Вы находитесь на странице: 1из 6

Protobiont (2017) Vol.

6 (3) : 182 – 187

Aplikasi Pupuk Organik Cair (POC) Kotoran Kambing Difermentasikan


Dengan EM4 Terhadap Pertumbuhan Dan Produktivitas Tanaman Cabai Rawit
(Capsicum frutescents L.) Var. Bara

Adhis Dian Safitri1, Riza Linda1, Rahmawati1


1
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak,
Email: adhisdiansafitri@gmail.com

Abstract

Cayenne pepper (Capsicum frutescens L.) is a horticulture plant which has a high economic value in Indonesia.
One of the varieties which is quite popular among consumers is Bara variety. The liquid organic fertilizer
(POC) from goat dung (feces) fermented by EM4 has contains a relatively equal nutrient of N, P, K, and C-
organic. This research aims to identifying the effects and the concentration of POC from goat dung fermented
by EM4 which can produce the best growth and productivity of cayenne pepper in Bara variety. The research
was conducted for four months starting from January to April 2017 in a Laboratory and home screen at Biology
departement of Mathematic and Natural Sciences Faculty in Tanjungpura University. The research was also
carried out in a chemical and soil fertility laboratory of Agricultural Faculty. It used a Randomised Complete
Design (RAL) with four levels of treatments, i.e. A0 = 0 (control), A1 = POC 10%, A2 = POC 20% and A3 =
POC 30%. The data was then analysed by using ANOVA test (Analysis of variance). Result of the test which
have a significant effect continues to a Duncan’s test at the level of 5%. Results show that the concentration
of POC 20% provides the best growth and productivity on cayenne Pepper in Bara variety towards the average
plant height by 41,60 cm, branch numbers by 3,2, the number of fruits by 50,8, fruit total weight by 42,67
gram and the total number seeds by 13,8.

Keywords: Capsicum frutescens L., EM4, goat dung (feses), liquid organic fertilizer

PENDAHULUAN Penurunan ini disebabkan penurunan luas area


panen sebesar 310 hektar (17,10%), untuk itu
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) Var. Bara produksi cabai rawit di Kalimantan Barat perlu
merupakan jenis tanaman hortikultura yang ditingkatkan agar dapat memenuhi kebutuhan
menghasilkan buah dengan rasa pedas dan pasar.
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di
Indonesia. Sebagian besar penduduk Indonesia Penggunaan pupuk anorganik mulai dikurangi
menggunakan tanaman cabai sebagai bumbu dapur dengan alternatif lain yaitu dengan menggunakan
atau penyedap rasa berbagai macam makanan pupuk organik. Musnamar (2007) menyatakan
(Wahyudi & Topan, 2011). Cabai rawit memiliki bahwa pupuk organik dapat memperbaiki
beberapa jenis varietas, salah satu yang banyak kesuburan tanah dan tidak meninggalkan dampak
diminati oleh konsumen adalah cabai rawit varietas yang negatif pada hasil tanaman sehingga aman
Bara. Menurut Harpenas & Dermawan (2011), bagi kesehatan manusia.
varietas Bara merupakan varietas cabai rawit yang
memiliki keunggulan lebih dibandingkan dengan Kotoran padat kambing biasanya langsung
varietas lainnya. Keunggulan dari varietas bara digunakan oleh masyarakat sebagai pupuk organik
yaitu, produksi lebih tinggi, umur produksi untuk tanaman. Kotoran kambing memiliki
panjang, tahan terhadap layu bakteri dan daya struktur yang keras dam lama diuraikan oleh tanah
simpan buah 5-6 hari. sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan
maksimal (Maulana, 2010). Salah satu alternatif
Berdasarkan data dari BPS Kalimantan Barat pengolahan kotoran padat kambing adalah dengan
(2012), produktivitas cabai rawit di Kalimantan dibuat sebagai Pupuk Organik Cair (POC). Sampai
Barat masih rendah yaitu pada tahun 2012 sebesar saat ini belum begitu banyak pemanfaatan kotoran
5.472 ton dengan luas panen cabai rawit sebesar padat yang diolah menjadi pupuk organik cair,
1.503 hektar, dan rata-rata produktivitas 36,41 padahal dengan diolah menjadi pupuk organik cair
kuintal per hektar. Pada tahun 2011 terjadi kotoran padat tersebut dapat disimpan dalam waktu
penurunan produksi sebesar 955 ton (14,68%). yang lama dan lebih efesien (Setiawan, 2007).

