Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/317367599
CITATIONS READS
0 162
5 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Muhammad Zahrul Muttaqin on 16 June 2017.
ABSTRACT
Village forest is a managed state forest by village institution for the prosperity of villagers. Village that has
granted village forest is responsible for its utilization and its sustainability. The development of village forest
in Buntoi Village is still at the preliminary stage; therefore the identification of environmental services, policy,
institutional arrangements, and sustainable potential livelihood need to be conducted. The purpose of this study is
to identify and analyse the potential of ecosystem services and influencing factors in the utilization of the ecosystem
services. The result showed that there was lack of water services in the Buntoi village since there was no spring water
in the forest. Also did not have the beauty of potential landscape that can attract tourists. Moreover, the potential of
biodiversity and carbon sequestration in the village had not been optimised. Low utilization of ecosystem services in
Buntoi was due to: (1) perceptions of stakeholders that had not yet support the utilization of ecosystem services; and
(2) lack of support from district and provincial in the utilization of ecosystem services in village forest. Activities
that can be developed to utilize biodiversity, beauty of landscape, and carbon conservation in Buntoi are ecotourism
and REDD+ scheme..
Keyword: Village Forest; Buntoi village; potential and use of environmental services.
ABSTRAK
Hutan Desa (HD) merupakan hutan negara yang tidak dibebani hak dan dikelola oleh desa untuk kesejahteraan
desa. Desa yang memiliki HD bertanggung jawab atas pemanfaatan sumber daya hutan secara lestari. Pengembangan
HD di desa Buntoi masih dalam tahap awal sehingga perlu dilakukan penggalian potensi dari berbagai aspek seperti
aspek jasa lingkungan, kebijakan dan kelembagaan, dan potensi mata pencaharian yang berkelanjutan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis potensi jasa lingkungan beserta faktor-faktor yang
memengaruhi dalam pengembangannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan jasa air di Desa Buntoi
selama ini hanya mengandalkan air sungai yang berwarna coklat karena tidak memiliki sumber mata air. Secara
©2017 JAKK All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. doi: http://dx.doi.org/10.20886/jakk.2017.14.1.1-16 1
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 1-16
bentang alam tidak ditemukan areal yang khas untuk dapat menarik kedatangan wisatawan, akan tetapi potensi
keanekaragaman hayati dan penyerapan karbon di HD kurang optimal dimanfaatkan untuk menarik wisatawan.
Ketidakoptimalan pemanfaatan jasa lingkungan di HD Buntoi disebabkan oleh: (1) Persepsi masyarakat lokal
yang belum mendukung pemanfataan jasa ekosistem; dan (2) Kurangnya dukungan dari pemerintah daerah dalam
pemanfaatan jasa ekosistem di hutan desa. Adapun kegiatan yang dapat dikembangkan untuk memanfaatkan
keanekaragaman hayati, keindahan bentang alam, dan konservasi karbon di desa hutan yaitu ekowisata dan
program pengurangan emisi berbasis REDD+.
Kata kunci: Hutan desa; Desa Buntoi; potensi dan pemanfaatan jasa lingkungan.
2
Pemanfaatan Jasa Lingkungan di Hutan Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir ......................(Muhammad Zahrul Muttaqin, et al.)
Hutan Desa Buntoi seluas 7.025 hektar, Desa Buntoi masih dalam tahap awal, dengan
maka Desa Buntoi bersama-sama dengan demikian banyak kekosongan informasi
desa-desa lain yang membentuk Lembaga mengenai kondisi hutan yang meliputi
Pengelola Hutan Desa (LPHD) dan Rencana banyak aspek jasa lingkungan seperti
Kerja Hutan Desa (RKHD). Sejalan dengan carbon stock, kebijakan dan kelembagaan,
itu, UNESCO telah bersama masyarakat dan potensi mata pencaharian yang
mengembangkan Rencana Aksi Komunitas berkelanjutan. Identifikasi jasa ekosistem/
(RAK) untuk Rencana Aksi Pusat Informasi lingkungan HD akan memberikan informasi
Lestari (PIL) kemudian mengaitkan dengan tentang potensi dan pentingnya hutan, tidak
RKHD. Melalui serangkaian lokakarya, hanya untuk masyarakat di desa tetapi juga
masyarakat dapat mengidentifikasi untuk penerima manfaat yang lebih luas di
potensi PIL untuk memfasilitasi kegiatan tingkat provinsi dan nasional.
