Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Rizky Arimawati
Drs. H. Prasetiono, MSi
ABSTRACT
This study is performed to examine the effect of Cash Position, ROE, DER,
Company’s Growth and Collateralizable assets toward Dividend Payout Ratio
(DPR) in non financial company that is listed in BEI. The objective of this study
is to analyze the effect of the company financial ratios performance (Cash
Position, ROE, DER, Company’s Growth and Collateralizable assets) toward
DPR in non financial Company that is listed in BEI over period 2007-2009.
Purposive sampling is used on this research with criterion (1) the
company that represents their financial report per December 2007-2009; (2) the
company that continually share their dividend over period 2007-2009. The data is
obtained based on Indonesian Capital Market Directory (ICMD 2010)
publication. Sample of this research amount of 14 companies from 381 companies
those are listed in BEI. Multiple regression and hypothesis test using t-statistic is
used to examine partial regression coefficient and f-statistic to examine the mean
of mutual effect with level of significance 5%. In addition, classical assumption
test also performed including normality test, multicolinearity test,
heteroscedasticity test and autocorrelation test.
This research results that Collateralizable assets gives significantly
positive effect on dividend payout ratio (DPR). It also funds that the other
variables which is Cash Position, ROE, DER, Company’s Growth are not
significant to DPR. We suggest for investors in Indonesian Stock Exchange whose
purpose to gain dividend should be pay attention for informations that issued by
the company, because with those information they can make the best decision for
their investments. On this research, collaterelalizable assets shows the most
influencing variable toward DPR that pointed by the amount of beta standardized
coefficients value 0591, DER are 0.288, ROE are 0.131, Cash position are 0.114,
and company’s growth are -0.003.
1
2
1. PENDAHULUAN
Ini karena para calon investor menilai bahwa perusahaan dalam kondisi yang
sehat dan memiliki prospek yang baik di masa mendatang.
Dipilihnya perusahaan non keuangan yang go public sebagai objek
penelitian ini karena perusahaan-perusahaan tersebut bersifat terbuka dalam hal
pelaporan kinerja perusahaan karena selalu menyajikan laporan keuangan yang
dipublikasikan. Dengan informasi tersebut, maka investor dapat memantau
perkembangan kinerja perusahaan.
Rata-rata pembayaran dividen dari 14 perusahaan non keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009 selalu berada dalam persentase
diatas 30%. Rata-rata pembayaran dividen pada tahun 2007 adalah sebesar
51,65%. Pada tahun 2008, pembayaran dividen tersebut mengalami penurunan
menjadi sebesar 49,02%, tahun 2009 menurun menjadi 37,22%. Berdasarkan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa pembayaran dividen dari perusahaan non
keuangan tersebut adalah tinggi.
Kebijakan dividen menjadi masalah menarik karena akan memenuhi
harapan investor, di sisi lain kebijakan tersebut jangan sampai menghambat
pertumbuhan apalagi mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Kebijakan
dividen adalah sebuah keputusan finansial yang sulit bagi pihak manajemen.
Dengan demikian perlu bagi pihak manajemen mempertimbangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi kebijakan dividen yang ditetapkan oleh perusahaan. Faktor-
faktor yang diduga mempengaruhi kebijakan dividen tunai perusahaan dalam
penelitian ini adalah Cash Position, Return On Equity, Debt To Equity Ratio,
Company’s Growth, Collateralizable Assets.
Banyak penelitian yang sudah dilakukan terkait dengan dividen. Dari
penelitian-penelitian tersebut terdapat beberapa research gap, diantaranya adalah :
1. Cash Position mempunyai pengaruh positif signifikan oleh Marlina dan
Clara (2009) dan Efendi (2007), namun Sudarsi (2002) menunjukkan
hasil yang tidak signifikan terhadap DPR.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Suharli (2006) menemukan bahwa
Return On Equity (ROE) mempunyai arah hubungan yang positif
terhadap DPR. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sunarto &
4
2. TELAAH PUSTAKA
2.1 Pengertian Dividen dan Dividend Payout Ratio
Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak
dikurangi dengan laba ditahan (retained earnings) sebagai cadangan perusahaan.
Dengan kata lain, dividen dapat juga diartikan pembayaran kepada para pemegang
saham oleh pihak perusahaan atas keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan
dividen menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang
saham, dan laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau laba yang ditahan untuk
diinvestasikan kembali (Husnan 1998: 381).
