Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini terdiri dari dua tujuan yakni tujuan umum dan
tujuan khusus.
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tentang sanitasi lingkungan
kawasan pesisir di Kelurahan Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2016.
b. Tujuan Khusus
Ada beberapa tujuan khusus dalam penelitian ini antara lain :
1) Untuk mengetahui penyediaan air bersih dengan sanitasi
lingkungan kawasan pesisir di Kelurahan Wuring Kecamatan Alok
Barat Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2) Untuk mengetahui jamban keluarga dengan sanitasi lingkungan
kawasan pesisir di Kelurahan Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur.
3) Untuk mengetahui saluran pembuangan air limbah dengan
sanitasi lingkungan kawasan pesisir di Kelurahan Wuring
Kecematan Alok Barat Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
4) Untuk mengetahui tempat pembuangan sampah dengan sanitasi
lingkungan kawasan pesisir di Kelurahan Wuring Kecamatan Alok
Barat Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
ilmu pengetahuan dan merupakan bahan bacaan bagi peneliti
berikutnya.
b. Manfaat Institusi
Diharapkan dapat memberikan masukan bagi program
perbaikan sanitasi di masyarakat khususnya masyarakat pesisir di
Kelurahan Wuring Kecamatan Alok Barat Kabupaten Sikka Provinsi
Nusa Tenggara Timur.
c. Manfaat Praktis
Sebagai pengalaman berharga bagi penulis dalam memperluas
wawasan dan pengetahuan tentang sanitasi khususnya mengenai
sanitasi lingkungan kawasan pesisir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjuauan teoritis
4) Syarat Kualitas
a. Syarat Fisik
Jika air tidak berwarna, tidak berasa dan bau juga
sebaiknya di bawah suhu ± 3° C
b. Syarat Kimia
Jika air itu mengandung zat kimia organik dan
anorganik yang dapat membahayakan kesehatan
c. Syarat Bakteriologis
Air tidak mengandung kuman-kuman pathogen, kuman
paristik dan tidak mengandung bakteri golongan E. Coli yang
melampaui batas yang telah ditentukan.
d. Syarat Radioaktifitas yaitu sinar alfa dan beta.
5) Syarat Kuantitas
Kualitas air untuk daerah perkotaan pada akhir repelita VI
diperkirakan 150-300 liter/orang/hari. Sedangkan untuk daerah
pedesaan sekitar 100-150 liter/orang/hari.
Prinsip semua air dapat diproses menjadi sumber air
minum, namun untuk mendapatkan air minum yang sehat, perlu
di perhatikan sumber dan lokasi air yang akan digunakan.
Soekidjo (2011:177-178) menggolongkan air bersih sebagai
berikut:
1) Air Hujan
Air hujan dapat ditampung dan dijadikan air minum.
Akan tetapi air hujan ini tidak mengandung kalsium. Oleh
karena itu, agar dapat dijadikan air minum yang sehat perlu
ditambahkan kalsium di dalamnya.
2) Air Sungai dan Danau
Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau ini
juga dari air hujan yang mengalir melalui saluran-saluran
kedalam sungai atau danau. Kedua sumber air ini sering
juga disebut air permukaan. Oleh karena itu sungai dan
danau sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai
macam kotoran maka bila akan dijadikan air minum harus
diolah terlebih dahulu.
3) Mata Air
Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari air
tanah yang muncul secara alamiah. Oleh karena itu, air dan
mata air ini bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat
dijadikan air minum langsung.
4) Air Sumur Dangkal
Air ini keluar dari dalam tanah, juga disebut air tanah.
Air berasal dari lapisan air di dalam tanah yang dangkal.
Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah dan tempat
yang satu ke yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar
antara 5 – 15 m dari permukaan tanah. Air sumur pompa
dangkal ini belum begitu sehat, karena kontaminasi kotoran
dari permukaan tanah masih ada. Oleh karena itu, perlu
direbus dahulu sebelum diminum.
5) Air Sumur Dalam
Air ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Di
dalamnya air permukaan tanah biasanya di atas 15 m. Oleh
karena itu, sebagian besar air sumur kedalaman sepertiini
sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung
(tanpa melalui proses pengolahan).
c. Pengolahan Air Minum Secara Sederhana
Sumber-sumber air minum pada umumnya dan di daerah
pedesaan khususnya tidak terlindung, sehingga air tidak atau kurang
memenuhi persyaratan kesehatan. Untuk itu perlu pengolahan
terlebih dahulu. Ada beberapa cara pengelolahan air minum menurut
Soekkidjo (2011: 179) sebagai berikut :
1) Pengolahan Secara Alamiah
Pengolahan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan
(storage) dari air yang diperoleh dari berbagai macam sumber,
seperti air danau, air kali, air sumber (mata air). Dalam
penyimpanan ini air dibiarkan untuk beberapa jam di tempatnya.
