Вы находитесь на странице: 1из 26

Journal of Marine and Aquatic Sciences 1 (2017) 1–7

Menganalisis Karakteristik Perairan Samudera Hindia Bagian Timur


(Sebelah Selatan Pulau Bali) dengan Menggunakan Parameter
Temperatur, Salinitas, dan Densitas
Gede Indra Putra Pratama*
*Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana, Kabupaten Badung, Provinsi Bali-Indonesia

* Tel.: +62-823-408-414-33
Alamat e-mail: indraprat369@gmail.com

Abstract
Water characteristics are influenced by aquatic physics parameters, such as temperature, salinity, and density of seawater. This
becomes very important because these physical parameters play an important role for life in the waters. The temperature, salinity and
density of sea water are important physical parameters for life in the waters. This paper discusses the relationship of salinity,
temperature, and density of seawater to pressure in East Indian Ocean (beside south of Bali Island) that are known to have unique and
complex properties. The method used is the method of data analysis. Primary data used is data from CTD (Conductivity, Temperature,
and Depth). Data processing method using Ocean Data View (ODV) software. Data generated from measurements using CTD
(Conductivity, Temperature, Depth) is Sea-Bird SBE 9 Raw Data File uploaded on 12 September 2000 in format of .cnv. From the
graph generated from ODV it can be concluded that the density of sea water is directly proportional to pressure, depth, and also
salinity, but inversely proportional to temperature. Increasing salinity, depth and pressure result in density value of sea water will also
increase, while will decrease with increasing temperature or temperature vertically. For the horizontal distribution also has the same
result. On surface distribution, it is found that salinity, temperature, and density data of sea water at each station have a relatively
uniform value in each physical parameter. In the vertical and horizontal depths of the temperature, salinity, and density to pressure in
the waters can be classified into 3 categories of layers, are surface layers, layers with significant changes (thermocline for temperature
and haloclin for salinity), and coating Deep layer.

Keywords: Characteristics; Waters; relationship; density; temperature; salinity.

Abstrak
Karakteristik perairan dipengaruhi oleh parameter fisika perairan, diantaranya yaitu suhu, salinitas, dan densitas air laut. Hal ini
menjadi sangat penting karena parameter fisika tersebut sangat berperan penting bagi kehidupan di perairan. Suhu, salinitas dan
densitas air laut merupakan parameter fisika yang penting bagi kehidupan di perairan. Dalam jurnal ini dibahas mengenai hubungan
salinitas, suhu, dan densitas air laut terhadap tekanan di perairan Samudera Hindia bagian Timur (sebelah selatan Pulau Bali) yang
diketahui memiliki sifat unik dan kompleks. Metode yang digunakan adalah metode analisis data. Data primer yang digunakan
merupakan data dari CTD (Conductivity, Temperature, and Depth). Metode pengolahan data dengan menggunakan software Ocean
Data View (ODV). Data yang dihasilkan dari pengukuran dengan menggunakan CTD (Conductivity, Temperature, Depth) adalah Sea-
Bird SBE 9 Raw Data File yang di upload pada 12 September 2000 dalam format .cnv. Dari grafik yang dihasilkan dari ODV maka
dapat disimpulkan bahwa densitas air laut berbanding lurus dengan tekanan, kedalaman, dan juga salinitas, namun berbanding terbalik
dengan suhu. Semakin meningkat salinitas, kedalaman serta tekanan mengakibatkan nilai densitas air laut juga akan meningkat,
sedangkan akan menurun dengan meningkatnya suhu atau temperatur secara vertical. Untuk sebaran melintang juga memiliki hasil
yang sama. Pada sebaran permukaan, diperoleh bahwa data salinitas, suhu, dan densitas air laut pada masing-masing stasiun memiliki
nilai yang relatif seragam pada tiap parameter fisikanya. Pada sebaran menegak (vertikal) dan melintang (horizontal) suhu, salinitas,
dan densitas terhadap tekanan dalam perairan dapat digolongkan menjadi 3 kategori lapisan, yaitu lapisan permukaan, lapisan dengan
perubahan yang sangat signifikan (termokline untuk temperatur dan haloklin untuk salinitas), dan lapisan perairan dalam.

Kata Kunci: karakteristik; perairan; hubungan; densitas; suhu; salinitas.

