Вы находитесь на странице: 1из 8

Vol. 3 No.

01 Juni 2017

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA KONSTRUKSI


TERHADAP PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008
DI PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI

Henny Yunita1
Anton Soekiman2

Mahasiswa Magister Teknik Sipil1,


Kepala Program Doktor dan Magister Teknik Sipil2
1,2
Universitas Katolik Parahyangan
Email: henny_0506@yahoo.co.id1, antonsoekiman@yahoo.com2

Abstract

Infrastructure development in many areas in indonesia appear as demonstrate the seriousness of the
government in increasing its capacity and capabilities budget.The form of the seriousness of the government
can also be seen from trend the realization budget infrastructure that increased by 120 percent of the
budget infrastructure 2010. Meanwhile, the era asean economic community (MEA) also emerge as another
challenge to cope service industry indonesian construction. Hence, the company construction services are
required to have always been able to produce products quality. The project owner require contractors
who was elected must have a system to ensure that every stage activity his project implemented as
planned the project, a system that is known as a quality management system (SMM) ISO 9001: 2008 with
trust and satisfaction construction users is one benefit can be felt and up to now there are about 1.196
contractors who have applied (SMM) ISO 9001:2008. For it , need to study how the level of satisfaction users
construction against the implementation of SMM ISO 9001: 2008 and factors priority anything that needs
to be repaired with increased. So that it can be known how performance the application of SMM ISO 9001:
2008 that is in contractors now. Based on the calculation of Customers Satisfaction Index (CSI), indicates
that users construction in the water resources scope of work are satisfy to SMM ISO 9001: 2008 that had
been implemented by contractors by index satisfaction of 72.05%. Meanwhile, based on diagram kartesius
Importance Performance Analysis (IPA), speed in responding to demand the project owner, timeliness of
completion of projects and the speed resolve the current shortage of handover become priority indicators
that need to be improved in order to achieve better customers satisfaction.

Keywords: construction, construction quality assurance, ISO 9001:2008, construction users satis

Abstrak

Pembangunan infrastruktur di berbagai daerah di Indonesia muncul sebagai wujud nyata keseriusan
pemerintah dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas konstruksinya. Bentuk keseriusan pemerintah
juga terlihat dari trend realisasi anggaran infrastruktur yang mengalami peningkatan sebesar 120% dari
anggaran infrastruktur tahun 2010. Sementara itu, berlakunya era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) juga
muncul sebagai tantangan lain yang harus dihadapi industri jasa konstruksi Indonesia. Oleh karena itu,
perusahaan jasa konstruksi dituntut untuk selalu mampu menghasilkan produk yang bermutu. Pemilik
proyek mewajibkan kontraktor yang terpilih harus memiliki suatu sistem yang mampu menjamin bahwa
setiap tahapan aktivitas proyeknya dilaksanakan sesuai rencana mutu proyek, sistem itulah yang dikenal
dengan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008 dengan kepercayaan serta kepuasan pengguna jasa
konstruksi menjadi salah satu manfaat yang dapat dirasakan dan sampai dengan saat ini sudah terdapat
sekitar 1.196 kontraktor yang telah menerapkan SMM ISO 9001:2008. Untuk itu, perlu diteliti bagaimana
tingkat kepuasan pengguna jasa konstruksi terhadap penerapan SMM ISO 9001:2008 dan faktor prioritas
apa saja yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Sehingga dapat diketahui bagaimana kinerja penerapan
SMM ISO 9001:2008 yang ada di perusahaan jasa konstruksi saat ini. Berdasarkan Perhitungan Customers
Satisfaction Index (CSI) menunjukkan bahwa pengguna jasa konstruksi pada lingkup pekerjaan bidang
Sumber Daya Air sudah merasa puas terhadap SMM ISO 9001:2008 yang sudah diterapkan oleh perusahaan
jasa konstruksinya yang dibuktikan dengan indeks kepuasan sebesar 72.05%. Sementara itu, berdasarkan
diagram Kartesius Importance Performance Analysis (IPA), kecepatan dalam merespon permintaan pemilik
proyek, ketepatan waktu penyelesaian proyek dan kecepatan menyelesaikan kekurangan pada saat serah
terima hasil pekerjaan menjadi indikator prioritas yang perlu ditingkatkan demi mencapai kepuasan
pengguna jasa yang lebih baik lagi.

