Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
Preseptor:
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
“Acute Heart Failure” ini dapat kami selesaikan dengan baik dan sesuai dengan
penulis mengenai Acute Heart Failure, serta menjadi salah satu syarat dalam
Universitas Andalas.
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu dalam pembuatan laporan kasus ini, khususnya dr. Mefri
Yanni, Sp. JP sebagai preseptor dan dokter residen jantung yang telah bersedia
kami. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada rekan-rekan sesama
dokter muda dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan
laporan kasus ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu disini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………….……….. ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….. 1
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….…….….. 30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan gejala khas
(seperti sesak napas, bengkak pada pergelangan kaki dan kelelahan) yang
paru dan edema perifer) yang disebabkan oleh kelainan jantung secara struktural
berkembang, meningkat lebih dari 10% diantara usia >70 tahun. Resiko gagal
jantung pada usia >55 tahun 33% untuk laki-laki dan 28% untuk perempuan.
Diperkirakan bahwa 5,3 juta warga Amerika saat ini memiliki gagal jantung
kronik dan setidaknya ada 550.000 kasus gagal jantung baru didiagnosis setiap
tahunnya. Pasien dengan gagal jantung akut kira-kira mencapai 20% dari seluruh
kasus gagal jantung.2 Prevalensi gagal jantung di Indonesia pada tahun 2013
mencapai 0,3% atau sekitar 530.068 orang, dengan penderita terbanyak ditemukan
Penyebab gagal jantung secara umum disebabkan oleh tiga keadaan yaitu
lain-lain), kondisi beban jantung yang abnormal (seperti pada keadaan hipertensi,
kelainan katup, dan overload cairan), serta keadaan aritmia (takiaritmia dan
bradiaritmia). Perjalanan klinis gagal jantung dapat terjadi secara akut, kronik,
atapun gagal jantung kronik yang mengalami dekompensasi menjadi akut.4 salah
1
satu manifestasi AHF dapat berupa Acute Lung Oedema. ALO (Acute Lung
Oedema) atau edema paru akut merupakan suatu keadaan dimana terjadi
perpindahan cairan dari vaskular paru ke interstisial dan alveoli paru.5 Pada edema
interstisial dan alveoli paru. Edema yang terjadi akut dan luas sering disusul oleh
Di Indonesia, edema paru pertama kali terdeteksi pada tahun 1971. Sejak
itu penyakit tersebut dilaporkan di berbagai daerah sehingga sampai tahun 1980
wilayah. Di Indonesia insiden tersebar terjadi pada 1998 dengan incidence rate
(IR)=35,19 per 100.000 penduduk dan CFR=2%. Pada tahun 1999, IR menurun
meningkat yaitu 15,99 % (tahun 2000), 19,24 % (tahun 2002), dan 23,87 % (tahun
2003).6,7 Angka kematian edema paru akut karena infark miokard akut mencapai
fungsi pompa otot miokard, dan menurunnya fungsi ejeksi ventrikel kiri. Kondisi
2
pada pasca transplantasi paru dan reekspansi edema paru, termasuk cedera
iskemia-reperfusi-dimediasi.9,10
Pengetahuan dan penanganan yang tepat pada edema paru akut dapat
cairan di paru.6,8
Case Report Session (CRS) ini akan membahas tentang sebuah kasus AHF
(Acute Heart Failure) dan ALO (Acute Lung Oedema), diagnosis dan
penatalaksaannya.
.Penulisan Case Report Session (CRS) ini bertujuan untuk memahami serta
menambah pengetahuan tentang AHF (Acute Heart Failure) dan ALO (Acute
Lung Oedema).
Metode yang dipakai pada penulisan studi kasus ini berupa hasil
pemeriksaan pasien, rekam medis pasien dan tinjauan kepustakaan yang mengacu
3
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. N
Pekerjaan : Petani
No. RM RS : 00.79.53.62
Suku : Minangkabau
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Sesak nafas yang memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
- Sesak nafas memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, tidak menciut,
tidak dipengaruhi oleh cuaca dan makanan. sebelumnya pasien pernah dirawat
di RS Siti Rahmah 1 bulan yang lalu dengan keluhan sesak, dilakukan rontgen
dipulangkan karena perbaikan. Sesak ini sudah dirasakan sejak 2 bulan yang
4
- Pasien lebih nyaman tidur dengan 3 bantal pada malam hari.
