Вы находитесь на странице: 1из 146

ANALISIS CURAHAN KERJA RUMAHTANGGA PETANI

LAHAN SAWAH DI KABUPATEN DONGGALA


PROVINSI SULAWESI TENGAH

FEMMI NOR FAHMI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
2

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis

saya yang berjudul:

ANALISIS CURAHAN KERJA RUMAHTANGGA PETANI


LAHAN SAWAH DI KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH

Merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan pembimbingan

Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini

belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di

Perguruan Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, September 2009

Femmi Nor Fahmi


NRP. H351060171
3

ABSTRACT

FEMMI NOR FAHMI. Analysis of Time Allocation of Rice Farm Household in


Kabupaten Donggala Central Sulawesi Province (NUNUNG KUSNADI as a
Chairman RITA NURMALINA as Member of the Advisory Committee).

In recent years, productivity is still low and the rice farmers' area is
increasingly narrow. This is expected because the behavior of households in time
allocation available tend to engage in various types of non farm activites. The
consequence of this situation is to change the structure of work and time allocated
to household farmers who cause a change in income. That the question is: (1) how
the work flow patterns in the allocation of household farmers rice area and why
the low productivity of rice? (2) whether because of job opportunities in non farm
business that influence the flow of work in farming and what factors affect the
flow of work, household income and expenditure farmers?. The purpose of this
study are: (1) to analyze the working time allocation, income, household
expenditure of farmer in the rice area, and (2) to analyze the factors that affect the
working time allocation, income, and expenditure of farmer in the rice area. The
research conducted in Donggala, Central Sulawesi Province in 2008 using the
econometricsk model in the household model of simultaneous equations. Based
on the results of research showed that non-farm activities have provided an
important role for the rural economy, especially domestic rice farmer on the land
in Donggala. Role not only in the contribution of income but also in the working
time allocation. In terms of the working time allocation of farmer to do more non-
farm activities than paddy farming activities. Husband working time allocation is
the highest activities from members household in the farm or non farm.
Meanwhile, in terms of income, the contribution of farmers' income from non-
farm is greater than farm. Food consumption is the highest expenditure in
household.

Keywords: working time allocation, farm, non farm, household.


4

RINGKASAN

FEMMI NOR FAHMI. Analisis Curahan Kerja Rumahtangga Petani Lahan


Sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah (NUNUNG
KUSNADI sebagai Ketua dan RITA NURMALINA sebagai Anggota Komisi
Pembimbing).

Tiap kegiatan anggota rumahtangga ditujukan untuk mencapai nilai guna


yang pada akhirnya menghasilkan kesejahteraan. Rumahtangga petani
menginginkan status sosial yaitu usaha untuk mendapatkan kepastian, bahwa apa
yang dilakukan akan memberikan keuntungan dalam lingkungan masyarakat,
Selain itu rumahtangga juga menginginkan terjaminnya penyediaan pangan pokok
yang cukup dalam jangka waktu tetentu, mencukupi keperluaannya dengan jalan
menjamin sumber-sumber tunai untuk belanja dan keperluan prioritas terhadap
jasa-jasa atau pelayanan-pelayanan yang tidak diproduksikan sendiri, serta dapat
mengakumulasikan pendapatan tunai bagi investasi demi kesejahteraan
keluarganya.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, produktivitas padi masih rendah dan
kepemilikan lahan petani yang kian sempit. Ini diduga karena perilaku
rumahtangga dalam mencurahkan waktu kerja yang tersedia cenderung ke
aktivitas non usahatani. Rumahtangga pedesaan umumnya tidak hanya bekerja
pada satu macam pekerjaan, mereka terlibat di berbagai macam pekerjaan yaitu
usahatani, buruh/jasa, berdagang, pegawai swasta atau pegawai pemerintah.
Konsekuensi dari keadaan ini adalah terjadinya perubahan struktur pekerjaan dan
alokasi curahan kerja pada rumahtangga petani yang pada gilirannya akan
menyebabkan perubahan pendapatan di daerah pedesaan. Hal yang menjadi
pertanyaan adalah: (1) bagaimana pola alokasi curahan kerja di rumahtangga
petani lahan sawah dan mengapa produktivitas padi rendah? (2) apakah karena
adanya kesempatan kerja di non usahatani sehingga mempengaruhi curahan kerja
di usahatani dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi curahan kerja, pendapatan
dan pengeluaran rumahtangga petani?. Tujuan penelitian ini adalah: (1)
menganalisis curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani
lahan sawah, dan (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi curahan
kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga petani lahan sawah.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Donggala provinsi Sulawesi Tengah
dengan unit analisis rumahtangga petani padi. Rumahtangga yang juga memiliki
sumber pendapatan non usahatani yang dilaksanakan di Kabupaten Donggala
Provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober pada
tahun 2008. Lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive). Jenis data
yang digunakan adalah data kerat lintang (cross section) dengan pengambilan
contoh dilakukan secara simple random sampling, dengan responden rumahtangga
petani Desa Sidondo, Desa Lolu, dan Desa Mpanau. Sampel dari desa-desa
tersebut diambil secara acak sebanyak 100 responden rumahtangga. Analisis data
yang dilakukan adalah analisis data deskriptif dengan metoda tabulasi dan analisis
model ekonomi rumahtangga petani dilakukan dengan persamaan simultan
5

dengan metode Two-Stage Least Squares (2SLS) dengan menggunakan program


komputer Statistical Analysis System (SAS) versi 9.1.
Alokasi curahan kerja rata-rata anggota rumahtangga pada kegiatan
usahatani padi lebih kecil jika dibandingkan dengan kegiatan non usahatani.
Begitu pula dari segi pendapatan, maka kontribusi pendapatan petani dari
usahatani padi lebih kecil jika dibandingkan dengan kontribusi pendapatan dari
kegiatan non usahatani padi. Ada keterkaitan dalam alokasi curahan kerja
keluarga antara kegiatan usahatani dan non usahatani dalam rumahtangga petani.
Pada masa sibuk di usahatani maka curahan kerja lebih banyak dikerahkan pada
kegiatan usahatani, tapi pada masa sepi di usahatani telah meningkatkan curahan
kerja kegiatan pada non usahatani. Dengan kepemilikan lahan terbatas maka akan
meningkatnya curahan kerja suami, isteri, dan anak pada non usahatani untuk
meningkatkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu penyebab
rendahnya produktivitas padi karena curahan kerja rumahtangga petani pada
usahatani rendah. Pengeluaran total rumahtangga petani untuk konsumsi pangan
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jenis pengeluaran lainnya dalam
rumahtangga. Ada keterkaitan antara pendapatan disposibel dengan konsumsi
pangan, non pangan, dan investasi. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh
maka akan meningkatkan konsumsi dan investasi terutama terhadap konsumsi
pangan.
Disarankan bahwa untuk peningkatan pendapatan rumahtangga maka perlu
diversifikasi dalam usahatani selain dapat meningkatkan curahan kerja di
usahatani maka juga dapat meningkatkan pendapatan keluarga, untuk itu
diperlukan bantuan modal atau bantuan kredit untuk mempermudah rumahtangga
petani dalam pengadaan sarana produksi sebagai modal usaha untuk kegiatan
usahatani. Perbaikan taraf hidup (peningkatan kesejahteraan rumahtangga) petani
akan meningkatkan investasi pendidikan. Investasi pendidikan untuk
pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki keteramplan
(skill) sebagai generasi penerus pada masa yang akan datang, sehingga mampu
menyerap ilmu pengetahuan teknologi untuk pengelolaan usahataninya. Oleh
karenanya diharapkan biaya pendidikan lebih terjangkau oleh masyarakat petani
dan perlunya pelatihan keterampilan di pedesaan. Perlunya penelitian lanjutan
tentang sampai sejauh mana peranan suami, isteri, dan anak dalam melakukan
kegiatan usahatani maupun non usahatani baik ditinjau dari segi ekonomi maupun
sosial budayanya pada wilayah yang lebih padat dan luas atau pada daerah
penghasil padi yang berperan sebagai lumbung padi nasional.

Kata kunci: curahan kerja, usahatani, non usahatani, rumahtangga


6

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009


Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa


mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjuan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
7

ANALISIS CURAHAN KERJA RUMAHTANGGA PETANI


LAHAN SAWAH DI KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH

FEMMI NOR FAHMI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
8

Judul Penelitian : Analisis Curahan Kerja Rumahtangga


Petani Lahan Sawah di Kabupaten
Donggala Provinsi Sulawesi Tengah

Nama Mahasiswa : Femmi Nor Fahmi

Nomor Pokok : H351060171

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS


Ketua Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB


Ilmu Ekonomi Pertanian

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Ujian : 13 Agustus 2009 Tanggal Lulus : 2009


9

Penguji Luar Komisi:

Dr. Ir. Ratna Winandi, MS

Penguji Wakil Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian dan Pimpinan Sidang:

Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS


10

Tesis ini dipersembahkan untuk suamiku tercinta Mahhmuddin Jumba


dan ananda tersayang, Muhammad Fahrin Mawa’Ariddin
11

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya, terutama kesempatan dan kemampuan untuk

menyelesaikan tesis dengan judul “Analisis Curahan Kerja Rumahtangga Petani

Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah”. Penulisan tesis

ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor.

Penulis menyampaikan terimakasih dan penghormatan kepada Dr. Ir.

Nunung Kusnadi, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Rita

Nurmalina, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala perhatian,

bimbingan dan waktu yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis

ini, dan kepada Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku Penguji Luar Komisi serta Dr.

Ir. Anna Fariyanti, MS yang mewakili Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

dan Pimpinan Sidang yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan

tesis ini.

Secara khusus ucapan terima kasih dengan penuh rasa cinta dan hormat

penulis kepada: Papa Zainuddin, Mama Siti Nurhayati, Bapak mertua Usman

Koru Jumba, Ibu mertua Habiba Suhuni Mahalini (Alm) dan kepada suami yang

tercinta Mahmuddin Jumba serta yang terkasih ananda Muhammad Fahrin

Mawa’Ariddin, kakak-kakak, adik-adik, ponakan-ponakan tersayang atas segala

dukungan materil, perhatian, dan doa yang diberikan sehingga penulis


12

menyelesaikan tesis ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis juga

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian yang

telah memberikan beasiswa dan mengizinkan penulis untuk melanjutkan studi.

2. Ketua Program Ilmu Ekonomi Pertanian Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA

beserta staf yang telah membantu penulis selama studi dan proses penyelesaian

tesis.

3. Kepala Desa Sidondo, Lolu, dan Mpanau beserta staf yang telah memberikan

informasi dan data selama penulis melaksanakan penelitian.

4. Dr. Ir. Yundy Hafizrianda, MS, Ir. Rahmat Handayana, MS, Ir. Joko, MS yang

telah memberikan bantuan dan masukan yang berharga dalam proses

penyusunan tesis ini.

5. Teman-teman Ilmu Ekonomi Pertanian 2006 atas kebersamaan dalam suka dan

duka selama perkuliahan hingga penulisan tesis ini khususnya Mbak Wie,

Mbak Aan, Wan, Mul, Ismay, Mba Trie, Mas Ris, Pak Andi, Peter, Dahya,

Desi, Wayan.

Akhir kata, tesis ini penulis persembahkan kepada pembaca sebagai

pengetahuan dan sumber informasi yang diharapkan bermanfaat bagi semua pihak

yang membutuhkannya.

Bogor, September 2009

Femmi Nor Fahmi


13

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Baru Kalimantan Selatan pada tanggal 25

Nopember 1969, merupakan anak ke empat dari enam bersaudara dari pasangan

Bapak Zainuddin Munier dan Ibu Siti Nurhayati. Penulis menyelesaikan

pendidikan dasar di SD Negeri Centre Candrakila Pelaihari Kalimantan Selatan

tahun 1981, pada tahun 1984 menamatkan pendidikan menengah pertama di SMP

Negeri I Pelaihari Kalimantan Selatan. Pendidikan menengah atas penulis

selesaikan pada tahun 1987 dari SMA Negeri 8 Makassar Sulawesi Selatan.

Penulis selanjutnya melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(UMPTN) meneruskan pendidikan sarjana di Program Studi Budidaya Perikanan,

Jurusan Perikanan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin di Makassar

pada tahun 1987. Pada tahun 1999 hingga saat ini bekerja sebagai peneliti pada

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah. Tahun 2004 penulis

menikah dengan Mahmuddin Usman Jumba dan tahun 2008 dikaruniai seorang

putra tercinta Muhammad Fahrin Mawa’Ariddin. Pada tahun 2006 penulis

melanjutkan studi pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor dengan Beasiswa Pendidikan dari Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.


14

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR........................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ xvii

I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang.............................................................................. 1


1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 10
1.4. Ruang Lingkup Penelitian............................................................. 11
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 12

2.1. Curahan Kerja............................................................................... 12


2.2. Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga................................... 15
2.3. Studi Empiris Model Ekonomi Rumahtangga ................................ 20

III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................ 23

3.1. Konsep Dasar Ekonomi Rumahtangga .......................................... 23


3.2. Efek Upah terhadap Alokasi Rumahtangga .................................. 27
3.3. Efek Pendapatan Rumahtangga terhadap Perilaku Kerja................ 31

IV. METODE PENELITIAN..................................................................... 36

4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian......................................................... 36


4.2. Metode Pengambilan Contoh ....................................................... 36
4.3. Analisis Data ............................................................................... 37
4.4. Spesifikasi Model Ekonomi Rumahtangga ................................... 38
4.4.1. Blok Curahan Kerja............................................................. 38
4.4.2. Blok Biaya Produksi............................................................ 41
4.4.3. Blok Permintaan Input ........................................................ 42
4.4.4. Blok Produksi...................................................................... 43
15

4.4.5. Blok Pendapatan.................................................................. 44


4.4.6. Blok Pengeluaran ................................................................ 46
4.5. Identifikasi Model dan Metoda Penggunaan Model ...................... 49
4.6. Definisi Operasional ..................................................................... 49

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN


KARAKTERISTIK RUMAHTANGGA PETANI LAHAN
SAWAH .............................................................................................. 52

5.1. Letak Geografis, Iklim, Kependudukan, dan Kondisi Pertanian..... 52


5.2. Karakteristik Anggota Rumahtangga Petani.................................. 55
5.3. Alokasi Curahan Kerja Anggota Rumahtangga Petani................... 58
5.4. Kontribusi Pendapatan Anggota Rumahtangga Petani .................. 64
5.5. Pola Pengeluaran Rumahtangga Petani ......................................... 65

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CURAHAN


KERJA, PENDAPATAN DAN PENGELUARAN
RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH ................................. 67

6.1. Alokasi Curahan Kerja Anggota Rumahtangga Petani................... 68


6.1.1. Curahan Kerja Suami pada Usahatani Padi.......................... 68
6.1.2. Curahan Kerja Isteri pada Usahatani Padi............................ 73
6.1.3. Curahan Kerja Suami pada Non Usahatani .......................... 75
6.1.4. Curahan Kerja Isteri pada Non Usahatani ........................... 77
6.1.5. Curahan Kerja Anak pada Non Usahatani........................... 79
6.2. Permintaan Input .......................................................................... 81
6.2.1. Tenaga Kerja Luar Keluarga .............................................. 81
6.2.2. Jumlah Benih . .................................................................... 84
6.2.3. Jumlah Benih Pupuk .......................................................... 86
6.2. Produksi Padi .............................................................................. 88
6.3. Pendapatan ................................................................................... 90
6.3.1. Pendapatan Suami dari Non Usahatani................................. 90
6.3.2. Pendapatan Isteri dari Non Usahatani .................................. 92
6.3.3. Pendapatan Anak dari Non Usahatani .................................. 94
6.4. Pengeluaran Rumahtangga ............................................................ 95
6.4.1. Konsumsi Pangan................................................................ 96

xii
16

6.4.2. Konsumsi Non Pangan ........................................................ 97


6.4.3. Investasi Pendidikan............................................................ 99

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 102


7.1. Kesimpulan .................................................................................. 102
7.2. Saran............................................................................................. 103

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 104

LAMPIRAN ........................................................................................ 108

xiii
17

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pertanian di Kabupaten


Donggala …………………………………………………………..... 2

2. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Padi Sawah


menurut Kecamatan di Kabupaten Donggala Tahun 2006.................. 55

3. Karakteristik Anggota Rumahtangga Petani Lahan Sawah di


Kabupaten Donggala Tahun 2008........................................................ 56

Alokasi
4. Lokasi Curahan Kerja Rata-rata Anggota Rumahtangga Petani
Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Tahun 2008............................. 59

5. Kontribusi dan Sumber Pendapatan Rata-rata Anggota


Rumahtangga Petani Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Tahun
2008...................................................................................................... 64

6. Pola Pengeluaran Rata- rata Rumahtangga Petani Lahan Sawah


di Kabupaten Donggala Tahun 2008.................................................... 66

7. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Suami pada


Usahatani Padi .............................................................................. 69

8. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Isteri pada


Usahatani Padi .............................................................................. 73

9. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Suami pada


Non Usahatani .............................................................................. 76

10. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Isteri pada


Non Usahatani ............................................................................. 78

11. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Anak pada


Non Usahatani .............................................................................. 81

12. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Jumlah Tenaga Kerja Luar


Keluarga pada Usahatani Padi ....................................................... 82

13. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Jumlah Benih Padi ................ 84

14. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Jumlah Pupuk pada


Usahatani padi .............................................................................. 87
18

15. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Produksi Padi ...................... 89

16. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Pendapatan Suami dari Non


Usahatani ...................................................................................... 91

17. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Pendapatan Isteri dari Non


Usahatani ...................................................................................... 92

18. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Pendapatan Anak dari Non


Usahatani ...................................................................................... 95

19. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Konsumsi Pangan ................. 97

20. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Konsumsi Non Pangan.......... 99

21. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Investasi Pendidikan ............. 100

xv
19

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Efek Upah pada Penggunaan Waktu Rumahtangga........................... 30

2. Efek Peningkatan Non Labor Income Pada Perilaku Kerja


Rumahtangga………...……………………………………………... 34

3. Diagram Model Dasar Rumahtangga Petani .…………………....… 35


20

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Program Komputer Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga


Petani Lahan Sawah Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi
Tengah dengan Menggunakan Statistical Analysis System (SAS)
Versi 9.1 Prosedur SYSLIN Metode Two-Stage Least Squares
(2SLS)……………………………………………………………….. 109

2. Hasil Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan


Sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah ……........ 112
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian sebagai prioritas utama atau titik berat pembangunan

ekonomi yang memiliki ketangguhan dan kemampuan tinggi sehingga dijadikan

sebagai tumpuan harapan pembangunan ekonomi dalam rangka mewujudkan

tujuan nasional. Dengan demikian, sektor pertanian merupakan refleksi dari suatu

struktur perekonomian, sehingga dapat pula dipandang sebagai salah satu aspek

penciri atau karakteristik dari suatu perekonomian (Simatupang, et al, 2003).

Pembangunan pertanian merupakan proses yang dinamis yang akan

menyebabkan perubahan pada struktur sosial ekonomi masyarakat di wilayah

pedesaan. Diantara perubahan tersebut, perubahan kesejahteraan petani dan

masyarakat pedesaan yang terkait langsung dengan perubahan kesempatan kerja

dan kesempatan berusaha.

Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan sangat penting dalam

perekonomian, yaitu (1) menyediakan kebutuhan bahan pangan yang diperlukan

masyarakat untuk menjamin ketahanan pangan, (2) menyediakan bahan baku bagi

industri, (3) sebagai pasar potensial bagi produk produk yang dihasilkan oleh

industri, (4) sumber tenaga kerja dan pembentukan modal yang diperlukan bagi

pembangunan sektor lain, dan (5) sebagai sumber perolehan devisa (Kuznets,

1964 dalam Harianto, 2007). Di samping itu, pertanian memiliki peranan penting

untuk (6) mengurangi kemiskinan dan peningkatan ketahanan pangan, dan (7)

menyumbang secara nyata bagi pembangunan pedesaan dan pelestarian

lingkungan hidup (Harianto, 2007).


2

Potensi luas lahan sawah dengan irigasi teknis di Sulawesi Tengah sekitar

150 200 hektar, yang sudah dimanfaatkan seluas 119 200 atau hanya 79.37 persen.

Hal ini berarti bahwa masih terdapat lahan sawah yang belum dimanfaatkan

sebesar 20.63 persen, dan lahan yang belum dimanfaatkan tersebut merupakan

peluang untuk pengembangan komoditas pertanian (BPS Sulawesi Tengah, 2007).

Kabupaten Donggala bila ditinjau dari aspek pembangunan pertanian

memiliki kekayaan sumberdaya alam yang sangat potensial dan ditunjang oleh

letak yang strategis bagi pengembangan sektor pertanian. Potensi lahan pertanian

sebesar 404 965 hektar yang terdiri dari lahan sawah sebesar 32 838 hektar lahan

kering 359 165 hektar dan lahan pekarangan sebesar 12 962 hektar (Tabel 1).

Tabel 1. Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pertanian di Kabupaten Donggala

Potensi Dimanfaat- Persentase Pengembangan Persentase


No. Jenis Lahan
(Ha) kan(Ha) (%) (Ha) (%)
1. Sawah 32 838 31 715 96 58 1.161 3 42
2. Kering 359 165 25 987 7 24 333.178 92 76
3. Pekarangan 12 962 8 522 65 75 4.440 34 25
Jumlah 404 965 66 224 16 35 338.741 83 65

Sumber : BPS Kabupaten Donggala, 2005a

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari potensi lahan pertanian

sebesar 404 965 Ha yang dimanfaatkan sebesar 66 224 hektar atau sebesar 16.35

persen. Sehingga masih terdapat peluang pengembangan lahan pertanian sebesar

338 741 hektar atau sebesar 83.65 persen melalui perluasan areal terhadap potensi

lahan yang belum dimanfaatkan tersebut. Memperhatikan potensi sumberdaya

pertanian, wilayah Kabupaten Donggala memiliki peluang besar untuk

pengembangan usahatani padi sawah karena ditunjang oleh potensi sumberdaya

lahan yang luas, iklim dan letak geografis yang strategis. Salah satu jenis
3

komoditas yang mempunyai arti penting di sektor pertanian adalah padi karena

masih merupakan sumber penghasilan utama rumahtangga pertanian Sulawesi

Tengah.

Berdasarkan BPS Sulawesi Tengah (2003), bahwa jumlah tenaga kerja di

Sulawesi Tengah pada tahun 2002 sebesar 981 100 jiwa, bekerja di sektor

pertanian sebesar 547 748 jiwa atau sebesar 55.83 persen sedangkan yang bekerja

di sub sektor tanaman pangan dan hortikultura sebesar 80.82 persen dari jumlah

tenaga kerja di sektor pertanian. Sedangkan menurut BPS Sulawesi Tengah

(2007), bahwa penduduk yang bekerja di sektor pertanian pada tahun 2006

sebesar 68.87 persen sedangkan non pertanian sebesar 31.13 persen dan pada

tahun 2007 terjadi penurunan yang bekerja di sektor pertanian yaitu menjadi 59.5

persen sedangkan yang bekerja di sektor non pertanian mengalami peningkatan

menjadi 40.5 persen.

Kabupaten Donggala memiliki jumlah penduduk yang bekerja sebagai

petani sebesar 125 224 orang dan sebagai buruh diluar sektor pertanian sebesar 14

328 orang (BPS Kabupaten Donggala, 2005b). Terjadinya bermacam-macam

kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh petani salah satunya disebabkan karena

untuk mempertahankan hidupnya dan memecahkan masalah yang berkaitan

dengan tingkat pendapatan yang rendah. Pola demikian ini sering muncul di

daerah usahatani padi.

Salah satu pola kegiatan di pertanian seperti usahatani padi adalah suatu

pola yang memiliki masa sibuk dan masa senggang. Masa sibuknya pada saat

mengolah lahan dan menanam. Masa senggang pada saat menunggu panen

biasanya petani melakukan perawatan dan penyiangan gulma. Adanya waktu


4

senggang ini maka peranan pekerjaan di luar pertanian menjadi daya tarik bagi

rumahtangga petani. Menurut Suhartini (2001) bahwa bagi yang terjun di sektor

pertanian, pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke non pertanian terjadi

karena didorong oleh adanya harapan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan sektor pertanian.

Menurut Mangkuprawira (1985) bahwa secara teori tiap anggota

rumahtangga akan menyediakan jasanya untuk bekerja jika upah yang akan

diterima cukup menarik baginya. Namun untuk kebutuhan yang mendesak

terutama pada rumahtangga miskin tidak jarang mereka menerima berapapun

upah yang ada daripada menganggur dan tidak ada penghasilan sama sekali.

Proses pengambilan keputusan dalam suatu rumahtangga akan menentukan

apakah seseorang akan bekerja mencari nafkah atau memilih pekerjaan

rumahtangga atau waktu luang.

Fenomena pencaharian kerja untuk pendapatan tambahan rumahtangga

lazim dijumpai pada masyarakat pedesaan. Hal ini menandai adanya keragaman

dalam sumber pendapatan rumahtangga. Pendapatan rumahtangga berasal dari

berbagai sumber yang selalu berubah sesuai dengan musim dan kesempatan, pasar

tenaga kerja dan waktu luang setiap harinya. Pembagian pekerjaan relatif lentur

diantara anggota rumahtangga. Konsekuensi keadaan ini yaitu terjadinya

perubahan struktur pekerjaan dan alokasi waktu kerja pada anggota rumahtangga

petani yang pada gilirannya akan menyebabkan perubahan struktur pendapatan

rumahtangga petani di pedesaan.

Anggota rumahtangga dalam suatu rumahtangga pertanian biasanya

bekerja bersama-sama dalam suatu kegiatan usahatani. Besarnya waktu yang


5

dialokasikan oleh anggota rumahtangga dalam kegiatan usahatani tersebut

ditentukan oleh besarnya asset produktif yang dimiliki seperti luas lahan atau

modal produktif lainnya. Semakin besar asset yang dimiliki, semakin besar pula

jam kerja yang dialokasikan oleh anggota rumahtangga, terutama pada kegiatan

yang menyerap tenaga kerja besar seperti mengolah lahan/membajak, menanam,

menyiang, dan panen. Sedang pada saat-saat tidak sibuk, banyak anggota

rumahtangga yang mengalokasikan waktunya untuk kegiatan produktif (kegiatan

samping) baik dalam sektor pertanian maupun lainnya yang dapat memberikan

tambahan penghasilan keluarga.

Pada dasarnya rumahtangga petani padi tidak dapat dilihat hanya sebagai

penyedia kerja karena pada kenyataannya setiap rumahtangga petani dapat

menjalankan tiga peran sekaligus, yaitu sebagai penyedia tenaga kerja, produsen

dan konsumen. Keputusan curahan tenaga kerja rumahtangga baik pertanian

maupun di luar pertanian akan mempengaruhi proses produksi di pertanian.

Tujuan utama petani dalam berproduksi adalah meningkatkan taraf hidup melalui

usaha pengelolaan sumberdaya lahan, tenaga kerja dan modal, demikian juga

penghasilan petani padi baik dari pertanian maupun dari sumber lainnya akan

mempengaruhi tingkat pola pengeluaran rumahtangga.

Petani selama berperan sebagai produsen juga berperan sebagai konsumen,

suatu rumahtangga petani diasumsikan rasional dalam memaksimumkan

kepuasannya. Sebagai produsen, rumahtangga akan memproduksi lebih banyak

barang yang harganya relatif mahal dan lebih sedikit memproduksi barang yang

harganya murah. Sebagai konsumen, rumahtangga akan mengkonsumsi lebih

banyak barang yang harganya relatif murah dan mengkonsumsi lebih sedikit
6

barang yang harganya relatif mahal. Sedangkan sebagai pemilik faktor tenaga

kerja, jika pendapatan yang diterima dari pekerjaan utama tidak mencukupi

seluruh kebutuhan rumahtangga, maka rumahtangga yang rasional akan mencari

alternatif pekerjaan lain di luar pekerjaan utamanya. Jika ada peningkatan

pendapatan dari upah, maka harga barang per satuan waktu menjadi lebih murah.