Kata Kunci: konstruksi, jaminan kualitas konstruksi, ISO 9001:2008, kepuasan pengguna konstrksi,
importance performance analysis (IPA)

JURNAL INFRASTRUKTUR 1-1


Vol. 3 No. 01 Juni 2017

1. PENDAHULUAN pengguna jasa konstruksi terhadap penerapan SMM


ISO 9001:2008 dan faktor prioritas apa saja yang
Di Indonesia, pembangunan infrastruktur di berbagai perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Sehingga dapat
daerah muncul sebagai wujud nyata keseriusan diketahui bagaimana kinerja penerapan SMM ISO
pemerintah dalam meningkatkan kapasitas dan 9001:2008 yang ada di perusahaan jasa konstruksi
kapabilitas konstruksi untuk menjadi pondasi saat ini.
pembangunan ekonomi nasional. Data Badan Pusat
Statistik menyatakan bahwa peningkatan yang 2. TINJAUAN PUSTAKA
terjadi ini terlihat dari capaian kontribusi sektor jasa
konstruksi nasional terhadap Pendapatan Domestik 2.1. Pengertian Pelayanan
Bruto (PDB) yang mengalami peningkatan sejak
tahun 2009-2013 dengan rata-rata peningkatan Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999
sebesar 6.81% pertahun, sehingga di tahun 2013 tentang Jasa Konstruksi, disebutkan bahwa Jasa
mencapai sekitar 182 triliun rupiah dengan rata- konstruksi merupakan layanan jasa yang mencakup
rata kontribusi sebesar 6.49%. Peningkatan volume layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan
pembangunan ini juga terlihat dari trend realisasi konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan
anggaran infrastruktur pada APBN yang mana pada konstruksi dan layanan jasa konsultansi pengawasan
tahun 2015, realisasi anggaran infrastruktur pada pekerjaan konstruksi.
APBN mencapai nilai sebesar 189.7 triliun rupiah,
Kotler (1994) dalam Putra (2011) mendefinisikan:
nilai ini mengalami peningkatan sebesar 103.7 triliun
“A service is any act performance that one party
rupiah atau naik sebesar 120% bila dibandingkan
can offer to another that is essentially intangible
dengan anggaran infrastruktur tahun 2010 yang
and does not result in the ownership of anything.
hanya sebesar 86 triliun rupiah.
Its production may or may not be tied to physical
Berlakunya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) product. Pengertian lainnya dikemukakan oleh
sejak akhir Desember 2015 muncul sebagai Gronroos (1990): “A service is an activity or series of
tantangan lain yang harus dihadapi industri jasa acivities of more or less intangible nature normally,
konstruksi Indonesia. Industri jasa konstruksi but not necessarily, take place interaction between
Indonesia dituntut harus tetap berupaya menjaga the customer and service employee and/or physical
dan meningkatkan mutu produk dan jasa resource or goods and/or systems of the service
konstruksi agar tidak ditinggalkan oleh pengguna provider, which are provided as solution to customer
jasanya. Proyek konstruksi dikatakan bermutu, problems.
apabila terdapat jaminan dari kontraktor bahwa
Pengertian di atas menjelaskan bahwa dalam
proyek yang dilaksanakan akan tepat waktu,
kegiatan pelayanan terkandung suatu kondisi
sesuai spesifikasi teknis serta adanya jaminan
atau keterampilan keahlian di bidang tertentu.
kesehatan dan keselamatan kerja dan untuk
Berdasarkan keterampilan dan keahlian tersebutlah,
mewujudkan hal tersebut serta untuk menjamin
pihak yang melayani mempunyai posisi atau nilai
konsistensi pelaksanaan proyeknya pemilik proyek
lebih dalam kecakapan tertentu sehingga mampu
mempersyaratkan kontraktor yang terpilih harus
memberikan bantuan dalam menjelaskan suatu
memiliki suatu sistem yang mampu menjamin
keperluan, kebutuhan individu atau perusahaan dan
bahwa setiap tahapan aktivitas proyeknya akan
pelayanan dinilai memuaskan bila perusahaan dapat
dilaksanakan sesuai rencana mutu proyek. Sistem
memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggannya.
itulah yang lebih dikenal dengan Sistem Manajemen
Mutu (SMM) ISO 9001:2008). 2.2. Teori Kepuasan

