Вы находитесь на странице: 1из 6

PENGARUH PENAMBAHAN GAS O2 PADA PENGELASAN CO2

DENGAN MENGGUNAKAN ELEKTRODA INTI FLUKS DAN SOLID


TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN VISUAL BASE METAL ST42
MARINE PLAT

Ari Wibawa
Program Studi S1 Teknik Perkapalan Fakultas Teknik UNDIP

ABSTRACT

Weld CO2 is processing electric arc welding where gas carbondioksida or CO 2 as component of metal
fluid canopy where at welder process there will be liquefaction of metal, in order not to invite oxidation process,
what causes the happening of porosity at weldment metal. Where porosity will reduce strength to draw the metal.
At welder process surely happened liquefaction process of metal. Liquefaction of the metal because hot influence
where temperature dissociation energy of diatomic used by electric current and oksidator attachment, to get
strong weld joint is by enough temperature to liquefy metal which will be jointed, where increasingly
temperature would increasingly in and the metal wide melts. If happened addition of gas O 2 at welder process
hence adding oxidation process meaning to increasingly temperature. In consequence is applied welding flux
core electrode to lessen porosity generated by temperature.
Purpose of this research to know strength value draws, bending and visual from result of weld welder CO 2
with addition of gas O2 counted 0%, 5%, 10% at steel ST42 joint I plate Thick 10 mm Marine Plate with welding
flux core electrode and Solid. Method used in this research is experiment method, that is experimental method
directly to object. In this case steel ST42 joint I Thick plate 10 mm 24 piece weld by using gas CO 2. To get
research data is applied observation method by using testing machine draws and bending and test EDSA. Data
which collected then is analysed the correlation.
Result of research shows existence of strength difference to draw and bending and penetration depth
between additions of gas O2 counted 0%, 5% and 10% with welding flux core electrode and Solid. Based on
result of research suggested in doing welder kontruksi steel ST42 with Thick 10 mm joint I at weld process CO2
majoring strength to draw suggested to applies welding flux core electrode with current 230 A, while majoring
strength of compress is suggested to applies electrode solid, that strength draws and compress and penetration
either from result of maximum weldment.

Keyword : arc welding CO2, tensile strength

PENDAHULUAN paduan timah-timbal yang sumber energi


panasnya didapat dari pembakaran kayu
 Latar Belakang atau arang. Setelah energi listrik dapat
Pengelasan merupakan bagian tidak digunakan sebagai teknologi pengelasan,
terpisahkan dari pertumbuhan industri, sumber energi ini menjadi suatu teknik
karena memegang peranan penting dalam penyambungan yang mutakhir.
rekayasa dan produksi logam. Hampir Pada tahun 1885 Benardes
tidak mungkin tanpa melibatkan menggunakan elektroda yang terbuat dari
pengelasan dalam industri modern dan batang karbon atau grafit, tahun 1889
peran pengelasan dari tahun ke tahun Zerner mengembangkan pengelasan busur
semakin meningkat. Sebagai contoh, yang baru dengan menggunakan busur
dalam industri sarana transportasi, industri listrik yang dihasilkan oleh dua batang
perkapalan, industri kereta api, industri karbon, tahun 1892 Slavianoff orang
mobil dan motor dan industri konstruksi pertama yang menggunakan kawat logam
lainnya, semua itu membutuhkan elektroda yang ikut mencair karena panas
sambungan logam berkualitas tinggi. yang dihasilkan oleh busur listrik. Tahun
Telah diketahui bahwa teknik 1901 las Oksi-asetilen mulai digunakan
penyambungan dikenal sejak zaman pra- oleh Fouche dan Piccard, tahun 1926
sejarah, misalnya pembrasingan logam Lungumir menemukan las hidrogen atom,
paduan emas-tembaga dan pematrian tahun 1950 ditemukan cara las baru antara

