Вы находитесь на странице: 1из 7

Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 2(3):16-22, Desember 2018 Fauzan Ersi et al

e-ISSN:2598-3067

KORELASI ANTARA BOBOT BADAN DAN DIMENSI TUBUH PADA SAPI PERANAKAN
ONGOLE JANTAN PADA UMUR 7—12 BULAN DI DESA WAWASAN KECAMATAN
TANJUNGSARI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Correlation Between Body Weight and Body Dimensions in Ongole Crossbreed Cattle on age 7—12
Months in Wawasan Village, Tanjungsari District, South Lampung Regency

Fauzan Ersi, M. Dima Iqbal Hamdani, Sulastri dan Kusuma Adhianto

Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, University of Lampung


Soemantri Brojonegoro No.1 Gedong Meneng Bandarlampung 35145
e-mail : ersifauzan@gmail.com

ABSTRACT

The aim of the research to know correlation size between body weight and body dimensions in male
Ongole Crossbreed cattle of age 7—12 months. This research was held in July—August 2018 on Ongole
Breeding Centre at Wawasan Village, Tanjungsari District, South Lampung Regency The research used
survey method. Data collection was done by taking measurement body weight and body dimension on
male Ongole Crossbreed Cattle of age 7—12 month from 30 head Ongole Crossbreed cattle at 4 farmer
groups in Wawasan Village. Data were doing based on groups analyzed using correlation analysis. The
highest value of quantitative perfomance is Marga Jaya IV livestock groups (body weight 110.5±17.62
kg, body length 95.66±10.69 cm, chest size 124.5±9.35 cm, back height 113.16±8.81 cm, head width
18.33±1.03 cm, head length 42.16±2.31 cm), while the lowest value of quantitative perfomance in Bumi
Asih Sejahtera livestock groups (body weight 93.75±19.86 kg, body length 90.37±14.33 cm, chest size
114.87±11.26 cm, back height 107.5±11.80 cm, head width 16.87±2.58 cm, head length 38.87±6.03 cm).
The result showed the correlation in Wawasan Village, Tanjungsari District, South Lampung Regency it
was 0,72. In conclusion of the research results between body weight and body dimensions has a high
correlation.

Keywords: Correlation, Body weight, Body dimensions, Ongole Crossbreed Cattle

PENDAHULUAN pihak yang berhubungan dengan hewan


peternak berskala kecil tersebut dalam kegiatan
Sapi PO adalah hasil persilangan antara sapi pengembangan dan pembibitan yang saling
lokal dengan sapi Ongole dari India, dan bersinergi dan berkelanjutan.
merupakan salah satu sapi potong lokal yang
memegang peranan penting dalam penyediaan Penampilan seekor hewan adalah hasil dari
kebutuhan daging. Sapi PO memiliki adaptasi proses pertumbuhan yang berkesinambungan
yang tinggi dan masih bisa berproduksi dalam kehidupan hewan tersebut. Setiap
walaupun dalam kondisi pakan yang terbatas. komponen tubuh mempunyai kecepatan
Sapi PO terkenal sebagai sapi pedaging dan pertumbuhan yang berbeda-beda, karena
sapi pekerja, memiliki tenaga yang kuat dan pengaruh alam maupun lingkungan. Performa
aktivitas reproduksi induknya cepat kembali produksi ternak dapat dilihat dari bobot badan,
normal setelah beranak (Pane,1990). ukuran tubuh dan laju pertumbuhan (Otsuka et
al, 1982)
Salah satu daerah yang mempunyai peranan
penting dalam memenuhi kebutuhan protein Pendugaan umur merupakan salah satu faktor
hewani tersebut yaitu Desa Wawasan. Potensi penting yang dapat memengaruhi bobot badan.
peternak berskala kecil tersebut secara Salah satu indikator untuk menilai
keseluruhan menjadi tulang punggung untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut
menyediakan bahan pangan asal hewani bagi adalah dengan mengukur peningkatan dimensi
penduduk yang berada di Provinsi Lampung, tubuh dengan indikator berupa lingkar dada,
sehingga diperlukan kontribusi dari seluruh panjang badan dan tinggi tubuh ternak

