Вы находитесь на странице: 1из 9

ISSN 1411 – 0067 Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 9, No. 2, 2007, Hlm.

139 - 147 139

PEWATAKAN KIMIAWI TANAH-TANAH YANG BERKEMBANG


DI ATAS BATUAN KARBONAT JALUR BARON – WONOSARI

CHARACTERISTICS OF SOIL CHEMISTRY DEVELOPED ON


CARBONATE ROCK OF BARON – WONOSARI TRANSECT

Djoko Mulyanto
Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Petanian UPN “Veteran” Yogyakarta
JL. SWK 104 (Lingkar Utara) Condongcatur Yogyakarta, 55283.
djkmulyanto@yahoo.co.id

ABSTRACT

Soils developed on carbonate rock of Baron – Wonosari transect have both chemical character and soil color
difference. Red soils developed on karst topography and bioclastic limestone, whereas black soils on bioclastic
limestone and marl. Most of red soils have pH, exchangeable Ca, sum of cations, cation exchange capacity, base
saturation, totally Ca and Mn which much lower in comparison with black soils. Totally Al and crystalline Fe
concentration of red soils are higher than on black soils, but totally Fe concentration of both soils are similar.
Soils on karst topography have a unique character that is concentration of Mn on table top and slope much
higher than on doline and also of cation exchange capacity and pH, but concentration of totally Fe and Al lower
than on doline. Crystallinity of iron oxides on karst topography area restricted by organic carbon, but organic
carbon have a role on increasing cation exchange capacity.

Key words : carbonate rock, karst topography, red soils, black soils, crystallinity, oxides

ABSTRAK

Tanah-tanah yang berkembang di atas batuan karbonat Jalur Baron – Wonosari mempunyai keragaman sifat
kimia dan warna. Tanah-tanah merah berkembang baik di kawasan batugamping dengan topografi karst maupun
bioklastis, sedangkan tanah-tanah hitam berkembang di atas batugamping bioklastis maupun napal. Hampir
semua tanah-tanah merah memiliki pH, Ca tertukar, jumlah kation, kemampuan pertukaran kation, kejenuhan
basa, Ca dan Mn total yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah-tanah hitam. Konsentrasi Al total dan Fe
kristalin tanah-tanah merah lebih tinggi dibanding tanah-tanah hitam, walaupun konsentrasi Fe total keduanya
relatif sama. Tanah-tanah di kawasan topografi karst mempunyai sifat yang unik yaitu konsentrasi Mn pada
bagian puncak dan lereng jauh lebih tinggi dibandingkan dolin demikian pula nilai kapasitas pertukaran kation
dan pH yang lebih tinggi, tetapi konsentrasi Fe dan Al total lebih rendah dibandingkan dolin. Kristalinitas
oksida-oksida besi di kawasan topografi karst dihambat oleh bahan organik namun demikian bahan organik juga
berperan dalam meningkatkan kemampuan pertukaran kation.

Kata kunci : batuan karbonat, topografi karst, tanah-tanah merah, tanah-tanah hitam, kristalinitas, oksida-
oksida.

PENDAHULUAN larutan, tanah yang terbentuk lebih merupakan


residu, b). karena wilayah karst mempunyai sistem
Tanah-tanah dari bahan karbonat mempunyai drainase dalam (interior), tanah yang terbentuk
dua kenampakan yang dapat dibedakan dari tanah- terdrainase dengan baik dan proses pencucian
tanah yang terbentuk dari bahan induk lain yakni dapat terjadi lebih efisien daripada lingkungan
: a). sebagian besar batuan dasar hilang dalam kebanyakan tanah (White, 1988). Wooding and
Mulyanto D JIPI 140

