Вы находитесь на странице: 1из 12

Jurnal Penelitian Pendidikan

Vol. 34 Nomor 1 Tahun 2017

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN


BERBASIS INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN SIMULASI
PHET DALAM PEMBELAJARAN IPA

Jounne Maya Sumarauw1, Muslimin Ibrahim2, Tjipto Prastowo2

1,2,3
Universitas Negeri Surabaya
Email:. mayasumarauw@gmail.com1

Abstract. This research aims to develop learning materials based on a guided


inquiry-based model and a PhET-assisted learning process which are valid,
practical, and effective. The development of learning materials utilized a 4D model
without dissemination. The developed learning materials were tested using one
group pretest-posttest design at Grade 8, SMPN 3 Airmadidi, North Minahasa in
Semester 1 the 2016/2017 Academic Year. Data collection were performed using
validation, observation, written test, and questionnaire. The collected data were
analyzed using descriptive quantitative and qualitative techniques. The results
show that: (1) the validity of developed learning materials which include lesson
plan, worksheet, student book, and assessment instrument is achieved; (2)
practicality in terms of adherence to lesson plans categorized practical, student
activities in learning have reflecting activities that correspond to the stage of
guided inquiry-based learning, the difficulties encountered in learning activities
that students have not been accustomed to follow guided inquiry-based learning
method and use of PhET; (3) student’s responses are effective with respect to the
developed learning materials used in class, indicating that the materials are
effective for students in mastery learning in terms of cognitive, attitude, and skill
aspects. Based on research findings and the corresponding analyses, the developed
learning materials are appropriate in terms of validity, practicality, and
effectiveness for using of science learning in class.

Keywords: Guided inquiry learning, PhET Simulation

PENDAHULUAN mengamati, menanya, mengumpulkan


informasi, menalar/mengasosiasi, dan
Perkembangan IPTEK dan kebutuhan mengkomunikasikan (Permendikbud No. 58
masyarakat yang semakin pesat perlu Tahun 2014). Pendekatan saintifik dapat
diimbangi dengan peningkatan mutu menggunakan beberapa strategi seperti
pendidikan. Oleh karena itu pemerintah pembelajaran kontekstual dengan model
telah melakukan berbagai usaha untuk pembelajaran, salah satunya inquiry
meningkatkan mutu pendidikan, misalnya learning.
sertifikasi guru, dan penyempurnaan Permendikbud No. 58 Tahun 2014
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tentang Kurikulum 2013 bertujuan untuk
(KTSP) menjadi Kurikulum 2013. dapat menghasilkan insan Indonesia yang
Kurikulum 2013 menggunakan Sientific produktif, kreatif, inovatif dan afektif
Aproach, di mana siswa diarahkan untuk melalui penguatan sikap, keterampilan, dan
25
Jounne Maya Sumarauw, Muslimin Ibrahim, Tjipto Prastowo Pengembangan Perangkat Pembelajaran

pengetahuan yang terintegrasi, untuk IPA berkaitan dengan cara mencari


mencapai tujuan yang dimaksud, menurut tahu tentang alam secara sistematis,
Ibrahim (2014) dalam kegiatan sehingga IPA bukan hanya penguasaan
pembelajaran dapat menggunakan prinsip kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
yang: (1) berpusat pada peserta didik; (2) fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip
mengembangkan kreativitas peserta didik; saja tetapi juga merupakan suatu proses
(3) menciptakan kondisi menyenangkan dan penemuan. IPA pada hakikatnya terdiri dari
menantang; (4) bermuatan nilai, etika, tiga komponen yaitu sikap ilmiah, proses
estetika, logika, dan kinestetika; dan (5) ilmiah, dan produk ilmiah (Kemdikbud,
menyediakan pegalaman belajar yang 2014a).
menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien Berdasarkan hasil wawancara dengan
dan bermakna. Pengalaman belajar tersebut guru IPA dan beberapa siswa yang ada di
semakin lama semakin meningkat menjadi SMP Negeri 3 Airmadidi Minahasa Utara,
kebiasaan belajar mandiri dan salah satu karena keterbatasan waktu dan keterbatasan
dasar untuk belajar sepanjang hayat. pengetahuan guru mengembangkan
Aktivitas dalam kegiatan belajar perangkat pembelajaran, maka sebagian
haruslah dirancang agar terjadi besar pengajaran dilakukan dengan metode
pengembangan sikap, pengetahuan, dan konvensional yang cenderung bersifat
keterampilan dalam kombinasi dan searah sehingga siswa kurang aktif dan
penekanan yang bervariasi (Ibrahim, 2014). terkadang siswa merasa jenuh, siswa hanya
Arsyad (2006) mengemukakan dua unsur mendengarkan, menghafal, dan cenderung
yang amat penting dalam kegiatan belajar di bersikap pasif. Selain itu tidak sedikit siswa
kelas yaitu pemilihan model/strategi dan yang menganggap IPA sebagai mata
media pembelajaran. Pemakaian model dan pelajaran yang sulit dan rumit sehingga
media pembelajaran dapat mempengaruhi kurang diminati. Salah seorang guru IPA
kualitas pendidikan (Handika, 2012). mengatakan bahwa ada beberapa pokok
Ketepatan pemilihan model pembelajaran bahasan dalam materi IPA susah untuk
dalam setiap proses belajar mengajar akan diajarkan dan dimengerti oleh siswa. Salah
menentukan tujuan pembelajaran yang telah satu materi yang dimaksud disini adalah
direncanakan dan pengembangan sikap, materi tentang sistem pencernaan pada
pengetahuan dan keterampilan siswa dalam makanan. Data guru menunjukkan, dua
pembelajaran. Model pembelajaran dapat tahun terakhir siswa yang tuntas dalam
mendukung proses pembelajaran dan untuk ulangan harian materi tersebut kurang dari
pencapaian ketuntasan belajar diperlukan 50%. Materi sistem pencernaan makanan
juga suatu media pembelajaran yang bersifat abstrak karena untuk mengetahui
mampu menambah keinginan dan rasa ingin pengaruh makanan terhadap tubuh secara
tahu siswa tentang suatu permasalahan langsung sangat sulit karena prosesnya
karena dengan adanya media pembelajaran terjadi di dalam tubuh dan membutuhkan
siswa dapat melihat langsung bentuk replika waktu yang lama.
sesuatu yang dijelaskan oleh guru sehingga Masalah seperti ini harus segera
siswa dapat memahami pelajaran yang akan diperbaiki dengan kegiatan perbaikan
diberikan oleh guru. Pemakaian media pembelajaran yang meliputtimeliputi
pembelajaran dalam proses belajar IPA juga tersedianya perangkat pembelajaran yang
dapat membuat siswa lebih tertarik untuk sesuai dengan pembelajaran yang dirasa
memperhatikan penjelasan dari guru dan cukup efektif yaitu metode inkuiri
juga dapat membantu siswa untuk terbimbing. Inkuiri berguna sebagai tangga
menerima informasi dengan seluruh panca untuk melepas siswa pemula yang terbiasa
indra (Kurniawan, 2013). belajar dengan metode konvensional