1. Pendahuluan Laevastu dan Hayes, 1982). Oleh karena itu, informasi


sebaran spasial dan temporal suhu, salinitas, dan densitas
Kondisi oseanografi perairan umumnya bersifat menjadi sangat berharga.
dinamis yang dapat mengakibatkan pergerakan massa air
laut baik secara horizontal maupun vertikal. Suhu, Kisaran suhu di laut adalah -2 oC sampai 35 oC.
salinitas, dan densitas merupakan faktor-faktor Knaus (1997) menjelaskan bahwa suhu suatu perairan
oseanografi yang memiliki peran penting dalam proses- dipengaruhi oleh posisi matahari, letak geografis, musim,
proses fisika, kimia maupun biologi yang terjadi di laut, dan kondisi atmosfer. Faktor lain yang mempengaruhi
seperti dalam proses pencampuran, konsentrasi oksigen suhu perairan adalah batimetri (Xie et al., 2004) dan
terlarut, dan penyebaran organisme laut (Knauss, 1997; pegunungan di daratan (Kitoh, 2001). Secara vertikal,

J. Mar. Aquat. Sci. 1: 1–7 (2017)


Gede Indra Putra Pratama 2

profil suhu di suatu perairan terbagi dalam tiga lapisan Semakin ke dalam, tekanan air laut akan semakin besar.
utama (Garrison, 2004). Pertama, lapisan permukaan yang Hal ini disebabkan oleh semakin besarnya gaya yang
tercampur sempurna (mixed layer), lapisan ini memiliki bekerja pada lapisan yang lebih dalam. Tekanan pada satu
karakteristik perairan yang hangat dan memiliki gradien kedalaman bergantung pada massa air yang berada di
suhu dengan kedalaman yang kecil. Kedua, lapisan atasnya. Persamaan yang digunakan untuk mengukur
termoklin (thermocline layer) yakni lapisan dengan harga kedalaman dari harga tekanan adalah persamaan
penurunan suhu yang mencolok atau dengan kata lain hidrostatis, yaitu dp=ρ.g.dh, dimana dp=perubahan
lapisan yang memiliki gradien suhu yang besar, yaitu tekanan, ρ=densitas air laut, g=percepatan gravitasi, dan
sekitar 0,1 oC/m (Nontji, 1987). Terakhir, lapisan dalam dh=perubahan kedalaman (Thurman, 1993).
(deep layer) yang memiliki suhu yang rendah tetapi
relative konstan pada 4 oC. Perairan Samudera Hindia mempunyai sifat yang
unik dan kompleks karena dinamika perairannya
Sebaran salinitas secara horizontal dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh sistem angin muson dan sistem angin
pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan, dan air sungai pasat, tidak seperti perairan Samudera Pasifik dan Atlantik
yang bermuara ke laut (Fong dan Geyer, 2001; Kalangi, yang hanya dipengaruhi oleh sistem angin pasat saja. Para
2008; Kalangi dkk., 2012). Pengaruh air sungai ahli berpendapat bahwa Samudera Hindia mempunyai
menyebabkan variasi salinitas di perairan dekat pantai peran yang penting dalam iklim dunia. Samudera Hindia
lebih besar dibandingkan dengan perairan laut lepas yang terletak di antara benua Asia dan Australia diketahui
(Garrison, 2004; Hickey et al., 1998). Salinitas di perairan memiliki fluktuasi intra-seasonal, semi-annual, dan juga
