tahap ini sekolah sudah mulai rata­rata di atas 40 tahun. Sehingga walau­
dengan membeli atau membiayai infrastruk­ pun sudah memiliki perangkat TIK, dimung­
tur Teknologi Informasi, baik berupa perang­ kinkan akan beranggapan bahwa peserta didik
kat keras maupun perangkat lunak. Walau­ enggan, jika pembelajaran dibantu dengan
pun demikian sebenarnya sekolah ini masih TIK. Ini didukung temuan Hassan dan Sa­
kesulitan seandainya menerapkan TIK dalam jid (2013:62) bahwa ada keengganan guru
pembelajaran. Alasan klasiknya adalah keter­ untuk menggunakan TIK dalam melakukan
batasan dana untuk membiayai perlengkapan pembelajaran karena faktor usia. Penelitian ini
TIK. Kesulitan sekolah ini didukung oleh dimaknai bahwa faktor usia guru akan mem­
penelitian Kahn (2012:68) yang menyatakan berikan kontribusi negatif pada penerapan TIK
efektivitas penggunaan TIK memerlukan ke­ sehingga mereka akan cenderung menggunak­
lengkapan peralatan, suplai komputer dan an cara konvensional dalam mengajar.
pemeliharaan termasuk peralatan pendu­ Kondisi siswa di SMPN 1 Arjosari
kungnya, untuk semua Negara berkembang adalah sebagai berikut: 1) Untuk menjadi
menjadi masalah level pertama. siswa di sekolah ini harus lulus tes masuk.
Hal ini dapat dimaknai bahwa perma­ 2) Terdapat 768 siswa yang tersebar dalam
salahan dana untuk melengkapi semua keper­ 3 tingkatan dan 8 kelas pararel atau rata­rata
luan yang mendukung TIK dalam pembe­ perkelas 32 siswa. 3) 30% memiliki laptop/
lajaran adalah masalah terberat yang harus netbook. Sebenarnya dengan adanya tes un­
dihadapi semua sekolah di Negara berkem­ tuk masuk sekolah ini mempermudah sekolah
bang seperti Indonesia. untuk memilih siswa seperti yang diinginkan.
Penelitian di sekolah ini mendapati Namun ternyata hanya 30% yang memiliki
data tenaga pengajar sebagai berikut: 1)Jum­ perangkat TIK. Minimnya perangkat TIK
lah guru yang tercukupi (34 guru tetap dan yang dimiliki siswa menghambat penerapan
12 guru tugas rangkap dari sekolah lain). 2) TIK dalam pembelajaran di sekolah ini.
38 dari 46 guru atau 82,6% adalah PNS. 3) Penggunaan TIK dalam pembelajaran
35 dari 46 guru atau 76,1% telah bersertifikat pun masih sangat rendah, dalam hal ini ma­
pendidik. 4) 28 guru atau 60,9% usianya dia­ sih pada penyusunan perangkat pembelajaran.
tas 40 tahun. 5) Semua guru memiliki laptop/ Padahal dengan menggunakan TIK banyak
netbook/computer. 6) 25 guru atau 54% telah hal yang bisa dilakukan. Hal ini didukung de­
mengikuti diklat TIK. ngan teori hsil penelitian Goktas dan Demirel
Hasil di atas menunjukkan bahwa seko­ (2012:908) yang menyatakan TIK menawar­
Sigit Wiranto, Penerapan Teknologi Informasi dan... 161