Hal ini mengakibatkan produksi rumahtangga kurang menguntungkan dan akan

terjadi pengalihan waktu untuk bekerja menjadi waktu luang. Jika penambahan

waktu luang sebesar pengurangan waktu bekerja di rumahtangga maka waktu

bekerja di pasar akan tetap. Perubahan pendapatan dan upah berpengaruh terhadap

alokasi penggunaan waktu seseorang dalam rumahtangga.

Berdasarkan uraian diatas maka menarik untuk diteliti tentang curahan

tenaga kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani pada lahan sawah

di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.

1.2. Perumusan Masalah

Bertolak dari besarnya kontribusi sektor pertanian dalam kesempatan

kerja, ternyata produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian paling rendah

dibandingkan dengan sektor lainnya. Pada tahun 2002 produktivitas sektor

pertanian Rp 1.69 juta per orang per bulan, tahun 2003 turun menjadi Rp 1.68 juta

per orang per bulan. Sedangkan sektor lainnya (pertambangan, listrik, gas, dan

air) mencapai angka Rp 54.94 juta per orang per bulan. Di sektor perdagangan

besar, perdagangan eceran, rumah makan dan hotel mencapai Rp 4.21 juta per

orang per bulan, dan merupakan urutan kedua terendah setelah pertanian.

Angka produktivitas tersebut mengandung arti bahwa kondisi pekerja di

sektor pertanian sangat memprihatinkan, dapat pula dikatakan bahwa kondisi


7

pekerja di sektor pertanian saat ini dalam kondisi yang sudah jenuh terhadap

kesempatan kerja. Rendahnya produktivitas tenaga kerja pertanian tersebut dapat

dipahami, apabila dikaitkan dengan kondisi umur, tingkat pendidikan, curahan

kerja, dan luas lahan petani (Antara, 2007).

Kabupaten Donggala memiliki jumlah rumahtangga pertanian sebesar 78

191 dan banyaknya anggota rumahtangga pertanian sebesar 341 693 orang.

Berdasarkan hasil survei pendapatan tahun 2004 menunjukkan bahwa 69.4 persen

dari penduduk usia kerja Sulawesi Tengah bekerja di bidang pertanian, dengan

kata lain mata pencaharian utama penduduk Sulawesi Tengah adalah bertani dan

pendapatan utamanya bersumber dari usahatani padi (BPS Kabupaten Donggala,

2005b

Produksi tanaman padi sawah di Kabupaten Donggala tahun 2003 sebesar

240 547 ton per hektar menurun menjadi 227 501 ton per hektar pada tahun 2004

dan pada tahun 2005 lebih menurun lagi produksinya menjadi 201 425 ton per

hektar demikian pula dengan luas panen yang juga menurun dari 52 005 hektar

tahun 2003 menjadi 44 861 hektar pada tahun 2005 (BPS Kabupaten Donggala,

2006). Salah satu penyebab semakin menurunnya produksi, diduga karena

perilaku rumahtangga dalam mencurahkan waktu kerja yang tersedia. Alokasi

waktu kerja dalam rumahtangga akan mempengaruhi tingkat produksi, pendapatan

dan pengeluaran rumahtangga. Adanya hubungan secara simultan dalam ekonomi

rumahtangga terjadi antara aktivitas produksi dan konsumsi, serta hubungannya

dengan alokasi waktu dan pendapatan rumahtangga. Begitupula dengan

produktivitas padi masih rendah dan juga menjadi permasalahan di tingkat petani

adalah rendahnya produktivitas yang kian menurun yaitu pada tahun 2003
8

produktivitas sebesar 4,6 ton per hektar dan pada tahun 2005 turun menjadi 4.4

ton per hektar (BPS Kabupaten Donggala, 2006).

Salah satu penyebab semakin menurunnya produksi dan produkivitas,

diduga karena perilaku rumahtangga dalam mencurahkan waktu kerja yang

tersedia. Alokasi waktu kerja dalam rumahtangga akan mempengaruhi tingkat

produksi, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga yang menyebabkan petani

tidak dapat mengandalkan pendapatannya hanya dari usahatani padi. Ini terlihat

pada data yang bersumber dari hasil survei pendapatan petani Sulawesi Tengah

tahun 2008 bahwa rata-rata pendapatan per kapita Sulawesi Tengah hanya sebesar

Rp 9 074 112.

Pada beberapa provinsi di Indonesia sebagian besar pendapatan

rumahtangga pertanian berasal dari sektor pertanian baik dari usahataninya

maupun buruh dan secara nominal pendapatan rumahtangga pertanian masih

tergolong kecil untuk hidup layak yaitu Rp 639 000–Rp 946 000 per bulan dengan

jumlah anggota rumahtangga sebesar 3–5 orang. Ini berarti bahwa pendapatan

perkapita Sulawesi Tengah masih masuk dalam kisaran tersebut sehingga petani

berusaha mencurahkan kerja bukan saja hanya pada usahataninya melainkan juga

pada usahatani atau kegiatan lain untuk meningkatkan pendapatannya.

Menurut Yusdja (1985), bahwa rumahtangga pedesaan terdorong untuk

melakukan curahan tenaga kerjanya per tahun pada berbagai kegiatan baik di

sektor pertanian maupun non pertanian. Pekerjaan sebagai petani tidak menjamin

rumah tangga dalam mencukupi kebutuhan hidupnya, banyak kendala yang

dihadapi, dimana petani mendapatkan penghasilan dari kegiatan produksinya.

Produksi yang dihasilkan seringkali tidak memuaskan karena faktor internal dan
9

eksternal. Rumahtangga pedesaan terdorong untuk melakukan curahan kerjanya

pertahun pada berbagai kegiatan. Menurut Sitorus (1994), seluruh kasus

rumahtangga miskin menerapkan strategi nafkah ganda yaitu tidak mengharapkan

hanya dari satu pekerjaan melainkan dari beberapa macam pekerjaan tergantung

musim dan kesempatan.

Melihat kenyataan tersebut, maka pengembangan kegiatan di dalam dan di

luar sektor pertanian perlu diberikan perhatian yang lebih besar guna

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Terlebih lagi menurut

(Susilowati et al., 2001), dengan adanya perubahan kondisi perekonomian

berdampak pada perubahan struktur ekonomi pedesaan khususnya masalah

kesempatan kerja dan pendapatan rumahtangga pedesaan. Dampak perubahan

tersebut sangat beragam antar wilayah tergantung kepada keragaman kondisi

agroekosistem dan tipe pertanian yang dikembangkan di wilayah tersebut.

Berdasarkan BPS Kabupaten Donggala (2006), bahwa dari hasil registrasi

penduduk akhir tahun 2004 diketahui jumlah penduduk Kabupaten Donggala

hanya sebesar 457 403 jiwa, dan pada tahun 2006 meningkat menjadi sebesar 486

316 jiwa. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat

kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan. Hingga akhir tahun 2004

kepadatan penduduk tercatat hanya sebesar 41 jiwa per km² dan pada tahun 2006

sebanyak 46 jiwa per km², dengan luas wilayah Kabupaten Donggala sebesar 10

471.71 km². Hal ini berarti bahwa pada wilayah Kabupten Donggala terjadi

peningkatan kepadatan penduduk.

Dengan jumlah penduduk yang meningkat setiap tahun dan adanya

konversi lahan dari pertanian ke non pertanian mengakibatkan ketersediaan lahan


10

untuk pertanian menjadi semakin sempit, dan pemilikan lahan oleh petani juga

semakin sempit. Kondisi kepemilikan lahan yang sempit dan pemilikan modal

yang rendah di pedesaan merupakan kendala yang membatasi petani untuk meraih

pendapatan yang lebih tinggi dari usahataninya. Hal ini mengakibatkan petani

tidak dapat menggantungkan pemenuhan hidup rumahtangga dari usahataninya.

Hal inilah yang juga mendorong terjadinya alokasi curahan kerja rumahtangga

pada berbagai kegiatan, baik di sektor pertanian maupun sektor non pertanian.

Berdasarkan uraian di atas maka muncul beberapa pertanyaan: (1)

bagaimana pola alokasi curahan kerja di rumahtangga petani lahan sawah dan

mengapa produktivitas padi rendah? (2) apakah karena adanya kesempatan kerja

di non usahatani sehingga mempengaruhi curahan kerja di usahatani dan faktor-

faktor apa yang mempengaruhi curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran

rumahtangga petani? Oleh karena keputusan curahan kerja berada pada lingkup

rumahtangga maka untuk menjawab pertanyaan tersebut diperlukan pengetahuan

yang cukup tentang perilaku rumahtangga yaitu bagaimana curahan kerja,

pendapatan dan pengeluaran rumahtangga.

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian adalah untuk mempelajari perilaku

rumahtangga petani lahan sawah dalam kegiatan ekonomi di Kabupaten Donggala

Sulawesi Tengah. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :

1. Menganalisis curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga

petani lahan sawah

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi curahan kerja, pendapatan

dan pengeluaran rumahtangga petani lahan sawah.


11

Kegunaan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi yang

berkaitan dengan curahan kerja, produksi, pendapatan, dan pengeluaran

rumahtangga petani lahan sawah khususnya pada usahatani padi dan non

usahatani, terutama dalam rangka meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya

manusia dan pendapatan petani agar lebih sejahtera.

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah dengan unit

analisis rumahtangga petani padi. Rumahtangga yang juga memiliki sumber

pendapatan non pertanian. Penelitian mengkaji beberapa aspek kegiatan yaitu

alokasi curahan kerja, produksi, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga petani.

Keterbatasan penelitian ini antara lain (1) hanya meneliti kegiatan

ekonomi rumahtangga petani yaitu alokasi curahan kerja pada usahatani padi,

alokasi curahan kerja pada non usahatani, pendapatan dari usahatani padi,

pendapatan dari non usahatani dan pengeluaran rumahtangga, (2) hanya pada

usahatani padi karena kesulitan dalam mengakses data, dan (3) alokasi curahan

kerja pada non usahatani yaitu alokasi curahan kerja anggota rumahtangga pada

kegiatan perdagangan, buruh bangunan dan industri rumahtangga.


12

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Curahan Kerja

Cukup banyak penelitian-penelitian terdahulu tentang curahan kerja dan

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap curahan kerja pada kegiatan usahatani

seperti, Rochaeni dan Lakollo ( 2005) menjelaskan tentang curahan waktu kerja

pada usahatani adalah jumlah jam kerja yang dicurahkan anggota rumahtangga

pada usahatani. Curahan waktu kerja pada usahatani dibagi menjadi curahan

waktu kerja suami dan curahan waktu kerja isteri. Curahan waktu kerja suami

pada usahatani padi dipengaruhi oleh curahan waktu kerja suami pada usahatani

non padi, biaya tenaga kerja luar keluarga, pengeluaran total rumahtangga, umur

suami, dan pendidikan suami. Curahan waktu kerja isteri pada usahatani

dipengaruhi oleh curahan waktu kerja isteri pada non usahatani, biaya tenaga kerja

luar keluarga, pengeluaran total rumah tangga, dan jumlah anak balita.

Curahan waktu kerja pada non usahatani adalah jumlah waktu yang

dicurahkan anggota rumah tangga untuk kegiatan non usahatani. Curahan waktu

kerja pada non usahatani terdiri dari curahan waktu kerja suami dan curahan kerja

isteri, dan curahan waktu kerja anak. Curahan waktu kerja suami pada non

usahatani dipengaruhi oleh pendapatan suami pada non usahatani, curahan waktu

kerja pada usahatani, umur suami, dan pendidikan suami. Curahan waktu kerja

isteri pada non usahatani dipengaruhi oleh pendapatan dari non usahatani, curahan

waktu kerja pada usahatani dan jumlah anak balita. Curahan waktu kerja anak

pada non usahatani dipengaruhi oleh pendapatan anak pada non usahatani, umur

anak, dan pendidikan anak (Rochaeni dan Lakollo, 2005).


13

Nurmanaf (1989) dalam penelitiannya mengenai alokasi curahan kerja

rumahtangga pedesaan di Lampung menemukan bahwa curahan kerja

rumahtangga dipengaruhi oleh faktor-faktor pendorong yang ada pada

rumahtangga itu sendiri dan faktor penarik dari luar. Identifikasi faktor-faktor

yang mempengaruhi curahan kerja dibatasi pada faktor-faktor di tingkat

rumahtangga dan dirinci kedalam tiga sektor kegiatan yaitu, kegiatan usaha

pertanian, buruh pertanian dan luar pertanian. Faktor-faktor yang berpengaruh

pada curahan jam kerja rumahtangga, pendidikan, jumlah angkatan kerja

rumahtangga, luas lahan pertanian yang dimiliki, dan perbedaan agroekologi

daerah sawah dan lahan kering.

Menurut Soepriati (2006) bahwa curahan kerja untuk meningkatkan

produksi dipengaruhi oleh curahan kerja luar usaha terutama untuk tanaman padi

yang lebih banyak membutuhkan tenaga kerja luar keluarga. Peningkatan curahan

kerja luar keluarga sangat dipengaruhi oleh besarnya upah yang diperoleh.

Curahan kerja di luar usahatani sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur,

pendapatan yang diharapkan. Curahan kerja pada usahatani dipengaruhi oleh

pendapatan dari usahatani, curahan kerja luar keluarga, jumlah anggota keluarga

dan curahan kerja non usahatani.

Penelitian Sumaryanto (1989) menemukan bahwa faktor-faktor yang

berpengaruh nyata dalam penawaran tenaga kerja pada usahatani padi adalah

tingkat upah riil, luas lahan garapan, pendapatan di luar usahatani padi, status

garapan, faktor kelembagaan hubungan kerja, dan kondisi agroekosistem. Jumlah

anggota rumahtangga usia kerja, beban tanggungan dan harga gabah riil tidak

berpengaruh nyata.
14

Mangkuprawira (1985) mengkaji alokasi dan kontribusi kerja anggota

keluarga di Sukabumi, Jawa Barat. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa

tampak nyata alokasi suami dan istri dalam mencari nafkah dipengaruhi oleh

faktor-faktor demografis, ekonomi dan ekologi. Faktor imbalan kerja suami dan

istri berpengaruh nyata dan positif terhadap alokasi waktu suami dan istri dalam

mencari nafkah. Pola pengeluaran rumahtangga berhubungan nyata dengan faktor-

faktor pendapatan rumahtangga, pendidikan suami, tipe alokasi dan musim.

Tingkat partisipasi wanita diduga tergantung pada tiga faktor. Pertama,

dalam masyarakat yang tingkat fertilisasinya tinggi sehingga ukuran tenaga kerja

normal adalah tidak besar, wanita muda tidak berkarir dan tidak akses pada

pendidikan dan pelatihan. Kedua, jika rata-rata tingkat fertilisasi tinggi, fertilisasi

menekan aktivitas wanita. Kondisi tenaga kerja anak bisa digunakan sebagai

subtitusi bagi bentuk tenaga kerja yang lain, ini bisa timbul pada masyarakat kota

maupun desa yang berpenghasilan rendah. Pembatasan penggunaan tenaga kerja

anak, akan meningkatkan partisipasi tenaga kerja wanita, yang semestinya

disubtitusikan oleh tenaga kerja anak. Oleh karena itu bukan hanya dengan

menggalakkan penurunan tingkat kesuburan wanita, tetapi juga perbaikan posisi

bersaing wanita dalam pasar tenaga kerja, akan meningkatkan partisipasi tenaga

kerja wanita. Ketiga, aktivitas ekonomi wanita dibatasi oleh aktivitas

pemeliharaan anak. Hal ini juga tergantung pada ketersediaan tenaga kerja

alternatif untuk aktifitas pemeliharaan anak, terutama oportuniti biaya relatif

pemeliharaan anak terhadap pendapatan wanita (Standing, 1978)

Penyerapan tenaga kerja pada usahatani padi di Jawa Barat tanpa membedakan

pria dan wanita menunjukkan bahwa alokasi waktu kerja bagi setiap rumahtangga
15

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : (1) pola hidup, (2) pemilikan aset

produktif, (3) keadaan sosial ekonomi rumahtangga, (4) tingkat upah, dan (5)

karakteristik yang melekat pada setiap anggota rumahtangga (Irawan, et al, 1988).

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian di atas, disimpulkan bahwa

curahan waktu kerja pada usahatani adalah jumlah jam kerja yang dicurahkan

anggota rumahtangga baik pada kegiatan usahatani maupun non usahatani dan

secara umum bahwa curahan kerja suatu rumahtangga pada suatu kegiatan sangat

dipengaruhi oleh pendapatm yang diperoleh, jumlah anggota rumahtangga dan

pendapatan di luar usahatani. Sedangkan keputusan produksi dan konsumsi

rumahtangga saling terkait sehingga perlu dilakukan analisis secara simultan.

2.2. Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga

Pendapatan rumahtangga petani berasal dari berbagai sumber dengan

kontribusi masing-masingnya bervariasi antara daerah, agroekosistem, dan antara

kelompok pendapatan. Kontribusi sektor pertanian terhadap struktur pendapatan

rumahtangga pedesaan sangat dipengaruhi oleh sumberdaya, aksesibilitas

terhadap penguasaan modal, ketrampilan dan teknologi, selain itu pula bahwa

jumlah anggota rumahtangga, luas lahan dan alokasi tenaga kerja juga dapat

mempengaruhi pendapatan rumahatangga. Sedangkan Pengeluaran rumahtangga

petani menunjukkan pola yang berbeda berdasarkan kelompok pendapatan,

agroekosistem, pendapatan total keluarga, jumlah anggota rumah tangga dan

pengeluaran untuk investasi pendidikan. Pengeluaran untuk konsumsi pangan

tetap utama dan meningkat dengan peningkatan pendapatan.

Dewasa ini sumber pendapatan sebagian besar rumahtangga tidak hanya

dari satu sumber, melainkan dari beberapa sumber atau dikatakan rumahtangga
16

tersebut melakukan diversifikasi pekerjaan atau memiliki aneka ragam sumber

pendapatan (Susilowati et al, 2002)

Sejalan dengan hal tersebut maka Andriati (2003) menyatakan bahwa

sumber pendapatan rumahtangga petani terutama berasal dari pendapatan non

pertanian dan yang terbesar berasal dari pria. Untuk total pendapatan rumahtangga

petani per tahun, pendapatan agroekosistem dataran tinggi sedikit berbeda dari

dataran rendah karena adanya sumber pendapatan lain. Pengeluaran rumahtangga

petani menunjukkan pola yang berbeda berdasarkan kelompok pendapatan dan

agroekosistem. Pengeluaran untuk konsumsi pangan tetap utama dan meningkat

dengan peningkatan pendapatan, demikian pula pada agroekosistem dataran

rendah dan tinggi. Pengeluaran untuk konsumsi non pangan pada agroekosistem

dataran tinggi meningkat dengan peningkatan pendapatan, namun pada

agroekosistem dataran rendah konsumsi non pangan pada kelompok pendapatan

menengah lebih kecil dari kelompok pendapatan rendah. Pengeluaran untuk

investasi pada agroekosistem dataran rendah menitikberatkan pada investasi

pendidikan baik pada kelompok pendapatan tinggi, menengah, dan kelompok

pendapatan rendah. Pada agroekosistem dataran tinggi, titik berat investasi

pendidikan hanya pada kelompok pendapatan menengah. Sedang pada kelompok

pendapatan tinggi, investasi aset rumahtangga lebih diutamakan, namun kelompok

pedapatan rendah lebih mengutamakan investasi kesehatan. Berdasarkan hasil

penelitian Gunawan dan Sodikin (1990) menunjukkan bahwa pendapatan

rumahtangga petani di desa tanah kering lebih tinggi daripada daerah persawahan.

Becker (1985) menyatatakan bahwa pendapatan per jam wanita yang

belum kawin melebihi pendapatan per jam wanita yang sudah kawin pada pasar
17

kerja yang sama karena wanita yang sudah kawin mempunyai anak dan

bertanggungjawab atas pemeliharaannya. Fenomena meningkatnya partisipasi

angkatan kerja wanita disertai dengan menurunnya fertilitas. Penurunan tingkat

fertilitas berarti jumlah anak sedikit sehingga wanita mempunyai energi yang

lebih banyak dan waktu yang lebih fleksibel untuk masuk ke angkatan kerja.

Kontribusi sektor pertanian terhadap struktur pendapatan rumahtangga

pedesaan sangat dipengaruhi oleh sumberdaya, aksesibilitas terhadap penguasaan

modal dan keterampilan, serta teknologi (Sudaryanto dan Syafaat 1993). Hasil

penelitian Hadi (1985), menyimpulkan bahwa beberapa faktor yang

mempengaruhi pencurahan tenaga kerja pada kegiatan di luar pertanian dan

pendapatan rumahtangga pedesaan yaitu: (1) jumlah anggota rumahtangga, (2)

jarak dari desa ke kota kabupaten terdekat, dan (3) pendapatan bersih per hari

pada kegiatan non pertanian. Alokasi tenaga kerja pedesaan pada berbagai sumber

pendapatan dimungkinkan karena tersedianya alternatif kesempatan kerja pada

berbagai bidang, terutama sektor non pertanian.

Chuzaimah (2006) menyimpulkan bahwa tingkat pendapatan dan

pengeluaran petani peserta Rice Estate lebih besar dibandingkan petani non

peserta. Dimana luas lahan dan jumlah pestisida berpengaruh nyata terhadap

produksi peserta dan non peserta. Luas lahan, upah, pendapatan dari usahatani

dan usia kepala keluarga berpengaruh nyata terhadap tenaga kerja keluarga pada

usahatani. Alokasi tenaga kerja di luar usahatani dan pendapatan total

berpengaruh nyata terhadap pendapatan di luar usahatani. Pendapatan total,

jumlah tanggungan keluarga dan pendidikan istri berpengaruh nyata terhadap


18

konsumsi pangan. Produksi tahun lalu, konsumsi pangan, dan total pendapatan

berpengaruh nyata terhadap stok peserta serta konsumsi pangan dan pendapatan

total terhadap non peserta. Pendidikan kepala keluarga berpengaruh nyata

terhadap rekreasi peserta dan pendapatan total, luas lahan dan dummy asal petani

terhadap non peserta.

Soepriati (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pola pengeluaran

rata-rata rumah tangga petani lahan sawah menunjukkan bahwa konsumsi pangan

lebih besar dari non pangan yang dipenuhi dari pendapatan non usahatani. faktor-

faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi usahatani padi, ubi jalar, dan ubi

kayu adalah kepemilikan lahan, curahan kerja keluarga dan penggunaan pupuk.

Curahan kerja di luar usahatani sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur,

dan pendapatan yang diharapkan. Curahan kerja pada usahatani dipengaruhi oleh

pendapatan dari usahatani, curahan kerja luar keluarga, jumlah anggota keluarga

dan curahan kerja non usahatani. Pengeluaran konsumsi pangan sangat

dipengaruhi oleh pendapatan total keluarga, jumlah anggota rumah tangga dan

pengeluaran untuk investasi pendidikan.

Hasil penelitian Sarasutha, et al, (2003) menunjukkan bahwa sumber

pendapatan rumahtangga petani di Sulawesi Tengah terutama berasal dari

usahatani tanaman pangan. Sedangkan dari sektor non pertanian berasal dari

dagang, usaha atau pekerja jasa, buruh bangunan, buruh industri, pegawai negeri

atau pegawai swasta, dan lain-lain. Sumber pedapatan rumahtangga petani yang

mengusahakan komoditas pangan sebagian besar 92.37 persen berasal dari sektor

pertanian, sedangkan non pertanian hanya 7.63 persen. Usahatani tanaman


19

pangan memberikan kontribusi terbesar 43.60 persen, kontribusi pendapatan yang

cukup besar juga didapatkan dari usahatani perkebunan 28.14 persen dan

usahatani ternak 13.92 persen.

Pengeluaran dari kelompok makanan padi-padian terhadap total

pengeluaran pangan memiliki kontribusi terbesar baik secara agregat, daerah kota,

maupun bagi rumahtangga dengan kelas pendapatan berbeda. Terdapat

kecendrungan pangsa pengeluaran kelompok padi-padian di kota lebih rendah

daripada di desa serta juga terdapat kecendrungan pangsa tersebut makin rendah

dengan makin tingginya pendapatan. Untuk kelompok ikan, daging, telur dan

susu, kacang-kacangan, buah-buahan, makanan dan minuman jadi, pangsa

pengeluaran masing-masing kelompok tersebut bagi rumahtangga di kota lebih

tinggi daripada di desa (Sarasutha, et al, 2003)

Pengeluaran rumahtangga petani yang mengusahakan komoditas pangan

sebesar 58.16 persen, merupakan pengeluaran pangan Pengeluaran terbesar untuk

makanan pokok berupa lauk pauk, sayur, dan buah sebesar 40.86 persen.

Pengeluaran non pangan sebesar 41.84 persen dengan persentase terbesar

pengeluaran untuk bahan bakar dan penerangan sebesar 9.26 persen serta

pendidikan sebesar 8.65 persen. Rata-rata pengeluaran rumahtangga petani

Sulawesi Tengah sebesar 60.04 persen berupa pengeluaran pangan, sedangkan

pengeluaran untuk makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah sebesar 36.82

persen. Pengeluaran non pangan sebesar 39.96 persen dengan pengeluaran

terbesar untuk bahan bakar dan penerangan sebesar 11.87 persen.

Pengeluaran rumahtangga yang mengusahakan komoditas padi sawah

sebesar 53.58 persen merupakan pengeluaran pangan, sebagian besar pengeluaran


20

berupa makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah sebesar 34.04 persen.

Pengeluaran non pangan sebesar 46.42 persen dengan pengeluaran terbesar berupa

bahan bakar dan penerangan sebesar 11.50 persen, pengeluaran lain-lain untuk

upacara keagamaan sebesar 4.96 persen (Sarasutha, et al, 2003) .

Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut nampaknya bahwa sumber

pendapatan rumahtangga dapat berasal dari pendapatan disektor pertanian maupun

non pertanian, sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan

seperti jumlah anggota keluarga, alokasi tenaga kerja dan sebagainya. Sedangkan

pengeluaran konsumsi pangan sangat dipengaruhi oleh pendapatan total keluarga,

jumlah anggota rumah tangga dan pengeluaran untuk investasi pendidikan.

2.3. Studi Empiris Model Ekonomi Rumahtangga

Model ekonomi rumahtangga petani (agricultural household model) telah

dicoba diaplikasikan untuk menjelaskan perilaku ekonomi rumahtangga petani

oleh beberapa peneliti seperti, Rosalinda (2004) dalam penelitiannya yang

berjudul ”Kajian Curahan Tenaga Kerja, Produksi dan Konsumsi Rumahtangga

Petani Lahan Kering di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Sukabumi”

menyimpulkan bahwa orientasi petani padi gogo mengarah pada usahatani

subsisten, yang disebabkan oleh penguasaan lahan yang relatif sempit dan

minimnya sumber uang tunai untuk membeli input tunai serta harga gabah yang

tidak memadai. Penggunaan tenaga kerja keluarga pada lahan ini dipengaruhi

oleh luas areal, total pendapatan rumahtangga dan ukuran keluarga. Kegiatan

produksi dipengaruhi oleh biaya penggunaan saprotan, umur petani, dan proporsi

nilai produksi padi gogo terhadap produksi total, sedangkan konsumsi pangan

dipengaruhi oleh besarnya produksi, ukuran keluarga, dan konsumsi pangan dari
21

usahatani lahan sawah. Selain itu ia juga menemukan bahwa semakin besar total

pendapatan yang diterima rumahtangga petani maka semakin sedikit tenaga kerja

keluarga yang dicurahkan pada usahatani lahan gogo dan semakin besar nilai

produksi usahatani, semakin besar bagian produksi yang dikonsumsi.