16
(Sampurna, 2010). Pertumbuhan merupakan dan mengukur yaitu timbangan digital ternak
suatu proses penggandaan protoplasma dan merk Superior kapasitas 2 ton, pita ukur merk
pembesaran struktur seluler dalam jaringan rondo dan ketelitian 0,1 cm, dan tongkat ukur.
tubuh (Smith, 1976). Peralatan yang digunakan oleh peneliti untuk
mencatat data sampel yaitu alat tulis serta
Ternak ruminansia sebagai salah satu sumber dokumentasi berupa kamera.
utama protein hewani yang perlu terus
ditingkatkan pengembangannya. Meningkatkan
produktifitas ternak sapi dalam rangka Metode Penelitian
memenuhi protein hewani masyarakat, salah
satu usaha diperlukan informasi mengenai Metode yang digunakan dalam penelitian ini
bobot hidup sapi dan keperluan dalam yaitu metode survei dan diambil menggunakan
pengelolaan peternakan. Bagi mereka yang metode purposive sampling, analisis data
tidak berpengalaman usaha satu-satunya yang secara deskriptif penentuan sampel dilakukan
digunakan adalah dengan menggunakan pita dengan analisis koefisien korelasi sederhana.
ukur. Sampai sekarang untuk menentukan
bobot hidup tanpa timbangan dilakukan dengan
memberikan dugaan berdasarkan pengalaman. Peubah yang Diamati

Kadarsih (2003) berpendapat bahwa bobot Peubah yang diamati pada penelitian ini
badan sapi merupakan salah satu indikator meliputi bobot badan, panjang badan, lingkar
produktivitas ternak yang dapat diduga dada, tinggi pundak, lebar kepala, panjang
berdasarkan ukuran linear tubuh sapi meliputi kepala sapi PO (Natasasmita dan Mudikdjo,
lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan. 1980). Kriteria sampel sapi yang dipilih dan
Pertambahan bobot badan perlu diketahui diteliti sebagai sampel pengamatan adalah sapi
untuk menentukan laju pertumbuhan ternak, jantan yang sudah memiliki catatan performa
yang mana pertambahan bobot badan ini dapat kuantitatif saat sapih pada umur 205 hari atau 7
dilihat untuk mempermudah pendugaan bulan sampai dengan 365 hari atau 12 bulan.
pertambahan bobot badan, maka dari itu untuk
menentukan pertambahan bobot badan ternak
dapat dilakukan dengan cara pengukuran tubuh HASIL DAN PEMBAHASAN
ternak. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu
dilakukan suatu penelitian tentang korelasi
antara bobot badan dan dimensi tubuh pada Bobot Badan dan Dimensi Tubuh Sapi PO
sapi PO Jantan pada umur 7—12 bulan di Jantan umur 7—12 Bulan di Desa
Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Lampung Wawasan, Kecamatan Tanjungsari.
Selatan.
Sapi PO merupakan sapi yang postur tubuhnya
MATERI DAN METODE sedang, leher sedikit pendek, memiliki punuk
dan bergelambir, kaki terlihat panjang.
Karakteristik morfologi sapi PO dilakukan
Waktu dan Tempat dengan menimbang bobot badan dan mengukur
langsung dimensi tubuh sapi seperti lingkar
Penelitian ini dilaksanakan pada Juli—Agustus dada, panjang badan, tinggi pundak, lebar
2018 pada 4 kelompok ternak yaitu : Bumi kepala dan panjang kepala. Bobot badan dan
Asih Sejahtera, Sido Rukun, Rukun Sentosa, dimensi tubuh sapi PO terdapat pada Tabel. 1.
dan Marga Jaya IV di Desa Wawasan, Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran
Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Lampung langsung, diperoleh hasil bobot badan dan
Selatan, Provinsi Lampung. dimensi tubuh sapi PO jantan.