5
gains lebih rendah dari pada pajak terhadap dividen, maka investor
akan lebih memilih capital gains.
Penelitian ini bermaksud untuk menguji teori yang pertama, yaitu dividend
relevance theory, karena sesuai dengan kondisi yang ada di Negara Indonesia,
investor akan menyukai dividen yang tinggi dibandingkan dengan capital gain
yang masih belum jelas. Menurut teori ini, dividen akan berpengaruh terhadap
nilai perusahaan. Proksi yang digunakan adalah Cash position (CP), Return On
Equity, Debt to Equity Ratio, Company’s Growth dan Collateralizable Assets.
Kelima proksi tersebut akan mencerminkan nilai perusahaan.
harga saham. Apabila harga saham naik, maka banyak investor yang tertarik
untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut (investornya meningkat),
dengan meningkatnya investor maka kemungkinan memperoleh laba perusahaan
juga akan meningkat. Semakin besar laba maka perusahaan cenderung akan
membayarkan dividen yang tinggi kepada pemegang saham.
Penelitian ini menggunakan proksi ROE sebagai ukuran profitabilitas
perusahaan. Return On Equity merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas
pemilik perusahaan (Suharli, 2006). Ekuitas pemilik adalah jumlah modal sendiri,
sehingga perhitungan ROE sebuah perusahaan dapat diperoleh melalui
perbandingan antara laba bersih (EAT) dengan total equity (modal sendiri).
Return On Equity (rentabilitas modal sendiri) atau disebut juga rentabilitas usaha
menunjukkan kemampuan perusahaan atau emiten dalam menghasilkan laba
dengan memanfaatkan modal sendiri yang dimilikinya. Laba yang dimaksud
disini adalah laba yang tersedia untuk para pemegang saham (earning for
stockholders equity) atau laba setelah pajak (EAT). ROE adalah ukuran yang
secara eksplisit mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan bagi investor. Perusahaan hanya akan meningkatkan dividen apabila
earnings meningkat. Jadi return on equity berpengaruh positif terhadap dividend
payout ratio.
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat dirumuskan hipotesis kedua
sebagai berikut :
H2 : Terdapat pengaruh positif ROE terhadap Dividend Payout Ratio.
suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya (Ang,
1997).
Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya
laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividend yang akan
diterima, karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian
dividend.
Teori relevan dividen menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh
terhadap nilai perusahaan yang berarti kebijakan dividen akan mempengaruhi
harga saham. Apabila harga saham naik, maka investor akan bertambah maka
kemungkinan memperoleh laba akan bertambah. Peningkatan laba tersebut juga
akan menyebabkan pertumbuhan perusahaan meningkat. Apabila pertumbuhan
perusahaan meningkat, maka akan dibutuhkan banyak dana untuk membiayai
pertumbuhan tersebut. perusahaan bisa memperoleh atau mencari dana dari pihak
internal dan eksternal. Dana internal diperoleh dari penerbitan saham, sedangkan
dana eksternal bisa diperoleh perusahaan dari pinjaman atau hutang, misalnya
dengan menerbitkan obligasi dan hutang bank.
Perusahaan yang memiliki rasio leverage lebih besar seharusnya
membagikan dividen lebih kecil karena laba yang diperoleh digunakan untuk
melunasi kewajibannya terlebih dahulu. Dengan demikian investor dapat
mempelajari kewajiban perusahaan untuk memperkirakan pendapatan dari
investasi berupa dividen, di masa yang akan datang ( Suharli, 2006).
Jika beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk
membagi dividend akan semakin rendah, sehingga DER mempunyai pengaruh
negatif dengan dividend payout ratio. Hasil penelitian Jensen et.al (1992), Hanafi
(2004), Poerwadi (2003) menunjukkan bahwa struktur permodalan yang
diproksikan dengan Debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap Dividen
Payout Ratio. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis
ketiga yaitu:
H3 : Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap Dividend
Payout Ratio.
10
memiliki aktiva tetap dijaminkan yang lebih banyak akan mengurangi masalah
keagenan antara pemegang saham dan pemegang obligasi dengan tingkat
pembayaran dividen yang lebih tinggi (Handoko, 2002).
Teori relevan dividen menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh
terhadap nilai perusahaan yang berarti kebijakan dividen akan mempengaruhi
harga saham. Apabila harga saham naik, maka investor akan bertambah dan aset
perusahaan akan bertambah. Peningkatan aset dapat dapat berupa aktiva tetap
yang bisa dijaminkan (Collateralizable Assets).