Ongge (2001) dengan penelitiannya yang berjudul ”Analisis Curahan

Kerja Wanita dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumahtangga Petani di

Kabupaten Jayawijaya-Irian Jaya” menemukan bahwa pria dan wanita berada

dalam posisi yang tidak setara. Hal ini terlihat dari curahan kerja wanita yang

lebih besar dibanding pria pada kegiatan usahatani, tetap keputusan dalam

rumahtangga tetap didominasi oleh pria.

Dirgantoro (2001) dalam penelitiannya yang berjudul ”Alokasi Tenaga

Kerja dan Kaitannya dengan Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Petani

Sawi” menemukan bahwa secara keseluruhan kenaikan harga sawi dan upah di

luar pertanian serta kombinasi keduanya akan meningkatkan curahan tenaga kerja

rumahtangga, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani sawi.

Perilaku rumahtangga petani padi dalam kegiatan ekonomi di Jawa Barat

menunjukkan bahwa produksi padi sangat dipengaruhi oleh luas sawah garapan,

pendapatan bersih usaha padi dan curahan tenaga kerja baik laki-laki maupun

perempuan (Andriati, 2003). Data sekunder panel petani nasional Jawa Barat

dipergunakan dalam studi ini dengan menggunakan model ekonometrika yang

dianalisis secara simultan, sedangkan analisis dampak perubahan harga input dan

output usahatani dilakukan dengan metode simulasi.

Model ekonomi rumahtangga petani dengan menggunakan model simultan

pada komoditas tanaman pangan dan perkebunan di provinsi Lampung juga telah
22

dilakukan oleh Asmarantaka (2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kenaikan harga output mempunyai dampak positif terhadap produksi dan

penggunaan input, terutama di desa pangan. Kenaikan harga input berdampak

negatif terhadap produksi, terutama di desa pangan padi. Hal yang sama, kenaikan

penggunaan tenaga kerja keluarga yang diiringi dengan kenaikan harga input dan

output mempunyai dampak positif terhadap produktivitas usahatani dan

pendapatan rumahtangga petani terutama di desa pangan padi. Di desa kebun,

kenaikan investasi alat-alat pertanian berdampak positif terhadap produksi kebun

dan pendapatan total.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ekonomi

rumahtangga dalam model ekonomi rumahtangga petani maka terdapat

komponen-komponen peubah yang menjadi unsur utama yang membentuk

keterkaitan perilaku ekonomi rumahtangga petani, yaitu: kegiatan produksi,

curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga.


23

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Konsep Dasar Ekonomi Rumahtangga

Becker (1976), menganalisis keadaan ekonomi rumahtangga yang dalam

penelitiannya tersebut menggunakan analisis simultan untuk melihat rumahtangga

sebagai pengambilan keputusan baik dalam kegiatan produksi maupun kegiatan

konsumsi yang hubungannya dengan alokasi waktu produktif dan non produktif

serta pendapatan rumahtangga yang diperoleh.

Menurut Becker (1976) bahwa ada dua proses dalam perilaku

rumahtangga yaitu proses produksi dan konsumsi yang mempunyai keterkaitan

sangat erat yang harus dianalis secara bersama-sama. Becker menerapkan fungsi

kepuasan sederhana dari konsumsi barang-barang dalam ekonomi rumahtangga,

sehingga fungsi kepuasan rumahtangga dikemukakan Becker sebagai berikut :

U = U (Z1, Z2, ............,Zm) ....................................................................(3.1)

dimana:

Zi = produk yang dihasilkan oleh rumahtangga (i = 1,2,…….m)

Produk yang dihasilkan oleh rumahtangga ini merupakan fungsi produksi

dari:

Zi = fi (xi, Ti) ………………………..…………………………………(3.2)

dimana:

xi = barang dan jasa ke-i yang dibeli di pasar.


Ti = waktu yang digunakan untuk menghasilkan barang Z ke i

Dalam memaksimumkan kepuasannya, rumahtangga dibatasi oleh kendala

anggaran dan kendala waktu yang terlihat pada persamaan sebagai berikut:
24

∑p x
1
i i = I = V + Tw w ........................................................................(3.3)

∑T 1
i = Tc = T − Tw .................................................................................(3.4)

dimana:

pi = harga barang dan jasa ke-i yang dibeli di pasar


Tw = waktu yang digunakan untuk bekerja
W = upah per unit Tw
V = pendapatan selain upah
Tc = jumlah waktu yang dihabiskan untuk mengkonsumsi
T = jumlah waktu yang tersedia
I = Pendapatan rumahtangga

Dengan berdasarkan konsep dikemukakan oleh Strauss (1986), yang

menggunakan comparative statics untuk melihat secara terpisah antara

pendapatan dan pembelanjaan suatu rumahtangga, maka dalam penelitian ini

diasumsikan rumahtangga mengkonsumsi yaitu leisure (Xl), barang yang dibeli di

pasar (Xm) dan barang yang dihasilkan rumahtangga (Xu), sehingga fungsi utilitas

rumahtangga adalah:

U = U (Xl, Xm, Xu ) ……………….…………………………………...(3.5)

dimana X u adalah barang yang dihasilkan oleh rumahtangga dari usahatani padi,

ada yang dikonsumsi dan ada yang dijual. Dalam memaksimumkan utilitasnya,

rumahtangga dibatasi oleh kendala anggaran:

L
Y = ∑p Xi =1
i i …………………………………………………………(3.6)

dimana:

Y = full income rumahtangga


pi = harga komoditi
25

dalam hal ini full income sama dengan nilai dari waktu yang tersedia

ditambah dengan nilai produksi rumahtangga dikurangi nilai dari input variabel

dan nilai dari non upah seperti yang terlihat pada persamaan berikut:

M N
Y = p L T + ∑ q j Q j − ∑ q iVi − p L L + E ……………………………
j =1 i =1

(3.7)

dimana:

T = waktu yang tersedia


Qj = output untuk j = 1, ………….., M
Vi = input-input variabel selain tenaga kerja, untuk i = 1, ……..,N
L = permintaan tenaga kerja
qj = harga Qj
qi = harga Vi
E = pendapatan yang bukan dari produksi rumahtangga

Untuk menghasilkan barang Qs dan semua barang yang dapat dijual di

pasar, rumahtangga menggunakan tenaga kerja (L), input variabel (V) dan input

tetap (K). Fungsi lagrangnya dapat dituliskan:

= U (Xl, Xm, Xu) + λ[pLT + (qjQu – pLL - qvV) + E – p LXL – p mXm –

puXu] + µG(Qu L, V, K) .......……………………………….........(3.8)

dimana syarat pertama yang harus dipenuhi adalah turunan pertama dari fungsi

tersebut harus sama dengan 0, sehingga turunan parsialnya sebagai berikut:

∂£
= U L − λp L = 0 .............................................................................(3.9)
∂X l

∂£
= U m − λp m = 0 ..........................................................................(3.10)
∂X m

∂£
= U u − λpu = 0 ...........................................................................(3.11)
∂X u
26

∂£
= pL(T − Xl −L) + pu (Qu − Xu) − pvV − pmXm +E =0........................................(3.12)
∂λ

∂£ 1 ∂£ µ
= λp u + µGu = 0 atau = pu + Gu ................................... (3.13)
∂Qu λ ∂Qu λ

∂£ 1 ∂£ µ
= −λp L + µG L = 0 atau = −pL + GL .................................. (3.14)
∂L λ ∂L λ

∂£ 1 ∂£ µ
= −λpv + µGv = 0 atau = −pv + Gv .................................. (3.15)
∂V λ ∂V λ

∂£
= G (Qs , Q p , Qb , Qu , L,V , K ) = 0 ....................................................(3.16)
∂µ

fungsi permintaan rumahtangga terhadap leisure dan barang diperoleh dari

persamaan (3.9) hingga (3.12) bila persamaan-persamaan tersebut diselesaikan

secara simultan. Adapun fungsi permintaan rumahtangga terhadap leisure dan

barang adalah sebagai berikut:

Da = Da (pu, pL, pv, Y); a = Xl, Xm, Xu ..................................................(3.17)

fungsi penawaran tenaga kerja rumahtangga untuk kegiatan yang berkaitan

dengan seluruh aktivitas produksi di dalam rumahtangga merupakan fungsi dari

faktor-faktor sebagai berikut:

Sb = Sb(p u, p L, pv, Y); b = p .................................................................(3.18)

fungsi penawaran produk yang dihasilkan oleh rumahtangga dari kegiatan

usahatani dan fungsi permintaan inputnya diperoleh dari persamaan (3.13) hingga

(3.16), dimana fungsi penawaran produk yang secara keseluruhan sebagian

dikonsumsi oleh rumahtangga merupakan fungsi marketed surplus yang

dinyatakan sebagai berikut:

MS = MS(pu, pL, pv, Y).........................................................................(3.19)


27

adapun fungsi permintaan input rumahtangga untuk melakukan aktivitas

produksi dapat dilihat pada persamaan berikut:

Bw = Bw ((pu, pL, pv, Y); w = L, V ........................................................(3.20)

3.2. Efek Upah terhadap Alokasi Waktu Rumahtangga

Bryant (1990) menyatakan bahwa upah individu dapat menguasai pasar

tenaga kerja dengan harga leisure, yaitu sejumlah uang rumahtangga yang

dikorbankan untuk mengkonsumsi waktu leisure. Ketika upah berubah yang

disebabkan oleh harga leisure yang berubah dan salah satu keluarga dapat

menduga untuk merespon dengan merubah permintaannya untuk leisure. Upah

juga merupakan bagian integral dari produktivitas individu dalam mendapatkan

barang-barang yang dibeli, yaitu w/p menunjukkan kuantitas market goods yang

dapat diperoleh dengan melakukan setiap jam market work dan menggunakan

penghasilannya untuk membeli barang.

Suatu perubahan di dalam upah juga merubah produktivitas pasar individu

yang relatif terhadap produktivitas rumahtangga. Memodifikasi penjualan, pada

akhirnya berdampak pada distribusi waktu kerja antara produksi pasar dan

rumahtangga (Gambar 1). DEBT adalah garis total budget rumahtangga untuk

merubah upah. Upah terhadap individu adalah w dan dikarenakan slope dari DE

adalah w/p. Kepuasan yang maksimal dari rumahtangga pada titik P, dimana

individu menghabiskan jam Olp per minggu dalam aktivitas leisure, jam HL di

dalam pasar tenaga kerja, dan jam TH di dalam aktivitas kerja rumahtangga. Bila

terjadi perubahan perilaku individu karena adanya respon terhadap peningkatan

upah dari w ke w’, maka hal-hal yang terjadi adalah hubungan antara

produktivitas pasar individu (w/p) dan produktivitas rumahtangga gh berubah.


28

Dengan meningkatnya w jumlah barang yang dapat dibeli dengan menggunakan

satu jam pertama pada pasar kerja (w/p) akan lebih besar dibandingkan jumlah

barang yang dapat dihasilkan pada satu jam terakhir yang digunakan pada

aktivitas rumahtangga pada titik E, dimana g h E


< w' / p . Sebagai konsekuensinya

rumahtangga dapat menghasilkan lebih banyak barang dengan curahan waktu

kerja yang sama jika jumlah waktu yang digunakan untuk aktivitas rumahtangga

dikurangi dan waktu yang digunakan untuk bekerja ditingkatkan.

Peningkatan upah akan menyebabkan individu mensubtitusi pasar kerja

dengan aktivitas rumahtangga sepanjang jumlah total waktu kerja adalah konstan.

Substitusi pasar kerja terhadap aktivitas rumahtangga ditunjukkan oleh pergeseran

total anggaran rumahtangga dari DEBT ke D’E’BT, dimana penurunan waktu

kerja rumahtangga dari THe ke THe’ dan meningkatnya jam kerja dari He ke He’.

Sebelum adanya peningkatan upah, titik E adalah titik persinggungan antara

fungsi produksi rumahtangga AB dan garis anggaran DE. Pada titik E,

w / p = g h E . Ketika w meningkat ke w’, w' / p > g h E dan individu akan

mensubtitusi kerja dengan aktivitas rumahtangga, sehingga equilibrium

rumahtangga yang baru ada pada titik E’, dimana w' / p = g h E'
dan garis anggaran

yang baru adalah D’E’ dan slopenya adalah w’/p. Proses subtitusi ini disebut efek

subtitusi produksi. Ketika upah meningkat dari w/p ke w’/p, harga leisure

menjadi relatif lebih mahal terhadap harga barang. Bila kepuasan rumahtangga

dianggap konstan, maka rumahtangga akan mensubtitusi barang yang harganya

lebih murah dengan leisure yang harganya lebih mahal. Hal ini terjadi bila terjadi

peningkatan jam kerja individu dan menggunakan kelebihan pendapatan yang


29

diperoleh untuk meningkatkan konsumsi keluarga terhadap barang. Hal ini

disebut dengan efek subtitusi konsumsi karena subtitusi terjadi pada aktivitas

konsumsi, bukan pada aktivitas produksi.

Efek subtitusi ini dapat dilihat pada persinggungan antara garis anggaran

yang baru D’E’ dengan kurva indiferen awal Uo. JJ adalah garis yang

bersinggungan dengan Uo pada titik Q. Dimana JD’ adalah jumlah pendapat real

yang harus dihasilkan rumahtangga untuk meningkatkan kepuasannya pada

tingkat upah yang baru seperti pada tingkat upah yang lama. Dengan kata lain

dengan adanya efek subtitusi konsumsi karena adanya peningkatan upah

mengakibatkan terjadi penurunan kuantitas leisure yang dikonsumsi dari 0Lp ke

0Lq dengan asumsi kepuasannya adalah konstan. Efek subtitusi total dengan

adanya peningkatan upah adalah penjumlahan dari efek subtitusi produksi dan

efek subtitusi konsumsi.

Adanya peningkatan upah mengakibatkan terjadi peningkatan real income

rumahtangga sehingga akan meningkatkan permintaan rumhtangga terhadap

barang maupun leisure sepanjang keduanya adalah barang normal. Efek

pendapatan dengan adanya peningkatan upah ditunjukkan oleh pergeseran dari JJ

ke D’E’ yang mengakibatkan terjadi peningkatan permintaan terhadap leisure dari

0Lq ke 0Lr dan equilibrium rumahtangga bergeser dari titik Q ke titik R. Hal ini

berarti terjadi penurunan penawaran tenaga kerja dan terjadi peningkatan

permintaan terhadap leisure, tetapi waktu kerja untuk aktivitas rumahtangga tidak

mengalami penurunan.
30

Efek total upah pada pasar kerja merupakan penjumlahan dari efek

subtitusi produksi, efek subtitusi konsumsi dan efek pendapatan, yang ditunjukkan

oleh persamaan berikut:

LrHe’- LpHe = HeHe’ + LpLq + LqLr ......................................................(3.21)

dimana kedua efek subtitusi mengakibatkan terjadi peningkatan jam kerja di luar

aktivitas rumahtangga sedangkan efek pendapatan mengakibatkan jam kerja

menurun, sehingga efek total upah bisa positif maupun negatif, tergantung pada

besar kecilnya masing-masing efek yang ditimbulkan. Dimana kurva penawaran

tenaga kerja bisa positif seperti umumnya (dengan tingkat upah yang tinggi,

penawaran tenaga kerja meningkat) atau backward bending dan bisa juga negatif

(dengan tingkat upah yang tinggi, penawaran tenaga kerja rendah).

Goods
C+G T

U0 U1

D’

J R

D Q
P
A
E
E’
J

V B
31

0 Lq Lr Lp He He’ T

Sumber : Bryant, 1990


Gambar 1. Efek Upah pada Penggunaan Waktu Rumahtangga

Efek total upah pada aktivitas rumahtangga merupakan efek subtitusi

produksi. Dimana pada saat upah meningkat, waktu yang dicurahkan untuk

aktivitas rumahtangga berkurang dan tenaga kerja rumahtangga yang ada

berpindah ke pasar tenaga kerja. Hal ini ditunjukkan oleh HeHe’. Sedangkan efek

total upah pada leisure terdiri dari efek pendapatan dan efek subtitusi konsumsi.

Ketika harga relatif leisure meningkat terhadap harga barang, maka rumahtangga

akan mensubtitusi leisure dengan barang. Selain itu bila tingkat upah meningkat

maka real income rumahtangga juga meningkat sehingga permintaan terhadap

leisure akan meningkat, dimana:

LrLp = LpLq + LqLr ...............................................................................(3.22)

3.3. Efek Pendapatan Rumahtangga terhadap Perilaku Kerja

Menurut Bryant (1990) bahwa pendapatan keluarga memiliki dua sumber

yaitu pendapatan kerja dan pendapatan non kerja. Pendapatan karena bekerja

ditentukan oleh seberapa besar upah yang diperoleh per satuan unit waktu di pasar

tenaga kerja. Perubahan upah maupun jam kerja suatu rumahtangga berdampak

kepada perubahan equilibrium suatu rumahtangga. Peningkatan pendapatan

karena tidak bekerja (V) meningkatkan sumberdaya yang tersedia bagi suatu

rumahtangga. Hal ini mengakibatkan kombinasi barang baik yang dibeli di pasar

maupun yang dihasilkan serta leisure yang tersedia juga meningkat. Namun

perubahan tersebut tidak dapat diharapkan untuk merubah upah yang diterima

oleh masing-masing anggota rumahtangga pada pasar tenaga kerja, harga barang-
32

barang yang dibeli di pasar, dan fungsi produksi barang dan jasa yang dihasilkan

oleh rumahtangga.

Peningkatan pendapatan karena tidak bekerja (non labor income)

meningkatkan sumberdaya yang tersedia pada rumahtangga tetapi tidak merubah

keadaan pasar barang dan leisure maupun kondisi produksi suatu rumahtangga.

Peningkatan non labor income hanya akan menggeser budgetline ke atas sehingga

mengakibatkan permintaan terhadap barang dan leisure dari masing-masing

anggota rumahtangga meningkat, sepanjang barang tersebut adalah barang

normal. Peningkatan permintaan terhadap leisure akan mengurangi jam bekerja

dari masing-masing anggota rumahtangga tetapi tidak mengurangi waktu yang

digunakan untuk melakukan aktivitas rumahtangga. Gambar 2 dapat menjelaskan

fenomena tersebut.

Total anggaran rumahtangga ditunjukkan oleh DEBT. Masing-masing

rumahtangga (S dan R) memperoleh non labor income (V) per minggu dan

masing-masing anggota rumahtangga memperoleh upah sebesar $w/ jam dari

alokasi waktu kerja mereka di pasar tenaga kerja yang ditunjukkan oleh slope DE.

Kurva indiferen Uor dan U1r menunjukkan preferensi rumahtangga R sementara

Uos dan U1s menunjukkan preferensi rumahtangga S. Pada kondisi awal,

rumahtangga S mengalami keseimbangan pada titik P, sedangkan rumahtangga R

pada titik Q. Pada titik P, masing-masing anggota rumahtangga pada S

menghabiskan jam bekerja untuk aktivitas rumahtangga setiap minggu sebesar

THe dan jam bekerja di pasar tenaga kerja sebesar HeLp dan 0Lp untuk leisure.

Sedangkan pada rumahtangga R, anggota rumahtangga yang ada tidak bekerja di


33

pasar tenaga kerja dan menghabiskan waktunya untuk melakukan pekerjaan

rumahtangga sebesar THq per minggu dan 0Hq perminggu untuk leisure.

Bila diasumsikan masing-masing rumahtangga memperoleh tambahan non

labor income sebesar VV’ perminggu maka total anggaran masing-masing

rumahtangga bergeser ke D’E’B’T’ secara paralel dan vertikal karena peningkatan

non labor income tidak mempengaruhi tingkat upah yang diperoleh baik oleh

rumahtangga R maupun S pada pasar tenaga kerja. Dimana pemberi kerja atau

perusahaan tidak akan meningkatkan upah kepada S maupun R karena mereka

sudah bertambah kaya. Di lain pihak penigkatan non labor income

mengakibatkan terjadi peningkatan pembelanjaan barang-barang pasar dari 0V ke

0V’. Pada rumahtangga S, setelah menerima non labor income sebesar VV’,

equilibriumnya meningkat ke P’. Pada titik tersebut rumahtangga tersebut

menghabiskan sebesar THe setiap minggu untuk aktivitas rumahtangga sama

seperti kondisi awal, HeL’p perminggu untuk bekerja mendapatkan upah (lebih

rendah dari sebelumnya) dan 0L’p perminggu untuk leisure (lebih banyak dari

sebelumnya).

Peningkatan jam leisure menunjukkan penurunan jam untuk bekerja pada

pasar kerja. Dilain pihak jumlah jam kerja untuk kegiatan rumahtangga tidak

mengalami perubahan karena dengan gh = w/p tetap tidak berubah sekalipun

terjadi peningkatan non labor income. Aktivitas rumahtangga hanya akan berubah

dengan adanya peningkatan non labor income bila pasar dan barang-barang yang

dihasilkan oleh rumahtangga tidak tersubtitusi sempurna atau jika peningkatan

non labor income sangat besar sehingga menyebabkan setiap orang berhenti

bekerja secara bersamaan.


34

Pada rumahtangga R yang tidak bekerja sebelum dan sesudah adanya non

labor income menghabiskan TH’q perminggu untuk pekerjaan rumahtangga (lebih

kecil dari sebelumnya) dan 0H’q untuk leisure setiap minggunya (lebih besar dari

sebelumnya). Bila diasumsikan leisure adalah barang normal maka rumahtangga

R hanya akan mengkonsumsi leisure lebih banyak dengan mengurangi sejumlah

aktivitas rumahtangga yang selama ini sudah dilakukan.

Goods
C+G T
U1s
U0s
D’

D P’
A’
P E’

A
Q’
E

V’ B’

V B

0 Lp Lp’ He Hq Hq’ T

Sumber : Bryant, 1990


Gambar 2. Efek Peningkatan Non Labor Income pada Perilaku Kerja
Rumahtangga

Dalam rumahtangga petani secara umum bahwa curahan kerja pada suatu

kegiatan sangat dipengaruhi oleh upah yang diterima, jumlah anggota


35

rumahtangga dan pendapatan non usahatani. Selain itu pula terdapat keterkaitan

antara kegiatan produksi dengan konsumsi sebagai suatu sistem, maka kerangka

konseptual ekonomi rumahtangga petani seperti terlihat pada Gambar 3.

Pendapatan Total
Investasi Tabungan Rumahtangga
Petani

Input Pendapatan
Pertanian

Tenaga Kerja
Rumahtangga Petani Saprodi,
Lahan

Curahan
Kerja Suami,
Isteri Pada Produksi
Usahatani Usahatani
Padi Padi

Pendapatan
Curahan kerja (suami, Konsumsi Non
isteri, anak) pada non Pertanian
usahatani

Gambar 3. Diagram Model Dasar Rumahtangga Petani


36

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi

Tengah pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober tahun 2008. Lokasi

penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa

Kabupaten Donggala sebagai salah satu wilayah di Sulawesi Tengah yang

komoditas utama dalam usahataninya adalah padi.

4.2. Metode Pengambilan Contoh

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kerat lintang

(cross section) yang digunakan untuk menggambarkan keadaan objek penelitian

mengenai fakta-fakta yang terjadi pada selang waktu tertentu yang dikumpulkan

dari berbagai sumber (responden). Sedangkan jenis data dalam penelitian ini

adalah data primer dan data sekunder. Adapun data primer diperoleh melalui

wawancara langsung menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner. Sampel

dalam penelitian ini adalah rumahtangga petani di lahan sawah. Responden yang

akan diwawancara adalah petani yang merupakan anggota rumahtangga yang

memenuhi kualifikasi sebagai sumber informasi keadaan ekonomi rumahtangga

tersebut.

Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer, yaitu data yang

diinventarisasi dan ditelusuri dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian Tanaman

Pangan, Departemen Pertanian, dan Dinas/Instansi khususnya di Propinsi

Sulawesi Tengah dan literatur-literatur yang relevan dengan penelitian. Jumlah


37

sampel yang diambil pada Kabupaten Donggala. Pengambilan contoh lokasi

penelitian dilakukan dengan metode purposive sedangkan pengambilan contoh

responden dilakukan secara simple random sampling, dengan responden

rumahtangga petani Desa Sidondo, Desa Lolu, dan Desa Mpanau. Sampel dari

desa-desa tersebut diambil secara acak sebanyak 100 responden rumahtangga.

Pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan karena responden merupakan

rumahtangga petani yang memiliki perilaku ekonomi yang relatif sama

(homogen). Populasi yang relatif homogen tersebut akan terdistribusi mendekati

normal, menurut teorema batas sentral (central limit theorem), untuk ukuran

sampel yang cukup besar, (n 30), rata-rata sampel akan terdistribusi di sekitar

rata-rata populasi yang mendekati distribusi normal (Cooper dan Emory, 1996).

Disimpulkan, pengambilan sampel sebanyak 100 rumahtangga sudah memenuhi

batas minimum sampel (30 sampel) yang dapat digunakan untuk karakteristik dari

populasi.

4.3. Analisis Data

Analis data yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua

bagian. Pertama, analisis data deskriptif dengan metoda tabulasi untuk menjawab

tujuan pertama yang menyangkut karakteristik rumahtangga, alokasi waktu kerja

anggota rumahtangga pada usahatani padi dan non usahatani, kontribusi

pendapatan masing-masing anggota rumahtangga dari usahatatani padi dan non

usahatani terhadap total pendapatan rumahtangga, dan pola pengeluaran

rumahtangga petani. Kedua, analisis model ekonomi rumahtangga petani

dilakukan dengan persamaan simultan untuk menjawab tujuan kedua mengenai

faktor-faktor alokasi waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga.


38

Menurut Sinaga (1997) bahwa model persamaan simultan adalah spesifikasi

model dari suatu permasalahan sebagai suatu sistem persamaan, yaitu berbagai

aspek yang saling terkait dan saling mempengaruhi diformulasikan dalam suatu

persamaan simultan.

4.4. Spesifikasi Model Ekonomi Rumahtangga

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi curahan kerja,

pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga petani di Kabupaten Donggala

digunakan model ekonometrika sebagai berikut :

4.4.1. Blok Curahan Kerja

a. Curahan Kerja pada Usahatani Padi

Curahan tenaga kerja pada usahatani padi adalah merupakan jumlah jam

kerja yang dicurahkan anggota rumahtangga pada usahatani padi. Curahan kerja

pada usahatani padi dibagi menjadi curahan kerja suami dan curahan kerja isteri.

Curahan kerja suami pada usahatani padi dipengaruhi oleh curahan kerja suami

pada non usahatani, tenaga kerja luar keluarga, luas lahan, dan pendidkan suami.

Curahan kerja isteri pada usahatani padi dipengaruhi oleh curahan kerja isteri pada

non usahatani, tenaga kerja luar keluarga, luas lahan, dan jumlah anak balita.

Curahan kerja rumahtangga pada usahatani padi adalah penjumlahan dari curahan

kerja suami dan curahan kerja isteri pada usahatani padi.

Persamaan curahan kerja suami pada usahatani padi adalah :

CKSUT = bo + b1 CKSNU + b 2 TKLK + b 3 LL + b4 PDS + µ1……… (1)

Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : b1, b2, b4 < 0, b3 > 0

dimana :
39

CKSUT = Curahan kerja suami pada usahatani padi (HOK/tahun)


CKSNU = Curahan kerja suami pada non usahatani (HOK/tahun)
TKLK = Tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi (HOK/tahun)
LL = Luas lahan padi (meter persegi)
PDS = Pendidikan suami (tahun)

Persamaan curahan kerja isteri pada usahatani padi adalah :

CKIUT = co + c1 CKINU + c2 TKLK + c3 LL + C4 JABL + µ2................. ( 2)

Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : c1, c2, C4 < 0, c3 > 0

dimana :

CKIUT = Curahan kerja isteri pada usahatani padi (HOK/tahun)


CKINU = Curahan kerja isteri pada non usahatani (HOK/tahun)
TKLK = Tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi (HOK/tahun)
LL = Luas lahan padi (meter persegi)
JABL = Jumlah anak balita (orang).

