Вы находитесь на странице: 1из 15

Faktor Risiko Kejadian Kanker Paru pada Pasien Rawat Inap dan Rawat

Jalan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2011-2012


Salsabila Benazir1*), dr. Yovsyah, M.Kes2*)
1
Program Sarjana, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
2
Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
*)
Email: salsabila.benazir@gmail.com, yopi@ui.ac.id
ABSTRAK
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, baik yang berasal dari paru sendiri
maupun keganasan dari luar paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko
kejadian kanker paru pada pasien rawat inap dan rawat jalan di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta (RSCM) Tahun 2011-2012. Desain penelitian ini adalah kasus
kontrol dan dianalisis secara univariat dan bivariat. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien
rawat inap dan rawat jalan di bagian pulmonologi RSCM dan memiliki catatan rekam medis
yang lengkap. Hasil penelitian menunjukkan pasien laki-laki memiliki risiko 2,05 (95%CI =
1,062-3,974) kali lebih besar untuk terkena kanker paru dibandingkan pasien perempuan.
Untuk tingkat pendidikan rendah memiliki risiko 0,23 (95% CI=0,08-0,64) kali lebih besar
untuk terkena kanker paru dibandingkan pasien dengan tingkat pendidikan tinggi. Hasil
penelitian juga menunjukkan, pasien yang merokok memiliki risiko 3,19 (95% CI = 1,63-
2,23) kali lebih besar untuk terkena kanker paru dibandingkan pasien yang tidak merokok,
pasien yang merokok ≥ 20 batang per hari memiliki risiko 7,62 (95%CI = 2,00-28,97) kali
lebih besar dibandingkan pasien yang tidak merokok, dan pasien yang merokok selama 1-24
tahun memiliki risiko 3,87 (95% CI = 1,89-7,91) kali lebih besar dibandingkan pasien yang
tidak merokok.
Kata Kunci :
Kanker Paru, Faktor Risiko, RSCM

ABSTRACT
Lung cancer is all of malignant lung disease , including malignancy derived from the lung
itself or from extrapulmonary malignancy. This hospital-based-case-control study aims to
determine risk factors of lung cancer incidence in Inpatient and Outpatient at Dr. Cipto
Mangunkusumo Hospital (RSCM) in Jakarta 2011-2012. The samples in this study were
patients undergoing inpatient and outpatient at pulmonologi RSCM and have a complete
medical record. Results showed that male patients had a risk of 2.05 (95% CI = 1.062 to
3.974) times greater for lung cancer than women. For the low education levels have an
increased risk of 0.23 (95% CI=0.08-0.64) times greater for lung cancer than patients with
higher education levels. The results also showed that patients who smoke have a risk of 3.19
(95% CI = 1.63 to 2.23) times greater for lung cancer than non-smokers, patients who
smoked ≥ 20 cigarettes per day had a risk of 7.62 (95% CI = 2.00 to 28.97) times greater than
patients who did not smoke, and patients who smoked for 1-24 years had a risk of 3.87 (95%
CI = 1.89 to 7.91 ) times greater than patients who do not smoke.
Key Word :
Lung Cancer, Risk Factor, RSCM

Faktor risiko…, Salsabila Benazir, FKM UI, 2013


PENDAHULUAN
Salah satu penyakit kanker yang mengakibatkan kematian tertinggi di dunia adalah
kanker paru. Sebanyak 1,3 juta penduduk dunia meninggal akibat kanker paru dan secara
global, kanker paru merupakan kanker yang paling sering terdiagnosa sejak tahun 1985 dan
memiliki insiden paling tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan kanker lainnya (WHO,
2004). Di Amerika, kanker paru merupakan penyebab kematian utama pada pria dan wanita
Selama tahun 2012 di perkirakan akan ada 226.160 kasus baru kanker paru dan 160.340 orang
Amerika akan meninggal akibat kanker paru. Di United Kingdom, kanker paru menempati
peringkat ke-2 kasus penyakit kanker terbanyak atau sekitar 13% dari seluruh kasus baru
penyakit kanker.
Di Indonesia, kanker paru menempati peringkat ke-3 penyakit kanker terbanyak.
Kanker paru masuk dalam 10 besar penyakit neoplasma ganas pada pasien rawat inap dan
rawat jalan di rumah sakit (Profil Kesehatan Indonesia, 2004&2005). Di RS Dharmais Jakarta
pada tahun 2007, kanker paru menempati kasus ke-3 terbanyak setelah kanker payudara dan
kanker serviks dengan jumlah 113 kasus, sedangkan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
(RSCM), kanker paru menempati peringkat ke-5 penyakit kanker terbanyak dengan jumlah
124 kasus pada tahun 2011 dan meningkat menjadi 141 kasus pada tahun 2012.
Apabila dilihat dari angka ketahanan hidup, penderita kanker memiliki angka
ketahanan hidup yang relatif rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National
Cancer Institute pada tahun 1983-1998 menunjukkan bahwa angka ketahanan hidup 1 tahun
penderita kanker paru hanya 41,8% dan angka ketahanan hidup 5 tahun penderita kanker
paru hanya 12,0%. Faktor risiko dari kanker paru juga belum diketahui dengan pasti.
Berdasarkan beberapa penelitian ditemukan bahwa kanker paru disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain adalah umur, merokok dan terpapar oleh asap rokok, terpapar oleh polusi
udara di rumah atau tempat kerja seperti radon atau asbestos, dan mempunyai riwayat
keluarga yang berkaitan dengan kanker paru (CDC).
Penelitian ini dilakukan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta (RSCM) karena
rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit rujukan nasional terbesar di Indonesia
termasuk untuk penyakit kanker paru.