182
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 182 – 187

Proses pembuatan POC memiliki kekurangan yaitu Rancangan Percobaan


lamanya proses pengomposan kotoran padat Penelitian ini menggunakan metode Rancangan
kambing tersebut, maka pembuatan pupuk cair Acak Lengkap (RAL) dengan 4 taraf perlakuan
organik dilakukan dengan penambahan bahan menurut Chalimah (2006), yaitu tanpa POC
aktivator (mikroorgnaisme). Salah satu aktivator (kontrol) (A0), POC 10% (A1), POC 20% (A2),
yang sering digunakan adalah Effective POC 30% (A3). Setiap taraf perlakuan diulang
Microorganism 4 (EM4) (Liu et al., 2011). EM4 sebanyak 5 kali sehingga diperoleh 20 unit
merupakan kultur campuran dari mikroorganisme percobaan.
yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman
yang dapat digunakan sebagai inokulan untuk Prosedur Kerja
meningkatkan keragaman dan populasi Tahapan Pengambilan Sampel
mikroorganisme (Rahmah et al., 2014). Pengambilan sampel kotoran kambing dilakukan di
kandang kambing yang berada di Kelurahan
Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara, bibit
Penelitian Muslihat (2014) menunjukan bahwa
cabai rawit var. Bara dibeli dari toko Kimia Sari
pemberian pupuk kotoran padat kambing sebanyak
yang berada di Jl. Sisingamangaraja dengan
434,95 g/polybag dapat meningkatkan
kriteria bibit unggul dan tanah gambut diambil di
pertumbuhan dan hasil tanaman terung (Solanum
lahan yang berada di Jl. Trans Kalimantan
melongena L.). Hasil penelitian Jumiati (2009)
Ambawang.
menunjukkan bahwa pemberian larutan nutrisi
hasil fermentasi kotoran ayam dengan EM4 Pembuatan Pupuk Organik Cair
konsentrasi 12 ml/liter campuran bahan pupuk Kotoran kambing ditimbang seberat 5 kg kemudian
sudah dapat memberikan pengaruh terhadap dihaluskan dan dimasukkan ke dalam drum plastik
pertumbuhan luas daun tanaman bayam merah selanjutnya ditambahkan air sebanyak 10 L, EM4
secara hidroponik. sebanyak 10 cc dan gula pasir 250 g dilarutkan ke
dalam 1 L air, Kemudian larutan EM4,air dan gula
Hasil penelitian Suparhun (2015) menunjukkan pasir tadi dimasukkan ke dalam drum dan diaduk
bahwa perlakuan pupuk organik bokashi kotoran lagi sampai rata. Diukur pH dan suhu awal dari
kambing dan pupuk organik cair kotoran kambing campuran yang telah dimasukkan ke dalam drum
pada dosis 15-30 ton/ha+ POC 2,5-5 cc/L plastik. Selanjutnya campuran bahan ditutup dan
menghasilkan pertumbuhan tanaman sawi diinkubasikan selama 14 hari. Setelah 14 hari
(Brassica juncea L.) tertinggi. Berdasarkan hal campuran bahan disaring agar terpisah antara
tersebut, perlu dilakukan penelitian ampas dan cairan pupuk dan yang digunakan hanya
mengaplikasikan POC kotoran kambing oleh EM4 cairan dari pupuk (Suparhun, 2015).
terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman
cabai rawit. Pembibitan tanaman Cabai Rawit
Media yang digunakan adalah campuran tanah, dan
BAHAN DAN METODE pupuk kandang (kotoran sapi) dengan
perbandingan 1:1, kemudian diaduk menjadi satu
Waktu dan Tempat Penelitian setelah itu media tersebut ditempatkan ke dalam
Penelitian dilakukan selama 4 bulan mulai dari polybag. Setelah itu benih disemai di dalam
Januari sampai April 2017. Penelitian dilakukan di polybag sebanyak 1 biji/polybag dan disiram.
Laboratorium dan Rumah Kasa Jurusan Biologi, Penanaman Cabai Rawit
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Penanaman bibit dilakukan setelah tanaman
Universitas Tanjungpura Pontianak. Analisis tanah berdaun 4 helai atau berumur 14 hari. Media tanam
serta pupuk organik cair hasil fermentasi dilakukan berupa tanah gambut, tanah tersebut
di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, dikeringanginkan dan diayak. Selanjutnya
Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, dimasukkan tanah sebanyak 5 kg ke dalam polybag
Pontianak. ukuran 40x40 cm. Kemudian ditanam bibit
tersebut.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah air, bibit Pemberian Pupuk Organik Cair
tanaman cabai rawit, EM4, gula pasir, kotoran Pupuk cair hasil fermentasi yang telah diuji
kambing, pupuk kandang (pupuk dasar) dan tanah kandungan N,P, K, pH dan Rasio C/N diberikan
gambut. berdasarkan konsentrasi perlakuan yang telah
ditentukan dalam rancangan penelitian. Pemberian
183
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 182 – 187