Kemudia akan terjadi koogulasi dari zat-zat yang terdapat dalam
air, dan akhirnya terbentuk endapan. Air akan menjadi jernih
karena partikel-partikel yang ada dalam air akan ikut mengendap;
2) Pengolahan Air Dengan Menyaring
Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan
kerikil, ijuk, dan pasir. Pentaringan pasir dengan teknologi tinggi,
dilakukan oleh PAM (Pengolahan Air Minum) yang hasilnya dapat
dikomsumsi umum;
3) Pengolahan Air dengan Menambahkan Zat Kimia
Zat kimia yang digunakan dapat berupa dua macam, yakni
zat kimia yang berfungsi untuk koogulasi, dan akhirnya
mempercepat pengendapan (misalnya tawas). Zat kimia yang
kedua adalah berfungsi untuk menyucihamakan (membunuh bibit
penyakit yang ada dalam air, misalnya chlor);
4) Pengolahan Air dengan Mengalirkan Udara
Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta
bau yang tidak enak, menghilangkan gas-gas yang tidak
diperluhkan, misalnya CO2 dan juga menaikkan derajat
keasaman air.
5) Pengolahan Air dengan Memanaskan Sampai Mendidih
Tujuannya uuntuk membunuh kuman-kuman yang terdapat
dalam air. Pengolahan semacam ini lebih tepat hanya untuk
konsumsi kecil, misalnya untuk kebutuhan rumah tangga.
Dilihat dari segi konsumennya, menurut Soekidjo (2011:179-
182) pengelolahan air pada prinsipnya dapat dogolongkan menjadi
dua, yakni:
a. Pengelolahan Air Minum Untuk Umum
1. Penampungan Air Hujan
Air hujan dapat ditampung dalam suatu dam (danau
buatan), yang dibangun berdasarkan partisipasi masyarakat
setempat. Semua air hujan dialirkan ke danau tersebut
melalui alur-alur air. Kemudian di sekitar danau tersebut
dibuat sumur pompa atau sumur gali unttuk umum. Air hujan
juga dapat ditampung dengan bak-bak ferosemen dan di
sekitarnya dibangun atap-atap untuk mengumpulkan air
hujan. Di sekitar bak tersebut dibuat saluran-saluran keluar
untuk pengambilan air untuk umum.
Air hujan, baik yang berasal dari sumur (danau) dari bak
penampungan tersebut secara bakteriologik belum terjamin,
untuk itu maka kewajiban keluarga untuk memasaknya,
misalnya dengan merebus air tersebut.
2. Pengolahan Air Sungai
Air sungai dialirkan ke dalam suatu bak penampung,
melalui saringan kasar yang dapat memisahkan benda-benda
padat dalam partikel besar. Bak penampung tadi diberi
saringan yang terdiri dari ijuk, pasir, kerikil, dan sebagainya.
Kemudian air dialirkan ke bak penampung yang lain, di sini
dibutuhkan tawas dan chor . Dari sini baru dialirkan ke
penduduk atau diambil penduduk sendiri langsung ke tempat
itu. Agar bebas dari bakteri, bila air akan diminum harus
direbus terlebih dahulu.
3. Pengolahan Mata Air
Mata air yang secara alamiah timbul di desa-desa perlu
dikelola dengan melindungi sumber mata air tersebut, agar
tidak tercemar oleh kotoran. Dari sini air tersebut dapat
dialirkan ke rumah-rumah penduduk melalui pipa-pipa
bambu, atau penduduk dapat langsung mengambilnya sendiri
ke sumber yang sudah terlindungi tersebut.
b. Pengolahan Air Untuk Rumah Tangga
1) Air sumur
Air sumur pompa, terutama air sumur pompa dalam
sudah cukup memenuhi persyaratan kesehatan. Agar air
sumur pompa gali ini tidak tercemar oleh kotoran di
sekitarnya, perlu adanya syarat-syarat sebagai berikut: harus
ada bibir sumur, agar bila musim hujan tiba, air tanah tidak
akan masuk ke dalamnya, pada bagian atas kurung lebih 3
m dari permukaan tanah harus ditembok, agar air dari atas
tidak dapat mengotori air sumur dan perlu diberi lapisan
kerikil di bagian bawah sumur tersebut untuk mengurangi
kekeruhan.
2) Air hujan
Kebutuhan rumah tangga akan air dapat pula dilakukan
melalui penampungan air hujan. Tiap-tiap keluarga dapat
melakukan penampungan air hujan dari atapnya masing-
masing melalui aliran talang. Pada musim hujan hal ini tidak
jadi masalah, tetapi pada musim kemarau mungkin menjadi
masalah. Untuk mengatasi keluarga memerlukan tempat
penampungan air hujan yang lebih besar agar mempunyai
tendon untuk musim kemarau.
d. Golongan Air Berdasarkan Tingkat Mutu Dan Cara
Pengelolaannya
a. Air kelas I, yaitu air yang tidak memerlukan pengolahan seperti
air tanah atau air permukaan dengan tidak terkontaminasi.
b. Air kelas II, yaitu air hanya perlu didesinfeksi, seperti air tanah
dan air permukaan dengan kemungkinan terkontaminasi kecil,
akan tetapi air masih jernih.
c. Air kelas III, yaitu air yang memerlukan penyaringan disertai
klorinasi.
d. Air kelas IV, yaitu air yang memerlukan pengolahan lengkap
selain penyaringan memerlukan juga klorinasi dan
presedimentasi.