TINJAUAN TEORITIS
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru mencakup keganasan dari paru
sendiri (primer) atau penyebaran (metastasis) tumor dari organ lain/sekunder (Depkes, 2003).
Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan se-sel paru yang normal menjadi abnormal

Faktor risiko…, Salsabila Benazir, FKM UI, 2013


atau tidak terbatas dan merusak jaringan-jaringan sel yang normal. Pertumbuhan sel-sel
kanker akan menyebabkan jaringan menjadi besar yang biasa disebut tumor ganas.
Walaupun faktor risiko kejadian kanker paru belum diketahui secara pasti, menurut
beberapa literatur dan penelitian-penelitian terdahulu terdapat beberapa faktor risiko yang
menjadi penyebab terjadinya kanker paru. Faktor risiko yang diduga paling berpengaruh
terhadap kejadian kanker paru dan telah banyak penelitian serta bukti statistik yang
menunjukkannya adalah merokok. Tiga penyelidikan prospektif yang melibatkan hampir
200.000 pria usia 50-69 tahun, yang diteliti selama 44 bulan menyatakan bahwa angka
kematian akibat kanker paru per 100.000 orang diantara mereka yang merokok 10 sampai 20
batang per hari adalah 59,3 dan pada mereka yang merokok 40 batang atau lebih per hari
adalah 217,3 (Price&Wilson, 1982).
Diperkirakan bahwa karsinogen atau metabolit lain dalam asap rokok dapat
mempengaruhi fungsi gen gen kunci yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan sel
epitel. Mutasi tertentu pada gen supresor kanker tertentu telah memperlihatkan terjadi dengan
pajanan asap rokok yang lama. Apabila gen supresor tumor tidak berfungsi dengan baik,
pembelahan sel yang tidak terkendali dapat terjadi dan mengakibatkan kanker (Corwin, 2008).
Faktor risiko lainnya yang dianggap berpengaruh terhadap kejadian kanker paru
adalah umur 40 tahun ke atas (Bahi Takkouche er.al, 1996), jenis kelamin laki-laki (America
National Cancer Institute), ras kulit hitam (Ruano-Ravina et.al, 2002), riwayat kanker pada
keluarga (Samet J.M, 1994), riwayat penyakit paru lainnya (Zheng et.al, 1987 ; Ruano-Ravina
et.al, 2002), konsumsi alkohol (Bahi Takkouche et.al, 1996 ; American College of Chest
Physicians), diet (Ruano-ravina et.al, 2002), bahan karsinogen di tempat kerja (Archer VE et.
al ; Lubin JH et.al), Environmental Tobacco Smoke (Beata Swiatkowska, 2007), jenis
pekerjaan (Jos H J Droste et.al , 1999), dan social ekonomi (Beata Siatkowska, 2007).

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah studi epidemiologi analitik dengan desain penelitian kasus
kontrol dengan perbandingan kasus dengan kontrol adalah 1:1. Penelitian ini dilaksanakan di
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta   selama bulan April hingga Mei 2013. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menjalani pelayanan rawat inap dan rawat
jalan di bagian pulmonologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta periode 1 Januari
2011 sampai 31 Desember 2012. Sampel kasus dalam penelitian ini adalah pasien
pulmonologi yang didiagnosis menderita kanker paru berdasarkan pemeriksaan sitologi
sputum atau biopsy hispatologi yang tercatat dalam rekam medis pada tahun 2011-2012.

Faktor risiko…, Salsabila Benazir, FKM UI, 2013


Sedangkan sampel kontrol adalah pasien yang tidak terdiagnosis sebagai kanker paru dilihat
dari kode ICD 10 yang tercatat dalam rekam medis pada tahun 2011-2012, dalam penelitian
ini yang diambil adalah penyakit terbanyak selain kanker paru di pulmonologi yaitu asma,
efusi pleura, pneumonia, dan TB paru. Sampel diambil dengan menggunakan metode
pengambilan convenience sample atau hanya mengambil sampel yang tersedia dan dapat
dianalisis saja.
Hasil perhitungan sampel minimal dengan menggunakan rumus kasus kontrol
Lemeshow diperoleh sebanyak 198 orang dengan 99 orang responden sebagai kasus dan 99
orang responden sebagai kontrol. Namun, sampel yang berhasil didapatkan pada penelitian ini
tidak memenuhi sampel minimal yaitu hanya 150 orang dengan 75 orang responden sebagai
kasus dan 75 orang responden sebagai kontrol. Tidak terpenuhinya jumlah sampel minimal
dalam penelitian ini dikarenakan pasien kanker paru pada tahun 2011-2012 banyak yang
masih dalam masa perawatan dan masa kontrol, sehingga sulit untuk melihat status rekam
medis pasien karena status rekam medis masih diperlukan untuk keperluan kontrol/perawatan
pasien. Peneliti melakukan analisis data menggunakan aplikasi statistik (software SPSS 13.0
for windows). Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan analisis bivariat.

HASIL PENELITIAN
Pada pasien yang memiliki umur ≥ 40 tahun, presentase kelompok kasus lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok kontrol, dengan persentase kelompok kasus sebesar 77,3%
dan persentase kelompok kontrol sebesar 72,0%. Sedangkan pada pasien yang memiliki umur
< 40 tahun, persentase kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kasus,
dengan persentase kelompok kontrol sebesar 28,0% dan persentase kelompok kasus sebesar
22,17%. Dengan nilai odds ratio sebesar 1,33 (95% CI 0,634-2,778) menunjukkan bahwa
pasien yang berumur ≥ 40 tahun memiliki peluang sebesar 1,33 kali lebih besar untuk terkena
kanker paru dibandingkan dengan pasien yang berumur < 40 tahun. Namun hubungan ini
tidak bermakna secara statistik (nilai-p = 0,574)
Pada pasien yang berjenis kelamin laki-laki persentase kelompok kasus lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok kontrol, dengan persentase kelompok kasus sebesar 66,7%
dan persentase kelompok kontrol sebesar 49,3%. Sedangkan pada pasien yang berjenis
kelamin perempuan persentase kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
kasus, dengan persentase kelompok kontrol sebesar 50,7% dan persentase kelompok kontrol
sebesar 33,3%. Dengan nilai odds ratio sebesar 2,05 (95% CI 1,062-3,974) menunjukkan
bahwa pasien yang berjenis kelamin laki-laki memiliki peluang sebesar 2,05 kali lebih besar