pupuk diberikan pada waktu 7 hari setelah tanam Pemberian POC kotoran kambing pada konsentrasi
(HST), setiap dua kali dalam seminggu (Suparhun, 20% berbeda nyata terhadap kontrol dan
2015). konsentrasi POC kotoran kambing 10%,
sedangkan pemberian konsentrasi POC kotoran
Pemeliharan dan Pengamatan Tanaman Cabai kambing 20% tidak berbeda nyata dengan
Rawit pemberian konsentrasi POC kotoran kambing 30%
Penyiraman air pada tanaman dilakukan setiap pagi untuk parameter jumlah cabang.
dan sore. Penyiraman pagi sekitar pukul 07.00–
08.00 WIB dan sore sekitar pukul 16.00–17.00 Hasil Jumlah Total Buah, Berat Total Buah dan
WIB sampai kapasitas lapang. Penyiangan gulma Jumlah Total Biji
dilakukan pada gulma yang tumbuh dalam polybag Pemberian POC kotoran kambing berpengaruh
dengan cara dicabut. nyata terhadap jumlah total buah (F3,16 = 6,248, p =
0,005; Anova), jumlah berat total buah (F3,16 =
Panen 5,918, p = 0,006 Anova), dan jumlah total biji (F3,16
Panen pertama dilakukan pada umur 68 (HST) dan = 7,697, p = 0,002; Anova) tanaman cabai rawit.
warna buah merah. Pemanenan dilakukan dengan Berdasarkan (Tabel 2) pemberian POC kotoran
cara dipetik dengan menggunakan gunting dan kambing dengan konsentrasi 20% dan 30%
dilakukan pemanenan sebanyak 5 kali (pada panen berbeda nyata dengan kontrol, sedangkan pada
terakhir semua buah dipanen kecuali buah yang konsentrasi 10% tidak berbeda nyata dengan
masih sangat muda) dengan interval 5 hari sekali kontrol untuk semua parameter kecuali jumlah total
(Regina, 2010). biji. Pemberian POC kotoran kambing dengan
konsentrasi 20% tidak berbeda nyata terhadap
Analisis Data pemberian POC kotoran kambing dengan
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan konsentrasi 30% untuk parameter jumlah total
Analisis of Variance (ANOVA). Apabila buah, berat total buah dan jumlah total biji.
menunjukkan beda nyata maka dilakukan uji
Duncan dengan taraf 5%. Data disajikan dalam
Tabel 2. Rerata Jumlah Total Buah, Berat Total Buah
bentuk tabel dan deskripsi hasil (Sastrosupadi,
dan Jumlah Total Biji Tanaman Cabai Rawit
2002) (Capsicum frutescents L.) setelah pemberian
POC kotoran kambing
Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Cabang
Jumlah
Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescents Konsentrasi Jumlah Berat Total
Total
L.) setelah pemberian POC kotoran kambing POC (%) Total Buah Buah (g)
Biji
Konsentrasi POC Tinggi Tanaman Jumlah 0 8,6±11,0a 7,612±9,20a 2,8±1,7a
(%) (cm) Cabang ab ab
10 26,4±10,9 20,48±10,47 8,6±5,0b
c c
0 24,14±3,61a 2±1a 20 50,8±23,4 42,67±19,49 13,8±4,6b
bc bc
10 30,52±1,57b 2±0,7a 30 37,8±15,2 29,59±12,82 13±3.9b
20 41,60±5,87c 3,2±0,8b Keterangan: Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf yang
30 35,04±4,98 b 3±0,7ab tidak sama menunjukkan pengaruh berbeda
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf yang nyata pada uji lanjut Duncan taraf 5%.
tidak sama menunjukkan pengaruh berbeda
nyata pada uji lanjut Duncan taraf 5%.
Hasil Analisis Pupuk Kompos Kotoran Kambing
HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen kimia pupuk organik cair yang telah
dianalisis meliputi pH, C-organik, C/N rasio, dan
Hasil kandungan hara seperti N, P dan K (Tabel 3).
Tinggi Tanaman dan Jumlah Cabang
Tabel 3. Hasil analisis Pupuk Organik Cair Kotoran
Pemberian POC kotoran kambing berpengaruh Kambing
nyata terhadap tinggi tanaman (F3,16= 14,463, p = Permentan
0,000; Anova), dan jumlah cabang (F3,16 = 3,037, p No Parameter Satuan POC
(2011)
= 0,060; Anova) tanaman cabai rawit. Berdasarkan 1 pH 7,15 (4-8)
(Tabel 1.) semua perlakuan konsentrasi POC 2 C-organik % 0,19 ≥4
kotoran kambing berbeda nyata dengan kontrol, 3 C/N rasio 0,17 (15-25)
sedangkan pemberian POC kotoran kambing pada 4 N % 1,15 <2
konsentrasi 10% dan 30% berbeda nyata terhadap 5 P ppm 60,68 <2
konsentrasi 20% untuk parameter tinggi tanaman. 6 K ppm 519,07 <2
184
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 182 – 187