kan sumber daya untuk belajar kapan atau di mencoba mengadaptasi kurikulum agar dapat
mana saja, yang memungkinkan fleksibilitas lebih banyak menggunakan Teknologi Infor­
yang luas dalam proses pembelajaran. Hal ini­ masi berbagai mata pelajaran dengan piranti
dapat dimaknai bahwa jika TIK dapat diterap­ lunak tertentu.
kan secara optimal dalam pembelajaran, maka Sebenarnya secara umum pendu­
proses belajar mengajar tidak hanya dibatasi kung sekolah ini sudah memiliki sarana dan
oleh ruang dan waktu. Kapan dan dimanapun prasarana yang lengkap untuk bisa meman­
semua bisa melakukan pembelajaran. faatkan TIK sebagai media interkasi guru­
Lebih lanjut didapatkan sebagai beri­ siswa, namun ternyata guru belum maksimal
kut: 1) Terdapat perangkat lunak media pem­ dalam memakainya, bahkan mereka untuk
belajaran untuk mata pelajaran Matematika, menyampaikan materi di kelas masih jarang
IPA, PKn, PAI, B. Indonesia, B. Indonesia menggunakan LCD. Menurut Hassan dan
dan IPS. 2) Hanya sebagian kecil guru yang Sajid (2013:56), menyatakan bahwa, banyak
memanfaatkan LCD untuk melaksanakan responden guru yang memiliki pengetahuan,
pembelajaran. 3) Internet sekolah tidak di­ tidak memiliki kepercayaan diri, yang cukup
manfaatkan secara optimal sebagai media pada penggunaan TIK dan utamanya takut
interaksi guru­siswa. 4) Pemakaian internet memasuki kelas dengan pengetahuan yang
untuk praktik materi pelajaran TIK, browsing terbatas pada TIK. Ini dapat memberi makna
dan chatting di facebook. Facebook dipakai dan mengindikasikan lemahnya pengalaman
untuk berinteraksi antar guru­siswa, guru dan dan kepercayaan diri motivasi guru pada ma­
siswa, tetapi tidak untuk pembelajaran. 5) nipulasi teknologi untuk penggunaan TIK di
Sekolah memiliki web resmi yaitu , namun kelas. Berbeda dengan hal ini, di Korea me­
tidak di­update secara berkala. 6) Hanya ada nyebutkan bahwa setiap pagi, guru menggu­
5 guru yang memiliki weblog sebagai sarana nakan layanan ini untuk memasuki halaman
komunikasi dengan guru dan siswa lain. 7) web dan menggunakannnya untuk seluruh
E­mail hanya dimanfaatkan oleh guru TIK. hari di sekolahnya. Siswa melihat dan mem­
Semua tersebut tidak maksimal dilakukan baca teks dan gambar melalui layar proyektor
warga sekolah dalam memanfaatkan TIK. Pa­ yang besar, pembelajaran terdiri dari multi­
dahal semua informasi bisa didapatkan dari media seperti animasi flash.
TIK. Hal ini didukung oleh penelitian Hew Penggunaan TIK ini menggantikan
dan Brush (2007:245) yang menyebutkan pembelajaran tradisional dengan pembelajar­
lingkungan pembelajaran secara langsung an bermedia web. Konten yang menyediakan
dapat dimungkinkan dari bermacam cara layanan dapat menjadi sumber yang sangat
termasuk penggunaan laaptop untuk semua berharga bagi guru, sehingga mereka tidak
siswa. Hal ini dapat dimakanai bahwa seko­ menjadi “guru klik”. Ini seharusnya tidak di­
lah ini belum bisa memanfaatkan kelebihan­ gunakan untuk metode kelas lain yang mendu­
nya untuk membantu pembelajaran. kung pembelajaran aktif siswa. Bagaiamana­
Berdasarkan temuan tersebut, sekolah pun juga , aplikasi ini diterapkan secara umum
dikategorikan telah memasuki tahap Apply- di kelas yang berpusat pada guru di Korea.
ing dalam perkembangan TIK. seperti yang Hal ini dimaknai bahwa budaya menggunakan
disebutkan dalam, para tenaga pendidik dan TIK di sekolah ini masih rendah.
kependidikan telah menggunakan Teknologi
Informasi untuk tugas yang berkaitan de­ Pemanfaatan TIK sebagai media penilaian di
ngan manajemen sekolah dan tugas­tugas SMPN 1 Arjosari
berdasarkan kurikulum. Sekolah juga sudah Beberapa hal mengenai penilaian di
162 Varia Pendidikan, Vol. 26. No. 2, Desember 2014