Faktor risiko…, Salsabila Benazir, FKM UI, 2013


untuk terkena kanker paru dibandingkan dengan pasien yang berjenis kelamin perempuan dan
hubunga ini bermakna secara statistik (nilai-p = 0,047)

Tabel 1. Hubungan antara Faktor Risiko Kejadian Kanker Paru dengan Kejadian
Kanker Paru di RSCM Tahun 2011-2012
Kasus Kontrol
Variabel P- value
N % N % OR OR (95%CI)
Umur
≥ 40 Tahun 58 77,3 54 72,0 0,574 1,33 0,634-2,778
< 40 Tahun 17 22,17 21 28,0

Jenis Kelamin
Laki-laki 50 66,7 37 49,3
0,047 2,05 1,062-3,974
Perempuan 25 33,3 38 50,7
Pendidikan
Dasar 17 22,7 37 49,3 0,005 0,23 0,08-0,64
Menengah 42 56,0 30 40,0 0,471 0,70 0,26-1,84
Lanjut 16 21,3 8 10,7 1,00
Riwayat Kanker
Keluarga
Ya 7 9,3 2 2,7
0,166 3,76 0,75-18,72
Tidak 68 90,7 73 97,3
Status Merokok
Ya 45 60,0 24 32,0
0,001 3,19 1,63-2,23
Tidak 30 40,0 51 68,0
Jumlah Rokok
yang Dihisap

Tidak Merokok 29 38,7 51 68,0 1,00

<20 batang/hari 33 44,0 21 28,0 0,147 2,76 0,70-10,85

≥20 batang/hari 13 17,3 3 4,0 0,003 7,62 2,00-28,97

Lama Merokok
Tidak Merokok 30 40,0 51 68,0 1,00
1-29 tahun 41 54,7 18 22,7 0,000 3,87 1,89-7,91
≥ 30 tahun 4 5,3 6 8,0 0,855 1,13 0,29-4,34

Faktor risiko…, Salsabila Benazir, FKM UI, 2013


Pada pasien dengan tingkat pendidikan rendah persentase kelompok kontrol lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok kasus, dengan persentase kelompok kontrol sebesar
49,3% dan persentase kelompok kasus sebesar 22,7%. Pada pasien dengan tingkat pendidikan
menengah terlihat bahwa persentase kelompok kasus lebih tinggi dibandingan dengan
kelompok kontrol, dengan persentase kelompok kasus sebesar 56,0% dan persentase
kelompok kontrol sebesar 40%. Dan terakhir pada pasien dengan tingkat pendidikan lanjut
persentase kelompok kasus lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, dengan
persentase kelompok kasus sebesar 21,3% dan persentase kelompok kontrol sebesar 10,7%.
Dari nilai odd ratio yang diperoleh menunjukkan pasien yang memiliki tingkat pendidikan
dasar mempunyai kecenderungan untuk terkena kanker paru sebesar 0,23 kali lebih besar
dibandingkan dengan pasien yang memiliki tingkat pendidikan lanjut dan hubungan ini
bermakna secara statistik (nilai p = 0,005). Sedangkan pada pasien yang memiliki tingkat
pendidikan menengah mempunyai kecenderungan untuk terkena kanker paru sebesar 0,70 kali
lebih besar dibandingkan pasien yang memiliki tingkat pendidikan lanjut namun hubungan ini
tidak bermakna secara statistik (nilai p = 0,471).
Pada pasien yang memiliki riwayat kanker keluarga persentase pada kelompok kasus
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, dengan persentase kelompok kasus
sebesar 9,3% dan persentase kelompok kontrol sebesar 2,7%. Sedangkan pada pasien yang
tidak memiliki riwayat kanker keluarga persentase pada kelompok kontrol lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok kasus, dengan persentase pada kelompok kontrol sebesar
97,3% dan persentase pada kelompok kasus sebesar 90,7%. Dengan nilai odds ratio sebesar
3,76 (95% CI 0,75-18,72) menunjukkan bahwa pasien yang memiliki riwayat kanker keluarga
memiliki peluang sebesar 3,76 kali lebih besar untuk terkena kanker paru dibandingkan
dengan pasien yang tidak memiliki riwayat kanker keluarga, namun hubungan ini dinilai
bermakna secara statistik (nilai-p = 0,116).
Pada pasien yang merokok persentase pada kelompok kasus lebih tinggi dibandingkan
pada kelompok kontrol, dengan persentase kelompok kasus sebesar 60% dan persentase
kelompok kontrol sebesar 32%. Sedangkan pada pasien yang tidak merokok persentase
kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kasus, dengan persentase
kelompok kontrol sebesar 68% dan persentase kelompok kasus sebesar 40%. Dengan nilai
odds ratio sebesar 3,19 (95%CI 1,63-2,23) menunjukkan bahwa pasien yang merokok
memiliki peluang sebesar 3,19 kali lebih besar untuk terkena kanker paru dibandingkan
dengan pasien yang tidak merokok dan hubungan ini bermakna secara statistik (nilai-p =
0,001).

