Вы находитесь на странице: 1из 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup


bersama-sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki
kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergantungannya pada
pemanfaatan sumber daya pesisir. Wilayah pesisir adalah wilayah
pertemuan antara daratan dan laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi
bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang angin laut, dan
perembesan air asin (Suprihayono, 2012)
Sanitasi lingkungan adalah usaha untuk mengendalikan dari semua
faktor-faktor fisik manusia yang menimbulkan hal-hal yang merugikan
bagi perkembangan fisik, kesehatan, dan ketahan hidupnya. Jadi sanitasi
lingkungan lebih menekankan pada pengawasan pengendalian faktor
hidup.
Menurut WHO, diestimasikan lebih dari 2 milliar orang
membutuhkan sanitasi yang baik hingga tahun 2015. Laporan terbaru
WHO dan UNICEF seperti yang dilansir oleh situs resmi WHO,
menyebutkan perbaikan sanitasi lingkungan dan penyediaan air bersih
dapat mengurangi 5000 kematian tiap hari akibat diare dan keadaan
ekonomi yang buruk sebagai dampak dari penurunan produktifitas
keluarga karena dari serangan penyakit infeksi akibat buruknya sanitasi.
Menurut catatan WHO tahun 2013 hampir 2,6 milyar orang di dunia
tidak memiliki akses terhadap sanitasi dasar dan 1,1 milyar orang
kekurangan air bersih serta BABS sembarangan. Padahal buruknya
kualitas sanitasi dapat mengakibatkan tingginya penyakit bawaan air dan
sanitasi seperti diare dan disentri. Data BPS menyatakan bahwa proporsi
rumah tangga di perkotaan yang menggunakan septic tank dan cubluk
adalah 80,45% dan di pedesaan sebesar 57,26% (tidak
mempertimbangkan kualitas sarana) dengan tingkat kepemilikan jamban
keluarga di perkotaan sebesar 73,13% dan di pedesaan 53,1% (Zika
Zakiya, 2013), sedangkan Kementrian Lingkungan Hidup menyatakan
bahwa hanya 11 kota di Indonesia yang memiliki system sanitasi
perpipaan terpusat.
sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk serta air minum yang
tidak aman berkontribusi terhadap 88% kematian anak akibat diare di
seluruh dunia. Bagi anak-anak yang bertahan hidup, seringnya menderita
diare berkontribusi terhadap masalah gizi, sehingga menghalangi anak-
anak untuk dapat mencapai potensi maksimal mereka. Kondisi ini
selanjutnya menimbulkan implikasi serius terhadap kualitas sumber daya
manusia dan kemampuan produktif suatu bangsa di masa yang akan
datang.
Menurut data dari UNICEF 2012, di Indonesia diare masih
merupakan penyebab utama kematian anak berusia di bawah lima tahun.
Laporan Riskesdas 2010 menunjukkan diare sebagai penyebab 31 %
kematian anak usia antara 1 bulan hingga satu tahun, dan 25 % kematian
anak usia antara satu sampai empat tahun. Angka diare pada anak-anak
dari rumah tangga yang menggunakan sumur terbuka untuk air minum
tercatat 34 % lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dari rumah
tangga yang menggunakan air ledeng. Selain itu, angka diare lebih tinggi
sebesar 66 persen pada anak-anak dari keluarga yang melakukan buang
air besar di sungai atau selokan dibandingkan mereka pada rumah
tangga dengan fasilitas toilet pribadi dan septik tank. Peran penting
kebersihan sering diabaikan. Kematian dan penyakit yang disebabkan
oleh diare pada umumnya dapat dicegah. Bahkan tanpa perbaikan pada
sistem pengairan dan sanitasi, mencuci tangan secara tepat dengan
menggunakan sabun dapat mengurangi resiko penyakit diare sebesar 42
- 47 %.
Menurut data PBB tahun 2013 terdapat 10 negara dengan jumlah
tertinggi orang yang hidup tanpa sanitasi yang layak diantaranya India
dengan jumlah 626 juta orang hidup tanpa sanitasi yang memadai, dan
60% dari jumlah orang yang masih buang air besar sembarangan.
Indonesia dengan jumlah 63 juta orang yang tidak memiliki jamban.
Pakistan dengan jumlah 40 juta orang yang masih buang air besar
sembarangan. Ethiopia dengan jumlah 38 juta orang yang tidak memiliki
jamban. Nigeria dengan jumlah 34 juta orang tanpa sanitasi yang
memadai. Sudan dengan jumlah 19 juta orang yang masih buang air
besar sembarangan. Nepal dengan jumlah 15 juta orang tanpa sanitasi
yang baik. China dengan jumlah 14 juta orang yang masih buang air
besar sembarangan dan Burkina Faso dengan jumlah 9,7 juta orang
tanpa memiliki sanitasi memadai.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia, pada tahun 2012
jumlah rumah tangga baik di perkotaan maupun pedesaan baru
mencapai angka 55,53% yang telah memiliki fasilitas sanitasi yang layak.
Artinya masih ada sekitar 45 % penduduk yang belum memiliki akses
sanitasi yang baik. Di perkotaan besar di Indonesia, masih banyak kita
jumpai kelompok masyarakat yang sanitasinya sangat buruk. Misalnya di
Jakarta, dan banyak juga di perkotaan besar lainnya, kualitas sanitasi
masih minim khususnya untuk masyarakat miskin. Masyarakat yang
tinggal di bantaran sungai misalnya, banyak di antara mereka yang
menjadikan sungai sekaligus sebagai toilet sekaligus tempat buangan
sampah mereka.
Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tahun 2014, Sarana sanitasi dasar meliputi Penyediaan Air Bersih (PAB),
Jamban Keluarga (Jaga), Tempat Sampah dan Pengelolaan Air Limbah.
Data cakupan sarana penyediaan air bersih, yang diperiksa SAB
sebanyak 604.961 keluarga (62,0%) dan cakupan keluarga yang memiliki
akses air bersih sebanyak 366.217 keluarga (60,5%). Data cakupan
Jamban Keluarga (Jaga) dari 533.794 keluarga yang diperiksa, yang
memiliki Jaga sebanyak 418.564 (78,4%), dan yang sehat sebanyak
238.856 keluarga (57,1%). Data cakupan sarana tempat sampah yang
diperiksa sebanyak 387.368 (39,7%), yang memiliki tempat sampah
sebanyak 220.281 keluarga (56,9%) dan yang sehat sebanyak 120.854
keluarga (54,9%).
Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka untuk tahun
2014, yang memiliki akses terhadap air bersih sebesar 50,9%
kepemilikan jamban sebesar 15,26% kepemilikan tempat sampah 9,82%
serta yang memiliki SPAL 15,26%.
Sedangkan data dari puskesmas Wolomarang untuk Kelurahan
Wuring tahun 2014. Data cakupan Jamban Keluarga (Jaga) dari 243
rumah yang diperiksa, yang sehat sebanyak 120 rumah. Data cakupan
sarana tempat sampah yang diperiksa sebanyak 210 rumah, yang sehat
sebanyak 96 rumah. Data cakupan sarana air bersih dari 235 rumah yang
sehat sebanyak 185 rumah. Data cakupan SPAL dari 247 rumah, yang
sehat sebanyak 198 rumah. Sementara Kejadian kasus diare di
Kelurahan Wuring tahun 2014 sebanyak 60 kasus. (Profil Puskesmas
Wolomarang).
Berdasarkan uraian dan gambaran kenyataan-kenyataan diatas,
maka peneliti sangat tertarik untuk melalukan penelitian tentang
gambaran kondisi sanitasi lingkungan kawasan pesisir di Kelurahan
Wuring Kecamatan Alok Barat Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara
Timur Tahun 2016
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka
peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana gambaran sanitasi lingkungan
pada penghuni kawasan pesisir di Kelurahan Wuring Kecamatan Alok
Barat Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2016?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini terdiri dari dua tujuan yakni tujuan umum dan
tujuan khusus.
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tentang sanitasi lingkungan
kawasan pesisir di Kelurahan Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2016.
b. Tujuan Khusus
Ada beberapa tujuan khusus dalam penelitian ini antara lain :
1) Untuk mengetahui penyediaan air bersih dengan sanitasi
lingkungan kawasan pesisir di Kelurahan Wuring Kecamatan Alok
Barat Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2) Untuk mengetahui jamban keluarga dengan sanitasi lingkungan
kawasan pesisir di Kelurahan Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur.
3) Untuk mengetahui saluran pembuangan air limbah dengan
sanitasi lingkungan kawasan pesisir di Kelurahan Wuring
Kecematan Alok Barat Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
4) Untuk mengetahui tempat pembuangan sampah dengan sanitasi
lingkungan kawasan pesisir di Kelurahan Wuring Kecamatan Alok
Barat Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
ilmu pengetahuan dan merupakan bahan bacaan bagi peneliti
berikutnya.
b. Manfaat Institusi
Diharapkan dapat memberikan masukan bagi program
perbaikan sanitasi di masyarakat khususnya masyarakat pesisir di
Kelurahan Wuring Kecamatan Alok Barat Kabupaten Sikka Provinsi
Nusa Tenggara Timur.
c. Manfaat Praktis
Sebagai pengalaman berharga bagi penulis dalam memperluas
wawasan dan pengetahuan tentang sanitasi khususnya mengenai
sanitasi lingkungan kawasan pesisir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjuauan teoritis

1. Tinjauan Umum Tentang Kawasan Pesisir


a. Pengertian Kawasan Pesisir
Wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan
laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering
maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut
seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin.
Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang
masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena
kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan
pencemaran. Menurut Suprihayono (2012)
Pengertian wilayah pesisir menurut kesepakatan terakhir
internasional adalah merupakan wilayah peralihan antara laut dan
daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena
pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut
meliputi daerah paparan benua (continental shelf) (Dahuri, dkk,
2001).