Robinson (1951) menduga bahwa pencucian dan dipengaruhi oleh jumlah pengotornya. Joffe (1949)
penghilangan basa-basa merupakan proses yang berpendapat bahwa tanah yang terbentuk dari
penting dalam perkembangan tanah-tanah merah batugamping sangat tergantung kepada komposisi
di atas batugamping. Pengembalian kalsium pada pengotornya. Bila tanah yang terbentuk berasal
profil tanah melalui evaporasi dan gangguan dari batugamping tentunya dibutuhkan bahan
pencucian oleh lambatnya permeabilitas gamping dengan volume yang sangat besar. Hal tersebut
lunak merupakan faktor-faktor utama yang sangat berbeda dengan bahan yang berasal dari
mencegah perkembangan dan kematangan tanah mineral silikat karena sumbangan unsur Si dan Al
(Tarzi and Paeth, 1974). Banyak studi menyatakan sebagai kerangka tanah sangat melimpah.
secara tidak langsung atau berpostulasi bahwa bila Topografi menentukan pergerakan air secara
tanah berkembang dari bahan gampingan, cacak melalui bahan pelapukan dan berperan
karbonat harus dihilangkan lebih dulu untuk dalam mengontrol pergerakan air tanah. Jenny
mobilisasi lempung (Levin et al., 1989). (1941) jauh sebelumnya mengatakan bahwa
Wooding and Robinson (1951) mengatakan pergerakan air ke bawah merupakan salah satu
bahwa tanah yang berasal dari bahan gampingan faktor utama dalam transformasi bahan induk
dapat mengarah ke berbagai tipe. Kondisi menjadi tanah. Sifat tanah bervariasi baik ke arah
lingkungan pelapukan yang dapat cacak maupun lateral, dan variasi tersebut
mempertahankan status kejenuhan basa tetap mengikuti perubahan secara sistematis menurut
tinggi, memungkinkan pembentukan tanah posisi bentanglahan (landscape ) dan faktor
berwarna keabuan dengan kompleks pelapukan pembentuk tanahnya (Wilding and Drees, 1983).
relatif kaya silika serta tipe warna hitam dari Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi
humus. Kondisi lingkungan yang sebaliknya, yaitu sifat-sifat tanah adalah posisi dalam bentang lahan.
bila mengalami desaturasi dan desilikasi lewat Posisi tersebut mempunyai peran penting dalam
pencucian, akan terbentuk tanah-tanah dengan menentukan agihan tanah-tanah pada suatu
warna merah – coklat yang mengandung bentanglahan sehingga setiap perubahan dalam
seskuioksida bebas. Tipe pertama terjadi pada proses geomorfik akan mempengaruhi proses
batugamping lunak sedangkan yang kedua terjadi pedogenik (Gerard, 1981; Ovalles and Collins,
pada batugamping keras, seperti yang disampaikan 1986).
oleh Jenny, 1941; 1980; Tarzi and Paeth, 1974. Warna tanah dapat menggambarkan tahapan
Pelapukan kimia pada batugamping bila proses genesis yang sedang berlangsung. Warna
dicermati terjadi pelarutan yang menyeluruh merah dapat menunjukkan lingkungan pelapukan
(congruent dissolution) dibandingkan dengan yang lebih intensif dan oksidatif. Hal tersebut dapat
pelapukan pada aluminosilikat yang bersifat tidak dijelaskan melalui deret mobilitas ion yang
menyeluruh (incongruent dissolution) dikemukakan oleh Hudson (1995) dengan urutan
(Birkeland, 1984). Gamping akan larut dan yang menurun yakni Cl- > SO4-2 > Na+ > Ca +2 >
menghasilkan ion kalsium dan bikarbonat yang Mg+2 > K+ > SiO4 > Fe 2 O3 > Al2 O3 . Proses
keduanya larut dalam air sehingga peka terhadap pelindian yang semakin intensif menyebabkan
pelindian, sedangkan aluminosilikat menghasilkan terlindinya basa-basa dan Si hasil pelapukan serta
kation-kation larut air dan mineral lempung yang meningkatnya konsentrasi besi dan aluminium
tidak larut. Reaksi tersebut dapat dilukiskan secara relatif. Peningkatan konsentrasi besi dalam
sebagai berikut : suasana bertata udara bagus menyebabkan
(i).CaCO3 +CO2 +H2 O<=======>Ca2++ 2 HCO3- terbentuknya persenyawaan besi dalam bentuk
(ii). Aluminosilikat + H2 O + H2 CO3 ⇒ mineral ferri yang menimbulkan warna kuning – merah
lempung + kation-kation pada tanah. Lingkungan pelapukan yang
+ OH- + HCO3 -+ H4 SiO4 berpelindian lemah menyebabkan terhambatnya
Dari reaksi tersebut terlihat bahwa tanah laju penyingkiran basa-basa khususnya Mg dan
yang terbentuk dari bahan gampingan sangat silika. Kondisi ini menyebabkan pH lingkungan
Pewatakan kimiawi tanah-tanah yang berkembang JIPI 141