Faktor risiko…, Salsabila Benazir, FKM UI, 2013


Pada pasien yang merokok kurang dari 20 batang per hari persentase pada kelompok
kasus lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol, dengan persentase kelompok kasus
sebesar 44,0% dan persentase kelompok kontrol sebesar 28,0%. Dan pada pasien yang
merokok 20 batang per hari atau lebih persentase pada kelompok kasus juga lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok kontrol, dengan persentase kelompok kasus sebesar 17,3%
dan persentase kelompok kontrol sebesar 4,0%. Dari nilai odds ratio yang diperoleh dari hasil
uji statistik dapat disimpulkan bahwa pasien yang merokok < 20 batang per hari mempunyai
kecenderungan untuk terkena kanker paru sebesar 2,76 kali lebih besar dibandingkan dengan
pasien yang tidak merokok, namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik (nilai-p =
0,147). Sedangkan pada pasien yang merokok ≥ 20 batang per hari mempunyai
kecenderungan untuk terkena kanker paru sebesar 7,62 kali lebih besar dibandingkan pasien
yang tidak merokok dan hubungan ini bermakna secara statistik (nilai-p = 0,003)
Pada pasien yang merokok selama 1-29 tahun persentase kelompok kasus lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok kontrol, dengan persentase pada kelompok kasus sebesar
54,7% dan persentase kelompok kontrol sebesar 22,7%. Dan pada pasien yang merokok
selama 30 tahun atau lebih persentase pada kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok kasus, dengan persentase kelompok kontrol sebesar 8,0% dan persentase
kelompok kasus sebesar 5,3%. Dari nilai odds ratio yang diperoleh menunjukkan bahwa
pasien yang merokok selama 1-29 tahun mempunyai kecenderungan untuk terkena kanker
paru sebesar 3,87 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang tidak merokok dan
hubungan ini bermakna secara statistik (nilai-p = 0,000). Sedangkan pada pasien yang
merokok selama ≥ 30 tahun mempunyai kecenderungan untuk terkena kanker paru sebesar
1,13 kali lebih besar dibandingkan pasien yang tidak merokok, namun hubungan ini tidak
bermakna secara statistik (nilai-p = 0,855).

PEMBAHASAN
Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan dan kekuatan. Kelemahan penelitian ini
diantaranya adalah penelitian ini menggunakan data sekunder dari catatan rekam medis pasien
poliklinik pulmonologi Rumah Sakit Umum Dr. Cipto Mangunkusumo sehingga validitas data
yang diperoleh sangat tergantung pada informasi dari formulir rekam medis tersebut. Selain
itu, tempat penelitian ini adalah rumah sakit sehingga tidak dapat diambil suatu generalisasi
ke dalam populasi namun hanya dapat dilakukan generalisasi pada rumah sakit yang
mempunyai tipe yang sama dengan derajat kesehatan masyarakat yang sama. Sebagian pasien
juga memiliki catatan rekam medis yang tidak lengkap, terutama untuk variabel yang

Faktor risiko…, Salsabila Benazir, FKM UI, 2013


berkaitan dengan rokok seperti status merokok, jumlah rokok yang dihisap, dan lama merokok
yang tidak terdapat pada data dasar bagian perilaku pasien dalam formulir rekam medis.
Kemudian , tidak semua variabel yang menjadi faktor risiko kejadian kanker paru
dapat diambil untuk diteliti, karena harus disesuaikan dengan ketersediaan informasi yang ada
dalam rekam medis tersebut. Dan yang terakhir, jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 150 pasien, dimana 75 adalah kasus dan 75 adalah kontrol. Namun
jumlah sampel tersebut belum memenuhi jumlah sampel minimal yaitu 198 pasien dimana 99
untuk kasus dan 99 untuk kontrol. Hal ini dikarenakan banyak pasien kanker paru tahun 2011-
2012 yang masih dalam masa perawatan atau masa kontrol, sehingga rekam medis pasien
tersebut tidak dapat dilihat karena masih digunakan untuk keperluan perawatan atau kontrol
pasien. Oleh karena itu kemungkinan penelitian ini menjadi kurang representatif.
Sedangkan kekuatan dalam penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan desain
studi kasus kontrol dimana kasus kontrol relatif murah dan mudah dilakukan. Penelitian ini
cocok untuk meneliti penyakit dengan periode laten yang panjang sehingga peneliti tidak
perlu mengikuti perkembangan penyakit pada subyek yang telah mengalami penyakit dan
tidak mengalami penyakit, lalu mencatat riwayat paparan mereka. Selain itu, subyek
penelitian ini dipilih berdasarkan status penyakit, maka peneliti memiliki keleluasaan
menentukan rasio ukuran sampel kasus dan kontrol yang optimal. Dan yang terakhir,
penelitian ini dapat meneliti pengaruh sejumlah paparan terhadap sebuah penyakit (Murti B,
1995).
Penelitian ini menunjukkan bahwa umur tidak memiliki hubungan yang bermakna
secara statistik dengan kejadian kanker paru. Hal ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nuraini, 2011 dimana menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara
statistik antara umur dengan kejadian kanker paru dan pasien yang berumur ≥ 40 tahun
memiliki risiko 18 kali lebih besar untuk mengalami kejadian kanker paru. Menurut
Underwood 1996, insiden kanker meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Hal ini
mungkin disebabkan karena adanya waktu interval laten yang lama antara mulai terkenanya
agen karsinogenik sampai manifestasi klinis sebagai hasil terjadinya kanker. Tidak adanya
hubungan yang signifikan secara statistik antara umur dengan kejadian kanker paru dalam
penelitian ini diduga disebabkan karena bias seleksi dalam pemilihan sampel kontrol.
Pasien berjenis kelamin laki-laki memiliki risiko 2,05 kali lebih tinggi untuk terkena
kanker paru dibandingkan dengan pasien yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuraini tahun 2011, dimana terdapat hubungan
statistik yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian kanker paru dan pasien yang

