Вы находитесь на странице: 1из 24

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP


ABNORMAL RETURN

ARTIKEL ILMIAH

Oleh:

SAVITRI KASTUTISARI
2009310013

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS


SURABAYA
2013
PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

Nama : Savitri Kastutisari

Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 3 Agustus 1990

N.I.M : 2009310013

Jurusan : Akuntansi

Program Pendidikan : Strata 1

Konsentrasi : Akuntansi Keuangan

Judul : Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility

(CSR) terhadap Abnormal Return

Disetujui dan diterima baik oleh :

Dosen Pembimbing

(Nurul Hasanah Uswati Dewi, S.E., M.Si., Ak.)

Ketua Program Studi S1 Akuntansi

(Supriyati, S.E., M.Si., Ak.)

ii
PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP
ABNORMAL RETURN
Savitri Kastutisari
STIE Perbanas Surabaya
Email : 2009310013@students.perbanas.ac.id
Jl. Nginden Semolo 34 -36 Surabaya

ABSTRACT
This research aims to examine the effect of Corporate Social Responsibility (CSR) disclosure
toward abnormal return. The variables of this study consist of CSR disclosure as an
independent variable, Return on Equity (ROE) and Price to Book Value (PBV) as control
variables, and abnormal return as a dependent variable. The sample of the study consist of
120 manufacturing companies listed at Indonesian Stock Exchange (BEI) 2008-2011. The
result has shown that only CSR disclosure does not have significant effect on abnormal
return. The research indicates that both investors and companies still have a low perception
about CSR. CSR disclosure does not cause investor reaction, so it does not affect the
abnormal return. The implication of this research is that investors are less concerned with
the corporate social responsibility in making decision to invest. It is expected to increase the
motivation of the companies to disclose CSR. In addition, investors are also expected to be
more aware of the importance of CSR issues in the future, so that will increase awareness of
the company to implement CSR activities to maximize the positive impacts and minimize the
negative impact of the activity.

Keywords: Corporate Social Reponsibility (CSR) Disclosure, Return on Equity (ROE), Price
to Book Value (PBV), Abnormal Return.

PENDAHULUAN Sustainability Reporting). Pelaporan ini


Laporan keuangan yaitu laporan laba rugi, dituangkan dalam bentuk sustainability
laporan perubahan ekuitas, neraca, laporan report. CSR adalah kewajiban setiap
arus kas, dan catatan atas laporan perusahaan terhadap komunitas sekitar
keuangan merupakan sumber informasi yang dilakukan secara berkelanjutan
yang dipakai investor ketika menanamkan sebagai dampak dari aktivitas operasional
dananya pada suatu perusahaan dan juga perusahaan untuk kelangsungan hidup
para pemangku kepentingan yang lainnya perusahaan di masa mendatang dengan
ketika menilai kinerja suatu perusahaan memberikan bantuan serta solusi yang
untuk membuat keputusan (Mamduh, terbaik kepada karyawan, masyarakat,
2009:6). Ada berbagai macam sumber lain konsumen serta lingkungan. Pelaksanaan
yang dapat digunakan karena laporan maupun pelaporan tanggung jawab sosial
keuangan saja belum cukup digunakan dan lingkungan Perseroan telah diwajibkan
untuk pengambilan keputusan, salah melalui Undang-Undang No.40 Tahun
satunya Corporate Social Responsibility 2007 tentang Perseroan Terbatas (yang
(CSR) yang dilakukan oleh perusahaan. merupakan hasil revisi dari Undang –
Owen (2005) menyatakan bahwa setelah Undang Nomor 1 Tahun 1995).
terjadinya kasus yang menimpa Enron di Implementasi pelaksanaan
Amerika, perusahaan lebih memberikan tanggung jawab berkelanjutan di Indonesia
perhatian yang besar terhadap pelaporan didukung oleh sejumlah aturan seperti
berkelanjutan perusahaan (Corporate Undang-Undang No 32 Tahun 2009

1
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Pyle dalam Scott, 2012:475), perusahaan
Lingkungan Hidup (PPLH) yang dapat meningkatkan nilai perusahaan
merupakan hasil revisi dari Undang- melalui pelaporannya dengan
Undang No 23 Tahun 1997 tentang mengirimkan sinyal melalui laporan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang- tahunannya. Oleh karena itu, diharapkan
Undang No 32 Tahun 2009 tentang PPLH investor mempertimbangkan informasi
tersebut juga menjelaskan mengenai sanksi CSR yang diungkapkan dalam laporan
yang dikenakan.Pelaporanitu sendiri tahunan perusahan. Jika informasi CSR
memiliki enam indikator pengungkapan dipertimbangkan investor dalam
menurut Global Reporting Intiative (GRI, pengambilan keputusan yang disertai
merupakan sebuah jaringan berbasis kenaikan pembelian saham perusahaan
organisasi yang telah mempelopori maka terjadi kenaikan harga saham yang
perkembangan dunia, paling banyak melebihi return yang diharapkan oleh
menggunakan kerangka laporan investor sehinggamenyebabkan abnormal
keberlanjutan dan berkomitmen untuk return (Megawati, 2011).
terus-menerus melakukan perbaikan dan Selanjutnya, peneliti menguji
penerapan di seluruh dunia), yaitu kinerja variabel kontrol yang terdiri dari variabel-
ekonomi, lingkungan, tenaga kerja, hak variabel yang mempengaruhi abnormal
asasi manusia, masyarakat, dan tanggung return selain variabel independen utama
jawab terhadap produk.Walaupun telah pengungkapan CSR. Variabel kontrol yang
diatur oleh Pemerintah dalam Undang- digunakan yaitu ROE dan PBV. Return on
Undang, namun tata cara mengenai Equity (ROE) menunjukkan kemampuan
pelaksanaan CSR tidak dijelaskan secara perusahaan menghasilkan laba bersih
lebih spesifik. Undang-Undang tidak (Mamduh, 2009:84). Investor selalu
menjelaskan secara rinci bagaimana CSR berharap untuk mendapatkan ROE yang
dilakukan dan dilaporankan dalam laporan tinggi, akan tetapi harapan investor ini
tahunan, sehingga pelaksanaannya tidak selalu sesuai dengan kenyataannya
perusahaan terkesan hanya untuk karena adanya faktor resiko. ROE yang
memenuhi peraturan. Padahal, investor tidak terduga atau tidak sesuai dengan
mengapresiasi informasi CSR yang ekspektasi dari investor dapat membuat
diungkapkan dalam laporan tahunan pasar bereaksi yang ditunjukan dengan
perusahaan yang berarti bahwa jumlah adanya abnormal return.
investor dapat meningkat (Sayekti, 2008). Price to book value (PBV)
Pengungkapan CSR oleh merupakan angka rasio yang menjelaskan
perusahaan diharapkan mampu seberapa kali seorang investor bersedia
memberikan sinyal kepada investor. membayar sebuah saham untuk setiap nilai
Perusahaan yang melaksanakan CSR buku per sahamnya (Darmadji, 2001:141).
mengharapkan direspon positif oleh pelaku Perusahaan dengan PBV yang tinggi
pasar atau investor. Suatu informasi dapat memungkinkan perusahaan mendapatkan
dikatakan mempunyai nilai bagi investor atau menambah laba sehingga PBV
apabila informasi tersebut memberikan perusahaan merupakan hal yang perlu
reaksi untuk melakukan transaksi di pasar dipertimbangkan oleh investor (Scott
modal. Hal ini dapat dilihat dari abnormal dalam Megawati, 2011). Kenaikan atau
return yang merupakan salah satu penurunan PBV perusahaan memiliki
indikator yang dapat dipakai guna melihat kandungan informasi yang akan
keadaan pasar yang sedang terjadi. menimbulkan reaksi investor yang
Abnormal return itu sendiri merupakan ditunjukan dengan abnormal return.
selisih antara realized return dengan Penelitian ini mencoba untuk
expected return (Jogiyanto, 2009:557). menguji apakah pengungkapan CSR dapat
Berdasarkan signaling theory (Leland dan mempengaruhi abnormal return.

2
Penelitian diharapkan dapat memberikan for Sustainable Development (WBCSD)
masukan kepada perusahaan dan investor merupakan suatu komitmen berkelanjutan
pada khususnya dan mahasiswa pada oleh dunia usaha untuk bertindak secara
umumnya mengenai pengaruh etis dan memberikan kontribusi kepada
pengungkapan CSR terhadap reaksi pengembangan ekonomi dari komunitas
investor. setempat ataupun masyarakat secara luas,
bersamaan dengan peningkatan taraf hidup
RERANGKA TEORITIS DAN pekerjanya beserta seluruh keluarganya.
HIPOTESIS Menurut ISO 26000, CSR
Landasan Teori merupakan tanggung jawab sebuah
Signalling Theory organisasi terhadap dampak-dampak dari
Signalling theory (teori sinyal) digunakan keputusan-keputusan dan kegiatan-
untuk menjelaskan bahwa pada dasarnya kegiatannya pada masyarakat dan
suatu informasi dimanfaatkan perusahaan lingkungan yang diwujudkan dalam
untuk memberi sinyal positif maupun bentuk perilaku transparan dan etis yang
negatif kepada pemakainya. Teori sinyal sejalan dengan pembangunan
(Leland dan Pyle dalam Scott, 2012:475) berkelanjutan dan kesejahteraan
menyatakan bahwa pihak eksekutif masyarakat,dengan mempertimbangkan
perusahaan yang memiliki informasi lebih harapan serta penghormatan terhadap
baik mengenai perusahaannya akan pemangku kepentingan, sejalan dengan
terdorong untuk menyampaikan informasi hukum yang ditetapkan dan norma-norma
tersebut kepada calon investor dimana perilaku internasional, serta terintegrasi
perusahaan dapat meningkatkan nilai dengan organisasi secara menyeluruh dan
perusahaan melalui pelaporannya dengan penghormatan terhadap HAM.
mengirimkan sinyal melalui laporan Kotler dan Lee dalam Ismail
tahunannya. Manajemen tidak sepenuhnya (2009:5) mendefinisikan CSR sebagai
menyampaikan seluruh informasi yang sebuah komitmen untuk meningkatkan
diperolehnya tentang semua hal yang dapat kesejahteraan masyarakat melalui diskresi
mempengaruhi nilai perusahaan ke pasar praktek bisnis dan kontribusi sumber daya
modal, sehingga jika manajemen perusahaan. Definisi oleh Philip Kotler
menyampaikan suatu informasi ke pasar, dan Nancy Lee tersebut dapat dijadikan
maka umumnya pasar akan bereaksi pemahaman bahwa pelaksanaan CSR
terhadap informasi tersebut sebagai suatu merupakan suatu komitmen perusahaan
sinyal (Listiana:2009). yang dengan rela melaksanakan CSR
Pengungkapan CSR dalam annual untuk turut serta dalam peningkatan
report diharapkan mampu dijadikan sinyal kesejahteraan komunitas dan tidak semata
oleh perusahaan ketika menarik minat mata hanya memenuhi tuntutan hukum
investor untuk menanamkan dana pada maupun Undang-Undang.
saham perusahaan. Investor akan bereaksi Jadi, dari beberapa definisi CSR
positif apabila melihat perusahaan dapat disimpulkan bahwa CSR adalah
mengimplementasikan CSR. Hal inilah kewajiban setiap perusahaan terhadap
yang memotivasi perusahaan mencoba komunitas sekitar yang dilakukan secara
memberikan sinyal positif ketika berkelanjutan sebagai dampak dari
mengungkapkan CSR. aktivitas operasional perusahaan untuk
kelangsungan hidup perusahaan di masa
Corporate Social Responsibility (CSR) mendatang dengan memberikan bantuan
Definisi Corporate Social Responsibility serta solusi yang terbaik kepada karyawan,
(CSR) menurut World Business Council masyarakat, konsumen serta lingkungan.