- Batuk berdahak (+) meningkat sejak 3 hari yang lalu, dahak berwarna putih
kental. Batuk sudah dirasakan sejak 4 bulan ini, bersifat hilang timbul. Karena
- Demam (-)
- Keringat malam (+) sejak 2 bulan yang lalu, keringat juga muncul saat sesak
nafas.
- Penurunan berat badan (+) sejak 2 bulan yang lalu, pasien tidak tahu berapa
kg.
5
- Riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular (-)
- Merokok (+) sejak 55 tahun yang lalu, 16 batang per hari (IB=Berat)
- Alkohol (-)
Vital Sign
Status Generalis
Jantung :
6
Batas jantung kiri linea aksilaris anterior RIC VII
Paru :
Abdomen :
Perkusi : Timpani
PEMERIKSAAN PENUNJANG
7
Pemeriksaan AGD
Pemeriksaan EKG
interval 0,12 detik, QRS duration 0,08 detik, ST depresi V5-V6, T inverted V1-
8
Pemeriksaan Rontgen
CTR 60%, segmen aorta normal, segmen pulmonal normal, jantung deviasi ke kiri
Framingham Score
Timi Score
Age 64 :0
Risiko Kardiovaskular ≥3 :1
Known CAD :0
ST – T Changes :1
Positive biomarker :1
9
Grace Score
Usia 64 tahun : 55
HR 140 : 23
TD Sistolik 180 : 11
Klasifikasi Killip : 21
Peningkatan biomarker : 15
Deviasi segmen ST : 30
DIAGNOSIS KERJA
ALO AHF
CAP
TATALAKSANA
- Ranitidin 50 mg
- Atorvastatin 1 x 40 mg
10
- Ceftriaxon 1 x 2 gr iv
- Flumuicyl nebu 2 x 1
- Novorapid 2 x 16 IU
- Levemir 1 x 12 IU
Follow up
20/4/2018
O/ KU Kes TD Nd Nf T
sdg cmc 130/70 96 20 af
A/ - ALO AHF
- CAP
- Lasix 10 mg/jam
- Ranitidin 50 mg
11
- Atorvastatin 1 x 40 mg
- Ceftriazon 1 x 2 gr iv
- Flumuicyl nebu 2 x 1
- Novorapid 2 x 16 IU
- Levemir 1 x 12 IU
12
BAB III
DISKUSI
Djamil tanggal 18 April 2018 dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari SMRS,
sesak tidak menciut, tidak dipengaruhi cuaca dan makanan. Riwayat dispneu on
effort (+), paroxismal nocturnal dispneu (-), orthopneu (+), riwayat kaki sembab
(-). Sebelumnya pasien pernah dirawat di RS Siti Rahmah 1 bulan yang lalu
dengan keluhan sesak, dilakukan rontgen thoraks dan diberi obat-obatan, dirawat
garis besar penyebab sesak dibagi dua yaitu cardiac dan non cardiac. Sesak napas
pada pasien ini mengarah pada sesak napas yang disebabkan karena masalah
jantung (cardiac), yang ditandai dengan adanya dispneu on effort yaitu bertambah
sesak ketika melakukan aktifitas.8 Sesak sudah dirasakan sejak 2 bulan terakhir,
meningkat setelah pasien melakukan aktivitas bertani. Selain itu sesak pada pasien
ini juga muncul setelah aktifitas ringan, yaitu muncul setelah pasien BAK di
malam hari.