Mollah, et al. (2000) dalam Sugeng (2009) berargumen bahwa perusahaan
dengan collateralizable assets yang tinggi memiliki agency problem yang kecil
antara manajemen dengan pihak kreditor, karena dengan collateralizable assets
yang tinggi mereka lebih terjamin dan tidak perlu pembatasan yang lebih ketat
terhadap kebijakan dividen perusahaan sehingga perusahaan bisa membayarkan
dividen lebih besar.
Sebaliknya semakin rendah collateralizable assets yang dimiliki
perusahaaan akan meningkatkan konflik kepentingan antara pemegang saham
dengan kreditor, sehingga kreditor akan menghalangi perusahaan untuk
membayar dividen dalam jumlah besar kepada pemegang saham karena takut
piutang mereka tidak dibayar (Sartono, 2001)
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis kelima,
yaitu :
H5 : Collateralizable Assets berpengaruh positif terhadap Dividend
Payout Ratio.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Pemilihan Populasi, Sampel, dan Pengumpulan Data
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
non keuangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007
sampai dengan 2009 yang mempublikasikan laporan keuangannya dalam
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2007-2009. Pemilihan
12
Metode analisis yang digunakan adalah model regresi linier berganda yang
persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:
15
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
CP 42 .03 15.82 2.5000 3.40352
ROE 42 .03 3.23 .2651 .48537
DER 42 .14 8.44 1.2519 1.37066
SG 42 -.47 1.00 .1952 .29867
COLLAS 42 .04 .58 .2607 .12966
DPR 42 .01 2.39 .4575 .41913
Valid N 42
(listwise)
Pada Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak 42 sampel data. Tabel 4.1 di atas juga menunjukkan
bahwa rata-rata masing-masing variabel berada pada angka positif.
Dari tabel 4.1 di atas terlihat bahwa rata-rata dari nilai variabel DPR
adalah 0,4575 dengan tingkat rata-rata penyimpangan sebesar 0,41913. Nilai DPR
tertinggi adalah 2,39 sedangkan nilai terendah adalah 0.01. Hal ini menunjukkan
bahwa data pada variabel DPR memiliki sebaran yang tidak besar, karena standar
deviasi lebih kecil dari nilai mean-nya.
Dari tabel 4.1 di atas terlihat bahwa rata-rata dari nilai variabel Cash
Position (CP) adalah 2,5 dengan tingkat rata-rata penyimpangan sebesar 3,40352.
Nilai Cash Position (CP) tertinggi adalah 15,82 sedangkan nilai terendah adalah
0.03. Hal ini menunjukkan bahwa data pada variabel Cash Position (CP)
memiliki sebaran yang besar, karena standar deviasi lebih besar dari nilai mean-
nya.
Dari tabel 4.1 di atas terlihat bahwa rata-rata dari nilai variabel ROE
adalah 0.2651 dengan tingkat rata-rata penyimpangan sebesar 0.48537. Nilai ROE
tertinggi adalah 3,23 sedangkan nilai terendah adalah 0.03. Hal ini menunjukkan
bahwa data pada variabel ROE memiliki sebaran yang besar, karena standar
deviasi lebih besar dari nilai mean-nya.
Dari tabel 4.1 di atas terlihat bahwa rata-rata dari nilai variabel Debt to
Equity Ratio (DER) adalah 1.2519 dengan tingkat rata-rata penyimpangan sebesar
1.37066. Nilai Debt to Equity Ratio (DER) tertinggi adalah 8.44 sedangkan nilai
terendah adalah 0,14. Hal ini menunjukkan bahwa data pada variabel Debt to
Equity Ratio (DER) memiliki sebaran yang besar, karena standar deviasi lebih
besar dari nilai mean-nya.
Dari tabel 4.1 di atas terlihat bahwa rata-rata dari nilai variabel Sales
Growth (SG) adalah 0.1952 dengan tingkat rata-rata penyimpangan sebesar
0.29867. Nilai Sales Growth (SG) tertinggi adalah 1,00 sedangkan nilai terendah
adalah -0.47. Hal ini menunjukkan bahwa data pada variabel Sales Growth (SG)
memiliki sebaran besar, karena standar deviasi lebih besar dari nilai mean-nya.