KAPAL, Vol. 6, No.2, Juni 2009 94


lain las tekan dingin, las listrik terak, las penelitian. Keberhasilan penelitian
busur dengan pelindung CO2, las gesek, las tergantung dari metode yang digunakan.
ultrasonik, las sinar elektron, las busur Agar kegiatan penelitian berhasil
plasma, las laser, dan masih banyak dengan baik, maka diperlukan suatu
lainnya. metode atau teknik yang ilmiah yang
Belum semua cara pengelasan yang terancang dan dapat
ditemukan digunakan dalam praktek pada dipertanggungjawabkan.
waktu ini, sebagian masih memerlukan Metode yang digunakan dalam
perbaikan yang mungkin dalam waktu penelitian ini adalah metode eksperimen,
yang dekat ini akan menjadi lebih yaitu kegiatan percobaan secara langsung
bermanfaat dan dapat menjadi sumbangan untuk melihat hasil yang memberikan
yang berharga dalam kemajuan teknologi perlakuan terhadap obyek, dalam hal ini
las. adalah baja ST42 marine plate tebal 10
mm sebanyak 24 pieces yang dilas
 Perumusan Masalah diujung-ujungnya dengan las busur CO2
Pada penelitian ini perumusan dengan menggunakan elektroda inti fluks
masalah yang diperoleh adalah proses dan elektroda solid.
pengelasan yang dilakukan menggunakan
mesin las MIG (Metal Inner Gas) dengan 1. Persiapan eksperimen
adanya penambahan gas O2 sebanyak 0%, Dalam pelaksanaan eksperimen
5%, dan 10% pada pengelasan yang dalam bangku kerja harus dirancang
menggunakan elektroda Fluxcored “ER70” sedemikian rupa sehingga dalam
dan elektroda padat (solid). pelaksanaannya data yang diambil akurat
dan dapat menekan kemungkinan dari
 Pembatasan Masalah kesalahan.
Dalam pembatasan masalah Untuk itu perlu persiapan yang
berkenaan dengan hal – hal berikut: matang sebelum pelaksanaan antara lain :
1. Prosedur yang dilakukan sebelum a. Alat yang digunakan :
proses pengelasan dilakukan sesuai 1. Pesawat las (merk CIGWELD
standart JIS Z 2201 (Japanese TRANSMIG 330)
Indutrial standart). 2. Las potong
2. Penggunaan material: ST42 Marine 3. Ragum / penjepit
Plate Grade A. 4. Gerinda tangan
3. Asumsi: pengaruh media pendingin 5. Kikir persegi
dan arus diabaikan, welder yang 6. Amperemeter
sama, suhu ruangan diabaikan. b. Peralatan keselamatan kerja
4. Membandingkan perbedaan yang 1. Apron
didapat dari hasil uji kekuatan tarik, 2. Werpak
tekan pengelasan dan visualisasinya. 3. Sarung tangan
4. Tang las
 Tujuan Tugas Akhir 5. Topeng
Tujuan penelitian tugas akhir ini 6. Sepatu las
adalah: 7. Masker
1. Membandingkan pengelasan CO2 + c. Bahan
O2 elektroda inti fluks dengan CO2 + 1. Jenis bahan yang digunakan
O2 elektroda solid pada proses MIG. sebagai media pengelasan
2. Membandingkan kekuatan tarik dan adalah baja plat ST 42 tebal 10
tekan serta visualisasi yang mm dengan ukuran 300 x 150
dihasilkan dari pengelasan elektroda mm
inti fluks dan elektroda solid. 2. Elektroda yang digunakan
adalah jenis ER70 dan solid
METODE PENELITIAN dengan diameter 1,2. Elektroda
Metodelogi penelitian merupakan ER 70 S 6 mempunyai
cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan komposisi 0,01 - 0,015% C,
0,80 - 1,15% Si, 1,40 - 1,85%