Faktor risiko…, Salsabila Benazir, FKM UI, 2013


memiliki jenis kelamin laki-laki mempunyai risiko 4,64 kali lebih besar untuk mengalami
kejadian kanker paru dibandingkan dengan pasien yang memiliki jenis kelamin perempuan.
Hubungan jenis kelamin dengan kanker paru sering dikaitkan dengan kebiasaan merokok. Di
seluruh dunia, sekitar 47% dari semua laki-laki dan 11% dari semua wanita adalah perokok
dan secara global, rasio perbandingan laki-laki perokok dan wanita perokok diperkirakan 3:1
(Jha et al., 2002). Kanker paru lebih banyak ditemukan pada laki-laki kemungkinan akibat
dari kebiasaan merokok, sehingga pada perempuan insidennya lebih rendah.
Pasien dengan tingkat pendidikan rendah memiliki kecenderungan untuk mengalami
kejadian kanker paru 0,23 kali lebih besar dibandingkan responden yang memiliki tingkat
pendidikan lanjut. Hal ini berarti bahwa tingkat pendidikan rendah memiliki efek
perlindungan (protektif) terhadap kejadian kanker paru (OR<1). Sedangkan pada responden
yang memiliki tingkat pendidikan menengah memiliki kecenderungan mengalami kejadian
kanker paru 0,70 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat
pendidikan lanjut. Tingkat pendidikan menengah juga memiliki efek perlindungan terhadap
kejadian kanker paru (OR<1). Namun secara statistik, hanya tingkat pendidikan dasar yang
memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian kanker paru.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hashibe et.al, 2009
dimana terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kejadian kanker
paru (nilai p<0,0001) dengan tingkat pendidikan lanjut dan menengah yang memiliki efek
perlindungan terhadap kejadian kanker paru (OR=0,36 ; OR=0,41). Menurut Yang Mao,
sangat mungkin bahwa gaya hidup yang tidak sehat terutama kebiasaan merokok (frekuensi
dan intensitas inhalasi) lebih sering ditemukan pada orang yang berpendidikan rendah dan
masih terjadi kesulitan untuk memisahkan efek sesungguhnya dari sosial ekonomi termasuk
tingkat pendidikan dari efek pengganggu atau confounding terutama dari kebiasaan merokok
yang berhubungan erat dengan status sosial (Swiatkowska B, 2007). Hasil penelitian ini
berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan rendah memiliki risiko yang paling besar untuk mengalami kejadian kanker paru
dibandingkan dengan tingkat pendidikan menengah dan lanjut. Hal ini dapat disebabkan
karena adanya bias seleksi dalam pengambilan sampel dan jumlah sampel yang tidak
memenuhi perhitungan sampel minimal.
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa riwayat kanker pada keluarga bukan
merupakan faktor risiko kejadian kanker paru. Hal ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Amos CI et,al pada tahun 1992 menunjukkan bahwa keluarga sedarah terdekat
dari penderita kanker apapun memiliki risiko 2,4 kali lebih untuk mengalami kejadian kanker

Faktor risiko…, Salsabila Benazir, FKM UI, 2013


paru. Menurut Ruano-Ravina et.al, 2002, riwayat kanker keluarga merupakan salah satu faktor
yang dicurigai memiliki asosiasi dengan kejadian kanker paru. Faktor risiko riwayat kanker
keluarga diduga secara etiologi berhubungan dengan warisan genetik, kemungkinan di daerah
gen supresor tumor dan proto-onkogen sehingga menimbulkan kecenderungan untuk
meningkatkan gangguan biologis.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa pasien yang merokok memiliki risiko 3,19 kali
lebih besar untuk mengalami kejadian kanker paru dibandingkan dengan pasien yang tidak
merokok. Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian terdahulu yang telah memperlihatkan
adanya hubungan yang kuat antara merokok dengan kejadian kanker paru. Penelitian yang
dilakukan oleh Nuraini P tahun 2011 menunjukkan bahwa pasien yang merokok memiliki
risiko untuk mengalami kejadian kanker paru sebesar 4,7 kali lebih besar dibandingkan dengan
pasien yang tidak merokok dengan nilaip=0,000 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan
signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian kanker paru. Penelitian yang dilakukan
oleh Stefani ED et.al, 2003 juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
merokok dengan kejadian kanker paru dengan OR 32,3 (95%CI 8,8-118,2) yang artinya
responden dengan kebiasaan merokok memiliki risiko sebesar 32,3 kali lebih besar
dibandingkan dengan responden yang tidak merokok, Begitu pula dengan penelitian yang
dilakukan oleh Xu Z-Y et,al tahun 1996 yang menunjukkan bahwa merokok memiliki asosiasi
dengan 2,7 kali (95%CI 2,0-3,3) peningkatan risiko kejadian kanker paru pada laki-laki dan 2,6
kali (95% CI 2,0-3,3) pada perempuan di Shenyang.
Merokok merupakan risiko utama untuk kejadian kanker paru. Parkim DM et,al
melaporkan bahwa diperkirakan sekitar 85-90% dari semua neoplasis paru berasal dari
kebiasaan merokok. Risiko untuk terkena kanker paru memiliki asosiasi dengan kebiasaan
merokok juga bergantung pada beberapa faktor seperti usia awal merokok, durasi merokok,
jumlah dan tipe rokok yang dihisap, serta frekuensi menghirup asap rokok. (Peto.R dalam
Swiatkowska, 2007)
Terdapat hubungan dose-response antara jumlah rokok yang dihisap dengan risiko
kejadian kanker paru, yaitu semakin besar jumlah batang rokok yang dihisap per hari maka
semakin besar risiko untuk mengalami kejadian kanker paru. Pasien yang menghisap rokok
kurang dari 20 batang per hari memiliki risiko untuk mengalami kejadian kanker paru sebesar
2,76 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang tidak merokok sama sekali, namun
hubungan ini tidak bermakna secara statistik (nilai p>0,005). Sedangkan pasien yang
menghisap rokok lebih dari 20 batang per hari memiliki risiko sebesar 7,62 kali lebih besar
untuk mengalami kejadian kanker paru dibandingkan pasien yang tidak merokok sama sekali,