dekat pantai dapat berkisar dari 0-33 ppt tergantung pada annual (McPhaden et al., 2008). Di perairan ini terdapat
volume air sungai yang dialirkan. Secara vertikal, nilai beberapa fenomena oseanografi yang mempunyai
salinitas akan semakin besar dengan bertambahnya pengaruh penting tidak hanya dalam masalah oseanografi
kedalaman tetapi perubahan tersebut tidak linier. Kolom tetapi juga dalam masalah atmosfer. Fenomena ini antara
perairan dapat dibagi atas tiga lapisan, yakni a) lapisan lain Indian Ocean Dipole (IOD), upwelling, Arus
permukaan tercampur sempurna, ketebalan 50-100 m, dan Katulistiwa Selatan (AKS), Arus Pantai Jawa (APJ), Arus
memiliki nilai salinitas yang seragam; b) lapisan dengan Lintas Indonesia (ARLINDO) dan eddy (Martono dkk.,
perubahan salinitas relatif besar, yang disebut dengan 2008).
lapisan haloklin; dan c) lapisan dengan nilai salinitas yang
seragam, berada di bawah lapisan haloklin hingga ke Berdasarkan pemaparan tersebut, maka perlu
lapisan dasar laut (Garrison, 2004). dilakukan suatu analisis karakteristik perairan Samudera
Hindia dengan menggunakan parameter temperature,
Densitas air laut disebut sebagai sigma-t, yang salinitas, dan densitas air laut pada perairan tersebut.
diperoleh dari hasil pengukuran suhu, tekanan, dan
salinitas. Nilai densitas air laut berkisar dari 1,020-1,030 2. Metode Penelitian
g/cm3 dengan perubahan terbesar terjadi dilapisan
permukaan dan dekat pantai. Densitas permukaan 2.1. Lokasi Penelitian
berkurang karena adanya pemanasan, presipitasi, run-off
dari daratan, dan akan meningkat dengan terjadinya Lokasi penelitian terletak pada Samudera Hindia
evaporasi dan penurunan suhu permukaan (Bishop, 1984). bagian Timur, tepatnya sebelah selatan Pulau Bali. Lokasi
Perubahan densitas air laut secara vertikal terjadi dengan penelitian ditentukan dengan menggunakan Sea-Bird SBE
adanya perubahan kedalaman perairan, dan perubahan 9 Raw Data File. Penentuan lokasi penelitian dengan
secara horizontal yang disebabkan oleh arus. Distribusi meng-import data 7, 8, 9, 10, dan 11. Sehingga dapat
densitas berkaitan dengan karakteristik arus dan daya dilihat pada Gambar 1. posisi dan jarak tiap stasiun
tenggelam suatu massa air yang berdensitas tinggi pada menuju ke arah selatan (sedikit ke arah tenggara) atau
lapisan permukaan ke kedalaman tertentu. Sebaran bagian Utara Benua Australia.
densitas secara vertikal ditentukan oleh proses
pencampuran dan pengangkatan massa air. Perubahan
salinitas dan suhu sangat mempengaruhi densitas suatu
perairan. Ross (1970), menyatakan bahwa densitas
ditentukan oleh indeks antara tiga variable, yaitu salinitas,
suhu, dan tekanan. Secara umum, densitas meningkat
dengan meningkatnya salinitas, tekanan atau kedalaman
serta menurunnya suhu. Selanjutnya Sverdup et al. (1946)
menyatakan bahwa densitas air laut bergantung pada
perubahan suhu dan salinitas serta semua proses yang
mengakibatkan berubahnya suhu dan salinitas.

