Вы находитесь на странице: 1из 8

STUDI MENGENAI PENGETAHUAN LOKAL NELAYAN PATTORANI

DI SULAWESI SELATAN

(Kasus Nelayan Desa Pa’lalakang Kecamatan Galesong Utara


Kabupaten Takalar)

Andi Adri Arief

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas, Makassar


Contact Person : Dr. Andi Adri Arief, S.Pi, M.Si.
Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10 Tamalanrea,
Makassar 90245. E-mail : adri_arief@yahoo.com

ABSTRACT

This research intends to study and to describe indigenous knowledge pattorani


fisherman. The research used qualitative and descriptive methods by considering
quatitative data. Data collection were obtained by through literature reviews,
participation observation, and depth interview with informants. The data were analysed
based on comprehension and opinion of the communities thorugh the qualitative and
descriptive way, the used comparasion and classification purposes. Results of this
research show that communities of pattorani fisherman still used indigenous knowledge
including : 1) catching activity preparation ceremony related erudition; 2) technology and
fishery production tools, 2) tool technology use catches; 3) erudition hits fish existence
torani with fishing ground; 4) erudition in catching activity; 5) supernatural erudition in
catching execution; 6) knowledge about sailing for fishing. Local knowledge fisherman
pattorani baseds on from experience that demoted from generation to generation.
Survive it local erudition system is caused by the strong belief for fisherman pattorani
that look at balance value micro cosmos towards macro cosmos fundamental something
that in human interaction and physical nature. Local knowledge fisherman pattorani
consistently can subsidize preservation bioaquatic resources.

Key words : Pattorani Fisherman Community, Local Knowledge

suku Bugis dan Makassar, atau adanya


PENDAHULUAN kepandaian orang-orang Makassar
membuat perahu layar sejak dahulu kala,
tetapi juga oleh adanya lontarak-lontarak
Orang Sulawesi Selatan,
tentang pelayaran dan terutama dengan
khususnya suku Bugis, Makassar dan
adanya Undang-undang Hukum
Mandar, sejak dahulu kala dikenal
Pelayaran dan Perdagangan yang dibuat
sebagai pelaut dengan etos bahari yang
oleh salah seorang pujangga Bugis,
tinggi. Adanya kebudayaan maritim di
Amanna Gappa pada abad ke XVII atau
daerah ini tidak hanya dikenal dengan
sekitar tahun 1667 (Mattulada, 1997).
adanya folklore atau kisah tentang
Dengan catatan sejarah tersebut,
pelayaran di kalangan
terungkap jelas bahwa masyarakat
nelayan suku Bugis-Makassar telah

Naskah Masuk : 23 Mei 2008 111


Naskah Diterima : 20 Juni 2008
Jurnal Hutan Dan Masyarakat
Vol. III No. 2 Agustus 2008, 111-234