26
Jounne Maya Sumarauw, Muslimin Ibrahim, Tjipto Prastowo Pengembangan Perangkat Pembelajaran

menjadi terbiasa belajar melalui inkuiri. belum ada petunjuk cara penggunaannya,
Pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan hal ini yang mendasari peneliti untuk
untuk menjembatani siswa agar terbiasa menggunakan simulasi PhET pada pokok
dengan pembelajaran inkuiri. Pada bahasan sistem pencernaan makanan,
pembelajaran inkuiri terbimbing, masalah sekaligus mengembangkan perangkat
dimunculkan oleh guru atau bersumber dari pembelajaran untuk mengetahui apakah
buku teks kemudian dengan bimbingan pembelajaran berbasis PhET efektif
guru, siswa bekerja untuk mengemukakan digunakan untuk membantu siswa dalam
jawaban untuk masalah tersebut. proses belajar mengajar sehingga dapat
Karakteristik pembelajaran inkuiri menurut meningkatkan hasil belajar siswa.
Manasikana (2012) adalah menyenangkan, Penelitian terkait dengan pembelajaran
tidak membosankan, belajar dengan berbasis inkuiri terbimbing memanfaatkan
bergairah, pembelajaran terintegrasi, laboratorium virtual sudah pernah dilakukan
menggunakan berbagai sumber, siswa aktif sebelumnya. Berdasarkan penelitian dari
siswa kritis, dan guru menjadi kreatif. Kohar (2015) melaporkan hasil
Kurniawan (2013) menyatakan bahwa penelitiannya bahwa perangkat yang telah
melalui inkuiri, guru mengajak siswa untuk dikembangkan layak digunakan untuk
lebih aktif baik fisik maupun mental dalam mereduksi miskonsepsi siswa, hal tersebut
proses belajar. ditunjukkan dengan penurunan miskonsepsi
Keterbatasan waktu dalam siswa sebesar 41% dan siswa tertarik
pembelajaran serta peralatan yang kurang dengan pembelajaran berbasis inkuiri
mendukung membuat guru memerlukan terbimbing dengan menggunakan program
bantuan media. Salah satu dari media simulasi PhET pada materi listrik dinamis.
pembelajaran adalah Physics and Education Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
Technology (PhET) Interactive Simulations dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
yang di dalamnya berisi pemodelan dari menghasilkan perangkat pembelajaran
setiap komponen laboratorium nyata yang berbasis inkuiri terbimbing berbantuan
divisualisasikan ke dalam simulasi maya simulasi PhET yang layak untuk
(virtual). Simulasi yang disediakan media mengajarkan sistem pencernaan makanan.
PhET sangat interaktif dan mudah sehingga
siswa tertarik untuk belajar dengan cara METODE
mengeksplorasi secara langsung dan dapat Penelitian ini merupakan
bereksperimen dalam waktu yang relatif penelitian pengembangan yang
singkat. Media PhET dapat memberikan dilaksanakan di SMP N 3 Airmadidi, Kab.
pengalaman belajar yang lebih konkret Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Data
melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk penelitian diambil pada Semester Ganjil
pengalaman mendekati suasana sebenarnya Tahun Pelajaran 2016/2017. Subyek
dan berlangsung dalam suasana tanpa dalam penelitian ini adalah perangkat
resiko. Simulasi PhET dapat membantu pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing
memperkenalkan topik baru, memperkuat berbantuan simulasi PhET yang
ide-ide, dan membangun konsep atau diujicobakan pada 21 siswa kelas VIII
keterampilan (Khoirumah, 2014). SMP Negeri 3 Airmadidi, Minahasa
Utara.
Pembelajaran dengan menggunakan
Penelitian ini diawali dengan
simulasi juga sejalan dengan tuntutan
pengembangan RPP, LKS, bahan ajar
pembelajaran berbasis teknologi yang
siswa, dan instrumen penilaian.
sedang berkembang dalam lingkungan
Pengembangan perangkat pembelajaran
pendidikan. Simulasi PhET ini hanya
yang digunakan mengikuti langkah-
berbentuk simulasi (virtual laboratory)