Tekanan air laut bertambah terhadap kedalaman.


Kedalaman air laut biasanya diukur dengan menggunakan
echo sounder atau CTD (Conductivity, Temperature,
Depth). Kedalaman yang diukur dengan menggunakan
CTD didasarkan pada harga tekanan (Wyrkti, 1961). Gambar 1. Lokasi Penelitian
Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas.
3 Journal of Marine and Aquatic Sciences

2.2. Pengolahan Data terlihat lebih jelas pada Gambar 2(c) yang disebut dengan
sebaran melintang (horizontal) suhu perairan berdasarkan
Metode pengolahan data dengan menggunakan perubahan tekanan. Pada gambar akan membentuk
software Ocean Data View (ODV). Data yang dihasilkan beberapa aliran seperti gelombang yang menunjukkan
dari pengukuran dengan menggunakan CTD persebaran suhu secara horizontal berdasarkan perubahan
(Conductivity, Temperature, Depth) adalah Sea-Bird SBE tekanan. Profil sebaran melintang (horizontal) suhu
9 Raw Data File yang di upload pada 12 September 2000 perairan memiliki kelebihan dalam menggambarkan
dalam format .cnv, kemudian kelima data (7, 8, 9, 10, dan distribusi suhu perairan berdasarkan letak garis lintang
11) diimpor dan di-import ke program Ms. Excel (latitude) maupun berdasarkan garis bujur (longitude).
menghasilkan output data dengan tipe file txt, kemudian Pada penelitian ini, dapat dilihat titik stasiun penelitian
dilanjutkan dengan mengimpor data tersebut kedalam kira-kira terletak pada garis lintang 12-10 oS. Seperti pada
software ODV (Ocean Data View) versi 4.3. Data tersebut sebaran menegak (vertikal) suhu perairan, pada tekanan 0-
dibuat transek sejajar dari utara ke selatan (sedikit ke arah 50 db mengalami penurunan suhu yang kecil yaitu
tenggara). Output dari pengolahan dengan ODV berupa berkisar antara 27-26 oC disebut dengan lapisan
profil sebaran permukaan, melintang, dan menegak (suhu, permukaan (mixed layer), pada tekanan 50-1000 db
salinitas, dan densitas) dalam format .jpg. Kemudian mengalami penurunan suhu yang sangat signifikan yaitu
derive data potential density anomaly, potential berkisar antara 26-5 oC disebut dengan lapisan termoklin
temperature, dan sound speed, dilanjutkan dengan eksport (thermocline layer), dan pada tekanan 1000-4000 db
dalam format .txt. Tahap selanjutnya membuat diagram T- kembali mengalami penurunan suhu yang kecil dan relatif
S, dengan mengubah axis x menjadi salinitas dan axis y konstan yaitu berkisar antara 9-1,5 oC disebut dengan
menjadi potential temperature, dilanjutkan dengan lapisan dalam (deep layer).
isopycnal data dan simpan data dalam format .jpg.
Terakhir menghitung arus geostropik melalui menu 2(a)
Geostrofik Flow pada toolbar Tools, kemudian eksport
dalam format .txt.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Suhu

Sebaran suhu permukaan air laut tiap stasiun (7, 8,


9, 10, dan 11) memiliki besaran yang relatif seragam yaitu
berkisar antara 27,1-26,6 oC (Gambar 2(a)). Hal tersebut
dapat terjadi dikarenakan pada permukaan air laut
mengalami proses pencampuran yang sempurna (mixed
layer) sehingga suhu permukaan air laut memiliki tingkat 2(b)
keseragaman yang tinggi antara stasiun satu dengan
stasiun lainnya dan memiliki karakteristik perairan yang
hangat akibat terkena paparan radiasi cahaya matahari
secara langsung. Hasil penelitian ini, sesuai dengan yang
di sampaikan oleh Garrison (2004).

Sebaran menegak (vertikal) suhu perairan tiap


stasiun (7, 8, 9, 10, dan 11) memiliki sebaran yang
bervariasi terhadap bertambahnya tekanan (db) (Gambar
2(b)). Pada tekanan 0-50 db mengalami penurunan suhu
yang kecil yaitu berkisar antara 27-26 oC, hal ini
dikarenakan pengaruh lapisan permukaan (mixed layer)
yang mengalami proses pencampuran sempurna masih
terdapat hingga tekanan 50 db. Penurunan suhu yang
sangat signifikan terjadi pada tekanan 50-1000 db yaitu
perubahan suhu berkisar antara 26-5 oC, lapisan ini
disebut dengan lapisan termoklin (thermocline layer) yang
memiliki gradien suhu yang besar, yaitu sekitar 0,1 oC/m
(Nontji, 1987). Dibawah lapisan termoklin, selisih
penurunan suhu perairan akan kembali kecil (seragam),
terjadi sekitar tekanan 1000-4000 db yaitu berkisar antara
5-1,5 oC, lapisan ini disebut dengan lapisan dalam (deep
layer) yang memiliki karakteristik suhu yang sangat
rendah.

