Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
* Tel.: +62-823-408-414-33
Alamat e-mail: indraprat369@gmail.com
Abstract
Water characteristics are influenced by aquatic physics parameters, such as temperature, salinity, and density of seawater. This
becomes very important because these physical parameters play an important role for life in the waters. The temperature, salinity and
density of sea water are important physical parameters for life in the waters. This paper discusses the relationship of salinity,
temperature, and density of seawater to pressure in East Indian Ocean (beside south of Bali Island) that are known to have unique and
complex properties. The method used is the method of data analysis. Primary data used is data from CTD (Conductivity, Temperature,
and Depth). Data processing method using Ocean Data View (ODV) software. Data generated from measurements using CTD
(Conductivity, Temperature, Depth) is Sea-Bird SBE 9 Raw Data File uploaded on 12 September 2000 in format of .cnv. From the
graph generated from ODV it can be concluded that the density of sea water is directly proportional to pressure, depth, and also
salinity, but inversely proportional to temperature. Increasing salinity, depth and pressure result in density value of sea water will also
increase, while will decrease with increasing temperature or temperature vertically. For the horizontal distribution also has the same
result. On surface distribution, it is found that salinity, temperature, and density data of sea water at each station have a relatively
uniform value in each physical parameter. In the vertical and horizontal depths of the temperature, salinity, and density to pressure in
the waters can be classified into 3 categories of layers, are surface layers, layers with significant changes (thermocline for temperature
and haloclin for salinity), and coating Deep layer.
Abstrak
Karakteristik perairan dipengaruhi oleh parameter fisika perairan, diantaranya yaitu suhu, salinitas, dan densitas air laut. Hal ini
menjadi sangat penting karena parameter fisika tersebut sangat berperan penting bagi kehidupan di perairan. Suhu, salinitas dan
densitas air laut merupakan parameter fisika yang penting bagi kehidupan di perairan. Dalam jurnal ini dibahas mengenai hubungan
salinitas, suhu, dan densitas air laut terhadap tekanan di perairan Samudera Hindia bagian Timur (sebelah selatan Pulau Bali) yang
diketahui memiliki sifat unik dan kompleks. Metode yang digunakan adalah metode analisis data. Data primer yang digunakan
merupakan data dari CTD (Conductivity, Temperature, and Depth). Metode pengolahan data dengan menggunakan software Ocean
Data View (ODV). Data yang dihasilkan dari pengukuran dengan menggunakan CTD (Conductivity, Temperature, Depth) adalah Sea-
Bird SBE 9 Raw Data File yang di upload pada 12 September 2000 dalam format .cnv. Dari grafik yang dihasilkan dari ODV maka
dapat disimpulkan bahwa densitas air laut berbanding lurus dengan tekanan, kedalaman, dan juga salinitas, namun berbanding terbalik
dengan suhu. Semakin meningkat salinitas, kedalaman serta tekanan mengakibatkan nilai densitas air laut juga akan meningkat,
sedangkan akan menurun dengan meningkatnya suhu atau temperatur secara vertical. Untuk sebaran melintang juga memiliki hasil
yang sama. Pada sebaran permukaan, diperoleh bahwa data salinitas, suhu, dan densitas air laut pada masing-masing stasiun memiliki
nilai yang relatif seragam pada tiap parameter fisikanya. Pada sebaran menegak (vertikal) dan melintang (horizontal) suhu, salinitas,
dan densitas terhadap tekanan dalam perairan dapat digolongkan menjadi 3 kategori lapisan, yaitu lapisan permukaan, lapisan dengan
perubahan yang sangat signifikan (termokline untuk temperatur dan haloklin untuk salinitas), dan lapisan perairan dalam.
profil suhu di suatu perairan terbagi dalam tiga lapisan Semakin ke dalam, tekanan air laut akan semakin besar.
