Ia suka menatap dirinya sendiri di pantulan cermin kamarnya Melihat apakah pakaian-pakaian cantiknya Akan terlihat cantik juga saat membalut tubuhnya Memastikan dirinya terlihat hampir sempurna Sebelum ia pergi bekerja
Sudah. Sudah cantik kamu, Bunga.
Sekarang pergilah. Bunga memberikan suara itu sebuah senyuman Terima kasih. Kenapa dengan senyuman itu? Bukankah kamu mempunyai senyuman yang jauh lebih indah dari itu?
Bunga memutar tubuh kecilnya
Kecil Seperti bukan apa-apa di bumi yang sebesar ini Tidak terlihat Tidak pula dianggap Tapi aku ingin dilihat Aku ingin dianggap
Kini Bunga tak lagi menatap cermin
Justru Ia membelakangi Cermin Yang terlalu apa adanya Memaksa ia melihat duri diantara indah rupanya Menyapa segala kerumpangan pada raganya Juga jiwanya Apalagi hidupnya
Bahagiakah setangkai mawar yang indah jika ia tetap tidak dianggap?
Tidak dihargai, Tidak pula diberikan cuma-cuma? Ia justru dibiarkan layu Lalu dianggap sampah Tidak pernah dimiliki dan dicinta Bahagiakah ia? Biar aku saja
Setiap pagi aku
Karena rindumu Tidak sebesar rinduku Atau bahkan Kamu tidak memiliki rindu itu?