27
Jounne Maya Sumarauw, Muslimin Ibrahim, Tjipto Prastowo Pengembangan Perangkat Pembelajaran

langkah model pengembangan perangkat


Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (1974) Teknik pengumpulan data dalam
yaitu model 4D yang terdiri dari design, penelitian ini dilakukan dengan cara
define, develop, and disseminate. Model validasi perangkat pembelajaran,
ini diadaptasikan menjadi Model 4-P yaitu observasi/pengamatan, pemberian tes, dan
pendefinisian, perencanaan, pemberian angket. Instrumen penelitian
pengembangan, dan penyebaran (Ibrahim digunakan untuk memperoleh data/
dan Wahyusukartiningsih, 2014). Model informasi. Instrumen penilaian yang
ini dipilih oleh peneliti karena lengkap, dikembangkan meliputi lembar validasi
lebih sistematis, dan melibatkan penilaian perangkat pembelajaran, lembar
dari ahli sehingga sebelum dilakukan uji pengamatan keterlaksanaan RPP, lembar
coba di lapangan, perangkat pembelajaran aktivitas siswa, lembar hambatan saat
telah dilakukan revisi berdasarkan pembelajaran, lembar angket respons siswa,
penilaian dan masukan dari para ahli. dan lembar hasil belajar siswa.
Penelitian ini hanya melakanakan tiga
tahapan di dalamnya, pertama tahap HASIL DAN PEMBAHASAN
pendefinisian (Define), kedua adalah
tahap perancangan (Design) yang Penelitian ini merupakan penelitian
mencakup perangkat pembelajaran, tahap pengembangan yang membahas tentang: 1)
ketiga adalah pengembangan (Develop) validitas perangkat pembelajaran yang
perangkat untuk selanjutnya divalidasi dikembangkan meliputi validasi RPP, LKS,
kelayakan perangkat, tahap keempat buku ajar siswa, dan instrumen penilaian; 2)
penyebaran (Disseminate) tidak dilakukan hasil uji coba perangkat pembelajaran yang
dalam penelitian ini karena hanya meliputi: (1) kepraktisan perangkat
diterapkan pada sekolah ujicoba belum pembelajaran melalui keterlaksanaan
disebarkan ke sekolah-sekolah lain. kegiatan pembelajaran, aktivitas siswa
Implementasi perangkat selama proses pembelajaran dan hambatan
pembelajaran pada penelitian ini yang ditemukan selama kegiatan
menggunakan one group pretest – posttest pembelajaran; dan (2) keefektivan
design (Tuckman, 1978). Rancangan ini perangkat pembelajaran melalui respons
diterapkan pada suatu kelompok tanpa siswa, dan hasil belajar siswa menggunakan
menggunakan kelompok pembanding perangkat pembelajaran yang
(kontrol). Rumusan rancangan sebagai dikembangkan.
berikut:
Validitas Perangkat Pembelajaran.
Validitas perangkat pembelajaran yang
Keterangan : dikembangkan pada penelitian ini meliputi:
1. Pengujian awal untuk mengetahui 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
penguasaan aspek pengetahuan pada (RPP); 2) Lembar Kegiatan Siswa (LKS);
siswa sebelum pemberian perlakuan 3) Buku Ajar Siswa (BAS); 4) Instrumen
2. Pemberian perlakuan dengan penilaian aspek sikap, pengetahuan, dan
menggunakan perangkat keterampilan. Validitas perangkat
pembelajaran berbasis inkuiri pembelajaran yang dikembangkan diukur
terbimbing berbantuan simulasi dengan instrumen validasi perangkat
PhET pembelajaran, dan ditelaah oleh pakar.
3. Pengujian akhir untuk mengetahui Saran dari validator digunakan untuk
penguasaan aspek pengetahuan pada memperbaiki perangkat pembelajaran yang
siswa setelah pemberian perlakuan. dihasilkan. Validasi ini bertujuan untuk

28
Jounne Maya Sumarauw, Muslimin Ibrahim, Tjipto Prastowo Pengembangan Perangkat Pembelajaran

melihat kualitas perangkat pembelajaran Hasil validasi terhadap buku ajar siswa
yang dikembangkan. yang dikembangkan valid dan layak
Validasi RPP dilakukan melalui uji digunakan guru dalam proses pembelajaran
validasi yang dilakukan oleh ahli (pakar). di sekolah. Akbar (2013) menyatakan
Penilaian validasi RPP berkategori valid bahwa buku ajar yang baik harus memenuhi
(Ratumanan & Laurens 2011). Hal ini beberapa kriteria diantaranya: akurat,
menunjukkan bahwa RPP yang relevan, komunikatif, lengkap dan
dikembangkan layak untuk digunakan. RPP sistematis, berorientasi pada student
yang telah dikembangkan juga mengacu centered, serta menggunakan kaidah bahasa
pada Permendikbud No.103 Tahun 2014 yang benar.
yaitu di dalam RPP memuat: (1) identitas Penilaian hasil belajar sikap
sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan menggunakan instrumen penilaian sikap
kelas/semester; (2) alokasi waktu; (3) KI, (sikap spiritual dan sikap sosial)
KD, Indikator pencapaian kompetensi; (4) menggunakan lembar pengamatan atau
materi pembelajaran; (5) kegiatan lembar observasi sikap siswa yang
pembelajaran; (6) penilaian; dan (7) bersumber dari hasil pengamatan sikap
media/alat, bahan, dan sumber belajar. spiritual dan sikap sosial siswa pada yang
LKS disusun untuk menunjang proses sering muncul selama kegiatan
pembelajaran IPA berbasis inkuiri pembelajaran. Hasil validasi instrumen
terbimbing berbantuan simulasi PhET. LKS penilaian aspek sikap (spiritual, ingin tahu,
yang dikembangkan di dalamnya memuat jujur, dan bertanggung jawab) yang
sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan memiliki kategori sangat
ditujukan untuk membantu siswa mencapai valid dan layak digunakan guru dalam
kompetensi yang diinginkan dan disediakan pembelajaran di sekolah (Ratumanan &
tempat jawaban siswa untuk memudahkan Laurens, 2011). Adapun predikat hasil
siswa menuliskan jawabannya. Menurut penilaian sikap tidak berubah, yaitu terdiri
Astuti & Setiawan (2013) bahwa banyaknya dari empat skala: SB=sangat baik, B=baik,
pertanyaan dalam LKS bertujuan agar siswa C=cukup dan K=kurang. Rubrik penskoran
bekerja dalam kelompok secara maksimal. dan konversi skala mengadaptasi sistem
Validasi LKS berkategori valid yang penilaian sikap pada Permendikbud No. 104
menunjukkan bahwa LKS yang telah Tahun 2014. Analisis data untuk skala sikap
dikembangkan layak digunakan dalam dapat dilakukan terhadap keseluruhan aspek
proses pembelajaran (Ratumanan & sikap (di sekolah ataupun di luar sekolah)
Laurens, 2011). Bimbingan (guidance) pada maupun analisis per bagian aspek (di
masing-masing LKS dibuat berbeda. sekolah saja) (Arikunto, 2010).
Penyusunan LKS dengan pemberian Penilaian hasil belajar aspek
bimbingan dibuat bertahap tersebut pengetahuan menggunakan instrumen
mengacu pada NRC (2000) yang penilaian pengetahuan berupa soal tes
menyatakan bahwa dalam pembelajaran pengetahuan yag terdiri dari 20 soal pilihan
inkuiri seorang guru pada awalnya perlu ganda, serta soal tes pengetahuan tersebut
memberikan petunjuk praktikum dan materi sekaligus berfungsi sebagai soal pretest dan
instruksional sebelum dilakukan pendekatan posttest. Instrumen penilaian aspek
inkuiri yang lebih mandiri dan terbuka. pengetahuan yang dikembangkan memiliki
Melalui tahap-tahap pendekatan tersebut kategori valid dan layak digunakan guru
diharapkan siswa dapat mengumpulkan dalam pembelajaran (Ratumanan &
bukti dan penjelasan ilmiah atas pertanyaan Laurens, 2011).
yang mereka rumuskan berdasarkan hasil Hasil Validasi Instrumen penilaian
penyelidikan. aspek berkategori valid dan memenuhi