cukup tinggi, yang sangat kondusif terbentuknya 1T (lereng perbukitan, α = 30 – 45%) dan CDM
lempung montmorillonit dan vertisol yang 1A (puncak perbukitan, α = 0 – 5%). Sekuen
berwarna hitam/ kelam. Tanah-tanah seperti ini CDM 5 terdiri tiga profil yakni CDM 5 (dolin, α
biasanya terbentuk pada daerah yang datar dan = 5 – 8%); CDM 5T (lereng perbukitan, α = 30 –
berbentuk basin atau berkemiringan < 5% 45%), dan CDM 5A (bagian atas, α = 5 – 8%).
(Wilding et al., 1983). Berdasarkan mekanisme Tanah-tanah di kawasan karst dirajai oleh tanah-
pembentukan tanah dengan gejala kewarnaannya tanah merah dengan hue 5 YR atau lebih merah
secara logika telah terjadi proses alih tempat yang (Mulyanto et al., 2006). Contoh profil tanah ADM
bersifat pengayaan ataupun pemiskinan konstituen- 1dan BDM 1 secara berturut-turut mewakili
konstituen tertentu. Proses tersebut akan golongan tanah-tanah merah dan hitam di
berdampak pada sifat-sifat tanah yang terbentuk lingkungan batugamping bioklastis, sedangkan
khususnya sifat-sifat kimianya. BDM 6 dan BDM 7 merupakan golongan tanah-
tanah hitam di napal. Keempat profil tersebut
METODE PENELITIAN dengan ketinggian ± 150 m dpl.

Bahan Metode
Contoh tanah yang dianalisis berasal dari 1. Analisis sifat fisik tanah : tekstur dengan
lapisan-lapisan tanah terpilih dalam satu profil. Metode Pemipetan.
Profil pewakil dari dua sekuen perbukitan di 2. Analisis kimia tanah : pH H2 O dan pH KCl
kawasan karst yang berketinggian ± 60 m dpl. (1:2.5) – Metode Potensiometrik, C-organik,
(sekuen CDM 1) dan ± 200 m dpl. (sekuen CDM KPK dan kation tertukarkan (Ca, Mg, K,
5). Sekuen CDM 1 terdiri atas CDM 1(dolin, α = dan Na) dengan ekstraksi NH4 Oac. pH 7
0–3%); CDM 1B (tepi dolin, α = 5 – 8%); CDM (Blakemore et al., 1987).