17
Dari tabel 4.1 di atas terlihat bahwa rata-rata dari nilai variabel
Collateralizable Assets (COLLAS) adalah 0.2607 dengan tingkat rata-rata
penyimpangan sebesar 0,12966. Nilai Collateralizable Assets (COLLAS)
tertinggi adalah 0,58 sedangkan nilai terendah adalah 0.04. Hal ini menunjukkan
bahwa data pada variabel Collateralizable Assets (COLLAS) tidak memiliki
sebaran yang besar, karena standar deviasi lebih kecil dari nilai mean-nya.
Collinearity
Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
CP .734 1.362
ROE .228 4.379
DER .241 4.146
SG .904 1.106
COLLAS .713 1.403
Sumber : Output SPSS 17
18
Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa tidak ada variabel bebas yang
memiliki nilai TOL (tolerance) kurang dari 0,1 dan juga nilai VIF yang lebih dari
10, sehingga dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi yang digunakan
dalam penelitian ini bebas dari gejala multikolinearitas.
Tabel 4.3
Hasil Uji Autokorelasi
Durbin-
Model Watson
1 1.645
Sumber : Output SPSS 17
Dalam tabel diatas didapatkan nilai DW sebesar 1,645. Nilai ini akan kita
bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5%, jumlah
sampel 38 (n) dan jumlah variabel independen 5 (k=5), maka di tabel Durbin-
Watson akan didapatkan nilai dL sebesar 1.204, dan dU sebesar 1.7916. Oleh
karena nilai dL < dw < du, maka belum bisa dibuktikan apakah terjadi autokorelasi
ataukah tidak, sehingga diperlukan uji statistik yang lain untuk membuktikan
terjadi atau tidaknya autokorelasi.
Cara lain untuk membuktikan ada atau tidaknya autokorelasi adalah
dengan menggunakan Run Test. Run Test digunakan untuk melihat apakah data
residual terjadi secara random atau tidak (Ghozali,2006 p.107). Dimana H0 :
residual (res_1) random dan HA : residual (res_1) tidak random
19
Tabel 4.4
Hasil Uji Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea .03040
Cases < Test Value 19
Cases >= Test 19
Value
Total Cases 38
Number of Runs 15
Z -1.480
Asymp. Sig. (2- .139
tailed)
a. Median
Sumber : Output SPSS 17
Tabel 4.5
Hasil Uji Glejser
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .071 .039 1.799 .081
CP .000 .004 -.007 -.035 .972
ROE -.002 .051 -.012 -.035 .973
DER -.009 .018 -.167 -.508 .615
SG .018 .041 .074 .437 .665
COLLAS .214 .110 .373 1.950 .060
Sumber : Output SPSS 17
Dari tabel 4.5 diatas dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model karena tingkat signifikansi variabel independen
semuanya berada diatas 0,05. Hal ini dapat dilihat pada kolom Sig. yang semua
nilainya berada diatas 0,05.
Selain itu untuk menentukan ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
menggunakan grafik scatterplot, Hasil uji heteroskedastisitas dengan
menggunakan grafik scatterplot di tunjukan pada Gambar 4.1 di bawah ini:
Gambar 4.1
Grafik Scatterplot
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4.2
Normal Probability Plot
Dari gambar 4.2 diatas dapat dilihat bahwa plot data (digambarkan oleh
titik-titik) adalah mengikuti garis diagonalnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa
distribusi data variabel residual adalah normal.
Uji normalitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov
– Smirnov untuk mengetahui apakah distribusi data dari variabel residual tersebut
normal secara statistik. Tabel berikut ini menyajikan hasil uji Kolmogorov –
Smirnov.
22
Tabel 4.6
Hasil Uji Kolmogorov - Smirnov
Unstandardized
Residual
N 38
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .14172061
Most Extreme Absolute .127
Differences Positive .075
Negative -.127
Kolmogorov-Smirnov Z .784
Asymp. Sig. (2-tailed) .571
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Output SPSS 17
Dari tabel 4.6 diatas dapat dikatakan bahwa secara statistik, variabel
pengganggu atau residual memiliki data yang terdistribusi secara normal karena
tingkat signifikansinya berada diatas 0,05. Hal ini dapat diliht pada baris Asymp.
Sig. (2-tailed) yang menunjukkan nilai 0,571.