Faktor risiko…, Salsabila Benazir, FKM UI, 2013


dengan nilai p<0,005 hubungan ini dinilai bermakna secara statistik. Hal ini sejalan dengan
Pada penelitian yang dilakukan oleh Minowa M di Yokosuka, Jepang tahun 1991
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara jumlah rokok yang dihisap dengan
risiko kejadian kanker paru. Pada responden yang menghisap rokok sebanyak 1-19 batang per
hari memiliki risiko 6,78 kali lebih besar untuk mengalami kejadian kanker paru dibandingkan
responden yang tidak merokok. Peneliti menduga tidak adanya hubungan yang signifikan pada
pasien yang merokok kurang dari 20 batang per hari terhadap risiko kejadian kanker paru
disebabkan oleh jumlah sampel yang kurang dan adanya bias seleksi dalam pemilihan kontrol
pada penelitian ini.
Durasi atau lama merokok merupakan faktor yang lebih penting dibandingkan dengan
jumlah rokok yang dihisap dalam menentukan risiko kejadian kanker paru. Menghisap rokok
1 bungkus per hari selama 40 tahun lebih berisiko dibandingkan dengan menghisap rokok 2
bungkus selama 20 tahun, sehingga semakin lama durasi merokok maka semakin besar risiko
untuk mengalami kejadian kanker paru (Peto R et.al dalam Swiatkowska, 2007). Dalam
penelitian ini di dapatkan informasi bahwa pasien yang merokok selama 1-29 tahun memiliki
risiko 3,87 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang tidak merokok, sedangkan untuk
pasien yang merokok selama 30 tahun ke atas memiliki risiko 1,13 kali lebih besar untuk
mengalami kejadian kanker paru dibandingkan dengan pasien yang tidak merokok. Namun
berdasarkan hasil uji statistik hanya merokok selama 1-29 tahun saja yang memiliki hubungan
signifikan terhadap risiko kejadian kanker paru (p<0,05).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Luo Ren-Xia di China tahun
1996 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama merokok dengan
kejadian kanker paru. Responden yang merokok selama 1-29 tahun memiliki risiko 5,7 kali
(95% CI 1,0-32,9) lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak merokok,
sedangkan responden yang merokok selama lebih dari 30 tahun memiliki risiko 12,5 kali
(95%CI 2,8-55,4) lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak merokok . Begitu
pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Eduardo Stefani et.al di Uruguay pada tahun 2004
yang menunjukkan bahwa responden yang merokok selama 1-24 tahun memiki risiko 9,3 kali
(95%CI 2,2-39,9) lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak merokok dan pada
responden yang merokok dengan rentang waktu selama 25 hingga 44 tahun memiliki risiko
sekitar 25 kali lebih besar untuk mengalami kejadian kanker paru dibandingkan dengan
responden yang tidak merokok.

Faktor risiko…, Salsabila Benazir, FKM UI, 2013


SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa proporsi
penderita kanker paru adalah pasien dengan umur ≥ 40 tahun (77,3%), jenis kelamin laki-laki
(66,7%), tingkat pendidikan menengah (56,0%), tidak memiliki riwayat kanker keluarga
(90,7%), merokok (60%), menghisap rokok sebanyak < 20 batang per hari (44,0%), dan
menghisap rokok selama 1-29 tahun (54,7%).
Selain itu, berdasarkan penelitian ini terdapat beberapa variabel yang merupakan faktor
risiko untuk kejadian kanker paru pada pasien rawat inap dan rawat jalan di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta tahun 2011-2012. Variabel-variabel yang menjadi faktor risiko
diantara adalah jenis kelamin laki-laki dengan OR = 2,05 (95%CI = 1,062-3,974), status
merokok dengan OR = 3,19 (95% CI = 1,63-2,23), menghisap rokok ≥ 20 batang per hari
dengan OR = 7,62 (95%CI = 2,00-28,97), dan menghisap rokok selama 1-24 tahun dengan
OR = 3,87 (95% CI = 1,89-7,91).

SARAN
Sebagai upaya menurunkan kejadian kanker paru diperlukan adanya keterlibatan berbagai
pihak seperti:
a. Dinas Kesehatan dan Instansi Terkait Lainnya dengan penyebarluasan informasi
mengenai penyakit kanker paru kepada masyarakat umum secara lebih aktif, terutama
masyarakat yang berisiko tinggi yaitu mereka yang merokok, berumur ≥ 40 tahun,
berjenis kelamin laki-laki, dan berpendidikan rendah. Penyebarluasan informasi ini
dapat melalui media cetak ataupun media elektronik seperti web dan jejaring sosial
yang sering digunakan oleh masyarakat terutama para kaum muda. Diharapkan dengan
penyebarluasan informasi ini maka kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit ini
meningkat.
b. Masyarakat umum dengan menghindari faktor-faktor risiko menyebabkan terjadinya
kanker paru dengan menjalani gaya hidup sehat dengan tidak merokok/mengurangi
jumlah rokok yang dihisap/berhenti merokok, karena seperti yang ditemukan dalam
penelitian ini bahwa kebiasaan merokok merupakan faktor risiko yang kuat dan dapat
menyebabkan kejadian kanker paru. Tidak merokok atau berhenti merokok dapat
mengurangi risiko terhadap penyakit kanker paru.
c. Peneliti selanjutnya untuk sebaiknya dilakukan penelitian dengan analisis lebih dalam
mengenai faktor risiko kejadian kanker paru dengan mengontrol variabel pengganggu
sehingga dapat dilihat faktor risiko yang paling dominan terhadap kejadian kanker

Faktor risiko…, Salsabila Benazir, FKM UI, 2013


paru dan menggunakan metode wawancara/kuesioner dengan pasien sehingga variabel
yang diteliti dapat lebih banyak dan bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA
A. Ruano-Ravinaa et. al. (2002). Lung cancer and related risk factors: an update. Public
Health, 149–156.

Alyson J. Littman, M. D. (2004). Prior Lung Disease and Risk of Lung Cancer in a Large
Prospective Study. Cancer Causes & Control, 819-827.