3
Pengungkapan Corporate Social organisasi dalam hal ekonomi, lingkungan,
Responsibility (CSR) dan sosial. Organisasi didorong untuk
Undang-Undang No.40 Tahun 2007 pasal mengikuti struktur ini dalam
66 ayat (2) tentang Perseroan Terbatas mengkompilasi laporan mereka, namun
berisi mengenai kewajibkan perusahaan demikian format lainnya tetap dapat
dalam mengungkapkan atau melaporkan dipilih. Berikut ini penjelasan ke enam
pelaksanaan tanggung jawab sosial dalam indikator:
laporan tahunan. Pengungkapan Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban sosial Sosial Perusahaan di Bidang Ekonomi
perusahaan tersebut diungkapkan di dalam (Economic Performance Indicators)
laporan yang disebut sustainability Indikator kinerja ekonomi dari Corporate
reporting. Namun, banyak perusahaan Social Responsibility meliputi dampak
yang mengungkapkan aktivitas CSR di terhadap kondisi perekonomian akibat
dalam laporan tahunan (annual report). kegiatan operasional yang dilakukan oleh
Sustainability Reporting adalah pelaporan perusahaan yang sering disalah artikan
mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan sebagai masalah keuangan perusahaan
dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi sehingga indikator ini diasumsikan lebih
dan produknya di dalam konteks mudah untuk diimplementasikan dari pada
pembangunan berkelanjutan (sustainable dua indikator dari lainnya, yaitu indikator
development). Sustainability report sosial dan lingkungan. Indikator ekonomi
membahas pelaporan perusahaan tentang tidak sesederhana melaporkan keuangan
tanggung jawabnya terhadap ekonomi, atau neraca perusahaan saja, tetapi juga
lingkungan, dan sosial yang akan meliputi dampak ekonomi baik secara
mempengaruhi perusahaan secara langsung maupun tidak langsung terhadap
keseluruhan. operasional perusahaan di komunitas lokal
Tidak ada kewajiban dalam hal dan di pihak-pihak yang berpengaruh
item-item yang perlu diungkapkan. Jadi terhadap perusahaan lainnya.
aspek dan item-item informasi CSR ini Aspek-aspek yang perlu
masih bersifat sukarela (voluntary). Lako diungkapkan dalam indikator kinerja
(2010:65) menganjurkan perusahaan untuk ekonomi yaitu kinerja ekonomi, kehadiran
bisa mulai mengadopsi Sustainability pasar dan dampak ekonomi tidak
Reporting Guideliness (SRG) dari Global langsung.
Reporting Initiative (GRI) karena belum
adanya pedoman dari pemerintah dan Pengungkapan Pertanggungjawaban
Ikatan Akuntan Indonesia. GRI Sosial Perusahaan di Bidang
memberikan pedoman yang cukup Lingkungan (Environmental
komprehensif bagi perusahaan dalam Performance Indicators)
pelaporan informasi terkait dengan biaya Investor akan lebih memilih perusahaan
(cost), dan kinerja ekonomi, lingkungan, yang peka terhadap lingkungan sekitar.
dan sosial. Berdasarkan indikator kinerja Kelestarian lingkungan baik secara
GRI, pengungkapan CSR terdiri dari tiga langsung maupun tidak langsung,
indikator kinerja yaitu indikator kinerja berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
ekonomi, lingkungan, dan sosial. Pada Perusahaan manufaktur misalnya, dalam
indikator kinerja sosial, dikategorikan melakukan kegiatan operasional
lebih lanjut ke dalam tiga kategori yaitu pengolahan produknya, pada akhirnya
tenaga kerja, hak asasi manusia, perusahaan pasti akan menghasilkan
masyarakat, dan tanggung jawab produk. limbah dan polusi. Perusahaan sering kali
Sehingga total ada enam indikator. membuang limbah-limbah ini tanpa
Indikator kinerja menghasilkan diproses lebih lanjut yang akan merusak
perbandingan informasi mengenai kinerja lingkungan dan polusinya pun juga akan

4
berdampak pada pemukiman masyarakat terhadap perusahaan. Pemberian fasilitas-
yang berada disekitar perusahaan. Dari fasilitas yang layak terhadap karyawan dan
kasus tersebut, masyarakat bisa keseragaman tanpa diskriminasi dapat
mengancam kelangsungan hidup menciptakan loyalitas terhadap
perusahaan karena pembuangan limbah perusahaan, dan hubungan perusahaan
yang semena-mena tersebut. Selain itu, terhadap tenaga kerja menjadi semakin
pemerintah bisa mengenakan sanksi pada solid. Layanan kesehatan dan pelatihan
perusahaan atas kejadian ini. serta pendidikan bagi pekerja merupakan
Kasus pencemaran lingkungan salah satu contoh bentuk tanggung jawab
akibat pembuangan limbah oleh PT Free perusahaan terhadap tenaga kerjanya.
Port Indonesia di Papua dan PT Newmon Pendidikan dan pelatihan terhadap
Minahasa di Teluk Buyat sehingga dapat pekerjakan menghasilkan tenaga kerja
menimbulkan penderitaan masyarakat yang siap dan terampil, sehingga pada
setempat adalah salah satu contohnya akhirnya akan meningkatkan kinerja
(Lako, 2010:48). Maka tidak heran jika perusahaan. Hal ini akan dapat menarik
masyarakat lalu menuntut agar perusahaan investor untuk menanamkan saham pada
ditutup (Lako, 2010:99). Jika saja perusahaan tersebut.
perusahaan peka terhadap lingkungan, hal- Perusahaaan dapat meningkatkan
hal yang dapat merugikan perusahaan rasa loyalitas pekerja terhadap perusahaan
seperti itu tidak perlu terjadi. dengan membina hubungan perusahaan
Indikator kinerja lingkungan yang baik dengan pihak pekerja, adanya
meliputi tanggung jawab keberlanjutan loyalitas pekerja di perusahaan,
yang mempengaruhi dampak organisasi perusahaan dapat meningkatkan
terhadap sistem alami hidup dan tidak produktivitas serta akan berdampak juga
hidup, termasuk ekosistem, tanah, air dan pada peningkatan kinerja serta
udara. Indikator Lingkungan meliputi profitabilitas perusahaan.
kinerja yang berhubungan dengan input Aspek-aspek yang perlu
(misalnya material, energi, dan air) dan diungkapkan dalam indikatorpraktek
output (misalnya emisi, air limbah, dan tenaga kerja dan pekerjaan layak yaitu
limbah). pekerjaan, tenaga kerja / hubungan
Aspek-aspek yang perlu manajemen, kesehatan dan keselamatan
diungkapkan dalam indikator kinerja jabatan, pelatihan dan pendidikan, serta
lingkungan yaitu material, energy, air, keberagaman dan kesempatan setara.
biodiversitas, emisi, efluen dan limbah,
produk dan jasa, kepatuhan, transportasi, Pengungkapan Pertanggungjawaban
serta keseluruhan. Sosial Perusahaan di Bidang Hak Asasi
Manusia (Human Rights Performance
Pengungkapan Pertanggungjawaban Indicators)
Sosial Perusahaan di Bidang Tenaga Banyak perusahaan salah
Kerja (Labor Practices and Decent Work mengkonsepsikan CSR secara sempit,
Performance Indicators) yaitu hanya pada masyarakat dan
Informasi mengenai perusahaan dapat lingkungan sekitar perusahaan beroperasi
membantu meyakinkan investor untuk (Lako, 2010:26). Konsepsi itu dianggap
berinvestasi di perusahaan tersebut. kecil oleh Lako jika dibandingkan dengan
Hubungan perusahaan terhadap tenaga konsepsi CSR dalam Global Impact.
kerja perusahaan merupakan salah satu Aturan dari PBB ini merumuskan 10 pilar
aspek sosial internal perusahaan yang etika bisnis (CSR) yang wajib dilakukan
perlu diperhatikan. Hubungan yang baik perusahaan global. Salah satu dari pilar
terhadap tenaga kerja dapat menciptakan tersebut adalah penghormatan pada HAM
loyalitas dan kinerja pekerja yang tinggi (Hak Asasi Manusia). Dunia bisnis harus