Gambar 1. Diagram blok hidrogeologi Gunungsewu (disederhanakan)


(Kusumayudha, 2000), dan perkiraan posisi contoh profil tanah
Mulyanto D JIPI 142

3. Pelarutan selektif : Ada tiga metode ekstraksi paling tinggi terdapat di lereng bukit (CDM 1T)
dalam pelarutan selektif yang dilaksanakan : yang secara relatif hampir sama pada posisi
1). 0.1 M natrium pirofosfat, 2). 0.2 M puncak (CDM 1A) kemudian menurun di bagian
ammonium oksalat pH 3.0 Metode Tamm, kaki (CDM 1B) dan bagian dolin (CDM 1).
1922 (Blakemore et al., 1987), 3). Na-ditionit Perbedaan agihan ion kalsium tersebut sejalan
sitrat pH 7.3 (Mehra and Jackson, 1960). dengan jeluk tanah. Jeluk tanah yang semakin
Ekstraksi pirofosfat untuk mengekstrak Fe dangkal semakin dekat dengan sumber batuan
yang berikatan dengan C-organik. Ekstraksi yang secara menerus diduga menyuplai unsur
oksalat dimaksudkan untuk mengekstrak tersebut ke dalam tanah. Kadar Ca tertukar yang
oksida-oksida besi non kristalin (poorly rendah di bagian dolin dibandingkan bagian atas
crystalline). Ekstraksi ditionit dimaksudkan disebabkan oleh pelindian kation tersebut yang
untuk mengekstrak oksida-oksida besi kristalin lebih efektif dibandingkan pada bagian atas,
ditambah fraksi yang terekstrak oleh ekstraksi sedangkan di lereng perbukitan mengalami
oksalat (McKeague and Day, 1966). Analisis hambatan pergerakan ion kalsium dengan
pelarutan selektif dalam penelitian ini dilakukan terbentuknya mull yakni persenyawaan Ca-humus
terhadap bagian contoh tanah (sub sampel) yang cukup kuat dan berwarna kelam yang
secara terpisah dari contoh yang sama, terakumulasi di bagian atas/ lereng perbukitan
masing-masing contoh diekstrak dengan (Duchaufour, 1982). Hal tersebut sejalan dengan
larutan pirofosfat, oksalat dan ditionit. nilai koefisien korelasi (r) antara Ca total dan Ca
Kombinasi dari berbagai cara yang dapat tertukar dengan C-organik yang secara berturut-
memperkirakan perbedaan bentuk-bentuk Fe dan turut : 0.59** dan 0.80**. Kondisi ini akan
Mn. memberikan dampak terhadap kenaikan pH tanah
1). Fep digambarkan oleh McKeague (1967) dan warna menjadi gelap di bagian atas dan lereng
dalam Blakemore et al. (1987) sebagai Fe perbukitan.
yang berikatan dengan bahan organik. Ion kalsium merajai kation-kation tertukarkan
2). Dalam mendapatkan asumsi-asumsi tersebut, yang ditunjukkan oleh nilai r = 0.99** antara ion
poorly ordered Fe sama dengan (Feo – Fep). tersebut dengan jumlah kation tertukarkan ± 20
Penggunaan nisbah Feo/Fed telah digunakan cmol kg-1. Konsentrasi Ca++ daerah penelitian jauh
beberapa peneliti sebagai petunjuk proporsi lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian
relatif bentuk-bentuk Fe amorf terhadap Nizeyimana dan Bicki (1992) yang menunjukkan
kristalin (McKeague and Day, 1966) dan umur kadar Ca ++ pada beberapa contoh tanah di
relatif tanah (Ogunsola et al., 1989; Aniku et Rwanda, ± 5 cmol kg-1. Kadar Mg tertukar tanah
al., 1990). pada berbagai posisi timbulan adalah sebagai
3). Schwertmann et al. (1977) menggambarkan berikut : CDM 1 > CDM T > CDM1B > CDMA.
bahwa perbedaan Fed – Feo secara murad Kondisi ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
berkorelasi dengan jumlah gutit yang mobilitas ion Mg cukup tinggi sehingga terjadi
ditetapkan dengan XRD atau DTA, akumulasi di bagian dolin khususnya pada lapisan
sedangkan Sutanto (1988) mengatakan bawah. Konsentrasi K+ relatif sama antara kaki
sebagai besi kristalin. dan bawah serta lebih rendah dibandingkan bagian
atas dan lereng perbukitan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hal ini dapat disebabkan oleh KPK yang jauh
lebih tinggi di bagian atas dan lereng ataupun oleh
Variasi sifat tanah pada berbagai timbulan di penjerapan kisi-kisi lempung terutama di bagian
lingkungan topograsi karst kaki dan dolin. Konsentrasi Na tertukar tertinggi
Sekuen Baron CDM 1 memperlihatkan di bagian puncak kemudian di bagian lereng, bagian
variasi konsentrasi beberapa sifat kimia tanah di kaki dan bagian bawah (CDM1B > CDMA >
berbagai timbulan (Tabel 1). Kation Ca++ tertukar CDMT > CDM1) .
Pewatakan kimiawi tanah-tanah yang berkembang JIPI 143