Danny R. Youlden et.al. (2008). The International Epidemiology of Lung Cancer. Journal of
Thoracic Oncology, 819-831.

DU, Y.-x. (1996). An epidemiological study of risk factors for lung. Lung Cancer, 9-37.

Eduardo De Stefani et.al. (2004). Cigarette smoking and risk of large cell carcinoma. Lung
Cancer, 267—274.

Gustavsson et.al. (2000). Occupational Exposure and Lung Cancer Risk: A Population-based
Case-Referent Study in Sweden. American Journal of Epidemiology, 32-40.

Hood, A. (2002). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press .

Jos H. J. Droste et.al. (1999). Occupational Risk Factors of Lung Cancer: A Hospital Based
Case-Control Study. Occupational and Environmental Medicine, 322-327.

Moira Chan-Yeung et.al. (2003). Risk factors associated with lung cancer in Hong Kong.
Lung Cancer, 131-140.

S. Jane Henley et. al. (2002). Leanness and Lung Cancer Risk: Fact or Artifact?
Epidemiology, 268-276.

Samet, J. M. (1994). Epidemiology of Lung Cancer. New York: Dekker.

Świątkowska, B. (2007). Modifi able risk factors for the prevention of lung. Rep Pract Oncol
Radiother, 119-124.

Takkouche, B. (1996). The epidemiology of lung cancer: Review of risk factors and.
European Journal of Epidemiology,, 341-349.

William D. Travis et.al. (2004). Pathology & Genetics; Tumours of the Lung, Pleura,. Lyon:
IARCPress.

A Jeanne M van Loon, R. A. (1997). Socioeconomic status and lung cancer incidence in men
in The Netherlands: is there a role for occupational exposure? Journal of
Epidemiology and Community Health, 24-29.

Faktor risiko…, Salsabila Benazir, FKM UI, 2013


Ann G. Schwartz, P. Y. (1996). Familial Risk of Lung Cancer among Nonsmokers and Their
Relatives. American Journal of Epidemiology, 554-562.

Annie J.S, R. M.-L. (2002). A case-control study of lung cancer in Casablanca, Morocco.
Cancer Causes and Control , 609-616.

B Ganesh, S. S. (2011). A Case-control Study of Risk Factors for Lung Cancer in Mumbai,
India. Asian Pacific J Cancer Prevention, 357-362.

C.A, N., Mark, A., Eva, M., & et, a. (2009). Epidemiological Risk Factors for Cancers of the
Lung, Breast, Colon-rectum & Oral cavity: A case-control study in the Philippines.
Acta Medica Philippina, 29-34.

Consonni, D., Matteis, Lubin, J., & et, a. (2010). Lung Cancer and Occupation in a
Population-based Case-Control Study. American Journal of Epidemiology, 323-333.

Darren R Brenner, R. J.-S. (2010). RLeusenarcgh a rctiaclencer risk in never-smokers: a


population-based case-control study of epidemiologic risk factors. BMC Cancer, 1-9.

Eduardo De Stefania, H. D.-P. (2004). Cigarette smoking and risk of large cell carcinoma of
the lung: a case-control study in Uruguay. Elsevier, 267-274.

Františka Hrubá, E. F. (2009). Socioeconomic Indicators and Risk of Lung Cancer in Central
and Eastern Europe. Central Europe J Public Health, 115-121.

Ian Hunt, M. M. (2009). ABC of Lung Cancer. Singapore: Wiley-Blackwell.

Karl-Heinz Jockel, W. A.-A. (1998). Occupational risk factors for lung cancer: a case-control
study in West Germany. International Epidemiological Association, 549-560.

Kreienbrock L, K. M. (2001). Case-Control Study on Lung Cancer and Residential Radon in


Western Germany. American Journal of Epidemiology, 42-52.

M Kreuzer, P. B. (2000). Gender differences in lung cancer risk by smoking: a multicentre


caseÐcontrol study in Germany and Italy. British Journal of Cancer, 227–233.

M. Minowa, S. H. (1991). A Case-Control Study of Lung Cancer with Special Reference to


Asbestos Exposure. Envronmental Health Perspectives, 39-42.

Matos E, V. M. (1998). Lung cancer and smoking: A case-control study in Buenos Aires,
Argentina. Elsevier, 155-163.

Mia Hashibe, B. S. (2010). Socioeconomic Status and Lung Cancer Risk in Nepal. Asian
Pacific J Cancer Prevention, 1083-1088.

Mostafa Hosseini, P. A. (2009). Environmental risk factors for lung cancer. International
Journal of Epidemiology, 989-996.

Nuraini, P. (2011). Faktor Risiko Kanker Paru di RSUP Persahabatan tahun 2009-2010.
Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.

Faktor risiko…, Salsabila Benazir, FKM UI, 2013


Ren-xia Luo, B. W.-n.-w. (1996). Indoor burning coal air pollution and lung cancer-a case-
control study in Fuzhou, China. Elsevier, 113-119.

Underwood. (1999). Patologi Umum dan Sistematik . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran :
EGC.

Wiliiam D. Travis, E. b. (2004). Pathology and Genetics : Tumours of the Lung, Pleura,
Thymus and Heart. Lyon: IARCPress.

Yu-Tang, G. (1996). Risk factors for lung cancer among nonsmokers with. Elsevier, 39-45.