mengembangkan kemampuannya budaya melalui pegunaan teknologi cara


menjadi masyarakat nelayan yang tertata (soft ware technology) maupun teknologi
pada suatu sistem sosial alat (hard ware technology) yang bersifat
kemasyarakatan dengan orientasi partisipatif, assosiatif, analogik dan
kebudayaan kepada laut sebagai sarana orientif yang melembaga serta
dalam rangka aktivitas kehidupan mereka dipertahankan melalui pengendalian
maupun dalam kegiatan pemanfaatan sosial (social control) oleh setiap
dan pengelolaan lingkungan laut yang warganya.
tergambar dalam kehidupan Oleh karena itu, penelitian ini
masyarakatnya yang mampu bertujuan untuk mengetahui bagaimana
mengembangkan kemampuan dalam sistem pengetahuan lokal komunitas
bidang pelayaran penangkapan ikan, nelayan pattorani dalam pengelolaan
teknologi pelayaran, usaha perdagangan sumberdaya hayati laut yang masih tetap
dan aturan-aturan hukum dibidang dipertahankan dalam konteks kekinian.
perdagangan.
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam perkembangannya,
peranan ilmu pengetahuan dan teknologi Penelitian ini dilaksanakan pada
(IPTEK) modern dibidang perikanan telah bulan April - Juni 2006, di Desa
memberi kesempatan yang luas pada Pa’lalakang Kecamatan Galesong Utara
masyarakat pesisir dalam Kabupaten Takalar. Pendekatan yang
mengeksploitasi sumberdaya hayati laut digunakan dalam penelitian adalah
semaksimal mungkin. Namun manfaat penelitian kualitatif dengan penekanan
teknologi yang terperagakan tersebut pada makna-makna (verstehen) yang
mulai pula dipertanyakan akibat terdapat di balik tindakan perseorangan
merosotnya kualitas dan kuantitas (aktivitas) maupun kelompok yang
sumberdaya hayati perairan serta terwujudnya gejala sosial tersebut (Miles,
kualitas lingkungan (keraf, 2002). Oleh 1992). Teknik pengumpulan data adalah
karena itu, dalam konsep pembangunan investigasi, wawancara dan studi literatur.
berkelanjutan (sustainable development) Analisis data yang digunakan
maka pendekatan secara non-struktural, adalah analisis holistik (a holistic
melalui peranan pengetahuan lokal perspective) melalui observasi objek
penduduk asli dalam mengelola dan informan nelayan secara menyeluruh (the
memanfaatkan sumberdaya hayati entire individual) dengan mengekstraksi
perairan yang sarat dengan nilai “teks-teks” hasil wawancara dalam
konservasi memiliki peranan penting dan bentuk narasi dan logika klasifikasi
strategis. Sementara pendekatan secara melalui abstraksi deskriptik terhadap
struktural, pemerintah harus mengenal realitas sosial (sociological
dan mendorong sepenuhnya identitas, representativeness) yang diteliti (Salam,
budaya dan keinginan masyarakat dalam 2005).
melestarikan aktifitas-aktifitas secara
tradisional yang tetap dipertahankan HASIL PENELITIAN DAN
yang mendukung pemanfaatan PEMBAHASAN
sumberdaya hayati perairan secara
berkelanjutan. Deskripsi Ikan Terbang (Torani)
Nelayan pattorani merupakan Secara umum ikan terbang ikan
salah satu komunitas nelayan di Sulawesi torani (Hirundicticthys oxycephalus)
Selatan yang kondisi realitasnya sampai bentuk badannya bulat memanjang
saat ini mengelola, memelihara dan seperti cerutu. Sirip dada sangat panjang,
memanfaatkan sumberdaya hayati laut biasanya mencapai belakang sirip
berdasarkan norma-norma dan nilai-nilai punggung sedikit lebih panjang dari sirip

112
Studi Mengenai Pengetahuan Lokal Nelayan Pattorani
Di Sulawesi Selatan
Andi Adri Arief

dubur, berwarna gelap atau suram, dan dan tidak memiliki gelembung minyak
terdapat bintik hitam pada bagian (Parin, 1960). Hal ini berbeda dengan
posterior. Sirip ekor bercabang bagaian telur-telur ikan pelagic lainnya yang
atas. Sirip panjang, mencapai memiliki gelembung minyak (Balon,
pertengahan sirip dubur, bahkan kadang- 1975). Pada bagian membran telur
kadang sampai jauh kebelakang. Pangkal terdapat benang-benang panjang yang
sirip perut lebih dekat kepangkal sirip saling berhubungan antara yang satu
ekor daripada keujung posterior. Pada dengan yang lainnya. Benang-benang ini
garis sisi terdapat 32 – 35 sisik. Pada berfungsi untuk melilitkan telur pada
bagian punggung berwarna kebiruan, benda-benda terapung dipermukaan laut
sedangkan pada bagian perut berwarna (Lagler et al. 1962, Balon, 1975 dalam
keperakan (Ali, 1994). Sementara telur Baso, 2004). (lihat gambar 1 dan 2 ).
ikan terbang berbentuk lonjong atau bulat

Gambar 1. Ikan Terbang (Torani)