b. Kualitas Perairan Pesisir


Kualitas perairan pesisir adalah sifat air dan kandungan mahluk
hidup., zat atau energi atau komponen lain dalam air yang dapat
diukur dari berbagai parameter baik fisik, kimia, mikrobiologik
maupun radioaktivitas. Penyimpangan dari parameter tersebut dapat
menyebabkan pencemaran air. Secara garis besar kualitas air sangat
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:
a. Aktivitas Alam
Aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kualitas air
permukaan seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir dan
erosi. Zat pencemarnya banyak mengandung zat-zat organik
seperti lumpur, daun-daun dan ranting pohon sehingga sangat
mengganggu dalam proses pengolahan air serta memerlukan
biaya tinggi untuk penjernihan.
b. Aktivitas Manusia
Sebagai akibat dari pemenuhan kebutuhan manusia sehari-
hari, dihasilkan bahan buangan baik berupa padat maupun
buangan cairan (limbah) yang bila dibuang ke badan air akan
mempengaruhi kualitas air tersebut.
c. Pencemaran Perairan Pesisir
Pencemaran perairan pesisir dapat didefinisikan sebagai suatu
keadaan dimana suatu zat atau energi dan unsur lain diintroduksikan
ke dalam lingkungan perairan pantai oleh kegiatan manusia atau oleh
proses alam sendiri dalam kadar tinggi sehingga menyebabkan
terjadinya perubahan dalam keadaan, termasuk mengakibatkan
lingkungan perairan pantai itu tidak berfungsi sepeti semula dalam
arti kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan hayati (Supriharyono,
2000 dalam Anwar, 2006).
Ditinjau dari daya urainya, maka bahan pencemar pada perairan
laut dapat dibagi atas 2 yakni :
a. Senyawa-senyawa konservatif yang merupakan senyawa-
senyawa yang dapat bertahan lama di dalam suatu badan
perairan sebelum akhirnya menurun ataupun terabsorpsi oleh
adanya berbagai reaksi fisik dan kimia perairan seperti: logam-
logam berat, pestisida, deterjen, dan lain-lain.
b. Senyawa-senyawa non konservatif yang merupakan senyawa
yang mudah terurai dan berubah bentuk didalam suatu badan
perairan, seperti: senyawa-senyawa organik antara lain
karbohidrat, lemak dan protein yang mudah terlarut menjadi zat-
zat anorganik oleh mikroba.
Sedangkan pencemaran perairan laut didasarkan atas sumber
dan bahan yang memasuki perairan tersebut antara lain:
a. Bahan pencemar yang bersifat kimiawi yang terdiri dari:
1) Bahan pencemar yang bersifat anorganik seperti: asam alkali
dan logam-logam berat.
2) Bahan pencemar yang bersifat organik seperti: pestisida,
pupuk, minyak limbah dari pabrik makanan.
b. Bahan pencemar yang bersifat biologi disebakan oleh
mikroorganisme tanah, sampah domestik, sampah yang berasal
dari industri pengolahan makanan kaleng serta sampah dan
limbah.
c. Bahan Pencemar Yang Bersifat Fisik
Sumber bahan pencemar yang bersifat fisik meliputi: erosi
dan sedimentasinya, limbah cair panas dari industrilistrik, kapal
laut, pabrik tekstil atau cat yang mengubah warna perairan serta
limbah organik yang telah membusuk yang menimbulkan bau
(Anwar, 2006).
2. Dampak Pencemaran Perairan Pesisir
a. Penurunan Kualitas Air
Jika dalam badan air kekurangan oksigen maka
yang muncul adalah bakteri-bakteri yang tidak memerlukan
oksigen. Berkaitan dengan bahan-bahan buangan organik yang
terjadi didalam air dan kehadiran oksigen dan jenis bakteri
sebagai pengurai maka keadaan air dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1) Air kelas I: air yang kaya oksigen, bahan-bahan organik
sangat sedikit (miskin akan zat-zat makanan) populasi bakteri
sangat rendah, keadaan air yang demikian sifatnya
dinakaman air dalam keadaan oligotrof atau beban air kecil
dan air bersih jernih.
2) Air kelas II: keyaan akan oksigen sedang, bahan-bahan
organik (zat makanan) cukup tersdia banyak terdapat
tumbuh-tumbuhan, ganggang, pengotoran air sedang, beban
sedang, keadaan pengairan dinakaman mesotrof.
3) Air kelas III: miskin akan oksigen kelebihan bahan-bahan
organik yang tidak dimineralisir banyak dan mengendap
diatas permukaan tanah dasar perairan, endapan membusuk
karena kekurangan banyak bakteri, banyak ikan mati,
keadaan air dinamakan eutrotrof.
4) Biota dengan alam lingkungannya maupun antara biota yang
satu Air kelas IV: badan air berubah menjadi anaerob
endapan yang membusuk gas-gas yang diproduksi
diantaranya H2S methan dan amonia keadaan air dinamakan
distrofi atau air mati.
b. Gangguan Terhadap Kehidupan Biota
Akibat terpenting dari bahan pencemar / air limbah di
lingkungan pantai adalah gangguan terhadap ekosistem secara
keseluruhannya yang berbentuk gangguan terhadap
keseimbangan alami baik antara dengan yang lain. Akibat
semacam ini sering berakibat jangka panjang yang dapat
memberi perubahan yang sangat besar terhadap komposisi jenis
dari populasi.
c. Gangguan Terhadap Kesehatan Manusia dan Estetika
Perlu diketahui bahwa meskipun air pantai yang dikotori
oleh air pembuangan limbah domestik sudah cukup bersih,
namun masih dapat terjadi serangan radang limbah terhadap
manusia, kalau perairan itu diperlukan sebagai tempat
pemandian.
Gangguan kesehatan yang lain akibat pencemaran pantai
adalah penyakit disentri, kecacingan, infeksi kulit dan lain-lain.
Adanya bahan-bahan beracun dari logam-logam berat seperti Cd,
Hg dan Pb melalui biota air yang selanjutnya akan terakumulasi
dalam jaringan tubuh manusia melalui proses pantai makanan.
Bahan pencemar dalam hubungannya dengan akibat-akibat
terhadap kesehatan dibagi dalam empat tingkat berdasarkan
pada konsentrasi dan paparannya yaitu :
1) Tingkat I: Konsentrasi dan paparannya tidak membawa
akibat yang merugikan manusia.
2) Tingkat II: Konsentrasi dimana sudah mengakibatkan iritasi
pada indra sensori dan vegetatif yang ringan serta
mengakibatkan pada kerusakan pada lingkungan hidup yang
luas.
3) Tingkat III: Konsentrasi dimana sudah dapat menimbulkan
gangguan pada fungsi-fungsi biologis yang vital serta
perubahan yang mungkin dapat menimbulkan penyakit.
4) Tingkat IV: Konsentrasi dimana selalu dapat menimbulkan
gangguan yang bersifat akut dan membawa kematian di
lingkungan (Anwar, 2006).
3. Tinjauan Umum Tentang Lingkungan dan Sanitasi Lingkungan
a. Lingkungan
Lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
berada disekitar manusia.Lingkungan disekitar anusia dapat
dipisahkan menjadi tiga kategori, yakni: lingkungan fisik, lingkungan
biologi dan lingkungan sosial
Menurut UU No.23 tahun 1997 pengertian lingkungan adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk
hidup termasuk didalamnya mahluk hidup dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan manusia serta mahluk
lainnya.
Dari defenisi lingkungan dapat difahami bahwa konsep atau arti
lingkungan ini menjadi sangat luas. Didalamnya termasuk host dan
agent. Bahkan lingkungan sendiri dapat berperan sebagai agent.
Peran lingkungan dalam kesehatan atau terjadinya penyakit
yakni sangat berperan sebagai media transmisi. Lingkungan dapat
mendukung terjadinya penyakit apabila media itu dapat membawa
atau mendekatkan agent dan host. Sebagai faktor yang menentukan
transmisi penyakit, maka lingkungan dibagi menjadi dua bagian besar
yaitu yang hidup dan yang tidak hidup. Media transmisi hidup secara
spesifik yaitu insekta atau arthropoda disebut vektor. Sedangkan
media transmisi yang tidak hidup seperti air, udara, makanan, debu
dan lain-lainnya disebut vehicle (Soemirat, 2000).
Menurut penyelidikan WHO bahwa di negara-negara yang
sedang berkembang banyak terdapat penyakit kronis dan epidemis,
sering terjadi epidemi, masa hidup yang pendek, angka kematian
bayi dan anak-anak yang tinggi, hal ini disebabkan oleh:
a) Pengotoran persediaan air rumah tangga
b) Infeksi karena kontak langsung maupun tidak langsung dengan
feses manusia.
c) Infeksi yang disebabkan oleh artropodha, rodent, mollusca dan
vektor-vektor penyakit lainnya.
d) Pengotoran air susu dan makanan lainnya.
e) Perumahan yang terlalu sempit.
f) Penyakit-penyakit hewan yang berhubungan dengan manusia.
b. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan
yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air
bersih dan sebaginya (Notoadmojo, 2003).
Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation)
adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia
yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang
merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup
manusia.
4. Tinjauan Umum Tentang Penyediaan Air Bersih
a. Pengertian Air Bersih
Air adalah unsur penting yang sangat berperan dalam
kehidupan manusia. Menurut Soekidjo (2011:175) mengatakan
bahwa “air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Dalam
tubuh manusia itu sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang
dewasa, sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak
sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80%”.
b. Syarat-syarat Air Bersih Yang Memenuhi Syarat
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk
minum, mandi, masak, mencuci dan sebagainya. Menurut
perhitungan WHO di Negara-negara maju tiap orang memerlukan air
antara 60-120 liter perhari. Sedangkan negara-negara berkembang
termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter
perhari. Kebutuhan air yang sangat penting adalah kebutuhan untuk
minum. Oleh karena itu kebutuhan untuk minum termasuk masak, air
harus punya persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan
penyakit bagi manusia. Menurut Soekidjo (2011:176) agar air minum
tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya
diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratn kesehatn, setidak
tidaknya diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang sehat
harus mempunyai persyaratn sebagai berikut :
1) Syarat fisik.
Persyaratan fisik air minum yang sehat adalah bening (tidak
berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara di luarnya.
2) Syarat Bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari
segala bakteri, terutama bakteri patogen. Cara ini untuk
mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri
pathogen, adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air
tersebut. Bila pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4
bakteri E. Coli maka air tersebut sudah memiliki syarat
kesehatan.
3) Syarat Kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu
dalam jumlah yang pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu
zat kimia dalam air, akan menyebabkan fisiologis pada manusia.
Bahan-bahan atau zat kimia yang terdapat dalam air yang ideal
antara lain sebagai berikut:
Tabel 1
Jenis bahan Kadar yang dibenarkan
Flour (F) 1-1,5
Chlor (CI) 250
Arsen (As) 0,05
Tembaga (Cu) 1,0
Besi (Fe) 0,3
Zat organik 10
Ph, (keasaman) 6,5-9,0
C02 0