utama (Garrison, 2004). Pertama, lapisan permukaan yang Hal ini disebabkan oleh semakin besarnya gaya yang
tercampur sempurna (mixed layer), lapisan ini memiliki bekerja pada lapisan yang lebih dalam. Tekanan pada satu
karakteristik perairan yang hangat dan memiliki gradien kedalaman bergantung pada massa air yang berada di
suhu dengan kedalaman yang kecil. Kedua, lapisan atasnya. Persamaan yang digunakan untuk mengukur
termoklin (thermocline layer) yakni lapisan dengan harga kedalaman dari harga tekanan adalah persamaan
penurunan suhu yang mencolok atau dengan kata lain hidrostatis, yaitu dp=ρ.g.dh, dimana dp=perubahan
lapisan yang memiliki gradien suhu yang besar, yaitu tekanan, ρ=densitas air laut, g=percepatan gravitasi, dan
sekitar 0,1 oC/m (Nontji, 1987). Terakhir, lapisan dalam dh=perubahan kedalaman (Thurman, 1993).
(deep layer) yang memiliki suhu yang rendah tetapi
relative konstan pada 4 oC. Perairan Samudera Hindia mempunyai sifat yang
unik dan kompleks karena dinamika perairannya
Sebaran salinitas secara horizontal dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh sistem angin muson dan sistem angin
pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan, dan air sungai pasat, tidak seperti perairan Samudera Pasifik dan Atlantik
yang bermuara ke laut (Fong dan Geyer, 2001; Kalangi, yang hanya dipengaruhi oleh sistem angin pasat saja. Para
2008; Kalangi dkk., 2012). Pengaruh air sungai ahli berpendapat bahwa Samudera Hindia mempunyai
menyebabkan variasi salinitas di perairan dekat pantai peran yang penting dalam iklim dunia. Samudera Hindia
lebih besar dibandingkan dengan perairan laut lepas yang terletak di antara benua Asia dan Australia diketahui
(Garrison, 2004; Hickey et al., 1998). Salinitas di perairan memiliki fluktuasi intra-seasonal, semi-annual, dan juga
dekat pantai dapat berkisar dari 0-33 ppt tergantung pada annual (McPhaden et al., 2008). Di perairan ini terdapat
volume air sungai yang dialirkan. Secara vertikal, nilai beberapa fenomena oseanografi yang mempunyai
salinitas akan semakin besar dengan bertambahnya pengaruh penting tidak hanya dalam masalah oseanografi
kedalaman tetapi perubahan tersebut tidak linier. Kolom tetapi juga dalam masalah atmosfer. Fenomena ini antara
perairan dapat dibagi atas tiga lapisan, yakni a) lapisan lain Indian Ocean Dipole (IOD), upwelling, Arus
permukaan tercampur sempurna, ketebalan 50-100 m, dan Katulistiwa Selatan (AKS), Arus Pantai Jawa (APJ), Arus
memiliki nilai salinitas yang seragam; b) lapisan dengan Lintas Indonesia (ARLINDO) dan eddy (Martono dkk.,
perubahan salinitas relatif besar, yang disebut dengan 2008).
lapisan haloklin; dan c) lapisan dengan nilai salinitas yang
seragam, berada di bawah lapisan haloklin hingga ke Berdasarkan pemaparan tersebut, maka perlu
lapisan dasar laut (Garrison, 2004). dilakukan suatu analisis karakteristik perairan Samudera
Hindia dengan menggunakan parameter temperature,
Densitas air laut disebut sebagai sigma-t, yang salinitas, dan densitas air laut pada perairan tersebut.