Air kelas V, yaitu air memerlukan pengolahan spesifik seperti
proses desalinasi air laut (Aras, 2009). Berdasarkan sumber air
bersih yang dapat digunakan oleh masyarakat yaitu: sarana air bersih
perpipaan, sumur pompa tangan, sumur gali, perlindungan mata air,
sumur artesis dan sumur resapan. Pengaruh tidak langsung dari air
terhadap kesehatan adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat
pendayagunaan 890 air yang dapat menurunkan kesejahteraan
masyarakat. Sedangkan pengaruh langsung dari air terhadap
kesehatan adalah tergantung pada kualitas dan kuantitas air, karena
air berfungsi sebagai perantara atau penyebar penyakit apapun
sebagai sarang insekta penyebar penyakit (Soemirat, 2000).
e. Penyakit Yang Berhubungan Dengan Air Menurut Bentuk Infeksi
dan Rute Transmisi
Berikut penggolongan penyakit yang berhubungan dengan air
menurut bentuk infeksi dan rute transmisi:
a. Water Borne Disease, jenis penyakit yang ditularkan atau
disebarkan akibat kontaminasi air oleh kotoran manusia atau air
seni, yang kemudian airnya dikonsumsi oleh manusia yang tidak
memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut antara lain:
cholera, thypoid, basillary dysentry, weil’s disease.
b. Water Washed Diseas, jenis penyakit yang ditransmisikan
dengan masuknya air yang tercemar kotoran ke dalam tubuh
secara langsung (fecal oral) akibat penyedian air bersih dan
untuk pencucian alat atau benda yang digunakan kurang secara
kuantitas maupun kualitas. Jenis penyakit pada kelompok ini
adalah : Bacterial Ulcers (bisul), Scabies (kudis), Trachoma
(terserang pada mata).
c. Water Based Disease, penyakit akibat organisme patogen yang
sebagian siklus hidupnya dalam air atau host sementara yang
hidup dalam air. Penyakit yang masuk dalam golongan ini adalah
Schistosimiasis, cacing Guinea.
d. Insect Water Related, penyakit yang disebabkan oleh insekta
yang berkembangbiak atau memperoleh makanan di sekitar air
sehingga insiden-insidennya dapat dihubungkan dengan
dekatnya sumber air yang cocok, misalnya penyakit malaria dan
oncohocersiasis (river blindness).
5. Tinjauan Umum Tentang Jamban Keluarga
a. Pengertian Jamban Keluarga
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan
untuk membuang tinja atau kotoran manusia bagi suatu keluarga
yang lazim disebut kakus atau WC.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jamban
keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang
dan mengumpulkan kotoran atau tinja manusia yang lazim disebut
kakus/WC sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat
tertentu dan tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan
mengotori lingkungan pemukiman.
Pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan dan kebiasaan masyarakat. Tujuan program JAGA
(jamban keluarga) yaitu tidak membuang tinja ditempat terbuka
melainkan membangun jamban untuk diri sendiri dan keluarga.
Penggunaan jamban yang baik adalah kotoran yang masuk
hendaknya disiram dengan air yang cukup, hal ini selalu dikerjakan
sehabis buang tinja sehingga kotoran tidak tampak lagi.
b. Macam-macam Jamban
Menurut konstruksi dan cara menggunakannya, ada 6 macam
tempat pembuangan kotoran atau kakus:
1) Kakus Cempalung
Bentuk kakus ini adalah yang paling sederahana yang dapat
dinjurkan pada masyarakat, namun kakus jenis ini tidak baik
digunakan karena kotoran langsung jatuh masuk kedalam tempat
penampungan. Kakus macam ini masih menimbulkan gangguan
karena baunya.
2) Kakus Plengsengan
Kakus plengsengan ini sedikit lebih baik dari kakus
cemplung karena baunya agak sedikit berkurang dan keamanan
pemakainya lebih terjamin. Kakus plengsengan ini lubang tempat
jongkok ke tempat penampungan kotoran dihubungkan oleh satu
saluran yang miring.
3) Kakus Bor
Dinamakan demikian karena tempat penampungan
kotorannya dibuat dengan menggunakan bor. Bor yang
digunakan adalah bor tangan dengan nama Bor Auger dengan
diameter 30-40 cm. Kakus bor mempunyai keuntungan bau yang
ditimbulkan sangat berkurang. Akan tetapi kerugiannya kakus bor
adalah perembesan kotoran akan lebih jauh dan mengotori air
tanah.
4) Kakus Angsatrine
Kakus ini dibawah tempat jongkoknya dipasang atau
dipasang suatu alat yang bebrbentuk seperti leher angsa yang
disebut bowl. Bowl ini berfungsi untuk mencegah timbulnya bau.
5) Kakus Diatas Balong (Empang)
Membuat kakus diatas balong (yang kotorannya dialirkan ke
balong) adalah cara pembuangankotoran yang tidak disarankan.