5
mendukung dan menghormati perusahaan tidak memiliki
perlindungan HAM yang telah keberlangsungan hidup ketika melihat
diproklamirkan secara universal, serta bahwa perusahaan tidak diterima oleh
memastikan bahwa dunia bisnis tidak masyarakat. Hal ini akan menyebabkan
terlibat secara langsung atau tidak investor tidak tertarik pada perusahaan
langsung pada pelanggaran HAM. tersebut.
Aspek-aspek yang perlu Aspek-aspek yang perlu
diungkapkan dalam indikator hak asasi diungkapkan dalam indikator kinerja
manusia yaitu praktek investasi dan masyarakat yaitu komunitas, korupsi,
pengadaan, non diskriminasi, kebebasan kebijakan publik, kelakuan tidak bersaing,
berserikat dan berunding bersama serta kepatuhan
berkumpul, pekerja anak, kerja paksa dan
kerja wajib, praktek/tindakan pengamanan, Pengungkapan Pertanggungjawaban
serta hak penduduk asli Sosial Perusahaan di Bidang Produk
(Product Responsibility Performance
Pengungkapan Pertanggungjawaban Indicators)
Sosial Perusahaan di Bidang Indikator Kinerja Tanggung Jawab Produk
Keterlibatan pada Masyarakat (Society membahas aspek produk dari organisasi
Performance Indicators) pelapor dan serta jasa yang diberikan yang
Indikator kinerja masyarakat mempengaruhi pelanggan, terutama,
memperhatikan dampak organisasi kesehatan dan keselamatan, informasi dan
terhadap masyarakat di mana mereka pelabelan, pemasaran, dan privasi. Aspek
beroperasi, dan menjelaskan risiko dari tersebut melingkupi penjelasan mengenai
interaksi dengan institusi sosial lainnya prosedur internal dan usaha yang
yang mereka kelola. dilaksanakan bila tidak memenuhi
Masyarakat adalah salah satu kepatuhan.
stakeholder yang turut disertakan oleh Salah satu output dari suatu
perusahaan. Dengan adanya dukungan perusahaan adalah produk maupun jasa.
masyarakat sebagai stakeholder, maka Perhatian terhadap kualitas produk yang
keberadaan dan keberlangsungan dihasilkan merupakan kewajiban
perusahaan tersebut bisa bertahan lama. perusahaan. Produk dengan hasil yang
Menyediakan fasilitas mudik gratis bagi berkualitas merupakan hak konsumen
masyarakat sekitar yang sudah sejak lama yang membeli dan memakainya.
dilakukan oleh berbagai perusahaan dan Keamanan produk juga merupakan suatu
juga pemberian servis mobil gratis bagi hal yang perlu diperhatikan juga oleh
pemudik yang melintasi Saradan-Madiun perusahaan. Jika konsumen dapat
yang setiap tahun diselenggarakan oleh memastikan produk tersebut aman, maka
gabungan dari brand mobil ternama konsumen tidak akan ragu untuk memakai
merupakan contoh implementasi dari CSR dan membeli kembali produk perusahaan
dibidang masyarakat. tersebut. Hal ini akan dapat meningkatkan
Perhatian perusahaan terhadap penjualan. Layanan custumers service
dampak negatif yang akan ditimbulkan salah satu contoh dari pertanggung
dari kegiatan operasi perusahaan jawaban perusahaan di bidang produknya.
merupakan salah satu aspek dari bentuk Pada bagian customer service, konsumen
pertanggung jawaban perusahaan terhadap bisa saja memberikan saran dan kritik atas
masyarakat. Ketika perusahaan produk perusahaan. Saran dan kritik dari
memperhatikan masyarakat sekitar, maka konsumen akan dapat menjadi masukan
masyarakat secara tidak langsung akan perusahaan dalam mengembangkan
menerima keberadaan perusahaan (Lako, produk agar menjadi lebih baik.
2010:196). Investor bisa saja menganggap Pengembangan produk akan dapat

6
membuat perusahaan lebih inovatif dalam memasukkan variabel ROE karena
membuat produk baru sehingga profitabilitas perusahaan memberikan
perusahaan dapat tetap bertahan dengan informasi kepada pihak luar mengenai
persaingan yang semakin ketat. Investor efektifitas operasional perusahaan.
akan semakin percaya terhadap perusahaan Investor yang akan membeli saham akan
tersebut dengan memberikan informasi tertarik dengan ukuran profitabilitas ini,
mengenai aspek-aspek dari indikator atau bagian dari total profitabilitas yang
pengungkapan CSR di bidang produk bisa dialokasikan ke pemegang saham.
tersebut. Semakin besar persentase ROE yang
Aspek-aspek yang perlu dihasilkan berarti semakin besar laba yang
diungkapkan dalam indikator tanggung bisa dialokasikan ke pemegang saham.
jawab produk yaitu kesehatan dan Rasio ini juga bisa digunakan untuk
keamanan pelanggan, pemasangan label menilai efisiensi manajemen.
bagi produk dan jasa, komunikasi
pemasaran, keleluasaan pribadi (privacy) Price to Book Value (PBV)
pelanggan, serta kepatuhan Price to book value atau PBV
menggambarkan seberapa besar pasar
Abnormal Return menghargai nilai buku saham suatu
Abnormal return adalah selisih antara perusahaan (Darmadji, 2001:141). PBV
realized return dan expected return adalah indikator penting dalam investasi
(Jogiyanto, 2009:557). Abnormal return dan merupakan rasio yang sudah secara
akan positif jika return yang didapatkan luas dipakai di berbagai analisis sekuritas
lebih besar dari return yang diharapkan dunia.
atau return yang dihitung. Sedangkan PBV juga memberikan sinyal
abnormal return akan negatif jika return kepada investor apakah harga yang dibayar
yang didapat lebih kecil dari return yang atau investasikan kepada perusahaan
diharapkan atau return yang dihitung. tersebut terlalu tinggi atau tidak jika
Abnormal return merupakan salah diasumsikan perusahaan bangkrut tiba-
satu indikator yang dipakai untuk melihat tiba. Jadi konsep utama PBV adalah
keadaan pasar yang sedang terjadi. kapitalisasi pasar dibagi oleh nilai buku.
Informasi dapat dikatakan memiliki nilai Nilai buku dapat dengan basis seluruh
bagi investor apabila informasi tersebut perusahaan atau per sahamnya saja. Rasio
memberikan reaksi untuk melakukan ini jelas membandingkan nilai pasar
transaksi di pasar modal (Jogiyanto, terhadap nilai perusahaan berdasarkan
2009:557). Aspek kepercayaan dari laporan keuangan (financial statements).
investor merupakan salah satu aspek yang Maka dapat diartikan bahwa semakin
sangat berpengaruh dalam pasar saham. tinggi nilai PBV suatu saham
Oleh sebab itu, suatu pengumuman atau mengindikasikan persepsi pasar yang
pengungkapan akan ditanggapi oleh berlebihan terhadap nilai perusahaan dan
investor dengan beragam. sebaliknya jika PBV rendah, maka
diartikan sebagai sinyal good investment
Return On Equity (ROE) opportunity dalam jangka panjang. PBV
Return on Equity (ROE) merupakan rasio digunakan karena memberikan gambaran
yang digunakan untuk mengukur seberapa kali investor mengapresiasi
kemampuan perusahaan menghasilkan sebuah saham berdasarkan nilai buku per
laba berdasarkan modal saham tertentu lembar sahamnya. Ada beberapa
(Mamduh, 2009:84). ROE sering disebut keunggulan PBV, yaitu nilai buku
dengan rentabilitas modal saham. Rasio ini merupakan ukuran yang stabil dan
mengukur besarnya tingkat pengembalian sederhana yang dapat dibandingkan
modal dari perusahaan. Pertimbangan dengan harga pasar. Keunggulan kedua

7
adalah PBV dapat dibandingkan antar (PBV). ROE adalah salah satu rasio
perusahaan sejenis untuk menunjukkan profitabilitas yang digunakan investor
tanda mahal atau murahnya suatu saham. ketika menganalisa suatu perusahaan. ROE
Namun ada juga yang mengatakan bahwa menunjukan kemampuan perusahaan
PBV merupakan indikator pertumbuhan untuk menghasilkan laba bersih
suatu perusahaan. Semakin tinggi PBV berdasarkan modalnya (Mamduh,
maka perusahaan tersebut memiliki 2009:84). Investor selalu berharap untuk
prospek bagus dimasa depan. mendapatkan ROE yang tinggi, akan tetapi
harapan investor ini tidak selalu sesuai
Hipotesis dengan kenyataannya karena adanya faktor
Investor maupun calon investor tidak resiko (Megawati, 2011). ROE yang tidak
hanya melihat perusahaan dari aspek sesuai dengan ekspektasi dari investor
ekonomi saja, namun aspek lingkungan dapat membuat pasar bereaksi yang
dan sosial juga mereka pertimbangkan. ditunjukan dengan adanya abnormal
Maka dari itu kuat dugaan bahwa investor return. Menurut Megawati (2011)
akan memberikan respon positif terhadap perubahan ROE perusahaan akan
pengungkapan CSR. mengakibatkan perubahan nilai perusahaan
Searah dengan signaling theory sehingga hal ini akan menimbulkan reaksi
(Leland dan Pyle dalam Scott, 2012:475) dari invetor yang tercermin pada abnormal
dimana perusahaan dapat meningkatkan return. Semakin tinggi ROE perusahaan
nilai perusahaan melalui pelaporannya dianggap sebagai kabar baik (good news)
dengan mengirimkan signal melalui karena ROE yang besar berarti semakin
laporan tahunannya, maka pengungkapan besar peluang para investor untuk
atau pelaporan aktivitas perusahaan yang memperoleh laba bersih dari setiap modal
berkaitan dengan CSR adalah salah satu yang diinvestasikan sehingga akan
cara untuk mengirimkan sinyal kepada direspon positif oleh pasar yang tercermin
para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam abnormal return. Sebaliknya,
dan pasar mengenai gambaran perusahaan semakin rendah ROE perusahaan dianggap
di masa yang akan datang bahwa sebagai kabar buruk (bad news) karena
perusahaan memberikan garansi atas ROE yang rendah berarti semakin kecil
keberlangsungan hidup perusahaan dimasa peluang pemilik perusahaan memperoleh
yang akan datang (going concern). keuntungan dari laba bersih untuk setiap
Pengungkapan CSR dapat memberikan modal yang diinvestasikan sehingga akan
informasi signal positif yang menyatakan direspon negatif oleh pasar.
bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari Kenaikan atau penurunan PBV
pada perusahaan lain karena peduli dengan perusahaan memiliki kandungan informasi
dampak ekonomi, lingkungan dan sosial yang menimbulkan reaksi investor yang
atas aktivitas operasi perusahaan. ditunjukan dengan abnormal return
Jadi, jika pelaporan mengenai CSR (Megawati, 2011). PBV perusahaan yang
yang dilakukan tersebut dirasa investor tinggi menandakan bahwa perusahaan
mengandung informasi, maka pasar akan kinerja yang baik dalam arti mampu
menunjukan perubahan harga, reaksi pasar meningkatkan laba, meningkatkan harga
yang menunjukan perubahan harga saham atau menghasilkan produk yang
tersebut dapat diukur dengan abnormal berhasil sehingga hal ini akan direspon
return saham. positif oleh invetor. Sedangkan, PBV
H1 : Pengungkapan CSR berpengaruh perusahaan yang rendah menandakan
terhadap abnormal return perusahaan memiliki pertumbuhan yang
Selanjutnya, penelitian ini juga rendah sehingga hal ini akan direspon
meneliti pengaruh variabel kontrol Return negatif oleh pasar. Hal ini didukung oleh
on Equity (ROE) dan Price to Book Value penelitian Lely Dahlia (2010). Dalam