pengelolaan HD. Informasi dari pengalaman Berdasarkan kondisi di atas, telah
pengelolaan HD, baik terkait dengan dilaksanakan penelitian untuk memberikan
perbaikan mata pencaharian maupun dari informasi dan pengetahuan untuk masyarakat
sudut pandang konservasi akan menjadi pada pengelolaan, pengembangan dan
pelajaran yang baik yang bisa dibagi melalui penerapan HD di Desa Buntoi, terutama
PIL. terkait dengan pemanfaatan jasa lingkungan
Hasil Lokakarya RAK untuk PIL hutan. Informasi dan pengetahuan yang
menunjukkan bahwa ada keterkaitan dihasilkan oleh penelitian ini dapat
dan tumpang tindih kegiatan di RAK digunakan oleh masyarakat sebagai bagian
untuk PIL dengan RKHD. Beberapa dari inisiatif di Pusat Komunikasi Iklim dan
kesamaan yang disorot antara lain adalah Pusat Pembelajaran Masyarakat di Desa
dalam penyediaan pengetahuan tentang Buntoi.
jasa ekosistem/lingkungan, peningkatan
kapasitas untuk mempersiapkan masyarakat B. TUJUAN PENELITIAN
untuk pelaksanaan REDD+, agroforestri Penelitian ini bertujuan untuk
untuk mata pencaharian berkelanjutan, dan mengidentifikasi dan menganalisis potensi
pengelolaan HD. jasa lingkungan dari perspektif ilmiah,
Salah satu potensi non kayu yang faktor-faktor yang dapat memengaruhi
dikembangkan dalam UU Nomor 41 Tahun jasa ekosistem hutan dalam kaitannya
1999 adalah pemanfaatan jasa lingkungan, dengan dinamika sosial-ekonomi di tingkat
hal tersebut telah dipertegas di dalam masyarakat, dan nilai lingkungan dari jasa
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun ekosistem hutan di HD Buntoi.
2007 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, Serta
II. METODE PENELITIAN
Pemanfaatan Hutan yang menggantikan PP
Nomor 34 Tahun 2002 Tentang Tata Hutan Penelitian dilakukan di Desa Buntoi,
dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang
Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah selama
Kawasan Hutan. Kegiatan jasa lingkungan 2 (dua) bulan pada bulan September sampai
yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan dengan Oktober 2013 (Gambar 1). Data
jasa lingkungan adalah: a) Pemanfaatan jasa yang dikumpulkan meliputi data primer yang
aliran air; b) Pemanfaatan air; c) Wisata alam; diperoleh melalui wawancara dan diskusi
d) Perlindungan keanekaragaman hayati; e) dengan pejabat pemerintah, masyarakat,
Penyerapan dan/atau penyimpanan karbon. dan lembaga swadaya masyarakat (LSM)
Hingga saat ini pengembangan HD di di Kabupaten Pulang Pisau terkait dengan
3
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 1-16
4
Pemanfaatan Jasa Lingkungan di Hutan Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir ......................(Muhammad Zahrul Muttaqin, et al.)