6) Kakus Septic Tank
Septic tank berasal dari kata septic yang berarti
pembusukan secara anaerobic. Septic tank bisa terdiri dari
dua bak atau lebih atau bisa juga satu bak penampung saja
dengan mengatur sedemikian rupa (dipasang beberapa
sekat) Sehingga dapat memperlambat aliran air kotor ke bak
tersebut. Di dalam bak pertama akan terjadi proses
penghancuran, pembusukan dan pengendapan. Didalam bak
terdapat 3 macam lapisan :
1) Lapisan yang terapung, yang terdiri atas kotoran-kotaran
padat;
2) Lapisan cair dan
3) Lapisan endap (lumpur).
c. Syarat-syarat Jamban Yang Memenuhi Syarat
Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung
berjarak 10-15 meter dari sumber air bersih;
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga
maupun tikus;
3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga
tidak mencemari tanah sekitarnya;
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya;
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindungm dinding kedap air dan
berwarna;
6. Cukup penerangan;
7. Lantai kedap air;
8. Ventilasi cukup baik dan
9. Tersedia air dan alat pembersih.
Mengingat kondisi kawasan pesisir yang landai, berpasir dan
sangat mudah terendam, diperlukan teknik khusus dalam membuat
septic tank. Karena, dengan kondisi yang mudah terendam, septic
yang dibuat harus memperhatikan jarak dengan sumber air. Jangan
sampai kotoran mengkontaminasi air yang akan digunakan sehari-
hari.
Jarak aman antara lubang kakus dengan sumber air minum
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :
a) Topografi tanah: topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi
permukaan tanah dan sudut kemiringan tanah.
b) Faktor hidrologi: yang termasuk dalam faktor hidrologi antara lain
Kedalaman air tanah, Arah dan kecepatan aliran tanah, Lapisan
tanah yang berbatu dan berpasir. Pada lapisan jenis ini
diperlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan jarak yang
diperlukan untuk daerah yang lapisan tanahnya terbentuk dari
tanah liat.
c) Faktor meteorologi: di daerah yang curah hujannya tinggi, jarak
sumur harus lebih jauh dari kakus.
d) Jenis mikroorganisme: Karakteristik beberapa mikroarganisme ini
antra lain dapat disebutkan bahwa bakteri patogen lebih tahan
pada tanah basah dan lembab. Cacing dapat bertahan pada
tanah yang lembab dan basah selama 5 bulan, sedangkan pada
tanah yang kering dapat bertahan selam 1 bulan.
e) Faktor kebudayaan: terdapat kebiasaan masyarakat yang
membuat sumur tanpa dilengkapi dengan dinding sumur.
f) Frekuensi pemompaan: akibat makin banyaknya air sumur yang
diambil untuk keperluan orang banyak, laju aliran tanah menjadi
lebih cepat untuk mengisi kekosongan.
d. Penyebaran Penyakit dari Tinja
Pembuangan tinja yang tidak seniter dapat menyebabkan
penyebaran berbagai macam penyakit. Hal ini dimulai dari tinja yang
terinfeksi mencemari air tanah atu air permukaan yang
terkontaminasi bibit penyakit dari tinja manusia. Bisa juga tinja yang
terinfeksi dihinggapi kecoak atau lalat, kemudian kecoak atau lalat
merayap atau hinggap di makanan dan minuman atau hinggap pada
tempat meletakan makanan seperti piring atau sendok untuk makan.
Bila tinja dibuang dalam jamban sederhana, yakni jamban
cemplung, maka jasad renik dapat masuk kembali kedalam tanah
secara vertikal paling dalam 3 meter, kesamping tergantung jenis dan
keadaan tanah tnah kering akan lebih pendek dari tanah basah.
e. Penyakit Yang Ditularkan Melalui Tinja
Pembuangan tinja manusia yang tidak memenuhi syarat
kesehatan seringkali berhubungan dengan kurangnya penyediaan air
bersih dan fasilitas kesehatan lainya. Jamban dapat memberikan
pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap status kesehatan
penduduk. Pengaruh langsung, misalnya dapat mengurangi insiden
penyakit tertentu, sedangkan pengaruh yang tidak langsung berkaitan
dengan komponen sanitasi lingkungan (Koesmantoro, 1991 dalam
Mubarak, 2008).
Pembuangan tinja disembarang tempat dapat menimbulkan
penularan berbagai penyakit. Adapun penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui tinja antara laian : tifus, disentri, kolera, cacing
(gelang, kremi,tambang, pita), schistosomiasis dan sebagainya.
Penyakit-penyakit yang dikeluarkan dalam tinja tersebut
dikelompokkan dalam 4 golongan, sebagai berikut :
Tabel 2
Penyakit-Penyakit Yang di Keluarkan Dalam Tinja
Agent Penyakit
Virus :
V : Hepatitis A Hepatitis A
V ; Poliomylitis Polio (myelitis anterior acuta)
Bakteri
Vibrio cholerae Cholera
Escherichiacoli Diare/disenti
Ebteropatogenik Typus abdominalis
Salmonella typhi Paratypus
Salmonella paratyphi Dysenri
Stigalla dysenriare
Protozoa
Entamoeba histolystica Dysentri amoeba
Balantidia cali Balantidiasis
Metazoa
Ascariasis Lumbricoides Ascariasis
Schistosoma Schistosomasis
Sumber : Daud, 1999
f. Transmisi Penyakit dari Tinja
Manusia adalah reservoir dari penyakit-penyakit yang
penularannya melalui tinja dan merupakan salah satu penyebab
kematian dan cacat, hal ini dapat dikendalikan dengan memperbaiki
kondisi lingkungan fisik yaitu dengan jalan perkembangan tinja yang
saniter.