Pemilik proyek selaku pengguna jasa baik dari Kepuasan pemilik proyek konstruksi selaku
pihak pemerintah maupun perusahaan swasta akan pelanggan bergantung pada kualitas produk
mensyaratkan bukti adanya penerapan Sistem dan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan
Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008 dalam jasa konstruksinya (kontraktor) oleh karena itu,
persyaratan tender karena ketepatan memilih kepuasan pemilik proyek merupakan prioritas paling
kontraktor akan mempengaruhi baik buruknya utama sehingga perusahaan jasa konstruksi dituntut
kinerja proyek. Sementara itu, penerapan SMM untuk selalu dapat menerapkan prinsip fokus pada
berbasiskan ISO 9001:2008 di perusahaan jasa pelanggan.
konstruksi sudah menjadi prioritas utama mengingat
penerapannya sendiri telah menjadi kebijakan Kotler (2002) dalam Sumaga (2013) menyatakan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan bahwa kepuasan dinyatakan sebagai perasan
Rakyat sejak tahun 2001 dengan tujuan untuk senang atau kecewa seseorang yang muncul
mengupayakan dan mewujudkan kualitas produk setelah membandingkan antara persepsi/kesannya
hasil pekerjaan konstruksi yang sesuai harapan terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk/jasa dan
dan kebutuhan pengguna jasa atau pemilik proyek harapan-harapannya, sehingga hubungannya dapat
(Mulia, 2011). menghasilkan persamaan:

Untuk itu, perlu diteliti bagaimana tingkat kepuasan

1-2 JURNAL INFRASTRUKTUR


Vol. 3 No. 01 Juni 2017

standar meliputi standar pengelolaan sumber daya,


realisasi produk, pengukuran dan evaluasi serta
sistem dokumentasi.

..........................................(1) Gaspersz (2002) dalam Santosa (2013) menjelaskan


beberapa manfaat dari penerapan SMM ISO
2.3. Metode Pengukuran Tingkat Kepuasan 9001:2008 yang salah satunya adalah mampu
meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan
Secara teknis kepuasan pengguna jasa konstruksi melalui jaminan kualitas yang terorganisasi dan
dinilai dalam bentuk angka dan dalam dunia sistematik melalui proses pemenuhan persyaratan
konstruksi kepuasan konsumen menjadi salah satu SMM ISO 9001:2008 yang tertuang dalam 8 bentuk
indikator keberhasilan proyek. Salah satu metode klausul meliputi:
pengukuran yang digunakan untuk mengetahui
tingkat kepuasan pengguna jasa adalah metode A. Klausul 1, mengenai ruang lingkup
Customer Satisfaction Index (CSI) atau indeks
kepuasan pengguna jasa dengan hasil perhitungan B. Klausul 2, mengenai acuan normatif
berupa angka yang menunjukkan indeks kepuasan
pengguna jasa konstruksi terhadap penerapan SMM C. Klausul 3, mengenai istilah dan definisi
ISO 9001:2008 di perusahaan jasa konstruksi.
D. Klausul 4, mengenai sistem manajemen mutu
2.4. Pengertian Mutu
E. Klausul 5, mengenai tanggung jawab manajemen
Mutu atau yang sering disebut kualitas memiliki
F. Klausul 6, mengenai pengelolaan sumber daya
makna yang berlainan bagi setiap orang karena
memiliki banyak kriteria yang berubah secara terus G. Klausul 7, mengenai realisasi produk
menerus. Definisi kualitas dalam konstruksi sangat
sulit ditentukan karena terdapat keunikan metode H. Klausul 8, mengenai pengukuran, pemantauan,
konstruksi, produk dan tenaga kerja yang terlibat analisis dan perbaikan
Tabel 1. Penjelasan Definisi Kualitas Dalam
Industri Konstruksi