Materi

Materi penelitian yang digunakan berupa data


primer dan sekunder dari 30 ekor ternak sapi
PO jantan tentang bobot badan, lingkar dada,
panjang badan, tinggi pundak, lebar kepala,
panjang kepala, waktu sapih sapi PO jantan.
Peralatan yang digunakan dalam menimbang

17
Tabel 1. Bobot Badan dan Dimensi Tubuh Sapi menyatakan bahwa hasil penelitiannya rata-rata
PO umur 7—12 bulan di Desa performa kuantitatif pada sapi PO jantan
Wawasan Kecamatan Tanjungsari. kelompok umur P0 (0—12 bulan) untuk
peubah yang diamati yaitu panjang badan
Kelom Peubah 96,74 ± 12,02 cm, tinggi badan 103,85 ± 12,27
pok BB PB LD TP LK PK cm, lingkar dada 112,07 ± 17,24 cm, dan bobot
Ternak badan 118,30 ± 20,74 kg (Hamdani, et. al,
Bumi 93,7 90,3 114, 107, 16, 38, 2018).
Asih 5± 7± 87 ± 5± 87 87
Sejahte 19,8 14,3 11,2 11,8 ± ±
ra 6 3 6 0 2,5 6,3
Korelasi Antar Bobot Badan Dengan
8 4 Dimensi Tubuh Sapi PO Jantan Umur 7—
Sido 105, 91,3 121, 111, 17, 40, 12 Bulan di Desa Wawasan Kecamatan
Rukun 25 ± 7± 62 ± 37 ± 63 87 Tanjungsari
15,3 14,4 9,70 7,11 ± ±
2 2 1,9 3,2 Hasil yang diperoleh pada Tabel 2.
2 7 Menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
Rukun 103, 93,5 121 111, 18, 41, sangat erat antara dimensi tubuh ternak
Sentos 5± ± ± 63 ± 25 63 terhadap bobot badan, dimana nilai koefisien
a 16,2 14,4 8,91 10,0 ± ±
7 1 1 1,4 3,5
korelasi hampir mendekati 1. Seperti yang
8 4 dinyatakan oleh Supranto (1996), yang
Marga 110, 95,6 124, 113, 18, 42, menyatakan bahwa nilai korelasi mendekati 1
Jaya 5± 6± 5± 16 ± 33 16 menunjukkan adanya hubungan sangat kuat
IV 17,6 10,6 9,35 8,81 ± ± dan positif antara variabel. Selain itu nilai
2 8 1,3 2,3 korelasi ini menggambarkan jika terjadi
2 1 peningkatan dimensi tubuh akan diikuti pula
Keterangan : peningkatan bobot badan. Data antara bobot
BB = Bobot Badan LD = Lingkar Dada badan dengan dimensi tubuh terdapat hubungan