Faktor Lingkungan aktivitas Lactobacillus sp. yang mengubah glukosa


Faktor lingkungan yang telah diamati meliputi pH menjadi asam laktat, sehingga lingkungan menjadi
tanah sebesar 6,6, suhu udara sebesar 28,66°C dan asam yang mengakibatkan P akan larut dalam asam
kelembaban udara sebesar 63,51% (Tabel 4) organik yang dihasilkan mikroorganisme tersebut.
Menurut Amanillah (2001), unsur K merupakan
Tabel 4. Hasil Analisis Faktor Lingkungan senyawa yang dihasilkan oleh metabolisme
No Parameter Satuan Tanah Udara bakteri, bakteri menggunakan ion-ion K+ yang
1 pH 6,6 bebas pada bahan substrat sebagai katalisator.
2 Suhu °C 28,66
3 Kelembaban % 63,51
Sehingga K akan meningkat seiring dengan
semakin berkembang nya jumlah bakteri.
Pembahasan
Penambahan aktivator EM4 yang mengandung
Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) Kotoran mikroba-mikroba seperti Lactobacillus sp. dan tiga
Kambing Terhadap Tinggi Tanaman dan Jumlah jenis mikroorganisme lainnya, yaitu bakteri
Batang Tanaman Cabai Rawit (Capsicum fotosintetik, Streptomyces sp. dan Yeast dalam
frutescents L.) proses pembuatan POC juga berperan dalam
memfermentasi bahan organik tanah menjadi
Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman dan senyawa yang mudah diserap oleh tanaman
jumlah batang tanaman cabai rawit menunjukkan (Wididana, 1994). Hanafiah (2007), menyatakan
bahwa semua perlakuan konsentrasi POC kotoran mekanisme yang dilakukan EM4 yaitu dengan
kambing berbeda nyata dengan kontrol. menghasilkan selulosa, pati, gula dan protein
Konsentrasi 20% merupakan konsentrasi yang selama proses dekomposisi. Menurut Mukhlis et al.
telah mampu memberikan hasil perlakuan terbaik (2013), mikroorganisme di dalam EM4 mampu
(Tabel 1). Hasil ini memperlihatkan bahwa memproduksi enzim-enzim seperti selulosa, pati,
pemberian POC dengan konsentrasi 20% mampu gula dan protein yang secara berurutan mampu
menyediakan sejumlah unsur hara seperti N, P dan merombak senyawa selulosa, pati, gula dan protein
K yang cukup terhadap pertumbuhan tanaman. menjadi senyawa glukosa. Adanya glukosa akan
Soegiman (1982) menjelaskan bahwa tanaman menjadi sumber energi bagi mikroorganisme lain
akan tumbuh apabila unsur hara yang dibutuhkan yang ada pada kotoran kambing, sehingga
tanaman berada dalam keadaan cukup tersedia bagi mikroorganisme lain akan ikut aktif dalam
pertumbuhan tanaman. mendegradasi senyawa organik yang ada pada
pada kotoran kambing.
Kompos kotoran kambing yang digunakan
mengandung N 1,15%, P 60,68 ppm dan K 519,07 Foth (1994) menyatakan metode pemberian POC
ppm (Tabel 3). Menurut Lingga (1991), kotoran yang paling efektif adalah penerapan langsung
padat kambing sebelum dikomposkan pada daun. Pemberian POC melalui daun
mengandung bahan organik sebanyak 31% dengan memberikan respon yang cepat terhadap tanaman
rasio C/N 25-30% dan memiliki kandungan unsur karena dapat langsung digunakan oleh tanaman,
hara yang terdiri dari 69% H2O, 0,95% N, 0,35% sehingga proses penyerapan unsur hara oleh
P, 1,00% K. Penambahan Effective Microorganism tanaman menjadi lebih mudah. Menurut Indah
4 (EM4) mampu meningkatkan kandungan unsur (2006), unsur hara dalam bentuk larutan yang
hara dalam POC kotoran kambing. Menurut diberikan melalui daun akan masuk ke dalam
Siswanti (2009), Effective Microorganism 4 (EM4) tanaman melalui stomata.
merupakan suatu aktivator yang berperan dalam
mempercepat proses pengomposan dan bermanfaat Pemberian POC kotoran kambing mampu
untuk meningkatkan unsur hara POC. menyediakan unsur hara N, P dan K yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhan.
Trivana et al. (2017) menyatakan peningkatan Lingga & Marsono (2004) menyatakan bahwa
kadar N kompos kotoran kambing setelah peranan unsur N adalah meningkatkan
pengomposan terjadi karena proses penguraian pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
bahan organik yang dilakukan oleh khususnya batang dan cabang, sehingga tinggi
mikroorganisme menghasilkan amoniak dan tanaman dan jumlah cabang tanaman bertambah.
nitrogen, sehingga N yang bereaksi dengan air akan Menurut Purwati (2013), unsur P berperan dalam
membentuk NO3- dan H+. Menurut Amanillah merangsang pertumbuhan akar, khususnya
(2001), peningkatan kadar P diduga dampak dari pertumbuhan akar benih dan tanaman muda.
Sudarmono (1997) menyatakan unsur K berperan
185
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 182 – 187