4) Syarat Kualitas
a. Syarat Fisik
Jika air tidak berwarna, tidak berasa dan bau juga
sebaiknya di bawah suhu ± 3° C
b. Syarat Kimia
Jika air itu mengandung zat kimia organik dan
anorganik yang dapat membahayakan kesehatan
c. Syarat Bakteriologis
Air tidak mengandung kuman-kuman pathogen, kuman
paristik dan tidak mengandung bakteri golongan E. Coli yang
melampaui batas yang telah ditentukan.
d. Syarat Radioaktifitas yaitu sinar alfa dan beta.
5) Syarat Kuantitas
Kualitas air untuk daerah perkotaan pada akhir repelita VI
diperkirakan 150-300 liter/orang/hari. Sedangkan untuk daerah
pedesaan sekitar 100-150 liter/orang/hari.
Prinsip semua air dapat diproses menjadi sumber air
minum, namun untuk mendapatkan air minum yang sehat, perlu
di perhatikan sumber dan lokasi air yang akan digunakan.
Soekidjo (2011:177-178) menggolongkan air bersih sebagai
berikut:
1) Air Hujan
Air hujan dapat ditampung dan dijadikan air minum.
Akan tetapi air hujan ini tidak mengandung kalsium. Oleh
karena itu, agar dapat dijadikan air minum yang sehat perlu
ditambahkan kalsium di dalamnya.
2) Air Sungai dan Danau
Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau ini
juga dari air hujan yang mengalir melalui saluran-saluran
kedalam sungai atau danau. Kedua sumber air ini sering
juga disebut air permukaan. Oleh karena itu sungai dan
danau sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai
macam kotoran maka bila akan dijadikan air minum harus
diolah terlebih dahulu.
3) Mata Air
Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari air
tanah yang muncul secara alamiah. Oleh karena itu, air dan
mata air ini bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat
dijadikan air minum langsung.
4) Air Sumur Dangkal
Air ini keluar dari dalam tanah, juga disebut air tanah.
Air berasal dari lapisan air di dalam tanah yang dangkal.
Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah dan tempat
yang satu ke yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar
antara 5 – 15 m dari permukaan tanah. Air sumur pompa
dangkal ini belum begitu sehat, karena kontaminasi kotoran
dari permukaan tanah masih ada. Oleh karena itu, perlu
direbus dahulu sebelum diminum.
5) Air Sumur Dalam
Air ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Di
dalamnya air permukaan tanah biasanya di atas 15 m. Oleh
karena itu, sebagian besar air sumur kedalaman sepertiini
sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung
(tanpa melalui proses pengolahan).
c. Pengolahan Air Minum Secara Sederhana
Sumber-sumber air minum pada umumnya dan di daerah
pedesaan khususnya tidak terlindung, sehingga air tidak atau kurang
memenuhi persyaratan kesehatan. Untuk itu perlu pengolahan
terlebih dahulu. Ada beberapa cara pengelolahan air minum menurut
Soekkidjo (2011: 179) sebagai berikut :
1) Pengolahan Secara Alamiah
Pengolahan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan
(storage) dari air yang diperoleh dari berbagai macam sumber,
seperti air danau, air kali, air sumber (mata air). Dalam
penyimpanan ini air dibiarkan untuk beberapa jam di tempatnya.
Kemudia akan terjadi koogulasi dari zat-zat yang terdapat dalam
air, dan akhirnya terbentuk endapan. Air akan menjadi jernih
karena partikel-partikel yang ada dalam air akan ikut mengendap;
2) Pengolahan Air Dengan Menyaring
Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan
kerikil, ijuk, dan pasir. Pentaringan pasir dengan teknologi tinggi,
dilakukan oleh PAM (Pengolahan Air Minum) yang hasilnya dapat
dikomsumsi umum;
3) Pengolahan Air dengan Menambahkan Zat Kimia
Zat kimia yang digunakan dapat berupa dua macam, yakni
zat kimia yang berfungsi untuk koogulasi, dan akhirnya
mempercepat pengendapan (misalnya tawas). Zat kimia yang
kedua adalah berfungsi untuk menyucihamakan (membunuh bibit
penyakit yang ada dalam air, misalnya chlor);
4) Pengolahan Air dengan Mengalirkan Udara
Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta
bau yang tidak enak, menghilangkan gas-gas yang tidak
diperluhkan, misalnya CO2 dan juga menaikkan derajat
keasaman air.
5) Pengolahan Air dengan Memanaskan Sampai Mendidih
Tujuannya uuntuk membunuh kuman-kuman yang terdapat
dalam air. Pengolahan semacam ini lebih tepat hanya untuk
konsumsi kecil, misalnya untuk kebutuhan rumah tangga.
Dilihat dari segi konsumennya, menurut Soekidjo (2011:179-
182) pengelolahan air pada prinsipnya dapat dogolongkan menjadi
dua, yakni:
a. Pengelolahan Air Minum Untuk Umum
1. Penampungan Air Hujan
Air hujan dapat ditampung dalam suatu dam (danau
buatan), yang dibangun berdasarkan partisipasi masyarakat
setempat. Semua air hujan dialirkan ke danau tersebut
melalui alur-alur air. Kemudian di sekitar danau tersebut
dibuat sumur pompa atau sumur gali unttuk umum. Air hujan
juga dapat ditampung dengan bak-bak ferosemen dan di
sekitarnya dibangun atap-atap untuk mengumpulkan air
hujan. Di sekitar bak tersebut dibuat saluran-saluran keluar
untuk pengambilan air untuk umum.
Air hujan, baik yang berasal dari sumur (danau) dari bak
penampungan tersebut secara bakteriologik belum terjamin,
untuk itu maka kewajiban keluarga untuk memasaknya,
misalnya dengan merebus air tersebut.
2. Pengolahan Air Sungai
Air sungai dialirkan ke dalam suatu bak penampung,
melalui saringan kasar yang dapat memisahkan benda-benda
padat dalam partikel besar. Bak penampung tadi diberi
saringan yang terdiri dari ijuk, pasir, kerikil, dan sebagainya.
Kemudian air dialirkan ke bak penampung yang lain, di sini
dibutuhkan tawas dan chor . Dari sini baru dialirkan ke
penduduk atau diambil penduduk sendiri langsung ke tempat
itu. Agar bebas dari bakteri, bila air akan diminum harus
direbus terlebih dahulu.
3. Pengolahan Mata Air
Mata air yang secara alamiah timbul di desa-desa perlu
dikelola dengan melindungi sumber mata air tersebut, agar
tidak tercemar oleh kotoran. Dari sini air tersebut dapat
dialirkan ke rumah-rumah penduduk melalui pipa-pipa
bambu, atau penduduk dapat langsung mengambilnya sendiri
ke sumber yang sudah terlindungi tersebut.
b. Pengolahan Air Untuk Rumah Tangga
1) Air sumur
Air sumur pompa, terutama air sumur pompa dalam
sudah cukup memenuhi persyaratan kesehatan. Agar air
sumur pompa gali ini tidak tercemar oleh kotoran di
sekitarnya, perlu adanya syarat-syarat sebagai berikut: harus
ada bibir sumur, agar bila musim hujan tiba, air tanah tidak
akan masuk ke dalamnya, pada bagian atas kurung lebih 3
m dari permukaan tanah harus ditembok, agar air dari atas
tidak dapat mengotori air sumur dan perlu diberi lapisan
kerikil di bagian bawah sumur tersebut untuk mengurangi
kekeruhan.
2) Air hujan
Kebutuhan rumah tangga akan air dapat pula dilakukan
melalui penampungan air hujan. Tiap-tiap keluarga dapat
melakukan penampungan air hujan dari atapnya masing-
masing melalui aliran talang. Pada musim hujan hal ini tidak
jadi masalah, tetapi pada musim kemarau mungkin menjadi
masalah. Untuk mengatasi keluarga memerlukan tempat
penampungan air hujan yang lebih besar agar mempunyai
tendon untuk musim kemarau.
d. Golongan Air Berdasarkan Tingkat Mutu Dan Cara
Pengelolaannya
a. Air kelas I, yaitu air yang tidak memerlukan pengolahan seperti
air tanah atau air permukaan dengan tidak terkontaminasi.
b. Air kelas II, yaitu air hanya perlu didesinfeksi, seperti air tanah
dan air permukaan dengan kemungkinan terkontaminasi kecil,
akan tetapi air masih jernih.
c. Air kelas III, yaitu air yang memerlukan penyaringan disertai
klorinasi.
d. Air kelas IV, yaitu air yang memerlukan pengolahan lengkap
selain penyaringan memerlukan juga klorinasi dan
presedimentasi.
Air kelas V, yaitu air memerlukan pengolahan spesifik seperti
proses desalinasi air laut (Aras, 2009). Berdasarkan sumber air
bersih yang dapat digunakan oleh masyarakat yaitu: sarana air bersih
perpipaan, sumur pompa tangan, sumur gali, perlindungan mata air,
sumur artesis dan sumur resapan. Pengaruh tidak langsung dari air
terhadap kesehatan adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat
pendayagunaan 890 air yang dapat menurunkan kesejahteraan
masyarakat. Sedangkan pengaruh langsung dari air terhadap
kesehatan adalah tergantung pada kualitas dan kuantitas air, karena
air berfungsi sebagai perantara atau penyebar penyakit apapun
sebagai sarang insekta penyebar penyakit (Soemirat, 2000).
e. Penyakit Yang Berhubungan Dengan Air Menurut Bentuk Infeksi
dan Rute Transmisi
Berikut penggolongan penyakit yang berhubungan dengan air
menurut bentuk infeksi dan rute transmisi:
a. Water Borne Disease, jenis penyakit yang ditularkan atau
disebarkan akibat kontaminasi air oleh kotoran manusia atau air
seni, yang kemudian airnya dikonsumsi oleh manusia yang tidak
memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut antara lain:
cholera, thypoid, basillary dysentry, weil’s disease.
b. Water Washed Diseas, jenis penyakit yang ditransmisikan
dengan masuknya air yang tercemar kotoran ke dalam tubuh
secara langsung (fecal oral) akibat penyedian air bersih dan
untuk pencucian alat atau benda yang digunakan kurang secara
kuantitas maupun kualitas. Jenis penyakit pada kelompok ini
adalah : Bacterial Ulcers (bisul), Scabies (kudis), Trachoma
(terserang pada mata).
c. Water Based Disease, penyakit akibat organisme patogen yang
sebagian siklus hidupnya dalam air atau host sementara yang
hidup dalam air. Penyakit yang masuk dalam golongan ini adalah
Schistosimiasis, cacing Guinea.
d. Insect Water Related, penyakit yang disebabkan oleh insekta
yang berkembangbiak atau memperoleh makanan di sekitar air
sehingga insiden-insidennya dapat dihubungkan dengan
dekatnya sumber air yang cocok, misalnya penyakit malaria dan
oncohocersiasis (river blindness).
5. Tinjauan Umum Tentang Jamban Keluarga
a. Pengertian Jamban Keluarga
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan
untuk membuang tinja atau kotoran manusia bagi suatu keluarga
yang lazim disebut kakus atau WC.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jamban
keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang
dan mengumpulkan kotoran atau tinja manusia yang lazim disebut
kakus/WC sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat
tertentu dan tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan
mengotori lingkungan pemukiman.
Pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan dan kebiasaan masyarakat. Tujuan program JAGA
(jamban keluarga) yaitu tidak membuang tinja ditempat terbuka
melainkan membangun jamban untuk diri sendiri dan keluarga.
Penggunaan jamban yang baik adalah kotoran yang masuk
hendaknya disiram dengan air yang cukup, hal ini selalu dikerjakan
sehabis buang tinja sehingga kotoran tidak tampak lagi.
b. Macam-macam Jamban
Menurut konstruksi dan cara menggunakannya, ada 6 macam
tempat pembuangan kotoran atau kakus:
1) Kakus Cempalung
Bentuk kakus ini adalah yang paling sederahana yang dapat
dinjurkan pada masyarakat, namun kakus jenis ini tidak baik
digunakan karena kotoran langsung jatuh masuk kedalam tempat
penampungan. Kakus macam ini masih menimbulkan gangguan
karena baunya.
2) Kakus Plengsengan
Kakus plengsengan ini sedikit lebih baik dari kakus
cemplung karena baunya agak sedikit berkurang dan keamanan
pemakainya lebih terjamin. Kakus plengsengan ini lubang tempat
jongkok ke tempat penampungan kotoran dihubungkan oleh satu
saluran yang miring.
3) Kakus Bor
Dinamakan demikian karena tempat penampungan
kotorannya dibuat dengan menggunakan bor. Bor yang
digunakan adalah bor tangan dengan nama Bor Auger dengan
diameter 30-40 cm. Kakus bor mempunyai keuntungan bau yang
ditimbulkan sangat berkurang. Akan tetapi kerugiannya kakus bor
adalah perembesan kotoran akan lebih jauh dan mengotori air
tanah.
4) Kakus Angsatrine
Kakus ini dibawah tempat jongkoknya dipasang atau
dipasang suatu alat yang bebrbentuk seperti leher angsa yang
disebut bowl. Bowl ini berfungsi untuk mencegah timbulnya bau.
5) Kakus Diatas Balong (Empang)
Membuat kakus diatas balong (yang kotorannya dialirkan ke
balong) adalah cara pembuangankotoran yang tidak disarankan.
6) Kakus Septic Tank
Septic tank berasal dari kata septic yang berarti
pembusukan secara anaerobic. Septic tank bisa terdiri dari
dua bak atau lebih atau bisa juga satu bak penampung saja
dengan mengatur sedemikian rupa (dipasang beberapa
sekat) Sehingga dapat memperlambat aliran air kotor ke bak
tersebut. Di dalam bak pertama akan terjadi proses
penghancuran, pembusukan dan pengendapan. Didalam bak
terdapat 3 macam lapisan :
1) Lapisan yang terapung, yang terdiri atas kotoran-kotaran
padat;
2) Lapisan cair dan
3) Lapisan endap (lumpur).
c. Syarat-syarat Jamban Yang Memenuhi Syarat
Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung
berjarak 10-15 meter dari sumber air bersih;
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga
maupun tikus;
3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga
tidak mencemari tanah sekitarnya;
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya;
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindungm dinding kedap air dan
berwarna;
6. Cukup penerangan;
7. Lantai kedap air;
8. Ventilasi cukup baik dan
9. Tersedia air dan alat pembersih.
Mengingat kondisi kawasan pesisir yang landai, berpasir dan
sangat mudah terendam, diperlukan teknik khusus dalam membuat
septic tank. Karena, dengan kondisi yang mudah terendam, septic
yang dibuat harus memperhatikan jarak dengan sumber air. Jangan
sampai kotoran mengkontaminasi air yang akan digunakan sehari-
hari.
Jarak aman antara lubang kakus dengan sumber air minum
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :
a) Topografi tanah: topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi
permukaan tanah dan sudut kemiringan tanah.
b) Faktor hidrologi: yang termasuk dalam faktor hidrologi antara lain
Kedalaman air tanah, Arah dan kecepatan aliran tanah, Lapisan
tanah yang berbatu dan berpasir. Pada lapisan jenis ini
diperlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan jarak yang
diperlukan untuk daerah yang lapisan tanahnya terbentuk dari
tanah liat.
c) Faktor meteorologi: di daerah yang curah hujannya tinggi, jarak
sumur harus lebih jauh dari kakus.
d) Jenis mikroorganisme: Karakteristik beberapa mikroarganisme ini
antra lain dapat disebutkan bahwa bakteri patogen lebih tahan
pada tanah basah dan lembab. Cacing dapat bertahan pada
tanah yang lembab dan basah selama 5 bulan, sedangkan pada
tanah yang kering dapat bertahan selam 1 bulan.
e) Faktor kebudayaan: terdapat kebiasaan masyarakat yang
membuat sumur tanpa dilengkapi dengan dinding sumur.
f) Frekuensi pemompaan: akibat makin banyaknya air sumur yang
diambil untuk keperluan orang banyak, laju aliran tanah menjadi
lebih cepat untuk mengisi kekosongan.
d. Penyebaran Penyakit dari Tinja
Pembuangan tinja yang tidak seniter dapat menyebabkan
penyebaran berbagai macam penyakit. Hal ini dimulai dari tinja yang
terinfeksi mencemari air tanah atu air permukaan yang
terkontaminasi bibit penyakit dari tinja manusia. Bisa juga tinja yang
terinfeksi dihinggapi kecoak atau lalat, kemudian kecoak atau lalat
merayap atau hinggap di makanan dan minuman atau hinggap pada
tempat meletakan makanan seperti piring atau sendok untuk makan.
Bila tinja dibuang dalam jamban sederhana, yakni jamban
cemplung, maka jasad renik dapat masuk kembali kedalam tanah
secara vertikal paling dalam 3 meter, kesamping tergantung jenis dan
keadaan tanah tnah kering akan lebih pendek dari tanah basah.
e. Penyakit Yang Ditularkan Melalui Tinja
Pembuangan tinja manusia yang tidak memenuhi syarat
kesehatan seringkali berhubungan dengan kurangnya penyediaan air
bersih dan fasilitas kesehatan lainya. Jamban dapat memberikan
pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap status kesehatan
penduduk. Pengaruh langsung, misalnya dapat mengurangi insiden
penyakit tertentu, sedangkan pengaruh yang tidak langsung berkaitan
dengan komponen sanitasi lingkungan (Koesmantoro, 1991 dalam
Mubarak, 2008).
Pembuangan tinja disembarang tempat dapat menimbulkan
penularan berbagai penyakit. Adapun penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui tinja antara laian : tifus, disentri, kolera, cacing
(gelang, kremi,tambang, pita), schistosomiasis dan sebagainya.
Penyakit-penyakit yang dikeluarkan dalam tinja tersebut
dikelompokkan dalam 4 golongan, sebagai berikut :
Tabel 2
Penyakit-Penyakit Yang di Keluarkan Dalam Tinja