Gambar 2. Telur Ikan Terbang

Pengetahuan Terkait Upacara bersifat partisipatif, assosiatif, analogik


Persiapan Aktivitas Penangkapan dan orientatif yang seringkali berkaitan
erat dengan kepercayaan lama yang
Persiapan sebelum kegiatan bersifat imanensi dan bersumber dari
penangkapan dilakukan adalah upacara dalam. Kedua, yang dilahirkan oleh ilmu
selamatan. Acara ini dilaksanakan dua pengetahuan atau dengan penggunaan
tahap. Tahap pertama dilaksanakan keterangan-keterangan ilmiah yang
pada perahu yang akan dipakai untuk kebanyakan bersumber dari luar, masuk
menangkap ikan dan atau pengumpul kedalam masyarakat melalui kontak
telur ikan terbang, dan tahap kedua acara dengan dunia luar. Alat penangkapan
dilakukan di tepi pantai (lihat tabel 1). terbuat dari anyaman bambu berbentuk
Secara umum ada dua jenis silinder dengan panjang 100 cm – 125 cm
teknologi menurut sumbernya yang telah dengan diameter berkisar 50 cm – 60 cm,
dikembangkan oleh masyarakat nelayan nelayan yang mengoperasikan
Sulawesi Selatan sampai dewasa ini. penangkapan bubu/pakkaja disebut
Pertama adalah yang dilahirkan oleh nelayan pattorani (nelayan penangkapan
pengetahuan asli (local knowledge) telur ikan terbang).
dengan penggunaan keterangan yang

113
Jurnal Hutan Dan Masyarakat
Vol. III No. 2 Agustus 2008, 111-234

Tabel 1. Prosesi Upacara Selamatan Nelayan Pattorani

Upacara Selamatan Nelayan Pattorani


Tujuan
Tahap Pertama Tahap Kedua

Upacara tahap pertama, diawali Upacara tahap kedua, Tujuan dari


dengan pembacaan Barazanji dan dilakukan dipinggir upacara ini,
diakhiri dengan permohonan doa. pantai atau dikenal dimaksudkan
Peserta upacara seluruhnya dengan istilah “attoana agar semua
adalah pria, dan diutamakan bagi turungan” (keturunan penumpang
mereka yang dituakan. Dengan yang dihormati), hanya dari perahu
duduk bersila mengelilingi di lakukan oleh “guru selamat dalam
makanan berupa “kaddominya”, baca” dan di ikuti oleh perjalanan
bersama dengan nasi ketan beberapa orang, serta
(songkolo), pisang dan tidak dengan prosesi upacara memperoleh
ketinggalan pula pendupaan. menancapkan anyaman rezeki (hasil
“Guru baca” melakukan ritualnya bambu di tepi pantai, tangkapan)
yang merupakan bagian proses yang berisi makanan yang banyak,
upacara tersebut. Setelah songkolo dan ayam. dan sampai
upacara pokok selesai, barulah Setelah itu, dilakukan kembali ke
peserta upacara disuguhi pelepasan rakit-rakit di daerah asal.
minuman dan kue. Kue yang laut yang terbuat dari
disuguhkan harus ada unsur gula batang pisang dan
merah dan kelapa, biasanya baje berisi berbagai macam
si’ru atau bubur ketan campur jenis makanan seperti
kacang ijo. Pada waktu rangkaian songkolo, telur, ayam
acara telah selesai semua hadirin dan lain-lain
dibagikan kaddominya dan sebagainya
pisang untuk dibawa pulang

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2006.

keterangan-keterangan ilmiah yang


Penggunaan Teknologi Alat Tangkap
kebanyakan bersumber dari luar, masuk
kedalam masyarakat melalui kontak
Secara umum ada dua jenis
dengan dunia luar. Alat penangkapan
teknologi menurut sumbernya yang telah
terbuat dari anyaman bambu berbentuk
dikembangkan oleh masyarakat nelayan
silinder dengan panjang 100 cm – 125 cm
Sulawesi Selatan sampai dewasa ini.
dengan diameter berkisar 50 cm – 60 cm,
Pertama adalah yang dilahirkan oleh
nelayan yang mengoperasikan
pengetahuan asli (local knowledge)
penangkapan bubu/pakkaja disebut
dengan penggunaan keterangan yang
nelayan pattorani (nelayan penangkapan
bersifat partisipatif, assosiatif, analogik
telur ikan terbang).
dan orientatif yang seringkali berkaitan
Gambaran umum unit
erat dengan kepercayaan lama yang
penangkapan bubu/pakkaja secara
bersifat imanensi dan bersumber dari
umum menggunakan perahu yang
dalam. Kedua, yang dilahirkan oleh ilmu
berukuran 6 – 11 GT, luas layar 35 – 70
pengetahuan atau dengan penggunaan
m, dua buah mesin dengan kekuatan 31