Curahan kerja rumahtangga pada usahatani padi adalah jumlah dari

curahan kerja pada usahatani dan curahan kerja isteri pada usahatani padi.

Persamaan curahan kerja rumahtangga pada usahatani padi adalah :

CKRTUT = CKSUT + CKIUT ..………………………………....... ( 3)

dimana :

CKRTUT = Curahan kerja rumahtangga pada usahatani padi


(HOK/tahun)
CKSUT = Curahan kerja suami pada usahatani padi (HOK/tahun)
CKIUT = Curahan kerja isteri pada usahatani padi (HOK/tahun).

b. Curahan Kerja pada Non Usahatani

Curahan kerja pada non usahatani adalah jumlah waktu yang dicurahkan

anggota rumahtangga untuk kegiatan pada non usahatani. Curahan kerja pada non

usahatani terdiri dari curahan kerja suami, curahan kerja isteri, dan curahan kerja

anak. Curahan kerja suami pada non usahatani dipengaruhi oleh pendapatan

suami dari non usahatani, curahan kerja suami pada usahatani, pendidikan suami.
40

Curahan kerja isteri pada non usahatani dipengaruhi oleh pendapatan isteri dari

non usahatani, curahan kerja isteri pada usahatani, dan jumlah balita. Curahan

kerja anak pada non usahatani dipengaruhi oleh pendapatan anak pada non

usahatani, umur anak yang bekerja, dan pendidikan anak yang bekerja.

Persamaan curahan kerja suami pada non usahatani adalah :

CKSNU = d o + d1 PSNUT + d2 CKSUT + d3 PDS + µ3………..….….. (4)

Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : d1, d2, d3 > 0

dimana :

CKSNU = Curahan kerja suami pada non usahatani (HOK/tahun)


PSNUT = Pendapatan suami dari non usahatani (Rp/tahun)
CKSUT = Curahan kerja suami pada usahatani padi (HOK/tahun)
PDS = Pendidikan suami (tahun)

Persamaan curahan kerja isteri pada non usahatani adalah :

CKINU = eo + e1 PINUT + e2 CKIUT + e3 JABL+ µ4 ................ ( 5)

Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : e1, > 0, e2, e3 < 0

dimana :

CKINU = Curahan kerja isteri pada non usahatani (HOK/tahun)


PINUT = Pendapatan isteri dari non usahatani (Rp/tahun)
CKIUT = Curahan kerja isteri pada usahatani padi (HOK/tahun)
JABL = Jumlah anak balita (orang).

Persamaan curahan kerja anak pada non usahatani adalah :

CKANU = fo + f1 PANUT+ f2 UAK +f3 PAK + µ5………..…. (6)

Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : f1, f2, f3 > 0

dimana :

CKANU = Curahan kerja anak pada non usahatani (HOK/tahun)


PANUT = Pendapatan anak dari non usahatani (Rp/tahun)
UAK = Umur anak yang bekerja (tahun)
41

PAK = Pendidikan anak yang bekerja (tahun).

Curahan kerja rumahtangga pada non usahatani adalah penjumlahan dari

curahan kerja suami, curahan kerja isteri, dan curahan kerja anak pada non

usahatani.

Persamaan curahan kerja rumahtangga pada non usahatani adalah :

CKRTNU = CKSNU + CKINU + CKANU….....................……… ( 7)

dimana :

CKRTN = Curahan kerja rumahtangga pada non usahatani (HOK/tahun)


CKSNU = Curahan kerja suami pada non usahatani (HOK/tahun)
CKINU = Curahan kerja isteri pada non usahatani (HOK/tahun)
CKANU = Curahan kerja anak pada non usahatani (HOK/tahun)

4.4.2. Blok Biaya Produksi

Biaya produksi usahatani padi adalah penjumlahan dari biaya tenaga kerja

luar keluarga dengan biaya sarana produksi pertanian. Biaya sarana produksi

pertanian adalah penjumlahan dari biaya bibit, biaya pupuk, dan biaya pestisida.

Biaya tenaga kerja luar keluarga adalah biaya yang digunakan untuk membayar

upah tenaga kerja luar keluarga.

Persamaan biaya produksi padi adalah :

BPUT = BTKL + BSPR...……………………….…...…………. (8)

BSPR = BBH + BPK + BPT...…………...…………...…………. (9)

dimana :

BPUT = Biaya produksi usahatani padi (Rp/tahun)


BTKL = Biaya tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi (Rp/tahun)
BSPR = Biaya sarana produksi (Rp/tahun)
BBH = Biaya benih (Rp/tahun)
BPK = Biaya pupuk (Rp/tahun)
BPT = Biaya pestisida (Rp/tahun).
42

4.4.3. Blok Permintaan Input

Permintaan input pada usahatani padi meliputi penggunaan tenaga kerja

luar keluarga, penggunaan pupuk, dan penggunaan benih.

Penggunaan tenaga kerja luar keluarga dipengaruhi oleh luas lahan,

curahan kerja rumahtangga pada usahatani, curahan kerja rumahtangga pada non

usahatani dan pendapatan total rumahtangga petani.

Persamaan penggunaan tenaga kerja luar keluarga adalah :

TKLK = go+g1 LL+g2 CKRTUT +g3 PROD+µ6…………………………..… (10)

Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : g2,g3 < 0, g1,g4 > 0

dimana :

TKLK = Tenaga kerja luar keluarga (HOK/tahun)


LL = Luas lahan (meter persegi)
CKRTUT = Curahan kerja rumahtangga pada usahatani (HOK/tahun)
PROD = Produksi usahatani padi (Rp/kg)

Penggunaan benih padi dipengaruhi oleh luas lahan, jumlah penggunaan

pupuk, curahan kerja rumahtangga pada usahatani, dan pendapatan total

rumahtangga petani.

Persamaan penggunaan benih padi adalah :

JBBH = ho+h1 LL+h2 JPPK + h3 CKRTUT + h4PDTRT+µ7………… (11)

Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : h1, h2, h3, h4 > 0

dimana :

JBBH = Penggunaan tenaga kerja luar keluarga (HOK/tahun)


LL = Luas lahan (meter persegi)
JPPK = Jumlah penggunaan pupuk (Kg/tahun)
CKRTUT = Curahan kerja rumahtangga pada usahatani (HOK/tahun)
PDTRT = Pendapatan total rumahtangga petani (Rp/tahun)
43

Penggunaan pupuk pada tanaman padi dipengaruhi oleh luas lahan, jumlah

penggunaan benih padi, curahan kerja rumahtangga pada usahatani, dan

pendapatan total rumahtangga petani.

Persamaan penggunaan benih padi adalah :

JPPK = io+i1 LL+i2 JBBH + i3 CKRTUT + i4PDTRT+µ7………...… (12)

Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : i1, i2, i3, i4 > 0

dimana :

JPPK = Penggunaan tenaga kerja luar keluarga (HOK/tahun)


LL = Luas lahan (meter persegi)
JBBH = Jumlah penggunaan benih padi (Kg/tahun)
CKRTUT = Curahan kerja rumahtangga pada usahatani (HOK/tahun)
PDTRT = Pendapatan total rumahtangga petani (Rp/tahun)

4.4.4. Blok Produksi

Produksi usahatani padi dipengaruhi oleh curahan kerja rumahtangga pada

usahatani padi, biaya sarana produksi, dan luas lahan usahatani padi.

Persamaan produksi padi adalah :

PROD = ao + a1 CKRTUT + a2 BSPR +a3 LL + µ8……….….… (13)

Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : a1,a2, a3 > 0

dimana :

PROD = Produksi usahatani padi (Rp/kg)


CKRTU = Curahan waktu kerja rumahtangga pada usahatani padi
(HOK/tahun)
BSPR = Biaya sarana produksi (Rp/tahun)
LL = Luas lahan padi (meter persegi).
44

4.4.5. Blok Pendapatan

Pendapatan rumahtangga terdiri dari pendapatan dari usahatani padi dan

pendapatan dari non usahatani.

a. Pendapatan dari Usahatani Padi

Pendapatan dari usahatani padi adalah penerimaan dari usahatani padi

dikurangi biaya produksi padi dan biaya produksi palawija. Penerimaan usahatani

padi adalah perkalian dari produksi usahatani padi dengan harga jual padi (kering

giling).

Persamaan pendapatan rumahtangga pada usahatani padi adalah :

PDRTU = PNRTU – BPUT…………………………………....... (14)

PNRTU = PROD*HJL.................................................................... (15)

dimana :

PDRTU = Pendapatan rumahtangga pada usahatani padi (Rp/tahun)


PNRTU = Penerimaan rumahtangga pada usahatani padi (Rp/tahun)
BPUT = Biaya produksi usahatani padi (Rp/tahun)
PROD = Produksi usahatani padi (Rp/kg)
HJL = Harga jual gabah (Rp/kg)

b. Pendapatan dari Non Usahatani

Pendapatan dari non usahatani terdiri dari pendapatan suami dari non

usahatani isteri dari non usahatani, dan pendapatan anak dari non usahatani.

Pendapatan rumahtangga dari non usahatani adalah penjumlahan dari pendapatan

suami, pendapatan isteri, dan pendapatan anak dari non usahatani. Pendapatan

suami dari non usahatani dipengaruhi oleh curahan kerja suami pada non

usahatani, umur suami, dan pendidikan suami. Pendapatan isteri dari non

usahatani dipengaruhi oleh curahan kerja isteri pada non usahatani, umur isteri,
45

dan pendidikan isteri. Pendapatan anak dari non usahatani dipengaruhi oleh

curahan kerja anak pada non usahatani, umur anak yang bekerja, dan pendidikan

anak yang bekerja.

Persamaan pendapatan suami dari non usahatani adalah :

PSNUT = jo + j1 CKSNU + j2 USM + j3 PDS + µ9................................... (16)

Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : j1, j3, j3 > 0

dimana :

PSNUT = Pendapatan suami dari non usahatani (Rp/tahun)


CKSNU = Curahan kerja suami pada non usahatani (HOK/tahun)
USM = Umur suami (tahun)
PDS = Pendidikan suami (tahun).

Persamaan pendapatan isteri dari non usahatani adalah :

PINUT = ko + k1 CKINU + k2 UIS + k3 PDI + µ8 ………........... (17)

Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : k1, k3, k3 > 0

dimana :

PINUT = Pendapatan isteri dari non usahatani (Rp/tahun)


CKINU = Curahan kerja isteri pada non usahatani (HOK/tahun)
UIS = Umur isteri (tahun)
PDI = Pendidikan isteri (tahun).

Persamaan pendapatan anak dari non usahatani adalah :

PANUT = lo + li1 CKANU + l2 UAK + l3 PAK + µ10 ….…………. (18)

Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : l1, l2, l3 > 0

dimana :

PANUT = Pendapatan anak dari non usahatani (Rp/tahun)


CKANU = Curahan kerja anak pada non usahatani (HOK/tahun)
PAK = Pendidikan anak yang bekerja (tahun).

Persamaan pendapatan rumahtangga dari non usahatani adalah :

PRTNU = PSNUT + PINUT + PANUT………………………… (19)


46

dimana :

PRTNU = Pendapatan rumahtangga dari non usahatani (Rp/tahun)


PSNUT = Pendapatan suami dari non usahatani (Rp/tahun)
PINUT = Pendapatan isteri dari non usahatani (Rp/tahun)
PANUT = Pendapatan anak dari non usahatani (Rp/tahun)

Pendapatan total rumahtangga adalah jumlah dari pendapatan rumahtangga dari

usahatani padi dan pendapatan dari non usahatani.

Persamaan pendapatan total rumahtangga adalah :

PDTRT = PDRTU + PRTNU ……………..............……..…....... (20)

dimana :

PDTRT = Pendapatan total rumahtangga (Rp/tahun)


PDRTU = Pendapatan rumahtangga dari usahatani padi (Rp/tahun)
PRTNU = Pendapatan rumahtangga dari non usahatani (Rp/tahun).

c. Pendapatan Disposibel

Pendapatan disposibel adalah pendapatan yang siap dibelanjakan.

Pendapatan total rumahtangga dikurangi dengan pajak bumi dan bangunan.

Persamaan pendapatan disposibel adalah :

PND = PDTRT – PBDB …………………………….……. (21)

dimana :

PND = Pendapatan disposibel (Rp/tahun)


PDTRT = Pendapatan total rumahatangga petani (Rp/tahun)
PBDB = Pajak bumi dan bangunan (Rp/tahun).

4.4.6. Blok Pengeluaran Rumahtangga

Pengeluaran rumahtangga terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi pangan,

konsumsi non pangan, dan investasi pendidikan. Komsumsi pangan dipengaruhi

oleh pendapatan disposibel, konsumsi non pangan, dan jumlah anggota


47

rumahtangga. Konsumsi non pangan dipengaruhi oleh pendapatan disposibel,

konsumsi pangan, dan jumlah anggota rumahtangga.

Persamaan konsumsi pangan adalah :

KPN = mo + m1 PND + m2 KNP + m3 JART + µ11 ................................. (22)

Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : m1, m3 > 0, m2 < 0

dimana :

KPN = Konsumsi pangan (Rp/tahun)


PND = Pendapatan disposibel (Rp/tahun)
KNP = Konsumsi non pangan (Rp/tahun)
JART = Jumlah anggota rumahtangga (orang)

Persamaan konsumsi non pangan adalah :

KNP = no + n1 PND + n2 KP + n3 JART + µ12 ......................................... (23)

Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : n1, n3 > 0, n2 < 0

dimana :

KNP = Konsumsi non pangan (Rp/tahun)


PND = Pendapatan disposibel (Rp/tahun)
KP = Konsumsi pangan (Rp/tahun)
JART = Jumlah anggota rumahtangga (orang)

Konsumsi total rumahtangga adalah penjumlahan dari konsumsi pangan

dengan konsumsi non pangan.

Persamaan konsumsi total adalah :

KTL = KPN + KNP…………………….………………………. (24)

dimana :

KTL = Konsumsi total (Rp/tahun)


KPN = Konsumsi pangan (Rp/tahun)
KNP = Konsumsi non pangan (Rp/tahun)

Persamaan investasi pendidikan adalah :


48

IPEN = oo + o 1 PND + o2 IPRO + o3 KTL + o 4 JAS + µ13 ............... (25)

Tanda parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah :

o1, o4 > 0, o2, o3 < 0

dimana :

IPEN = Investasi pendidikan (Rp/tahun)


PND = Pendapatan disposibel (Rp/tahun)
IPRO = Investasi produksi (Rp/tahun)
KTL = Konsumsi total (Rp/tahun)
JAS = Jumlah anak sekolah (orang).

Pengeluaran total rumahtangga adalah penjumlahan dari pengeluaran

rumahtangga untuk konsusmsi total dan pengeluaran rumahtangga untuk

investasi.

Persamaan pengeluaran total rumahtangga adalah :

PGTK = KTL + INV ................................................................................ (26)

dimana :

PGTK = Pengeluaran total rumahtangga (Rp/tahun)


KTL = Konsumsi total (Rp/tahun)
INV = Investasi (Rp/tahun

Tabungan rumahtangga adalah pengurangan dari pendapatan disposibel

rumahtangga dengan pengeluaran total rumahtangga.

Persamaan tabuangan rumahtangga adalah :

TAB = PND – PGTK …………………………………………………..... (27)

dimana :

TAB = Tabungan rumahtangga (Rp/tahun)


PND = Pendapatan disposibel (Rp/tahun)
PGTK = Pengeluaran total rumahtangga (Rp/tahun).
49

4.5. Identifikasi dan Metoda Pendugaan Model

Setelah tahap perumusan model dilakukan, selanjutnya dilakukan analisis

untuk menduga model dalam bentuk persamaan simultan. Sebelum dilakukan

pendugaan model, lebih dahulu melakukan identifikasi model untuk mengetahui

metoda pendugaan model yang tepat (Koutsoyiannis, 1977), dengan

menggunakan rumus: (K-M) (G -1), dimana:

K = jumlah seluruh peubah endogen dan peubah predetermined di

dalam model

M = jumlah peubah endogen dan eksogen dalam setiap persamaan

G = jumlah persamaan

Kriteria identifikasi model adalah sebagai berikut:

1. Bila (K-M) = (G - 1) maka persamaan di dalam model adalah exactly

identified.

2. Bila (K-M) < (G - 1) maka persamaan dalam model adalah unidentified.

3. (K-M) > (G - 1) maka persamaan dalam model adalah overidentified.

Karena semua persamaan overidentified, maka metoda penggunaan model

yang digunakan adalah metoda Two Stage Least Squares (2 SLS). Metoda ini

memiliki tingkat ketelitian yang cukup tinggi dan proses pengolahan data yang

efisien dalam penggunaan waktu (Koutsoyiannis, 1977). Pengolahan data

dilakukan dengan program computer Statistical Analysis System (SAS).

4.6. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rumahtangga petani adalah sekelompok orang yang tinggal di bawah satu atap

dan menggunakan sumberdaya yang ada dalam rumahtangga tersebut


50

bersama-sama dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan dari masing-

masing anggota keluarga yang mempunyai mata pencaharian utama sebagai

petani.

2. Petani adalah orang yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam

kegiatan usahatani

3. Curahan kerja merupakan jumlah jam kerja yang dicurahkan oleh setiap

anggota rumahtangga untuk kegiatan mendapatkan penghasilan dari kegiatan

usahatani padi maupun kegiatan non usahatani selama satu tahun.

4. Produksi adalah banyaknya produk yang dihasilkan dari kegiatan usahatani

padi dalam satuan rupiah selama satu tahun.

5. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli sarana produksi

pertanian yang diperlukan dalam kegiatan usahatani padi seperti bibit, pupuk,

pestisida dalam satuan rupiah selama satu tahun.

6. Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah

tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi dalam satuan rupiah selama

satu tahun.

7. Tingkat pendidikan adalah lamanya suami, istri, dan anak menempuh

pendidikan secara formal.

8. Jumlah anggota rumahtangga adalah jumlah semua orang yang ada di dalam

satu rumah yang menjadi tanggungan kepala keluarga.

9. Jumlah balita adalah jumlah anak kecil yang berusia di bawah lima tahun di

dalam suatu rumahtangga.

10. Leisure adalah waktu santai yang dilakukan oleh suatu rumahtangga untuk

meningkatkan kesejahteraannya.
51

11. Pendapatan total rumahtangga adalah pendapatan total rumahtangga yang

diperoleh dari seluruh anggota rumahtangga dari mencurahkan kerja produktif

pada usahatani dan non usahatani dalam satuan rupiah selama satu tahun.

12. Pendapatan rumahtangga dari usahatani padi adalah jumlah pendapatan yang

diperoleh dari usahatani padi dalam satuan rupiah selama satu tahun.

13. Pendapatan rumahtangga dari non usahatani adalah jumlah pendapatan yang

diperoleh dari non usahatani dalam satuan rupiah selama satu tahun.

14. Konsumsi pangan adalah pengeluaran rumahtangga untuk membeli bahan

pangan yang dikonsumsi rumahtangga meliputi, beras, ikan, tempe, tahun,

ikan kering, daging, telur, susu, sayuran, minya goreng, tepung terigu, bumbu-

bumbuan, umbi-umbian, makanan dan minuman siap saji dan rokok dalam

satuan rupiah selama satu tahun.

15. Konsumsi non pangan adalah pengeluaran rumahtangga untuk membeli bahan

yang dikonsumsi rumahtangga selain kebutuhan pangan meliputi pakaian,

tempat tinggal, kesehatan, kecantikan dalam satuan rupiah selama satu tahun.

16. Investasi produksi adalah pengeluaran rumahtangga untuk modal produksi

dalam satuan rupiah selama setahun.

17. Investasi pendidikan adalah pengeluaran rumahtangga untuk keperluan

pendidikan anggota rumahtangga dalam satuan rupiah selama setahun.

18. Pengeluaran selain pangan adalah pengeluaran rumahtangga yang terdiri dari

pengeluaran untuk non pangan, investasi produksi, dan investasi pendidikan

dalam satuan rupiah selama setahun.

19. Pengeluaran selain non pangan adalah pengeluaran rumahtangga yang terdiri

dari pengeluaran untuk pangan dalam satuan rupiah selama setahun.


52

V. GAMBARAN UMUM DAN KARAKTERISTIK


RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

5.1. Letak Geografis, Iklim, Kependudukan dan Kondisi Pertanian

Luas wilayah Kabupaten Donggala sebesar 10 471.71 km2 dan salah satu

kecamatan yang ada di Kabupaten Donggala adalah Kecamatan Sigi Biromaru

yang memiliki luas wilayah sebesar 514.92 km2 yang meliputi daerah dataran 65

persen, perbukitan 25 persen, pegunungan 10 persen dan terletak pada ketinggian

200 sampai dengan 700 meter di atas permukaan air laut, serta merupakan dataran

Lindu. Kondisi musim panas Kabupaten Donggala terjadi antara bulan April

sampai dengan September, sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Oktober

sampai dengan bulan Maret. Curah hujan tertinggi tahun 2005 terjadi pada bulan

Juni 6.5 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada Februari yaitu 0.66 mm

(BPS Kabupaten Donggala, 2006).

Dari hasil Registrasi Penduduk Akhir Tahun 2006 diketahui jumlah

penduduk Kabupaten Donggala sebesar 486 316 jiwa, yang terdiri dari penduduk

laki-laki sebesar 243 630 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 242 686 jiwa.

Sedangkan pertumbuhan penduduk pada tahun 2006 adalah sebesar 2,76 persen.

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan

penduduk juga mengalami peningkatan. Hingga akhir tahun 2006 kepadatan

penduduk tercatat sebanyak 46 jiwa per km².

Jumlah kepala keluarga Kabupaten Donggala tahun 2006 sebesar 114 863

dengan rata–rata penduduk per kepala keluarga sebanyak 4 orang. Sedangkan

Kecamatan Sigi Biromaru memiliki jumlah penduduk pada tahun 2006 sebesar 40
53

478 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 21 156 jiwa dan penduduk

perempuan sebesar 19 722 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 78 jiwa per

kilometer persegi dan jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada tahun 2005

yang hanya sebesar 39 276 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 76 jiwa per

kilometer persegi.

Jumlah rumahtangga Kecamatan Sigi Biromaru tahun 2006 sebesar 10 237

dengan rata–rata penduduk per kepala keluarga sebanyak 4 orang Komposisi atau

struktur umur penduduk di Kabupaten Donggala menunjukkan bahwa terdapat

hampir 40 persen penduduk masih berusia di bawah 15 tahun, hal ini

menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Donggala masih tergolong penduduk

muda. Dengan melihat perbandingan jumlah penduduk yang berusia non produktif

dengan penduduk usia produktif dapat diketahui besarnya angka ketergantungan

pada tahun 2006 yaitu sebesar 74. Artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia

produktif (15 sampai dengan 64 tahun) menanggung sebanyak 74 orang penduduk

usia tidak produktif (0 sampai dengan 14 tahun dan 65 tahun ke atas). Sebagai

konsekuensi dari pertambahan jumlah penduduk adalah bertambahnya jumlah

penduduk yang masuk ke dalam angkatan kerja. Pertambahan penduduk yang

tidak seimbang dengan pertambahan penyediaan lapangan kerja berakibat pada

timbulnya pengangguran.

Pendidikan anggota rumahtangga yang diukur berdasarkan lama

pendidikan formal, secara umum berada pada kelompok tamat Sekolah Dasar.

Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja masih mengandalkan

kemampuan fisik, namun sudah ada kesadaran dari kepala keluarga untuk
54

menyekolahkan anaknya pada jenjang lebih tinggi (BPS Kabupaten Donggala,

2006).

Aksesibilitas dari segi letak desa contoh merupakan desa yang terbuka

dalam arti sudah ada hubungan dengan desa lain, letak desa relatif mudah

dijangkau dengan kendaraan dari ibukota kecamatan maupun dari ibukota

kabupaten.

Kabupaten Donggala memiliki luas lahan sawah irigasi teknis pada tahun

2005 sebesar 11 183 hektar. Lahan sawah irigasi setengah teknis sebesar 9 767

hektar. Sedangkan lahan sawah irigasi sederhana adalah yang terluas

dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Sulawesi Tengah yaitu sebesar 11 581

hektar. Sedangkan Kecamatan Sigi Biromaru memiliki luas lahan sawah irigasi

teknis sebesar 4 155 hektar, irigasi setengah teknis sebesar 2 298 hektar, irigasi

sederhana sebesar 571 hektar dan irigasi desa sebesar 137 hektar dengan masing–

masing luasan lahan sawah tersebut memiliki frekuensi penanaman padi dalam

setahun sebanyak dua kali (BPS Kabupaten Donggala, 2005a).

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa luas panen padi sawah Kabupaten

Donggala Tahun 2006 sebesar 47 878 hektar, produktivitas sebesar 45.49 kuintal

per hektar dan produksi sebesar 217 798 ton sedangkan Kecamatan Sigi Biromaru

memiliki luas panen sebesar 9 283 hektar, produktivitas sebesar 47.51 kuintal per

hektar dan produksi sebesar 44 112 ton. Hasil ini merupakan yang terbesar jika

dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di Kabupaten Donggala (BPS

Kabupaten Donggala, 2006).


55

Penerapan pola tanam sangat tergantung pada pengelolaan dan

ketersediaan air pada lahan sawah tersebut. Pada desa contoh lahan sawah adalah

berpengairan teknis dengan pola tanam yang diterapkan adalah padi–padi–bera.

Tabel 2. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Panaman Padi Sawah menurut
Kecamatan di Kabupaten Donggala Tahun 2006

No. Kecamatan Luas Panen (Ha) Produktivtas Produksi (Ton)


(Ton/Ha)
1. Kulawi 4 926 3.38 17 654
2. Palolo 5 697 5.60 31 903
3. Dolo 6 014 4.43 26 654
4. Marawola 1 593 2.77 4 409
5. Sigi Biromaru 9 281 4.75 44 112
6. Banawa 1 729 4.19 7 247
7. Tawaeli 348 4.29 1 492
8. Sinsue 1 097 4.35 4 774
9. Sirenja 1 704 4.64 7 906
10. Balaesang 2 311 4.71 10 871
11. Damsol 4 527 4.56 20 643
12. Sojol 7 778 4.72 36 712
13. Rio Pakava 375 3.60 1 350
14. Pipikoro 496 4.18 2 071

Sumber : BPS Kabupaten Donggala, 2006

5.2. Karakteristik Anggota Rumahtangga Petani

Responden dalam penelitian ini berada di Kabupaten Donggala Kecamatan

Sigi Biromaru. Analisis umum mengenai karakteristik rumahtangga responden

menggunakan kriteria umur kepala rumahtangga, umur isteri, umur anak, jumlah

anggota rumahtangga, jumlah anak sekolah dan jumlah anak balita yang dapat

dilihat pada Tabel 3.

Pada umumnya di wilayah pedesaan, kepala keluarga berusia di atas 55

tahun yang walaupun sudah tergolong tua apabila dikaitkan dengan jenis

pekerjaan yaitu pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik namun masih


56

mampu bekerja baik di kegiatan usahatani maupun kegiatan non usahatani. Dari

Tabel 2 terlihat bahwa rata-rata umur anggota rumahtangga petani untuk suami

adalah 41.09 tahun. Usia kepala keluarga masih tergolong kelompok usia

produktif. Umur isteri juga masih tergolong produktif untuk melakukan kegiatan

usahatani, non usahatani maupun kegiatan rumahtangga. Rata-rata umur isteri

lebih muda 6 tahun dari usia kepala keluarga.