menguatkan dan memperkokoh tumbuh tanaman, lempung berpasir dengan kisaran pH tanah antara
serta merangsang pertumbuhan batang. 6,0–6,5. Ion-ion unsur hara dapat terserap dengan
optimal oleh tanaman pada pH yang ideal
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) (Nazarudin, 2000). Berdasarkan pengamatan
Kotoran Kambing Terhadap Jumlah Total Buah, kisaran suhu masih kurang sesuai bagi
Berat Total Buah dan Jumlah Total Biji Tanaman pertumbuhan tanaman cabai rawit yaitu 28,66oC
Cabai Rawit (Capsicum frutescents L.) hal ini menyebabkan kegagalan dalam
pembentukan buah. Suhu yang relatif tinggi dapat
Hasil pengamatan terhadap jumlah total buah, berat mengganggu pembentukkan buah. Menurut
total buah dan jumlah total biji tanaman cabai rawit Rukmana (2006), kisaran suhu yang diperlukan
(Capsicum frutescents L.) menunjukkan bahwa dalam pertumbuhan tanaman cabai rawit adalah
pemberian POC dengan konsentrasi 20% dan 30% 24-27oC. Kelembapan udara sesuai dengan
berbeda nyata dengan kontrol, sedangkan pada pertumbuhan tanaman cabai rawit yaitu 63,51%.
konsentrasi 10% tidak berbeda nyata dengan Rukmana (2004) menyatakan kelembaban udara
kontrol (Tabel 4.2). Pemberian POC kotoran yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman cabai rawit
kambing menyediakan unsur hara P dan K dalam antara 60-80%.
jumlah yang cukup bagi tanaman cabai rawit
sehingga berpengaruh terhadap produktivitas
tanaman cabai rawit (Dianisius, 2014). Menurut DAFTAR PUSTAKA
Hidayanti et al. (2011), peningkatan P dipengaruhi
oleh tingginya kandungan N, semakin tinggi Amanillah, Z, 2001, Pengaruh Konsentrasi EM4 pada
kandungan unsur N maka jumlah mikroorganisme Fermentasi Urin Sapi Terhadap Konsentrasi N,
yang merombak P akan meningkat. P dan K, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya,
Malang.
Menurut Lingga & Marsono (2004), adanya
kandungan hara mikro dan makro dapat membantu Badan Pusat Statistik Indonesia, 2012, Holtikultura:
pembentukan buah dan unsur P berfungsi sebagai Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai
bahan mentah untuk pembentukan sejumlah Tahun 2011-2012, Badan Pusat Statistik Provinsi
protein tertentu, pemasakan biji, dan buah. Unsur P Kalimantan Barat Pontianak.