29
Jounne Maya Sumarauw, Muslimin Ibrahim, Tjipto Prastowo Pengembangan Perangkat Pembelajaran

syarat untuk digunakan dalam mengarahkan siswa untuk mengemukakan


pembelajaran. Penilaian hasil belajar aspek pendapat dari apa yang mereka amati,
keterampilan yang dikembangkan peneliti kemudian guru menyampaikan kompetensi,
telah sesuai dengan Permendikbud No. 104 indikator, serta tujuan pembelajaran yang
Tahun 2014. Berdasarkan Permendikbud akan dipelajari. Berdasarkan perolehan rata-
No. 104 Tahun 2014 ada beberapa cara rata (RPP 1, RPP 2, RPP 3 dan RPP 4) yang
yang dapat digunakan untuk menilai tinggi dengan kategori baik pada kegiatan
keterampilan peserta didik, antara lain pendahuluan menunjukkan guru berhasil
melalui unjuk kerja/kinerja, proyek, produk, menciptakan suasana awal pembelajaran
portofolio, dan tertulis. yang efektif yang memungkinkan siswa
dapat mengikuti proses pembelajaran
Kepraktisan perangkat Pembelajaran: dengan baik (memersiapkan siswa untuk ke
Keterlaksanaan RPP informasi yang baru sesuai dengan tujuan
Keterlaksanaan RPP diamati oleh dua pembelajaran yang akan dicapai dengan
orang pengamat selama 4 kali pertemuan membantu siswa mengingat kembali
sebagai implementasi RPP 1, RPP 2, RPP 3, informasi yang terkait).
dan RPP 4 selama kegiatan belajar Pada kegiatan inti, siswa diarahkan
mengajar. Pada RPP terdapat empat untuk duduk berkelompok yang terdiri dari
kegiatan yaitu pendahuluan, isi, penutup, tiga orang kemudian siswa diberikan LKS,
dan pengelolaan waktu. Semua tahap-tahap sebelum memulai kegiatan siswa
kegiatan yang ada di dalam RPP terlaksana memperhatikan penjelasan singkat dari guru
dengan persentase keterlaksanaannya tentang apa yang harus dilakukan pada
mencapai 100%. Diagram keterlaksanaan LKS, selanjutnya siswa melakukan kegiatan
RPP dapat dilihat pada Gambar 1. yang terdapat di LKS didahului dengan
membaca wacana orientasi masalah, guru
membimbing siswa merumuskan masalah
(fase 1: mengidentifikasi masalah) dan
merumuskan hipotesis (fase 2: merumuskan
hipotesis). Pada fase 1 dan fase 2 peran guru
dalam membimbing siswa untuk
mengidentifikasi masalah dan merumuskan
hipotesis sangat besar, hal ini disebabkan
Gambar 1. Diagram Keterlaksanaan RPP karena siswa SMPN 3 Airmadidi belum
terbiasa dibelajarkan dengan model
Perolehan skor rata-rata yang tinggi pembelajaran inkuiri. Selanjutnya siswa
dengan kategori baik pada RPP 1, RPP 2, dibimbing oleh guru untuk melakukan
RPP 3 dan RPP 4 dikarenakan semua tahap berbagai kegiatan yang akan dilakukan serta
pembelajaran inkuiri terbimbing terlaksana menuliskan hasil penyelidikannya pada
semua dengan rata-rata penilaian LKS (Fase 3: melakukan percobaan),
berkategori baik. Hal ini karena pada kemudian Siswa berdiskusi dalam
kegiatan pendahuluan guru memulai proses kelompoknya untuk mengumpulkan dan
belajar mengajar dengan mengkondisikan menganalisis data hasil penyelidikan (Fase
siswa untuk berdoa sebelum pembelajaran, 4 inkuiri: mengumpulkan dan menganalisis
dilanjutkan dengan memotivasi siswa data). Pada fase 3 dan 4 menunjukkan
dengan diberikan suatu fenomena di bahwa siswa lebih mudah memahami
kehidupan sehari-hari berkaitan dengan langkah melakukan percobaan sekaligus
materi yang akan dipelajari dan menganalisis data karena langkah-
langkanya sudah tercantum dalam LKS juga