LK = Lebar Kepala PB = Panjang Badan yang sangat erat, makin bertambahnya bobot
TP = Tinggi Pundak PK = Panjang Kepala badan maka semakin besar dimensi tubuh,
(Saladin,1984).
Berdasarkan data tersebut, sapi PO jantan pada
kelompok umur 7—12 bulan memiliki nilai Tabel 2. Korelasi Antara Bobot Badan Dengan
rata-rata bobot badan 103,25 ± 6,99 kg, Dimensi Tubuh
panjang badan 92,72 ± 2,35 cm, lingkar dada
120,5 ± 4,04, tinggi pundak 110,91 ± 2,41 cm, Kelom BB PB LD T LK PK
lebar kepala 17,77 ± 0,67 cm, dan panjang pok P
kepala 40,88 ± 1,44 cm. Marga Jaya IV Ternak
memiliki rata-rata performa kuantitatif Bumi 1,00 0,83 0,99 0, 0,7 0,98
tertinggi yaitu bobot badan 110,5 ± 17,62 kg, Asih ** ** 98 4 **
panjang badan 95,66 ± 10,68 cm, lingkar dada Sejahte **
ra
124,5 ± 9,35 cm, tinggi pundak 113,16 ± 8,81
Sido 1,00 0,47 0,99 0, 0,7 0,65
cm, lebar kepala 18,33 ± 1,03 cm, dan panjang Rukun ** 92 9
kepala 42,16 ± 2,31 cm. Performa kuantitatif **
terendah yaitu pada kelompok ternak Bumi Rukun 1,00 0,91 0,98 0, 0,4 0,49
Asih Sejahtera yaitu pada bobot badan 93,75 ± Sentosa ** 81 7
19,86 kg, panjang badan 90,37 ± 14,33 cm, **
lingkar dada 114,87 ± 11,26 cm, tinggi pundak Marga 1,00 0,69 0,99 0, - 0,68
107,5 ± 11,80 cm, lebar kepala 16,87 ± 2,58 Jaya IV ** 84 0,8
cm, dan panjang kepala 38,87 ± 6,03 cm. 1
Penelitian ini lebih kecil dibandingkan dengan Rata- 1,00 0,73 0,98 0, 0,2 0,71
rata ** 88 9
SNI Sapi PO jantan kelas III yaitu untuk Total 0,72
ukuran tinggi pundak, panjang badan, dan
lingkar dada untuk umur dibawah kurang dari 1
Keterangan :
tahun sampai poel 0 selesai. (Badan
BB = Bobot Badan LD = Lingkar Dada
Standarisasi Nasional, 2015).
LK = Lebar Kepala PB = Panjang Badan
TP = Tinggi Punggung PK = Panjang Kepala
Penelitian ini lebih rendah dibandingkan
** Korelasi Signifikan 0,01
dengan penelitian Hamdani, et. al (2018) yang
* Korelasi Signifikan 0,05