Perbandingan persebaran suhu berdasarkan


peningkatan tekanan tiap stasiun (7, 8, 9, 10, dan 11) dapat

J. Mar. Aquat. Sci. 1: 1–7 (2017)


Gede Indra Putra Pratama 4

Perbandingan persebaran salinitas berdasarkan


peningkatan tekanan tiap stasiun (7, 8, 9, 10, dan 11) dapat
terlihat lebih jelas pada Gambar 3(c) yang disebut dengan
sebaran melintang (horizontal) salinitas perairan
berdasarkan perubahan tekanan. Pada gambar akan
membentuk beberapa aliran seperti gelombang dan ada
yang berbentuk seperti pola yang tidak beraturan yang
menunjukkan persebaran salinitas secara horizontal
berdasarkan perubahan tekanan. Profil sebaran melintang
(horizontal) salinitas perairan memiliki kelebihan dalam
menggambarkan distribusi salinitas perairan berdasarkan
letak garis lintang (latitude) maupun berdasarkan garis
2(c) bujur (longitude). Pada penelitian ini, dapat dilihat titik
stasiun penelitian kira-kira terletak pada garis lintang 12-
10oS. Pada lapisan permukaan rata-rata tiap stasiun
Gambar 2. (a) Profil Sebaran Suhu Permukaan Laut; (b) memiliki salinitas berkisar antara 33,8 psu dan meningkat
Profil Sebaran Menegak (Vertikal) Suhu seiring dengan bertambahnya tekanan. Rata-rata lapisan
Perairan; (c) Profil Sebaran Melintang haloklin tiap stasiun berkisar antara tekanan 50-1700 db
(Horizontal) Suhu Perairan. hingga mencapai nilai salinitas sebesar 34,6 psu. Stasiun 9
(sekitar 11oS) memiliki ketebalan lapisan haloklin yang
3.2. Salinitas paling besar diantara stasiun lainnya. Peristiwa anomali
juga terlihat pada gambar tersebut, dimana salinitas
Sebaran salinitas permukaan air laut tiap stasiun (7, mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya
8, 9, 10, dan 11) memiliki besaran yang relative seragam tekanan, rata-rata terjadi tiap stasiun pada tekanan 350-
yaitu berkisar antara 33,9-33,82 psu (Gambar 3(a)). Hal 1000 db. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh salinitas
tersebut terjadi dikarenakan pada permukaan air laut permukaan dan salinitas perairan dalam yang tercampur
mengalami proses pencampuran yang sempurna sehingga secara tidak merata atau keadaan ini sering disebut
salinitas permukaan air laut memiliki tingkat keseragaman keadaan yang tidak stabil, sehingga dapat dilihat pada
yang tinggi antara stasiun satu dengan stasiun lainnya. gambar terbentuk seperti pola yang tidak beraturan pada
Letak stasiun penelitian yang jauh dari pantai atau kisaran salinitas 34,6 psu. Namun dari tekanan 1700 db
kurangnya pengaruh pasokan air dari daratan, juga hingga ke dasar perairan, pertambahan salinitas kembali
menyebabkan fluktuasi salinitas di perairan tersebut normal (stabil) seiring bertambahnya tekanan.
sangat rendah (seragam). Hasil penelitian ini, sesuai
dengan yang di sampaikan oleh Garrison (2004). 3(a)

Sebaran menegak (vertikal) salinitas perairan tiap


stasiun (7, 8, 9, 10, dan 11) memiliki sebaran yang
bervariasi terhadap bertambahnya tekanan (db) (Gambar
3(b)). Pada umumnya, salinitas mengalami peningkatan
seiring dengan peningkatan tekanan di perairan tersebut.
Namun perubahan salinitas ini tidak berlangsung secara
linier, melainkan mengalami fluktuasi yang tinggi (tidak
stabil) disetiap kedalaman atau tekanan perairan. Pada
stasiun 7 terjadi suatu anomali dimana pada tekanan 388
dan 389 db salinitas menembus nilai 34,7 psu, namun
semakin menurun seiring bertambahnya tekanan kira-kira
hingga tekanan 1000 db mengalami peningkatan salinitas 3(b)
kembali seiring bertambahnya tekanan. Anomali ini terjadi
juga pada stasiun 8, 9, 10, dan 11. Diantara kelima stasiun
yang paling mencolok adalah pada stasiun 11, dimana
pada kisaran tekanan 311-313 db besaran salinitas
menembus nilai 34,75 psu yang terus mengalami
penurunan salinitas hingga salinitas terendah yaitu
34,5805 psu pada tekanan 845 db. Namun setelah itu,
peningkatan salinitas kembali stabil (normal) seiring
bertambahnya tekanan perairan. Lapisan yang mengalami
perubahan salinitas yang sangat signifikan atau disebut
sebagai lapisan haloklin rata-rata pada tiap stasiun terjadi
dari tekanan 50-1700 db. lapisan yang mengalami
perubahan salinitas yang tidak signifikan atau relatif stabil
rata-rata tiap stasiun terjadi setelah melampaui tekanan
1700 db atau disebut sebagai lapisan dalam.
5 Journal of Marine and Aquatic Sciences