sekolah ini adalah: 1) TIK dimanfaatkan pada jemen kelas yang efektif yang menciptakan
pembuatan adminstrasi sebelum ujian dilak­ lingkungan belajar TIK yang kondusif akan
sanakan. 2) Sekolah ini belum melaksanakan mengatur kondisi yang diperlukan dan mem­
penilaian hasil belajar berbasis TIK. 3) Peng­ berikan landasan bagi integrasi efektif TIK di
umuman hasil tes tidak menggunakan TIK sekolah. Hal ini dapat dimaknai bahwa TIK
kecuali untuk penulisannya saja. Di sekolah dapat membantu guru dalam mengarahkan
ini TIK belum dimanfaatkan secara maksimal kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, na­
dalam hal penilaian. Padaha banyak keuntu­ mun hal ini belum dilakukan.
ngan jika memanfaatkannya dalam penilaian. Dalam pengumuman hasil penilaian,
Penelitian Bull (1999:123) menye­ semestinya sekolah ini juga mampu meman­
butkan bahwa penilaian berbasis komputer faatkan TIK. Penilaian hasil belajar dapat di­
dapat mencakup berbagai kegiatan seperti, umumkan baik ke siswa maupun wali murid
pemeriksaan, analisis dan transmisi nilai secara langsung melalui internet dalam hal
pemeriksaan seluruh jaringan, dan yang pa­ ini website resmi sekolah sehingga informasi
ling disukai, penggunaan penilaian berbasis penilaian hasil belajar dapat diakses warga
komputer, di mana penilaian siswa menyele­ sekolah tanpa terbatas oleh waktu. Pening­
saikan di workstation dan jawaban mereka katan interaksi antara orang tua dan Manfaat
secara otomatis ditandai. Ini dapat dimaknai guru untuk orangtua monitor kinerja bang­
bahwa kemudahan yang ditawarkan kom­ sal seseorang dari mana saja dan kapan saja
puter belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh akses ke status nilai, jadwal pemeriksaan
sekolah. kualitas peningkatan interaksi antara orang
Kecanggihan teknologi informasi be­ tua dan guru langkah­langkah seperti SMS
lum dimanfaatkan secara optimal. Seharus­ ke e­mail yang membuat orang tua. Manfaat
nya TIK bisa diintegrasikan dalam penilaian. diperbarui untuk akses Manajemen Instan ke
Dengan melaksanakan ini, sekolah dapat informasi yang diperlukan untuk pengambil­
lebih menghemat pengeluaran. Mereka tan­ an keputusan generasi dinamis laporan de­
pa harus memfotokopi atau menggandakan ngan peringatan menyediakan akses kontrol
master soal. Cukup menggunakan media TIK yang lebih baik langsung ke setiap bagian
siswa dan guru saja. Hal ini konsisten dengan dari Informasi hanya dengan mengklik untuk
temuan Hassan dan Sajid (2013:64) yang melihat semua laporan penilaian berkala baik
merekomendasikan agar TIK bisa terintegrasi harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Hal
di sekolah­sekolah di Pakistan, tugas berba­ ini dapat dimaknai jika sekolah belum me­
sis TIK harus digalakkan. Ini dapat dimaknai manfaatkan TIK untuk menunjang kecepatan
bahwa efisiensi penggunaan komputer belum akses informasi sekolah ke pihak yang me­
bisa dinikmati sekolah. Padahal dengan me­ merlukan.
manfaatkan TIK pada proses penilaian, guru Seandainya semua siswa sudah memi­
yang berkepentingan langsung dengan hasil­ liki perangkat TIK yang memadai minimal
nya, dapat melatih siswa dalam melakukan smartphone, maka guru dapat memberikan
ketrampilan berpikir tingkat tinggi. Mengin­ segala sesuatu tentang penilaian mulai dari
tegrasikan TIK dalam pendidikan dan menge­ perencanaan, pelaksanaan, penjadwalan, dan
lola lingkungan belajar TIK menuai manfaat pengumuman hasilnya langsung ke siswa
menggunakan ICT dalam pendidikan, seperti atau wali murid tanpa terbatas waktu dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi dan pem­ tempat melalui TIK. Sekolah akan memberi­
belajaran kolaboratif, akan memerlukan efek­ kan pengalaman baru dalam pembelajaran
tivitas manajemen guru. Pada intinya, mana­ kepada siswanya. Hal ini konsisten dengan
Sigit Wiranto, Penerapan Teknologi Informasi dan... 163