American Lung Association. (2012). Lung Cancer Fact Sheet. Washington DC.
http://www.lung.org/lung-­‐disease/lung-­‐cancer/resources/facts-­‐figures/lung-­‐cancer-­‐fact-­‐
sheet.html
Bustan. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta
Price S.A, Wilson. (1982). Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-proses Penyakit. Jakarta :
EGC.
Corwin Elizabeth J. (2008). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Center of Disease Control and Pervention. (2013). Lung Cancer. USA.
<http://www.cdc.gov/cancer/lung/>
World Health Organization (WHO). (2008). Cancer.
<http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs297/en/>
Cancer Search UK. (2012). Lung Cancer. London. <http://www.cancerresearchuk.org/cancer-­‐
info/cancerstats/types/lung/incidence/>

Faktor risiko…, Salsabila Benazir, FKM UI, 2013

Вам также может понравиться

  • 5108 11343 2 PB
    5108 11343 2 PB
    Документ12 страниц
    5108 11343 2 PB
    Afiena Wiladani Prishanti
    Оценок пока нет
  • Contoh CV-13
    Contoh CV-13
    Документ1 страница
    Contoh CV-13
    Hasni M Marsaoly
    Оценок пока нет
  • Uy
    Uy
    Документ7 страниц
    Uy
    hanna arios
    Оценок пока нет
  • Singgih Aris Setiawan Nim. A11300942
    Singgih Aris Setiawan Nim. A11300942
    Документ45 страниц
    Singgih Aris Setiawan Nim. A11300942
    Hasni M Marsaoly
    Оценок пока нет
  • Dokumen - Tips Lamaran Rs Siloam
    Dokumen - Tips Lamaran Rs Siloam
    Документ1 страница
    Dokumen - Tips Lamaran Rs Siloam
    Hasni M Marsaoly
    Оценок пока нет
  • Mediakom Kanker Pembunuh Papan Atas PDF
    Mediakom Kanker Pembunuh Papan Atas PDF
    Документ72 страницы
    Mediakom Kanker Pembunuh Papan Atas PDF
    Dicki Elfa wahyudi
    Оценок пока нет
  • Infodatin Hipertensi PDF
    Infodatin Hipertensi PDF
    Документ8 страниц
    Infodatin Hipertensi PDF
    Anton Suwito
    Оценок пока нет
  • Contoh Surat Lamar Kerja Umum
    Contoh Surat Lamar Kerja Umum
    Документ1 страница
    Contoh Surat Lamar Kerja Umum
    Limega Studio
    Оценок пока нет
  • Jurnal
    Jurnal
    Документ4 страницы
    Jurnal
    Hasni M Marsaoly
    Оценок пока нет
  • Jurnal
    Jurnal
    Документ4 страницы
    Jurnal
    Hasni M Marsaoly
    Оценок пока нет
  • KUALITAS HIDUP LANSIA DENGAN HIPERTENSI
    KUALITAS HIDUP LANSIA DENGAN HIPERTENSI
    Документ15 страниц
    KUALITAS HIDUP LANSIA DENGAN HIPERTENSI
    Jemz Albert
    Оценок пока нет
  • Abdul Rahman La Ede - Opt
    Abdul Rahman La Ede - Opt
    Документ111 страниц
    Abdul Rahman La Ede - Opt
    Franklin Kelly
    Оценок пока нет
  • Pen at Alak Sana and If Teri
    Pen at Alak Sana and If Teri
    Документ5 страниц
    Pen at Alak Sana and If Teri
    Salsabila Firdausi
    Оценок пока нет
  • Per Nafas An
    Per Nafas An
    Документ16 страниц
    Per Nafas An
    rani gultom
    Оценок пока нет
  • STRUKTUR DNA
    STRUKTUR DNA
    Документ19 страниц
    STRUKTUR DNA
    Melia
    Оценок пока нет
  • 2067 PDF
    2067 PDF
    Документ99 страниц
    2067 PDF
    Anonymous inkADhUlY
    Оценок пока нет
  • Asam Nukleat Dan Nukleotida
    Asam Nukleat Dan Nukleotida
    Документ9 страниц
    Asam Nukleat Dan Nukleotida
    Fatima
    Оценок пока нет
  • Kemkes 01
    Kemkes 01
    Документ7 страниц
    Kemkes 01
    Rosiana Margaretta
    Оценок пока нет
  • Atul
    Atul
    Документ4 страницы
    Atul
    Hasni M Marsaoly
    Оценок пока нет
  • Jorgi Translated Copy of LipidMetabolism
    Jorgi Translated Copy of LipidMetabolism
    Документ20 страниц
    Jorgi Translated Copy of LipidMetabolism
    Hasni M Marsaoly
    Оценок пока нет
  • OPTIMALKAN MOBILITAS
    OPTIMALKAN MOBILITAS
    Документ10 страниц
    OPTIMALKAN MOBILITAS
    Okta Gaskins II
    Оценок пока нет
  • Kul. Hormon
    Kul. Hormon
    Документ0 страниц
    Kul. Hormon
    andi1108
    Оценок пока нет
  • RA_ASKEP
    RA_ASKEP
    Документ8 страниц
    RA_ASKEP
    yanzhe
    Оценок пока нет
  • Fisiologi Muskuloskeletal
    Fisiologi Muskuloskeletal
    Документ18 страниц
    Fisiologi Muskuloskeletal
    tirtadewinikomang
    75% (4)
  • INDEKS KATZ
    INDEKS KATZ
    Документ9 страниц
    INDEKS KATZ
    Harfiana Syahrayni
    Оценок пока нет
  • Makalah Waham Jiwa
    Makalah Waham Jiwa
    Документ26 страниц
    Makalah Waham Jiwa
    Hasni M Marsaoly
    86% (7)
  • Ardiya Oktama 22010113140184 Lap Hasil KTI 2 PDF
    Ardiya Oktama 22010113140184 Lap Hasil KTI 2 PDF
    Документ39 страниц
    Ardiya Oktama 22010113140184 Lap Hasil KTI 2 PDF
    Nobita Cutter
    Оценок пока нет
  • 206 Nama Tulang Beserta Nama Latinnya
    206 Nama Tulang Beserta Nama Latinnya
    Документ2 страницы
    206 Nama Tulang Beserta Nama Latinnya
    Hasni M Marsaoly
    Оценок пока нет
  • Ibu Mutamaira Air
    Ibu Mutamaira Air
    Документ15 страниц
    Ibu Mutamaira Air
    Hasni M Marsaoly
    Оценок пока нет