Agent Penyakit
Virus :
V : Hepatitis A Hepatitis A
V ; Poliomylitis Polio (myelitis anterior acuta)
Bakteri
Vibrio cholerae Cholera
Escherichiacoli Diare/disenti
Ebteropatogenik Typus abdominalis
Salmonella typhi Paratypus
Salmonella paratyphi Dysenri
Stigalla dysenriare
Protozoa
Entamoeba histolystica Dysentri amoeba
Balantidia cali Balantidiasis
Metazoa
Ascariasis Lumbricoides Ascariasis
Schistosoma Schistosomasis
Sumber : Daud, 1999
f. Transmisi Penyakit dari Tinja
Manusia adalah reservoir dari penyakit-penyakit yang
penularannya melalui tinja dan merupakan salah satu penyebab
kematian dan cacat, hal ini dapat dikendalikan dengan memperbaiki
kondisi lingkungan fisik yaitu dengan jalan perkembangan tinja yang
saniter.
Transmisi penyakit dari orang sakit atau carier ke manusia
sehat melalui satu mata rantai tertentu seperti berikut:
1) Agent penyakit;
2) Reservoir atau sumber infeksi dari agent penyebab;
3) Cara transmisi dari reservoir kepenjamu yang potensial;
4) Cara masuk ke penjamu baru dan
5) Penjamu yang rentan.
Jika salah satu dari keenam faktor tersebut tidak ada
penyebaran penyakit menjadi tidak mungkin. Berikut adalah
mengenai cara transmisi penyakit dari tinja:
Gambar. 1
Transmisi Penyakit Dari Tinja