diperoleh dari hasil pengukuran suhu, tekanan, dan
salinitas. Nilai densitas air laut berkisar dari 1,020-1,030 2. Metode Penelitian
g/cm3 dengan perubahan terbesar terjadi dilapisan
permukaan dan dekat pantai. Densitas permukaan 2.1. Lokasi Penelitian
berkurang karena adanya pemanasan, presipitasi, run-off
dari daratan, dan akan meningkat dengan terjadinya Lokasi penelitian terletak pada Samudera Hindia
evaporasi dan penurunan suhu permukaan (Bishop, 1984). bagian Timur, tepatnya sebelah selatan Pulau Bali. Lokasi
Perubahan densitas air laut secara vertikal terjadi dengan penelitian ditentukan dengan menggunakan Sea-Bird SBE
adanya perubahan kedalaman perairan, dan perubahan 9 Raw Data File. Penentuan lokasi penelitian dengan
secara horizontal yang disebabkan oleh arus. Distribusi meng-import data 7, 8, 9, 10, dan 11. Sehingga dapat
densitas berkaitan dengan karakteristik arus dan daya dilihat pada Gambar 1. posisi dan jarak tiap stasiun
tenggelam suatu massa air yang berdensitas tinggi pada menuju ke arah selatan (sedikit ke arah tenggara) atau
lapisan permukaan ke kedalaman tertentu. Sebaran bagian Utara Benua Australia.
densitas secara vertikal ditentukan oleh proses
pencampuran dan pengangkatan massa air. Perubahan
salinitas dan suhu sangat mempengaruhi densitas suatu
perairan. Ross (1970), menyatakan bahwa densitas
ditentukan oleh indeks antara tiga variable, yaitu salinitas,
suhu, dan tekanan. Secara umum, densitas meningkat
dengan meningkatnya salinitas, tekanan atau kedalaman
serta menurunnya suhu. Selanjutnya Sverdup et al. (1946)
menyatakan bahwa densitas air laut bergantung pada
perubahan suhu dan salinitas serta semua proses yang
mengakibatkan berubahnya suhu dan salinitas.
2.2. Pengolahan Data terlihat lebih jelas pada Gambar 2(c) yang disebut dengan
sebaran melintang (horizontal) suhu perairan berdasarkan
Metode pengolahan data dengan menggunakan perubahan tekanan. Pada gambar akan membentuk
software Ocean Data View (ODV). Data yang dihasilkan beberapa aliran seperti gelombang yang menunjukkan
dari pengukuran dengan menggunakan CTD persebaran suhu secara horizontal berdasarkan perubahan
(Conductivity, Temperature, Depth) adalah Sea-Bird SBE tekanan. Profil sebaran melintang (horizontal) suhu
9 Raw Data File yang di upload pada 12 September 2000 perairan memiliki kelebihan dalam menggambarkan
dalam format .cnv, kemudian kelima data (7, 8, 9, 10, dan distribusi suhu perairan berdasarkan letak garis lintang
11) diimpor dan di-import ke program Ms. Excel (latitude) maupun berdasarkan garis bujur (longitude).
menghasilkan output data dengan tipe file txt, kemudian Pada penelitian ini, dapat dilihat titik stasiun penelitian
dilanjutkan dengan mengimpor data tersebut kedalam kira-kira terletak pada garis lintang 12-10 oS. Seperti pada
software ODV (Ocean Data View) versi 4.3. Data tersebut sebaran menegak (vertikal) suhu perairan, pada tekanan 0-
dibuat transek sejajar dari utara ke selatan (sedikit ke arah 50 db mengalami penurunan suhu yang kecil yaitu
tenggara). Output dari pengolahan dengan ODV berupa berkisar antara 27-26 oC disebut dengan lapisan
profil sebaran permukaan, melintang, dan menegak (suhu, permukaan (mixed layer), pada tekanan 50-1000 db
salinitas, dan densitas) dalam format .jpg. Kemudian mengalami penurunan suhu yang sangat signifikan yaitu
derive data potential density anomaly, potential berkisar antara 26-5 oC disebut dengan lapisan termoklin
temperature, dan sound speed, dilanjutkan dengan eksport (thermocline layer), dan pada tekanan 1000-4000 db
dalam format .txt. Tahap selanjutnya membuat diagram T- kembali mengalami penurunan suhu yang kecil dan relatif
S, dengan mengubah axis x menjadi salinitas dan axis y konstan yaitu berkisar antara 9-1,5 oC disebut dengan
menjadi potential temperature, dilanjutkan dengan lapisan dalam (deep layer).
isopycnal data dan simpan data dalam format .jpg.