semar, pasak bumi, anggrek hutan, dan jenis B. Potensi Jasa Lingkungan
obat-obatan yang belum teridentifikasi. Hutan Desa di Buntoi merupakan bagian
Kondisi infrastruktur dari pusat Desa Buntoi dari sisa hutan rawa gambut tropis di Provinsi
menuju HD Buntoi belum memadai karena Kalimantan Tengah yang kondisinya relatif
ditempuh dengan jalan kaki dan melalui jalan baik dibandingkan dengan daerah sekitarnya
setapak selama 12 jam tanpa istirahat. Hal sehingga HD dapat memberi manfaat ekologi
tersebut merupakan salah satu kendala dalam dan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Lahan
pemanfaatan HD Buntoi oleh masyarakat gambut dapat berperan sangat penting dalam
Desa Buntoi, terutama yang berada jauh dari penyimpanan karbon dan regulasi air untuk
pinggiran hutan. Berdasarkan wawancara daerah sekitarnya seperti menyeimbangkan
dengan penduduk Desa Buntoi, diketahui pasokan air regional melalui fungsinya sebagai
bahwa tidak ada kelompok masyarakat yang resapan air. Selain itu lahan gambut tropis
tinggal di pinggiran HD tersebut. Berdasarkan merupakan reservoir keanekaragaman hayati
Keputusan Menteri Kehutanan tentang dan habitat bagi spesies langka, terutama
penunjukan Hutan Desa Buntoi, fungsi HD di primata seperti orangutan (Pongo pygmaeus)
Desa Buntoi adalah hutan lindung, maka hal dan beberapa spesies ikan endemik.
tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan Hasil penelitian adalah sebagai berikut:
hasil hutan kayu sangat terbatas. Sumber daya Pertama, hasil analisis biofisik yang dilakukan
hutan yang diizinkan untuk digunakan di HD HD di Desa Buntoi ditemukan bahwa di desa
adalah hasil hutan non-kayu seperti jelutung tersebut tidak memiliki sumber air minum
dan rotan, dan jasa lingkungan seperti air, yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk.
keanekaragaman hayati, keindahan bentang Sebagian masyarakat Desa Buntoi yang berada
alam dan penyerapan karbon. di pinggir Sungai Kahayan menggunakan air
rawa yang berwarna coklat untuk digunakan
5
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 1-16
6
Pemanfaatan Jasa Lingkungan di Hutan Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir ......................(Muhammad Zahrul Muttaqin, et al.)
Tabel 1. Jenis hewan, komoditas kayu, buah dan sayur, dan jenis tanaman obat
Table 1. Types of Wildlife, timber, fruits and vegetables, and medicinal plants
Sumber (Source): Pengolahan data primer dan sekunder, 2013 (Processed from primary and secondary data,
2013)
oleh kebutuhan atas sumber daya hutan untuk hutan mungkin dapat dilaksanakan jika
kehidupan sehari-hari. Bagi masyarakat yang pemerintah memberlakukan peraturan
menggantungkan hidupnya pada pemanfaatan perdagangan karbon dengan mekanisme
hasil hutan kayu dan bukan kayu seperti rotan yang dapat dilakukan di tingkat lokal dan
dan gemor, maka keberadaan sumber daya melibatkan para pihak seperti perusahaan
hutan yang tampak merupakan satu-satunya lokal dan masyarakat lokal. Contoh lainnya
sumber penghidupan bagi mereka. Terlebih adalah bioprospecting untuk keanekaragaman
jika mereka berada pada kondisi miskin. hayati. Upaya mencari manfaat nyata dari
Dengan demikian, pentingnya jasa lingkungan tumbuhan dan hewan yang ada di hutan untuk
menjadi terabaikan oleh banyak pihak kepentingan umum, seperti penyediaan obat
termasuk masyarakat lokal sendiri. Selain itu yang murah dan berkualitas, dapat dilakukan
keberadaan pasar untuk jasa lingkungan dapat dengan cara bioprospecting yang perlu
memengaruhi persepsi mereka sehingga jika dukungan kebijakan pemerintah agar kerja
tidak ada permintaan atas jasa lingkungan, sama antar pihak seperti swasta, akademisi,
maka jasa lingkungan tersebut menjadi tidak dan masyakarat lokal memberikan manfaat
bernilai. yang nyata bagi pemanfaatan jasa hutan.