temuan Miller (2012:54) yang menyatakan sudah cukup. (2) Tenaga pengajar yang sa­
bahwa Instruksi dengan Tablet memberikan ngat berkompeten karena sudah bersertifikat
wawasan ke dalam bagaimana dan lainnya pendidik. (3)Sekolah dapat memilih siswa
disiplin menggunakan iPads untuk mencip­ sesuai keinginannya. (4) Sudah diterapkan­
takan pengalaman baru belajar transformatif. nya Kurikulum 2013.
Bab ini mencakup temuan dari studi tentang Walaupun Sarana dan prasarana yang
persepsi mahasiswa belajar dan keterlibatan belum memadai, namun sebenarnya seko­
selama instruksi menggabungkan penggu­ lah ini sudah layak untuk menyelenggarakan
naan iPads di seluruh disiplin ilmu. Makna TIK terintegrasi dalam pembelajaran. Sarana
yang dapat diambil adalah pengalamaan be­ TIK yang ada akan dapat dimanfaatkan untuk
lajar siswa lebih banyak dengan menerapkan membantu proses pembelajaran. Hal ini kon­
berbagai macam media dalam pembelajaran sisten dengan hasil penelitian dari Hassan dan
dan penilaian. Sajid (2013:52), yakni sarana TIK di sekolah
Penggunaan TIK dalam pembelajaran ini belum memungkinkan untuk mendukung
termasuk penilaian di sekolah akan berha­ diterapkannnya dalam pembelajaran, yang
sil jika didukung oleh semua pihak, terma­ akan membantu siswa dalam mencapai tujuan
suk kepala sekolah dan kebijakan pemerin­ pembelajaran seperti yang diharapkan. Pene­
tah. Pernyataan ini didukung oleh penelitian litian ini dapat dimaknai bahwa hal yang pa­
Alabi, Issa, dan Oyekunle (2012:80) yang ling dalam penerapan TIK di sekolah adalah
menyatakan bahwa secara umum kebijakan pemenuhan sarana prasarana.
pemerintah pada penggunaan TIK di sekolah Guru dituntut mampu mengoperasi­
harus dikuatkan untuk membuat semua siswa kan komputer karena harus mengarahkan
melek komputer, baru bisa menerapkannya siswa menggunakan TIK, seperti yang ditu­
dalam penilaian. Hal ini memberi makna bah­ lis Lim, Pek dan Chai (2005:8) “Selain men­
wa dapat diberlakukannya TIK baik dalam jadi fasilitator, guru diamati untuk mengatur
pembelajaran maupun penilaian harus didu­ dan mengatur kegiatan dalam lingkungan
kung oleh semua pihak termasuk pemerintah, ICT untuk memastikan bahwa siswa pada
sehingga semuanya memahami pentingnya tugas. Misalnya, untuk memastikan bahwa
TIK dalam pembelajaran. siswa yang berorientasi pada tugas dan dapat
Masih diperlukan banyak sarana prasa­ melaksanakan.” Konsisten dengan kajian
rana, pelatihan guru, siswa, staf TU agar seko­ teori tersebut, di SMPN 1 Arjosari ini seba­
lah ini benar­benar memanfaatkan TIK dalam gian besar guru sudah bersertifikat pendidik.
pembelajaran. Kebijakan yang berkaitan de­ Artinya selain sudah mampu untuk mem­
ngan sekolah, seperti rencana TIK, dukungan beli peralatan TIK, mereka juga mampu me­
TIK dan pelatihan TIK memiliki pengaruh ngoperasikan alat TIK, karena kemampuan
yang signifikan pada penggunaan kelas TIK. menggunakan peralatan TIK termasuk dalam
Maknanya adalah diperlukan dukungan persyaratan guru dikatakan berkompeten dan
semua pihak agar TIK dapat diterapkan. bersertifikasi. Ini dapat dimakanai bahwa
tuntutan guru bersertifikasi pendidikan akan
Faktor Pendukung membuat kondisi yang menguntungkan un­
Berdasarkan hasil penelitian, diper­ tuk penerapan TIK di sekolah. Dengan ada­
oleh bahwa faktor yang dapat mendukung nya tes untuk masuk sekolah ini, maka me­
pengembangan penerapan TIK sebagai me­ reka pasti mendapatkan siswa dengan IQ
dia interaksi guru dan murid di sekolah ini, yang berada di atas rata­rata. Didukung oleh
adalah: (1) Sarana dan prasarana TIK yang penelitian Tanda (2002) dalam Lim, Pek, dan
164 Varia Pendidikan, Vol. 26. No. 2, Desember 2014