Terakhir menghitung arus geostropik melalui menu 2(a)
Geostrofik Flow pada toolbar Tools, kemudian eksport
dalam format .txt.
3.1. Suhu
4(c)
Gambar 4. (a) Profil Sebaran Densitas Permukaan Laut; Gambar 5. Diagram T-S
(b) Profil Sebaran Menegak (Vertikal)
Densitas Perairan; (c) Profil Sebaran 4. Simpulan
Melintang (Horizontal) Densitas Perairan.
Berdasarkan hasil analisis penelitian suhu, salinitas,
3.4. Diagram T-S dan densitas perairan Samudera Hindia bagian Timur
(sebelah selatan Pulau Bali) serta hubungannya ketiga
Secara keseluruhan gambar diagram T-S di bawah parameter tersebut terhadap tekanan yang telah
(Gambar 5) berada pada rentang suhu 27,1oC dan digambarkan melalui diagram T-S, dapat disimpulkan
salinitas 34,8 psu ataupun berada pada nilai densitas bahwa sebaran suhu, salinitas, dan densitas perairan baik
(sigma-t) 21,8 dan 27,8 kg/m3. Seperti yang telah secara vertikal dan horizontal dibagi menjadi tiga lapisan,
dijelaskan pada sebelumnya densitas berbanding lurus yaitu lapisan permukaan, lapisan dengan perubahan suhu,
dengan tekanan dan kedalaman, jadi dapat digambarkan salinitas, dan densitas yang sangat signifikan (lapisan
pada digram T-S ini pula menggabarkan hubungan termoklin pada suhu, lapisan haloklin pada salinitas, dan
temperatur dan salinitas berdasarkan bertambahnya lapisan piknoklin pada densitas), serta lapisan perairan
tekanan atau kedalaman suatu perairan. Diagram T-S juga dalam. Diagram T-S dapat memperkirakan asal massa air
dapat memperkirakan asal massa air yang terdapat pada yang terdapat pada perairan tersebut, dimana massa air di
perairan tersebut. perairan tersebut berasal dari South Equator Water (SEW),
Subtropical Lower Water (SLW), dan Indian Ocean Deep
Pada stasiun 7 menggambarkan distribusi yang Water(IDW).
normal, dimana semakin besar densitas, tekanan atau
kedalaman akan menyebabkan temperatur semakin rendah Ucapan terimakasih
dan salinitas semakin tinggi. Hal ini sama dengan yang
terjadi pada stasiun 8, 9, 10, dan 11 pada umumnya. Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Namun yang paling jelas terlihat terdapat suatu anomali Maha Esa atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya,
adalah pada stasiun 11, kira-kita pada laju densitas sebesar penyusunan jurnal ini, dapat diselesaikan dengan baik.
26,5-26,8 kg/m3, yang mengalami penurunan salinitas Saya menyadari bahwa dalam proses penulisan jurnal ini
seiring dengan penurunan temperatur. banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan,
bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari
Berdasarkan data grafik T-S (Gambar 5), maka Tuhan Yang Maha Esa sehingga kendala-kendala yang
dapat dikatakan bahwa asal massa air di perairan bagian dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu kami
Timur Samudera Hindia (selatan Pulau Bali) terdiri dari menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
tiga massa air yaitu: 1) massa air lokal (South Equator kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
Water/SEW) yang menempati lapisan dari permukaan menyelesaikan jurnal ini, yakni terimakasih kepada dosen
sampai dengan tekanan 100 db dengan karakteristik pengampu praktikum mata kuliah Oseanografi Fisika
perairan dengan temperatur tertinggi; 2) massa air tipe Bapak Yulianto Sutedja, S.Kel, M.Si, teman-teman
Subtropical Lower Water (SLW) pada tekanan 500-1000 kelompok 4, dan seluruh teman-teman mahasiswa ilmu
db, dimana tercatat salinitas maksimum. Penjelasannya kelautan angkatan 2015, yang telah membimbing dan
dikemukakan oleh Wyrtki (1961) yang dalam membantu saya sehingga dapat menyelesaikan jurnal ini
penelitiannya menyebutkan bahwa massa air di bagian dengan baik, sekali lagi atas bimbingan dan bantuannya
timur laut Samudra Hindia, dengan posisi lintang 11 oS- saya ucapkan terimakasih.