30
Jounne Maya Sumarauw, Muslimin Ibrahim, Tjipto Prastowo Pengembangan Perangkat Pembelajaran

ada bimbingan guru di dalamnya, yaitu guru penggunaan simulasi PhET yang baru oleh
berkeliling untuk memberikan bimbingan siswa.
kepada kelompok yang lain secara Kepraktisan perangkat Pembelajaran:
bergantian sehingga siswa merasa antusias Aktivitas Siswa
mengikuti pembelajaran. Tahap selanjutnya Berdasarkan hasil analisis data, secara
perwakilan kelompok menyajikan hasil keseluruhan aktivitas dominan yang
diskusi dan kelompok lain memberikan ditunjukkan dalam proses pembelajaran
tanggapan kemudian guru memberikan adalah aktivitas yang melibatkan siswa
penguatan dengan menyajikan jawaban secara aktif yang meliputi membaca dan
yang benar. Berdasarkan perolehan rata-rata mencermati petunjuk LKS, merumuskan
(RPP 1, RPP 2, RPP 3 dan RPP 4) yang masalah, merumuskan hipotesis, melakukan
tinggi dengan kategori baik pada kegiatan kegiatan penyelidikan, mengumpulkan dan
inti menunjukkan guru berhasil menganalisis data, mempresentasikan hasil
membimbing siswa dalam kegiatan kegiatan penyelidikan, menyampaikan
penyelidikan, dikarenakan pada kegiatan pendapat, dan menyimpulkan hasil
inti merupakan kegiatan utama dalam pembelajaran. Aktivitas yang melibatkan
proses pembelajaran atau dalam proses siswa secara pasif yaitu
penguasaan pengalaman belajar siswa mendegarkan/memperhatikan penjelasan
dengan siswa dilibatkan secara langsung guru seperti pada Gambar 2
dalam pembelajaran.
Pada kegiatan penutup, guru
membimbing siswa untuk membuat
kesimpulan akhir (Fase 5: membimbing
siswa menarik kesimpulan) dan
menginformasikan kepada siswa tentang
pertemuan berikutnya. Awalnya siswa tidak
percaya diri bahkan malu dalam
mengemukakan pendapatnya untuk menarik Gambar 2. Aktivitas siswa
kesimpulan sehingga dengan bimbingan
guru, siswa menjadi percaya diri dan berani Berdasarkan hasil pengamatan
mengemukakan kesimpulan dari kegiatan aktivitas siswa dapat diketahui bahwa
yang telah dilakukan. Berdasarkan aktivitas siswa dalam pembelajaran telah
perolehan rata-rata (RPP 1, RPP 2, RPP 3 mencerminkan aktivitas yang sesuai dengan
dan RPP 4) yang tinggi dengan kategori tahap-tahap pembelajaran berbasis inkuiri
baik pada kegiatan penutup menunjukkan terbimbing. Persentase frekuensi aktivitas
guru berhasil memberikan bimbingan pada yang melibatkan siswa secara aktif yang
siswa. paling dominan dilakukan siswa adalah
Pada kondisi pengelolaan waktu skor melakukan kegiatan penyelidikan (24,98%)
rata-rata sebesar 3,25 dengan kategori dan mengumpulkan serta menganalisis data
cukup baik, pengelolaan waktu di awal (20,30%), hal ini menunjukkan bahwa
pertemuan memerlukan waktu yang lebih penggunaan pembelajaran berbasis inkuiri
pada tiap tahap pembelajaran dari alokasi terbimbing merupakan pembelajaran
waktu yang ditetapkan. Penggunaan waktu berpusat pada siswa yang membuat siswa
yang melebihi penggunaan alokasi waktu aktif dalam kegiatan penyelidikan, mencari
yang ditetapkan terutama terjadi pada rujukan atas data yang diperoleh melalui
pertemuan pertama yang dikarenakan buku-buku dan sumber informasi lainnya,
penyesuaian pembelajaran di kelas yang menganalisis dan menginterpretasi data,
menggunakan model inkuiri terbimbing dan

31
Jounne Maya Sumarauw, Muslimin Ibrahim, Tjipto Prastowo Pengembangan Perangkat Pembelajaran

pengajuan jawaban, penjelasan dan menginformasikan waktu yang disediakan


perkiraan, serta mengkomunikasikan (NRC, untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran
2000). Dalam pembelajaran guru lebih juga membiasakan siswa menggunakan
berperan sebagai fasilitator yang simulasi PhET pada pelajaran selanjutnya.
membimbing dan mengarahkan siswa Keefektifan Perangkat pembelajaran:
dalam belajar, dengan demikian siswa tidak Respons Siswa
hanya belajar dari apa yang disampaikan Berdasarkan hasil analisis respons
oleh guru tetapi juga belajar dari aktivitas siswa terhadap pembelajaran dengan
yang memungkinkan siswa dapat menggunakan perangkat pembelajaran
membangun sendiri pengetahuannya berbasis inkuiri terbimbing berbantuan
melalui LKS simulasi PhET yang dikembangkan
Kepraktisan perangkat Pembelajaran: menunjukkan bahwa respons siswa
Hambatan dalam kegiatan Pembelajaran terhadap komponen perangkat pembelajaran
Selama pelaksanaan pembelajaran menarik, perangkat pembelajaran yang
menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan, model dan metode
dikembangkan oleh peneliti di Kelas VIII pembelajaran, cara guru mengajar, media
SMP N 3 Airmadidi terdapat beberapa pembelajaran, dan suasana belajar yang
hambatan yang dihadapi oleh peneliti dilatihkan guru merupakan sesuatu yang
selama proses pembelajaran. Hambatan berbeda dengan cara belajar yang biasa
yang pertama berupa siswa belum terbiasa diterapkan sebelumnya, sehingga
mengikuti pembelajaran dengan model memotivasi siswa untuk lebih antusias
pembelajaran inkuiri terbimbing. Hambatan dalam pembelajaran. Hasil belajar aspek
yang kedua berupa siswa belum terbiasa pengetahuan (hasil posttest) yang mencapai
dengan pembelajaran yang menggunakan ketuntasan belajar 100%, baik ketuntasan
simulasi PhET. Simulasi PhET merupakan individual maupun klasikal menguatkan
hal yang baru dalam pembelajaran IPA, respon siswa di atas. Hal ini sesuai dengan
siswa masih takut salah dalam penelitian Ghozy (2014) menyimpulkan
menggunakan komputer. Hambatan yang bahwa pembelajaran dengan menggunakan
ketiga adalah pelaksanaan pembelajaran model inkuiri dengan simulasi PhET dapat
yang melebihi alokasi waktu yang tersedia meningkatkan hasil belajar siswa IPA.
yang ditunjukkan dalam pengelolaan waktu Respons siswa terhadap BAS
dalam keterlaksanaan RPP berkategori memberikan respons menarik, LKS yang
cukup baik. Hambatan-hambatan ini digunakan menunjukkan bahwa siswa
terutama terjadi pada pertemuan pertama memberikan respons menarik, dan siswa
dikarenakan guru harus banyak berminat untuk mengikuti kegiatan
memberikan bimbingan karena siswa belum pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing
terbiasa dengan kegiatan pembelajaran berbantuan simulasi PhET untuk topik-topik
berbasis inkuiri terbimbing dan selanjutnya dengan persentase. Hal ini
menggunakan simulasi PhET. menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri
Solusi alternatif yang dilakukan untuk terbimbing berbantuan simulasi PhET pada
mengatasi hambatan-hambatan tersebut pokok bahasan sistem pencernaan makanan
adalah dengan memberikan informasi mendapat respons yang baik oleh siswa.
kepada siswa tentang tahap-tahap Siswa yang termotivasi untuk belajar
pembelajaran inkuiri terbimbing, apa saja sesuatu akan menggunakan proses kognitif
yang dilakukan oleh siswa pada setiap fase- yang lebih tinggi dalam mempelajari
fase pembelajaran model inkuiri terbimbing informasi baru, siswa akan menyerap dan
dengan harapan siswa lebih mudah dalam mengendapkan informasi baru itu menjadi
mengikuti pembelajaran dan guru lebih baik (Nur, 2008).