8
penelitian tersebut, variabel growth yang pasti. Evidensi dinamakan premis yang
diukur dengan menggunakan PBV secara mengarah dari kesimpulan umum ke
statistik berpengaruh positif dan signifikan khusus (Supriyanto, 2009:23).
terhadap CAR. Perusahaan yang memiliki Rancangan penelitian
kesempatan tumbuh yang tinggi menggunakan data sekunder yang
diharapkan akan memberikan profitabilitas menggunakan objek data Annual Report.
yang tinggi di masa depan, dan diharapkan Annual Report yang digunakan yaitu
laba lebih persisten. Perusahaan dengan Annual Report perusahaan manufaktur
PBV yang tinggi memungkinkan tahun 2008-2011 yang diterbitkan secara
perusahaan mendapatkan atau menambah berturut-turut.
laba sehingga PBV perusahaan merupakan Pengujian data dilakukan
hal yang perlu dipertimbangkan oleh menggunakan SPSS 20 dengan melakukan
investor (Scott dalam Megawati, 2011). uji deskriptif, asumsi klasik serta uji
Semakin tinggi rasio ini berarti pasar hipotesis regresi linier berganda.
mempercayai prospek perusahaan tersebut.
Hal ini akan menjadi daya tarik bagi Identifikasi Variabel
investor untuk membelinya. Sehingga Berdasarkan rumusan masalah serta
permintaan akan saham tersebut akan naik, hipotesis yang dikembangkan, maka
kemudian mendorong harga saham variabel yang digunakan dalam penelitian
perusahaan tersebut naik. Jika harga saham ini yaitu abnormal return sebagai variabel
naik, maka akan mempengaruhi abnormal terikat (dependent variable),
return pengungkapan Corporate Social
Adapun tujuan dari penelitian ini Responsibility (CSR) sebagai variabel
adalah menguji apakah pengungkapan bebas (independent variable) serta Return
CSR berpengaruh terhadap abnormal on Equity (ROE) dan Price to Book Value
return. Maka rerangka pemikiran dapat (PBV) sebagai variabel kontrol.
digambarkan sebagai berikut:
Definisi Operasional dan Pengukuran
Gambar 1 Variabel
Rerangka Pemikiran Variabel Independen
Variabel independen penelitian ini adalah
pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR). Pengukuran
pengungkapan CSR yaitu dengan metode
content analysis yang banyak digunakan
oleh peneliti terdahulu dengan mengubah
informasi kualitatif menjadi kuantitatif
sehingga dapat diolah dalam perhitungan
statistik. Caranya adalah dengan
menggunakan sistem pemberian skor 1
METODE PENELITIAN untuk perusahaan yang mengungkapkan
Rancangan Penelitian CSR dan skor 0 untuk perusahaan yang
Berdasarkan pendekatan yang digunakan tidak mengungkapkan CSR.
dalam pengembangan teori, penelitian ini Sistem ini dilakukan dengan cara
merupakan penelitian deduktif yang menyusun daftar item pengungkapan CSR
bertujuan untuk menguji hipotesis melalui perusahaan sesuai dengan tiap perusahaan.
validasi teori atau pengujian aplikasi teori Daftar item-item pengungkapan CSR
pada keadaan tertentu. Penelitian deduktif berdasarkan Global Reporting Initiatives
berawal dari evidensi-evidensi (bukti) (GRI) dapat dilihar pada lampiran 1.
yang sudah memiliki kebenaran yang Terdapat 79 item yang terdapat dalam

9
standar GRI. Prosentase skor Keterangan:
pengungkapan CSR diukur dengan ARi,t = Abnormal return suatu saham
menggunakan persamaan sebagai berikut: i pada periode ke-t
Ri,t = Aktual return saham i pada
∑ skor CSR periode ke-t
CSRD 100%
79 RMt = Rata-rata return di pasar
beberapa periode sebelumnya (expected
Variabel Dependen
return)
Abnormal return yang merupakan selisih
dari realized return dan expected return
Variabel Kontrol
(Brown dalam Eduardus Tandelilin,
ROE: rasio yang digunakan untuk
2010:227). Abnormal return dihitung
mengukur kemampuan perusahaan
dengan menggunakan model market
menghasilkan laba berdasarkan modal
adjusted return.
saham tertentu (Mamduh, 2009:84).
Langkah-langkah perhitungan Laba Bersih
abnormal return yaitu: ROE=
Modal Saham
a. Menentukan actual return atau
realized return PBV: menggambarkan seberapa besar
Realized return yaitu return pasar menghargai nilai buku saham suatu
sesungguhnya yang terjadi (Jogiyanto, perusahaan (Darmadji, 2001:141).
2009:200), dihitung dengan menggunakan Harga Saham
PBV=
persamaan: Nilai Buku Saham
P P
R, Populasi, Sampel, dan Teknik
P
Keterangan: Pengambilan Sampel
Ri,t = Return saham tahunan Populasi penelitian ini adalah perusahaan
Pt = Harga penutupan saham pada yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
tahun ke t (BEI) seperti yang tercantum dalam
Pt-1 = Harga penutupan saham pada Indonesian Capital Market Directory
tahun ke t-1 (ICMD). Periodisasi populasi penelitian ini
mencakup data pada tahun 2008-2011.
b. Menentukan expected return Sampel yang digunakan adalah perusahaan
Expected return merupakan return manufaktur yang menerbitkan annual
yang diharapkan oleh investor ketika report dari tahun 2008-2011. Teknik
menanamkan sahamnya. Persamaannya pengambilan sampel dilakukan dengan
yaitu: menggunakan metode purposive sampling
IHSG IHSG yaitu pemilihan secara tidak acak yang
E R, informasinya diperoleh dengan
IHSG
menggunakan pertimbangan tertentu (Nur
Keterangan:
Indriantoro, 2002:131).
E[Ri,t] = Expected return tahunan pada
Adapun kriteria-kriteria
periode peristiwa ke-t
pengambilan sampel adalah perusahaan
IHSGt = Indeks harga saham
manufaktur yang terdaftar di BEI yang
gabungan pada periode
menerbitkan annual report dari tahun
periode peristiwa ke t
2008-2011, periode pelaporan keuangan
IHSGt-1 = Indeks harga saham
berakhir setiap tahun pada tanggal 31
gabungan pada periode
Desember, dan perusahaan menggunakan
periode peristiwa ke t-1
satuan mata uang Rupiah sebagai mata
uang dalam pelaporan keuangan.
c. Menentukan abnormal return
Sumber pengambilan data dalam
, , , penelitian ini adalah data sekunder yang

10
berupa laporan tahunan (annual report) kewajiban dan tanggung jawab besar
perusahaan manufaktur dan Indonesia terhadap lingkungan sekitar, sebagian
Capital Market Directory (ICMD). besar bahan baku yang digunakan berasal
Metode pengumpulan data dalam dari sumber daya alam.
penelitian ini adalah secara dokumentasi Rata-rata skor pengungkapan CSR
yaitu teknik pengumpulan data yang yang dilakukan oleh perusahaan sampel
diambil dari laporan tahunan (annual sebesar 0,2788 atau 27,88 persen dengan
report) perusahaan manufaktur dan ICMD standar deviasi sebesar 0,1190. Jarak atau
pada perusahaan manufaktur tahun 2008- rentang variasi pengungkapan CSR data
2011 selain itu juga dari website BEI satu dengan yang lainnya sebesar 0,1190
www.idx.co.id dan finance.yahoo.com. atau 11,9 persen, sehingga dapat diartikan
bahwa nilai standar deviasi tersebut kurang
ANALISIS DATA DAN dari nilai rata-rata, yang artinya nilai rata-
PEMBAHASAN rata pengungkapan CSR memiliki tingkat
Uji Statistik Deskriptif penyimpangan yang kecil karena semakin
Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif kecil tingkat penyimpangan maka semakin
dari sampel penelitian selama tahun 2008- kecil pula variasi datanya. Rata-rata skor
2011 dengan jumlah sebanyak 120 sampel pengungkapan CSR yang kecil ini diduga
penelitian untuk variabel independen disebabkan beberapa kemungkinan.
pengungkapan Corporate Social Perusahaan masih mengungkapkan CSR
Responsibility (CSR). secara sederhana dalam annual report,
karena belum adanya peraturan yang jelas
Tabel 1 serta item CSR yang diungkapkan selama
Hasil Uji Statistik Deskriptif ini masih bersifat sukarela. Sehingga,
banyak perusahaan yang melaporkan
Variable Minimum Maximum Mean
aktivitas tanggung jawab sosialnya hanya
sebagai bagian dari laporan tahunan,
CSRD .0759 .7089 .278899 bukan dalam bentuk sustainability
ROE -.8701 1.1330 .175962 reporting.
PBV -93.4928 87.9307 3.606188 Gambar 2
AR -1.1869 26.7680 .325927
Proporsi Tingkat Pengungkapan GRI