KAPAL, Vol. 6, No.2, Juni 2009 95


Mn, 0,025 P, dan 0,035% S. dan elektroda solid pada setiap
Kekuatan tarik  50,6 kg/mm2. material.
3. 1 botol gas CO2 dan 1 botol k. Lakukan pengelasan dengan
gas O2. kampuh tersebut, pengelasan dapat
dilakukan pada kedua sisi kampuh
2. Pelaksanaan eksperimen las agar semua celah dapat terisi
keseluruhan.
Pelaksanaan eksperimen ini hanya l. Siapkan juga alat pengikat plat las
berlaku pada eksperimen yang dilakukan untuk mencegah plat dari
oleh peneliti dengan alat yang telah kemungkinan terjadinya
disediakan. Adapun pelaksanaan bengkokan (deformasi) akibat
eksperimen ini sebagai berikut : pengaruh panas dari las pada saat
a. Potong plat yang mempunyai pengelasan.
ukuran 300 x 150 mm sebanyak 3 m. Pendinginan hasil pengelasan
buah dilakukan pada suhu kamar, hal ini
b. Tandai masing-masing dengan untuk mencegah terjadinya
simbol 1, 2, dan 3 perubahan struktur akibat
c. Bersihkan ujung masing-masing pendinginan secara cepat.
plat dengan gerinda tangan n. Potonglah plat masing-masing
d. Potonglah masing-masing plat dengan ukuran 17 mm x 150 mm.
menjadi dua bagian dengan ukuran o. Bentuk potongan plat tadi menjadi
150 x 75 mm dan masing-masing spesimen untuk dilakukan
diberi tanda 1, 2 dan 3. pengujian kekuatan pada
e. Ratakan ujung setiap plat, pengujian tarik seperti pada
terutama pada bagian yang akan gambar acuan.
dilas sehingga benar-benar rata.
Ujung untuk kampuh I harus 3. Pengujian kekuatan hasil pengelasan
benar-benar tegak lurus dengan
permukaan plat. Alat pengambilan data dalam
f. Pasanglah bahan sesuai dengan penelitian ini adalah dengan mengadakan
tanda yang telah diberikan1 pengujian hasil pengelasan menggunakan
dengan 1, 2 dengan 2 dan 3 alat uji tarik dan tekan, yaitu mesin
berpasangan dengan 3. Servopulser.
g. Atur lebar celah yang digunakan Pengujian dilakukan dengan
sesuai dengan ketentuan yang memberikan beban tarik secara merata
mensyaratkan agar diperoleh sebesar 20 ton dan perlahan-lahan
luasan penampang yang sama. sehingga plat patah. Dari hasil pegujian ini
Lebar celah ini diambil 1,6 mm. didapat kekuatan maksimal bahan yang
h. Setelah pengaturan celah selesai, dilas.
maka dilanjutkan dengan Langkah-langkah eksperimen ini
pengaturan besar kuat arus sesuai adalah sebagai berikut :
dengan penelitian dan dicek a. Persiapan alat dan bahan
terlebih dahulu besar kuat arus Peralatan :
yang keluar dari pesawat las - Mesin uji tarik dan tekan
dengan amperemeter agar benar- - Kertas data
benar teliti. Bahan :
i. Selanjutnya adalah proses Spesimen baja ST 42 yang telah
pengelasan sesuai alur penelitian dilas dengan menggunakan las
yang telah ada. Sebelumnya busur CO2
catatlah pada bagian ujung kedua
sisi plat yang akan dilas agar b. Pelaksanaan pengujian
menghindari melebarnya celah. Dalam pelaksanaan pengujian
j. Bahan yang diberi tanda 1-1, 2-2, diperlukan ketelitian karena benar
3-3 dilas dengan elektroda ER70 tidaknya data yang diperoleh itu