Transmisi penyakit dari orang sakit atau carier ke manusia
sehat melalui satu mata rantai tertentu seperti berikut:
1) Agent penyakit;
2) Reservoir atau sumber infeksi dari agent penyebab;
3) Cara transmisi dari reservoir kepenjamu yang potensial;
4) Cara masuk ke penjamu baru dan
5) Penjamu yang rentan.
Jika salah satu dari keenam faktor tersebut tidak ada
penyebaran penyakit menjadi tidak mungkin. Berikut adalah
mengenai cara transmisi penyakit dari tinja:
Gambar. 1
Transmisi Penyakit Dari Tinja
Air
Tangan
Makanan Dan Penjamu
Tinja Minuman Baru
Serangga
Tanah
Air
Sumber : Soekidjo,2011
Pemutusan mata rantai penularan penyakit dari tinja dengan
rintangan sanitasi dapat dilakukan melalui penanganan tinja yang
memenuhi aturan kesehatan atau dengan kata lain memanfaatkan
jamban keluarga, sehingga tinja tidak mengotori tanah permukaan
tidak mengotori air permukaan, tidak mengotori air dalam tanah, dan
kotoran tidak dihinggapi vektor lainnya.
6. Tinjauan Umum Tentang Saluran Pembuangan Air Limbah
Saluran pembuangan air limbah merupakan cara yang dilakukan
untuk mengelola air limbah yang berasal dari rumah tangga, limbah
domestic adalah semua buangan yang berasal dari kamar mandi, kakus,
dapur, tempat cuci pakaian, cuci peralatan rumah tangga, apotik rumah
sakit, rumah makan dan sebagainya.
Secara kuantitatif, limbah tadi terdiri dari zat organik baik berupa
padat atau cair, bahan berbahaya dan beracun (B3), garam terlarut,
lemak dan bakteri terutama golongan fekal coli, jasad pathogen dan
parasit (Sastrawijaya, 2000). Membangun sanitasi yang berkelanjutan
(sustainabel) dan drainase didaerah rendah dan pesisir benar benar
memberikan tantangan teknis dan lingkungan tersendiri.
a. Maksud Pengaturan Limbah
Maksud pengaturan limbah antara lain :
1) Untuk mencegah pengotoran sumber air rumah tangga;
2) Menjaga makanan dari air permukaan yang tercemar;
3) Menghindari pengotoran tanah permukaan;
4) Perlindungan air untuk ternak;
5) Menghilangkan tempat perkembangbiakannya bibit-bibit penyakit
dan vektor penyebar penyakit dan
6) Menghilangkan adanya bau-bauan dan pemandangan yang tidak
sedap.
b. Cara-cara Pembuangan Air Limbah
Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk
melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah
tersebut. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan mempunyai daya
dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena
pencemaran air limbah tersebut. Namun demikian, alam mempunyai
kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga air
limbah perlu diolah sebelum dibuang. Beberapa cara sederhana
pengolahan air buangan oleh Soekidjo 2011:197-199) sebagai
berikut:
1) Dengan Pengenceran (Dispotal by Dilution)
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang
cukup rendah, kemudian baru dibuang kebadan-badan air. Akan
tetapi, dengan makin bertambahnya penduduk yang berarti makin
meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah harus
dibuang terlalu banyak, dan diperlukan air pengencaran terlalu
banyak pula, maka cara ini tidak dipertahankan lagi. Di samping
itu, cara ini menimbulkan kerrugian lain, diantaranya; bahaya
kontaminasi terhadap aliran-aliran air masih tetap ada,
pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan
terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan
sebagainya. Selanjutnya dapat menimbulkan banjir.
2) Kolam Oksidasi (Oxidation Ponds)
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan
sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam
proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam kolam
besar terbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter.
Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apa pun.
Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman, dan di daerah
yang terbuka, sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan
baik.
3) Irigasi
Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali,
dan air akan merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan
dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan
dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau
perkebunan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini
terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga,
perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lainnya dimana
kandungan zat-zat orgsnik dan protein cukup tinggi yang
diperlukan oleh tanam-tanaman.
c. Syarat-syarat Pembuangan Air Limbah yang Sehat
Pembuangan air limbah mempunyai syarat-syarat sebagai
berikut:
1) Tidak Cmencemari sumber air;
2) Tidak menimbulkan genangan air yang dapat dipergunakan untuk
sarang nyamuk;
3) Tidak menimbulkan bau dan
4) Tidak menimbulkan becek-becek atau pandangan yang tidak
menyenangkan.
d. Macam-macam Konstruksi Pembuangan Air Limbah
Sistem sarana pembuangan air limbah di daerah pedesan
seperti kolam oksidasi, pemeliharaan ikan lele yang langsung
dibuang/disalurkan ke sungai. Berbagai macam sarana pembuangan
air limbah berdasarkan jenis materialnya:
1) Sarana pembuangan air limbah dari bambu;
2) Sarana pembuangan air limbah dari kayu;
3) Sarana pembuangan air limbah dari drum;
4) Sarana pembuangan air limbah dari pasangan bata beton dan
5) Sarana pembuangan air limbah dari koral .
e. Istilah yang Digunakan dalam Pengelolaan Limbah
1) Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic
wastes water), yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman
penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekstreta (tinja
dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan
umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.