114
Studi Mengenai Pengetahuan Lokal Nelayan Pattorani
Di Sulawesi Selatan
Andi Adri Arief

– 60 PK, alat penangkapan bubu/pakkaja pattorani sekitar 10-20 buah. Dan setiap
sebanyak 30 – 54 buah, tali nilon 20 – 45 pakkaja diletakkan sepotong bambu yang
kg, bambu yang berfungsi sebagai panjangnya kurang lebih 50 cm yang
pelampung dan temapat mengikat alat diikat bersama ”gosse” (sejenis rumput
penangkap/daun kelapa sebanyak 10 – laut yang baunya disenangi ikan terbang).
22 batang, daun kelapa 200 – 470 Pada bagian dalam pakkaja diikatkan
pelepah sedangkan tenaga kerja yang sebuah balla-balla, yaitu tempat
digunakan 4 – 6 orang. Alat ini dipasang bertelurnya ikan terbang, dengan ukuran
dengan cara meletakkan di permukaan 2 x 1 meter, selanjutnya, pada bagian
laut dan dibiarkan terapung-apung luar pakkaja dikaitkan daun kelapa
(ammanyu-manyu). Jumlah pakkaja bersama tandanya (lihat gambar
yang dipergunakan oleh kelompok
3)

Gambar 3. Alat Tangkap Pakkaja yang Dilengkapi dengan Balla-Balla.

segerombolan burung yang berbentuk


Pengetahuan Mengenai
paruh bebek yang berwarnah merah
Keberadaan Ikan Torani maupun hitam, (5) melalui tingkah laku
Berdasarkan pengetahuan lokal ikan terbang. Semakin tinggi terbangnya,
yang dimiliki, maka nelayan-nelayan makin diyakini ikan tersebut tidak ada
pattorani di desa ini dapat mengetahui terlurnya dan tidak akan mungkin masuk
keberadaan ikan-ikan torani berdasarkan kedalam pakkaja dan didaun kelapa
simbol-simbol alam berupa; (1) adanya untuk bertelur.
cahaya ikan seperti memutih yang Pengetahuan dalam Aktivitas
kelihatan dari kejauhan, (2) melalui alat Penangkapan
penciumannya yang mengenali bau yang
Setelah semua pakkaja yang
khas dari ikan terbang, (3) melalui
dipasang telah hanyut terbawa arus ke
penyelupan tangan sampai pada siku.
arah barat, maka ponggawa dan para
Bilamana air laut “terasa hangat” maka
sawi bersama-sama mengawasi posisi
diyakini terdapat gerombolan ikan
perahu sambil menyanyikan lagu-lagu
terbang disekitar mereka, (4) adanya
bersifat “porno”. Diyakini bahwa dengan