KAPAL, Vol. 6, No.2, Juni 2009 96


tergantung dari ketelitian inti fluks dan solid pada baja ST42 marine
pelaksanaan pengujian tersebut. plate grade A terlihat pada tabel berikut
Persiapan : ini:
1. Jepit benda kerja hingga Tabel IV.1 Nilai rata-rata kekuatan tarik
benar-benar tegak lurus
Pengelasan Tegangan Tarik
2. Pengatur pengontrol dan
Elektroda Solid Rata-rata (Kg/mm2)
pencatat sesuai dengan tujuan
0% 57,90
pengujian (pengaturan
5% 57,20
kecepatan, pembebanan
10 % 57,10
maksimal, perpanjangan
maksimal).
3. Pembebanan tidak boleh Pengelasan
Tegangan Tarik
melebihi 20.000 kg Elektroda Inti
Rata-rata (Kg/mm2)
4. Kecepatan penarik tidak boleh Fluks
melebihi 200 mm/menit. 0% 57,90
5. Lakukan pengujian dengan 5% 57,80
menekan tombol start 10 % 57,80
6. Lakukan pencatatan hasil
pengujian, tetapi terlebih dulu Tabel IV.2 Nilai rata-rata kekuatan tekan
kita masukkan data (tanggal
pengujian, nomor pengujian Pengelasan Tegangan Bending
dan ukuran spesimen) Elektroda Solid Rata-rata (Kg/mm2)
Dari hasil pengujian maka didapat data- 0% 82,00
data untuk setiap spesimen. 5% 50,00
10 % 30,00
Tabel III.1 Layout hasil pengujian tarik dan
tekan kekuatan las
ANALISA
Tegangan Tarik
Pengelasan
NAMA SPESIMENT (kg/mm2) Tegangan Bending
Elektroda Inti
TIAP KELOMPOK 5 10 Rata-rata (Kg/mm2)
0% Fluks
% %
0% 82,65
1. Elektroda Inti Fluks
5% 60,50
ER70
10 % 60,45
JUMLAH ( ∑ )
 Menentukan Harga Koefisien
Rata-rata (/2)
Korelasi Tegangan Tarik Elektroda
Solid
Tegangan Tekan
NAMA SPESIMENT (kg/mm2) Data X Y X.Y X2 Y2
TIAP KELOMPOK 5 10 1 0% 57,90 0 0 3352.41
0%
% % 2 5% 57,20 286 25 3271.84
1. Elektroda Solid 3 10 % 57,10 571 100 3260.41
JUMLAH ( ∑ ) =3 = = = = =
Rata-rata (/2) 15 172,2 857 125 9884.66

n  X iYi  X 1   X 1  Y1 


n X  nY 
R =
 X 1   Y1 
HASIL PENGUJIAN TARIK DAN TEKAN 2 2 2 2
Data diperoleh dari hasil observasi 1 1

pada mesin uji tarik dan tekan. Data 3 x 857 15  (15 x 172,2)
digunakan untuk perhitungan statistik.
Pengujian dilakukan secara bergantian tiap
=
(3 x125  (15) ) x 3 x 9884,66  (172.2 )
2 2

perlakuan untuk masing-masing kelompok.


Hasil kekuatan tarik dan tekan dari  21
pengelasan las busur CO2 dengan elektroda = = - 1,40
15

KAPAL, Vol. 6, No.2, Juni 2009 97


 Menentukan Harga Koefisien
 Menentukan Harga Koefisien Korelasi Tegangan Tekan Elektroda
Korelasi Tegangan Tarik Elektroda Inti Fluks
Inti Fluks
Data X Y X.Y X2 Y2
2 2
Data X Y X.Y X Y 1 0% 82.65 0 0 6831.03
1 0% 57,90 0 0 3352.41 2 5% 60.50 302.5 25 3660.25
2 5% 57,80 289 25 3340.84 3 10 % 60.45 604.5 100 3654.20
3 10 % 57,80 578 100 3340.84 =3 = = = = =
=3 = = = = = 15 203.6 907 125 14145.48
15 173,5 867 125 10034.69
n  X iYi  X 1   X 1  Y1 
n  X iYi  X 1   X 1  Y1 
n X  nY 
R =
 X 1   Y1 
2 2 2 2

n X  nY 
R =
 X 1   Y1 
1 1
2 2 2 2
1 1
3 x 907 15  (15 x 203,6)
(3 x125  (15) ) x 3 x14145,48  (203,6 )
=
3 x 867 15  (15 x 173,5) 2 2

(3 x125  (15) ) x 3 x10034,09  (173,5 )