di dalamnya. Salah satu konsep mutu yang sering 3. METODE PENELITIAN


digunakan dalam dunia konstruksi disampaikan oleh
Arditi dan Gunaydin (1997), yang mendefinisikan Penelitian ini dilakukan berdasarkan 6 tahapan
mutu dalam industri konstruksi Tabel 1 sebagai sistematis yang terdiri dari:
proses.
3.1. Tahap Perumusan Masalah
2.5. Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO
9001:2008 Pada penelitian ini permasalahan yang menjadi dasar
penelitian adalah bagaimana kinerja perusahaan
ISO 9001:2008 muncul sebagai salah satu standar jasa konstruksi yang telah menerapkan SMM
yang paling dikenal dari seri ISO 9000 yang ISO 9001:2008 berdasarkan pencapaian tingkat
mensyaratkan sebuah organisasi agar memiliki kepuasan pengguna jasanya.

JURNAL INFRASTRUKTUR 1-3


Vol. 3 No. 01 Juni 2017

3.2. Tahap Kajian Pustaka dengan klausul 8 seperti yang ada pada Tabel 2.

Kajian pustaka dilakukan dengan mengumpulkan 3.4. Tahap Penyusunan dan Penyebaran
berbagai literatur terkait kinerja proyek konstruksi, Kuesioner
implementasi SMM ISO 9001:2008 pada perusahaan
jasa konstruksi, aspek pengendalian mutu konstruksi Kuesioner disusun dalam format structured
serta kepuasan pengguna jasa konstruksi. questions dan penyebaran dilakukan di Satuan Kerja
(Satker) Pelaksanaan Jaringan Sumber Air, Balai
3.3. Tahap Identifikasi Variabel dan Indikator Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane
dengan skor kepuasan dan kepentingan pengguna
Pada tahapan ini dilakukan identifikasi variabel jasa dijelaskan pada Tabel 3.
dan indikator yang didasarkan pada hasil-hasil
penelitian terdahulu yang relevan yang kemudian Pada penelitian ini uji validitas yang dilakukan adalah
dikelompokkan berdasarkan persyaratan SMM ISO uji validitas konstruksi (construct validity) dengan
9001:2008 yang dimulai dari klausul 4 sampai menghitung korelasi Pearson Product Moment.
Tabel 2. Persyaratan SMM ISO 9001:2008

1-4 JURNAL INFRASTRUKTUR


Vol. 3 No. 01 Juni 2017

Target responden adalah sebanyak 14 (empat belas) Keterangan:


Tabel 3. Skor Penilaian
N : Jumlah responden

Yi : Nilai kepentingan faktor ke-i

Xi : Nilai kinerja faktor ke-i

B. Membuat Weight Factor (WF), bobot ini merupakan


presentase nilai MIS per atribut terhadap total
MIS seluruh atribut.
orang responden yang terdiri dari pihak-pihak yang
memiliki pengetahuan dan pengalaman bekerjasama
dengan kontraktor yang telah bersertifikasi SMM .............................(5)
ISO 9001:2008 dan pernah melaksanakan proyek
infrastruktur pemerintah. Keterangan:

3.5. Tahap Analisis dan Pembahasan p : Jumlah atribut kepentingan

Analisis data dilakukan dengan menggunakan dua i : Faktor pelayanan ke-i


metode, yang pertama adalah metode Customer
Satisfaction Index (CSI) atau dalam Bahasa a. Membuat Weighting Score, bobot ini merupakan
Indonesia disebut dengan metode Indeks Kepuasan perkalian antara Weight Factor (Wf) dengan
Pengguna (IKP). Sementara itu, metode kedua yang rata-rata tingkat kepuasan MSS.
digunakan adalah metode Importance Performance
Analysis (IPA). CSI dihitung dengan menggunakan WSi = Wfi x MSSi .............................(6)
rumus:
Keterangan:
Perhitungan keseluruhan CSI menurut Bhote
i : Atribut pelayanan
..........................................(2)
b. Menentukan CSI. Skala kepuasan pelanggan
yang umum dipakai dalam interpretasi indek
(1996) diilustrasikan pada Tabel 4. Nilai rata-rata
adalah skala nol sampai satu atau nol sampai
pada kolom kepentingan (I) dijumlahkan sehingga
seratus.
diperoleh Y dan juga hasil kali I dengan P pada
kolom skor (S) dijumlahkan dan diperoleh T.
.............................(7)
Tabel 4. Perhitungan Indeks Kepuasan
Pengguna (IKP)
Berdasarkan dari penjelasan Bhote (1996) dan
Dickson (1994) di atas terlihat ada perbedaan
langkah dalam menghitung indeks kepuasan,
namun keduanya saling mendukung dan
memberikan hasil perhitungan yang sama jika
digunakan. Dalam penelitian ini, hasil perhitungan
diperoleh berdasarkan Dickson (1994) dan untuk
memudahkan penilaian skala nilai CSI dibagi ke
Sementara itu, Dickson (1994) dalam Fitriana et al. dalam lima skala penilaian seperti yang ada pada
(2014) terdapat empat langkah dalam perhitungan Tabel 5.
Tabel 5. Skala Nilai CSI
CSI antara lain:

A. Menentukan Mean Importance Score (MIS) dan


Mean Satisfaction Score (MSS). Nilai ini berasal
dari rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja
tiap responden.

..........................................(3)
Metode kedua yaitu metode IPA memberikan
hasil berupa interpretasi pengklasifikasian kinerja
perusahaan jasa konstruksi dalam menerapkan
..........................................(4) SMM ISO 9001:2008 ke dalam 4 kuadran Kartesius
meliputi kuadran A (prioritas utama perbaikan),
Kuadran B (pertahankan kinerja), Kuadran C

JURNAL INFRASTRUKTUR 1-5


Vol. 3 No. 01 Juni 2017

(priortas rendah untuk perbaikan) dan Kuadran D klausul sehingga dapat diketahui indeks kepuasan
(kinerja berlebihan). secara detail terhadap kinerja setiap klausulnya
yang lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1.
Tahapan analisis diharapkan dapat memberikan
keluaran yang dapat mencapai tujuan penelitian CSI sebesar 72.05% sebagai angka yang sangat
dengan diperolehnya kesimpulan mengenai tingkat diperlukan dalam mencapai perbaikan yang
kepuasan pengguna jasa konstruksi terhadap berkesinambungan, karena dalam metode CSI
penerapan SMM ISO 9001:2008 di perusahaan pengukuran tingkat kepuasan adalah sebuah
jasa konstruksi. Saran dapat diberikan berupa proses yang bersifat kontinu. Hal ini sejalan
rekomendasi bagi perusahaan jasa konstruksi yang dengan persyaratan SMM ISO 9001:2008 klausul
telah menerapkan SMM ISO 9001:2008 untuk 8, yang menyatakan bahwa perusahaan harus
mempertahankan bahkan meningkatkan tingkat tetap memantau informasi yang berkaitan dengan
kepuasan pengguna jasanya. persepsi pengguna jasa apakah perusahaan
telah memenuhi persyaratan atau belum, karena
4. HASIL DAN PEMBAHASAN prinsipnya SMM ISO 9001:2008 hanyalah sebagai
tools untuk memastikan bahwa perusahaan jasa
Hasil perhitungan pada Tabel 6 menunjukkan CSI konstruksi telah menerapkan sistem standar mutu
penerapan SMM ISO 9001:2008 di perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetitif.
jasa konstruksi pada lingkup pekerjaan SDA adalah
sebesar 72.05%. Hasil ini diperoleh berdasarkan Berdasarkan pada Gambar 1, klausul 5 (tanggung
distribusi 44 (empat puluh empat) kuesioner yang jawab manajemen) adalah klausul dengan kinerja
dinyatakan valid. Nilai ini berada pada rentang nilai
yang paling memuaskan. Kondisi ini sejalan dengan
CSI antara 68% < CSI ≤ 83%, yang mana kondisi ini hasil perhitungan metode IPA berupa sebaran
menyatakan bahwa pengguna jasa konstruksi sudah indikator yang tertuang dalam sebuah diagram
merasa puas terhadap kinerja perusahaan jasa Kartesius seperti yang ada pada Gambar 2 dengan
konstruksi dalam menerapkan SMM ISO 9001:2008. rincian indikator di masing-masing kuadran
dijelaskan pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 7 inilah
Perhitungan CSI juga dilakukan terhadap setiap dapat diketahui bahwa variabel tanggung jawab
Tabel 6. Hasil Perhitungan CSI Lingkup Pekerjaan SDA