Air

Tangan
Makanan Dan Penjamu
Tinja Minuman Baru
Serangga

Tanah

Sumber : PMK No. 3, 2014


Banyak cara yang dilalui agent penyebab penyakit saluran
pencernaan dalam mencapai penjamu baru, tergantung dari kondisi
setempat. Adapun mata rantai yang ditempuh, hal ini terpenting
adalah harus dilakukan pencegahan sedini mungkin agar transmisi
penyakit tidak terjadi.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengisolasi tinja sebagai
sumber penyakit infeksi sehingga penyebab tidak menjangkau
pejamu baru. Gambar dibawah ini merupakan pemutusan mata rantai
transmisi penyakit dari tinja yaitu dengan rintangan sanitasi
lingkungan.
Gambar. 2
Pemutusan Mata Rantai Transmisi Penyakit Dari Tinja

Air

Tinja Rintangan Manusia


Sanitasi Tangan
Terlindungi
Makanan

Sumber : Soekidjo,2011
Pemutusan mata rantai penularan penyakit dari tinja dengan
rintangan sanitasi dapat dilakukan melalui penanganan tinja yang
memenuhi aturan kesehatan atau dengan kata lain memanfaatkan
jamban keluarga, sehingga tinja tidak mengotori tanah permukaan
tidak mengotori air permukaan, tidak mengotori air dalam tanah, dan
kotoran tidak dihinggapi vektor lainnya.
6. Tinjauan Umum Tentang Saluran Pembuangan Air Limbah
Saluran pembuangan air limbah merupakan cara yang dilakukan
untuk mengelola air limbah yang berasal dari rumah tangga, limbah
domestic adalah semua buangan yang berasal dari kamar mandi, kakus,
dapur, tempat cuci pakaian, cuci peralatan rumah tangga, apotik rumah
sakit, rumah makan dan sebagainya.
Secara kuantitatif, limbah tadi terdiri dari zat organik baik berupa
padat atau cair, bahan berbahaya dan beracun (B3), garam terlarut,
lemak dan bakteri terutama golongan fekal coli, jasad pathogen dan
parasit (Sastrawijaya, 2000). Membangun sanitasi yang berkelanjutan
(sustainabel) dan drainase didaerah rendah dan pesisir benar benar
memberikan tantangan teknis dan lingkungan tersendiri.
a. Maksud Pengaturan Limbah
Maksud pengaturan limbah antara lain :
1) Untuk mencegah pengotoran sumber air rumah tangga;
2) Menjaga makanan dari air permukaan yang tercemar;
3) Menghindari pengotoran tanah permukaan;
4) Perlindungan air untuk ternak;
5) Menghilangkan tempat perkembangbiakannya bibit-bibit penyakit
dan vektor penyebar penyakit dan
6) Menghilangkan adanya bau-bauan dan pemandangan yang tidak
sedap.
b. Cara-cara Pembuangan Air Limbah
Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk
melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah
tersebut. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan mempunyai daya
dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena
pencemaran air limbah tersebut. Namun demikian, alam mempunyai
kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga air
limbah perlu diolah sebelum dibuang. Beberapa cara sederhana
pengolahan air buangan oleh Soekidjo 2011:197-199) sebagai
berikut:
1) Dengan Pengenceran (Dispotal by Dilution)
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang
cukup rendah, kemudian baru dibuang kebadan-badan air. Akan
tetapi, dengan makin bertambahnya penduduk yang berarti makin
meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah harus
dibuang terlalu banyak, dan diperlukan air pengencaran terlalu
banyak pula, maka cara ini tidak dipertahankan lagi. Di samping
itu, cara ini menimbulkan kerrugian lain, diantaranya; bahaya
kontaminasi terhadap aliran-aliran air masih tetap ada,
pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan
terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan
sebagainya. Selanjutnya dapat menimbulkan banjir.
2) Kolam Oksidasi (Oxidation Ponds)
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan
sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam
proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam kolam
besar terbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter.
Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apa pun.
Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman, dan di daerah
yang terbuka, sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan
baik.
3) Irigasi
Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali,
dan air akan merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan
dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan
dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau
perkebunan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini
terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga,
perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lainnya dimana
kandungan zat-zat orgsnik dan protein cukup tinggi yang
diperlukan oleh tanam-tanaman.
c. Syarat-syarat Pembuangan Air Limbah yang Sehat
Pembuangan air limbah mempunyai syarat-syarat sebagai
berikut:
1) Tidak Cmencemari sumber air;
2) Tidak menimbulkan genangan air yang dapat dipergunakan untuk
sarang nyamuk;
3) Tidak menimbulkan bau dan
4) Tidak menimbulkan becek-becek atau pandangan yang tidak
menyenangkan.
d. Macam-macam Konstruksi Pembuangan Air Limbah
Sistem sarana pembuangan air limbah di daerah pedesan
seperti kolam oksidasi, pemeliharaan ikan lele yang langsung
dibuang/disalurkan ke sungai. Berbagai macam sarana pembuangan
air limbah berdasarkan jenis materialnya:
1) Sarana pembuangan air limbah dari bambu;
2) Sarana pembuangan air limbah dari kayu;
3) Sarana pembuangan air limbah dari drum;
4) Sarana pembuangan air limbah dari pasangan bata beton dan
5) Sarana pembuangan air limbah dari koral .
e. Istilah yang Digunakan dalam Pengelolaan Limbah
1) Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic
wastes water), yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman
penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekstreta (tinja
dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan
umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.
2) Air buangan indusrtri (industrial wastes water), yang berasal dari
berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang
terkandung di dalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan
baku yang dipakai oleh masing-masing industry, antara lain:
nitrogen, sulfide, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna,
mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab
itu, pengolahan jenis air limbah ini agar tidak menimbulkan polusi
lingkungan menjadi lebih rumit.
3) Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air
buangan yang berasal dari daerah: perkantoran, perdagangan,
hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat-tempat ibadah, dan
sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis
air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.
7. Tinjauan Umum Tentang Sampah
a. Pengertian sampah
Menurut (Soekidjo, 2011:190) sampah adalah sesuatu bahan
atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia,atau
benda padat yang tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan
manusia dan dibuang. Senada dengan itu Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI) mengdefinisikan sampah
adalah sesuatu bahan atau benda padat yang terjadi karena
berhubungan aktifitas manusia yang tak dipakai lagi, tak disenangi
dan dibuang dengan cara-cara saniter terkecuali yang berasal dari
tubuh manusia.
b. Jenis-jenis Sampah
Soekidjo, (2011:192-193) membagi beberapa jenis sampah
sebagai berikut:
a. Jenis-jenis sampah berdasarkan asalnya dapat dibagi menjadi 2
yaitu:
1) Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat
membusuk, misalnya: sisa-sisa makanan, daun-daunan,
buah-buahan, dan sebagainya.
2) Sampah anorganik adalah sampah yang umunya tidak dapat
membusuk, misalnya: logam/besi, pecahan, gelas plastik,
dan sebagainya.
b. Jenis-jenis sampah berdasarkan karakteristiknya adalah:
1) Garbage, sampah hasil pengolahan atau pembuatan
makanan yang umumnya mudah membusuk.
2) Rubish,sampah yang berasal dari perkantoran dan usaha
perdagangan yang umumnya mudah terbakar, seperti plastik
dan kertas.
3) Ashesh (abu), Sisa dari pembakaran bahan-bahan yang
mudah terbakar termasuk abu rokok.
4) Sampah jalanan (street Sweeping), sampah jalanan yang
berasal dari hasil pembersihan jalan.
5) Sampah industri (Industrial Waste), sampah jalanan yang
berasal dari industri atau pabrik.
6) Bangkai binatang (dead Anima), bangkai binatang yang mati
karena kondisi alam, tabrak kendaraan atau dibuang orang.
Bangkai kendaraan (abondoned vehicle), bangkai mobil
seperti motor dan sebagainya.
7) Sampah pembangunan (contruction waste), sampah dari
proses pembuangan gedung, rumah dan sebagainya.
c. Jenis-jenis sampah berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar:
1) Sampah yang mudah terbakar
2) Sampah yang tidak dapat terbakar.
c. Sumber Sampah
Klasifikasi sumber sampah dihubungkan dengan aktivitas
manusia dan pemggunaan (tata guna) lahan yaitu:
a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes);
b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum;
c. Sampah yang berasal dari perkantoran;
d. Sampah yang berasal dari pembersihan jalan;
e. Sampah yang berasal dari industri;
f. Sampah yang berasal dari pertanian / perkebunan;
g. Sampah yang berasal dari pertambangan dan
h. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Sampah
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah :
a. Jumlah penduduk dan kepadatannya;
b. Sistem pengumpulan dan pembuangan sampah;
c. Pengambilan bahan-bahan pada sampah untuk dipakai kembali;
d. Geografi;
e. Waktu, musim dan iklim;
f. Status sosial ekonomi dan
g. Teknologi.
e. Pengaruh Sampah Terhadap Lingkungan dan Kesehatan
Pengaruh sampah terhadap lingkungan sangat bervariasi
tergantung jumlah dan karakteristik serta daya dukung
lingkungannya.
a. Sampah yang sulit/tidak dapat terurai bila dibuang pada suatu
lahan akan mengganggu atau merusak struktur komposisi tanah
dan fungsi tanah sebagai bidang resapan air;
b. Sampah yang terbuang di selokan/kanal dan badan air sungai
akan dapat menyebabkan banjir, menghalangi penetrasi sinar
matahari ke badan air, mengganggu kehidupan flora dan fauna
air, bahkan sampai mengurangi kepadatan populasi atau
pemunahan flora dan fauna tertentu sehingga dapat menurunkan
daya dukung badan air tersebut dan tidak sesuai peruntukan
semula;
c. Sampah yang mudah membusuk dan mudah terurai karena
kandungan komposisi bahan organik alami yang tinggi. Jika
terbuang pada suatu lahan atau badan air, akan terurai menjadi
unsur-unsur hara dsan asam-asaman, alkohol dan gas;
d. Sampah beracun/berbahaya prosesnya hampir serupa di atas,
terutama timbulnya kematian flora atau fauna dan kalau terus
menerus terjadi akan menyebabkan kepunahan populasi;
e. Sampah yang terbakar dan dibakar bukan pada incenerator
menimbulkan pencemaran udara dan
f. Sampah yang tertumpuk di pinggir jalan dapat menimbulkan
kemacetan lalu lintas dan bahkan mungkin terjadi kecelakaan.
Sampah bukanlah penyebab penyakit tetapi suatu kondisi atau
media terjadinya penyakit, sehingga pengaruh sampah terhadap
kesehatan adalah:
a. Sampah sebagai benda, mampu menimbulkan kondisi yang
kurang atau tidak nyaman dan mengurangi keindahan karena
wujud fisiknya yang berserakan tidak pada tempatnya dan
menimbulkan bau pada proses pembusukannya.
b. Sampah merupakan media tumbuh kembangnya bakteri/parasit
penyakit dan vektor beberapa penyakit seperti lalat, kecoa,
nyamuk dan tikus.
c. Proses dekomposisi sampah menguraikan senyawa organik
kompleks menjadi unsur-unsur lain, unsur dari senyawa organik
nitrogen dalam air tanah dan permukaan yang mana unsur-unsur
tersebut sebagai ion pada kadar yang melebihi bahwa untuk air
minum berbahaya bagi kesehatan terutama jika dikonsumsi ibu
hamil dan anak balita. Penyakit yang khas dikenal dengan blue
baby’s.
d. Sampah radioaktif dapat mengganggu genetika dan
menyebabkan gangguan reproduksi, dimana bahaya tergantung
pada kadar dan waktu pengaruhnya (Anwar, 2006).
B. KERANGKA KONSEP