Sampel penelitian variabel


pengungkapan CSR memiliki skor 1
12%
pengungkapan terendah sebesar 0,0759 2
atau 7,59 persen dan skor pengungkapan 31%
11%
tertinggi sebesar 0,7089 atau 70,89 persen. 3
6%
Perusahaan sampel yang paling banyak 4
mengungkapkan item-item CSR adalah 5
PT. Holcim Indonesia Tbk. (SMCB) yaitu 23% 17%
6
sebesar 70,89 persen pada tahun 2011.
Sedangkan perusahaan sampel yang paling
sedikit mengungkapkan item-item CSR
adalah PT. Multipolar Tbk. (MLPL) pada Keterangan :
tahun 2008 sebesar 7,59 persen. 1. Indikator Kinerja Ekonomi
PT. Holcim Indonesia Tbk. 2. Indikator Kinerja Lingkungan
(SMCB) merupakan perusahaan yang 3. Indikator Kinerja Tenaga kerja
paling banyak mengungkapkan item-item 4. Indikator Kinerja Hak asasi
CSR, hal ini diduga karena SMCB manusia
merupakan perusahaan yang memiliki
11
5. Indikator Kinerja Masyarakat per saham jauh lebih rendah dibandingkan
6. Indikator Kinerja Produk harga dipasar.
Rata-rata abnormal return adalah
Gambar 2 menunjukkan proporsi sebesar 0,3259 dengan standar deviasi
tingkat pengungkapan CSR berdasarkan sebesar 2,6403. Standar deviasi yang lebih
masing-masing indikator GRI. Perusahaan tinggi dari rata – rata ini menunjukkan
yang menjadi sampel paling banyak bahwa tingkat penyimpangan yang besar
melakukan pengungkapan CSR untuk artinya semakin besar tingkat
kinerja ekonomi yaitu sebesar 31 persen, penyimpangan, maka variasi dari variabel
kemudian 23 persen untuk kinerja tenaga abnormal return terbilang tinggi. Pada
kerja, 17 persen untuk kinerja lingkungan, periode penelitian 2008-2011, tampak
12 persen untuk tanggung jawab produk, bahwa nilai abnormal return terendah
11 persen untuk kinerja masyarakat dan sebesar -1,1869 dari PT. Lion Metal
terendah adalah kinerja hak asasi manusia Works (LION) tahun 2009. Abnormal
yaitu hanya sebesar 6 persen. return yang bernilai negatif dapat diartikan
Rata-rata ROE adalah sebesar bahwa ternyata return yang didapatkan
0,17596 atau 17,5963 persen dengan oleh investor lebih kecil dari pada return
standar deviasi sebesar 0,211769. Standar yang diharapkan. Pada tahun 2009, return
deviasi yang lebih tinggi dari rata – rata ini yang didapatkan oleh investor LION
menunjukkan bahwa tingkat (realized return) sebesar -0.32 yang berarti
penyimpangan yang besarartinya semakin capital loss atau memperoleh kerugian,
besar tingkat penyimpangan, maka variasi sedangkan return pasar (expected return)
dari variabel ROE terbilang tinggi. Pada pada saat itu sebesar 0,8698, sehingga jika
periode penelitian 2008-2011, tampak realized return lebih kecil dari expected
bahwa nilai ROE terendah sebesar -0,8701 return, maka abnormal return akan bernilai
atau -87,01 persen yang merupakan ROE negatif. Abnormal tertinggi yaitu sebesar
dari PT. Myoh Technology Tbk. (MYOH) 26,7680 yang merupakan abnormal return
tahun 2008 karena pada tahun ini dari PT. Myoh Technology Tbk. (MYOH)
perusahaan mengalami kerugian. tahun 2011. Perusahaan tersebut memiliki
Sedangkan ROE tertinggi sebesar 1,1330 abnormal return yang bernilai positif
atau 113,30 persen yang merupakan ROE dapat diartikan bahwa return yang
dari PT. Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) didapatkan oleh investor lebih besar dari
tahun 2011. return yang diharapkan. Pada tahun 2011,
Rata-rata PBV adalah sebesar return yang didapatkan oleh investor
3,6061 dengan standar deviasi sebesar MYOH (realized return) sebesar 26,80
13,8549. Nilai standar deviasi tersebut yang berarti capital gain, sedangkan return
lebih besar dari rata-rata, sehingga dapat pasar (expected return) pada saat itu
disimpulkan bahwa nilai rata-rata PBV sebesar 0,0319, sehingga jika realized
memiliki nilai penyimpangan besar, return lebih besar dari expected return,
semakin besar tingkat penyimpangan, maka abnormal return akan bernilai
maka semakin besar pula variasi datanya. positif.
Pada periode penelitian 2008-2011,
tampak bahwa nilai PBV terendah sebesar Uji Asumsi Klasik
-93,49 yang merupakan PBV dari PT. Uji Normalitas
Myoh Technology Tbk. (MYOH) tahun Hasil uji asumsi klasik uji normalitas pada
2010. Sedangkan PBV tertinggi adalah penelitian ini menghasilkan bahwa data
sebesar 87,93 yang merupakan PBV dari sebanyak 120 perusahaan manufaktur yang
PT. Myoh Technology Tbk. (MYOH) terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak
tahun 2009. Nilai PBV yang tinggi dari terdistribusi normal dengan hasil uji
MYOH ini disebabkan karena nilai buku signifikansi 0.00 < 0.05. Namun setelah di

12
lakukan screening dengan z-score data Hasil uji F pada tabel 3
menjadi 104 perusahaan dan terdistribusi menunjukkan nilai signifikansi sebesar
normal dengan signifikansi 0.346 > 0.05. 0.028. Karena nilai signifikansi lebih besar
dari 0,05 berarti H0 ditolak dan H1
Uji Multikolonieritas diterima yang berarti bahwa model regresi
Berdasarkan hasil analisis, menunjukkan dikatakan fit.
bahwa masing-masing variabel memiliki
nilai VIF dibawah 10 dan nilai tolerance di Tabel 4
atas 0,10 yang berarti bahwa tidak terjadi Hasil Uji t
multikolonieritas antar variabel
independen dalam analisis. Dari hasil uji Model Coefficients t Sig.
ini korelasi antar variabel independen tidak
terdapat korelasi. (Constant) -.207 -1.163 .248
CSRD .555 .974 .333
Uji Hipotesis ROE 1.632 2.512 .014
Analisis data dilakukan dengan PBV -.092 -2.139 .035
menggunakan analisis regresi berganda
untuk mengetahui pengaruh pengungkapan
Dari hasil uji t (parsial) pada tabel
CSR, variabel kontrol ROE, dan PBV
4 dapat dijabarkan pengaruh masing-
tehadap abnormal return .
masing variabel independen dan kontrol
terhadap variabel dependen.
Tabel 2
a. Pengaruh CSR terhadap abnormal
Output Uji Koefisien Determinasi
return
Hasil uji statistik t untuk variabel
R R Square Adjusted R Square pengungkapan CSR yang ditunjukkan
.294a .086 .059 dengan CSRD menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,333 > 0,05 yang
Tabel 2 menunjukkan besarnya berarti bahwa Ho diterima dan Ha ditolak,
nilai adjusted R square sebesar 0,059 yang variabel pengungkapan CSR tidak
berarti bahwa 5,9 persen variabel berpengaruh terhadap variabel abnormal
abnormal return dapat dijelaskan oleh return.
variabel pengungkapan CSR, ROE, dan b. Pengaruh ROE terhadap abnormal
PBV. Sedangkan sisanya sebesar 94,1 return
persen dijelaskan oleh variabel lainnya Hasil uji statistik t untuk variabel ROE
yang tidak dimasukkan dalam model dengan nilai signifikansi sebesar 0,014 <
regresi. 0,05 yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima variabel ROE berpengaruh
Tabel 3 terhadap variabel abnormal return.
Hasil Uji F c. Pengaruh PBV terhadap abnormal
return
Hasil uji statistik t untuk variabel PBV
Model Sum of Mean F Sig.
dengan nilai signifikansi sebesaryang
Squares Square ditunjukkan dengan CSRD menunjukkan
Regression 3.329 1.110 3.149 .028b nilai signifikansi sebesar 0,035 < 0,05
Residual 35.239 .352 yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima, variabel pengungkapan CSR
Total 38.568
berpengaruh terhadap variabel abnormal
return.