2) Air buangan indusrtri (industrial wastes water), yang berasal dari
berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang
terkandung di dalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan
baku yang dipakai oleh masing-masing industry, antara lain:
nitrogen, sulfide, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna,
mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab
itu, pengolahan jenis air limbah ini agar tidak menimbulkan polusi
lingkungan menjadi lebih rumit.
3) Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air
buangan yang berasal dari daerah: perkantoran, perdagangan,
hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat-tempat ibadah, dan
sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis
air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.
7. Tinjauan Umum Tentang Sampah
a. Pengertian sampah
Menurut (Soekidjo, 2011:190) sampah adalah sesuatu bahan
atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia,atau
benda padat yang tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan
manusia dan dibuang. Senada dengan itu Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI) mengdefinisikan sampah
adalah sesuatu bahan atau benda padat yang terjadi karena
berhubungan aktifitas manusia yang tak dipakai lagi, tak disenangi
dan dibuang dengan cara-cara saniter terkecuali yang berasal dari
tubuh manusia.
b. Jenis-jenis Sampah
Soekidjo, (2011:192-193) membagi beberapa jenis sampah
sebagai berikut:
a. Jenis-jenis sampah berdasarkan asalnya dapat dibagi menjadi 2
yaitu:
1) Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat
membusuk, misalnya: sisa-sisa makanan, daun-daunan,
buah-buahan, dan sebagainya.
2) Sampah anorganik adalah sampah yang umunya tidak dapat
membusuk, misalnya: logam/besi, pecahan, gelas plastik,
dan sebagainya.
b. Jenis-jenis sampah berdasarkan karakteristiknya adalah:
1) Garbage, sampah hasil pengolahan atau pembuatan
makanan yang umumnya mudah membusuk.
2) Rubish,sampah yang berasal dari perkantoran dan usaha
perdagangan yang umumnya mudah terbakar, seperti plastik
dan kertas.
3) Ashesh (abu), Sisa dari pembakaran bahan-bahan yang
mudah terbakar termasuk abu rokok.
4) Sampah jalanan (street Sweeping), sampah jalanan yang
berasal dari hasil pembersihan jalan.
5) Sampah industri (Industrial Waste), sampah jalanan yang
berasal dari industri atau pabrik.
6) Bangkai binatang (dead Anima), bangkai binatang yang mati
karena kondisi alam, tabrak kendaraan atau dibuang orang.
Bangkai kendaraan (abondoned vehicle), bangkai mobil
seperti motor dan sebagainya.
7) Sampah pembangunan (contruction waste), sampah dari
proses pembuangan gedung, rumah dan sebagainya.
c. Jenis-jenis sampah berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar:
1) Sampah yang mudah terbakar
2) Sampah yang tidak dapat terbakar.
c. Sumber Sampah
Klasifikasi sumber sampah dihubungkan dengan aktivitas
manusia dan pemggunaan (tata guna) lahan yaitu:
a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes);
b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum;
c. Sampah yang berasal dari perkantoran;
d. Sampah yang berasal dari pembersihan jalan;
e. Sampah yang berasal dari industri;
f. Sampah yang berasal dari pertanian / perkebunan;
g. Sampah yang berasal dari pertambangan dan
h. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Sampah
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah :
a. Jumlah penduduk dan kepadatannya;
b. Sistem pengumpulan dan pembuangan sampah;
c. Pengambilan bahan-bahan pada sampah untuk dipakai kembali;
d. Geografi;
e. Waktu, musim dan iklim;
f. Status sosial ekonomi dan
g. Teknologi.
e. Pengaruh Sampah Terhadap Lingkungan dan Kesehatan
Pengaruh sampah terhadap lingkungan sangat bervariasi
tergantung jumlah dan karakteristik serta daya dukung
lingkungannya.
a. Sampah yang sulit/tidak dapat terurai bila dibuang pada suatu
lahan akan mengganggu atau merusak struktur komposisi tanah
dan fungsi tanah sebagai bidang resapan air;
b. Sampah yang terbuang di selokan/kanal dan badan air sungai
akan dapat menyebabkan banjir, menghalangi penetrasi sinar
matahari ke badan air, mengganggu kehidupan flora dan fauna
air, bahkan sampai mengurangi kepadatan populasi atau
pemunahan flora dan fauna tertentu sehingga dapat menurunkan
daya dukung badan air tersebut dan tidak sesuai peruntukan
semula;
c. Sampah yang mudah membusuk dan mudah terurai karena
kandungan komposisi bahan organik alami yang tinggi. Jika
terbuang pada suatu lahan atau badan air, akan terurai menjadi
unsur-unsur hara dsan asam-asaman, alkohol dan gas;
d. Sampah beracun/berbahaya prosesnya hampir serupa di atas,
terutama timbulnya kematian flora atau fauna dan kalau terus
menerus terjadi akan menyebabkan kepunahan populasi;
e. Sampah yang terbakar dan dibakar bukan pada incenerator
menimbulkan pencemaran udara dan
f. Sampah yang tertumpuk di pinggir jalan dapat menimbulkan
kemacetan lalu lintas dan bahkan mungkin terjadi kecelakaan.