PERILAKU PENDIDIKAN STATUS EKONOMI

SANITASI LINGKUNGAN
KAWASAN PESISIR PENGETAHUAN

1. PENYEDIAAN AIR BERSIH


2. JAMBAN KELUARGA KONDISI PERUMAHAN
3. SPAL
4. SAMPAH

Gambar 3. Kerangka Teori


Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
Faktor lingkungan yang memengaruhi status kesehatan seseorang
dapat berasal dari lingkungan pemukiman, lingkungan sosial, lingkungan
rekreasi, lingkungan kerja. Keadaan kesehatan lingkungan di Indonesia
masih merupakan hal yang perlu mendapaat perhatian, karena dapat
menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah. Kondisi lingkungan
(sanitasi) desa dan kota di Indonesia tidak dapat dikatakan baik. Perilaku
masyarakat yang masih awam dalam memperlakukan lingkungan dengan
membuang sampah dan limbah sembarangan mengakibatkan penyakit
dapat menyebar ke berbagai tempat. Banyak rumah masyarakat di
perkampungan dibangun tanpa memiliki toilet dan mereka membuang
hajat di laut, sungai-sungai dan danau.
Masalah penyediaan sarana air bersih dan pengawasan
pembuangan sampah serta pengelolaan air limbah di daerah pantai
masih perlu ditangani secara serius. Hal ini disebabkan karena belum
teraturnya pemukiman dan pembangunan sarana sanitasi wilayah pantai,
sehingga sering menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan
masyarakat. Dari permasalah tersebut, maka diperlukan usaha-usaha
dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat pesisir pantai,
sehingga dapat meningkatkan kemampuan untuk mengendalikan faktor-
faktor yang dapat merugikan kesehatan mereka.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional


dengan pendekatan deskriptif yaitu penelitian yang diarahkan untuk
mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam komunitas
atau masyarakat.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Wuring Kecamatan Alok


Barat Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini
akan dilakukan pada bulan Oktober 2016

C. Alat dan bahan

1. Kuesioner
2. ATK
D. Variabel penelitian

Penyediaan Air Bersih

Jamban Keluarga
Sanitasi Lingkungan
Kawasan Pesisir
SPAL

Tempat Pembuangan
Sampah
E. Definisi operasinal

1. Penyediaan Air Bersih


Penyediaan air bersih yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah ketersediaan air yang memenuhi syarat fisik kualitas air yaitu:
bersih, jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.
Kriteria Objektif :
Memenuhi Syarat : Bila air dalam keadaan bersih, jernih, tidak
berasa, tidak berwarna dan tidak berbau.
Tidak Memenuhi Syarat : Apabila tidak memenuhi kriteria diatas.
2. Jamban Keluarga
Jamban keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran atau tinja manusia .
Kriteria Objektif:
Memenuhi Syarat : Apabila jamban keluarga memenuhi syarat
kesehatan dengan jarak dari sumber air
bersih minimal 10 meter, tertutup, tidak
berbau, terlindung dari pandangan orang,
bebas dari serangga, dan terlindungi panas
dan hujan.
Tidak Memenuhi Syarat : Apabila tidak memenuhi kriteria diatas.
3. Saluran Pembuangan Air Limbah
Saluran pembuangan Air Limbah (SPAL) yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah sarana yang dilakukan untuk mengelola air
limbah yang berasal dari rumah tangga .
Kriteria Objektif :
Memenuhi Syarat : Apabila responden memiliki SPAL dengan
kondisi tidak tersumbat, tidak berbau dan
jarak dari sumber air minum minimal 10
meter.
Tidak Memenuhi Syarat : Apabila tidak memenuhi kriteria diatas.
4. Jamban Keluarga
Jamban keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran atau tinja manusia .
Kriteria Objektif:
Memenuhi Syarat : Apabila jamban keluarga memenuhi syarat
kesehatan dengan jarak dari sumber air
bersih minimal 10 meter, tertutup, tidak
berbau, terlindung dari pandangan orang,
bebas dari serangga, dan terlindungi panas
dan hujan.
Tidak Memenuhi Syarat : Apabila tidak memenuhi kriteria diatas.
5. Saluran Pembuangan Air Limbah
Saluran pembuangan Air Limbah (SPAL) yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah sarana yang dilakukan untuk mengelola air
limbah yang berasal dari rumah tangga .
Kriteria Objektif :
Memenuhi Syarat : Apabila responden memiliki SPAL dengan
kondisi tidak tersumbat, tidak berbau dan
jarak dari sumber air minum minimal 10
meter.
Tidak Memenuhi Syarat : Apabila tidak memenuhi kriteria diatas.

F. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah di
Kelurahan Wuring Kecamatan Alok Batar Kabupaten Sikka Provinsi
Nusa Tenggara Timur sebanyak 789 rumah.
2. Sampel
Sampel adalah populasi yang terpilih sebagai sampel. Metode
sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Besar
sampel di tentukan dengan menggunakan rumus :

NZ 2 PQ
n=
d2 (N − 1) + Z 2 PQ
(789) (1,96)2 (0,5) (0,5)
n=
(0,1)2 (789 − 1) + (1,96)2 (0,5) (0,5)
(789) (1,96)2 (0,5) (0,5)
n=
(0,1)2 (789 − 1) + (1,96)2 (0,5) (0,5)
(789) (3,8416) (0,25)
n=
(0,01) (788) + (3,8416) (0,25)
757,75
n=
7,88 + 0,9604
757,75
n=
8,8404
n = 85,7144
n = 86 rumah
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat kemaknaan, digunakan 0,1
Z = SD normal 1,96
P = Dugaan proporsi ( 50 % )
Q = 1–P
G. Metode Pengumpulan Data

1. Data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara dan observasi


langsung dengan menggunakan lembar observasi.
2. Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian
ini.

H. Metode pengelohan data

1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer
program SPSS.
2. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan di
interpretasikan dalam bentuk narasi.

I. Etika penelitian

1. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)


Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,
berperikemanusiaan dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,
keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan
religius subyek penelitian.
2. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
(balancing harms and benefits)
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur
penelitian guna mendapatkan hasil yang bennanfaat semaksimal
mungkin bagi subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di
tingkat populasi (beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak
yang merugikan bagi subyek (nonmaleficence)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis
Kelurahan Wuring adalah wilayah pemekaran dari kelurahan
Wolomarang pada tahun 1993 yang merupakan bagian dari
Kecamatan Alok. Wilayah kelurahan Wuring terdiri atas 3 pemukiman
yaitu Patisomba, Nangahure Bukit dan Nangahure Lembah. Setelah
terbentuk pemukiman pada tahun 1993, maka dibentuk pemerintah
Kelurahan dan yang menjabat sebagai lurah sekarang adalah Bapak
M. Hasbullah,S.STP.
Kelurahan Wuring memiliki yaitu 0-45 m dari permukaan
lautdengan curah hujan rata-rata 1.329mm,71 hh/tahun dengan suhu
udara (27-32)°C. Kelurahan Wuring memiliki luas wilayah 1.600 Ha
atau 8 KM² dan Kelurahan Wuring berbatasan dengan:
Sebelah utara : Laut Flores
Sebelah timur : Kelurahan Hewuli
Sebelah selatan : Desa Wuliwutik dan Desa Nitakolang
Sebelah barat : Desa Kolosia
2. Demografis
Jumlah penduduk di Wilayah Kelurahan Wuring pada tahun 2016
sebanyak 3.217 jiwa, dengan jenis kelamin laki – laki sebanyak 1.705
jiwa dan jenis kelamin perempuan sebanyak
1.512 jiwa. Jumlah kepala keluarga 1.032 KK, dengan yang
berjenis kelami laki-laki sebanyak 903 KK dan yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 132 KK.
B. Karakteristik responden