13
Model regresi dapat disusun menjadi: Berdasarkan hasil pengamatan
AR= -0,207 + 1,632 ROE - 0,092 PBV + e peneliti, tingkat pengungkapan CSR
Model regresi menunjukkan nilai perusahaan dalam laporan tahunan masih
konstanta sebesar -0,207, yang berarti sangat rendah. Hal ini sesuai dengan
bahwa jika seluruh nilai variabel kondisi di Indonesia bahwa item
independen bernilai 0, maka nilai pengungkapan CSR masih bersifat
abnormal return yang terjadi sebesar - sukarela, sehingga mereka tidak terlalu
0.207. Penurunan abnormal return akan memfokuskan perhatiannya untuk
terjadi meskipun tidak dipengaruhi oleh melakukan pengungkapan CSR.
variabel pengungkapan CSR, ROE dan Perusahaan masih menggunakan struktur
PBV. Koefisien regresi (β) ROE sebesar pengungkapan CSR yang masih sederhana,
1,632 menunjukkan bahwa setiap hal ini disebabkan karena belum adanya
penambahan satu kali rasio ROE maka peraturan yang jelas, sehingga banyak
akan menambah abnormal return sebesar perusahaan yang melaporkan informasi
1,632. Koefisien regresi (β) PBV sebesar - lingkungan dan tanggung jawab sosialnya
0,092 menunjukkan bahwa setiap hanya sebagai bagian dari laporan tahunan,
penambahan satu kali rasio PBV maka dan bukan dalam bentuk sustainability
akan menurunkan abnormal return sebesar report. Terbukti bahwa rata-rata
0,092. pengungkapan CSR yang dilakukan
Hasil pengujian menunjukkan, perusahaan pada sampel penelitian masih
pengungkapan CSR tidak berpengaruh dibawah 30 persen. Hanya enam
signifikan terhadap abnormal return. perusahaan atau 5 persen dari 120 sampel
Penelitian ini sejalan dengan penelitian penelitian yang memiliki skor
terdahulu. Beberapa diantaranya adalah pengungkapan di atas 50 persen dan
penelitian Titisari (2010), Lely Dahlia sisanya atau 114 perusahaan masih
(2010), dan Brammer (2005). mengungkapkan CSR di bawah 50 persen.
Pengungkapan CSR ternyata bukanlah Hal ini menandakan rendahnya motivasi
variabel yang mempengaruhi abnormal perusahaan dalam mengungkapkan CSR.
return. Investor kurang menaruh perhatian Peneliti terdahulu yang berhasil
terhadap aktivitas tanggung jawab sosial menunjukkan adanya pengaruh
perusahaan dalam memutuskan untuk pengungkapan CSR terhadap abnormal
berinvestasi. Tinggi rendahnya return, di antaranya adalah penelitian oleh
pengungkapan CSR ternyata tidak Megawati Cheng dan Julius Jogi (2011).
dipergunakan investor dalam Peneliti menduga bahwa hasil yang
mempertimbangkan keputusannya dalam berbeda dari para peneliti-peneliti
berinvestasi. Hasil penelitian menunjukkan sebelumnya tersebut dikarenakan
bahwa pengungkapan CSR dalam annual perusahaan sangat jarang sekali
report tidak mampu dijadikan sinyal oleh mengungkapkan aktivitas CSR yang telah
perusahaan ketika menarik minat investor diimplementasikan dalam laporan tahunan.
untuk menanamkan dana pada saham Hal ini terbukti bahwa rata-rata prosentase
perusahaan. Investor tidak bereaksi ketika pengungkapan CSR yang dilakukan tiga
hanya melihat perusahaan puluh perusahaan sampel selama empat
mengimplementasikan CSR. Sinyal yang tahun hanya sebesar 27,88 persen. Dari
diberikan oleh perusahaan dengan ketiga puluh sampel perusahaan yang
mencoba untuk memberikan suatu diteliti, hanya ada empat perusahaan yang
informasi atas implementasi CSR yang menerbitkan sustainability report, yaitu
telah dilakukan oleh perusahaan, ternyata PT. Asahimas Flat Glass Tbk., PT. Holcim
tidak mampu dijadikan sinyal positif Indonesia Tbk., PT. Astra International
dalam menarik minat investor untuk Tbk., dan PT. Unilever Indonesia Tbk.
berinvestasi. Sehingga investor tidak menggunakan

14
pengungkapan CSR dalam pengambilan informasi baik ini akan direspon positif
keputusan untuk berinvestasi. oleh pasar yang disertai dengan pembelian
Tidak adanya pedoman saham oleh investor yang tercermin dalam
pengungkapan CSR yang jelas dari abnormal return.
pemerintah maupun suatu organisasi yang Hasil pengujian variabel kontrol
menetapkan standar pelaporan seperti PBV menunjukkan pengaruh terhadap
Ikatan Akuntan Indonesia menyebabkan abnormal return. Dugaan awal peneliti
perusahaan tidak banyak yang memahami adalah bahwa semakin tinggi PBV maka
adanya hal-hal apa saja yang harus semakin tinggi pula abnormal return.
diungkapkan oleh perusahaan sehingga Namun pada kenyataannya, hubungan
menimbulkan persepsi yang berbeda oleh PBV terhadap abnormal return bernilai
perusahaan dalam menerjemahkan maupun negatif. semakin tinggi PBV maka
menafsirkan makna dari setiap item. semakin tinggi pula harga saham suatu
Peneliti satu dengan peneliti lainnya akan perusahaan. Jika harga saham suatu
terlihat berbeda dalam memaknai setiap perusahaan tersebut sudah mahal, maka
item-item pengungkapan CSR. Peneliti- saham tersebut akan kehilangan daya
peneliti terdahulu sangat bervariasi dalam tariknya oleh investor. Oleh karena itu
penggunaan daftar item (indeks) investor lebih menyukai PBV yang
pengungkapan. bernilai rendah. Karena, PBV yang rendah
Penelitian ini berhasil menandakan bahwa harga saham tersebut
menunjukkan bahwa ROE merupakan terbilang murah, sehingga dapat dikatakan
salah satu informasi yang akan layak untuk dibeli agar pada saat saham
dipertimbangkan oleh investor dalam tersebut dijual ketika harga saham kembali
pengambilan keputusan. Investor ternyata normal, maka investor akan mendapatkan
akan tetap mempertimbangkan dan capital gain yang tinggi.
menggunakan informasi ROE suatu Penelitian terdahulu yang juga
perusahaan dalam menentukan efisiensi searah dengan penelitian ini yaitu Lely
manajemen dalam pengelolaan (2010). Namun, bertolak belakang dengan
perusahaan. Adanya ROE yang tinggi, penelitian oleh Megawati dan Julius
akan menunjukkan bahwa efisiensi (2011). Perbedaan ini kemungkinan
manajemen dalam mengelola modal disebabkan karena investor pada
terbilang tinggi, sehingga investor perusahaan sampel penelitian ini
memiliki kepercayaan dan kepastian cenderung melakukan profit taking, yaitu
mengenai prospek perusahaan di masa dengan membeli saham ketika harga
mendatang. saham rendah (undervalue) atau menjual
Penelitian ini konsisten dengan ketika harga saham tinggi (overvalue).
penelitian-penelitian sebelumnya. Sehingga akan menyebabkan reaksi
Penelitian yang dilakukan oleh Zahroh investor atas pergerakan harga saham
Naimah dan Siddharta Utama (2006) serta perusahaan di pasar.
Megawati Cheng dan Julius Jogi (2011).
Perubahan ROE perusahaan akan SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN,
mengakibatkan perubahan nilai perusahaan DAN KETERBATASAN
sehingga hal ini akan menimbulkan reaksi Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
investor yang tercermin pada abnormal mengetahui pengaruh pengungkapan
return. Semakin tinggi ROE perusahaan Corporate Social Responsibility (CSR)
dianggap sebagai kabar baik karena ROE dalam laporan tahunan terhadap abnormal
yang tinggi bisa diartikan bahwa investor return perusahaan manufaktur yang
akan mendapatkan peluang semakin besar terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
untuk memperoleh laba bersih dari setiap Penelitian ini menggunakan variabel
laba modal yang diinvestasikan. Sehingga independen pengungkapan CSR serta

15
variabel kontrol Return on Equity (ROE) terhadap prospek perusahaan di masa
dan Price to Book Value (PBV). Variabel mendatang, maka investor akan
dependen dalam penelitian ini adalah menunjukkan reaksi dengan melakukan
abnormal return. investasi pada perusahaan tersebut.
Pengambilan sampel dilakukan Tingginya investasi saham yang dilakukan
menggunakan metode purposive sampling oleh investor akan membuat harga saham
dengan kriteria yaitu perusahaan tinggi sehingga menyebabkan abnormal
manufaktur yang terdaftar di BEI selama return.
tahun 2008 – 2011 yang menerbitkan c. Variabel kontrol PBV berpengaruh
annual report selama periode pengamatan terhadap abnormal return.
yaitu dari tahun 2008 sampai tahun 2011. Informasi PBV suatu perusahaan
Empat tahun periode pengamatan ini digunakan oleh investor dalam
ditemukan 35 perusahaan yang pengambilan keputusan untuk membeli
menerbitkan annual report secara atau tidak suatu saham perusahaan karena
konsisten dan dari 35 perusahaan tersebut murah atau mahalnya harga saham dapat
hanya tiga puluh perusahaan yang dilihat dari PBV suatu perusahaan. Oleh
dijadikan sampel setiap tahunnya sehingga karena itu, informasi PBV ini pada
total sebesar 120 sampel. akhirnya akan membuat investor beraksi
Berdasarkan penelitian yang telah yang tercermin dalam abnormal return.
dilakukan, maka peneliti dapat Implikasi dari penelitian ini yaitu
menyimpulkan bahwa: pengungkapan CSR dalam annual report
a. Pengungkapan CSR tidak berpengaruh tidak mencerminkan kondisi serta prospek
terhadap abnormal return. perusahaan dimasa mendatang, sehingga
Investor kurang menaruh perhatian investor tidak menggunakan
terhadap aktivitas tanggung jawab sosial pengungkapan CSR dalam pengambilan
perusahaan dalam memutuskan untuk keputusan untuk berinvestasi. Hal ini
berinvestasi. Tinggi rendahnya diharapkan dapat meningkatkan motivasi
pengungkapan CSR ternyata tidak perusahaan dalam mengungkapkan CSR
dipergunakan investor dalam yang telah dilakukan. Selain itu,
mempertimbangkan keputusannya dalam diharapkan investor juga lebih menyadari
berinvestasi. Penelitian ini tidak berhasil pentingnya isu CSR di masa depan,
mendukung signalling theory yang sehingga akan meningkatkan kesadaran
menyatakan bahwa pada dasarnya suatu perusahaan untuk mengimplementasikan
informasi dimanfaatkan perusahaan untuk aktivitas CSR dengan memaksimalkan
memberi sinyal positif maupun negatif. dampak positif serta meminimalkan
Baik investor maupun perusahaan masih dampak negatif dari kegiatan tersebut.
memiliki persepsi yang rendah mengenai Saran yang dapat diberikan untuk
CSR. Pada akhirnya, pengungkapan CSR peneliti selanjutnya diharapkan
oleh suatu perusahaan tidak menimbulkan menggunakan sampel perusahaan yang
reaksi investor, sehingga tidak konsisten agar didapatkan hasil yang lebih
mempengaruhi abnormal return. akurat dam menggunakan indeks GRI
b. Variabel kontrol ROE berpengaruh harus terus mengikuti perkembangan yang
terhadap abnormal return. ada dari organisasi yang terkait dengan
Adanya ROE yang tinggi, akan CSR.
menunjukkan bahwa efisiensi manajemen Peneliti menyadari bahwa
dalam mengelola perusahaan terbilang - penelitian ini masih jauh dari
tinggi, sehingga investor memiliki kesempurnaan, untuk itu masih ada
kepercayaan dan kepastian mengenai keterbatasan-keterbatasan yang disebabkan
prospek perusahaan di masa mendatang. oleh beberapa hal yaitu sampel yang
Ketika investor menaruh kepercayaan digunakan oleh peneliti adalah hanya