Tabel 3. Rata-rata Karakteristik Anggota Rumahtangga Petani Lahan Sawah di


Kabupaten Donggala Tahun 2008.

No. Karakteristik Anggota Rumahtangga Rata - rata


1. Umur suami (tahun) 41.09
2. Umur isteri (tahun) 36.01
3. Umur anak sekolah (tahun) 12.20
4. Umur anak yang bekerja (tahun) 20.69
5. Pendidikan suami (tahun) 10.97
6. Pendidikan isteri (tahun) 10.81
7. Pendidikan anak sekolah (tahun) 6.29
8. Pendidikan anak yang bekerja (tahun) 10.49
9. Jumlah anggota rumahtangga (orang) 3.83
10. Jumlah anak sekolah (orang) 1.69
11. Jumlah anak balita (orang) 1.04

Pendidikan formal sebagai indikator kualitas tenaga kerja, secara umum

bahwa tingkat pendidikan suami rata-rata 10.97 tahun tidak jauh berbeda dengan

tingkat pendidikan isteri yang rata-rata 10.81 tahun dan tingkat pendidikan suami

dan isteri dalam rumahtangga petani hanya pada tingkat pendidikan dasar. Begitu

juga dengan anak yang sudah bekerja maupun anak yang masih sekolah memiliki

tingkat pendidikan 6.29 tahun sampai 10.49 tahun.

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pendidikan suami, isteri, dan

anak yang masih berada pada tingkatan pendidikan dasar, hal ini menggambarkan
57

bahwa kualitas sumberdaya manusia di lokasi penelitian masih rendah. Hal ini

sejalan dengan laporan Badan Statistik Provinsi Sulawesi Tengah (2007)

menyatakan bahwa, tingkat pendidikan sumberdaya manusia penduduk Sulawesi

Tengah masih relatif rendah dengan lama sekolah dari 7.0 tahun sampai dengan

10.9 tahun. Sedangkan Hardono (2003) menyatakan bahwa tingkat pendidikan

rata-rata dari sebagian besar masyarakat di Indonesia rendah disebabkan kurang

motivasi atau kemauan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, kesehatan

atau kondisi jasmani dan fisik yang tidak mengizinkan, serta kesempatan tidak

ada. Rendahnya tingkat pendidikan pada umumnya lebih banyak dimiliki oleh

masyarakat pedesaan, sehingga terkesan mereka bekerja hanya untuk sekedar

memperoleh pendapatan (revenue), bukan keuntungan (profit).

Jumlah anggota rumahtangga dan jumlah anak bersekolah yang dimiliki

rumahtangga akan menentukan besar kecilnya pengeluaran rumahtangga baik

konsumsi pangan, non pangan dan pendidikan. Rata-rata rumahtangga responden

memiliki jumlah anggota rumahtangga sebesar 3.83 orang. Bila dikaitkan dengan

aspek pengembangan sumberdaya manusia, maka jumlah ini sudah cukup besar,

dalam arti bahwa jumlah anggota rumahtangga tersebut masih cukup potensial

untuk dikembangkan keterampilannya dan ini terlihat bahwa tingkat pendidikan

anggota rumahtangga yaitu anak, telah mengikuti jenjang pendidikan sampai

sekolah lanjutan tingkat atas dan ini merupakan aset produktif yaitu jika

bergabung kedalam angkatan kerja untuk pengembangan usahatani maupun

bekerja pada kegiatan non usahatani. Namun juga dapat merupakan aset

konsumtif jika anggota rumahtangga tersebut bukan menjadi angkatan kerja.

Makin besar jumlah anggota rumahtangga diduga makin besar pula pencurahan
58

tenaga kerja dan pendapatan pada kegiatan di luar usahatani. Hal ini disebabkan

karena disamping potensi tenaga kerjanya makin besar, kebutuhan hidup

rumahtangga juga makin besar. Sebaliknya makin kecil jumlah anggota

rumahtangga maka makin kecil pula pencurahan tenaga kerja dan pendapatan di

luar usahatani.

Jumlah anak yang sekolah rata-rata 1.69 orang. Tidak semua rumahtangga

petani mempunyai anak balita dan rata-rata hanya memiliki 1.04 orang dari

jumlah rumahtangga yang mempunyai balita dan ini sesuai dengan kondisi usia

kepala keluarga diatas 41 tahun dan umur isteri yang berada di atas 36 tahun.

Adanya kepemilikaan anak balita dalam suatu rumahtangga petani maka akan

mempengaruhi curahan kerja isteri dalam mengaloakasikan waktunya baik untuk

kegiatan pada usahatani padi, kegiatan non usahatani maupun kegiatan

tumahtangga. Dengan adanya anak balita dalam rumahtangga maka ada indikasi

bahwa isteri akan lebih banyak melakukan kegiatan rumahtangga untuk mengurus

anak balita jika dibandingkan dengan melakukan kegiatan di usahatani padi

maupun kegiatan non usahatani, apalagi jika dalam suatu rumahtangga tidak

memiliki tenaga kerja lain baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja

luar keluarga untuk membantu mengasuh anak balita tersebut.

5.3. Alokasi Curahan Kerja Anggota Rumahtangga Petani

Alokasi curahan kerja anggota rumahtangga petani digolongkan dalam

dua kegiatan yaitu: kegiatan mencari nafkah dan kegiatan tidak mencari nafkah.

Kegiatan mencari nafkah yaitu: kegiatan yang dilakukan oleh anggota

rumahtangga yang menghasilkan pendapatan berupa uang atau barang untuk

memenuhi kebutuhan hidup dalam rumahtangga. Kegiatan mencari nafkah oleh


59

anggota rumahtangga petani dilakukan pada kegiatan usahatani padi dan non

usahatani. Kegiatan non usahatani berupa berdagang, karyawan baik bekerja pada

pemerintahan maupun swasta, selain itu pula melakukan kegiatan non usahatani

dibidang jasa meliputi: sopir, tukang ojek, buruh bangunan dan pembantu

rumahtangga. Sedangkan kegiatan tidak mencari nafkah yaitu kegiatan yang

dilakukan oleh anggota rumahtangga yang tidak menghasilkan pendapatan.

Kegiatan ini berupa pekerjaan dalam rumahtangga atau kegiatan dalam

pemanfaatan waktu luang. Keputusan untuk memaksimumkan pendapatan oleh

setiap anggota rumahtangga dalam usahatani ataupun non usahatani dilakukan

dengan mengalokasikan waktu kerja riil yang dimiliki setiap anggota rumahtangga

yaitu pilihan untuk bekerja di dalam usahtani padi ataupun non usahatani.

Analisis mengenai alokasi curahan kerja dalam penelitian ini meliputi curahan

kerja suami, isteri, dan anak termasuk anggota rumahtangga lainnya.

Alokasi curahan kerja pada kegiatan usahatani padi terdiri dari alokasi

waktu curahan suami dan alokasi waktu kerja isteri. Alokasi waktu curahan pada

kegiatan non usahatani terdiri dari alokasi curahan kerja suami, alokasi curahan

kerja isteri, dan alokasi curahan kerja anak.

Tabel 4. Alokasi Curahan Kerja Rata-rata Anggota Rumahtangga Petani Lahan


Sawah di Kabupaten Donggala tahun 2008.
(HOK/Tahun)
Anggota Usaha Non usahatani Total
Rumah tani (%) Karya- (%) Curahan (%)
Dagang Jasa Jumlah
tangga padi wan kerja

Suami 104.62 72.00 128.04 31.24 90.94 250.22 33.24 354.84 39.51
Isteri 40.76 28.00 126.84 90.96 65.83 283.62 37.68 324.38 36.12
Anak 0 0 150.26 0 68.59 218.85 29.08 218.85 24.37

Jumlah 145.38 100 405.14 122.20 225.4 752.7 100 898.07 100
60

Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa alokasi curahan kerja anggota

rumahtangga petani pada usahatani padi sebesar 145.38 HOK per tahun yang

meliputi curahan kerja suami sebesar 104.62 HOK per tahun dan ini merupakan

curahan kerja terbesar dalam rumahtangga. Begitu pula dengan total curahan kerja

seluruh anggota rumahatangga yang paling besar mencurahkan kerjanya selama

setahun adalah suami yaitu sebesar 354.84 HOK per tahun kemudian isteri sebesar

324.38 HOK per tahun, dan anak 218.85 HOK per tahun. Ini disebabkan karena

suami sebagai kepala rumahtangga yang memiliki tanggung jawab yang besar

terhadap anggota rumahtangga untuk mencari nafkah.

Dalam usahatani padi, kegiatan terbesar umumnya dilakukan pada saat

pengolahan tanah, penanaman dan panen. Curahan kerja isteri pada usahatani

padi sebesar 40.76 HOK per tahun. Curahan kerja isteri terhadap kegiatan

usahatani lebih rendah dibandingkan dengan suami karena pada umumnya isteri

lebih banyak membantu dalam kegiatan penanaman, dan panen. Isteri juga lebih

banyak mencurahkan kerjanya pada kegiatan dalam rumahtangga seperti kegiatan

memasak, mencuci, dan aktivitas rumahtangga lainnya khususnya mengasuh anak

bagi isteri yang memiliki anak balita. Isteri memiliki peran ganda dalam

rumahtangga yaitu disamping membantu suami bekerja dalam kegiatan usahatani

dan non usahatani juga mengatur rumahtangga sebagai ibu rumahtangga. Anak

tidak terlibat dalam kegiatan usahatani padi karena pada umumnya anak-anak

masih bersekolah sehingga untuk kegiatan produktif sangat kurang, dan bagi anak

yang tidak bersekolah lagi pada umunya anak tersebut lebih mencurahkan pada

kegiatan non pertanian.


61

Alokasi curahan kerja anggota rumahtangga petani pada kegiatan non

usahatani adalah jumlah jam kerja anggota rumahtangga petani yang dicurahkan

untuk kegiatan mencari nafkah pada non usahatani yang dilakukan dalam satu

tahun. Pada Tabel 4 terlihat bahwa alokasi curahan kerja anggota rumahtangga

pada kegiatan non usahatani yaitu bekerja sebagai karyawan baik di pemerintahan

maupun swasta, berdagang, dan jasa. Bidang jasa meliputi jasa tukang ojek,

sopir angkot, buruh bangunan/tukang kayu, buruh dagang dan buruh tukang cuci.

Ini sejalan dengan Elizabeth (2007) menyatakan bahwa penyerapan tenaga kerja

di luar sektor pertanian di pedesaan cenderung sebagai tenaga buruh kasar (kurang

membutuhkan keterampilan dan pendidikan formal), hanya pada pengalaman

yang mereka kuasai.

Banyak penduduk desa sebagai pedagang dengan skala usaha kecil-kecilan

temasuk pedagang pasar hasil pertanian, pedagang keliling, pedagang di

kios/warung, berburuh sebagai buruh tukang kayu dan batu atau pekerjaan yang

memerlukan keterampilan dalam menjual jasa sebagai tukang ojek, sopir angkot.

Hal ini ada hubungannya dengan pendidikan petani pada lokasi penelitian hanya

pada tingkat pendidikan dasar. Menurut Widodo (1997) bahwa faktor pendidikan

merupakan variabel sangat penting dalam rangka memacu kemandirian bangsa

dalam menggapai tujuan karena pendidikan merupakan variabel masukan (input)

yang memiliki determinasi kuat terhadap kualitas manusia (individu) dan

penduduk (sosial). Masukan dari kualitas akan menghasilkan output berupa

produktivitas, kreativitas, etos kerja, dan kemandirian baik di sektor ekonomi

mauoun di sektor non ekonomi.


62

Alokasi curahan kerja suami yaitu sebesar 250.22 HOK per tahun, isteri

sebesar 283.62 HOK per tahun dan anak sebesar 218.85 HOK per tahun. Dilihat

dari jumlah curahan kerja non usahatani secara keseluruhan maka alokasi curahan

kerja rumahtangga lebih banyak dicurahkan ke non usahatani sebagai karyawan

yaitu anggota rumahtangga yang bekerja di pemerintahan maupun swasta. Ini

diduga bahwa bekerja sebagai karyawan lebih baik dan lebih bergengsi walaupun

kebanyakan dari anggota rumahtangga umumnya bekerja hanya sebagai pekerja

harian. Hal ini banyak dilakukan pada anak dengan curahan kerja sebagai

karyawan sebesar 150.26 HOK per tahun.

Tabel 4 menunjukkan bahwa anak tidak mencurahkan kerja di kegiatan

usahatani padi tetapi lebih banyak mencurahkan kerjanya pada kegiatan non

usahatani baik sebagai karyawan maupun jasa. Menurut Antara (2007) bahwa

saat ini bidang pertanian kurang diminati oleh pemuda pedesaan apalagi perkotaan

karena banyak anak berpikir bahwa pertanian identik dengan cangkul, caping,

selalu bergelut tanah atau lumpur dan terkesan kotor, kolot dan kerja keras dan

ditambah dengan penyempitan lahan pertanian yang diikuti oleh pertambahan

jumlah penduduk.

Berdasarkan pada Tabel 4 terlihat bahwa jumlah pencurahan kerja seluruh

anggota rumahtangga maka alokasi curahan kerja pada kegiatan non usahatani

sebesar 752.69 HOK per tahun. Ini berarti bahwa rumahtangga petani padi lebih

giat bekerja pada non usahatani dibandingkan dengan kegiatan usahatani padi

dengan total curahan kerja seluruh anggota rumahtangga sebesar 145.38 HOK per

tahun. Hal ini diduga bahwa dalam pengelolaan usahatani khususnya padi,

kegiatan usahatani yang cukup banyak mencurahan kerja pada saat pengolahan
63

lahan, penanaman, dan panen sedangkan tahap lain pada kegiatan pengelolaan

padi relatif kurang membutuhkan curahan kerja. Ini sesuai yang dinyatakan Sawit

(1986), bahwa ada dua hal yang mempenguhi pasar tenaga kerja yaitu : (1) ada

masa amat kekurangan pekerjaan di desa yaitu pada masa sepi di kegiatan

pertanian, dimana pada masa ini kegiatan non pertanian makin menonjol,

mungkin pekerjaan non pertanian dikerjakan di desa sekitarnya atau bermigrasi

sirkulasi ke kota (2) ada masa sibuk pertanian dimana permintaan tenaga kerja

begitu tinggi, dan upah diperkirakan akan meningkat dimasa tersebut, atau

setidaknya konsumen buruh akan memberikan berbagai insentif tertentu agar

buruh bersedia bekerja di tempatnya. Dalam masa ini diperkirakan kegiatan non

pertanian akan terhenti atau berkurang.

Pekerjaan non usahatani umumnya merupakan pekerjaan sampingan yaitu

pekerjaan non usahatani yang dilakukan pada saat kegiatan mulai berkurang

misalnya setelah tanam dan menunggu waktu panen atau saat musim kemarau tiba

dan kegiatan non usahatani ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan

pendapatan rumahtangga petani tersebut. Berdasarkan hasil penelitian pada desa

contoh bahwa penerapan pola tanam sangat tergantung pada pengelolaan dan

ketersediaan air pada lahan sawah tersebut. Pada desa contoh lahan sawah adalah

berpengairan teknis dengan pola tanam yang diterapkan adalah padi – padi – bera.

Hal ini juga menunjang kesempatan petani untuk memanfaatkan waktu luangnya

atau saat sepi di usahatani akan mencurahkan kerjanya pada kegiatan non

usahatani. Hal ini sesuai yang dinyatakan Ravianto (1985) bahwa penyerapan

tenaga kerja dipengaruhi oleh intensitas dan pola tanam.


64

5.4. Kontribusi Pendapatan Anggota Rumahtangga Petani

Pendapatan rumahtangga petani bersumber dari usahatani padi dan non

usahatani. Pendapatan rumahtangga petani merupakan penjumlahan pendapatan

yang berasal dari usahatani padi dan pendapatan rumahtangga dari non usahatani

yaitu penjumlahan dari pendapatan suami, isteri, dan anak. Untuk meningkatkan

total pendapatan rumahtangga maka anggota rumahtangga akan alokasikan

curahan kerjanya pada kegiatan usahatani padi maupun non usahatani untuk

memperoleh penghasilan.

Tabel 5. Kontribusi dan Sumber Pendapatan Rata-rata Anggota Rumahtangga


Petani Lahan Sawah di Kabupaten Donggala tahun 2008.

Anggota
Sumber Pendapatan (Rp) Kontribusi (%)
Rumahtangga
1. Usahatani Padi Suami+Isteri 13 226 969 42.20
5. Non Usahatani Rumahtangga 18 111 991 57.80
a. Suami 7 180 182 23.00
b. Isteri 6 638 545 21.18
c. Anak 4 293 264 13.70
6. Jumlah 31 338 060 100

Tabel 5 menunjukkan bahwa total pendapatan rata-rata rumahtangga

petani sebesar Rp 31 338 060. Dari total pendapatan rata-rata tersebut berasal dari

pendapatan usahatani padi sebesar Rp 13 226 969 atau 42.20 persen dan

pendapatan dari non usahatani sebesar Rp 18 111 991 atau sebesar 57.80 persen.

Dengan berdasarkan hasil pendapatan tersebut, terlihat bahwa pendapatan dari

non usahatani lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan dari usahatani. Hal

ini disebabkan oleh alokasi curahan kerja pada kegiatan non usahatani lebih tinggi

dibandingkan dengan kegiatan usahatani (Tabel 4).

Kontribusi pendapatan suami sebesar Rp 7 180 181, kontribusi ini lebih

tinggi jika dibandingkan dengan kontribusi pendapatan isteri dan anak. Ini
65

disebabkan oleh alokasi curahan kerja suami pada kegiatan non pertanian lebih

tinggi jika dibandingkan dengan anggota rumahatangga lainnya. Jika dikaitkan

dengan Tabel 4 dan Tabel 5, kontribusi pendapatan anggota rumahtangga

bervariasi, dan variasi pendapatan tersebut disebabkan oleh variasi curahan kerja.

Secara keseluruhan menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendapatan tunai

sangat ditentukan oleh adanya alokasi curahan kerja pada masing-masing

kegiatan. Semakin tinggi alokasi curahan kerja pada kegiatan tertentu maka

pendapatan tunai yang dihasilkan juga akan semakin tinggi dan secara tidak

langsung menunjukkan bahwa rumahtangga dalam mengalokasikan kerjanya

sangat dipengaruhi oleh pendapatan tunai yang di peroleh pada masing-masing

kegiatan tersebut.

5.5. Pola Pengeluaran Rumahtangga Petani

Pengeluaran rumahtangga petani terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi

dan investasi. Pengeluaran untuk konsumsi terdiri dari pengeluaran untuk

konsumsi pangan dan pengeluaran non pangan. Pengeluaran untuk investasi

terdiri dari pengaluaran untuk investasi produksi dan pengeluran untuk investasi

pendidikan.

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa total pengeluaran rata-rata

rumahtangga petani sebesar Rp 13 250 357. Pengeluaran yang terbesar adalah

konsumsi pangan yaitu Rp 6 443 136 atau 48.66 persen dari total pengeluaran

rata-rata rumahtangga, kemudian pengeluaran untuk konsumsi non pangan

sebesar Rp 5 732 817 atau 43.30 persen dari total pengeluran rumahtangga.

Pengeluaran untuk pangan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jenis

pengeluaran lainnya, ini berarti bahwa kesejahteraan rumahtangga petani di lokasi


66

penelitian masih rendah. Hal ini didasarkan pada Hukum Engel (Engel s Law)

yang menyatakan bahwa proporsi pengeluaran untuk pangan menurun jika

pendapatan masyarakat bertambah, yang berarti bahwa pangan merupakan

kebutuhan pokok yang konsumsinya naik kurang cepat jika dibandingkan dengan

kenaikan pendapatan. Rumahtangga dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi

telah mencukupi kebutuhan konsumsi pangannya sehingga untuk meningkatkan

kepuasan rumahtangga maka rumahtangga akan mengalokasikan pendapatannya

untuk jenis pengeluaan selain untuk konsumsi pangan.

Tabel 6. Pola Pengeluaran Rata- rata Rumahtangga Petani Lahan Sawah di


Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Donggala tahun 2008.

No. Uraian Jumlah (Rp) Presentasi (%)


1. Konsumsi Pangan 6 443 136 48.66
2. Konsumsi Non Pangan 5 732 817 43.30
3. Konsumsi Total 12 185 953 91.96
4. Investasi Produksi 149 690 1.13
5. Investasi Pendidikan 924 194 6.98
6. Investasi Total 1 064 404 8.06
7. Pengeluaran Total 13 250 357 100

Pengeluaran investasi pendidikan lebih tinggi dibandingkan dengan

investasi produksi yang merupakan pengeluaran terkecil dari seluruh jenis

pengeluaran yaitu Rp 140 210 atau 1.06 persen dari total pengeluaran rata-rata

yang ada. Pengeluaran rumahtangga petani untuk konsumsi lebih besar jika

dibandingkan dengan pengeluaran untuk investasi karena pengeluaran untuk

konsumsi baik konsumsi pangan merupakan kebutuhan primer dan non pangan

merupakan kebutuhan sekunder dalam rumahtangga.


67

VI. FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


CURAHAN KERJA, PENDAPATAN DAN PENGELUARAN
RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

Dalam penelitian ini menggunakan model ekonomi rumahtangga petani

lahan sawah. Hasil pendugaan model menggunakan metode Two-Stage Least

Squares (2SLS) pada program Statistical Analysis System (SAS) 9.1 melalui

prosedur PROC SYSLIN. Dari hasil pendugaan model tersebut dilakukan analisis

berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dengan tujuan untuk

mengetahui keragaan masing-masing peubah endogen dapat dijelaskan oleh

peubah penjelas yang ada di dalam model yang telah dibangun.

Untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi curahan kerja,

pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani lahan sawah terlihat pada Tabel

7 sampai dengan Tabel 21. Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan pada

masing-masing persamaan berkisar 0.3953 sampai dengan 0.7184. Nilai

koefisien determinasi terbesar terdapat pada curahan kerja isteri non pertanian

sedangkan yang terkecil terdapat pada curahan kerja suami pada usahatani.

Dalam penelitian ini juga menggunakan uji-F yang bertujuan untuk

menguji peranan peubah penjelas secara bersama-sama menjelaskan keragaman

peubah endogen. Sedangkan untuk menguji masing-masing peubah penjelas pada

setiap persamaan apakah berpengaruh nyata secara statistik terhadap peubah

endogen menggunakan uji-t.

Pada umumnya tanda parameter dugaan model sesuai dengan yang

diharapkan atau sesuai dengan hipotesis. Nilai elastisitas dalam setiap peubah
68

penjelas menunjukkan respon peubah endogen terhadap setiap perubahan dari

peubah penjelas. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi curahan

kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga petani di Kabupaten Donggala

ditelah dihasilkan penelitian sebagai berikut :

6.1. Alokasi Curahan Kerja Anggota Rumahtangga Petani

Secara garis besar, dalam penelitian ini meliputi curahan kerja anggota

rumahtangga pada usahatani padi dan curahan kerja anggota rumahtangga pada

non usahatani. Curahan kerja pada usahatani padi dibagi menjadi curahan kerja

suami dan curahan kerja isteri pada usahatani padi. Curahan kerja rumahtangga

pada usahatani padi adalah penjumlahan dari curahan kerja suami dan curahan

kerja isteri pada usahatani padi. Curahan kerja anggota rumahtangga pada non

usahatani terdiri dari menjadi curahan kerja suami, curahan kerja isteri, dan

curahan kerja anak pada non usahatani. Curahan kerja rumahtangga pada non

usahatani adalah penjumlahan dari curahan kerja suami, curahan kerja isteri pada

usahatani padi, dan curahan kerja anak pada non usahatani

6.1.1. Curahan Kerja Suami pada Usahatani Padi

Pada Tabel 7 terlihat bahwa hasil dugaan parameter curahan kerja suami

pada usahatani padi (CKSUT) menunjukkan bahwa semua tanda dugaan

parameter variabel penjelas sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai hipotesis.

Koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 0.4326, ini berarti bahwa keragaan

curahan kerja suami pada usahatani padi sebesar 43.26 persen dapat dijelaskan
69

oleh variabel curahan kerja suami pada non usahatani (CKSNU), tenaga kerja luar

keluarga (TKLK), pendidikan suami (PDS) dan luas lahan (LL).

Curahan kerja suami pada kegiatan non usahatani berhubungan negatif dan

berpengaruh nyata pada taraf 1 persen terhadap curahan kerja suami pada

usahatani padi. Ada saling keterkaitan antara curahan kerja suami pada kegiatan

non usahatani dengan curahan kerja suami pada kegiatan usahatani padi. Hal ini

ada hubungannya dengan rumahtangga sebagai pengambil keputusan yaitu setiap

anggota rumahtangga petani dapat memutuskan bagaimana mengalokasikan

jumlah waktu terbatas yang dimilikinya diantara pilihan untuk bekerja untuk

memperoleh penghasilan, dan menentukan apakah anggota rumahtangga (suami)

akan memilih suatu pekerjaan yang mana diantara pekerjaan-pekerjaan tersebut

yang memberikan pendapatan yang lebih baik. Adanya keterbatasan waktu yang

dimiliki, jika curahan kerja suami pada non usahatani meningkat maka curahan

kerja suami pada usahatani padi akan menurun.

Tabel 7. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Suami pada


Usahatani Padi

Variabel Notasi Parameter Taraf Elastisitas


Dugaan Nyata
Intersep INTERSEP 148.1201 <.0001
Curahan Kerja Suami CKSNU -0.53126 <.0001 -0.48
pada Non Usahatani
Tenaga Kerja Luar TKLK -0.43014 0.1383 -0.30
Keluarga
Pendidikan Suami PDS -0.74649 0.6640 -0.12
Luas Lahan LL 0.004132 0.0421 0.29
R2 0.4326

Curahan kerja suami pada usahatani padi tidak respon terhadap curahan

kerja suami pada kegiatan non usahatani. Hal ini memberikan gambaran bahwa

peningkatan curahan kerja di non usahatani tidak mengakibatkan terjadi


70

penurunan yang cukup berarti pada curahan kerja pada kegiatan usahatani padi

karena di lokasi penelitian pada mumnya kegiatan non usahatani dilakukan tidak

mengganggu kegiatan usahatani padi. Hal ini sejalan yang dikemukakan Syukur

(1988) bahwa rumahtangga pedesaan umumnya tidak hanya bekerja pada satu

macam pekerjaan saja dan keterlibatan rumahtangga tani untuk bekerja di non

usahatani karena: (1) kegiatan usahatani padi bersifat musiman, sehingga pada

musim sepi di usahatani padi maka suami akan memanfaatkan waktu yang

tersedia untuk mencari kesempatan kerja lain (non usahatani) yang tersedia (2)

usahatani padi seringkali dihadapkan pada resiko kegagalan panen, sehingga perlu

cadangan pendapatan dari kegiatan lain (3) pendapatan dari usahatani di peroleh

pada waktu panen. Di lain pihak rumahtangga tani memerlukan biaya hidup untuk

kebutuhan setiap hari, sehigga untuk mengatasi hal ini rumahtangga tani mencoba

bekerja pada kegiatan yang langsung dapat memberikan pendapatan (4) untuk

sebagian besar rumahtangga tani, kesempatan kerja dan pendapatan dari usahatani

padi saja tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarga.

Tenaga kerja luar keluarga (TKLK) berhubungan negatif dan berpengaruh

tidak nyata terhadap curahan kerja suami pada usahatani padi. Artinya jika

penggunaan kerja tenaga kerja luar keluarga yang digunakan petani bertambah

maka curahan kerja suami pada usahatani berkurang. Dengan bertambahnya

tenaga kerja luar keluarga digunakan dalam usahatani maka akan bertambah pula

biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga dan

curahan kerja suami pada usahatani padi makin berkurang. namun dengan

bertambahnya pengggunaan tenaga kerja luar maka suami mempunyai waktu


71

lebih besar pada non usahatani. Petani lebih memilih untuk mengeluarkan biaya

untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga untuk bekerja pada lahan

usahataninya dari pada petani tersebut yang bekerja sendiri. Hal ini pada

umumnya dilakukan pada saat pengolahan tanah, penanaman dan, panen. Respon

curahan kerja suami pada usahatani padi inelastis terhadap kerja tenaga kerja luar

keluarga.

