Вы находитесь на странице: 1из 3

MENSYUKURI NIKMAT

KEMERDEKAAN
Jama’ah yang dimuliakan Allah
Tiada kata yang paling pantas kita ungkapkan pada kesempatan ini, melainkan
kata-kata syukur kepada Allah Swt yang telah mencurahkan kenikmatanNya
kepada kita sehingga kita bisa berkumpul di Masjid ini. Marilah kita buktikan rasa
syukur tersebut dengan melakukan perintahNya dan menjauhi larangan-
laranganNya. Selanjutnya, marilah kita tingkatkan kualitas iman dan taqwa kita,
karena keimanan dan ketaqwaan merupakan sebaik-baik bekal menuju akhirat
nanti.

Jama’ah yang dimuliakan Allah


Beberapa tahun yang lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia yang
mayoritas beragama Islam, memproklamirkan kemerdekaan, ini semua merupakan
nikmat serta berkah dari Allah SWT, yang harus disyukuri. Hal ini ditegaskan
dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945; “Atas berkat rahmat Allah Yang
Maha Kuasa, dan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan
yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Jadi jelas, bahwa kemerdekaan yang hingga saat ini kita rasakan dan hari ini kita
peringati, adalah berkat rahmat Allah. Oleh sebab itu semua harus mensyukuri
berkah atau nikmat Allah ini dengan sebaik-baiknya.

Jama’ah yang dimuliakan Allah


Dalam situasi dan kondisi bangsa dan negara kita yang masih memprihatinkan ini,
hendaknya masing-masing kita merenung sejenak (tafakkur), sambil mengenang
para pejuang pahlawan bangsa, yang telah rela mengorbankan segala-galanya,
bahkan nyawa mereka. Setelah merenung, lalu kita juga harus melakukan
introspeksi (ber-muahasabah), apa saja yang telah kita perbuat untuk bangsa dan
negara ini. Para penyelenggara negara, baik di pemerintahan (eksekutif), maupun
yang di legislatif (wakil rakyat-DPR), atau mereka yang dipercaya sebagai penegak
hukum (yudikatif), juga harus melakukan introspeksi. Hal ini seperti apa yang telah
di jelaskan Allah Swt dalam firmannya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.(QS: Al-Hasr ayat 18)

Jamaah yang dimuliakan Allah Swt.


Secara umum, negara kita masih mengalami keterpurukan. Bangsa dan negara kita
masih dilanda krisis multi dimensi yang berkepanjangan. Hal ini dapat dilihat dari
angka pengangguran semakin membengkak, tindak kriminal semakin menjadi-jadi.
Ekonomi rakyat semakin terpuruk, dan bencana yang melanda disetiap sudut
negeri.
Keadilan dan kemakmuran yang belum merata serta berbagai macam musibah
yang melanda saat ini adalah karena kita belum mau bersyukur kepada Allah SWT.
Kata syukur berasal dari bahasa Arab, diambil dari kata “syukron” yang berarti
terima kasih. Dalam bahasa “Syar’i”, syukur atau bersyukur adalah kewajiban
seorang muslim terhadap Allah, atas segala nikmat yang diberikan-Nya.
Mengucapkan kata syukur ini sangat mudah, tetapi dalam prakteknya sulit. Sebab
bersyukur menurut syar’i adalah melaksanakan segala perintah Allah, dan
meninggalkan segala larangannya, serta menggunakan nikmat yang diberikan
Allah itu untuk fi sabilillah (di jalan Allah).
Kenyataanya sulit mencari orang bersyukur ini. Mereka yang diberi amanah untuk
menyelenggarakan negara ini juga banyak yang tidak bersyukur. Mereka masih
senang mengerjakan yang dilarang Allah, dan meninggalkan yang diperintah-Nya.
Para pejabat masih banyak yang korupsi, menyalahgunakan jabatan dan melanggar
hukum.
Semuanya itu mereka lakukan karena tidak ingat dengan Allah yang telah
memberikan nikmat kepada mereka. Jabatan, kekuasaan, adalah amanah dan
nikmat Allah yang harus disyukuri.
Secara jujur harus kita akui, bahwa sebagian kita yang mengaku muslim belum
istiqomah dengan syariat Islam. Sehingga kita masih melakukan hal-hal yang
dilarang oleh Allah. Padahal Allah telah mengingatkan kita dalam firman-Nya:

“Apabila datang pertolongan Allah berupa kemenangan, dan kamu lihat manusia
masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan
memuji Tuanmu, dan mohonlah ampun kepadaNya. Sesungguhnya Dia Maha
Penerima Tobat”. (QS. An-Nashr 1-4)

Sebab turun (as baabun nuzul) surat ini adalah ketika Rasulullah menaklukkan kota
kelahirannya yang sudah lama ditinggalkan. Waktu itu Rasulullah bersama
panglima perangnya Khalid bin Walid berhasil menggempur pasukan kafir
Quraisy, dan memperoleh kemenangan yang gilang gemilang. Waktu itu orang
berbondong-bondong masuk Islam, yang dulunya membenci Nabi.
Rasulullah SAW merasa gembira menyaksikan kenyataan itu. Pada waktu itu
turunlah ayat dari Surah An Nashr itu, guna mengingatkan Rasulullah dan umat
Islam, agar mereka mensyukuri nikmat kemenangan itu dan jangan lupa dengan
Allah SWT.

Jama’ah yang dimuliakan Allah


Ada tiga hal yang merupakan kandungan dari Surat An Nashr ini.
Pertama, kita disuruh selalu besyukur dengan memuji Allah apabila kita
memperoleh nikmat. Kedua, agar kita selalu “bertashbih” (mensucikan) Allah.
Tiada yang berkuasa di dunia ini selain Allah. Ketiga, supaya kita selau mohon
ampunan dari Allah, karena kita adalah manusia yang lemah (dhaif), yang tak luput
dari kesalahan dan dosa.
Berkah Allah akan selalu turun kepada kita, apabila kita pandai mensyukuri nimat-
Nya. Ingatlah akan janji Allah dalam firman-Nya:

“Jika sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi jika mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya”. (Qs. Al A’raaf-96)
Bagi umat Islam janji Allah itu pasti, karena Allah selalu menepati janji-Nya. Oleh
karenanya marilah kita peringati kemerdekaan negara Republik Indonesia yang ke
74 ini dengan memperbanyak syukur kepada Allah Swt. Demikian itu yang dapat
saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita semua. Kurang lebihnya saya mohon
maaf. Aamiin

Вам также может понравиться