16
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Eduardus Tandelilin. 2010. Portofolio dan
BEI, sehingga tidak bisa menggeneralisasi Investasi: Teori dan Aplikasi.
seluruh perusahaan go public yang Yogyakarta: Kanisius.
terdaftar di BEI. Unsur subyektivitas
dalam mengukur indeks CSR, karena tidak Global Reporting Initiatives. 2000.
ada ketentuan yang dapat dijadikan standar Pedoman Laporan Berkelanjutan.
acuan, sehingga penentuan indeks untuk From
indikator GRI yang sama dapat berbeda https://www.globalreporting.org/repo
antar setiap peneliti maupun perusahaan. rting/reporting-framework-
Pada penelitian ini, penentuan pengukuran overview/pages/default.aspx
pengungkapan corporate social
responsibility didasarkan pada pemahaman Ismail Solihin. 2008. Corporate Social
peneliti. Sampel perusahaan setiap tahun Responsibility: From Charity to
berturut-turut tidak konsisten setelah Sustainability. Jakarta: Salemba
dilakukan skrining data outlier. Empat.

ISO 26000. Guidance on Social


DAFTAR RUJUKAN Responsibility. From
http://www.pmhr.ir/unit/apo/pdf/iso2
Andreas Lako. 2010. Dekonstruksi CSR 6000/mod_2_iso_26000.pdf
dan Reformasi Paradigma Bisnis
Jogiyanto. 2009. Teori Portofolio dan
dan Akuntansi. Jakarta:Erlangga.
Analisis Investasi. Yogyakarta:
Brammer, Stephen. 2006. “Corporate BPFE.Kartika Hendra Titisari, dkk.
Social Performance and Stock 2010. “Corporate Social
Return: UK Evidence from Responsibility (CSR) dan Kinerja
Disaggregate Measures”. Financial Perusahaan”. Simposium Nasional
Management Autumn. Akuntansi XIII Purwokerto.

Departemen Hukum dan Hak Asasi Kartika Hendra Titisari, dkk. 2010.
Manusia Republik Indonesia. 2007. “Corporate Social Responsibility
Undang-Undang Republik Indonesia (CSR) dan Kinerja Perusahaan”.
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Simposium Nasional Akuntansi XIII
Perseroan Terbatas. Jakarta: Purwokerto.
Departemen Hukum dan HAM.
Lely Dahlia. 2010. “Pengaruh
Departemen Hukum dan Hak Asasi Pengungkapan CSR terhadap
Manusia Republik Indonesia. 2009. Kinerja Perusahaan”. Akuntabilitas
Undang-Undang Republik Indonesia Vol.9 No.2 Hlm 240-256.
Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Listiana Sri Mulatsih dkk. 2009. “Analisis
Perlindungan dan Pengelolaan
Reaksi Pasar Modal terhadap
Lingkungan Hidup. Jakarta:
Pengumuman Right Issue di Bursa
Departemen Hukum dan HAM.
Efek Jakarta”. Wacana Vol.12 No.4
Diana Zuhroh dan I Putu Pande Heri Hlm 646-661.
Sukmawati. 2003. “Analisis
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim.
Pengaruh Luas Pengungkapan
2009. Analisis Laporan Keuangan.
Sosial dalam Laporan Tahunan
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Perusahaan terhadap Reaksi
Investor”.Simposium Nasional
Akuntansi VI Surabaya.
17
Megawati Cheng dan Yulius J.C. 2011. World Business Council for Sustainable
“Pengaruh Pengungkapan Corporate Development. 1998. ”Meeting
Social Responsibility terhadap Changing Expectation:CSR”.
Abnormal return”. Jurnal Akuntansi http://www.wbcsd.org/work-
dan Keuangan Vol.13 No.1 Hlm 24- program/business-role/previous-
36. work/corporate-social-
responsibility.aspx
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo.
2002. Metodologi Penelitian Bisnis: Yosefa Sayekti dan Ludovicus S.
untuk Akutansi dan Manajemen. Wondabio. 2008. “Pengaruh CSR
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Disclosure terhadap Earning
Response Coefficient”. Jurnal
Owen, David L. 2005. "CSR After Enron: Akuntansi dan Bisnis Vol.8 No.2
A Role For The Academic Hlm 179-196.
Accounting Profession?". European
Accounting Review Vol.14 (Issue 2). Zahroh Naimah dan Siddharta Utama.
2006. “Pengaruh Ukuran
Scott, William R. 2012. Financial Perusahaan, Pertumbuhan, dan
Accounting Theory. Sixth Edition Profitabilitas Perusahaan terhadap
Canada: Pearson Prentice Hall. Koefisien Respon Laba dan
Koefisien Respon Nilai Buku
Supriyanto. 2009. Metodologi Riset Bisnis. Ekuitas: Studi Pada Perusahaan
Jakarta: Indeks. Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”.
Simposium Nasional Akuntansi IX
Tjiptono Darmadji Dan M. H. Fakhrudin. Padang.
2001. Pasar Modal di Indonesia:
Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta:
Salemba Empat.

18
Lampiran

Item-Item Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Berdasarkan Global


Reporting Initiatives (GRI)