=
2
 348
2

=
 16,50 384,08
=
17,32
= - 0,90
= - 0,95 Jadi pengaruh elektroda solid lebih baik
dari elektroda inti fluks pada pengujian
Jadi pengaruh elektroda inti fluks lebih tegangan tekan.
baik dari elektroda solid pada pengujian
tegangan tarik. HASIL PENGUJIAN EDSA / VISUAL
Dari hasil pengujian visual tampak jelas
adanya perbedaan dari kedalaman penembusan
 Menentukan Harga Koefisien pada material, hal ini dibuktikan dari bentuk
Korelasi Tegangan Tekan Elektroda rigi-rigi las yang dihasilkan.
Solid Pada elektroda solid, percikan yang terjadi
sangat banyak karena busur las tidak
Data X Y X.Y X2 Y2 seimbang, hasil lasan keras, bentuk rigi-rigi
1 0% 82,00 0 0 6724 las kurang baik karena sangat bergantung
2 5% 50,00 250 25 2500 dengan besarnya arus yang digunakan saat
3 10 % 30,00 300 100 900 proses pengelasan, proses metalurgi kurang
=3 = = = = = matang karena penggunaan arus yang kurang
15 162 550 125 10124 besar
Dengan adanya penambahan oksigen maka
n  X iYi  X 1   X 1  Y1  panas yang dihasilkan saat proses pengelasan
n X  nY 
R =
 X 1   Y1 
2 2 2 2 menjadi bertambah panas, sehingga
1 1 mempengaruhi kedalaman penetrasi las,
3 x 550 15  (15 x 162) bentuk rigi las juga menjadi semakin lebar atau
=
(3 x125  (15) ) x 3 x10124  (162 )
2 2 besar.

 795 Inti Fluks


=
790

= - 1,00

0% 5% 10%

KAPAL, Vol. 6, No.2, Juni 2009 98


CO2 hendaknya dapat memilih besar kuat
arus yang tepat dan penggunaan elektroda
yang tepat pula, sebab mempunyai
Solid
pengaruh yang besar terhadap kekuatan
sambungan las dan tingkat penembusan
terhadap base metal.
2. Sebaiknya pada proses pengelasan harus di
minimalkan pengaruh angin dari luar /
lingkungan, karena akan menyebabkan
porosity pada hasil las.
0% 5% 10%
3. Bagi peneliti yang tertarik dalam bidang
% las busur CO2, penyusun menyarankan
untuk melakukan penelitian yang lebih
variatif, baik dalam jenis bahan, kawat las,
Gambar IV.1 Perbedaan hasil uji EDSA dari besar Ampere, kampuh, posisi pengelasan
elektroda inti fluks dan solid dan pengujian las yang lain, sehingga
diharapkan dapat menambah pengetahuan
KESIMPULAN dan meningkatkan penelitian dalam bidang
Dari hasil penelitian maka dapat ditarik pengelasan.
kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada perbedaan dari kekuatan tarik, tekan DAFTAR PUSTAKA
serta visual hasil pengelasan las busur CO2 1. Alip, Moha,,ad. 1989. Teori dan
pada pengelasan elektroda inti fluks Praktek Las. Jakarta: Depdikbud.
sebesar 57,80 Kg/mm2 dan elektroda solid 2. ASME section IX. 2001. Qualified
sebesar 57,10 Kg/mm2 dengan Weld. American Society of
penambahan gas O2 pada baja ST42
Mechanical Engineers.
sambungan I ketebalan pelat 10 mm.
3. AWS D1.1M. 2002. Structural
Nilai Korelasi R (%) Welding Code-Steel. American
Elektroda National Standart.
Kuat Tarik Kuat Tekan 4. Batam Institutional Development
Project. 2002. Dasar Las Flux Core.
Solid 1.40 1.00
Indonesia-Australia.
Inti Fluks 0.95 0.90 5. Dave Smith. 1984. Welding Skill and
Technology. Amerika : Mc. Graw
2. Pengelasan dengan elektroda inti fluks Hill.
memberikan keseimbangan busur las 6. Harsono Wiryosumarto. 1985.
terhadap nilai kekuatan tarik dan elektroda Teknologi Pengelasan Logam.
solid memberikan tegangan tekan yang Jakarta: Pradnya Paramita.
baik pada pengelasan las busur CO2. 7. JIS Z 2201. 1980. Test Pieces for
3. Hasil pengujian EDSA menunjukkan Tensile Test for Metallic Materials.
bahwa gas O2 memberikan penembusan Jepang.
yang dalam pada material, karena 8. , 1985. Las Busur
penambahan oksidator juga mempengaruhi CO2. Jepang : OVTA.
penambahan panas pada base metal.
Elektroda inti fluks mampu
menyeimbangkan busur las dari panas
yang berlebihan.

SARAN
Dari hasil penelitian, dapat dikemukakan
saran sebagai berikut :
1. Pada pelaksanaan pengerjaan konstruksi
yang menggunakan sambungan las busur

KAPAL, Vol. 6, No.2, Juni 2009 99

Вам также может понравиться