Pendidikan suami (PDS) berhubungan negatif dan berpengaruh tidak nyata

terhadap curahan kerja suami pada usahatani padi. Hal ini berarti ada keterkaitan

antara pendidikan dengan curahan kerja suami pada usahatani, artinya semakin

tinggi tingkat pendidikan maka curahan kerja suami pada usahatani berkurang.

Namun berdasarkan hasil penelitian bahwa tingkat pendidikan suami masih

rendah yaitu pada tingkat pendidikan dasar. Ada indikasi bahwa dengan

pendidikan rendah maka petani kurang mampu mengadopsi teknologi lebih baik

sesuai yang dianjurkan dan hal ini dapat menyebabkan produktivitas padi yang

dihasilkan masih rendah.

Walaupun secara statistik pendidikan suami tidak berpengaruh nyata

terhadap curahan kerja pada usahatani namun pada dasarnya pendidikan dan

keterampilan sangat dibutuhkan pada kegiatan usahatani untuk mempermudah

penyerapan teknologi dalam pengelolaan usahatani sehingga petani mampu

menerapkan teknologi yang dianjurkan dalam kegiatan usahataninnya sehingga

dapat meningkatkan produktivitas usahatani padi. Dengan pendidikan yang tinggi

maka petani dapat mengelola usahataninya secara efektif dan efisien dan dilain

pihak pada masa sepi di usahatani maka petani akan memanfaatkan waktunya
72

untuk mencurahkan kerja pada non usahatani karena dengan pendidikan tinggi

maka petani akan lebih mudah mendapatkan kesempatan kerja untuk memperoleh

penghasilan sehingga dapat menambah pendapatan keluarga.

Luas lahan (LL) berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf 4

persen terhadap curahan kerja suami pada usahatani padi. Ada saling keterkaitan

antara luas lahan yang dimiliki dengan besarnya curahan kerja yang digunakan.

Semakin luas lahan yang dikelola maka secara langsung akan meningkatkan

curahan kerja pada kegiatan usahatani tersebut, sehingga untuk mengalokasikan

curahan kerjanya cenderung dipengaruhi oleh besar kecilnya kepemilikan lahan.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa luasan kepemilikan lahan sawah rata-rata

sebesar 0.7 hektar, ini berarti bahwa dengan keterbatasan lahan yang dimiliki

maka petani akan cenderung melakukan kegiatan non usahatani terutama pada

saat setelah tanam dan setelah panen padi. Dengan sempitnya lahan yang dimiliki

maka petani akan berusaha mencari pekerjaan di non usahatani dalam rangka

peningkatan pendapatan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Pada Tabel 7 terlihat bahwa curahan kerja pada usahatani padi tidak

respon terhadap luas areal yang diusahakan. Ini berarti bahwa dengan

meningkatnya luas lahan satu persen hanya meningkatkan curahan kerja isteri

pada kegiatan usahatani padi sebesar 0.29 persen. Hal ini diduga ada

hubungananya dengan terbatasnya penggunaan input-input pertanian, sehingga

rumahtangga dalam mengusahakan usahatani padi cenderung lebih mengarah

kepada tujuan konsumsi sendiri sehingga curahan kerjanya juga tidak terlalu

besar.
73

6.1.2. Curahan Kerja Isteri pada Usahatani Padi

Berdasarkan hasil pendugaan curahan kerja isteri pada usahatani padi

(CKIUT) menunjukkan bahwa semua tanda dugaan parameter sesuai dengan yang

diharapkan atau sesuai dengan hipotesis. Koefisien determinasi yang dihasilkan

sebesar 0.7184, yang berarti bahwa keragaan curahan kerja isteri pada kegiatan

usahatani sebesar 71,84 persen dapat dijelaskan oleh variabel curahan kerja isteri

pada non usahatani (CKINU), tenaga kerja luar keluarga (TKLK), luas lahan

(LL), dan jumlah anak balita (JABL) yang terlihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Isteri pada


Usahatani Padi

Variabel Notasi Parameter Taraf Elastisitas


Dugaan Nyata
Intersep INTERSEP 32.53730 <.0001
Curahan Kerja Isteri CKINU -0.10598 0.0023 -0.32
pada Non Usahatani
Tenaga Keja Luar TKLK -0.01897 0.8367 -0.04
Keluarga
Luas Lahan LL 0.000298 0.001 0.06
Jumlah Anak Balita JABL -26.3586 <.0001 -0.79
R2 0.7184

Curahan kerja isteri pada kegiatan non usahatani berhubungan negatif dan

berpengaruh nyata pada taraf 2 persen terhadap curahan kerja isteri pada usahatani

padi. Ada saling keterkaitan antara curahan kerja isteri pada kegiatan non

usahatani dengan curahan kerja isteri pada kegiatan usahatani padi. Hal ini berarti

jika adanya peningkatan curahan kerja isteri pada non usahatani maka akan

menurunkan curahan kerja isteri pada kegiatan usahatani padi dan adanya

keterbatasan waktu yang dimiliki mendorong isteri untuk cenderung

mengalokasikan kerjanya pada kegiatan yang dapat menghasilkan uang tunai yang

lebih besar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Respon curahan kerja
74

isteri pada usahatani padi tidak elastis terhadap curahan kerja isteri pada kegiatan

non usahatani.

Tenaga kerja luar keluarga berhubungan negatif dan tidak berpengaruh

terhadap curahan kerja isteri pada usahatani padi. Artinya jika tenaga kerja luar

keluarga yang digunakan petani bertambah maka curahan kerja isteri pada

usahatani berkurang. Dengan bertambahnya tenaga kerja luar keluarga digunakan

dalam usahatani maka akan bertambah pula biaya yang dikeluarkan untuk

membayar upah tenaga kerja luar keluarga dan curahan kerja isteri pada usahatani

padi makin berkurang. namun dengan bertambahnya pengggunaan tenaga kerja

luar maka isteri mempunyai waktu lebih besar pada non usahatani. Petani lebih

memilih untuk mengeluarkan biaya untuk membayar upah tenaga kerja luar

keluarga untuk bekerja pada lahan usahataninya dari pada petani tersebut yang

bekerja sendiri. Hal ini pada umumnya dilakukan pada saat pengolahan tanah,

penanaman dan, panen. Respon curahan kerja isteri pada usahatani padi tidak

elastis terhadap curahan kerja tenaga kerja luar keluarga.

Luas lahan berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf 1 persen

terhadap curahan kerja isteri pada usahatani padi. Ada saling keterkaitan antara

luas lahan yang dimiliki dengan besarnya curahan kerja yang digunakan.

Semakin luas lahan yang dikelola maka secara langsung akan meningkatkan

curahan kerja pada kegiatan usahatani tersebut. Hal ini disebabkan semakin luas

lahan yang dimiliki cenderung membutuhkan curahan kerja yang lebih besar pula.

Hanya saja respon curahan kerja isteri pada usahatani padi tidak elastis terhadap

luas lahan yang diusahakan. Ini berarti bahwa meningkatnya luas lahan satu

persen hanya meningkatkan curahan kerja isteri pada kegiatan usahatani padi
75

sebesar 0,06 persen. Hal ini diduga bahwa curahan isteri pada usahatani padi

pada umumnya hanya ikut pada kegiatan tertentu dalam usahatani padi seperti

menanam dan panen sehingga curahan kerja isteri pada usahatani padi tidak elastis

terhadap luas lahan yang diusahakan disamping itu pula bahwa pada umumnya

rumahtangga petani dalam berusahatani padi juga menggunakan tenaga kerja luar

keluarga yang cenderung akan mengurangi penggunaan tenaga kerja dalam

keluarga rumahtangga petani.

Jumlah anak balita berhubungan negatif dan berpengaruh nyata terhadap

curahan pada taraf 1 persen. Semakin banyak jumlah anak balita dalam

rumahtangga petani, maka semakin berkurang curahan kerja isteri pada kegiatan

usahatani padi. Hal ini menggambarkan bahwa dengan adanya rumahtangga

memiliki anak balita maka curahan kerja isteri akan lebih banyak dicurahkan

dalam kegiatan rumahtangga untuk mengasuh anak sehingga akan mengurangi

curahan kerja isteri pada kegiatan usahatani padi.

6.1.3. Curahan Kerja Suami pada Non Usahatani

Hasil dugaan parameter dan elastisitas curahan kerja suami pada non

usahatani dapat dilihat pada Tabel 9.

Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa hasil dugaan parameter

persamaan curahan kerja suami pada non usahatani (CKSNU) semua tanda

dugaan parameter variabel penjelas sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai

dengan hipotesis. Koefisien determinasi yang dihasilkan sebesar 0.5717, ini

berarti bahwa keragaman curahan kerja suami pada non usahatani sebesar 57.17

persen dapat dijelaskan oleh variabel pendapatan suami dari non usahatani
76

(PSNUT), curahan kerja suami pada usahatani padi (CKSUT), pendidikan suami

(PDS).

Pendapatan suami non usahatani berhubungan positif dan berpengaruh

nyata pada taraf 1 persen terhadap curahan kerja suami pada non usahatani. Ada

saling keterkaitan antara curahan kerja pada non usahatani dengan pendapatan

suami pada kegiatan non usahatani. Ada indikasi bahwa semakin tinggi curahan

kerja suami pada kegiatan non usahatani maka semakin tinggi pula pendapatan

yang diperoleh dari kegiatan non usahatani tersebut. Curahan kerja suami pada

non usahatani respon terhadap pendapatan suami pada kegiatan non usahatani. Hal

ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa keputusan rumahtangga dalam hal

ini suami untuk bekerja pada non usahatani tergantung dari seberapa besar

pendapatan yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan hidup rumahtangga petani

setiap hari, namun tidak menutup kemungkinan bahwa suami melakukan kegiatan

non usahatani karena adanya kesempatan kerja untuk mengisi masa sepi pada

kegiatan usahatani padi seperti pada masa setelah tanam atau setelah panen.

Tabel 9. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Suami pada Non
Usahatani

Variabel Notasi Parameter Taraf Elastisitas


Dugaan Nyata
Intersep INTERSEP 126.0442 0.0002
Pendapatan Suami dari PSNUT 1.105E-6 <.00001 8.81
Non Usahatani
Curahan Kerja Suami CKSUT -0.57406 0.0065 -0.64
pada Usahatani padi
Pendidikan Suami PDS -2.28786 0.2794 -0.23
R2 0.5717

Curahan kerja suami pada usahatani padi berhubungan negatif dan

berpengaruh nyata pada taraf 1 persen terhadap curahan kerja suami pada non

usahatani. Ada saling keterkaitan antara curahan kerja suami pada non usahatani
77

terhadap curahan kerja suami pada usahatani padi. Ada indikasi bahwa semakin

tinggi curahan kerja suami pada kegiatan non usahatani maka semakin tinggi pula

pendapatan yang akan diperoleh dari kegiatan non usahatani tersebut. Sedangkan

respon curahan kerja suami pada non usahatani tidak elastis terhadap curahan

kerja suami pada usahatani padi.

Pendidikan suami pada non usahatani berhubungan negatif dan

berpengaruh tidak nyata terhadap curahan kerja suami pada non usahatani.

semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula pendapatan yang akan

diperoleh dari kegiatan non usahatani. Respon curahan kerja suami pada non

usahatani tidak elastis terhadap pendidikan suami.

6.1.4. Curahan Kerja Isteri pada Non Usahatani

Berdasarkan hasil dugaan persamaan curahan kerja isteri pada non

usahatani menunjukkan bahwa semua tanda dugaan pamater variabel penjelas

sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai dengan hipotesis. Pada Tabel 10

menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 0.6562, ini

berarti bahwa keragaman curahan kerja isteri pada non usahatani sebesar 65.62

persen dapat dijelaskan oleh variabel pendapatan isteri pada non usahatani

(PINUT), curahan kerja isteri pada usahatani padi (CKIUT), dan jumlah anak

balita (JABL).

Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa pendapatan isteri pada non usahatani

berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf 1 persen terhadap curahan

kerja isteri pada non usahatani. Ada saling keterkaitan antara curahan kerja pada

non usahatani dengan pendapatan isteri dari kegiatan non usahatani. Ada indikasi
78

bahwa semakin tinggi curahan kerja isteri pada kegiatan non usahatani maka

semakin tinggi pula pendapatan yang akan diperoleh dari kegiatan non usahatani

tersebut. Hal ini juga menunjukkan bahwa keputusan untuk meningkatkan

pendapatan rumahtangga, tergantung kepada seberapa besar alokasi tenaga kerja

yang dapat dicurahkan untuk kegiatan tersebut. Respon curahan kerja isteri pada

non usahatani tidak elastis terhadap pendapatan isteri pada kegiatan non usahatani.

Tabel 10. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Isteri pada Non
Usahatani

Variabel Notasi Parameter Taraf Elastisitas


Dugaan Nyata
Intersep INTERSEP 22.29457 0.1709
Pendapatan Isteri dari PINUT 0.000012 <.0001 0.77
Non Usahatani
Curahan Kerja Isteri CKIUT -0.55597 0.2559 -0.19
pada Usahatani
Jumlah Anak Balita JABL -21.7106 0.1031 -0.22
R2 0.6562

Curahan kerja isteri pada usahatani padi berhubungan negatif terhadap

curahan kerja isteri pada non usahatani. Hal ini berarti dengan bertambahnya

curahan kerja isteri pada usahatani padi maka akan menurunkan curahan kerja

isteri pada kegiatan non usahatani. Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa

curahan kerja isteri pada usahatani padi berpengaruh tidak nyata terhadap curahan

kerja isteri pada non usahatani. Curahan kerja isteri pada usahatani padi tidak

respon terhadap curahan kerja isteri pada non usahatani. Hal ini berarti bahwa

meskipun pekerjaan di usahatani harus dilakukan yaitu pada saat menanam dan

panen namun pada saat tertentu atau tidak melakukan kegiatan di usahatani maka

isteri akan mencurahkan kerjanya pada kegiatan di non usahatani.


79

Jumlah anak balita dalam rumahtangga berhubungan negatif dan

berpengaruh nyata terhadap curahan kerja isteri pada non usahatani. semakin

banyak jumlah anak balita dalam suatu rumahatangga maka semakin tinggi pula

curahan kerja isteri pada kegiatan rumahtangga yaitu mengasuh anak, namun tidak

semua isteri melakukan hal tersbut karena adanya pembantu rumahtangga atau

menitipkannya pada orang tua atau saudara dekatnya untuk mengasuh anak balita

tersebut. Respon curahan kerja isteri pada non usahatani tidak elastis terhadap

jumlah balita.

6.1.5. Curahan Kerja Anak pada Non Usahatani

Hasil dugaan parameter persamaan curahan anak pada non usahatani

(CKANU) menunjukkan semua tanda dugaan parameter variabel penjelas sesuai

dengan yang diharapkan atau sesuai dengan hipotesis. Koefisien determinasi yang

dihasilkan sebesar 0.5818, ini berarti bahwa keragaman curahan kerja anak pada

non usahatani sebesar 58.18 persen dapat dijelaskan oleh variabel pendapatan

anak dari non usahatani (PANUT), pendidikan anak yang bekerja (PAK), dan

umur anak yang bekerja (UAK). Hasil dugaan parameter dan elastisitas curahan

kerja anak pada non usahatani dapat dilihat pada Tabel 11.

Pendapatan anak non usahatani berhubungan positif dan berpengaruh

nyata pada taraf 1 persen terhadap curahan kerja anak pada non usahatani. Ada

saling keterkaitan antara curahan kerja anak pada non usahatani dengan

pendapatan anak pada kegiatan non usahatani. Ada indikasi bahwa semakin

tinggi curahan kerja anak pada kegiatan non usahatani maka semakin tinggi pula

pendapatan anak yang akan diperoleh dari kegiatan non usahatani tersebut.
80

Respon curahan kerja anak pada non usahatani elastis terhadap pendapatan anak

pada kegiatan non usahatani. Hal ini berarti bahwa dengan besarnya pendapatan

yang diperoleh dari non usahatani maka anak akan meningktkan curahan kerjanya

di non usahatani.

Umur anak berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf 1 persen

terhadap curahan kerja anak pada non usahatani. Hal ini berarti jika umur anak

bertambah maka semakin bertambah pula curahan kerja anak pada non usahatani.

Respon curahan kerja anak pada non usahatani tidak elastis terhadap umur anak.

Hal ini sejalan yang dikemukakan Hadi (1985) bahwa makin bertambah umur

anak maka akan makin produktif, sehingga curahan kerja dan pendapatan pada

kegiatan non pertanian makin besar.

Pendidikan anak pada non usahatani berhubungan negatif dan berpengaruh

nyata pada taraf 6 persen terhadap curahan kerja anak pada non usahatani. Hal ini

terjadi pada lokasi penelitian disebabkan rata-rata tingkat pendidikan anak yang

bekerja hanya berada pada tingkat pendidikan dasar sehingga dengan pendidikan

yang anak miliki maka peluang untuk mempeoleh kesempatan kerja pada non

usahatani terbatas dan ada kecenderungan kesempatan kerja yang diperoleh

berupa jenis pekerjaan yang relatif kasar seperti buruh bangunan, pembantu

rumahtangga, dan petugas cleaning service di perkantoran. Hal ini sejalan dengan

Syukur (1988) menyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak selalu berpengaruh

positif terhadap wawasan untuk mendapatkan alternatif pekerjaan. Dalam hal ini

kegiatan non pertanian guna meningkatkan pendapatan rumahtangga.


81

Tabel 11. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Anak pada Non
Usahatani

Variabel Notasi Parameter Taraf Elastisitas


Dugaan Nyata
Intersep INTERSEP -0.38741 0.9343
Pendapatan Anak dari PANUT 0.000012 <.0001 0.60
Non Usahatani
Umur Anak yang UAK 3.021438 0.0124 0.73
Bekerja
Pendidikan Anak yang PAK -3.80310 0.0646 -0.47
Bekerja
R2 0.5818

6.2. Blok Permintaan Input

Permintaan input pada usahatani padi meliputi penggunaan tenaga kerja

luar keluarga, penggunaan pupuk, dan penggunaan benih. Penggunaan tenaga

kerja luar keluarga dipengaruhi oleh luas lahan, curahan kerja rumahtangga pada

usahatani, curahan kerja rumahtangga pada non usahatani dan pendapatan total

rumahtangga petani. Penggunaan benih padi dipengaruhi oleh luas lahan, jumlah

penggunaan pupuk, curahan kerja rumahtangga pada usahatani, dan pendapatan

total rumahtangga petani. Penggunaan pupuk pada tanaman padi dipengaruhi oleh

luas lahan, jumlah penggunaan benih padi, curahan kerja rumahtangga pada

usahatani, dan pendapatan total rumahtangga petani.

6.2.1. Tenaga Kerja Luar Keluarga

Hasil dugaan parameter persamaan penggunaan tenaga kerja luar keluarga

pada usahatani padi (TKLK) menunjukkan semua tanda dugaan parameter

variabel penjelas sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai dengan hipotesis.

Koefisien determinasi yang dihasilkan sebesar 0.6440, ini berarti bahwa

keragaman penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi sebesar 64.
82

40 persen dapat dijelaskan oleh variabel luas lahan (LL), curahan kerja

rumahtangga pada usahatani (CKRTUT), dan produksi padi (PROD). Hasil

dugaan parameter dan elastisitas jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga

pada usahatani padi dapat dilihat pada Tabel 12.

Luas lahan berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf 1 persen

terhadap tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi. Ada saling keterkaitan

antara luas lahan yang dimiliki dengan besarnya penggunaan tenaga kerja luar

keluarga. Semakin luas lahan yang dikelola maka secara langsung akan

meningkatkan permintaan tenaga kerja luar keluarga pada kegiatan usahatani padi.

Hal ini disebabkan semakin luas lahan yang dimiliki cenderung membutuhkan

curahan kerja yang lebih besar pula. Hanya saja luas lahan yang digunakan untuk

usahatani padi tidak respon terhadap tenaga kerja luar keluarga. Ini berarti bahwa

meningkatnya luas lahan satu persen hanya meningkatkan penggunaan tenaga

kerja luar keluarga pada kegiatan usahatani padi sebesar 0,62 persen. Hal ini

diduga bahwa penggunaan tenaga kerja luar pada usahatani padi pada umumnya

hanya ikut pada kegiatan tertentu dalam usahatani padi seperti mengolah lahan,

menanam dan panen sehingga penggunaan tenaga kerja luar pada usahatani padi

tidak elastis terhadap luas lahan yang diusahakan.

Tabel 12. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Luar
Keluarga pada Usahatani Padi

Variabel NotasiParameter Taraf Elastisitas


Dugaan Nyata
Intersep INTERSEP 36.42244 0.0023
Luas Lahan LL 0.006203 <.0001 0.62
Curahan Kerja Rumahtangga CKRTUT -0.00923 0.4981 -0.02
pada Usahatani Padi
Produksi Padi PROD 0.000864 0.7086 0.05
R2 0.6440
83

Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa curahan kerja rumahtangga

pada usahatani padi berhubungan negatif dan berpengaruh nyata terhadap

penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi. Hal ini berarti bahwa

jika curahan kerja rumahtangga yang digunakan petani bertambah maka

penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi berkurang. Namun

curahan kerja rumahtangga pada usahatani padi tidak respon terhadap penggunaan

tenaga kerja luar keluarga. Ini berarti bahwa meningkatnya curahan kerja

rumahtangga pada usahatani padi satu persen akan menurunkan penggunaan

tenaga kerja luar keluarga pada kegiatan usahatani padi sebesar 0,02 persen. Hal

ini diduga bahwa penggunaan tenaga kerja luar pada usahatani padi pada

umumnya pada umumnya sangat dibutuhkan dalam usahatani padi terutama pada

saat kegiatan mengolah lahan, menanam dan panen.

Produksi padi berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap

penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi. Ada saling

keterkaitan antara produksi padi yang dihasilkan pada kegiatan non usahatani

dengan penggunaan tenaga kerja luar keluarga. Hal ini berarti jika adanya

peningkatan produksi padi maka akan meningkatkan penggunaan tenaga kerja luar

keluarga pada kegiatan usahatani padi, dengan adanya keterbatasan waktu yang

dimiliki mendorong anggota rumahtangga untuk cenderung menggunakan tenaga

kerja luar keluarga untuk membantu dalam penanganan produksi padi pada saat

waktu panen, pengamgkutan, dan penjemuran gabah. Petani lebih memilih untuk

mengeluarkan biaya untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga untuk

bekerja pada lahan usahataninya dari pada petani tersebut yang bekerja sendiri ini

dilakukan pada saat panen dan penanganan hasil panen padi.


84

6.2.2. Jumlah Benih

Hasil dugaan parameter persamaan penggunaan jumlah benih (JBBH)

menunjukkan semua tanda dugaan parameter variabel penjelas sesuai dengan yang

diharapkan atau sesuai dengan hipotesis. Koefisien determinasi yang dihasilkan

sebesar 0.5264, ini berarti bahwa keragaman jumlah penggunaan benih pada

usahatani padi sebesar 52.64 persen dapat dijelaskan oleh variabel luas lahan

(LL), jumlah penggunaan pupuk (JPPK), curahan kerja rumahtangga pada

usahatani padi (CKRTUT), dan pendapatan total rumahtangga petani (PDTRT).

Hasil dugaan parameter dan elastisitas penggunaan jumlah benih pada usahatani

padi dapat dilihat pada Tabel 13.

Luas lahan usahatani padi berhubungan positif dan berpengaruh nyata

terhadap penggunaan jumlah benih pada taraf 1 persen. Hal ini berarti bahwa jika

luas lahan usahatani padi bertambah maka penggunaan benih padi akan bertambah

pula, dan ini ada keterkaitan antara luas lahan usahatani padi dengan jumlah benih

yang digunakan. Dengan meningkatnya penggunaan luas lahan untuk usahatani

padi maka kebutuhan akan jumlah benih yang digunakan pada lahan tersebut juga

akan semakin meningkat.

Tabel 13. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Penggunaan Jumlah Benih pada
Usahatani Padi

Variabel Notasi Parameter Taraf Elastisitas


Dugaan Nyata
Intersep INTERSEP 3.207149 0.7306
Luas Lahan LL 0.003417 <.0001 0.62
Jumlah Pupuk JPPK 0.007052 0.7748 0.03
Curahan Kerja Rumahtangga CKRTUT 0.049540 0.4224 0.17
pada Usahatani Padi
Pendapatan Total PDTRT 1.98E-7 0.4330 1.54
Rumahtangga Petani
R2 0.5264
85

Jumlah pupuk berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap jumlah

benih. semakin banyak jumlah benih yang digunakan maka semakin banyak pula

kebutuhan pupuk yang digunakan, hal ini berarti bahwa ada keterkaitan

penggunaan jumlah benih dengan jumlah pupuk yang digunakan. Ada indikasi

bahwa pada usahatani padi pupuk memiliki peranan dalam pembudidayaan padi

karena tanaman padi memerlukan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman padi,

hal ini ditemukan di lokasi penelitian dengan adanya pemberian pupuk pada

tanaman padi tersebut. Namun demikian bahwa pemupukan harus dilakukan

secara berimbang, artinya pemberian pupuk ke dalam tanah diharapkan dapat

menyeimbangkan dan mengoptimalkan semua hara pertanian.

Curahan kerja rumahtangga pada kegiatan usahatani padi berhubungan

positif dan berpengaruh nyata terhadap penggunaan penggunaan jumlah benih.

pada usahatani padi. Ada saling keterkaitan antara curahan kerja rumahtangga

pada kegiatan usahatani padi dengan penggunaan jumlah benih. Hal ini berarti

jika adanya peningkatan penggunaan jumlah benih pada usahatani padi maka akan

meningkatkan curahan kerja rumahtangga pada usahatani padi terutama pada saat

penanaman padi.

Pendapatan total rumahtangga petani berhubungan positif dan berpengaruh nyata

terhadap jumlah benih yang digunakan. Hal ini berarti bahwa jika pendapatan

total rumahtangga meningkat maka jumlah benih padi yang dibeli oleh petani

juga akan meningkat, dan ini ada keterkaitan antara pendapatan total rumahtangga

dengan jumlah benih padi. Hal ini berarti bahwa jika rumahtangga petani

memiliki pendapatan total rumahtangga meningkat maka kemampuan untuk


86

meningkatkan input produksi juga akan meningkat sehingga produksi padi yang

akan dicapai akan meningkat pula.

6.2.3. Jumlah Pupuk

Hasil dugaan parameter persamaan jumlah penggunaan pupuk (JPPK)

menunjukkan semua tanda dugaan parameter variabel penjelas sesuai dengan yang

diharapkan atau sesuai dengan hipotesis. Koefisien determinasi yang dihasilkan

sebesar 0.5264, ini berarti bahwa keragaman jumlah penggunaan benih pada

usahatani padi sebesar 52.64 persen dapat dijelaskan oleh variabel luas lahan

(LL), jumlah penggunaan benih (JBBH), curahan kerja rumahtangga pada

usahatani padi (CKRTUT), dan pendapatan total rumahtangga petani (PDTRT).

Hasil dugaan parameter dan elastisitas jumlah penggunaan pupuk pada usahatani

padi dapat dilihat pada Tabel 14.