Faktor yang lain berpengaruh terhadap Kebijakan pemerintah telah banyak yang
keberadaan jasa lingkungan hutan yaitu adanya dikeluarkan melalui peraturan mengenai
kebijakan yang mendukung. Faktor kebijakan pemanfaatan jasa lingkungan hutan termasuk
ini sangat penting karena dapat memberikan isu konservasi karbon hutan dalam kerangka
insentif pada pemanfaatan jasa lingkungan Reducing Emmisionsfrom Deforestation and
hutan. Sebagai contoh, pemanfaatan karbon Forest Degradation in Developing Countries
7
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 1-16
(REDD+). Keberadaan jasa lingkungan hutan hutan, meskipun mereka mungkin tidak
sudah mendapatkan dukungan kebijakan dan mengutamakan konservasi hutan ketika
peraturan perundang-undangan di tingkat harus membandingkan manfaat tak nyata
nasional, namun masih belum banyak ditemui dengan manfaat nyata dari ekstraksi kayu,
adalah peraturan daerah yang mendorong pemanfaatan hasil hutan non-kayu, atau
untuk pemanfaatan jasa ekosistem hutan konversi hutan menjadi perkebunan kelapa
secara lebih baik. Dengan demikian persepsi sawit.
para pihak, terutama masyarakat sekitar Mengenai keberadaan jasa lingkungan di
hutan terhadap keberadaan dan manfaat HD, sebagian besar masyarakat yang terlibat
jasa lingkungan hutan menjadi sangat dalam penelitian ini mengerti tentang manfaat
penting untuk diketahui karena berkaitan hutan untuk jasa air dan beberapa dari
dengan bagaimana jasa lingkungan dapat mereka tahu tentang keindahan bentang alam.
dimanfaatkan bagi kesejahteraan mereka. Namun, masyarakat tidak mengerti tentang
Dengan memahami sejauh mana pengetahuan keanekaragaman hayati dan penyerapan
masyarakat akan jasa hutan, maka strategi karbon sebagai jasa lingkungan hutan.
pemanfaatan jasa lingkungan hutan dapat Sehubungan dengan isu penyerapan karbon,
dirumuskan dengan lebih baik dan sesuai semua masyarakat tidak mengerti bahwa hutan
dengan kapasitas masyarakat. dapat menyerap karbon. Ini adalah situasi
Tabel 2 menggambarkan pengetahuan umum karena masalah emisi dan penyerapan
masyarakat tentang isu-isu konservasi dalam karbon relatif baru dan masyarakat umum
pelestarian hutan, dan pengalaman mereka membutuhkan latar belakang pendidikan
dalam berurusan dengan pembayaran dari yang memadai untuk dapat memahaminya.
pemerintah melalui berbagai program. Bahkan di negara-negara maju pun masih
Hasil analisisis menunjukkan bahwa dalam banyak ditemui masyarakat yang tidak tahu
hal program konservasi, sebagian besar tentang emisi dan penyerapan karbon.
masyarakat di lokasi penelitian tidak tahu Sebagian besar masyarakat di lokasi
apa saja program konservasi yang telah penelitian tidak tahu tentang pembayaran untuk
dilaksanakan di daerah mereka. Akan tetapi konservasi hutan atau Payment for Ecosistem
beberapa masyarakat yang terlibat dalam Services (PES). Namun, mereka telah
penelitian ini menyadari manfaat konservasi memiliki pengalaman dengan pembayaran
8
Pemanfaatan Jasa Lingkungan di Hutan Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir ......................(Muhammad Zahrul Muttaqin, et al.)
9
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 1-16
10
Pemanfaatan Jasa Lingkungan di Hutan Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir ......................(Muhammad Zahrul Muttaqin, et al.)