32
Jounne Maya Sumarauw, Muslimin Ibrahim, Tjipto Prastowo Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Keefektifan Perangkat pembelajaran: Aspek Pengetahuan


Hasil Belajar Siswa Berdasarkan analisis tes hasil belajar
Aspek Sikap aspek pengetahuan, dapat diketahui bahwa
Hasil belajar sikap dilihat dari persentase ketuntasan siswa pada saat
perolehan nilai siswa yang dilihat dari pretest sebesar 0% yang artinya semua
pengamatan terhadap sikap siswa yang siswa belum mencapai ketuntasan. Hal ini
sering muncul selama kegiatan terjadi dikarenakan siswa masih belum
pembelajaran berdasarkan aspek-aspek menguasai konsep materi sistem pencernaan
penilaian sikap yang dikembangkan peneliti makanan dan keterkaitannya dengan
dan diukur melalui lembar penilaian sikap penggunaan energi makanan sehingga siswa
yang dilakukan oleh guru selama kegiatan menjawab tes berdasarkan pengetahuan
pembelajaran. Acuan penilaian sikap yang awal siswa, kemudian peneliti melakukan
digunakan mengacu pada Permendikbud suatu upaya untuk meningkatkan dan
No. 104 Tahun 2014 yang diambil dari nilai menuntaskan hasil belajar siswa dengan
modus (nilai yang banyak muncul) terhadap cara menggunakan pembelajaran berbasis
sikap (spiritual dan sosial) siswa selama inkuiri terbimbing berbantuan simulasi
kegiatan pembelajaran, serta modus untuk PhET. Persentase ketuntasan siswa pada
ketuntasan sikap ditetapkan dengan predikat saat posttest besar 100% yang artinya
Baik (B). semua siswa mencapai ketuntasan.
Penilaian terhadap hasil belajar sikap Berdasarkan Permendikbud No. 104 Tahun
berorientasi pada kompetensi dasar yang 2014, siswa dikatakan tuntas untuk aspek
mendorong siswa untuk melakukan pengetahuan bila skor minimalnya
aktivitas tersebut. Sikap siswa yang mencapai 2,67 dengan predikat B+.
diobservasi adalah: a) spiritual/syukur, b) Ketuntasan belajar ini sangat berkaitan
ingin tahu, c) jujur, dan d) bertanggung dengan keaktifan siswa untuk terlibat dalam
jawab. Hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
indikator sikap menunjukkan 57,14% (12 Data ketuntasan pretest dan posttest
siswa) mendapatkan predikat sangat baik yang telah dipaparkan di atas menunjukkan
dan 42,86% (9 siswa) berpredikat baik. adanya peningkatan pemahaman dan
Predikat nilai yang diperoleh siswa tersebut pengetahuan siswa tentang sistem
seluruhnya sesuai atau bahkan melebihi pencernaan makanan. Peningkatan tersebut
kriteria ketuntasan belajar aspek sikap yang dapat diketahui juga melalui hasil peroleh
ditetapkan dalam Permendikbud Nomor skor rata-rata N-gain yaitu sebesar 0.80
104 Tahun 2014 yaitu predikat baik, dengan kategori tinggi (Hake,1999) dengan
sehingga seluruh siswa dinyatakan tuntas. rata-rata nilai pretest 1,77 (C-) dan rata-rata
Pembelajaran menggunakan perangkat nilai posttest sebesar 3,56 (A-) sehingga
berbasis inkuiri terbimbing berbantuan dapat disimpulkan terjadi peningkatan
simulasi PhET dapat membantu pemaham materi sistem pencernaan
mengembangkan sikap spiritual dan sikap makanan melalui kegiatan pembelajaran
sosial yang ada pada diri siswa yang meggunakan inkuiri terbimbing berbantuan
ditunjukkan oleh perolehan modus pada simulasi PhET. Tes hasil belajar aspek
kategori baik dan sangat baik. Hasil tersebut pengetahuan dikatakan baik atau tidak,
menguatkan penelitian Jaya, dkk. (2014) maka digunakan analisis sensitivitas butir
yang menyimpulkan bahwa pembelajaran soal. Sensitivitas butir soal yang telah
dengan setting inkuiri terbimbing dapat dianalisis menunjukkan perolehan skor
meningkatkan sikap ilmiah siswa. dengan rentang 0,33– 0,76 dengan kategori
sensitif (Gronlund & Linn, 1995). Hasil
yang diperoleh tersebut menunjukkan