Tabel 4.7
Hasil Analisis Regresi Berganda dengan Adjusted R Square
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
1 .717a .515 .439 .15239 1.645
a. Predictors: (Constant), COLLAS, DER, SG, CP, ROE
b. Dependent Variable: DPR
Sumber : Output SPSS 17
Tabel 4.8
Hasil Analisis Regresi Berganda dengan Uji-F
ANOVAb
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .788 5 .158 6.787 .000a
Residual .743 32 .023
Total 1.531 37
a. Predictors: (Constant), COLLAS, DER, SG, CP, ROE
b. Dependent Variable: DPR
Sumber : Output SPSS 17
Kriteria pengujian uji-F pada tabel 4.8 diatas adalah variabel independen
berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen apabila nilai
signifikansinya kurang dari 0,05. Dari hasil analisis diatas terlihat bahwa nilai F-
hitung adalah sebesar 6,787 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 atau lebih
kecil dari 0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa secara simultan,
variabel Cash Position, ROE, DER, Company’s Growth dan Collateralizable
Assets berpengaruh signifikan terhadap variabel DPR.
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .034 .080 .425 .674
CP .007 .008 .114 .796 .432
ROE .053 .104 .131 .509 .615
DER .041 .036 .288 1.149 .259
SG -.002 .084 -.003 -.026 .980
COLLAS .908 .224 .591 4.052 .000
Sumber : Output SPSS 17
25
Dari hasil analisis regresi tabel 4.9 di atas, tampak bahwa hanya variabel
Collateralizable Assets (COLLAS) yang berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen yaitu DPR, dengan tingkat signifikasi 0,000. Sedangkan variabel Cash
Position (CP), ROE, DER, Sales Growth (SG) memiliki pengaruh tidak signifikan
terhadap variabel DPR, hal ini dikarenakan nilai signifikansinya lebih besar
daripada tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5%.
Persamaan regresi linear berganda antara Cash Position, Return On
Equity, Debt to Equity Ratio, Sales Growth, Collateralizable Assets dengan
Dividend Payout Ratio adalah:
DPR = 0,034 + 0,007 CP + 0,053 ROE + 0.041 DER - 0.002 SG + 0,908
COLLAS
Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Konstanta sebesar 0,034 dapat diartikan bahwa ketika nilai Cash
Position, Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Company’s Growth,
Collateralizable Assets dan Jenis Perusahaan = 0, maka nilai absolute
discretionary accruals sebagai proksi dari dividend payout ratio
adalah sebesar 0,034.
2. Variabel Cash Position (CP) menunjukkan pengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan
non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-
2009 dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,007. Tanda positif pada
koefisien regresi ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan yang
terjadi pada variabel Cash Position (CP) akan mengakibatkan
peningkatan pada variabel dividend payout ratio.
3. Variabel ROE menunjukkan pengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan Non
Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009
dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,053. Tanda positif pada
koefisien regresi ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan yang
26
Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa Cash Position (CP)
berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio perusahaan non keuangan
tidak dapat diterima karena nilai signifikannya lebih besar dari 0.05.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sudarsi (2002) dan Winatha (2003). Namun, hasil penelitian ini juga
menunjukkan hasil yang inkonsistensi dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Marlina dan Clara (2009), Efendi (2007), Prihantoro (2003) yang
menyatakan bahwa Cash Position (CP) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap dividen payout ratio.
Hasil ini menunjukan bahwa Cash Position (CP) bukan merupakan faktor
yang menjadi pertimbangan dalam menentukan kebijakan deviden pada
perusahaan non keuangan yang mengeluarkan deviden dan terdaftar di BEI tahun
2007-2009. Akan tetapi, koefisien positif pada hasil penelitian ini sudah sesuai
dengan teori yang ada bahwa makin kuatnya posisi kas atau likuiditas perusahaan
berarti makin besar kemampuannya membayar dividen (Riyanto, 2001: 202).
Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa ternyata semakin
besar ROE yang diperoleh oleh perusahaan belum tentu mencerminkan bahwa
dividen yang akan dibagikan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh beberapa
alasan, diantaranya karena sebagian besar laba yang diperoleh oleh perusahaan
tersebut ditahan oleh perusahaan ataupun diinvestasikan dalam bentuk lainnya.
Akan tetapi, koefisien positif pada variabel ROE ini sudah sesuai dengan
teori yang ada bahwa besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan akan
mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibagikan karena dividen
diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan. Semakin besar tingkat
laba atau profitabilitas yang diperoleh perusahaan akan mengakibatkan semakin
besarnya dividen yang akan dibagikan dan sebaliknya (Hanafi, 2004).