Mekanisme pembayaran
No. Hikmah pembelajaran (Lessons learn)
(Mecanism of payment)
11
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 1-16
12
Pemanfaatan Jasa Lingkungan di Hutan Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir ......................(Muhammad Zahrul Muttaqin, et al.)
Gambar3. Kerangka kelembagaan PJL untuk REDD+ di HD Buntoi dimodifikasi dari Muttaqin (2012)
Figure 3. Institutionalising framework for PES for REDD+ at Buntoi Village Forest modified from Muttaqin
(2012)
dana-dana tersebut ke pemerintah daerah lokal, maka yang tidak kalah pentingnya
melalui mekanisme kebijakan fiskal. Dengan adalah keberadaan lembaga atau program
demikian, para pengelola HD nantinya akan lokal untuk membantu pengelola HD dalam
menghadapi pasar monopsoni sehingga persiapan dan pelaksanaan PJL untuk
lebih efisien karena tidak perlu berhubungan REDD+. Sebagaimana telah dibahas di bagian
dengan banyak pembeli yang justru akan terdahulu, PJL untuk REDD+ harus mampu
merepotkan dan meningkatkan biaya memberikan insentif kepada masyarakat
transaksi. Gambar 3 memaparkan rancangan pengelola HD untuk berpartisipasi dalam
kelembagaan PJL untuk REDD+ di HD. program REDD+ secara sukarela. Namun
Rancangan kelembagaan ini dimodifikasi dari demikian ada satu hal yang mungkin menjadi
studi Muttaqin (2012). kendala utama pelaksanaan REDD+ dengan
Agar efisiensi dan efektivitas mekanisme melibatkan masyarakat, yaitu ketersediaan
PJL untuk REDD+ terjaga, pemerintah dapat data stok karbon di HD, baik berupa baselines,
menunjuk lembaga keuangan lokal yang maupun tingkat pengurangan emisinya.
sudah ada dan memiliki kredibilitas tinggi, Jika pengelola HD sendiri diminta untuk
seperti Bank BRI unit Desa, sebagai pengelola melakukan pengukuran dan pemantauan
dana REDD+ (lihat Gambar 3). Sehingga karbon dengan dana dari pengelola HD, maka
tidak perlu lagi membentuk unit pengelola justru akan menjadi disinsentif bagi pengelola
dana REDD+ baru yang akan meningkatkan HD tersebut. Oleh karena itu, perlu dirancang
biaya transaksi. Bank BRI unit Desa inilah adanya pendanaan lain di luar program PJL
yang nanti akan berhubungan langsung untuk REDD+ untuk membantu masyarakat
dengan pengelola HD dalam proses transaksi melakukan pengukuran dan pemantauan
penyediaan jasa karbon hutan berdasarkan stok karbon di HD. Salah satu program yang
kontrak yang telah disepakati antara pengelola dapat diikutsertakan dalam program PJL
HD dan pemerintah sebagai ‘pembeli’ jasa. untuk REDD+ adalah Program Nasional
Di samping keberadaan lembaga keuangan Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM
13
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 1-16
14
Pemanfaatan Jasa Lingkungan di Hutan Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir ......................(Muhammad Zahrul Muttaqin, et al.)
pelatihan secara berkelanjutan seperti Jaenicke, J., Englhart, S., & Siegert, F. (2011).
yang pernah dilaksanakan melalui bantuan Monitoring the effect of restoration
measures in Indonesian peatlands by radar
UNESCO. satellite imagery. Journal of Environmental
Management, 92(3), 630-638. doi: http://
B. Saran dx.doi.org/10.1016/j.jenvman.2010.09.029
Desain kelembagaan PJL untuk REDD+ Kalimantan Forests and Climate Partnership. (2014).
di HD yang diusulkan dalam penelitian ini Peta rencana pola tata guna lahan Desa
yaitu dengan menciptakan sistem distribusi Katimpun. Kapuas: Kapuas Australia Forest
Carbon Partnership (IAFCP) melalui Program
manfaat yang mampu: (1) Mengkompensasi
Kalimantan Forests and Climate Partnership
biaya korbanan (biaya yang telah banyak (KFCP) bekerja sama dengan Pemerintah
dikeluarkan) masyarakat pengelola HD, Kabupaten Kapuas dan Desa Katimpun.