apabila bantal tidak ditinggikan pasien akan merasa sesak. Hal ini menandakan
orthopnea (+) yaitu sesak napas yang terjadi saat berbaring dan dapat dikurangi
dengan sikap duduk/berdiri. Pada saat berdiri terjadi penimbunan cairan di kaki
dan perut, pada saat berbaring cairan ini kembali ke vaskular dan menambah
13
aliran balik sehingga terjadi sesak napas. Gejala ini merupakan gejala tipikal yang
gagal jantung akut dan kronik dari European Society of Cardiology (ESC) 2016,
yang termasuk gejala tipikal gagal jantung yaitu sesak nafas, ortopneu, toleransi
pemeriksaan di rumah sakit. Pada pasien ini juga terdapat faktor resiko untuk
Batuk berdahak meningkat sejak 3 hari yang lalu, dahak berwarna putih
kental. Batuk sudah dirasakan sejak 4 bulan ini, bersifat hilang timbul. Batuk
adalah suatu refleks napas yang terjadi karena adanya rangsangan reseptor iritan
saluran napas bawah. Dahak berwarna putih kental dapat disebabkan oleh infeksi
14
edema paru dan infark paru. Batuk yang sudah dirasakan sejak 4 bulan ini dan
kardiovaskular.10
komposmentis kooperatif, tekanan darah 180/70 mmHg, nadi 140 kali/menit, suhu
36,8ºC, nafas 32 kali/menit, tinggi badan 162 cm, berat badan 70 kg, IMT 0,26
kg/m2, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik dan JVP 5-1 cmH2O. Secara
umum, vital sign pasien terdapat peningkatan tekanan darah, takikardi, dan
takipnea. Pada pemeriksaan fisik toraks terlihat bentuk dada barrel chest,
perkusi dalam batas normal, auskultasi suara nafas vesikuler, rhonki +/+,
wheezing -/-. Pada paru didapatkan adanya ronkhi basah halus yang menunjukkan
adanya proses kongesti pada paru. Hal ini dapat terjadi karena terganggunya
ventrikel kiri yang menurun dan peningkatan volume residu ventrikel. Dengan
diastolik ventrikel kiri. Akibatnya terjadi juga peningkatan tekanan atrium kiri
tekanan kapiler dan vena paru. Apabila tekanan hidrostatik anyaman kapiler paru
melebihi tekanan onkotik pembuluh darah, akan terjadi transudasi cairan ke dalam
15
Pada pemeriksaan fisik jantung ditemukan iktus kordis terlihat. Palpasi
ditemukan iktus kordis teraba di linea axilaris anterior RIC VII. Perkusi
ditemukan batas jantung kiri anterior aksilaris RIC VII. Auskultasi didapatkan S1-
Alat kelamin dan anus tidak diperiksa. Pada ekstremitas tidak terdapat edema,
serta pada pemeriksaan ditemukan akral hangat dan CRT <2 detik yang
normal dan glukosa darah sewaktu didapatkan meningkat yaitu 208 mg/dl.
pasien tidak mengeluhkan adanya polidipsi, poliuri, polifagi dan penurunan berat
axis normal, gelombang P normal, PR interval 0,12 detik, QRS duration 0,08
detik, ST depresi V5-V6, T inverted V1-V5, LVH (+), RVH (-). Kesan: LVH,
iskemik anterolateral. Pada gambaran EKG didapatkan adanya LVH (+) yang
menandakan adanya iskemik pada bagian lateral jantung. Setelah dilakukan EKG,
16
ditemukan iskemik pada pasien, namun tidak ada keluhan nyeri dada pada pasien.
Hal ini karena adanya neuropati autonom kardiak pada pasien yang diabetes dan
pasien usia tua. Pada DM, terjadi komplikasi mikrovaskular berupa neuropati
Pada pemeriksaan foto toraks didapatkan CTR 60%, segmen aorta normal,
segmen pulmonal normal, jantung deviasi ke kiri dengan apex sulit dinilai,
corakan bronkovaskuler meningkat di basal paru, infiltrat (+) di paru kanan dan
jantung pada pasien ini dan adanya tanda kongestif paru atau infiltrat pada pasien.