33
Jounne Maya Sumarauw, Muslimin Ibrahim, Tjipto Prastowo Pengembangan Perangkat Pembelajaran

bahwa tiap butir soal yang telah masih merasa baru dengan penggunaan
dikembangkan memiliki kepekaan yang simulasi PhET sehingga pada beberapa
cukup terhadap efek pembelajaran yang aspek penilaian, siswa yang masih
diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa membutuhkan bimbingan guru untuk
peningkatan hasil belajar siswa merupakan menggunakan simulasi PhET meski
efek dari pelaksanaan pembelajaran dengan langkah-langkah pembelajarannya sudah
menggunakan perangkat pembelajaran ada di dalam LKS. Siswa masih kurang
model inkuiri terbimbing berbantuan percaya diri dengan menggunakan
simulasi PhET yang telah dikembangkan. komputer sendiri.
Hasil tersebut menguatkan hasil penelitian Hasil pengamatan keterampilan siswa
sebelumnya yang menyatakan bahwa menggunakan simulasi PhET dalam
pembelajaran IPA berbasis inkuiri mengidentifikasi pengaruh jumlah kalori
terbimbing dapat meningkatkan hasil yang terkandung dalam menu makanan
belajar siswa (Jannah, dkk., 2012; Dewi, dengan jumlah kalori yang dibutuhkan oleh
dkk., 2013; Yuniastuti, 2013). Penelitian tubuh pada pertemuan kedua, siswa sudah
Rutten, Jooglingen, dan Veen (2011) dapat mengoperasikan simulasi PhET
mengatakan bahwa simulasi komputer yang dengan lancar. Tingginya keingintahuan
terbaik digunakan dalam rangka untuk siswa untuk belajar dilihat dari hasil
meningkatkan proses dan hasil belajar. pengamatan keterampilan dengan rata-rata
Aspek Keterampilan nilai 3,50 dengan predikat B+. Hal ini
Hasil belajar aspek keterampilan sejalan dengan hasil penelitian
digunakan untuk menilai kemampuan siswa Prihatiningtyas,dkk (2013) bahwa
dalam melakukan kegiatan penyelidikan. penggunaan simulasi PhET dapat
Hasil belajar aspek keterampilan ini melatihkan keterampilan psikomotor siswa.
diperoleh melalui observasi kinerja siswa Pada pertemuan ketiga, hasil
yang dilaksanakan selama empat pengamatan keterampilan siswa menyajikan
pertemuan. Keterampilan yang diamati hasil penyelidikan tentang pencernaan
adalah keterampilan siswa melakukan mekanik dan kimiawi, rata-rata keseluruhan
penyelidikan dalam mengidentifikasi nilai 3,61 dengan predikat A-. Siswa
kandungan zat pada sejumlah bahan antusias dalam melakukan kegiatan
makanan menggunakan simulasi PhET, penyelidikan di laboratorium dan
keterampilan siswa melakukan penyelidikan menyajikan hasil peyelidikannya. Hal ini
dalam mengidentifikasi pengaruh jumlah sesuai dengan penelitian Manasikana, dkk
kalori yang terkandung dalam menu (2012) yaitu pembelajaran IPA melalui
makanan dengan jumlah kalori yang metode inkuiri terbimbing meningkatkan
dibutuhkan oleh tubuh menggunakan kemampuan menggunakan alat
simulasi PhET, keterampilan siswa laboratorium.
melakukan penyelidikan tentang Pada pertemuan keempat siswa
pencernaan mekanik dan kimiawi, dan melakukan kegiatan penyelidikan
keterampilan siswa melakukan penyelidikan menyusun menu makanan menggunakan
menggunakan simulasi PhET untuk simulasi PhET. Siswa dilatih agar dapat
menyusun menu makanan. menyesuaikan kalori yang masuk dengan
Hasil pengamatan aspek keterampilan yang keluar agar berat badan tetap
siswa melakukan penyelidikan dalam seimbang juga dapat menyajikan hasil
mengidentifikasi kandungan zat pada penyelidikannya. Hasil pengamatan
sejumlah bahan makanan menunjukkan keterampilan siswa memperoleh rata-rata
rata-rata keseluruhan nilai 3,19 dengan nilai 3,86 dengan predikat A.
predikat B+. Pada awal pertemuan siswa

34
Jounne Maya Sumarauw, Muslimin Ibrahim, Tjipto Prastowo Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Hasil analisis keterampilan siswa Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian.