Chai (2005:399) yang menyebutkan bahwa Hasan dan Sajid (2013:59) bahwa kemam­
IQ di atas rata­rata akan membawa implikasi puan ekonomi siswa akan mempengaruhi
positif terhadap kemampuan siswa untuk penerapan TIK sehingga diperlukan duku­
berdaptasi dan menggunakan TIK dalam ngan dana dari Pemerintah. Hal ini memberi
pembelajaran. Maknanya adalah kemampuan makna bahwa jika pemerintah tidak sanggup
awal siswa akan mempermudah dapat dite­ menyokong dana yang diperlukan oleh seko­
rapkannya TIK dalam pembelajaran. lah untuk menerapkan TIK, tentunya Komite
Sekolah akan mengusulkan pemenuhannya
Faktor Penghambat melalui anggotanya yang tidak lain adalah
Berdasarkan hasil penelitian, dapat di­ orang tua/wali murid.
ketahui bahwa ada faktor yang menghambat Penelitian ini menyebutkan bahwa
dalam menerapkan TIK sebagai media inte­ hambatan yang lain adalah terbatasnya akses
raksi guru dan siswa di sekolah ini, adalah: internet. Kecepatan akses internet di seko­
(1) Usia rata­rata guru lebih dari 40 tahun, (2) lah ini tidak memadai untuk dimanfaatkan
Latar belakang ekonomi siswa, (3) Kecepatan semua warga sekolah. Padahal untuk mendu­
akses internet belum memadai, serta (4) Be­ kung penerapan TIK di sekolah, diperlukan
lum ada petugas khusus yang menangani TIK. komputer dan akses internet yang memadai
Semakin tua seseorang, semakin mapan di tiap kelas. Konsisten dengan kajian teori,
usia dan keadaan finansialnya. Seiring de­ Hassan dan Sajid (2013:64) yang menye­
ngan kemapanan baik usia maupun finansial butkan sekurangnya komputer dengan akses
ini membuat guru kekurangan motivasi untuk internet dan LCD proyektor disediakan tiap
meningkatkan kompetensinya. Guru cende­ kelas. Sedangkan untuk komputer tiap kelas
rung untuk menerima apa yang ada tanpa bisa diatasi dengan tiap siswa yang memba­
menginginkan perubahan yang membuatnya wa laptop atau notebook atau bahkan smart-
lebih repot. Hal ini konsisten dengan Hassan phone termasuk android. Sedangkan akses
dan Sajid (2013:63), guru harus ditingkatkan komputer yang memadai digunakan untuk
kesadarannya. Kesadaran kalangan pendidik mencari sumber daya pembelajaran atau un­
guru dan calon guru tentang manfaat TIK ha­ tuk mengerjakan tes online. Keadaan ini perlu
rus dibuat. Kesadaran ini perlu dibuat supaya ada di sekolah ini supaya TIK bisa diterapkan
guru memiliki motivasi yang kuat untuk se­ secara optimal.
lalu mencoba hal baru, termasuk juga dalam Faktor penghambat yang lain adalah
menggunakan TIK ini. Sehingga walaupun belum adanya tenaga khusus yang bertang­
keterbatasan kemampuan visual diakibatkan gung jawab terhadap TIK di sekolah ini.
menurunnya fungsi penglihatan akibat faktor Penanggung jawab sementara dipegang oleh
usia bukan menjadikan halangan lagi. guru TIK. Hal ini sangat menghambat, karena
Penelitian ini dapat dimaknai bahwa selain guru tidak bisa fokus mengajar, pengi­
faktor usia akan menghambat penerapan TIK sian konten TIK di sekolah juga tidak opti­
di sekolah. Latar belakang ekonomi siswa mal. Ini konsisten dengan teori yang menye­
yang berada pada golongan menengah ke butkan Hassan dan Sajid, (2013:64) bahwa
bawah akan menghambat penerapan TIK di orang dengan kemampuan cukup terampil,
sekolah ini. Hal in dikarenakan penerapan dapat dibutuhkan adanya tenaga khusus, di­
TIK ini pasti akan memerlukan dana yang mungkinkan juga akan menambah beban
besar. Akibatnya kondisi ekonomi pada golo­ sekolah dalam hal pembiayaan. Hal ini dapat
ngan ini akan menghambat penerapan TIK di dimaknai bahwa dengan tidak adanya tenaga
sekolah ini. Hal ini didukung oleh penelitian khusus yang bertanggung jawab terhadap
Sigit Wiranto, Penerapan Teknologi Informasi dan... 165