Terdapat dua kemungkinan dari infiltrat tersebut yaitu berupa pneumonia pada
pasien dan adanya edema paru. Hal ini masih tumpang tindih dikarenakan gejala
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada pasien ini didapatkan dari
DOE dan edema paru. Sehingga dapat didiagnosis dengan heart failure. Pada
pasien didapatkan gejala berupa sesak napas hebat, penurunan saturasi dan ronki
basah halus pada 1/2 lapangan paru bawah. Hal ini dapat menggambarkan proses
akut berupa edema paru yang kemudian dikonfirmasi dengan foto thorax.
Penyebab gagal jantung pada pasien ini diduga karena adanya sindrom
koroner akut berupa NSTEMI. Ada beberapa faktor pencetus dan penyebab dari
17
gagal jantung akut yaitu sindrom koroner akut, infeksi dan hipertensi yang tidak
terkontrol. 10
Edema paru akut adalah akumulasi cairan pada jaringan interstisial paru
dalam pembuluh darah kapiler paru dengan jaringan sekitarnya. Gejala yang
biasanya terjadi pada pasien edema paru adalah respiratory distress yang berat,
pernapasan yang cepat, ortopnea, ronki pada seluruh lapangan paru, saturasi
oksigen arteri biasanya dibawah 90% pada suhu ruangan sebelum mendapat terapi
oksigen. Edema paru terjadi apabila jumlah cairan yang difiltrasi melebihi
clearance capability sistem limfe, keadaan ini sering dijumpai pada keadaan
pulmoner secara cepat dan tiba-tiba akan menyebabkan peningkatan filtrasi cairan
tekanan hidrostatik pada pembuluh darah kapiler paru umumnya disebabkan oleh
Edema paru akut dapat timbul sebagai manifestasi klinis dari suatu gagal
jantung akut (de novo) ataupun dijumpai pada pasien gagal jantung kongestif yang
obat-obatan, diet yang banyak mengandung air maupun garam, hipertensi, aritmia,
kehamilan.10
18
Gagal jantung akut merupakan kejadian atau perubahan yang cepat dari
tanda dan gejala gagal jantung. Kondisi ini mengancam nyawa dan harus
ditangani dengan segera. Presentasi dari gagal jantung akut ini dapat berupa
pertama kali atau gagal jantung dekompensasi akut pada gagal jantung kronis
yang sebelumnya stabil. Terdapat 6 bentuk dari gagal jantung akut, salah satunya
disebut gagal jantung. Remodeling struktural ini dipicu dan diperberat oleh
normal (gagal jantung asimtomatik). Sindrom gagal jantung yang simtomatik akan
tampak bila timbul faktor presipitasi seperti infeksi, aritmia, infark jantung,
HD.10
Sindroma koroner akut adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh
darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini dikarenakan stabilisasi dari plak
yang dipengaruhi inti sel lemak dan penipisan tudung fibrous dari plak tersebut.
koroner akut dibagi menjadi NSTEMI, STEMI dan angina pektoris stabil. 12
Pada pasien ini tatalaksana yang diberikan adalah oksigen nasal kanul 2 liter,
drip Fasorbid start 2 mg/jam, loading aspilet 160 mg + clopidogrel 300 mg,
pengobatan gagal jantung akut pada setiap tahapan waktu, dapat dilihat pada tabel
berikut:17
Mengobati gejala
Memulihkan oksigenasi
Mencegah tromboemboli
20
Jangka menengah (ruang rawatan)
keseluruhan
Sumber: ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure
and Chronic Heart Failure, terdapat 3 tatalaksana yang harus dikerjakan pada
evaluasi awal pasien sesak nafas mendadak yang dicurigai gagal jantung akut,
21
Gambar 1 Penilaian Dini Pasien dengan Kecurigaan Gagal Jantung Akut
Sumber: ESC Guidelines for the Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart Failure
perfusi pada organ vital dan menurunkan kelebihan cairan ekstraseluler, serta
adalah nitrat, diuretik, morfin, dan inotropik. Beberapa pasien akan membutuhkan
bantuan ventilasi.