115
Jurnal Hutan Dan Masyarakat
Vol. III No. 2 Agustus 2008, 111-234

mendendangkan lagu-lagu porno akan satangnga lompowa


mengundang ikan terbang berdatangan pungkukna”.
ke alat pakkaja yang dipasang. Disaat
ikan terbang mulai terlihat mendekati alat Setelah ikan-ikan terbang
tangkap pakkaja, maka semua awak mendekati pakkaja, maka selanjutnya
perahu harus diam sejanak dan dibacakan bait berikut ini :
ponggawa mengungkapkan “baca” yang
diawali dengan tafakkur. Dalam “Ia riolo, iangngallei bungasakna. Ia
pengoperasiannya, bubu/pakkaja riboko, iangngallei pallatea”.
diikatkan pada bambu yang juga
berfungsi sebagai pelampung. Bambu Khusus pada bait –bait diatas, adalah
yang dibentangkan secara melintang kategori baca “erang pakboyang-
lurus atau berbentuk huruf U, bambu boyang”. Ungkapan pada bait ini,
tersebut diikatkan pada perahu. merupakan suatu pernyataan yang
Bubu/pakkaja yang terikat pada bambu memanggil ikan-ikan untuk
tenggelam seluruhnya kedalam air berdatangan ketempat yang telah
dengan tertutupi beberapa pelepah daun disediakan, yaitu alat tangkap berupa
kelapa. pakkaja yang dilengkapi dengan balla-
Cara pengoperaisan unit penangkapan balla. Ungkapan itu kurang lebih
bubu/pakkaja adalah perahu dihanyutkan berarti; “datanglah, datanglah wahai
dengan tidak menggunakan mesin. ikan terbang, disela-sela ombak, dari
Pengontrolan dilakukan 2 -3 kali selama gerakan-gerakan arus, dan gunung-
24 jam dengan cara menarik tali secara gunung karang. Datanglah semua
bersamaan, bambu terangkat naik dan kemari, baik yang berada di utara, di
terlihat alat penangkapan bubu/pakkaja. selatan, maupun yang berada dibagian
Jika didalam perangkap terlihat adanya bawah dan bagian atas (permukaan
telur ikan terbang/iakn terbang, maka tali air), datanglah kemari ke tempat
yang lainnya ditarik terus sampai alat berkumpul dan tempat bermainnya
perangkap dapat naik ke perahu. istri-istrimu.”(Data Primer Setelah
Diolah, 2006).
Pengetahuan Batin (Baca) dalam
pelaksanaan Penangkapan
Pengetahuan tentang Pelayaran
Membacakan bait-bait menjadi suatu Nelayan Pattorani
kewajiban yang harus dilakukan oleh Sistem pengetahuan tentang pelayaran
nelayan pattorani untuk mengundang nelayan pattorani meliputi unsur-unsur
kehadiran ikan-ikan terbang untuk pengetahuan seperti :
bertelur di dalamnya. Bait-bait itu a) Pengetahuan tentang berlayar :
antara lain : adanya kepercayaan terhadap roh-roh
“Pole torani……, Pole
yang mendiami satu tempat atau lokasi
torani……, Pole penagkapan. Untuk menghindari
torani……, Riallakna murkanya maka kesemuanya harus
bombang, ritekona diselamati melalui upacara selamatan
arusu, ribelebenna taka. membuang daun sirih dan tembakau
Battuasengmako mae,
b) Pengetahuan tentang musim dan
mannuntung itimboro- hari pemberangkatan : pa’torani
irawa, irawa-rate, berangkat pada bulan Maret atau bulan
ripasekre-sekreanna,
April (Musim Timur). Mereka percaya,
ripakkare-karenanna, bahwa kesalahan dalam penentuan
ribennenu. I waktu pemberangkatan dapat
pantarammintu tulolonna