No Indikator
Kinerja Ekonomi
Aspek: Kinerja Ekonomi
EC1 Perolehan dan distribusi nilai ekonomi langsung, meliputi pendapatan, biaya operasi, imbal
jasa karyawan, donasi, dan investasi komunitas lainnya, laba ditahan, dan pembayaran kepada
penyandang dana serta pemerintah.
EC2 Implikasi finansial dan risiko lainnya akibat perubahan iklim serta peluangnya bagi aktivitas
organisasi.
EC3 Jaminan kewajiban organisasi terhadap program imbalan pasti.
EC4 Bantuan finansial yang signifikan dari pemerintah.
Aspek : Kehadiran Pasar
EC5 Rentang rasio standar upah terendah dibandingkan dengan upah minimum setempat pada
lokasi operasi yang signifikan.
EC6 Kebijakan, praktek, dan proporsi pengeluaran untuk pemasok lokal pada lokasi operasi yang
signifikan.
EC7 Prosedur penerimaan pegawai lokal dan proporsi manajemen senior lokal yang dipekerjakan
pada lokasi operasi yang signifikan.
Aspek: Dampak Ekonomi Tidak Langsung
EC8 Pembangunan dan dampak dari investasi infrastruktur serta jasa yang diberikan untuk
kepentingan publik secara komersial, natura, atau pro bono.
EC9 Pemahaman dan penjelasan dampak ekonomi tidak langsung yang signifikan, termasuk
seberapa luas dampaknya.
Kinerja Lingkungan
Aspek: Material
EN1 Penggunaan Bahan; diperinci berdasarkan berat atau volume.
EN2 Persentase Penggunaan Bahan Daur Ulang.
Aspek: Energi
EN3 Penggunaan Energi Langsung dari Sumberdaya Energi Primer.
EN4 Pemakaian Energi Tidak Langsung berdasarkan Sumber Primer.
EN5 Penghematan Energi melalui Konservasi dan Peningkatan Efisiensi
EN6 Inisiatif untuk mendapatkan produk dan jasa berbasis energi efisien atau energi yang dapat
diperbarui, serta pengurangan persyaratan kebutuhan energi sebagai akibat dari inisiatif
tersebut.
EN7 Inisiatif untuk mengurangi konsumsi energi tidak langsung dan pengurangan yang dicapai
Aspek: Air
EN8 Total pengambilan air per sumber
EN9 Sumber air yang terpengaruh secara signifikan akibat pengambilan air
EN10 Persentase dan total volume air yang digunakan kembali dan didaur ulang
Aspek Biodiversitas (Keanekaragaman Hayati)
EN11 Lokasi dan Ukuran Tanah yang dimiliki, disewa, dikelola oleh organisasi pelapor yang
berlokasi di dalam, atau yang berdekatan dengan daerah yang diproteksi (dilindungi?) atau
daerah-daerah yang memiliki nilai keanekaragaman hayati yang tinggi di luar daerah yang
diproteksi
EN12 Uraian atas berbagai dampak signifikan yang diakibatkan oleh aktivitas, produk, dan jasa
organisasi pelapor terhadap keanekaragaman hayati di daerah yang diproteksi (dilindungi)
dan di daerah yang memiliki keanekaragaman hayati bernilai tinggi di luar daerah yang
diproteksi (dilindungi)
EN13 Perlindungan dan Pemulihan Habitat.
EN14 Strategi, tindakan, dan rencana mendatang untuk mengelola dampak terhadap
keanekaragaman hayati
EN15 Jumlah spesies berdasarkan tingkat risiko kepunahan yang masuk dalam Daftar Merah IUCN
(IUCN Red List Species) dan yang masuk dalam daftar konservasi nasional dengan habitat di
daerah-daerah yang terkena dampak operasi
Aspek: Emisi, Efluen dan Limbah
EN16 Jumlah emisi gas rumah kaca yang sifatnya langsung maupun tidak langsung dirinci
berdasarkan berat
EN17 Emisi gas rumah kaca tidak langsung lainnya diperinci berdasarkan berat
EN18 Inisiatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan pencapaiannya
EN19 Emisi bahan kimia yang merusak lapisan ozon (ozone-depleting substances/ODS) diperinci
berdasarkan berat
EN20 NOx, SOx dan emisi udara signifikan lainnya yang diperinci berdasarkan jenis dan berat
EN21 Jumlah buangan air menurut kualitas dan tujuan
EN22 Jumlah berat limbah menurut jenis dan metode pembuangan
EN23 Jumlah dan volume tumpahan yang signifikan
EN24 Berat limbah yang diangkut, diimpor, diekspor, atau diolah yang dianggap berbahaya menurut
Lampiran Konvensi Basel I, II, III dan VIII, dan persentase limbah yang diangkut secara
internasional.
EN25 Identitas, ukuran, status proteksi dan nilai keanekaragaman hayati badan air serta habitat
terkait yang secara signifikan dipengaruhi oleh pembuangan dan limpasan air organisasi
pelapor.
Aspek: Produk dan Jasa
EN26 Inisiatif untuk mengurangi dampak lingkungan produk dan jasa dan sejauh mana dampak
pengurangan tersebut.
EN27 Persentase produk terjual dan bahan kemasannya yang ditarik menurut kategori.
Aspek: Kepatuhan
EN28 Nilai Moneter Denda yang signifikan dan jumlah sanksi nonmoneter atas pelanggaran
terhadap hukum dan regulasi lingkungan.
Aspek: Pengangkutan/Transportasi
EN29 Dampak lingkungan yang signifikan akibat pemindahan produk dan barang-barang lain serta
material yang digunakan untuk operasi perusahaan, dan tenaga kerja yang memindahkan.
Aspek: Menyeluruh
EN30 Jumlah pengeluaran untuk proteksi dan investasi lingkungan menurut jenis.
Tenaga Kerja
Aspek: Pekerjaan
LA1 Jumlah angkatan kerja menurut jenis pekerjaan, kontrak pekerjaan, dan wilayah.
LA2 Jumlah dan tingkat perputaran karyawan menurut kelompok usia, jenis kelamin, dan wilayah.
LA3 Manfaat yang disediakan bagi karyawan tetap (purna waktu) yang tidak disediakan bagi
karyawan tidak tetap (paruh waktu) menurut kegiatan pokoknya.
Aspek: Tenaga kerja / Hubungan Manajemen
LA4 Persentase karyawan yang dilindungi perjanjian tawar-menawar kolektif tersebut.
LA5 Masa pemberitahuan minimal tentang perubahan kegiatan penting, termasuk apakah hal itu
dijelaskan dalam perjanjian kolektif tersebut.
Aspek: Kesehatan dan Keselamatan Jabatan
LA6 Persentase jumlah angkatan kerja yang resmi diwakili dalam panitia Kesehatan dan
Keselamatan antara manajemen dan pekerja yang membantu memantau dan memberi nasihat
untuk program keselamatan dan kesehatan jabatan.
LA7 Tingkat kecelakaan fisik, penyakit karena jabatan, hari-hari yang hilang, dan ketidakhadiran,
dan jumlah kematian karena pekerjaan menurut wilayah.
LA8 Program pendidikan, pelatihan, penyuluhan/ bimbingan, pencegahan, pengendalian risiko
setempat untuk membantu para karyawan, anggota keluarga dan anggota masyarakat,
mengenai penyakit berat/berbahaya.
LA9 Masalah kesehatan dan keselamatan yang tercakup dalam perjanjian resmi dengan serikat
karyawan
Aspek: Pelatihan dan Pendidikan
LA10 Rata-rata jam pelatihan tiap tahun tiap karyawan menurut kategori/kelompok karyawan.
LA11 Program untuk pengaturan keterampilan dan pembelajaran sepanjang hayat yang menujang
kelangsungan pekerjaan karyawan dan membantu mereka dalam mengatur akhir karier.
LA12 Persentase karyawan yang menerima peninjauan kinerja dan pengembangan karier secara
teratur.
Aspek: Keberagaman dan Kesempatan Setara
LA13 Komposisi badan pengelola/penguasa dan perincian karyawan tiap kategori/kelompok
menurut jenis kelamin, kelompok usia, keanggotaan kelompok minoritas, dan
keanekaragaman indikator lain.
LA14 Perbandingan/rasio gaji dasar pria terhadap wanita menurut kelompok/kategori karyawan.
Kinerja Hak Asasi Manusia
Aspek : Praktek Investasi dan Pengadaan
HR1 Persentase dan jumlah perjanjian investasi signifikan yang memuat klausul HAM atau telah
menjalani proses skrining/ filtrasi terkait dengan aspek hak asasi manusia.
HR2 Persentase pemasok dan kontraktor signifikan yang telah menjalani proses skrining/ filtrasi
atas aspek HAM
HR3 Jumlah waktu pelatihan bagi karyawan dalam hal mengenai kebijakan dan serta prosedur
terkait dengan aspek HAM yang relevan dengan kegiatan organisasi, termasuk persentase
karyawan yang telah menjalani pelatihan.
Aspek: Nondiskriminasi
HR4 Jumlah kasus diskriminasi yang terjadi dan tindakan yang diambil/dilakukan
Aspek: Kebebasan Berserikat dan Berunding Bersama Berkumpul
HR5 Segala kegiatan berserikat dan berkumpul yang diteridentifikasi dapat menimbulkan risiko
yang signifikan serta tindakan yang diambil untuk mendukung hak-hak tersebut.
Aspek: Pekerja Anak
HR6 Kegiatan yang identifikasi mengandung risiko yang signifikan dapat menimbulkan terjadinya
kasus pekerja anak, dan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung upaya penghapusan
pekerja anak.
Aspek: Kerja Paksa dan Kerja Wajib
HR7 Kegiatan yang teridentifikasi mengandung risiko yang signifikan dapat menimbulkan kasus
kerja paksa atau kerja wajib, dan langkah-langkah yang telah diambil untuk mendukung
upaya penghapusan kerja paksa atau kerja wajib.
Aspek: Praktek/Tindakan Pengamanan
HR8 Persentase personel penjaga keamanan yang terlatih dalam hal kebijakan dan prosedur
organisasi terkait dengan aspek HAM yang relevan dengan kegiatan organisasi
Aspek: Hak Penduduk Asli
HR9 Jumlah kasus pelanggaran yang terkait dengan hak penduduk asli dan langkah-langkah yang
diambil.
Kinerja Masyarakat
Aspek: Komunitas
SO1 Sifat dasar, ruang lingkup, dan keefektifan setiap program dan praktek yang dilakukan untuk
menilai dan mengelola dampak operasi terhadap masyarakat, baik pada saat memulai, pada
saat beroperasi, dan pada saat mengakhiri.
Aspek: Korupsi
SO2 Persentase dan jumlah unit usaha yang memiliki risiko terhadap korupsi.
SO3 Persentase pegawai yang dilatih dalam kebijakan dan prosedur antikorupsi.
SO4 Tindakan yang diambil dalam menanggapi kejadian korupsi.
Aspek: Kebijakan Publik
SO5 Kedudukan kebijakan publik dan partisipasi dalam proses melobi dan pembuatan kebijakan
publik.
SO6 Nilai kontribusi finansial dan natura kepada partai politik, politisi, dan institusi terkait
berdasarkan negara di mana perusahaan beroperasi.
Aspek: Kelakuan Tidak Bersaing
SO7 Jumlah tindakan hukum terhadap pelanggaran ketentuan antipersaingan, anti-trust, dan
praktek monopoli serta sanksinya.
Aspek: Kepatuhan
SO8 Nilai uang dari denda signifikan dan jumlah sanksi nonmoneter untuk pelanggaran hukum
dan peraturan yang dilakukan.
Kinerja Tanggung Jawab Produk
Aspek: Kesehatan dan Keamanan Pelanggan
PR1 Tahapan daur hidup di mana dampak produk dan jasa yang menyangkut kesehatan dan
keamanan dinilai untuk penyempurnaan, dan persentase dari kategori produk dan jasa yang
penting yang harus mengikuti prosedur tersebut
PR2 Jumlah pelanggaran terhadap peraturan dan etika mengenai dampak kesehatan dan
keselamatan suatu produk dan jasa selama daur hidup, per produk.
Aspek: Pemasangan Label bagi Produk dan Jasa
PR3 Jenis informasi produk dan jasa yang dipersyaratkan oleh prosedur dan persentase produk dan
jasa yang signifikan yang terkait dengan informasi yang dipersyaratkan tersebut.
PR4 Jumlah pelanggaran peraturan dan voluntary codes mengenai penyediaan informasi produk
dan jasa serta pemberian label, per produk.
PR5 Praktek yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan termasuk hasil survei yang mengukur
kepuasaan pelanggan.
Aspek: Komunikasi Pemasaran
PR6 Program-program untuk ketaatan pada hukum, standar dan voluntary codes yang terkait
dengan komunikasi pemasaran, termasuk periklanan, promosi, dan sponsorship.
PR7 Jumlah pelanggaran peraturan dan voluntary codes sukarela mengenai komunikasi pemasaran
termasuk periklanan, promosi, dan sponsorship, menurut produknya.
Aspek: Keleluasaan Pribadi (privacy) Pelanggan
PR8 Jumlah keseluruhan dari pengaduan yang berdasar mengenai pelanggaran keleluasaan pribadi
(privacy) pelanggan dan hilangnya data pelanggan
Aspek: Kepatuhan
PR9 Nilai moneter dari denda pelanggaran hukum dan peraturan mengenai pengadaan dan
penggunaan produk dan jasa

Вам также может понравиться