(2) Menumbuhkan kesadaran konservasi Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.89/MENHUT-
sumber daya hutan, (3) Meningkatkan II/2014 Tentang Hutan Desa.
kapasitas masyarakat, dan (4) Memungkinkan Mayrand, K. & Paquin, M. (2004). Payments for
partisipasi yang luas dari seluruh lapisan environmental services: A survey and
masyarakat. Sehingga desain kelembagaan assessment of current schemes (pp. 53).
tersebut dapat mendukung prinsip-prinsip Montreal: Unisfera.
efisiensi, efektivitas, kelestarian dan keadilan Muttaqin, M.Z. (2012). Designing payments for
dalam pengelolaan sumber daya hutan. environmental services (PES) to reduce
emissions from deforestation and forest
degradation (REDD+) in Indonesia. (PhD
UCAPAN TERIMA KASIH
Thesis). Canberra: The Australian National
(ACKNOWLWDGEMENT) University.
Terimakasih disampaikan kepada warga Olbrei, Erik. (2013, 25 September). Indonesia sets a
Desa Buntoi yang terlibat dalam penelitian ini carbon time-bomb. Retrieved 1 October,
dan kepada UNESCO yang telah mendukung 2013, from http://theconversation.com/
indonesia-sets-a-carbon-time-bomb-17216
pendanaan kegiatan ini.
Page, S.E., Rieley, J.O. & Banks, C.J. (2011). Global
and regional importance of the tropical
DAFTAR PUSTAKA peatland carbon pool. Global Change
Biology, 17(2), 798-818. doi: 10.1111/j.1365-
Blaustein, R., Ettlinger, R.B., Boucher, D., Macey, 2486.2010.02279.x
K., Ryan, F., & Schwartzman, S. (2007). Pagiola, S., Landell-Mills, N., & Bishop, J. (2002).
Reducing emissions from deforestation and Market-based mechanisms for forest
forest degradation (REDD). Washington, DC: conservation and development. In S. Pagiola,
Climate Action Network J. Bishop & N. Landell-Mills (Eds.), Selling
Ekawati, S., Ginoga, K.L., & Lugina, M. (2013). forest for environmental services: Market-
Kondisi tata kelola hutan untuk implementasi based mechanism for conservation and
pengurangan emisi dari deforestasi dan development (pp. 1-13). London: Earthscan.
degradasi hutan (REDD+) di Indonesia. PNPM Mandiri. (2009) What Is PNPM Mandiri?
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 10(1), PNPM Mandiri Newsletter (II ed.). Jakarta:
72-87. PNPM Mandiri Communication Team.
Ginoga, K.L., Sumedi, N., Djaenudin, D., Nurfatriani, Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2008 Tentang
F., Indartik, & Lugina, M. (2011). Analisis Pelaksanaan Program Bantuan Langsung
keuntungan dan kendala mekanisme Tunai untuk Rumah Tangga Sasaran, Nomor
pembayaran jasa lingkungan untuk 3 Tahun 2008 C.F.R.
mendukung keberhasilan implementasi
mekanisme REDD+. Bogor: Pusat Penelitian The International Rubber Research & Development
dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Board. (2012, December). Risks &
Kebijakan. opportunities for the natural rubber industry
15
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 1-16
within a low carbon economy. Presentasi pada and environmental services forest at Buntoi
International Workshop on Carbon Markets Village, Central Kalimantan. Palangkaraya:
2012, Bogor, 3-4 Desember 2012. Yayasan Cakrawala Indonesia.
Yayasan Cakrawala Indonesia. (2013). Assessment
report for socio-economic, climate change
16