Tabel 1. Hasil analisis sifat kimia contoh tanah terpilih Jalur Baron – Wonosari
Mulyanto D JIPI 144

Tabel 2.Hasil analisis spesifik Fe dan Mn contoh tanah terpilih Jalur Baron – Wonosari

Sifat ion Na di alam sangat mobil, terjadi (CDM1) karena telah banyak yang hilang terlindi
akumulasi ion tersebut di bagian kaki bukit. Kadar baik secara lateral maupun cacak, hal tersebut
Na tertukar yang rendah di bagian paling bawah dapat dilihat dengan semakin tingginya konsentrasi
Pewatakan kimiawi tanah-tanah yang berkembang JIPI 145

ion tersebut di bagian bawah profil. Status Na terhadap Fe (nisbah Mn-d/Fe-d) pada berbagai
tertukar nampaknya sejalan dengan nilai KPK. timbulan menunjukkan pola yang sama yakni
Jumlah kation tertukar pada CDMT > CDMA > CDM 1 > CDM 1B > CDMA > CDMT. Urutan
CDM 1B > CDM 1, sama dengan tingkat tersebut nampaknya berlawanan dengan hasil
konsentrasi Ca tertukar pada posisi timbulan yang penelitian McDaniel and Buol (1991) pada suatu
sama.. Nilai KPK tertinggi pada CDMA ≈ landsekap tanah-tanah masam (Ultisols) berbahan
CDMT > CDM 1B > CDM 1, diduga dipengaruhi induk gneis (pH tanah 4.4 – 6) yang menunjukkan
oleh konsentrasi bahan organik/ humus yang bahwa nisbah Mn-d/ Fe-d tertinggi di bagian
ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi, r dengan bawah, hal tersebut diduga oleh sifat Mn yang
C-organik = 0.72**. Kandungan unsur-unsur to- mempunyai mobilitas lebih tinggi di lingkungan
tal pada setiap timbulan bervariasi. Kadar Ca to- tanah-tanah masam. Kandungan besi amorf paling
tal paling merajai di bagian lereng kemudian bagian merajai di bagian puncak yang secara relatif sama
puncak, kaki dan profil dolin. Variasi tersebut dengan di bagian lereng, kemudian bagian kaki dan
sangat dipengaruhi oleh kedekatan batugamping dolin. Variasi tersebut sangat boleh jadi berkaitan
yang membawahinya, hubungan kadar Ca total dengan kadar C organik yang ditunjukkan oleh nilai
dengan kadar CaCO3 tanah ditunjukkan oleh nilai r = 0.71**. Hal tersebut nampaknya sesuai dengan
r yang cukup tinggi yakni 0.79**. konsentrasi Fe-k yang berpola berlawanan yaitu
Kandungan Fe total mengikuti pola CDM 1 tertinggi di bagian bawah/ dolin. Kedua hal tersebut
> CDM 1B > CDMA > CDMT yang menunjukkan bahwa bahan organik dapat
menunjukkan bahwa bagian dolin mempunyai nilai menghambat kristalinitas oksida-oksida besi bebas