Sampah bukanlah penyebab penyakit tetapi suatu kondisi atau
media terjadinya penyakit, sehingga pengaruh sampah terhadap
kesehatan adalah:
a. Sampah sebagai benda, mampu menimbulkan kondisi yang
kurang atau tidak nyaman dan mengurangi keindahan karena
wujud fisiknya yang berserakan tidak pada tempatnya dan
menimbulkan bau pada proses pembusukannya.
b. Sampah merupakan media tumbuh kembangnya bakteri/parasit
penyakit dan vektor beberapa penyakit seperti lalat, kecoa,
nyamuk dan tikus.
c. Proses dekomposisi sampah menguraikan senyawa organik
kompleks menjadi unsur-unsur lain, unsur dari senyawa organik
nitrogen dalam air tanah dan permukaan yang mana unsur-unsur
tersebut sebagai ion pada kadar yang melebihi bahwa untuk air
minum berbahaya bagi kesehatan terutama jika dikonsumsi ibu
hamil dan anak balita. Penyakit yang khas dikenal dengan blue
baby’s.
d. Sampah radioaktif dapat mengganggu genetika dan
menyebabkan gangguan reproduksi, dimana bahaya tergantung
pada kadar dan waktu pengaruhnya (Anwar, 2006).
B. KERANGKA KONSEP
SANITASI LINGKUNGAN
KAWASAN PESISIR PENGETAHUAN
A. Jenis Penelitian
1. Kuesioner
2. ATK
D. Variabel penelitian
Jamban Keluarga
Sanitasi Lingkungan
Kawasan Pesisir
SPAL
Tempat Pembuangan
Sampah
E. Definisi operasinal
NZ 2 PQ
n=
d2 (N − 1) + Z 2 PQ
(789) (1,96)2 (0,5) (0,5)
n=
(0,1)2 (789 − 1) + (1,96)2 (0,5) (0,5)
(789) (1,96)2 (0,5) (0,5)
n=
(0,1)2 (789 − 1) + (1,96)2 (0,5) (0,5)
(789) (3,8416) (0,25)
n=
(0,01) (788) + (3,8416) (0,25)
757,75
n=
7,88 + 0,9604
757,75
n=
8,8404
n = 85,7144
n = 86 rumah
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat kemaknaan, digunakan 0,1
Z = SD normal 1,96
P = Dugaan proporsi ( 50 % )
Q = 1–P
G. Metode Pengumpulan Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer
program SPSS.
2. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan di
interpretasikan dalam bentuk narasi.
I. Etika penelitian
1. Letak Geografis
Kelurahan Wuring adalah wilayah pemekaran dari kelurahan
Wolomarang pada tahun 1993 yang merupakan bagian dari
Kecamatan Alok. Wilayah kelurahan Wuring terdiri atas 3 pemukiman
yaitu Patisomba, Nangahure Bukit dan Nangahure Lembah. Setelah
terbentuk pemukiman pada tahun 1993, maka dibentuk pemerintah
Kelurahan dan yang menjabat sebagai lurah sekarang adalah Bapak
M. Hasbullah,S.STP.
Kelurahan Wuring memiliki yaitu 0-45 m dari permukaan
lautdengan curah hujan rata-rata 1.329mm,71 hh/tahun dengan suhu
udara (27-32)°C. Kelurahan Wuring memiliki luas wilayah 1.600 Ha
atau 8 KM² dan Kelurahan Wuring berbatasan dengan:
Sebelah utara : Laut Flores
Sebelah timur : Kelurahan Hewuli
Sebelah selatan : Desa Wuliwutik dan Desa Nitakolang
Sebelah barat : Desa Kolosia
2. Demografis
Jumlah penduduk di Wilayah Kelurahan Wuring pada tahun 2016
sebanyak 3.217 jiwa, dengan jenis kelamin laki – laki sebanyak 1.705
jiwa dan jenis kelamin perempuan sebanyak
1.512 jiwa. Jumlah kepala keluarga 1.032 KK, dengan yang
berjenis kelami laki-laki sebanyak 903 KK dan yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 132 KK.
B. Karakteristik responden
1. Analisis Univariat
a. Jenis Kelamin
Tabel 1.
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Kelurahan Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka
Tahun 2016
Jenis Kelamin n Persentase
Laki-Laki 74 86.0
Perempuan 12 14.0
Total 86 100.0
Sumber : Data Primer, 2016
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 86 responden yang diteliti
terdapat responden yang berjenis kelamin laki – laki sebanyak
86,0% dan perempuan sebanyak 14,0%.
b. Umur
Tabel 2.