diserap dalam bentuk ion H2PO4- dan ion HPO42-. Decoteau, DR, 2000, Vegetable Crops. Prentice Hall,
Fosfor merupakan penyusun senyawa transfer Upper Saddle River, NJ 07458
energi, sistem informasi genetik, merangasang Dianisius, I, 2014, Pengaruh Kompos Serbuk Sabut
pertumbuhan primordia bunga dan organ tanaman Kelapa terhadap Pertumbuhan dan Hasil
untuk reproduksi (Gardner et al., 1991). Peranan Tanaman Cabai Rawit pada Tanah Podsolik
lain unsur P adalah pemasakan buah dan biji Merah Kuning, Skripsi, Fakultas Pertanian,
(Rosmarkam & Yuwono, 2002). Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Foth, HD, 1994, Dasar-dasar Ilmu Tanah,
Menurut Sutedjo (1996), meningkatnya unsur K Diterjemahkan oleh S, Adisoemartono,
dikarenakan mikroorganisme yang menggunakan Erlangga, Jakarta.
unsur K dalam bahan substrat berfungsi sebagai
Gardner FP, Pearce RB, & Mitchell RL, 1991,
katalisator, sehingga aktivitas bakteri akan
Penerjemah Herawati susilo, Fisiologi Tanaman
meningkatkan kandungan unsur K pada POC. Budi daya, Jakarta, Universitas Indonesia Press.
Kalium diserap dalam bentuk ion K+ . Menurut
Gardner et al. (1991), hampir seluruh unsur K Hanafiah, KA, 2007, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Edisi
diserap selama pertumbuhan vegetatif, sedikit yang Kedua, Raja Grafino, Persada.
diserap ke buah dan biji. Hidayanti, YA, Kurnani, A, Marlina, ET, & Harlia, E,
2011, Kualitas Pupuk Cair Hasil Pengolahan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi Fases Sapi Potong Menggunakan
pertumbuhan tanaman cabai rawit yaitu pH tanah, Saccharomyces cereviceae, Jurnal Ilmu Ternak
suhu dan kelembapan udara. Tanah yang diuji vol. 11, no. 2, hal. 104-107.
memiliki pH 6,2. Nilai pH tanah masih memenuhi Harpenas, A, & Dermawan, R, 2011, Budi Daya Cabai
syarat tumbuh tanaman cabai rawit berkisar antara unggul, Penebar Swadaya, Jakarta.
6,0–6,5 sehingga pH dikatakan sesuai dengan Indah, KT, 2006, Pengaruh Waktu Aplikasi Pupuk
kondisi kebutuhan hidup tanaman cabai rawit. Kandang Ayam dan Konsentrasi Pupuk Organik
Decoteau (2000) mengatakan bahwa tanaman Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
cabai rawit dapat tumbuh dengan baik pada tanah Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens
186
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 182 – 187