18
lingkar dada memiliki hasil yang paling akurat
Sugiyono (2012), menyatakan bahwa interval dengan nilai korelasi yang tinggi dibandingkan
koefisien korelasi antara 0,00-0,20 dengan ukuran tubuh lainnya, seperti panjang
menunjukkan tingkat hubungan korelasi badan dan tinggi pundak. Mansyur (2010)
rendah, interval koefisien korelasi antara 0,20- menyatakan bahwa lingkar dada berpengaruh
0,50 tingkat hubungan korelasi adalah sedang, besar terhadap bobot badan karena dalam
serta interval koefisien korelasi 0,5-1,00 rongga dada terdapat organ-organ seperti
menunjukkan tingkat hubungan korelasi sangat jantung dan paru-paru.
kuat atau kategori tinggi.
Lingkar dada yang bertambah akan erat
1. Bobot Badan kaitannya dengan pertambahan otot-otot
disekitar dada. Pendugaan bobot badan
Korelasi antara bobot badan dan dimensi tubuh menggunakan lingkar dada memiliki tingkat
dapat dilihat pada Tabel 2. Semua variabel penyimpangan kecil dibanding dengan ukuran
dimensi tubuh sapi PO jantan pada kelompok tubuh lainnya yaitu sebesar 4,85%. Pengukuran
umur 7—12 bulan mempunyai nilai korelasi lingkar dada dilakukan dengan menggunakan
yang sangat kuat terhadap bobot badan yakni meteran kain yang diukur mengikuti lingkar
sebesar 1,00. Perbedaan bobot badan tertinggi dada atau tubuh tepat dibelakang bahu
dan terendah dapat disebabkan oleh faktor melewati gumba atau pada sapi berponok
kandang, pada penelitian ini menggunakan tepatnya di belakang ponok (Santosa, 1995).
kandang koloni atau komunal sehingga ternak
sapi ditempatkan pada satu kandang dan dapat Koefisien korelasi antara lingkar dada dengan
diisi oleh puluhan ekor sapi, sehingga bobot badan menduduki peringkat tertinggi,
konsumsi pakan tidak dapat diperkirakan dan menyusul ukuran-ukuran tubuh lainnya
terjadi persaingan dalam perebutan pakan. (Soeroso, 2004). Tazkia (2009) berpedapat
bahwa, bobot badan dan lingkar dada
Interprestasi koefisien korelasi menurut berkorelasi positif dan merupakan fungsi umur,
Sugiyono (2007) yaitu nilai 0,00-0,199= sangat maka lingkar dada dan bobot badan ternak
rendah; 0,20-0,399= rendah; 0,40-0,599= semakin meningkat dengan bertambahnya
sedang; 0,60-0,799= kuat dan 0,80-1,00= umur ternak, tetapi laju pertumbuhan bobot
sangat kuat. Hal ini menunjukkan bahwa pada badan lebih cepat dari pada laju pertumbuhan
kelompok umur muda semua dimensi tubuh lingkar dada dan yang diutamakan adalah
dapat digunakan untuk menduga bobot badan pertumbuhan kerangka.
karena pada umur muda perkembangan tubuh
ternak masih mengalami pertumbuhan, tetapi
pada umur dewasa hanya bagian tertentu saja
yang masih mengalami pertumbuhan. 3. Panjang Badan
Ternak yang sedang tumbuh setiap
pertumbuhannya 1% lingkar dada diikuti oleh Korelasi antara bobot badan dan panjang badan
kenaikan bobot hidup sebesar 3%, ternak akan dapat dilihat pada Tabel 2. Variabel panjang
meningkat sesuai bertambahnya umur. Hal ini badan sapi PO jantan pada kelompok umur
terjadi, karena pada penelitian ini sapi muda mempunyai nilai korelasi yang sangat
dikandangkan pada kandang komunal atau kuat terhadap bobot badan yakni sebesar 0,839.
koloni, sehingga pakan yang dikonsumsi tidak
begitu jelas dapat dilihat, dan terdapat Panjang badan merupakan salah satu ukuran
persaingan dalam perebutan pakan yang tubuh yang memiliki derajat korelasi tertinggi
diberikan. Akan tetapi secara keseluruhan pada kedua setelah lingkar dada terhadap bobot
keempat kelompok ternak yaitu sangat badan. Santosa (1995) menambahkan bahwa
berkorelasi positif atau erat. mengukur panjang badan dilakukan dengan
menggunakan tongkat ukur dengan menarik
2. Lingkar Dada garis horizontal dari tepi depan sendi bahu
sampai ke tepi belakang bungkul tulang duduk.
Korelasi antara bobot badan dan lingkar dada Tubuh ternak diibaratkan sebuah tong,
dapat dilihat pada Tabel 2. Variabel lingkar sehingga ukuran tubuh ternak yaitu dimensi
dada sapi PO jantan pada kelompok umur 7— lingkar dada dan panjang badan sangat
12 bulan mempunyai nilai korelasi yang sangat diperlukan dalam menduga bobot badan.
kuat terhadap bobot badan yakni sebesar 0,98.
Raja et al. (2013) menyatakan bahwa ukuran