berdasarkan perubahan tekanan. Profil sebaran melintang


(horizontal) densitas perairan memiliki kelebihan dalam
menggambarkan distribusi densitas perairan berdasarkan
letak garis lintang (latitude) maupun berdasarkan garis
bujur (longitude). Pada penelitian ini, dapat dilihat titik
stasiun penelitian kira-kira terletak pada garis lintang 12-
10oS. Pada hasil penelitian dapat dilihat bahwa rata-rata
nilai densitas tiap stasiun pada permukaan perairan
berkisar antara 22 kg/m3 dan akan menurun seiring
bertambahnya tekanan atau kedalaman hingga densitas
berkisar antara 28 kg/m3. Sama dengan hasil persebaran
melintang suhu yaitu tidak terdapat suatu anomali
3(c)
perubahan densitas terjadi. Lapisan dengan fluktuasi
densitas yang sangat tinggi kira-kira terjadi pada tekanan
10-1000 db dengan kisaran fluktuasi antara 22-27 kg/m3.
Gambar 3. (a) Profil Sebaran Salinitas Permukaan Laut; Di bawah lapisan tersebut fluktuasi densitas tidak terjadi
(b) Profil Sebaran Menegak (Vertikal) secara signifikan melainkan peningkatan nilai densitas
Salinitas Perairan; (c) Profil Sebaran secara perlahan atau dapat dikatakan relatif stabil. Sebaran
Melintang (Horizontal) Salinitas Perairan. melintang (horizontal) densitas perairan sangat
dipengaruhi oleh arus kolom perairan, sehingga akan
3.3. Densitas membentuk sebuah pola aliran seperti gelombang dari satu
titik koordinat ke titik koordinat lainya.
Sebaran densitas permukaan air laut tiap stasiun (7,
8, 9, 10, dan 11) memiliki besaran yang relatif seragam 4(a)
yaitu berkisar antara 22-21,85 kg/m3 (Gambar 4(a)).
Densitas permukaan air laut dipengaruhi oleh pemanasan
radisasi sinar matahari, presipitas, run off yang bersasal
dari masukan air tawar dari daratan (Bishop, 1984).
Masing-masing stasiun penelitian terletak berjauhan dari
pantai, sehingga faktor yang mempengaruhi tinggi
redahnya densitas di permukaan perairan adalah
pemanasan yang berasal dari pancaran radiasi sinar
matahari, dan juga menyebabkan fluktuasi nilai densitas
tiap stasiun menjadi kecil atau hampir seragam.

Sebaran menegak (vertikal) densitas perairan tiap


stasiun (7, 8, 9, 10, dan 11) memiliki sebaran yang
bervariasi berdasarkan peningkatan tekanan (db)
4(b)
(Gambar 2(b)). Berdasarkan hasil pada gambar, dapat
dilihat bahwa densitas mengalami peningkatan seiring
dengan bertambahnya tekanan dan berbanding lurus
dengan salinitas namun berbanding terbalik dengan suhu
(Ross, 1970). Densitas atau masa jenis perairan memiliki
karakteristik daya tenggelam pada densitas tinggi,
sehingga air dengan densitas rendah akan naik ke atas
permukaan. Lapisan yang memiliki tingkat fluktuasi
densitas yang sangat tinggi yang disebut lapisan piknoklin
(pycnocline layer) pada tiap stasiun sangat beragam, kira-
kira dimulai dari tekanan 10-50 db dan berakhir pada
tekanan 1000 db. Nilai densitas pada lapisan ini berkisar
antara 22-27,4 kg/m3. Sama halnya dengan lapisan dalam
suhu dan salinitas, lapisan dalam densitas mengalami
fluktuasi atau peruabahan densitas yang tidak signifikan
(hampir seragam) seiring dengan bertambahnya
kedalaman.