Luas lahan usahatani padi berhubungan positif dan berpengaruh nyata

terhadap penggunaan jumlah pupuk. Hal ini berarti bahwa jika luas lahan

usahatani padi bertambah maka penggunaan pupuk akan bertambah pula, dan ini

ada keterkaitan antara luas lahan usahatani padi dengan jumlah pupuk yang

digunakan. Ada indikasi bahwa dengan meningkatnya penggunaan luas lahan

yang digunakan untuk usahatani padi maka jumlah pupuk yang digunakan juga

akan semakin meningkat sehubungan dengan pentingnya unsur hara untuk

kesuburan lahan sehingga akan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi

sehingga pada akhirnya akan dapat meningkatkan jumlah produksi padi yang akan

dihasilkan.
87

Tabel 14. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Penggunaan Jumlah Pupuk pada
Usahatani Padi

Variabel Notasi Parameter Taraf Elastisitas


Dugaan Nyata
Intersep INTERSEP -95.8245 0.1532
Luas Lahan LL 0.012759 0.0501 0.53
Jumlah Benih JBBH 0.430423 0.7623 0.10
Curahan Kerja Rumahtangga CKRTUT 0.863807 0.0485 0.68
pada Usahatani Padi
Pendapatan Total PDTRT 2.084E-6 0.2605 0.37
Rumahtangga Petani
R2 0.5264

Jumlah benih berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap jumlah

pupuk. semakin banyak jumlah benih yang digunakan maka semakin banyak pula

pupuk yang digunakan, hal ini berarti bahwa ada keterkaitan penggunaan jumlah

benih dengan jumlah pupuk yang digunakan. Ada indikasi bahwa pada usahatani

padi pupuk memiliki peranan dalam pembudidayaan padi karena tanaman padi

memerlukan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman padi, hal ini ditemukan

dengan adanya pemberian pupuk pada tanaman padi tersebut. Namun demikian

bahwa pemupukan harus dilakukan secara berimbang, artinya pemberian pupuk

ke dalam tanah diharapkan dapat menyeimbangkan dan mengoptimalkan semua

hara pertanian.

Curahan kerja rumahtangga pada kegiatan usahatani padi berhubungan

positif dan berpengaruh nyata terhadap penggunaan penggunaan jumlah pupuk.

pada usahatani padi. Ada saling keterkaitan antara curahan kerja rumahtangga

pada kegiatan usahatani padi dengan penggunaan jumlah pupuk. Hal ini berarti

jika adanya peningkatan penggunaan jumlah pupuk pada usahatani padi maka

akan meningkatkan curahan kerja rumahtangga pada usahatani padi terutama

pada saat kegiatan pemupukan tanaman padi.


88

Berdasarkan Tabel 14 menunjukkan bahwa pendapatan total rumahtangga

petani berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap jumlah pupuk yang

digunakan dalam usahatani padi. Hal ini berarti bahwa jika pendapatan total

rumahtangga meningkat maka jumlah pupuk yang dibeli untuk kebutuhan

usahatani padi juga akan meningkat, dan ini ada keterkaitan antara pendapatan

total rumahtangga petani dengan jumlah pupuk yang digunakan. Ada indikasi

bahwa jika pendapatan total rumahtangga meningkat maka petani akan

meningkatkan daya beli pupuk untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman padi

karena tanaman padi membutuhkan unsur hara yang terkandung di dalam pupuk

tersebut, sehingga dengan adanya kemampuan petani untuk meningkatkan input

produksi juga akan meningkat sehingga produksi padi yang akan dicapai akan

meningkat pula.

6.3. Produksi Padi

Berdasarkan hasil dugaan parameter persamaan produksi padi (PROD)

menunjukkan bahwa semua tanda parameter variabel penjelas yang dihasilkan

sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai dengan hipotesis. Koefisien

determinasi yang dihasilkan sebesar 0. 6059, ini berarti bahwa keragaman curahan

kerja anak pada non usahatani sebesar 60.59 persen dapat dijelaskan oleh variabel

curahan kerja rumahatangga pada usahatani padi (CKRTUT), biaya sarana

produksi (BSPR), baya tenaga kerja luar kluarga (BTKL), dan luas lahan (LL).

Curahan kerja rumahtangga pada usahatani padi dan biaya sarana produksi

berhubungan positif dan berpengaruh tidak nyata terhadap produksi padi. Hal ini

berarti bahwa biaya sarana produksi akan sangat menunjang peningkatan produksi
89

padi. Respon produksi padi tidak elasis terhadap curahan kerja rumahtangga

pada usahatani padi dan biaya sarana produksi.

Biaya tenaga kerja luar keluarga berhubungan positif dan berpengaruh

nyata terhadap produksi padi. semakin banyak biaya tenaga kerja luar keluarga

yang digunakan maka akan menunjang peningkatan produksi, hal ini berarti

bahwa ada keterkaitan penggunaan biaya tenaga kerja luar keluarga dengan

produksi. Ada indikasi bahwa pada usahatani padi biaya tenaga kerja keluarga

digunakan untuk memberikan upah kerja kepada tenaga kerja luar yang digunakan

dalam usahatani padi terutama pada saat pengolahan lahan, penanaman, dan

panen. Hasil dugaan parameter dan elastisitas produksi padi dapat dilihat pada

Tabel 15.

Tabel 15. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Produksi Padi

Variabel Notasi Parameter Taraf Elastisitas


Dugaan Nyata
Intersep INTERSEP 299.5036 0.6461
Curahan Kerja Rumahtangga CKRTUT 1.562602 0.7360 0.06
pada Usahatani Padi
Biaya Sarana Produksi BSPR 0.000282 0.0204 0.08
Biaya Tenaga Kerja Luar BTKL 0.000380 0.0146 0.27
Keluarga
Luas Lahan LL 0.287998 <.0001 0.54
R2 0.6059

Luas lahan usahatani padi berhubungan positif dan berpengaruh nyata

terhadap produksi padi pada taraf 1 persen. Hal ini berarti bahwa jika luas lahan

usahatani padi bertambah maka produksi padi akan bertambah pula, dan ini ada

keterkaitan antara luas lahan usahatani padi dengan produksi padi. Respon

produksi padi tidak elastis terhadap luas lahan.usahatani padi. Nugraheni (2000)

dalam Sahara dan Idris (2007) menyatakan bahwa bagi rumahtangga tani, lahan

merupakan asset sebagai modal utama untuk memeberikan pendapatan keluarga.


90

Apabila petani memperluas lahan garapan maka akan meningkatkan curahan

tenaga kerja, dan dengan perbaikan teknologi diharapkan dapat meningkatkan

produksi dan menambah penghasilan petani. Sejalan yang dinyatakan (Hasni, et

al, 1999) dalam Sahara dan Idris (2007) bahwa semakin luas areal usahatani

makin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan atau sebaliknya makin sempit

areal usahatani makin sedikit pula penggunaan tenaga kerja.

6.4. Pendapatan

Dalam penelitian ini pendapatan meliputi pendapatan dari usahatani padi

dan pendapatan dari non usahatani. pendapatan dari non usahatani terdiri dari

pendapatan suami, pendapatan isteri, dan pendapatan anak dari non usahatani.

Pendapatan rumahtangga dari usahatani padi merupakan pengurangan penerimaan

usahatani padi dengan biaya produksi usahatani padi. Penerimaan usahatani padi

merupakan hasil perkalian dari produksi padi yang dihasilkan dan harga jual padi

dalam bentuk gabah kering giling. Pendapatan rumahtangga dari non usahatani

adalah penjumlahan dari pendapatan suami, pendapatan isteri, dan pendapatan

anak dari non usahatani.

6.4.1. Pendapatan Suami dari Non Usahatani

Pada Tabel 13 terlihat bahwa hasil dugaan parameter pendapatan suami

pada non usahatani (PSNUT) menunjukkan bahwa semua tanda dugaan parameter

variabel penjelas sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai hipotesis. Koefisien

determinasi yang diperoleh sebesar 0.53.37, ini berarti bahwa keragaan

pendapatan suami pada non usahatani sebesar 53.37 persen dapat dijelaskan oleh
91

variabel curahan kerja suami pada non usahatani (CKSNU), umur suami (USM),

dan pendidikan suami (PDS).

Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa curahan kerja suami dari non

usahatani berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf 1 persen terhadap

pendapatan suami dari non usahatani. Hal ini berarti bahwa ada keterkaitan antara

curahan kerja suami dari non usahatani terhadap pendapatan suami dari non

usahatani. Jika terjadi peningkatan curahan kerja suami pada non usahatani maka

akan dapat meningkatkan pendapatan suami dari non usahatani tersebut. Nilai

elastisitas yang diperoleh sebesar 1.54, ini berarti bahwa dengan peningkatan satu

persen curahan kerja suami pada non usahatani maka akan dapat meningkatkan

pendapatan suami dari non usahatani sebesar 1.54 persen.

Pada Tabel 16 terlihat bahwa umur suami berhubungan positif dan

berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan suami dari non usahatani. Hal ini

berarti bahwa dengan bertambahnya umur suami maka pendapatan suami dari non

usahatani juga bertambah. Hanya saja respon curahan kerja umur tidak elastis

terhadap pendapatan suami dari non usahatani. Ini berarti bahwa dengan

bertambahnya umur satu persen hanya meningkatkan pendapatan sebesar 0,76

persen.

Tabel 16. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Pendapatan Suami dari Non
Usahatani

Variabel Notasi Parameter Taraf Elastisitas


Dugaan Nyata
Intersep INTERSEP -1.586E7 0.0004
Curahan Kerja Suami CKSNU 115822.8 <.0001 1.54
pada Non Usahatani
Umur Suami USM 130274.8 0.0074 0.76
Pendidikan Suami PDS 719345.1 0.0149 1.12
R2 0.5337
92

Pendidikan suami berhubungan berhubungan positif dan berpengaruh tidak

nyata terhadap pendapatan suami dari non usahatani. Hal ini berarti bahwa

dengan bertambahnya pendidikan suami pada kegiatan non usahatani maka

pendapatan suami dari non usahatani juga bertambah. Walaupun pendidikan

suami tidak respon terhadap pendapatan suami dari non usahatani, namun pada

dasarnya makin tinggi pendidikan anggota rumahtangga maka akan memiliki

kesempatan yang cukup besar untuk memperoleh kesempatan kerja di non

usahatani dan secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan yang

diperoleh. Hal ini sejalan yang dikemukakan Hadi (1985) bahwa makin tinggi

tingkat pendididikan angkatan kerja maka akan memiliki peluang yang besar

untuk memperoleh kesempatan kerja di sektor pertanian.

6.4.2. Pendapatan Isteri dari Non Usahatani

Hasil dugaan parameter dan elastisitas pendapatan isteri dari non usahatani

dapat dilihat pada Tabel 17.

Pada Tabel 17 menunjukkan bahwa hasil dugaan parameter pendapatan

isteri pada non usahatani (PINUT) menunjukkan koefisien determinasi yang

diperoleh sebesar 0.6345, ini berarti bahwa keragaan pendapatan isteri pada non

usahatani sebesar 63.45 persen dapat dijelaskan oleh variabel curahan kerja isteri

pada non usahatani (CKINU), umur isteri (UIS), dan pendidikan isteri (PDI).

Tabel 17. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Pendapatan Isteri dari Non
Usahatani

Variabel Notasi Parameter Taraf Elastisitas


Dugaan Nyata
Intersep INTERSEP -599461 0.5287
Curahan Kerja Isteri CKINU 71254.13 <.0001 1.11
pada Non Usahatani
Umur Isteri UIS -1528.70 0.9186 -0.01
Pendidikan Isteri PDI 53240.97 0.5119 0.09
R2 0.6345
93

Curahan kerja isteri dari non usahatani berhubungan positif dan

berpengaruh nyata pada taraf 1 persen terhadap pendapatan isteri dari non

usahatani. Hal ini berarti bahwa ada keterkaitan antara curahan kerja isteri dari

non usahatani terhadap pendapatan isteri dari non usahatani. Jika terjadi

peningkatan curahan kerja isteri pada non usahatani maka akan dapat

meningkatkan pendapatan isteri dari non usahatani tersebut. Nilai elastisitas yang

diperoleh sebesar 1.11, ini berarti bahwa dengan peningkatan satu persen curahan

kerja isteri pada non usahatani maka akan dapat meningkatkan pendapatan isteri

dari non usahatani sebesar 1.11 persen.

Umur isteri berhubungan negatif dan berpengaruh tidak nyata terhadap

pendapatan isteri dari non usahatani. Hal ini berarti bahwa dengan bertambahnya

umur tidak menambahnya pendapatan isteri pada non usahatani, ini terjadi pada

saat umur isteri tidak produktif lagi untuk bekerja. Walaupun berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan bahwa umur isteri masih dalam kisaran umur produkfif

yaitu 36 tahun, hal ini terjadi karena jenis pekerjaan isteri pada lokasi penelitian

tidak mempengaruhi umur karena dengan kisaran umur tersebut mampu

melakukan pekerjaan seperti: pembatu rumahtangga, dagang, buruh jasa/pelayan

dan jenis-jenis pekerjaan tersebut tidak meningkatkan pendapatan walaupun umur

isteri bertambah karena jenis pekerjaan tersebut menghasilkan pendapatan yang

relative rendah.

Pendidikan isteri berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap

pendapatan isteri dari non usahatani. Hal ini berarti bahwa dengan bertambahnya

pendidikan isteri pada kegiatan non usahatani maka pendapatan isteri dari non
94

usahatani juga bertambah. Respon pendapatan isteri dari non usahatani tidak

elastis terhadap pendidikan isteri. Jika dikaji lebih jauh, sebenarnya jenis

pekerjaan non usahatani yang ada di lokasi penelitian, tidak selalu memerlukan

pendidikan yang tinggi, seperti pembantu rumahtangga, buruh bangunan atau kuli,

tukang ojek, sopir, tukang delman, yang kesemuanya jenis pekerjaan tersebut

merupakan pekerjaan sampingan selain berusahatani padi dan pekerjaan tersebut

dilakukan pada saat kegiatan usahatani sudah tidak sibuk lagi yaitu pada masa

pemeliharaan tanaman padi sambil menunggu masa panen atau pada saat setelah

panen untuk menunggu masa tanam padi berikutnya. Hal ini dilakukan karena

adanya kesempatan untuk memperoleh pekerjaan untuk menambah pendapatan

rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

6.4.3. Pendapatan Anak dari Non Usahatani

Pada Tabel 18 terlihat bahwa hasil dugaan parameter pendapatan anak

pada non usahatani (PANUT) menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang

diperoleh sebesar 0.4710, ini berarti bahwa keragaan pendapatan anak pada non

usahatani sebesar 47.10 persen dapat dijelaskan oleh variabel curahan kerja anak

pada non usahatani (CKANU), umur anak (UAK), dan pendidikan anak yang

bekerja (PAK).

Curahan kerja anak dari non usahatani berhubungan positif dan

berpengaruh nyata pada taraf 1 persen terhadap pendapatan anak dari non

usahatani. Hal ini berarti bahwa ada keterkaitan antara curahan kerja anak dari

non usahatani terhadap pendapatan anak dari non usahatani. Jika terjadi
95

peningkatan curahan kerja anak pada non usahatani maka akan dapat

meningkatkan pendapatan anak dari non usahatani tersebut. Respon pendapatan

anak dari non usahatani elastis terhadap curahan kerja anak dari non usahatani.

Hal ini berarti bahwa dengan adanya peningkatan curahan kerja anak pada

kegiatan non usahatani sebesar satu persen maka akan dapat menambah

pendapatan sebesar 1.06 persen.

Tabel 18. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Pendapatan Anak dari Non
Usahatani

Variabel Notasi Parameter Taraf Elastisitas


Dugaan Nyata
Intersep INTERSEP -76584.2 0.8044
Curahan Kerja Anak CKANU 53108.84 <.0001 1.06
pada Non Usahatani
Umur Anak yang UAK -39696.7 0.6675 -0.19
Bekerja
Pendidikan Anak yang PAK 57705.66 0.6961 0.14
Bekerja
R2 0.4710

Berdasarkan Tabel 18 menunjukkan bahwa pendidikan anak berhubungan

positif dan berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan anak dari non usahatani.

Hal ini berarti bahwa dengan bertambahnya pendidikan anak pada kegiatan non

usahatani maka pendapatan anak dari non usahatani juga bertambah. Hanya saja

pendidikan tidak respon terhadap pendapatan anak dari non usahatani. Ini berarti

bahwa dengan bertambahnya pendidikan satu persen hanya dapat menambah

pendapatan sebesar 0.14 persen.

6.5. Pengeluaran Rumahtangga

Pengeluaran rumahtangga dalam penelitian ini meliputi pengeluaran untuk

konsumsi dan untuk investasi. Pengeluaran rumahtangga untuk konsumsi terdiri


96

dari konsumsi pangan dan konsumsi non pangan sedangkan pengeluaran investasi

diperlukan untuk investasi pendidikan dan investasi produksi.

6.5.1. Konsumsi Pangan

Berdasarkan hasil pendugaan konsumsi pangan (KPN) menunjukkan

bahwa semua tanda dugaan parameter sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai

dengan hipotesis. Koefisien determinasi yang dihasilkan sebesar 0.4599, yang

berarti bahwa keragaan konsumsi pangan sebesar 45.99 persen dapat dijelaskan

oleh variabel pendapatan disposibel (PND), Komsumsi non pangan (KNP), dan

jumlah anggota rumahtangga (JART) yang terlihat pada Tabel 19.

Pendapatan disposibel berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada

taraf 1 persen terhadap konsumsi pangan. Hal ini berarti bahwa ada keterkaitan

antara pendapatan disposibel dengan konsumsi pangan. Jika terjadi peningkatan

pendapatan disposibel maka akan dapat meningkatkan konsumsi pangan. Ada

kecenderungan bahwa dengan tingginya pendapatan disposibel yang dimiliki oleh

rumahtangga maka konsumsi rumahtangga terhadap pangan juga semakin tinggi

dan ini menunjukkan bahwa daya beli rumahtangga juga meningkat karena setiap

anggota rumahtangga memerlukannya untuk kebutuhan hidup setiap hari. Nilai

elastisitas yang diperoleh sebesar 1.30, ini berarti bahwa dengan peningkatan satu

persen pendapatan disposibel maka akan dapat meningkatkan konsumsi pangan

sebesar 1.30 persen.

Berdasarkan Tabel 19 bahwa konsumsi non pangan berhubungan negatif

dan berpengaruh nyata terhadap pengeluaran untuk konsumsi pangan. Hal ini
97

berarti bahwa jika pengeluaran selain pangan bertambah maka konsumsi pangan

akan berkurang. Respon konsumsi pangan tidak elastis terhadap pengeluaran

selain pangan.

Tabel 19. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Konsumsi Pangan

Variabel Notasi Parameter Taraf Elastisitas


Dugaan Nyata
Intersep INTERSEP 4087973 <.0001
Pendapatan Disposibel PND 0.266441 <.0001 1.30
Konsumsi Non Pangan KNP -0.64295 0.0101 -0.57
Jumlah Anggota Rumah- JART 312694.1 0.1064 0.19
tangga
R2 0.4599

Jumlah anggota rumahtangga berhubungan positif dan berpengaruh nyata

taraf 10 persen terhadap konsumsi pangan. Hal ini berarti bahwa jika terjadi

penambahan jumlah anggota rumahtangga maka akan dapat meningkatkan

konsumsi pangan. Anggota rumahtangga, disamping merupakan aset produktif

juga merupakan aset konsumtif yaitu mereka yang bukan angkatan kerja. Makin

besar jumlah anggota keluarga maka keburtuhan hidup yang harus dipenuhi untuk

setiap anggota keluarga juga akan semakin besar.

6.5.2. Konsumsi Non Pangan

Pada Tabel 20 hasil pendugaan konsumsi non pangan (KNP) menunjukkan

bahwa semua tanda dugaan parameter sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai

dengan hipotesis. Koefisien determinasi yang dihasilkan sebesar 0.3953, yang

berarti bahwa keragaan konsumsi pangan sebesar 39.53 persen dapat dijelaskan

oleh variabel pendapatan disposibel (PND), konsumsi pangan (KPN), dan jumlah

anggota rumahtangga (JART).


98

Pendapatan disposibel berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada

taraf 1 persen terhadap konsumsi non pangan. Hal ini berarti bahwa ada

keterkaitan antara pendapatan disposibel dengan konsumsi non pangan. Jika

terjadi peninngkatan pendapatan disposibel maka konsumsi non pangan

rumahtangga akan meningkat. Ini menunjukkan bahwa barang atau jasa yang

tergabung dalam kelompok non pangan pada penelitian ini adalah barang normal.

Rumahtangga yang memiliki pendapatan yang lebih tinggi akan memiliki peluang

yang lebih besar untuk membelanjakannya dalam jumlah yang lebih besar jika

dibandingkan dengan rumahtangga yang memiliki pendapatan yang lebih kecil.

Rumahtangga yang rasional akan memasimumkan kepuasan atau kesejahteraan

dengan menambah pengeluaran yang salah satunya untuk konsumsi non pangan

dengan kendala anggaran yang dimilikinya. Jika pendapatan yang dimiliki

rumahtangga meningkat maka terjadi pelonggaran kendala, yang berarti

rumahtangga dapat mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi lagi atau

ditunjukkan dengan adanya peningkatan konsumsi non pangan.

Konsumsi pangan berhubungan negatif dan berpengaruh nyata terhadap

pengeluaran untuk konsumsi non pangan. Hal ini berarti bahwa jika pengeluaran

selain non pangan bertambah maka konsumsi non pangan akan berkurang. Respon

konsumsi non pangan tidak elastis terhadap pengeluaran selain non pangan.

Berdasarkan Tabel 20 menunjukkan bahwa jumlah anggota rumahtangga

berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan. Hal

ini berarti bahwa jika terjadi penambahan jumlah anggota rumahtangga maka
99

akan dapat meningkatkan konsumsi non pangan karena besarnya jumlah

kebutuhan konsumsi non pangan yang harus dipenuhi untuk seluruh anggota

rumahtangga. Hal ini menunjukkan barang atau jasa non pangan di dalamnya

terkandung pengeluaran-pengeluaran yang besarnya terkait langsung dengan

jumlah anggota rumahtangga, seperti pakaian, air, bahan bakar, kosmetik, listrik.

Tabel 20. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Konsumsi Non Pangan

Variabel Notasi Parameter Taraf Elastisitas


Dugaan Nyata
Intersep INTERSEP 3836631 <.0001
Pendapatan Disposibel PND 0.227561 <.0001 1.24
Konsumsi Pangan KPN -0.54099 0.0070 -0.61
Jumlah Anggota JART 415126.1 0.0059 0.28
Rumahtangga
R2 0.3953

6.5.3. Investasi Pendidikan

Pendugaan investasi pendidikan (IPEN) menunjukkan bahwa semua tanda

dugaan parameter sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai dengan hipotesis.

Koefisien determinasi yang dihasilkan sebesar 0.5107, yang berarti bahwa

keragaan konsumsi pangan sebesar 51.07 persen dapat dijelaskan oleh variabel

pendapatan disposibel (PND), investasi produksi (IPRO), konsumsi total (KTL),

jumlah anak sekolah (JAS). Hasil dugaan parameter dan elastisitas pendapatan

isteri dari non usahatani dapat dilihat pada Tabel 21.

Pendapatan disposibel berhubungan positif dan berpengaruh nyata taraf 7

persen terhadap investasi pendidikan. Ada keterkaitan antara pendapatan

disposibel dengan investasi pendidikan. Jika terjadi peningkatan pendapatan

disposibel maka akan meningkatkan investasi pendidikan. Ini berartri bahwa

petani cenderung memiliki kesadaran untuk menyekolahkan anak-anaknya pada


100

tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Ini terjadi pada lokasi penelitian bahwa

anak-anak yang bersekolah tidak ditemukan mencurahkan kerjanya pada

usahatani maupun pada non usahatani karena bagi anak-anak yang masih

bersekolah hanya berkonsentrasi pada pelajaran atau aktivitas yang berhubungan

dengan sekolah/pendidikan.

Investasi produksi dan konsumsi total berhubungan negatif terhadap

investasi pendidikan. Ada keterkaitan antara investasi produksi dan konsumsi total

dengan investasi pendidikan. Jika terjadi peningkatan investasi produksi dan

konsumsi total maka akan dapat menurunkan investasi pendidikan. Namun

berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa investasi produksi dan konsumsi

total berpengaruh tidak nyata terhadap investasi pendidikan dan respon investasi

produksi dan konsumsi total tidak elastis terhadap investasi pendidikan. Hal ini

terjadi karena pada umumnya investasi yang dilakukan untuk investasi produksi

sangat rendah karena pendapatan yang dihasilkan dari usahatani masih rendah

sehingga modal untuk kegiatan usahatani belum mampu untuk melakukan

investasi produksi yang lebih tinggi.

Tabel 21. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Investasi Pendidikan

Variabel Notasi Parameter Taraf Elastisitas


Dugaan Nyata
Intersep INTERSEP -62147.4 0.8984
Pendapatan Disposibel PND 0.020839 0.0759 0.72
Investasi Produksi IPRO -1.57895 0.1833 -0.26
Konsumsi Total KTL -0.00798 0.1711 -0.12
Jumlah Anak Sekolah JAS 507514.0 <.0001 0.94
R2 0.5107

Jumlah anak sekolah berhubungan positif dan berpengaruh sangat nyata

pada taraf 1 persen terhadap investasi pendidikan. Ada keterkaitan antara jumlah
101

anak sekolah dengan investasi pendidikan. Jika jumlah anak sekolah dalam

rumahatangga petani meningkat maka investasi pendidikan juga akan meningkat.

Hal ini berarti bila pendidikan merupakan cerminan dari keterampilan dan

kemampuan diri petani, maka dapat dikatakan bahwa keterampilan dan

kemampuan petani di lokasi penelitian masih rendah, apalagi dalam hal adopsi

teknologi baru dan hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya produktivitas

padi juga masih rendah. Berdasarkan hasil penelitian bahwa anak-anak yang

berusia sekolah pada umumnya sudah mengenyam pendidikan sesuai dengan

umur dan tingkatan pendidikan yang ada di lokasi penelitian tersebut, ini berarti

bahwa sudah ada kesadaran petani terhadap pentingnya pendidikan untuk masa

depan keluarganya untuk kearah yang lebih baik.


102

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka dapat disimpulkan hasil

penelitian tentang analisis curahan kerja rumahtangga petani lahan sawah sebagai

berikut:

1. Alokasi curahan kerja rata-rata anggota rumahtangga dan kontribusi

pendapatan dari usahatani padi lebih kecil jika dibandingkan dengan kegiatan

non usahatani. Ada keterkaitan dalam alokasi curahan kerja keluarga antara

kegiatan usahatani dan non usahatani.

2. Pada masa sibuk di usahatani maka curahan kerja lebih banyak dikerahkan

pada kegiatan usahatani, tapi pada masa sepi di usahatani telah meningkatkan

curahan kerja kegiatan pada non usahatani. Dengan kepemilikan lahan terbatas

maka akan meningkatnya curahan kerja suami, isteri, dan anak pada non

usahatani untuk meningkatkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Salah satu penyebab rendahnya produktivitas padi karena curahan kerja

rumahtangga petani pada usahatani rendah.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi curahan kerja seperti: pendapatan,

pengeluaran, dan karakteristik petani lahan. Ada keterkaitan antara pendapatan

disposibel berhubungan dengan konsumsi pangan, non pangan, dan investasi.

Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh maka akan meningkatkan konsumsi

dan investasi terutama terhadap konsumsi pangan.


103

3.2. Saran

1. Untuk peningkatan pendapatan rumahtangga maka perlu diversifikasi dalam

usahatani selain dapat meningkatkan curahan kerja di usahatani maka juga

dapat meningkatkan pendapatan keluarga, untuk itu diperlukan bantuan modal

atau bantuan kredit untuk mempermudah rumahtangga petani dalam pengadaan

sarana produksi sebagai modal usaha untuk kegiatan usahatani.