22
Pasien ini diberikan ISDN 5 mg SL + drip fasorbid start 2 mg/jam. Nitrat
pada dosis rendah bekerja melalui relaksasi otot polos, yang menyebabkan
venodilatasi dan penurunan preload. Dosis yang lebih tinggi akan menyebabkan
pada arteri koroner, dilatasi tersebut akan menyebabkan peningkatan aliran darah
sakit dapat diberikan secara intravena karena onset cepat dan dosis dapat dititrasi.
penting untuk mempertahankan tekanan darah sistolik >90 mmHg. Nitrat tidak
boleh diberikan pada TDS <90 mmHg atau pada pasien dengan stenosis aorta
berat karena pada kondisi tersebut pasien bergantung pada preload. Nitrat
inhibitor seperti sildenafil. Efek samping yang dapat muncul seperti sakit kepala,
Diuretik seperti furosemide menurunkan preload dan harus diberikan secara hati-
hati pada pasien dengan deplesi volume intravaskular. Pemberian secara intravena
lebih dipilih, dengan dosis furosemide berkisar antara 40-80 mg. Bolus inisial
23
diberikan dengan tetes lambat dan diulang dalam 20 menit jika dibutuhkan.
dosis awal 5-10 mg/jam. Dosis tinggi berhubungan dengan perburukan fungsi
penyakit yang lebih berat. Pemasangan kateter harus dilakukan untuk mengontrol
urin output.19
Morfin dapat diberikan pada pasien dengan edema paru akut. Morfin
cardiac output dan hipotensi. Dosis rendah morfin (1-2.5 mg) dapat diberikan
untuk toleransi ventilasi non invasif namun harus tetap dimonitor untuk efek
sedasi.21,22
untuk meningkatkan ventilasi pada pasien edema paru akut adalah untuk
24
antara ventilasi-perfusi serta meningkatkan pooling vena pada bagian tubuh
oksigen hanya diberikan apabila saturasi oksigen <92%. Oksigen diberikan untuk
edema/kongesti paru akut, berdasarkan ESC Guidelines for The Diagnosis And
1. Pasien sudah mengonsumsi diuretik, diberikan dosis 2,5 kali dosis oral.
2. Pulse oksimetri saturasi oksigen <90% atau PaO2 <60 mmHg (<8.0 kPa)
3. Mulai dengan 40-60% oksigen, titrasi sapai SpO2 >90%. Hati-hati pada
5. Kulit dingin, volume nadi rendah, urine output buruk, kebingungan, iskemik
miokard.
25
6. Sebagai contoh, mulai infus dobutamin 2,5 mg/kg/menit, dosis dinaikkan 2 x
7. Pasien diobservasi secara reguler (gejala, laju dan irama jantung, SpO2, TDs,
8. Mulai dosis infus IV 10 mcg/menit, double dose tiap 10 menit hingga respon
11. Nilai gejala gagal jantung (dispnea, ortopnea, PND), komorbid (nyeri dada
Lakukan penilaian edema paru, vital sign, diikuti dengan EKG, kimia darah,
12. <100 ml/jam dalam 1-2 jam menunjukkan respon inadekuat terhadap diuretik
IV.
14. IABP (Intra-aortic Balloon Pump) atau dukungan sirkulasi mekanik lain
18. Jika tidak ada respon, mulai infus dopamin IV 2,5 mcg/kg/menit
26
Selain penatalaksanaan edema/kongesti paru, penyakit penyerta atau
komorbid lain yang ditemukan seiring munculan gejala juga harus ditangani.18,19
Pada pasien ini ditemukan NSTEMI, sehingga diberikan aspilet dengan dosis 120
penyempitan pada arteri koroner. Aspirin diberikan pada semua pasien tanpa
27
Pasien juga diberikan enoxaparin 2 x 0.6 ml (60 mg). Enoxaparin
perdarahan rendah dan apabila fondaparinuks tidak tersedia. Dosis yang diberikan
melihat nilai awal kolesterol LDL dan tanpa mempertimbangkan modifikasi diet,
statin harus diberikan pada semua pasien yang menderita UAP/STEMI tanpa
kontraindikasi. Terapi statin dosis tinggi harus dimulai sebelum pasien keluar
rumah sakit, dengan sasaran terapi untuk mendapai kadar kolesterol LDL
<100mg/dl.16
gula darah. Kadar gula darah perlu diawasi dan dijaga dari hiperglikemia (>180-
200 mg/dl) dan hipoglikemia (<90 mg/dl). Pada pasien ini didapatkan kadar gula
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Ponikowski P, Voors AA, Anker SD, Bueno H, Cleland JGF, Coats AJS, et all.