1. Analisis Univariat
a. Jenis Kelamin
Tabel 1.
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Kelurahan Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka
Tahun 2016
Jenis Kelamin n Persentase

Laki-Laki 74 86.0
Perempuan 12 14.0

Total 86 100.0
Sumber : Data Primer, 2016
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 86 responden yang diteliti
terdapat responden yang berjenis kelamin laki – laki sebanyak
86,0% dan perempuan sebanyak 14,0%.
b. Umur
Tabel 2.
Distribusi Kelompok Umur Responden Di
Kelurahan Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka
Tahun 2016

Kelompok Umur
n Persentase
(Tahun)

23-30 3 3.5
31-38 12 14.0
39-46 18 20.9
47-54 23 26.7
55-62 19 22.1
63-70 9 10.5
71≥ 2 2.3

Total 86 100.0
Sumber : Data Primer, 2016
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 86 resnponden yang
diteliti terdapat tertinggi yang memiliki kelompok umur 47 – 54
tahun sebanyak 26,7% dan terendah kelompok umur ≥ 71 tahun
sebanyak 2,3%.
c. Pekerjaan
Tabel 3.
Distribusi Pekerjaan Responden Di Kelurahan
Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka
Tahun 2016
Pekerjaan n Persentase

Tidak Bekerja 3 3.5


Petani 24 27.9
Nelayan 49 57.0
Wiraswasta 2 2.3
PNS 2 2.3
TNI/POLRI 1 1.2
Lain-Lain 5 5.8

Total 86 100.0
Sumber : Data Primer ,2016
Tabel 3. Menunjukkan bahwa dari 86 responden terdapat
tertinggi jenis pekerjaan nelayan sebanyak 57,0%, dan terendah
jenis pekerjaan TNI / POLRI Sebanyak 1,2%
d. Pendidikan
Tabel 4.
Distribusi Pendidikan Responden Di Kelurahan Wuring
Kecamatan Alok Barat Kabupaten Sikka
Tahun 2016
Pendidikan n Persentase

Tidak Sekolah 4 4.7


SD 66 76.7
SLTP/Sederajat 10 11.6
SLTA/Sederajad 5 5.8
Diploma 1 1.2

Total 86 100.0
Sumber : Data Primer , 2016
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 86 responden yang diteliti
terdapat tertinggi tingkat pendidikan SD sebanyak 76,7% dan
terendah tingkat pendidikan diploma sebanyak 1,2%.
e. Penyediaan Air Bersih
Tabel 5.
Distribusi Penyediaan air Bersih Responden
Di Kelurahan Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka
Tahun 2016

Penyediaan Air Bersih n Persentase

Memenuhi syarat 2 2.3


Tidak Memenuhi Syarat 84 97.7

Total 86 100.0
Sumber : Data Primer, 2016
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 86 responden yang diteliti
terdapat penyediaan air bersih yang memenuhi syarat sebanyak
2,3 % dan yang tidak memenuhi syarat 97,7 %
f. Jamban Keluarga
Tabel 6.
Distribusi Jamban Keluarga Responden Di Kelurahan
Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka
Tahun 2016

Jamban Keluarga n Persentase

Memenuhi Syarat 7 8.1


Tidak Memenuhi Syarat 79 91.9

Total 86 100.0
Sumber : Data Primer, Mei 2016
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 86 responden yang diteliti
terdapat jamban keluarga yang memenuhi syarat sebanyak 8,1
% dan yang tidak memenuhi syarat 91,9 %.
g. Saluran Pembuangan Air Limbah
Tabel 7.
Distribusi Saluran Pembuangan Air Limbah Responden Di
Kelurahan Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka
Tahun 2016

Saluran Pembuangan Air


n Persentase
Limbah

Memenuhi Syarat 9 10.5


Tidak Memenuhi Syarat 77 89.5

Total 86 100.0
Sumber : Data Primer, 2016
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 86 responden yang diteliti
terdapat saluran pembuangan air limbah yang memenuhi syarat
sebanyak 10,5 % dan yang tidak memenuhi syarat 89,5 %.
h. Tempat Pembuangan Sampah
Tabel 8.
Distribusi Tempat Pembuangan Sampah Responden
Di Kelurahan Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka
Tahun 2016
Tempat Pembuangan
n Persentase
Sampah

Memenuhi Syarat 3 3.5


Tidak Memenuhi Syarat 83 96.5

Total 86 100.0
Sumber : Data Primer, 2016
Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 86 responden yang diteliti
terdapat tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat
sebanyak 3,5% dan yang tidak memenuhi syarat 96,5 %.
i. Sanitasi Lingkungan
Tabel 9.
Distribusi Kondisi sanitasi Lingkungan Responden
Di Kelurahan Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka
Tahun 2016

Saitasi Lingkungan n Persentase

Memenuhi Syarat 1 1.2


Tidak Memenuhi Syarat 85 98,8

Total 86 100.0
Sumber : Data Primer, 2016
Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 86 responden yang diteliti
terdapat Kondisi sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat
sebanyak 1,2% dan yang tidak memenuhi syarat 98,8 %.

C. Hasil penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Wuring Kecamatan Alok Barat


selama 29 hari mulai pada tanggal 1 0ktober 2016 sampai 30 Oktober
2016, dengan mengambil 86 sampel. Data diolah dan dianalisis
disesuaikan dengan tujuan penelitian. Hasil analisis data disajikan dalam
bentuk tabel yang dilengkapi dengan penjelasan sebagai berikut :
2. Analisis Bivariat
a. Distribusi Kondisi Sanitasi Lingkungan Berdasarkan Penyediaan
Air Bersih
Tabel 10.
Distribusi Kondisi Sanitasi Lingkungan Berdaasarkan
Penyediaan Air Bersih Responden Di Kelurahan
Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka
Tahun 2016

Kondisi Sanitasi Lingkungan


Memenuhi Tidak Memenuhi
Penyediaan Air
Syarat Syarat Jumlah
Bersih
n Persen n Persen
Memenuhi Syarat 1 50 1 50 2
Tidak Memenuhi
Syarat 0 0 84 100 84

Jumlah 1 1,2 85 98,8 86


Sumber : Data Primer, 2016

Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 2 responden yang


penyediaan air bersih memenuhi syarat, terdapat yang kondisi
sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat sebanyak 50,0%,
sedangkan 84 responden yang penyediaan air bersih tidak
memenuhi syarat, terdapat yang kondisi sanitasi lingkungan yang
tidak memenuhi syarat sebanyak 100,0%.
b. Distribusi Kondisi Sanitasi Lingkungan Berdasarkan Jamban
Keluarga
Tabel 11.
Distribusi Kondisi Sanitasi Lingkungan Berdasarkan Jamban
Keluarga Responden Di Kelurahan
Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka
Tahun 2016

Kondisi Sanitasi Lingkungan


Tidak
Memenuhi
Jamban Keluarga Memenuhi Jumlah
Syarat
Syarat
n Persen n Persen
Memenuhi Syarat 1 14,3 6 85,7 7
Tidak Memenuhi
Syarat 0 0 79 100 79
Jumlah 1 1,2 85 98,8 86
Sumber : Data Primer, 2016
Tabel 10 menunjukkan bahwa dari 7 responden yang jamban
keluarga memenuhi syarat, terdapat yang kondisi sanitasi
lingkungan yang memenuhi syarat sebanyak 14,3%, sedangkan
79 responden yang jamban keluarga tidak memenuhi syarat
terdapat yang kondisi sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi
syarat sebanyak 100,0%.
c. Distribusi Kondisi Sanitasi Lingkungan Berdasarkan Saluran
Pembuangan Air Limbah
Tabel 12.
Distribusi Kondisi Sanitasi Lingkungan Berdasarkan Saluran
Pembuangan Air Limbah Responden Di Kelurahan Wuring
Kecamatan Alok Barat Kabupaten Sikka
Tahun 2016

Kondisi Sanitasi Lingkungan


Saluran Tidak
Memenuhi
Pembuangan Air Memenuhi Jumlah
Syarat
Limbah Syarat
n Persen n Persen
Memenuhi Syarat 1 11,1 8 88,9 9
Tidak Memenuhi
Syarat 0 0 77 100 77
Jumlah 1 1,2 85 98,8 86
Sumber : Data Primer, 2016
Tabel 11 menunjukkan bahwa dari 9 responden yang
saluran pembuangan air limbah memenuhi syarat terdapat
yang kondisi sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat
sebanyak 11,1%, sedangkan 77 responden yang saluran
pembuangan air limbah tidak memenuhi syarat terdapat yang
kondisi sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat
sebanyak 100,0%.
d. Distribusi Kondisi Sanitasi Lingkungan Berdasarkan Tempat
Pembungan Sampah
Tabel 13.
Distribusi Kondisi Sanitasi Lingkungan Berdasarkan Tempat
Pembungan Sampah Responden Di Kelurahan
Wuring Kecamatan Alok Barat
Kabupaten Sikka
Tahun 2016

Kondisi Sanitasi Lingkungan


Tidak
Tempat Pembungan Memenuhi
Memenuhi Jumlah
Sampah Syarat
Syarat
n Persen n Persen
Memenuhi Syarat 1 33,3 2 66,7 3
Tidak Memenuhi
Syarat 0 0 83 100 83
Jumlah 1 1,2 85 98,8 86
Sumber : Data Primer, 2015
Tabel 12 menunjukkan bahwa dari 3 responden yang
tempat pembuangan sampah memenuhi syarat, terdapat yang
kondisi sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat sebanyak
33,3%, sedangkan 83 responden yang tempat pembuangan
sampah tidak memenuhi syarat terdapat yang kondisi sanitasi
lingkungan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 100,0%
D. Pembahasan