Akan tetapi, koefisien positif pada variabel DER sesuai dengan adanya
signal theory yang berpendapat bahwa deviden sebagai signal oleh perusahaan
yang merupakan indikasi prospek perusahaan di masa yang akan datang. Ada
kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan deviden,
dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan deviden. Jika
perusahaan merasa bahwa prospek di masa mendatang baik, pendapatan, aliran
kas diharapkan meningkat atau diperoleh pada tingkat dimana deviden yang
meningkat tersebut dibayarkan, maka perusahaan akan meningkatkan deviden.
Pasar akan merespon positif pengumuman kenaikan deviden tersebut. Walaupun
besarnya debt to equity ratio tinggi perusahaan bisa jadi tetap membayarkan
deviden yang tinggi kepada pemegang saham agar perusahaan dianggap masih
mempunyai prospek yang bagus, sehingga pemegang saham tetap menanamkan
investasinya.
2007-2009. Akan tetapi, koefisien negatif pada hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pertumbuhan perusahaan berhubungan secara terbalik terhadap kebijakan
dividen. Tanda negatif ini sesuai dengan teori yang ada bahwa pertumbuhan yang
meningkat akan berdampak pada penurunan dividen karena untuk membiayai
pertumbuhan tersebut diperlukan dana yang besar (Sartono, 2001).
tidak dibayar.(Sartono, 2001). Teori ini sesuai dengan penelitian yang dihasilkan
oleh Wahyudi (2008) dan Sunarto dan Kartika (2003).
5.3 Saran
5.3.1 Implikasi Kebijakan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan bagi seluruh
pihak yang berkepentingan dengan rasio pembayaran dividen. Hasil penelitian ini
merumuskan bahwa collateralizable assets (aset yang bisa dijaminkan)
34
5.3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan peneliti untuk penelitian selanjutnya
adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengujian statistik yang dilakukan dalam penelitian ini,
kemampuan prediksi dari kelima variabel bebas yaitu Cash Position,
Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Company’s Growth,
Collateralizable Assets terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)
sebesar 43,9 % sedangkan sisanya 56,1% dipengaruhi oleh faktor lain
diluar model (variabel lain diluar model regresi) maka penelitian
mendatang disarankan untuk menggunakan variabel-variabel lain
seperti struktur kepemilikan, personal tax, risiko pasar.
2. Tahun observasi sebaiknya diperpanjang karena periode yang lebih
panjang untuk mengetahui konsistensi dari pengaruh variabel-variabel
independen tersebut terhadap DPR.
3. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan
jembatan untuk melakukan penelitian lanjutan khususnya di bidang
kajian yang sama.
35
DAFTAR PUSTAKA
Mollah, A.S., dkk. 2000. "The Influence of Agency Cost on Dividend Policy in an
Emerging Market: Evidence fiom Dhaka Stock Exchange". Makalah
disajikan pada the Sirlh ENBS Workshop. Oslo 14-16 Mei 2000.
Poerwadi, Anton. 2003. ”Analisis Variabel-variabel yang Mempengaruhi
Kebijakan Pembayaran Dividen”. Jurnal Penelitian Akuntansi-Bisnis
Manajemen, Vol.10 No.2 Okt 2003 hal 109-131.
Prihantoro. 2003. “Estimasi Pengaruh Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan
Publik di Indonesia”. Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. 8. No. 1.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
BPFE
Rosdini, Dini. 2009. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Dividend Payout Ratio.
www.google.com
Sartono, Agus R Drs M.B.A., 2001. Manajemen Keuangan (Teori dan
Aplikasi). Edisi 4, Yogyakarta: BPFE UGM
Santoso, Singgih. 2004. Latihan SPSS Statistik Parametrik. PT Elex Media
Komputindo: Jakarta
Suhartono, 2004.” Pengujian terhadap keterkaitan antara kebijakan dividen dan
kebijakan hutang secara simultan pada perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di BEJ”. Ventura, Vol 7 No 1.
Sudarsi, Sri. 2002. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout
Ratio pada Industri Perbankan yang Listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”.
Jurnal bisnis dan Ekonomi, Vol. 9 No.1 Maret. Hal 76-88
Suharli, Michell. 2006. “Studi empiris mengenai pengaruh profitabilitas, leverage
dan harga saham terhadap jumlah dividen tunai”. Jurnal MAKSI.Vol.6 No.
2 Agustus 2006, pp.243-256.
Sunarto dan Andi Kartika. 2003. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Dividen Kas di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol.
Maret, 2003. Hal. 67-82
38