Tabel 7. Sebaran Indikator Diagram Kartesius

manajemen (klausul 5) memang menjadi klausul


dengan kinerja yang memuaskan terlihat dari
sebaran indikatornya yang berada di kuadran B dan
kuadran D, yang artinya secara keseluruhan klausul
Gambar 1. CSI Klausul Pada Lingkup Pekerjaan memiliki kinerja yang memuaskan melebihi persepsi
Sumber Daya Air kepentingan/harapan pengguna jasanya.
Sumber: Hasil Perhitungan

1-6 JURNAL INFRASTRUKTUR


Vol. 3 No. 01 Juni 2017

Gambar 2. Diagram Kartesius Kinerja Penerapan SMM ISO 9001:2008di


Perusahaan Jasa Konstruksi Lingkup Pekerjaan SDA
Sumber: Data Primer yang diolah
5. KESIMPULAN DAN SARAN dan pengendalian mutu proyek serta kecepatan
menangani masalah di lapangan.
5.1. Kesimpulan
C. Berdasarkan respons pengguna jasa konstruksi
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka terhadap kinerja penerapan SMM ISO 9001:2008
dapat disimpulkan beberapa hal: di perusahaan jasa konstruksi pada lingkup
pekerjaan SDA juga terdapat indikator-indikator
A. Secara keseluruhan penerapan SMM ISO yang memiliki kinerja yang memuaskan yang
9001:2008 di perusahan jasa konstruksi dibuktikan dengan terdapatnya beberapa
pada lingkup pekerjaan SDA dikatakan baik indikator yang berada di kuadran B dan kuadran
dan pengguna jasa konstruksi sudah merasa D.
puas. Kondisi ini dibuktikan dengan Customer
Satisfaction Index sebesar 72.05%, yang mana 5.2. Saran
nilai ini berada dalam rentang nilai CSI antara
68%<CSI≤83% yang masuk ke dalam kategori Berdasarkan penelitian yang dilakukan diberikan
penilaian puas. beberapa saran yaitu:

B. Berdasarkan respons pengguna jasa konstruksi A. Memperbaiki komunikasi antara kontraktor


terhadap kinerja penerapan SMM ISO dan pengguna jasa dengan menerapkan
9001:2008 di perusahaan jasa konstruksi pada prinsip owner oriented, melakukan komunikasi
lingkup pekerjaan SDA, terdapat 3 indikator dengan pengguna jasa konstruksi mengenai
yang dianggap sangat penting oleh pengguna kendala request, mengevaluasi metode kerja,
jasa namun memiliki tingkat kepuasan yang melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
rendah (kuadran A) meliputi kecepatan dalam kurva-s, memastikan ketersediaan sumber
merespons permintaan pemilik proyek, ketepatan daya, mengevaluasi penerapan prosedur
waktu penyelesaian proyek dan kecepatan perbaikan kekurangan, melaksanakan pemilihan
menyelesaikan kekurangan saat serah terima supplier dan subkontraktor sesuai prosedur,
hasil pekerjaan. Selain itu, terdapat 9 indikator mengupayakan mengajukan shop drawing di
yang juga perlu diperbaiki kinerjanya (kuadran awal masa konstruksi, mengupayakan proses
C) meliputi ketepatan memilih supplier dan administrasi yang sesuai dengan prosedur,
subkontraktor, waktu pengajuan shop drawing, mengupayakan kedisiplinan terhadap prosedur
rutin dan tertib administrasi, penerapan prosedur dan instruksi kerja, menetapkan kompetensi
dan instruksi kerja, kedisplinan dan kepatuhan yang diperlukan, melakukan pengajuan izin
terhadap jadwal proyek, rencana pekerjaan yang pelaksanaan pekerjaan beserta dengan metode
realistis, frekuensi pengerjaan ulang, pengawasan kerja serta mengupayakan pendelegasian

JURNAL INFRASTRUKTUR 1-7


Vol. 3 No. 01 Juni 2017

pekerjaan dengan tepat menjadi usulan


rekomendasi terhadap indikator-indikator
dengan status prioritas perbaikan.

B. Dalam penelitian selanjutnya dapat


dikembangkan penelitian untuk membahas
tingkat kepuasan pengguna jasa konstruksi
terhadap penerapan SMM ISO 9001:2015
di perusahaan jasa konstruksi sebagai versi
standar terbaru dari ISO 9001, sehingga dapat
mengetahui dan menganalisis perbedaan
tingkat kepuasannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arditi, D., & Gunaydin, H. (1997). “TQM in


Construction Process”, International Journal
of Project Management, Col. 15, 4, 235-
236.

Badan Standarisasi Nasional. (2001).

PT. Bika Solusi Perdana. (2016). Implementasi


ISO 9001 pada Industri Konstruksi 2.
Jakarta. PT. Bika Solusi Perdana.

Dewan Perwakilan Rakyat. (2015). Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara
Infrastruktur 2015. Jakarta. Dewan
Perwakilan Rakyat.

Fitriana, D., Florencia, Dwi, J., dan Tanto. (2014).


“Pengukuran Kepuasan Kontraktor Terhadap
Kinerja Klien Pada Proyek Konstruksi
Swasta”, Jurnal Karya Teknik Sipil, Vol. 3,
1, 283-295.

Mulia, T. (2011). “Implementasi Sistem Manajemen


Mutu ISO 9001:2008 Pada Perusahaan
Jasa Konstruksi”, Skripsi Fakultas Teknik,
Program Studi Teknik Sipil, Universitas
Atma Jaya, Yogyakarta.

Putra, C. (2011). “Analisis Kepuasan Pelanggan


Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Di Kabupaten Jembrana”, Tesis Magister
Teknik Sipil, Universitas Udayana, Denpasar.

Santosa, M., Widhiawati, I., dan Diputra, G. (2013).


“Penerapan Standar Sistem Manajemen
Mutu (ISO) 9001:2008 Pada Kontraktor
PT. Tunas Jaya Sanur (Studi Kasus Proyek
Proyek Pembangunan Apartment dan
Shopping Arcade Sea Sentosa Hotel”, Jurnal
Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil,
Vol. 2, 1.

Sumaga, A. (2013). “Analisis Kepuasan Pengguna


Jasa Terhadap Penerapan Manajemen
Rekayasa Konstruksi Profesional Ruko di
Kawasan Bussiness Park Kota Gorontalo”,
Jurnal Ilmiah Media Engineering, Vol. 3, 1,
6-13.

1-8 JURNAL INFRASTRUKTUR

Вам также может понравиться