TIK di sekolah ini, tentu akan menghambat adminstrasinya saja, belum menyentuh pada
pemanfaatan TIK dalam pembelajaran. prosesnya. Padahal penggunaan TI dalam
penilaian hasil belajar akan memberikan pe­
Simpulan ngalaman yang transformatif pada siswa. (3)
Hal­hal yang dapat mendorong penerapan TIK
Simpulan yang bisa ditarik dari pene­ dalam pembelajaran dan penilaian di seko­
litian dan pembahasan terhadap penerapan lah ini adalah: Sarana dan prasarana TIK yang
TIK di sekolah ini adalah: (1) Perkembangan sudah memadai, tenaga pengajar yang sangat
penerapan TIK di SMPN 1 Arjosari masih pada berkompeten karena sebagian besar sudah
tahap Applying (menerapkan). Hal ini ditan­ bersertifikat pendidik, sekolah dapat memilih
dai dengan para tenaga pendidik dan kepen­ siswa sesuai keinginannya serta sudah dite­
didikan yang telah menggunakan Teknologi rapkannya Kurikulum 2013. Sedangkan fak­
Informasi untuk tugas­tugas yang berkaitan tor penghambatnya adalah: Usia rata­rata guru
dengan manajemen sekolah. Kegiatan pem­ lebih dari 40 tahun sehingga idealismenya
belajaran walaupun penggunaannya masih terhadap perkembangan mulai menurun, latar
belum optimal. Sekolah ini belum mampu me­ belakang kemampuan ekonomi siswa yang
maksimalkan kecanggihan TIK dalam pembe­ rendah, kecepatan akses internet yang belum
lajaran. (2) Penggunaan TIK dalam penilaian memadai, serta belum adanya petugas khusus
hasil belajar masih sebatas pada persiapan yang menangani TIK.
166 Varia Pendidikan, Vol. 26. No. 2, Desember 2014

DAFTAR PUSTAKA

http://www.becta.org.uk/page_documents/research/impact_of_ict_schools.pdf. [Diakses 1 Ja­


nuari 2014]

Bull, Joanna. 1999. Computer-Assisted Assessment: Impact on Higher Education Institutions.


Educational Technology & Society.

Creswell, John Way. 2012. Educational Research : Planning, Conducting, And Evaluating
Quantitative And Qualitative Research. Boston: Pearson Education, Inc

Goktas, Yuksel dan Demirel, Turgay. Blog-enhanced ICT courses: Examining their effects on
prospective teachers’ ICT competencies and perceptions. Computers & Education. 58
(2012):908–917.

Hassan, Taimur­ul dan Sajid, Abdur Rahim. 2013. ICTs in learning: Problems faced by Paki­
stan. Journal of Research and Reflections in Education, Vol.7, No.1 (Juni 2013): 52 ­64.

Hew, K. F. dan Brush, Thomas. Integrating technology into K-12 teaching and learning: cur-
rent knowledge gaps and recommendations for future research. Education Tech Research
Dev. (2007) 55:223–252.

Khan, Md. Shahadat Hossain. Barriers To The Introduction Of Ict Into Education In Develop-
ing Countries: The Example Of Bangladesh. International Journal of Instruction. Vol.5,
No.2 (July 2012): 61­79.

Lim, Cher Ping; Pek, Meow Sien; Chai, Ching Sing. 2005. Classroom Management Issues in
Information and Communication Technology (ICT)­Mediated Learning Environments:
Back to the Basics. Journal of Educational Multimedia and Hypermedia. Vol 14 No 4
(2005): 391­414.

Miller, Wilie. 2012. Teaching and Learning. Library Technology Reports. Vol 48, No 8 (Nov/
dec 2012): 54­59.

Вам также может понравиться