Linn.) Program Studi Agronomi Departemen Rukmana, R, 2004, Usaha Tani Cabai Rawit, Kanisus,
Budidaya Pertanian, Skripsi (Jurnal) Fakultas Yogyakarta
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan..
Rukmana, R, 2006, Usaha Tani Cabai Rawit, Kanisus,
Jumiati, E, 2009, Pengaruh Berbagai Konsentrasi EM4 Yogyakarta.
Pada FermentasiPupuk Organik Terhadap
Setiawan, SI, 2007, Memanfaatkan Kotoran Ternak,
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Bayam
Penebar Swadaya, Jakarta.
Merah (Amaranthus Tricolor L.) Secara
Hidroponik. Program Studi agronomi, Skripsi Siswanti, ND, 2009, Kajian Penambahan Effective
(Jurnal) Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Microorganisms (EM4) pada Proses
Maret, Surakarta. Dekomposisi Limbah Padat Industri Kertas,
Jurnal Buana Sains, vol. 9 no. 1 hal. 63-68.
Lingga, P, 1991, Petunjuk Penggunaan Pupuk, Rineka
Cipta, Jakarta. Sudarmono, 1997. Mengenal dan merawat tanaman
hias ruangan. Yogyakarta.
Lingga, P, & Marsono, 2004, Petunjuk Penggunaan
Pupuk, Penebar Swadaya, Jakarta. Suparhun, S, 2015, Pengaruh Pupuk Organik dan POC
dari Kotoran Kambing terhadap Pertumbuhan
Liu, J., Xiu-hang Xu, Hang-tao Li, & Ying Xu. 2011.
Tanaman Sawi (Brassica juncea L.), Jurnal
Effect of Microbial Inocula on Chemical and
Agrotekbis, vol.3 no. 5 hal. 602-611
Physical Properties and Microbial Community
of Cow Manure Compost. Biomass and Sutedjo, 1996, Mikrobiologi Tanah, Penerbit Trinika
Bioenergy.35: 3433 – 3439. Cipta, Jakarta.
Maulana, YN, 2010, Kajian Penggunaan Pupuk Soegiman, 1982, Ilmu Tanah, Bhratara Karya Aksara,
Organik dan Jenis Pupuk N Terhadap Kadar N Jakarta.
Tanah, Serapan N dan Hasil Tanaman Sawi
Trivana, L, Pradhana, AY, & Manambangtua, AP, 2017,
(Brassica juncea L.) pada Tanah Litosol
Optimalisasi Waktu Pengomposan Pupuk
Gemolong, Skripsi, Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Negeri Sebelas Maret. Kandang Dari Kotoran Kambing Dan Debu
Sabut Kelapa Dengan Bioaktivator EM4, Jurnal
Mukhlis, Saud, HM, Habib, SH, Ismail, MR, Sariah, M Sains dan Teknologi Lingkungan, vol.9, no. 1,
& Kausar, H, 2013, Australian Journal of Corp hal. 16-24.
Science, vol. 7, no. 3, hal. 425-431.
Wahyudi & Topan, M, 2011, Panen Cabai di
Muslihat, 2014, Pengaruh Pupuk Kotoran Kambing Pekarangan Rumah, Agromedia Pustaka,
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jakarta.
Terung, Skripsi, Fakultas Pertanian, Universitas
Wididana, GN, 1994, Application of Effective
Tanjungpura, Pontianak.
Mikroorganism (EM) and Bokashi on Natural
Musnamar, EI, 2007, Pupuk Organik Padat Pembuatan Farming, Bulletin Kyusei Nature Farming, vol. 3
dan Aplikasi, Penebar Swadaya, Jakarta. no. 3 hal. 47-541
Nazarudin, 2000, Budidaya dan Pengatur Panen
Sayuran Dataran Rendah, Penebar Swadaya,
Jakarta
Purwati, MS, 2013, Pertumbuhan bibit karet (Hevea
braziliensis Muel. Arg.) asal okulasi pada
pemberian okulasi dan pupuk cair bintang kuda
laut, Jurnal Agrivor ,vol. 12, no.1, hal. 35–44.
Rahmah, NL, Anggarini, S,. Pulungan, MH,. Hidayat N,
& Wignyanto, 2014, Pembuatan Kompos
Limbah Log Jamur Tiram:Kajian Konsentrasi
Kotoran Kambing Dan EM4 SertaWaktu
Pembalikan, Jurnal Teknologi Pertanian, vol. 15
no. 1 hal. 59-66
Regina, UN, 2010, Pengaruh Dosis Pupuk Phonska
terhadap Pertumbuhan dan Hasil cabai Rawit
pada Tanah Gambut, Skripsi, Fakultas Pertanian,
Universitas Tanjungpura, Pontianak
Rosmarkam, A & Yuwono, NA, 2012, Ilmu Kesuburan
Tanah, Kanisius, Yogyakarta.

187

Вам также может понравиться