Perbandingan persebaran densitas berdasarkan


peningkatan tekanan tiap stasiun (7, 8, 9, 10, dan 11) dapat
terlihat lebih jelas pada Gambar 4(c) yang disebut dengan
sebaran melintang (horizontal) densitas perairan
berdasarkan perubahan tekanan. Pada gambar akan
membentuk beberapa aliran seperti gelombang yang
menunjukkan persebaran salinitas secara horizontal

J. Mar. Aquat. Sci. 1: 1–7 (2017)


Gede Indra Putra Pratama 6

4(c)

Gambar 4. (a) Profil Sebaran Densitas Permukaan Laut; Gambar 5. Diagram T-S
(b) Profil Sebaran Menegak (Vertikal)
Densitas Perairan; (c) Profil Sebaran 4. Simpulan
Melintang (Horizontal) Densitas Perairan.
Berdasarkan hasil analisis penelitian suhu, salinitas,
3.4. Diagram T-S dan densitas perairan Samudera Hindia bagian Timur
(sebelah selatan Pulau Bali) serta hubungannya ketiga
Secara keseluruhan gambar diagram T-S di bawah parameter tersebut terhadap tekanan yang telah
(Gambar 5) berada pada rentang suhu 27,1oC dan digambarkan melalui diagram T-S, dapat disimpulkan
salinitas 34,8 psu ataupun berada pada nilai densitas bahwa sebaran suhu, salinitas, dan densitas perairan baik
(sigma-t) 21,8 dan 27,8 kg/m3. Seperti yang telah secara vertikal dan horizontal dibagi menjadi tiga lapisan,
dijelaskan pada sebelumnya densitas berbanding lurus yaitu lapisan permukaan, lapisan dengan perubahan suhu,
dengan tekanan dan kedalaman, jadi dapat digambarkan salinitas, dan densitas yang sangat signifikan (lapisan
pada digram T-S ini pula menggabarkan hubungan termoklin pada suhu, lapisan haloklin pada salinitas, dan
temperatur dan salinitas berdasarkan bertambahnya lapisan piknoklin pada densitas), serta lapisan perairan
tekanan atau kedalaman suatu perairan. Diagram T-S juga dalam. Diagram T-S dapat memperkirakan asal massa air
dapat memperkirakan asal massa air yang terdapat pada yang terdapat pada perairan tersebut, dimana massa air di
perairan tersebut. perairan tersebut berasal dari South Equator Water (SEW),
Subtropical Lower Water (SLW), dan Indian Ocean Deep
Pada stasiun 7 menggambarkan distribusi yang Water(IDW).
normal, dimana semakin besar densitas, tekanan atau
kedalaman akan menyebabkan temperatur semakin rendah Ucapan terimakasih
dan salinitas semakin tinggi. Hal ini sama dengan yang
terjadi pada stasiun 8, 9, 10, dan 11 pada umumnya. Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Namun yang paling jelas terlihat terdapat suatu anomali Maha Esa atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya,
adalah pada stasiun 11, kira-kita pada laju densitas sebesar penyusunan jurnal ini, dapat diselesaikan dengan baik.
26,5-26,8 kg/m3, yang mengalami penurunan salinitas Saya menyadari bahwa dalam proses penulisan jurnal ini
seiring dengan penurunan temperatur. banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan,
bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari
Berdasarkan data grafik T-S (Gambar 5), maka Tuhan Yang Maha Esa sehingga kendala-kendala yang
dapat dikatakan bahwa asal massa air di perairan bagian dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu kami
Timur Samudera Hindia (selatan Pulau Bali) terdiri dari menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
tiga massa air yaitu: 1) massa air lokal (South Equator kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
Water/SEW) yang menempati lapisan dari permukaan menyelesaikan jurnal ini, yakni terimakasih kepada dosen
sampai dengan tekanan 100 db dengan karakteristik pengampu praktikum mata kuliah Oseanografi Fisika
perairan dengan temperatur tertinggi; 2) massa air tipe Bapak Yulianto Sutedja, S.Kel, M.Si, teman-teman
Subtropical Lower Water (SLW) pada tekanan 500-1000 kelompok 4, dan seluruh teman-teman mahasiswa ilmu
db, dimana tercatat salinitas maksimum. Penjelasannya kelautan angkatan 2015, yang telah membimbing dan
dikemukakan oleh Wyrtki (1961) yang dalam membantu saya sehingga dapat menyelesaikan jurnal ini
penelitiannya menyebutkan bahwa massa air di bagian dengan baik, sekali lagi atas bimbingan dan bantuannya
timur laut Samudra Hindia, dengan posisi lintang 11 oS- saya ucapkan terimakasih.
4oN yang menunjukkan salinitas maksimum dengan nilai
34,6 – 36 PSU; dan 3) massa air Samudra Hindia pada Daftar Pustaka
lapisan dalam (Indian Ocean Deep Water/IDW), yaitu
terletak di bawah tekanan 1000 db dengan karakteristik Bishop, J. M. 1984. Aplied Oceanography. John Willey and
temperature minimum. Sons, Inc. New York. 252 p.
7 Journal of Marine and Aquatic Sciences

Fong, D. A. dan W. R. Geyer. 2001. Response of a River Plume Martono, Halimurrahman, R. Komarudin, Syarief, S. Priyanto &
During an Upwelling Favorable Wind Event. Journal of Nugraha, D. (2008). Studi Variabilitas Lapisan Atas
Geophysical Research-Ocean. 106(C1): 1067-1084. Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut.