2. Perbaikan taraf hidup (peningkatan kesejahteraan rumahtangga) petani akan

meningkatkan investasi pendidikan. Investasi pendidikan untuk pengembangan

sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki keteramplan (skill) sebagai

generasi penerus pada masa yang akan datang, sehingga mampu menyerap

ilmu pengetahuan teknologi untuk pengelolaan usahataninya. Oleh karenanya

diharapkan biaya pendidikan lebih terjangkau oleh masyarakat petani dan

perlunya pelatihan keterampilan di pedesaan

3. Perlunya penelitian lanjutan tentang sampai sejauh mana peranan suami, isteri,

dan anak dalam melakukan kegiatan usahatani maupun non usahatani baik

ditinjau dari segi ekonomi maupun sosial budayanya pada wilayah yang lebih

padat dan luas atau pada daerah penghasil padi yang berperan sebagai lumbung

padi nasional.
104

DAFTAR PUSTAKA

Andriati. 2003. Perilaku Rumahtangga Petani Padi dalam Kegiatan Ekonomi di


Jawa Barat. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Asmarantaka, R.W. 2007. Analisis Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani di


Tiga Desa Pangan dan Perkebunan di Provinsi Lampung. Disertasi Doktor.
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Antara, M. 2007. Tenaga Kerja di Sektor Pertanian. Jurnal Sosial Ekonomi


Pertanian dan Agribisnis, 7(3): 1-6.

Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah. 2003. Sulawesi Tengah dalam Angka.
Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah, Palu.

________________________________. 2005a. Luas Lahan Menurut Penggunaan


Sulawesi Tengah. Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah, Palu

Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2005b. Donggala dalam Angka.


Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah, Palu.

________________________________. 2006. Donggala dalam Angka. Badan


Pusat Statistik Sulawesi Tengah, Palu.

________________________________. 2007. Profil Ketenagakerjaan Provinsi


Sulawesi Tengah. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawsi
Tengah Kerja Sama dengan Badan Pusat Statistik Sulawesi Provinsi
Sulawesi Tengah Tengah, Palu.

________________________________. 2008. Persebaran Ketenagakerjaan


Provinsi Sulawesi Tengah. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Provinsi Sulawsi Tengah Kerja Sama dengan Badan Pusat Statistik
Sulawesi Provinsi Sulawesi Tengah Tengah, Palu.

Becker, G.S. 1976. The Economic Approach to Human Behavior. The University
of Chicago Press, Chicago.

__________. 1985. Human Capital, Effort and The Sexual Division of Labor.
Proc. Of the Trend in Women’s Work, Education, and Family Building.
Journal Of Labor Economics, 3(2): 33-58.

Bryant, W.K. 1990. The Economic Organization of the Household. Cambridge


University Press, New York.
105

Cooper, D.R. dan W. Emory. 1996. Metode Penelitian Bisnis. Terjemahan. Edisi
Kelima. Erlangga, Jakarta.

Chuzaimah. 2006. Analisis Keragaan Ekonomi Rumah Tangga Petani Peserta dan
Non Peserta Rice Estate di Lahan Pasang Surut Delta Telang I Kabupaten
Banyuasin Sumatera Selatan. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Dirgantoro, M.A. 2001. Alokasi Tenaga Kerja dan Kaitannya dengan Pendapatan
dan Pengeluaran Rumahtangga Petani Sawi. Tesis Magister Sains.
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Elizabeth, R. 2007. Revitalisasi Ketenagakerjaan dan Kesempatan Kerja terkait


Strategi dan Kebijakan Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Jurnal
Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 7(3): 222-223.

Gunawan, M. dan I. Sodikin. 1990. Lahan Pertanian, Tenaga Kerja dan Sumber
Pendapatan di Beberapa Pedesaan Jawa Barat. Forum Penelitian Agro
Ekonomi, 8(1-2): 12-22.

Hadi, P.U 1985. Pencurahan Tenaga Kerja dan Pendapatan Pada Kegiatan Non-
Usaha Tani dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Studi Kasus di
Pedesaan Jawa Timur. Laporan Hasil Penelitian Agro Ekonomi, Badan
Penelitian Agro Ekonomi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian, Bogor.

Hardono, G.S. Simulasi Dampak Perubahan Faktor-Faktor Ekonomi terhadap


Ketahanan Pangan Rumahtangga Pertanian. Jurnal Agro Ekonomi, 21(1):
1-12.

Harianto. 2007. Peranan Pertanian dalam Ekonomi Pedesaan. Proceeding Hasil


Seminar Nasional. Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan:
Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. Pusat Analisis
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor.

Irawan, B,. A Djauhari dan A. Suryana. 1988. Penyerapan Tenaga Kerja di


Daerah Produksi Padi di Jawa Barat. Pusat Penelitian Agro Ekonomi,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics: An Introductory Exposition of


Econometric Methods. Second Edition. The Macmillan Press Ltd, London.

Kuznets, S. 1964. Economic Growth and Contribution of Agriculture. In Eicher,


C.K. and Witt, .W. (eds). Agriculture in Economic Development. McGraw
Hill, New York

Mangkuprawira, S. 1985. Alokasi Waktu dan Kontribusi Kerja Anggota Keluarga


dalam Kegiatan Kegiatan Ekonomi Rumahtangga: Studi Kasus di Dua
106

Tipe Desa di Kabupaten Sukabumi di Jawa Barat. Disertasi Doktor.


Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nurmanaf, A.R. 1989. Alokasi Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Pedesaan di


Lampung. Pusat Penelitian Agro Ekonomi, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Bogor.

Ongge, J.K. 2001. Analisis Curahan Kerja Wanita dan Kontribusinya terhadap
Pendapatan Rumahtangga Petani di Kabupaten Jayawijaya-Irian Jaya.
Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Ravianto, J. 1985. Produktivitas dan Mutu Kehidupan. Sarana Informasi Usaha


dan Produktivitas, Jakarta.

Rochaeni, S. dan Lakollo, E. M. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Keputusan Ekonomi Rumahtangga Petani di Kelurahan Setugede Kota
Bogor, Jurnal Agro Ekonomi, 23(2): 133-158.

Rosalinda. 2004. Kajian Curahan Tenaga Kerja, Produksi dan Konsumsi


Rumahtangga Petani Lahan Kering di Kabupaten Tasikmalaya dan
Kabupaten Sukabumi. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sahara, D. dan Idris. 2007. Kajian Struktur Biaya dan Alokasi Curahan Tenaga
Kerja pada Sistem Usahatani Padi Sawah. Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian, 10(2): 137-148.

Sarasutha, I.G.P., L. Hutahaean, S. Bahkri, Z. Sannang dan C. Manoppo. 2003.


Analisis Kebijakan Indikator Pembangunan Pertanian Propinsi Sulawesi
Tengah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian, BPTP Sulawesi Tengah.

Sawit, M.H. 1986. Perubahan Kesempatan Kerja dan Tingkat Upah di Pedesaan
Jawa. Implikasi untuk Sektor Pertanian. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 5(2): 50–56.

Simatupang, P., N. Syafa’at, T. Pranadji, V.P.H. Nikijuluw dan B.Rachman. 2002.


Pembangunan Pertanian Sebagai Andalan Perekonomian Nasional dalam
Analisis Kebijakan: Pembangunan Pertanian Andalan Berwawasan
Agribisnis Monograph Series No. 23. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

Sinaga, B.M. 2006. Pendekatan Kuantitatif Dalam Penelitian Agribisnis : Konsep,


Model dan Metode. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
107

Sitorus, M.T.F. 1994. Peranan Ekonomi Dalam Rumahtangga Nelayan di


Pedesaan Indonesia. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, 21(8): 11-17.

Soepriati. 2006. Peranan Produksi Usahatani dan Gender Dalam Ekonomi Rumah
Tangga Petani Lahan Sawah: Studi Kasus di Kabupaten Bogor. Tesis
Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Standing, G. 1978. Labor Force Participation and Development. International


Labor Organization, Geneva.

Strauss, J. 1986. The Theory and Comparative Static of Agricultural Household


Models: A General Approach. In: Singh et al., (eds). Agricultural
Household Models: Extensions, Application and Policy. John Hopkins
University Press, Baltimore.

Suhartini, S.H. 2001. Transformasi Struktur Kesempatan Kerja Sektor Pertanian


ke Sektor Non Pertanian di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi, 2(4): 17-19.

Sumaryanto. 1989. Penawaran Tenaga Kerja pada Usaha Tani Padi dan Faktor –
faktor yang Mempengaruhi Perubahannya. Tesis Magister Sains. Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Susilowati, S.H., Sugiarto, A.K. Zakaria, S. Wahyuni, Supriyati, Supadi, Waluyo


dan T. Nurasa. 2001. Studi Dinamika Ekonomi Pedesaan. Usahatani,
Ketenagakerjaan, Pendapatan dan Konsumsi. Laporan Hasil Penelitian.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.

Susilowati, S., H. Supandi dan C. Saleh. 2002. Diversifikasi Sumber Pendapatan


Rumahtangga di Pedesaan Jawa Barat. Jurnal Agro Ekonomi, 20(1): 85-
109.

Syukur, M. 1988. Kajian Aktivitas Tenaga Kerja Rumahtangga Tani di Luar


Sektor Pertanian. Studi Kasus Desa di Jawa Barat. Tesis Magister Sains.
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Yusdja, T. 1985. Masalah Kesempatan Kerja Daerah Persawahan di Pedesaan


Jawa Timur. Proceeding Hasil Seminar Patanas II. Pusat Penelitian Agro
Ekonomi Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian,
Bogor.
108

LAMPIRAN
109

Lampiran 1. Program Komputer Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga


Petani Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi
Tengah dengan Menggunakan SAS/ETS Versi 9.1 Prosedur
SYSLIN Metode 2 SLS.

option nodate nonumber;


data padi;
set SASUSER.ayo17;
/*membangun/ create data*/

CKRTUT = CKSUT+CKIUT;
CKRTNU = CKSNU+CKINU+CKANU;
BSPR = BBH+BPK+BPT;
BPUT = BTKL+BSPR;
PNRTU = PROD*HJL;
PDRTU = (PNRTU-BPUT);
PRTNU = PSNUT+PINUT+PANUT;
PDTRT = PDRTU+PRTNU;
PND = PDTRT-PBDB;
KP = KP;
KNP = KNP+IPRO+IPEN;
KTL = KPN+KNP;
INV = IPRO+IPEN;
PGTK = KTL+INV;
TAB = PND-PGTK;

/*membuat label variabel*/


Label
CKSNU = "curahan kerja suami pd non UT"
PDTRT = "pendapatan total rumah tangga"
USM = "umur suami"
PDS = "pendidikan suami"
TTKL = "tenaga kerja luar keluarga"
CKIUT = "curahan kerja istri pada UT padi"
CKINU = "curahan kerja istri pd non UT"
JABL = "jumlah anak balita"
JAS = "jumlah anak sekolah"
CKRTUT = "curahan kerja rumahtangga pd Usahatani"
CKSUT = "curahan kerja suami pd UT padi"
PSNUT = "pendapatan suami dari non usahatani"
PINUT = "pendapatan istri dari non usahatani"
CKANU = "curahan kerja anak pd non usahatani"
PANUT = "pendapatan anak dari non usahatani"
PAS = "pendidikan anak sekolah"
CKRTNU = "curahan kerja rumahtangga pd non usahatani"
BPUT = "biaya produksi usahatani padi"
BTKL = "biaya tenaga kerja luar keluarga pd usahatani padi"
BBH = "biaya bibit padi"
BPK = "biaya pupuk"
BPT = "biaya pestisida"
BSPR = "biaya sarana produksi"
PROD = "produksi usahatani padi"
LL = "luas lahan"
PDRTU = "pendapatan rumahtangga pd UT padi"
PNRTU = "penerimaan rumahtangga pd UT padi"
110

Lampiran 1. Lanjutan

HJL = "harga jual padi"


UIS = "umur istri"
UAS = "umur anak sekolah"
UAK = "Umur anak yang bekerja"
PAK = "pendidikan anak yang bekerja"
PDI = "pendidikan istri"
PRTNU = "pendapatan rumahtangga dr non UT"
PND = "pendapatan disposibel"
PBDB = "pajak bumi dan bangunan"
KPN = "konsumsi pangan"
JART = "jumlah anggota rumahtangga"
KNP = "konsumsi non pangan"
KTL = "konsumsi total"
IPRO = "investasi produksi"
IPEN = "investasi pendidikan"
INV = "investasi"
TAB = "tabungan"
PGTK = "pengeluaran total rumah tangga"
JBBH = "jumlah benih"
JPPK = "jumlah pupuk"
TKLK = "tenaga kerja luar keluarga"
;

/*proc print data=padi;*/


run;

proc syslin data=padi 2sls outest=hasil;


Endogenous CKSUT CKIUT CKRTUT CKSNU CKINU CKANU CKRTNU BPUT INV
IPRO IPEN PROD PDRTU PNRTU PSNUT PINUT PANUT PDTRT PND
KPN KNP KTL PGTK TAB CTKL JBBH JPPK JRCN;

Instruments BTKL USM PDS JABL PAS BPK BBH BPT LL HJL UIS UAS PAK
UAK PDI PRTNU PBDB JART JAS;

/*persamaan struktural*/
CURAHAN_KER_SUAMI_PADI : model CKSUT = CKSNU CTKL PDS LL;
CURAHAN_KER_ISTRI_PADI : model CKIUT = CKINU CTKL LL JABL;
CURAHAN_KER_SUAMI_NON_UT : model CKSNU = PSNUT CKSUT PDS;
CURAHAN_KER_ISTRI_NON_UT : model CKINU = PINUT CKIUT JABL;
CURAHAN_KER_ANAK_NON_UT : model CKANU = PANUT UAK PAK;
JUMLAH_PERMINTAAN_TK_LAUR: model CTKL = LL CKRTUT CKRTNU PDTRT;
JUMLAH_PERMINTAAN_BENIH : model JBBH = LL JPPK PDTRT;
JUMLAH_PERMINTAAN_PUPUK : model JPPK = LL JBBH PDTRT;
JUMLAH_PERMINTAAN_RACUN : model JRCN = LL JBBH PDTRT;
PRODUKSI_PADI : model PROD = CKRTUT BSPR LL;
PENDAPATAN_SUAMI_NON_UT : model PSNUT = CKSNU USM PDS;
PENDAPATAN_ISTRI_NON_UT : model PINUT = CKINU UIS PDI;
PENDAPATAN_ANAK_NON_UT : model PANUT = CKANU UAK PAK;
KONSUMSI_PANGAN : model KPN = PND KNP JART;
KONSUMSI_NON_PANGAN : model KNP = PND KPN JART;
INVESTASI_PENDIDIKAN : model IPEN = PND IPRO KTL JAS;
111

Lampiran 1. Lanjutan

/*persamaan identitas*/
identity CKRTUT = CKRTUT+0;
identity CKRTNU = CKRTNU+0;
identity BPUT = BPUT+0;
identity PDRTU = PDRTU+0;
identity PNRTU = PNRTU+0;
identity PDTRT = PDTRT+0;
identity PRTNU = PRTNU+0;
identity PND = PND+0;
identity KTL = KTL+0;
identity INV = INV+0;
identity PGTK = PGTK+0;
identity TAB = TAB+0;
run;

proc print data=hasil;


run;
112

Lampiran 2. Hasil Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan


Sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model CURAHAN
Dependent Variable CKSUT
Label Curahan Kerja Suami pada Usahatani

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 4 48404.03 12101.01 17.73 <.0001
Error 93 63486.68 682.6524
Corrected Total 97 157745.9

Root MSE 26.12762 R-Square 0.43260


Dependent Mean 105.55690 Adj R-Sq 0.40820
Coeff Var 24.75217

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr>|t| Label

Intercept 1 148.1201 22.23467 6.66 <.0001 Intercept


CKSNU 1-0.53126 0.071583 -7.42 <.0001 Curahan kerja suami pd non usahatani
TKLK 1-0.43014 0.287706 -1.50 0.1383 Tenaga kerja luar keluarga
LL 1 0.004132 0.002005 2.06 0.0421 Luas lahan
PDS 1-0.74649 1.713214 -0.44 0.6640 Pendidikan suami

Lampiran 2. Hasil Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah


di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi

The SAS System


113

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model CURAHAN
Dependent Variable CKIUT
Label Curahan Kerja Istri pada Usahatani

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 4 16724.85 4181.214 59.32 <.0001
Error 93 6554.712 70.48077
Corrected Total 97 24003.29

Root MSE 8.39528 R-Square 0.71843


Dependent Mean 25.07450 Adj R-Sq 0.70632
Coeff Var 33.48135

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr>|t| Label

Intercept 1 32.53730 3.195846 10.18 <.0001 Intercept


CKINU 1-0.10598 0.033732 -3.14 0.0023 Curahan kerja istri pd non usahatani
TKLK 1-0.01897 0.091765 -0.21 0.8367 Tenaga kerja luar keluarga
LL 1 0.000298 0.000646 0.46 0.6458 Luas lahan
JABL 1-26.3586 1.862909 -14.15 <.0001 Jumlah anak balita
114

Lampiran 2. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model CURAHAN
Dependent Variable CKSNU
Label Curahan Kerja Suami pada Non Usahatani

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 3 121475.8 40491.94 41.83 <.0001
Error 94 90997.04 968.0536
Corrected Total 97 299518.6

Root MSE 31.11356 R-Square 0.57172


Dependent Mean 61.78539 Adj R-Sq 0.55806
Coeff Var 50.35747

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error tValue Pr>|t| Label

Intercept1 126.0442 32.88213 3.83 0.0002 Intercept


PSNUT 1 4.752E-6 1.105E-6 4.30 <.0001 Pendapatan suami dari non usahatani
CKSUT 1 -0.57406 0.206377-2.78 0.0065 Curahan kerja suami pada non usahatani
PDS 1 -2.28786 2.103132-1.09 0.2794 Pendidikan suami

Lampiran 2. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model CURAHAN
Dependent Variable CKINU
115

Label Curahan Kerja Istri pada Non Usahatani

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 3 59943.22 19981.07 59.81 <.0001
Error 94 31403.49 334.0796
Corrected Total 97 113811.9

Root MSE 18.27785 R-Square 0.65622


Dependent Mean 11.63712 Adj R-Sq 0.64524
Coeff Var 157.06509

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error tValue Pr>|t| Label

Intercept 1 22.29457 16.15775 1.38 0.1709 Intercept


PINUT 1 0.000012 1.186E-6 10.24 <.0001 Pendapatan istri
CKIUT 1 -0.55597 0.486403 -1.14 0.2559 Curahan kerja istri pada non usahatani
JABL 1-21.7106 13.18922 -1.65 0.1031 Jumlah anak balita
116

Lampiran 2. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model CURAHAN
Dependent Variable CKANU
Label Curahan Kerja Anak pada Non Usahatani

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 3 138147.3 46049.11 43.60 <.0001
Error 94 99282.89 1056.201
Corrected Total 97 258833.2

Root MSE 32.49925 R-Square 0.58184


Dependent Mean 23.14913 Adj R-Sq 0.56850
Coeff Var 140.39081

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error tValue Pr>|t|Label

Intercept 1 -0.38741 4.688575 -0.08 0.9343 Intercept


PANUT 1 0.000012 2.279E-6 5.16 <.0001 Pendapatan anak dari non usahatani
UAK 1 3.021438 1.185212 2.55 0.0124 Umur anak yang bekerja
PAK 1 -3.80310 2.033917 -1.87 0.0646 Pendidikan anak

Lampiran 2. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model Permintaan Input


Dependent Variable TKLK
117

Label Tenaga Kerja Luar Keluarga

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 4 52344.11 13086.03 43.13 <.0001
Error 93 28214.43 303.3809
Corrected Total 97 80211.92

Root MSE 17.45081 R-Square 0.64404


Dependent Mean 73.06546 Adj R-Sq 0.63268
Coeff Var 23.88381

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error tValue Pr>|t|Label

Intercept 1 36.42244 11.64165 3.13 0.0023 Intercept


LL 1 0.006203 0.001133 5.47 <.0001 Luas lahan
CKRTUT 1 -0.00923 0.057911 -0.16 0.8737 Curahan kerja rumahtangga usahatani PROD
1 0.000864 0.002306 0.37 0.7086 Produksi
118

Lampiran 2. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model Permintaan Input


Dependent Variable JBBH
Label Penggunaan Jumlah Benih

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 4 18725.76 4681.439 25.84 <.0001
Error 93 16846.93 181.1497
Corrected Total 97 36310.00

Root MSE 13.45919 R-Square 0.52641


Dependent Mean 39.42857 Adj R-Sq 0.50604
Coeff Var 34.13562

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error tValue Pr>|t|Label

Intercept 1 3.207149 9.286871 0.35 0.7306 Intercept


LL 1 0.003417 0.000651 5.25 <.0001 Luas lahan
JPPK 1 0.007052 0.024575 0.29 0.7748 Jumlah penggunaan pupuk
CKRTUT 1 0.049540 0.061482 0.81 0.4224 Curahan kerja rumahtangga usahatani
PDTRT 1 1.98E-7 2.514E-7 0.79 0.4330 Pendapatan total rumahtangga petani

Lampiran 2. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model Permintaan Input


Dependent Variable JPPK
119

Label Penggunaan Jumlah Pupuk

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 498785.4 124696.4 12.60 <.0001


Error 93 920216.6 9894.802
Corrected Total 97 1366937

Root MSE 99.47262 R-Square 0.35150


Dependent Mean 166.98980 Adj R-Sq 0.32361
Coeff Var 59.56808

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error tValue Pr>|t|Label

Intercept 1 -95.8245 66.54238 -1.44 0.1532 Intercept


LL 1 0.012759 0.006428 1.98 0.0501 Luas lahan
JBBH 1 0.430423 1.418940 0.30 0.7623 Jumlah penggunaan pupuk
CKRTUT 1 0.863807 0.432136 2.00 0.0485 Curahan kerja rumahtangga usahatani
PDTRT 1 2.084E-6 1.841E-6 1.13 0.2605 Pendapatan total rumahtangga petani
120

Lampiran 2. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model PRODUKSI
Dependent Variable PROD
Label Produksi Usahatani Padi

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 2.3427E8 58567105 35.74 <.0001


Error 93 1.5238E8 1638516
Corrected Total 97 3.8574E8

Root MSE 1280.04519 R-Square 0.60589


Dependent Mean 3899.04082 Adj R-Sq 0.58894
Coeff Var 32.82975

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error tValue Pr>|t|Label

Intercept 1 299.5036 650.0413 0.46 0.6461 Intercept


CKRTUT 1 1.562602 4.621258 0.34 0.7360 Curahan kerja rumahtangga usahatani
BSPR 1 0.000282 0.000120 2.36 0.0204 Biaya sarana produksi
BTKL 1 0.000380 0.000153 2.49 0.0146 Biaya tenaga kerja luar keluarga
LL 1 0.287998 0.060490 4.76 <.0001 Luas lahan padi
121

Lampiran 2. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model PENDAPATAN
Dependent Variable PSNUT
Label Pendapatan Suami dari Non Usahatani

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 3 1.972E15 6.573E14 35.86 <.0001
Error 94 1.723E15 1.833E13
Corrected Total 97 2.984E15

Root MSE 4280934.64 R-Square 0.53372


Dependent Mean 4500630.83 Adj R-Sq 0.51883
Coeff Var 95.11855

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error tValue Pr>|t| Label

Intercept 1 -1.586E7 4299354 -3.69 0.0004 Intercept


CKSNU 1 115822.8 1781.79 9.83 <.0001 Curahan kerja suami pada non usahatani
USM 1 130274.8 47606.59 2.74 0.0074 Umur suami
PDS 1 719345.1 290058.0 2.48 0.0149 Pendidikan suami
122

Lampiran 2. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model PENDAPATAN
Dependent Variable PINUT
Label Pendapatan Istri dari Non Usahatani

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 3 3.418E14 1.139E14 54.40 <.0001
Error 94 1.969E14 2.094E12
Corrected Total 97 7.696E14

Root MSE 1447215.52 R-Square 0.63453


Dependent Mean 745142.857 Adj R-Sq 0.62287
Coeff Var 194.21987

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error tValue Pr>|t|Label

Intercept 1 -599461 947897.2 -0.63 0.5287 Intercept


CKINU 1 71254.13 5841.818 12.20 <.0001 Curahan kerja isteri pada non usahatani
UIS 1-1528.70 14913.01 0.10 0.9186 Umur istri
PDI 1 53240.97 80864.72 0.66 0.5119 Pendidikan isteri

Lampiran 2. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model PENDAPATAN
Dependent Variable PANUT
123

Label Pendapatan Anak dari Non usahatani

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 3.838E14 1.279E14 27.90 <.0001


Error 94 4.311E14 4.586E12
Corrected Total 97 8.834E14

Root MSE 2141453.07 R-Square 0.47102


Dependent Mean 1046819.73 Adj R-Sq 0.45414
Coeff Var 204.56751

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error tValue Pr>|t|Label

Intercept 1 -76584.2 308435.6 -0.25 0.8044 Intercept


CKANU 1 53108.84 10088.15 5.26 <.0001 Curahan kerja anak pada non usahatani
UAK 1 -39696.7 92103.94 -0.43 0.6675 Umur anak yang bekerja
PAK 1 57705.66 147269.5 0.39 0.6961 Pendidikan anak yang bekerja
124

Lampiran 2. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model KONSUMSI
Dependent Variable KPN
Label Konsumsi Pangan

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 3 2.289E14 7.631E13 26.68 <.0001
Error 94 2.689E14 2.86E12
Corrected Total 97 5.007E14

Root MSE 1691190.09 R-Square 0.45990


Dependent Mean 6357816.33 Adj R-Sq 0.44267
Coeff Var 26.60017

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error tValue Pr>|t| Label

Intercept 1 4087973 985546.3 4.15 <.0001 Intercept


PND 1 0.266441 0.038066 7.00 <.0001 Pendapatan disposibel
KNP 1 -0.64295 0.244986 -2.62 0.0101 Konsumsi non pangan
JART 1 312694.1 191835.5 1.63 0.1064 Jumlah anggota rumahatangga
125

Lampiran 2. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model KONSUMSI
Dependent Variable KNP
Label Konsumsi Non Pangan

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 1.339E14 4.465E13 20.48 <.0001


Error 94 2.049E14 2.18E12
Corrected Total 97 3.26E14

Root MSE 1476368.73 R-Square 0.39531


Dependent Mean 6430420.21 Adj R-Sq 0.37602
Coeff Var 22.95913

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error tValue Pr>|t| Label

Intercept 1 3836631 833089.0 4.61 <.0001 Intercept


PND 1 0.227561 0.040765 5.58 <.0001 Pendapatan disposibel
KPN 1 -0.54099 0.196177 -2.76 0.0070 Konsumsi pangan
JART 1 415126.1 147408.8 2.82 0.0059 Jumlah anggota rumahtangga
126

Lampiran 2. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model INVESTASI
Dependent Variable IPEN
Label Investasi Pendidikan

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 4 2.489E13 6.222E12 24.26 <.0001
Error 93 2.385E13 2.564E11
Corrected Total 97 5.061E13

Root MSE 506368.517 R-Square 0.51067


Dependent Mean 555285.714 Adj R-Sq 0.48963
Coeff Var 91.19063

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error tValue Pr>|t| Label

Intercept 1 -62147.4 485310.1 -0.13 0.8984 Intercept


PND 1 0.020839 0.026048 0.80 0.4257 Pendapatan disposibel
IPRO 1 -1.57895 1.177839 -1.34 0.1833 Investasi produksi
KTL 1 -0.00798 0.078075 -0.10 0.1188 Konsumsi total rumahtangga
JAS 1 507514.0 67199.70 7.55 <.0001 Jumlah anak sekolah

Вам также может понравиться