tertinggi (Tabel 2). Pola tersebut nampaknya dengan, r antara C-organik terhadap Fe-k = -
mengikuti tingkat perkembangan tanah. Tingkat 0.79**. Bahan organik juga berperan dalam
perkembangan tanah yang semakin tinggi diikuti menghambat tingkat pemerahan tanah di kawasan
oleh peningkatan konsentrasi oksida besi secara topografi karst yang ditunjukkan oleh nilai r antara
relatif. Kandungan Al total pada berbagai timbulan tingkat pemerahan tanah (RR – TD) dengan c-
berpola sama dengan Fe total. Mobilitas kedua organik = - 0.73**, yang dapat dilihat dari nilai
unsur tersebut di alam sangat rendah (Hudson, RR T-D bagian perbukitan = 3.05 – 8.17 yang
1995). Sifat mobilitas Al yang lebih rendah bagian dolin 21.79 – 46.21 (Mulyanto et al., 2006).
daripada Fe, maka semakin tinggi tingkat Secara umum fenomena sifat-sifat kimia tanah
perkembangan tanah akan diikuti pembentukan pada sekuen CDM 5 mirip dengan sekuen CDM
oksida-oksida aluminium. Kemiripan sifat mobilitas 1.
kedua unsur tersebut ditunjukkan oleh nilai
koefisien korelasi yang sangat tinggi yakni dengan Perbedaan sifat kimia tanah di lingkungan
r = 0.90**. Konsentrasi Mn total tertinggi di bagian tanah-tanah merah dan hitam
puncak yang secara relatif sama dengan di bagian Perbedaan secara umum sifat-sifat kimia
lereng kemudian menurun pada bagian kaki bukit pada tanah-tanah merah dan tanah-tanah hitam
serta dolin. Akumulasi unsur Mn di bagian puncak adalah sebagai berikut : tanah-tanah merah
dan lereng perbukitan bolehjadi terkait dengan mempunyai konsentrasi Ca tertukar, jumlah kation
bahan organik sebagaimana yang disampaikan tertukar, Ca total dan CaCO3 lebih rendah. Hal
oleh McDaniel and Buol (1991) bahwa Mn banyak ini terkait dengan intensitas pelindian dan proses
terakumulasi pada horison Ap yang mempunyai dekalsifikasi yang lebih intensif. Nilai kemampuan
kadar bahan organik relatif tinggi. Mn total penukaran kation (KPK) pada tanah-tanah hitam
terhadap C-organik mempunyai nilai r = 0.725**. jauh lebih tinggi ± dua kali lipat di banding tanah-
Nilai pH yang lebih tinggi di bagian puncak dan tanah merah. Perbedaan yang mencolok tersebut
lereng dapat menyebabkan pengendapan unsur disebabkan oleh tipe lempung yang sangat berbeda.
tersebut sehingga menurunkan mobilitasnya yang Hal tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien
ditunjukkan oleh nilai r = 0.64**. Mobilitas Mn korelasi, r antara C-organik dengan KPK tanah
Mulyanto D JIPI 146