19
4. Tinggi Punggung (1994) menyatakan bahwa dimensi tubuh perlu
diketahui untuk mengetahui produktivitas
Korelasi antara bobot badan dan tinggi ternak.
punggung dapat dilihat pada Tabel 2. Variabel
tinggi punggung sapi PO jantan mempunyai 6. Panjang Kepala
nilai korelasi yang sangat kuat terhadap bobot
badan yakni sebesar 0,88. Pengukuran peubah Korelasi antara bobot badan dan panjang
tubuh sering digunakan untuk mengestimasi kepala dapat dilihat pada Tabel 2. Variabel
produksi, misalnya untuk pendugaan bobot panjang kepala sapi PO jantan pada kelompok
badan dan seringkali dipakai sebagai peubah umur muda mempunyai nilai korelasi yang
teknis penentu sapi bibit. Dimensi tubuh juga kuat terhadap bobot badan yakni sebesar 0,71.
dapat digunakan untuk menggambarkan
eksterior hewan sebagai ciri khas suatu bangsa. Santosa (2005) berpendapat bahwa pengukuran
ternak sapi dapat digunakan untuk menduga
Hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok bobot badan seekor ternak sapi dan sering juga
umur muda semua dimensi tubuh dapat dipakai sebagai parameter teknis penentuan
digunakan untuk menduga bobot badan karena bibit sapi. Dimensi tubuh tersebut diantara lain,
pada umur muda perkembangan tubuh ternak panjang badan, tinggi gumba, lingkar dada,
masih mengalami pertumbuhan, tetapi pada dalam dada, lebar dada, dan indeks kepala,
umur dewasa hanya bagian tertentu saja yang (Sumadi et al. 2008).
masih mengalami pertumbuhan. Variabel
dimensi tubuh yang mempunyai nilai korelasi
tinggi dapat digunakan sebagai penduga bobot
badan (Khan et at.,2006). Flourie et al. (2002)
menyatakan bahwa dalam dada, tinggi KESIMPULAN
punggung, lebar punggung dan umur
mempunyai pengaruh pada bobot tubuh. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
maka dapat disimpulkan bahwa :
5. Lebar Kepala 1. Nilai performa kuantitatif tertinggi
pada kelompok umur 7—12 bulan
Korelasi antara bobot badan dan lebar kepala terdapat di kelompok ternak Marga
dapat dilihat pada Tabel 2. Variabel lebar Jaya IV yaitu bobot badan 110,5 ±
kepala sapi PO jantan mempunyai nilai korelasi 17,62 kg, panjang badan 95,66 ±
yang rendah terhadap bobot badan yakni 10,69 cm, lingkar dada 124,5 ± 9,35
sebesar 0,29. cm, tinggi punggung 113,16 ± 8,81
cm, lebar kepala 18,33 ± 1,03 cm,
Dimensi tubuh ternak merupakan sifat panjang kepala 42,16 ± 2,31 cm.
kuantitatif yang dapat digunakan untuk 2. Nilai performa kuantitatif terendah
mengetahui perbedaan-perbedaan antara jenis pada kelompok umur 7—12 bulan
ternak ataupun seleksi. Dimensi tubuh sering terdapat di kelompok ternak Bumi
juga digunakan untuk mengevaluasi Asih Sejahtera yaitu bobot badan
pertumbuhan karena dimensi merupakan 93,75 ± 19,86 kg, panjang badan
indikator penting dari pertumbuhan. Dimensi 90,37 ± 14,33 cm, lingkar dada 114,87
tubuh yang umum diamati pada ternak meliputi ± 11,26 cm, tinggi punggung 107,5 ±
lingkar dada, dan panjang tubuh. Dimensi 11,80 cm, lebar kepala 16,87 ± 2,58
tubuh dapat digunakan untuk menaksir bobot cm, panjang kepala 38,87 ± 6,03 cm.
tubuh dan berat karkas, serta memberikan 3. Terdapat perbedaan bobot dan dimensi
gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri tubuh pada masing-masing kelompok
khas suatu bangsa ternak tertentu. ternak umur pasca sapih sapi PO
jantan 7—12 bulan
Santosa (2005) menambahkan bahwa 4. Lingkar dada pada semua kelompok
pengukuran ternak sapi dapat digunakan untuk ternak berkorelasi sangat erat dengan
menduga bobot badan seekor ternak sapi dan bobot badan, dibandingkan dengan
sering juga dipakai sebagai parameter teknis variabel panjang badan, tinggi
penentuan bibit sapi. Dimensi tubuh tersebut punggung, lebar kepala, dan panjang
diantara lain, panjang badan, tinggi gumba, kepala.
lingkar dada, dalam dada, lebar dada, dan
indeks kepala, (Sumadi et al. 2001). Djagra