4oN yang menunjukkan salinitas maksimum dengan nilai
34,6 – 36 PSU; dan 3) massa air Samudra Hindia pada Daftar Pustaka
lapisan dalam (Indian Ocean Deep Water/IDW), yaitu
terletak di bawah tekanan 1000 db dengan karakteristik Bishop, J. M. 1984. Aplied Oceanography. John Willey and
temperature minimum. Sons, Inc. New York. 252 p.
7 Journal of Marine and Aquatic Sciences
Fong, D. A. dan W. R. Geyer. 2001. Response of a River Plume Martono, Halimurrahman, R. Komarudin, Syarief, S. Priyanto &
During an Upwelling Favorable Wind Event. Journal of Nugraha, D. (2008). Studi Variabilitas Lapisan Atas
Geophysical Research-Ocean. 106(C1): 1067-1084. Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut.
Garrison, T. 2004. Essentials of Oceanography. Brooks/Cole, McPhaden, M. J., G. Meyers, K. Ando, Y. Masumoto, V. S. N.
Australia, 352 pp. Murty, M. Ravichandran, F. Syamsudin, J. Vialard, L. Yu,
and W. Yu. 2008. RAMA: The Research Moored Array for
Hickey, B. M., L. J. Pietrafesa. D. A. Jay and W. C. Boicourt. African-Asian-Australian Monsoon Analysis and
1998. The Colombia River Plume Study: Subtidal Prediction. Bull. Amer. Meteor. Soc. In press.
Variability in the Velocity and Salinity Fields. Journal of
Geophysical Research 103(C5): 10,339-10,368. Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta, 368 pp.
Kalangi, P. N. I. 2008. Struktur Salinitas di Perairan Pantai Ross, D. A. 1970. Introduction to Oceanography. Meredith
Muara Sungai Sario Manado. Pacific Journal 3(2): 195- Coorporation . USA.
199.
Svedrup, H. V, M. W Jhonson dan R. H. Fleming. 1946. The
Kalangi, P. N. I., K. W. A. Masengi, M. Iwata, F. P. T. Pangalila Oceans, Their Physic, Chemistry and General Biology.
dan I. F. Managi. 2012. Profil Salinitas dan Suhu di Teluk Prentice-Hall. Inc. Englewood. New York
Manado pada hari-hari Hujan dan Tidak Hujan. Jurnal
Perikanan dan Kelautan Tropis VIII(3): 90-93. Thurman H V. (1993). Essential of Oceanography. New York-
Oxford-Singapore-Sydney: Maxwell Macmillan
Kitoh, A. 2001. Effect of Orography on Land and Ocean Surface International.
Temperature. In: T. Matsuno and H. Kida (Editors), 14th
Toyota Conference. Present and Future of Modeling Global Wyrtki, K. (1961). Physical Oceanography of The Southeast
Environment Change: Toward Integrated Modeling. Asian Water. Naga Report (2). The University of California.
Terrapub, Mikkabi, Shizuoka, Japan, pp. 427-431. Scripps Institution of Oceanography. La Jolla, California.
Knauss, J. A. 1997. Introduction to Physical Oceanography. Xie, S. P., J. Hafner, Y. Tamimoto, W. T. Liu, H. Tokinaga and
Prentice Hall, Upper Sadle River. 309pp. H.Xu. 2005. Bathymetric Effect on the Winter Sea Surface
Temperature and Climate of the Yellow and East China
Laevastu, T. and M. L. Hayes. 1982. Fisheries Oceanography Seas. Geophysical Research Letters 29(24): 2228,
and Ecology. Fishing News Books, Farnham, 199 pp. doi:10.1029/2002GL015884.