Distribusi Kelompok Umur Responden Di
Kelurahan Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka
Tahun 2016
Kelompok Umur
n Persentase
(Tahun)
23-30 3 3.5
31-38 12 14.0
39-46 18 20.9
47-54 23 26.7
55-62 19 22.1
63-70 9 10.5
71≥ 2 2.3
Total 86 100.0
Sumber : Data Primer, 2016
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 86 resnponden yang
diteliti terdapat tertinggi yang memiliki kelompok umur 47 – 54
tahun sebanyak 26,7% dan terendah kelompok umur ≥ 71 tahun
sebanyak 2,3%.
c. Pekerjaan
Tabel 3.
Distribusi Pekerjaan Responden Di Kelurahan
Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka
Tahun 2016
Pekerjaan n Persentase
Total 86 100.0
Sumber : Data Primer ,2016
Tabel 3. Menunjukkan bahwa dari 86 responden terdapat
tertinggi jenis pekerjaan nelayan sebanyak 57,0%, dan terendah
jenis pekerjaan TNI / POLRI Sebanyak 1,2%
d. Pendidikan
Tabel 4.
Distribusi Pendidikan Responden Di Kelurahan Wuring
Kecamatan Alok Barat Kabupaten Sikka
Tahun 2016
Pendidikan n Persentase
Total 86 100.0
Sumber : Data Primer , 2016
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 86 responden yang diteliti
terdapat tertinggi tingkat pendidikan SD sebanyak 76,7% dan
terendah tingkat pendidikan diploma sebanyak 1,2%.
e. Penyediaan Air Bersih
Tabel 5.
Distribusi Penyediaan air Bersih Responden
Di Kelurahan Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka
Tahun 2016
Total 86 100.0
Sumber : Data Primer, 2016
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 86 responden yang diteliti
terdapat penyediaan air bersih yang memenuhi syarat sebanyak
2,3 % dan yang tidak memenuhi syarat 97,7 %
f. Jamban Keluarga
Tabel 6.
Distribusi Jamban Keluarga Responden Di Kelurahan
Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka
Tahun 2016
Total 86 100.0
Sumber : Data Primer, Mei 2016
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 86 responden yang diteliti
terdapat jamban keluarga yang memenuhi syarat sebanyak 8,1
% dan yang tidak memenuhi syarat 91,9 %.
g. Saluran Pembuangan Air Limbah
Tabel 7.
Distribusi Saluran Pembuangan Air Limbah Responden Di
Kelurahan Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka
Tahun 2016
Total 86 100.0
Sumber : Data Primer, 2016
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 86 responden yang diteliti
terdapat saluran pembuangan air limbah yang memenuhi syarat
sebanyak 10,5 % dan yang tidak memenuhi syarat 89,5 %.
h. Tempat Pembuangan Sampah
Tabel 8.
Distribusi Tempat Pembuangan Sampah Responden
Di Kelurahan Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka
Tahun 2016
Tempat Pembuangan
n Persentase
Sampah
Total 86 100.0
Sumber : Data Primer, 2016
Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 86 responden yang diteliti
terdapat tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat
sebanyak 3,5% dan yang tidak memenuhi syarat 96,5 %.
i. Sanitasi Lingkungan
Tabel 9.
Distribusi Kondisi sanitasi Lingkungan Responden
Di Kelurahan Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka
Tahun 2016
Total 86 100.0
Sumber : Data Primer, 2016
Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 86 responden yang diteliti
terdapat Kondisi sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat
sebanyak 1,2% dan yang tidak memenuhi syarat 98,8 %.
C. Hasil penelitian
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai gambaran sanitasi lingkungan
kawasan pesisir pada Kelurahan Wuring kecamatan Alok Barat
kabupaten Sikka tahun 2015, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Gambaran sanitasi lingkungan kawasan pesisir Kelurahan Wuring
berdasarkan sarana penyediaan air bersih 50% tidak memenuhi
syarat;
2. Gambaran sanitasi lingkungan kawasan pesisir Kelurahan Wuring
berdasarkan jamban keluarga 85,7% tidak memenuhi syarat;
3. Gambaran sanitasi lingkungan kawasan pesisir Kelurahan Wuring
berdasarkan saluran pembuangan air limbah 88,9% tidak memenuhi
syarat dan
4. Gambaran sanitasi lingkungan kawasan pesisir Kelurahan Wuring
berdasarkan sarana tempat pembuangan sampah 66,7% tidak
memenuhi syarat.
B. Saran
1. Perlu adanya pengadaan air bersih dari saluran perpipaan mata air
karena air sumur yang digunaka sebagai sumber air bersih sebagian
besar tidak memenuhi syarat;
2. Perlu adanya pembuatan lantai jamban serta saptic tang yang kedap
air mengingat letak jamban yang dekat denagn sumur yang
digunakan sebagai sumber air bersih;
3. Perlu adanya pembuatan saluran pembuangan air limbah dari sumur,
dapur serta WC/kamar mandi ke drainase yang ada serta pembuatan
sistem pengolahan air limbah oleh pemerintah dan
4. Perlu diadakannya tempat pembuangan sampah disetiap rumah dan
manajemen pengolahan sampah oleh pemerintah karena masyarakat
selalu membuang sampah di halaman rumah dan pantai.