Hasil pengumpulan data yang telah dilaksanakan di Kelurahan


Wuring Kecamatan Alok Barat Kabupaten Sikka tahun 2015 diperoleh
bahwa pada umumnya sanitasi lingkungan khususnya penyediaan air
bersih, jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah dan tempat
pembuangan sampah sebagian besar sudah tersedia,tetapi kondisi
sanitasi tersebut masih dalam kondisi yang belum memenuhi syarat.
Adapun gambaran kondisi sarana sanitasi di Kelurahan Wuring
akan diuraikan sebagai berikut :
1. Penyediaan Air Bersih
Dari 86 responden yang di teliti menunjukan bahwa yang tidak
memenuhi syarat sebanyak 97,7%, sedangkan dari 2 responden
yang penyediaan air bersih memenuhi syarat, terdapat yang kondisi
sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 50,0%.
Air merupakan kebutuhan pokok dan mutlak untuk kehidupan.
Selain itu air juga merupakan sumber utama gangguan bagi
kesehatan manusia dimana air dapat menjadi sumber utama atau
media paling efektif untuk menularkan penyakit (Water Born
Desease). Dengan menggunakan air bersih yang memenuhi syarat
kesehatan dapat menghindarkan masyarakat dari berbagai jenis
penyakit Water Born Desease.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan
Wuring Kecamatn Alok Barat menunjukkan bahwa ketersediaan air
bersih yang digunakan adalah sumur gali. Air sumur digunakan untuk
keperluan mandi, mencuci, dan keperluan membersihkan ruangan
serta halaman.
Analisis data yang dilakukan menunjukan bahwa kualitas fisik
air bersih jernih, tidak berwarnah, tidak berbau, tetapi berasa,
sehingga dapat dikatakan air bersih ini dalam kondisi tidak memenuhi
syarat. Hal ini juga didukung oleh keadaan sumur dimana sumur
telah tidak memenuhi syarat konstruksi yaitu dinding sumur
sepanjang 3 meter dari batas permukaan tanah dan terbuat dari
tembok yang tidak tembus air, bagian atas tanah dibuat bibir sumur
setinggi 1,5 meter agar air tidak masuk kembali dalam sumur dan
dapat mencegah terjadinya kecelakaan. Sekitar sumur diberi lantai
plesteran dengan ukuran 2x3 m sehingga dapat digunakan untuk
mencuci, dan disekelilingnya dibuat saluran pembuangan air limbah.
2. Jamban Keluarga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 7 responden yang
jamban keluarga memenuhi syarat, terdapat yang kondisi sanitasi
lingkungan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 14,3 %.
Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh
manusia. Pembuangan tinja pada sembarangan tempat akan
menyebabkan pencemaran lingkungan disekitarnya dan menjadi
media berkembang biaknya vektor-vektor penyakit. Oleh sebab itu
tinja harus dibuang ditempat aman yaitu jamban.
Kawasan pesisir seperti Kelurahan Wuring, masalah
pembuangan tinja perlu mendapat perhatian yang serius, mengingat
jumlah penduduk Kelurahan tersebut cukup banyak dan sumber
penyedianan air bersih penduduk Kelurahan yang rata-rata
menggunakan sumur gali, sehingga tinja tersebut tidak mencemari
sumber air bersih yang ada.
Dari hasil penelitian diketahui hampir semua jamban
menggunakan tipe plengsengan, mempunyai bilik 1,5 X 1,5 meter
dan masing-masing terdapat bak air di dalamnya, serta lantai dan
dindingnya terbuat dari semen. Air pada bak berasal dari sumur.
Berdasarkan letak jamban yang dibangun belum tepat yaitu segagian
beasar berada dalam rumah dan terletak sangat dekat dengan sumur
yang digunakan sebagai sumber air bersih.
Semua jamban tersebut berfungsi dengan baik, tidak ada yang
tersumbat namun, ada beberapa kondisi lantai jamban yang kurang
landai/miring sehingga air sering tergenang dan mengakibatkan lantai
menjadi licin hal ini dapat menyebabkan kecelakaan bagi
penggunanya apabila tidak hati-hati. Selain itu masih kurangnya alat
pembersih di beberapa jamban sehingga memungkinkan jamban
tersebut lamban dibersihkan karena keterbatasan alat pembersih.
Analisis yang dilakukan menunjukan bahwa jamban yang tidak
memenuhi syarat, jumlahnya relative besar yakni sebesar 91,9%. Hal
itu diindikasikan dengan tidak terpenuhinya beberapa kriteria seperti
yang telah dikemukakan di atas. Hal tersebut merupakan hal yang
serius untuk diperhatikan karena jamban yang tidak memenuhi syarat
dapat memberi risiko yang besar untuk menimbulkan beberapa jenis
penyakit ataupun kecelakaan dan dapat mengganggu nilai estetika
(keindahan).
3. Sarana Saluran Pembuangan Air Limbah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 89,5% saluran
pembuangan air limbah tidak memenuhi syarat, sedangkan
responden yang saluran pembuangan air limbah memenuhi syarat
terdapat yang kondisi sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi
syarat sebanyak 11,1%.
Air limbah merupakan medium berkembangbiaknya
mikroorganisme sekaligus merupakan sarang beberapa faktor
penyebab penyakit. Air limbah yang sudah tercemar dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup dari beberapa jenis makhluk
hidup di sekitar lingkungan tersebut. Selain itu dapat pula mencemari
sumber air minum yang dipergunakan.
Produk air limbah yang hasilkan di Kelurahan Wuring
kecamatan Alok Barat bersumber dari dapur, jamban dan sekitar
sumur. Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa kepemilikan
saluran pembuangan air limbah di Kelurahan Wuring kecamatan Alok
Barat sudah tersedia namun tidak memadai secara jumlah dan tidak
memenuhi syarat kesehatan.
Saluran air limbah tersebut tidak terbuat dari semen, tidak
tertutup dan tidak dialirkan ke got yang lebih besar sehingga air
limbah merembes ke luar saluran, tergenang, disekitar sumur dan
saluran serta menimbilkan bau yang tidak sedap. Hal ini menunjukan
bahwa saluran pembuangan air limbah di Kelurahan Wuring sangat
buruk.
Saluran pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat
tersebut merupakan saluran terbuka sehingga dapat menjadi tempat
bersarangnya serangga dan binatang rengat lainnya. Selain hal
tersebut kelandaian atau kemiringan saluran kurang tepat sehingga
air yang seharusnya mengalir jadi tidak mengalir dan menciptakan
genangan air, serta cenderung menimbulkan bau yang tidak sedap
serta merusak keindahan.
4. Tempat Pembuangan Sampah
Dari hasil penelitian ditemukan sebesar 96,5% tempat
pembuangan sampah tidak memenuhi syarat, sedangkan dari 3
responden yang tempat pembuangan sampah memenuhi syarat
terdapat yang kondisi sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi
syarat sebanyak 33,3%.
Pengaruh sampah terhadap lingkungan sangat bervariasi
tergantung jumlah dan karakteristik serta daya dukung
lingkungannya. Sampah yang terbuang di selokan/kanal dan badan
air laut akan dapat menyebabkan banjir, menghalangi penetrasi sinar
matahari ke badan air, mengganggu kehidupan flora dan fauna air,
bahkan sampai mengurangi kepadatan populasi atau pemunahan
flora dan fauna tertentu sehingga dapat menurunkan daya dukung
badan air tersebut dan tidak sesuai peruntukan semula.
Produksi sampah yang dihasilkan di Kelurahan Wuring
kecamatan Alok Barat bersumber dari rumah tangga dan tempat-
tempat umum lainya. Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa
penyediaanan dan pemanfaatan tempat pembuangan sampah di
Kelurahan Wuring kecamatan Alok Barat masih sangat minim, masih
banyak penduduk yang tidak memiliki tempat pembuangan sampah,
mereka membuang sampah langsung di halaman dan kemudian
disapu dan dibuang ke pantai. Ada masyarakat yang memiliki tempat
sampah namun tidak memenuhi syarat kesehatan karena tempat
sampah yang digunakan adalah kantong kresek dan karung serta
ember. Dimana Tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi
syarat tersebut merupakan tempat sampah terbuka sehingga dapat
menjadi tempat bersarangnya serangga dan binatang lainnya. Selain
hal tersebut cara pengaolahan dengan cara dibakar masih menjadi
pilihan masyarakat serta dibuang di kali dan pantai.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai gambaran sanitasi lingkungan
kawasan pesisir pada Kelurahan Wuring kecamatan Alok Barat
kabupaten Sikka tahun 2015, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Gambaran sanitasi lingkungan kawasan pesisir Kelurahan Wuring
berdasarkan sarana penyediaan air bersih 50% tidak memenuhi
syarat;
2. Gambaran sanitasi lingkungan kawasan pesisir Kelurahan Wuring
berdasarkan jamban keluarga 85,7% tidak memenuhi syarat;
3. Gambaran sanitasi lingkungan kawasan pesisir Kelurahan Wuring
berdasarkan saluran pembuangan air limbah 88,9% tidak memenuhi
syarat dan
4. Gambaran sanitasi lingkungan kawasan pesisir Kelurahan Wuring
berdasarkan sarana tempat pembuangan sampah 66,7% tidak
memenuhi syarat.
B. Saran
1. Perlu adanya pengadaan air bersih dari saluran perpipaan mata air
karena air sumur yang digunaka sebagai sumber air bersih sebagian
besar tidak memenuhi syarat;
2. Perlu adanya pembuatan lantai jamban serta saptic tang yang kedap
air mengingat letak jamban yang dekat denagn sumur yang
digunakan sebagai sumber air bersih;
3. Perlu adanya pembuatan saluran pembuangan air limbah dari sumur,
dapur serta WC/kamar mandi ke drainase yang ada serta pembuatan
sistem pengolahan air limbah oleh pemerintah dan
4. Perlu diadakannya tempat pembuangan sampah disetiap rumah dan
manajemen pengolahan sampah oleh pemerintah karena masyarakat
selalu membuang sampah di halaman rumah dan pantai.

Вам также может понравиться