2016 ESC Guideline for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart
failure. European Heart Journal (2016) 37, 2129-2200.
2. Mc Murray J, Komajda M, Anker S, Gardner R. Heart Failure: Epidemiology,
Pathophysiology and Diagnosis in The ECS Textbook of Cardiovascular
Medicine. Blackwell Publishing. page 685-720.
3. Riset Kesehatan Dasar 2013, badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI.
4. ESC guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart
failure 2016. European Heart Journal.
5. Mattu A, Martinez JP, Kelly BS. Modern management of cardiogenic
pulmonary edema. Emerg Med Clin N Am. 2005; 23:1105-25.
6. Rampengan SH. Edema Paru Kardiogenik Akut. Jurnal Biomedik (JBM).
2014;6;149-156.
7. Huldani H. Edema paru akut. Refarat. Universitas Lambung Mangkurat
Fakultas Kedokteran, Banjarmasin. 2014.
8. Nendrastuti H, Mohamad S. Edema paru akut, kardiogenik dan non
kardiogenik. Majalah Kedokteran Respirasi. 2010;1(3):10.
9. Majoli F, Monti L, Zanierato M, Campana C, Mediani S, Tavazzi L, et al.
Respiratory fatigue in patients with acute cardiogenic pulmonary edema. Eur
Heart J. 2004;6: F74-80.
10. Elfi EF. Sindrom Koroner Akut dengan Komplikasi Udem Paru Akut dan
Henti Jantung. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2).
11. Sylvia A. Price dan Lorrain MW. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.
12. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman tatalaksana
gagal jantung. Edisi pertama. 2015.
13. Ponikowski P, Voors AA, Anker SD, Bueno H, Cleland JGF, Coats AJS, et all.
2016 ESC Guideline for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart
failure. European Heart Journal (2016) 37, 2129-2200.
29
14. Panggabean MM. Gagal Jantung. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5th Ed.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.
15. Devon HA., et all. The association of diabetes and older age with the absence
of chest pain during acute coronary syndromes. Pubmed NCBI; 2008.
16. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman tatalaksana
sindrom koroner akut. Edisi ketiga. 2015.
17. Dickstein K, Cohen-Solal A, Filippatos G, et al. ESC Guidelines for the
diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2008. Eur Heart J
2008; 29:2388–442.
18. Lilly LS. Heart failure. In: Patophysiology of Heart Disease. 2008; 225-250
19. Purvey M, Allen G. Managing acute pulmonary oedema. Aust Prescr. 2017;
40:659-63
20. Baird A. Acute pulmonary oedema - management in general practice. Aust
Fam Physician 2010; 39:910-4.
21. McMurray JJ, Adamopoulos S, Anker SD, Auricchio A, Böhm M, Dickstein
K, et al.; Task Force for the Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic
Heart Failure 2012 of the European Society of Cardiology; ESC Committee for
Practice Guidelines. ESC guidelines for the diagnosis and treatment of acute
and chronic heart failure 2012
22. Nieminen MS, Böhm M, Cowie MR, Drexler H, Filippatos GS, Jondeau G, et
al.; ESC Committe for Practice Guideline (CPG). Executive summary of the
guidelines on the diagnosis and treatment of acute heart failure: the Task Force
on Acute Heart Failure of the European Society of Cardiology. Eur Heart J
2005;26:384-416 11
30