20
SARAN body weight in attapady black
goats. Global J of Anim
Perlu adanya penelitian lanjutan dengan Breeding and Genetics.
menganalisa kandungan pada pakan yang 1:020-025.
diberikan dan untuk mengetahui korelasi antara
bobot badan dan dimensi tubuh pada sapi PO Santosa, U. 1995. Tatalaksana
betina. Pemeliharaan Ternak Sapi.
Penebar Swadaya, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
________ 2005. Tatalaksana
Badan Standarisasi Nasional. 2015. Bibit sapi pemeliharaan ternak sapi.
potong Peranakan Ongole 7651.5:2015. Penebar Swadaya, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. Lampung.
Sampurna, I. P., dan I. K. Suatha 2010.
Flourie, P. J., F. W. C. Neser, J. J. Oliver, and Pertumbuhan alometri dimensi
C. Van der Westhurizen. 2002. panjang dan lingkar tubuh sapi
Relationship between production Bali jantan. Jurnal veteriner. 11
perfomance, visual appraisal and body : 46-51.
measurement of young dorpers rams.
south african. J of Anim Saladin, R. 1984. Penampilan sifat-sifat
Science. 32(4):256-262. produksi dan reproduksi sapi
lokal Pesisir Selatan di Provinsi
Kadarsih, S. 2003. Peranan ukuran tubuh Sumatera Barat. Disertasi.
terhadap badan sapi bali di provinsi Institut Pertanian Bogor, Bogor.
bengkulu. Jurnal Penelitian UNIB.
9:45-48. Smith, A.J. 1976. Cattle Production
and Developing Countries,
Khan, M. F. Muhammad, R. Ahmad, G. Lewis Reprinn Ltd, San
Nawaz, Rahimullah, and M. Zubair. Fransisco.
2006. Relationship of body weight with
linear body measurement in goats. Hamdani, M. D. I, A. Husni, dan A.
J of Agr and Biol Sci. 1: 51-54. Setyawan 2018. Performa
kuantitatif sapi peranakan
Mansyur. 2010. Hubungan antara ukuran ongole pasca sapih di sentra
eksterior tubuh Terhadap bobot badan peternakan rakyat maju
pada Sapi PO jantan. Skripsi. Fakultas sejahtera kabupaten lampung
Pertanian Universitas Sebelas Maret, selatan. Jurnal Peternakan UIN
Surakarta. Suska Riau. Vol.15(2) pp: 68-
73.
Otsuka. 1982. Statistical Analysis on
The Body Measurument of Soeroso. 2004. Perfomans Sapi Jawa
East Asian Native cattle and Berdasarkan Sifat Kuantitatif
bantengs. The Origin and dan Kualitatif. Tesis. Program
Phylogeni of Indonesian Native Pascasarjana. Universitas
Live-stock. The Research Group Diponegoro. Semarang.
of Overseas Scientific Survey.
Tokyo, Japan. Sumadi, W. Hardjosubroto, N. Ngadiyono, dan
S. Prihadi. 2001. Potensi Sapi Potong di
Pane, I. 1990. Upaya peningkatan mutu Kabupaten Sleman. Laporan Penelitian
genetik sapi Bali di P3 Bali. Fakultas Peternakan, Universitas
Seminar Nasional sapi Bali. Gadjah Mada. Yogyakarta.
Fakultas Peternakan Universitas
Udayana Denpasar, Bali. Sugiyono. 2007. Metode penilaian kuantitatif
dan Kualitatif. C.V. Alfabeta, Bandung.
Raja, T. V., R. T. Venkatachalapathy, A.
Kannan, and K. A. Bindu, 2013. _______. 2012. Statistik untuk Penelitian.
Determination of best-fifted Alfabeta. Bandung.
regression model for prediction of

21
Tazkia, R, dan A. Anggraeni. 2009. Pattern and
estimation of growth Curve for
Friesian Holstein Cattle in Eastern
Area of KPSBU Lembang. Seminar
Teknologi Peternakan dan Veteriner

22

Вам также может понравиться