Вы находитесь на странице: 1из 2

ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad

renik atau bakteri, virus maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru. ISPA merupakan
suatu penyakit yang terbanyak dan tersering diderita oleh balita karena sistem pertahanan tubuh
masih rendah.

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara
berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan angka
kematian karena ISPA khususnya pneumonia, terutama pada balita. Berdasarkan laporan World
Health Organization (WHO) tahun 2005 menyatakan kematian balita akibat pneumonia di seluruh
dunia sekitar 19% atau berkisar 1,6–2,2 juta, di mana sekitar 70% terjadi di negara-negara
berkembang terutama di Afrika dan Asia Tenggara.

Indonesia menduduki peringkat ke-6 di dunia untuk kasus pneumonia pada balita pada tahun 2006
dengan jumlah penderita mencapai enam juta jiwa. Laporan Direktorat Jenderal Pencegahan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Ditjen P2M-PLP) Depkes RI tahun 2007
menyebutkan dari 31 provinsi ditemukan 477.429 balita dengan pneumonia atau 21,52% dari jumlah
seluruh balita di Indonesia. Proporsinya 35,02% pada usia di bawah satu tahun dan 64,97% pada usia
satu hingga empat tahun (Djelantik, 2008).

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2001, kematian balita akibat pneumonia 5
per 1000 balita per tahun. Pneumonia menyebabkan kematian lebih dari 100.000 balita setiap tahun
atau hampir 300 balita setiap hari atau 1 balita setiap 5 menit Tingginya mortalitas balita karena
pneumonia menyebabkan penanganan penyakit pneumonia menjadi sangat penting artinnya.

Pneumonia masih banyak dialami oleh balita di Indonesia yaitu 21,52% dari jumlah seluruh balita di
Indonesia dengan prevalensi paling banyak usia 1-4 tahun. Angka mortalitas pneumonia pada balita
juga masih tinggi. Data SKRT tahun 1995 menunjukkan bahwa 20,9% kematian bayi disebabkan oleh
pneumonia dan merupakan penyebab kematian nomor dua pada bayi. Sedangkan pada anak balita
21,9% kematiannya disebabkan oleh pneumonia dan merupakan penyebab kematian nomor satu
dari semua penyebab kematian pada anak balita.

a. Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur < 2 bulan

i. Pneumonia berat, adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau
lebih.

ii. Bukan Pneumonia, batuk pilek biasa.

b. Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur 2 bulan – < 5 tahun

i. Pneumonia berat, adanya nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah.

ii. Pneumonia, bila disertai nafas cepat, usia 2 bulan – <1 tahun 50 kali per menit, untuk usia 1 tahun
- <5 tahun 40 kali per menit.

iii. Bukan pneumonia, batuk pilek biasa tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan
tidak ada nafas cepat.

Pada penderita pneumonia perlu dilakukan pencegahan sekunder dan tersier.


Pencegahan sekunder sebagai upaya untuk membuat orang yang telah sakit agar sembuh,
menghambat progresifitas penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan.
Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat sehingga dapat mencegah
meluasnya penyakit dan terjadinya komplikasi. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:

a. Pneumonia berat : dirujuk ke rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral dan penambahan
oksigen, serta obati demam dan wheezing jika ada.

b. Pneumonia : diberikan antibiotik kotrimoksasol oral atau amoksilin, obati demam dan wheezing
jika ada.

c. Bukan Pneumonia : perawatan di rumah saja. Tidak diberikan terapi antibiotik. Obati demam dan
wheezing jika ada. Bersihkan hidung pada anak yang mengalami pilek dengan menggunakan
lintingan kapas yang diolesi air garam. Jika anak mengalami nyeri tenggorokan, beri amoksisilin dan
dipantau selama 5 hari ke depan.

Pencegahan Tertier adalah mencegah agar tidak munculnya penyakit lain atau kondisi lain yang akan
memperburuk kondisi balita, mengurangi kematian serta usaha rehabilitasinya. Pada pencegahan
tingkat ini dilakukan upaya untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut seperti perawatan dan
pengobatan.

Upaya yang dilakukan dapat berupa:

a. Melakukan perawatan yang ekstra pada balita di rumah, beri antibiotik selama 5 hari, anjurkan ibu
untuk tetap kontrol bila keadaan anak memburuk.

b. Bila anak bertambah parah, maka segera bawa ke sarana kesehatan terdekat agar penyakit tidak
bertambah berat dan tidak menimbulkan kematian.

Вам также может понравиться