secara keseluruhan yang menunjukkan nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan golongan tanah-
rendah, yakni = 0.33. Pada tanah-tanah hitam tanah hitam. Tingginya nilai KPK tanah-tanah
dirajai oleh smektit (monmorillonit) sedangkan hitam tidak disebabkan oleh bahan organik, namun
tanah-tanah merah oleh lempung kaolin. Hal diduga oleh jenis lempung smektit.
tersebut ditunjukkan oleh hasil analisis XRD fraksi Fenomena sifat-sifat tanah di lingkungan
lempung (Mulyanto, 2006). Perbedaan konsentrasi topografi karst adalah sebagai berikut : KPK, Ca
Fe dan Mn total juga terjadi pada kedua macam total dan tertukar, jumlah kation tertukar, kejenuhan
tanah. Unsur besi relatif lebih banyak terdapat basa, pH, Mn total, dan C-organik di bagian
pada tanah-tanah merah sedangkan Mn merajai perbukitan (puncak dan lereng) lebih tinggi
tanah-tanah hitam. Hal ini sangat terkait dengan dibanding dolin, namun kadar Fe total dan Al total
mobilitas kedua unsur tersebut. Pada tanah-tanah lebih rendah. C-organik dapat berperan dalam
merah telah terjadi peningkatan oksida-oksida besi meningkatkan KPK dan menghambat kristalisasi
secara relatif dibandingkan tanah-tanah hitam. oksida-oksida besi. Ada hubungan yang sangat
Mobilitas unsur Mn secara umum lebih tinggi murad secara positif antara pH dengan kejenuhan
daripada besi terutama dalam bentuk Mn++, namun basa.
di lingkungan bahan karbonatan yang mempunyai
permeabilitas kecil menurunkan laju penyingkiran DAFTAR PUSTAKA
basa-basa yang mengakibatkan nilai pH tetap
terjaga tinggi. Nilai pH yang tinggi menyebabkan Aniku, J.R.F., and Michael J. Singer. 1990.
mobilitas Mn sangat rendah. Perbedaan Pedogenic Iron Oxide Trends in a Marine
konsentrasi besi total pada kedua macam tanah Chronosequence. Soil Sci.Soc.Am.J. 54:147-
relatif sama, namun perannya dalam menimbulkan 152
warna merah sangat terbatasi oleh kehadiran Mn Birkeland, and W. Peter. 1984. Soil and
dengan konsentrasi yang tinggi di lingkungan tanah- Geomorphology. Oxford University Press,
tanah hitam. Konsentrasi Al total pada tanah-tanah New York, Oxford.
merah jauh lebih tinggi disebabkan oleh Blakemore, L.C., P.L. Searle, and B.K. Daly. 1987.
terakumulasinya unsur tersebut secara relatif yang Methods for Chemical Analysis of Soils. NZ
sejalan dengan tingkat perkembangan tanah-tanah Soils Bureu Lower Hutt, New Zealand
merah yang lebih tinggi. Konsentrasi Fe dan Mn Duchaufour, P. 1982. Pedology. Pedogenesis and
kristalin nampaknya mengikuti pola Fe dan Mn Classification. George Allen & Unwin.
total, demikian pula Mn amorf yaitu Fe lebih Boston, Sydney
dominan pada tanah-tanah merah sedangkan Mn Gerard, L. 1981. Soil and Landforms. George
pada tanah-tanah hitam. Kadar bahan organik Allen & Unwin Ltd., London
tanah-tanah hitam dan merah secara umum relatif Hudson, B.D. 1995. Reassesment of Polinov’s Ion
sama. Mobility Series. Soil Sci.Soc.Am.J. 59:1101-
1103.
KESIMPULAN Jenny, H. 1941. Factors of Soil Formation. A
System of Quantitative Pedology. Mc Graw
Kation tertukar tanah yang paling merajai di Hill Book Company, Inc., New York and
lingkungan batuan karbonat, adalah Ca sehingga
London
kompleks pertukaran tanah dijenuhi oleh kation
Jenny, H. 1980. The Soil Resource. Origin and
tersebut. Tanah-tanah merah mempunyai nilai
KPK, pH, Ca dan jumlah kation tertukar, Ca total, Behavior. Springer – Verlag, New York,
CaCO 3 , dan kejenuhan basa lebih rendah Heidelberg, Berlin
dibandingkan dengan golongan tanah-tanah hitam. Joffe, J.S. 1949. The A B C of Soils. Pedology
Kadar Al total tanah-tanah merah lebih tinggi, Fe Publication. Somerset Press, Inc., Somerville,
relatif sama walaupun tingkat kristalinitasnya Fe N.J
Pewatakan kimiawi tanah-tanah yang berkembang JIPI 147