116
Studi Mengenai Pengetahuan Lokal Nelayan Pattorani
Di Sulawesi Selatan
Andi Adri Arief

menimbulkan hal-hal yang tidak berarus, adanya gerombolan burung


diinginkan bahkan dapat menimbulkan yang terbang rendah dengan menukik
hal yang fatal. Oleh karena itu dan berkicau.
pencatatan waktu pemberangkatan harus g) Pantangan (pamali) yang
diperhitungkan secara cermat dan teliti berkaitan dalam aktivitas pelayaran : hal-
mungkin. Penentuan hari baik dan hari hal yang harus dihindari selama aktivitas
jelek berdasarkan pada tradisi dan pelayaran menurut kepercayaan nelayan
kebiasaan yang sudah lama adalah; tidak boleh bersiul-siul karena
dipertahankan atau berdasarkan akan mengundang datangnya angin,
pengalaman yang sudah berlangsung kali dilarang mencelupkan alat-alat dapur
teruji kebenarannya, seperti hari dilaut karena dapat mendatangkan badai,
pemberangkatan sedapat mungkin hari Dilarang menghalangi atau menegur jalan
selasa, rabu, sabtu dan minggu. Selain seorang nelayan apabila hendak menuju
hari itu merupakan pantangan untuk ke perahu, dialarang memanggil orang
dijadikan sebagai hari pemberangkatan. yang berada didaratan apabila sedang
c) Pengetahuan tentang awan : berada diatas perahu, dilaran takabbur
kondisi awan juga menjadi pedoman bagi atau bicara hal-hal yang tidak sopan
nelayan torani dalam melakukan karena mengundang datangnya ikan hiu,
aktifitasnya, seperti; bila awan tidak dilarang tidur tengkurap atau tiarap
bergerak tetap pada posisinya berarti selama berlayar.
teduh dan angin tidak bertiup kencang,
bila awan bergerak selalu berubah-ubah KESIMPULAN
bentuk berarti akan ada angin kencang
atau badai, bila arah awan gelapnya dari Berdasarkan hasil penelitian dan
barat akan menuju timur berarti akan pembahasan maka diambil kesimpulan
datang hujan atau badai. sebagai berikut :
d) Pengetahuan tentang bintang 1. Sistem pengetahuan lokal nelayan
(mamau) dan Bulan : tanda lain yang pattorani sarat dengan pola-pola yang
sering juga diperhatikan adalah dengan mempraktekkan sistem pengetahuan
melihat bintang, seperti; bintang porong- tradisional yang bersumber dari
porong akan terjadi musim barat, bintang pengalaman yang diturunkan dari
tanra tellu akan terjadi hujan lebat, generasi ke generasi.
bintang wettuing menjadi pedoman
berlayar, bintang mano dan sebagainya. 2. Bertahannya sistem pengetahuan
e) Pengetahuan tentang petir dan lokal disebabkan oleh kuatnya
kilat : petir dan kilat dimaknai suatu kepercayaan bagi nelayan pattorani
kekuatan bertujuan untuk yang memandang nilai keseimbangan
mengusir/mengejar setan dilaut yang mikro kosmos terhadap makro
mengganggu nelayan beraktivitas. Oleh kosmos sesuatu yang fundamental
karena itu, setiap ada petir maupun kilat dalam interaksi manusia dan alam
nelayan-nelayan pattorani menghetikan fisik.
aktivitas sejenak lalu membaca matera 3. Pengetahuan lokal nelayan pattorani
doa keselamatan. secara konsisten dapat menunjang
f) Pengetahuan tentang gugusan kelestarian sumberdaya hayati
karang (sapa) : pengetahuan mengenai perairan.
keberadaan gugusan karang (sapa)
melalui tanda-tanda seperti; adanya
pantulan sinar matahari yang nampak
kelihatan bercahaya, keadaan ombak
disekitar karang tenang dan tidak DAFTAR PUSTAKA

117
Jurnal Hutan Dan Masyarakat
Vol. III No. 2 Agustus 2008, 111-234

Ali S, A. 1994. Pengaruh Suhu dan Keraf, A.Sonny. 2002. Etika Lingkungan.
Cahaya Terhadap Perkembangan Kompas. Jakarta.
Larva Ikan Terbang (Cypsilurus Mattulada. 1997. Sketsa Pemikiran
oxycephalus). Tesis. Program Tentang Kebudayaan,
Pasca Sarjana. Universitas Kemanusiaan dan Lingkungan
Hasanuddin. Ujung Pandang. Hidup. Hasanuddin University
Baso, A. 2004. Pengelolaan Sumber Press. Ujung Pandang.
Daya Perikanan Ikan Terbang ( Miles, B. Matthew dan Huberman, A.
Cypsilurus spp) Berkelanjutan Di Michael. 1992. Analisis Data
Perairan Selat Makassar Dan Laut Kualitatif. Universitas Indonesia
Flores (Suatu Kajian Bio-Teknis Press. Jakarta.
Sosial Ekonomi). Disertasi. Salam, 2005. Metodologi Penelitian
Program Pasca Sarjana. Kualitatif : Menggugat Doktrin
Universitas Hasanuddin. Kuantitatif.
Makassar. Yin, Rober K. 1996. Studi Kasus :
Dahuri, Rohmin. 2002. Pengelolaan Desain dan Metode. Rajawali
Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Pers. Jakarta.
Lautan secara Terpadu. Pradnya
Paramita. Jakarta. .

118

Вам также может понравиться