Garrison, T. 2004. Essentials of Oceanography. Brooks/Cole, McPhaden, M. J., G. Meyers, K. Ando, Y. Masumoto, V. S. N.
Australia, 352 pp. Murty, M. Ravichandran, F. Syamsudin, J. Vialard, L. Yu,
and W. Yu. 2008. RAMA: The Research Moored Array for
Hickey, B. M., L. J. Pietrafesa. D. A. Jay and W. C. Boicourt. African-Asian-Australian Monsoon Analysis and
1998. The Colombia River Plume Study: Subtidal Prediction. Bull. Amer. Meteor. Soc. In press.
Variability in the Velocity and Salinity Fields. Journal of
Geophysical Research 103(C5): 10,339-10,368. Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta, 368 pp.

Kalangi, P. N. I. 2008. Struktur Salinitas di Perairan Pantai Ross, D. A. 1970. Introduction to Oceanography. Meredith
Muara Sungai Sario Manado. Pacific Journal 3(2): 195- Coorporation . USA.
199.
Svedrup, H. V, M. W Jhonson dan R. H. Fleming. 1946. The
Kalangi, P. N. I., K. W. A. Masengi, M. Iwata, F. P. T. Pangalila Oceans, Their Physic, Chemistry and General Biology.
dan I. F. Managi. 2012. Profil Salinitas dan Suhu di Teluk Prentice-Hall. Inc. Englewood. New York
Manado pada hari-hari Hujan dan Tidak Hujan. Jurnal
Perikanan dan Kelautan Tropis VIII(3): 90-93. Thurman H V. (1993). Essential of Oceanography. New York-
Oxford-Singapore-Sydney: Maxwell Macmillan
Kitoh, A. 2001. Effect of Orography on Land and Ocean Surface International.
Temperature. In: T. Matsuno and H. Kida (Editors), 14th
Toyota Conference. Present and Future of Modeling Global Wyrtki, K. (1961). Physical Oceanography of The Southeast
Environment Change: Toward Integrated Modeling. Asian Water. Naga Report (2). The University of California.
Terrapub, Mikkabi, Shizuoka, Japan, pp. 427-431. Scripps Institution of Oceanography. La Jolla, California.

Knauss, J. A. 1997. Introduction to Physical Oceanography. Xie, S. P., J. Hafner, Y. Tamimoto, W. T. Liu, H. Tokinaga and
Prentice Hall, Upper Sadle River. 309pp. H.Xu. 2005. Bathymetric Effect on the Winter Sea Surface
Temperature and Climate of the Yellow and East China
Laevastu, T. and M. L. Hayes. 1982. Fisheries Oceanography Seas. Geophysical Research Letters 29(24): 2228,
and Ecology. Fishing News Books, Farnham, 199 pp. doi:10.1029/2002GL015884.

J. Mar. Aquat. Sci. 1: 1–7 (2017)


© 2017 by the authors; licensee Udayana University, Indonesia. This article is an open access article distributed under the
terms and conditions of the Creative Commons Attribution license (http://creativecommons.org/licenses/by/3.0/).
Lampiran 1. Potential Density, Potential Temperature, dan Sound Speed

Stasiun 7 (pressure 3-100 db)


Stasiun 7 (pressure 4100-4167 db)
Stasiun 8 (pressure 2-100 db)
Stasiun 8 (pressure 3300-3355 db)
Stasiun 9 (pressure 2-100 db)
Stasiun 9 (pressure 3950-4010 db)
Stasiun 10 (pressure 2-100 db)
Stasiun 10 (pressure 4350-4408 db)
Stasiun 11 (pressure 1-100 db)
Stasiun 11 (pressure 3900-4000 db)
Lampiran 2. Arus Geostropik

Вам также может понравиться