menunjukkan seluruh siswa dinyatakan Jakarta: Rineka Cipta.
tuntas 100% dengan rata- rata nilair tiap Arsyad. 2006. Media Pembelajaran.
pertemuan antara 3,19-3,86 dengan predikat Jakarta: Raja Grafindo Persada.
B+ dan A. Berdasarkan Permendikbud No. Astuti, Y. & Setiawan, B. 2013.
104 Tahun 2014, siswa dikatakan tuntas Pengembanagan Lembar Kerja Siswa
untuk aspek keterampilan ditetapkan (LKS) Berbasis |Pendekatan Inkuiri
dengan capaian optimum 2,67 dengan Terbimbing dalam Pembelajaran
predikat B-. Kooperatif pada Materi Kalor. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia JPII
SIMPULAN DAN SARAN FMIPA UNNES Semarang. 2 (1), 88-
Simpulan 92.
Berdasarkan temuan dan analisis hasil Ghozi, I. 2014. Pengembangan Perangkat
penelitian, dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran IPA Fisika Model
perangkat pembelajaran berbasis inkuiri Inkuiri dengan Simulasi PhET untuk
terbimbing berbantuan simulasi PhET Meningkatkan Hasil Belajar pada
dalam pembelajaran IPA telah memenuhi Siswa SMP (Tesis magister
syarat kevalidan, kepraktisan, dan pendidikan tidak dipublikasikan).
keefektifan sehingga layak digunakan Universitas Negeri Surabaya,
dalam proses pembelajaran IPA. Surabaya.
Saran Grondlund, A. E., & Linn, R. L.1995.
(1) Dalam kegiatan belajar mengajar Measurement and Evaluation in
siswa belum terbiasa dengan pembelajaran Teaching. New York: McMillan
berbasis inkuiri terbimbing berbantuan Publishing Company.
simulasi PhET, untuk itu guru perlu Hake, Richard. R. 1999. Analyzing
memberikan informasi kepada siswa change/gain scores. (Online).
tentang langkah-langkah pembelajaran http://www.physicsindiana.edu/sdi/Anal
inkuiri terbimbing. (2) Persiapan dan yzing-Change-Gain. pdf. Diunduh 10
pengelolaan waktu yang baik diperlukan Mei 2016.
dalam menerapkan pembelajaran berbasis Handika, J. (2012). Efektivitas media
inkuiri terbimbing berbantuan simulasi Pembelajaran IM3 Ditinjau dari
PhET agar pembelajaran berjalan dengan Motivasi belajar. Jurnal Pendidikan
efektif dan efisien, sehingga pembelajaran IPA Indonesia, 1 (2): 109-144.
dapat berlangsung sesuai dengan tujuan Ibrahim, M. 2014. Inovasi Pendidikan Sains
yang telah ditentukan. (3) Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum 2013.
berbasis inkuiri terbimbing berbantuan Makalah Utama Seminar Nasional
simulasi PhET dapat menuntaskan hasil Sains: PPs Unesa.
belajar siswa khususnya keterampilan Ibrahim, M., dan Wahyusukartiningsih.
psikomotorik, oleh sebab itu simulasi PhET 2014. Model Pembelajaran Inovatif
melengkapi kekurangan laboratorium nyata melalui Pemaknaan. Surabaya: Unesa
sehingga perlu dikembangkan secara lebih University Press.
luas pada materi IPA yang lainnya. Jannah, M. Sugianto dan Sarwi 2012.
“Pengembangan Perangkat
DAFTAR PUSTAKA Pembelajaran Berorientasi Nilai
Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Karakter Melalui Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran. Bandung: Remaja Materi Cahaya pada Siswa Kelas VIII
Rosdakarya. Sekolah Menengah Pertama”. Journal
of Innovative Science Education. 1(1).

35
Jounne Maya Sumarauw, Muslimin Ibrahim, Tjipto Prastowo Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Jaya, M., Sadia, I. W., dan Aryana, I. B. Metode Inkuiri Terbimbing dan
2014. Pengembangan Perangkat proyek Ditinjau dari Kreativitas dan
Pembelajaran Biologi Bermuatan Kemampuan Menggunakan Alat
Pendidikan Karakter dengan Setting laboratorium. Jurnal Inkuiri, 1(1): 24-
Guided Inquiry untuk Maningkatkan 33.
Karakter dan Hasil Belajar Sisa SMP. National Reasearch Council. 2000. Inquiry
E-Journal Program Pascasarjana And The National Science Edication
Universitas Pendidikan Ganesha Standards. Washington, DC: National
Program Studi IPA. 4 (2014). tanpa Academy Press.
halaman. Nur, M. 2008. Pengajaran Berpusat pada
Khoirunah, N., Pratini, U., Soekamto, I. Siswa dan Pendekatan
(2014) Pengembangan Lembar Kontruktivisme dalam Pengajaran.
Kegiatan Siswa IPA Terpadu Edisi kelima. Universitas Negeri
Berbasis PhET dengan Strategi Surabaya. PMSM.
Pembelajaran Inkuiri. Prosiding Prihatiningtyas, S., Prastowo, T., Jatmiko,
Seminar Nasional Pendidikan Sains B. 2013. Implementasi Simulasi
Unesa. 208-212. PhET dan KIT Sederhana untuk
Kemdikbud. 2014a. Peraturan Menteri Mengajarkan Keterampilan
Pendidikan dan Kebudayaan No. 58 Psikomotor Siswa pada Pokok
Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Bahasan Alat Optik. Jurnal
Jenjang SMP/Mts. Jakarta: Pendidikan Indonesia, 2(1):18-22.
Kemdikbud. Ratumanan, T. G., dan Laurens, T. (2011).
Kemdikbud. 2014b. Peraturan Menteri Penilaian hasil Belajar pada Tingkat
Pendidikan dan Kebudayaan No. 103 Satuan Pendidikan Edisi 2. Surabaya:
Tahun 2014 tentang Pembelajara Unesa University Press.
pada Pendidikan Dasar dan Rutten, N., Joolingen, Wouter, R., Veen, J,
Menengah. Jakarta: Kemdikbud. T. 2011. The learning effects of
Kemdikbud. 2014c. Peraturan Menteri computer simulations in science
Pendidikan dan Kebudayaan No. 104 education. Elsevier-Computer and
Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil education international journal, 58,
Belajar Pendidik pada Pendidikan 136–153.
Dasar dan Menengah. Jakarta: Yuniastuti, E. 2013. Peningkatan
Kemdikbud. Ketrampilan Proses, Motivasi dan
Kohar S. 2015. Pengembangan Perangkat Hasil Belajar Biologi dengan Strategi
Pembelajaran Berbasis Inkuiri Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Terbimbing dengan Menggunakan pada Siswa Kelas VII SMP Kartika
Program Simulasi PhET untuk V-1 Balikpapan. Jurnal Penelitian
Mereduksi Miskonsepsi Siswa Pendidikan. 14(1): tanpa halaman.
(Makalah Komprehensif tidak
dipublikasikan). PPs Unesa.
Kurniawan, A. D. 2013. Metode Inkuiri
Terbimbing dalam pembuatan media
Pembelajaran Biologi untuk
Meningkatkan Pemahaman konsep
dan Kreativitas Siswa SMP. Jurnal
Pendidikan Indonesia, 2 (1): 8-11.
Manasikana, O. A., Ashadi., dan Haryono
2012. Pembelajaran IPA melalui

36

Вам также может понравиться