Kalpage, F.S.C.P. 1974. Tropical Soils. Ogunsola, O.A., J.A. Omueti, O. Olade, and E.J.
Classification, Fertility and Management. The Udo. 1989. Free Oxide Status and
Macmillan Company of India Limited. Distribution in Soils Overlying Limestone
Kusumayudha, S.B. 2000. Kuantifikasi Sistem Areas in Nigeria. Soil Sci. 147(4) :245-251.
Hidrogeologi dan Potensi Airtanah Daerah Ovalles, F.A. and M.E. Collins. 1986. Soil-
Gunungsewu, Pegunungan Selatan, DIY Landscape Relationships and Soil Variability
(Didekati dengan Analisis Geometri Fraktal). in North Central Florida. Soil Sci.Soc.Am.J.
Disertasi Doktor ITB. 50:401-408.
Levine, S.J., D.M. Hendricks, and J.F. Schreiber,Jr. Paton, T.R. 1978. The Formation of Soil Material.
1989. Effect of Bedrock Porosity on Soils George Allen & Unwin, London, Boston,
Formed from Dolomitic Limestone Residiuum Sydney,
and Eolian Deposition. Soil Sci.Soc.Am.J. Schwertmann, U., Reginald and M. Taylor. 1977.
53:856-862. Iron Oxides. In : Dixon, D.B., and S.B.
McDaniel, P.A., and S.W. Buol. 1991. Manganese Weed (Eds.) Minerals in Soil Environments.
Distribution in Acid Soils of the North Soil Science Society of America, Madison,
Carolina Piedmont. Soil Sci.Soc.Am.J. Wisconsin USA
55:152-158. Sutanto, R. 1988. Mineralogy, Charge Properties
McKeague, J., and J.H. Day. 1966. Dithionite and and Classification of Soils on Volcanic
Oxalate Extractable Fe and Al as Aids in Materials and Limestone in Central Java
Differentiating Various Classes of (Indonesia). Dissertation of State University
Soils.Can.J.Soil Sci.46:13- 22. of Ghent, Belgium.
Mehra, O.D., and Jackson, M.L. 1960. Iron Oxide Tarzi, J.G. and R.C. Paeth. 1974. Genesis of
Removal from Soils and Clays by a Dithionite Mediteranean Red and a White Rendzina Soil
Citrate System Buffered with Sodium from Lebanon. Soil Sci. 120(4) : 273-277
Bicarbonate. Clays and Clay Miner. 7:317- White, W.B. 1988. Geomorphology and Hidrology
327. of Karst Terrains. Oxford University Press.
Mulyanto, D., T. Notohadikusumo, dan B.H. New York
Sunarminto. 2006. Hubungan Tingkat Wilding, L.P., and L.R. Drees. 1983. Spatial
Pemerahan Tanah dengan Komponen- Variability and Pedology. P: 83 – 116. In LP
Komponen Pembentuknya. J. Habitat. 17 Wilding (ed.). Pedogenesis and Soil
(3) : 235-245 Taxonomy: Concepts and Interactions. Vol.
Mulyanto, D. 2006. Genesis dan Keragaman 1 Elsevier Sci. Publ., New York.
Warna Tanah di Atas Batuan Karbonat Jalur Wilding, L.P. N.E. Smeck, and G.F. Hall. 1983.
Pedogenesis and Soil Taxonomy. I. Concepts
Baron – Wonosari. Disertasi Doktor Sekolah
and Interactions. Elsevier, Amsterdam,
Pascasarjana UGM.
Oxford, New York
Nizeyimana, E., and Thomas J. Bicki. 1992. Soil
Wooding, G., Robinson. 1951. Soils. Their Origin,
and Soil Landscape Relationships in the North Constituation and Classification. An
Central Region of Rwanda, East-Central Introduction to Pedology. The Woodbridge
Africa. Soil Sci.153(3) : 225-236. Press, L.T.D. Oslow Street, Guildford

Вам также может понравиться