Вы находитесь на странице: 1из 8

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.

3 Tahun 2014: 209-216 ISSN 0216-468X

Pengaruh Temperatur pada Proses Hot Isostatic Pressing


terhadap Porositas, Keausan dan Mikrostruktur Sludge Powder
Duralumin

Ahmad Multazam, Wahyono Suprapto, Pratikto


Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. Mayjen Haryono No. 167, Malang, 65145, Indonesia
E-mail: azam.ub@gmail.com

Abstract
Sludge is the starting raw material in the process of forming wheels with
forging method. Performance wheels strongly influenced by the quality of sludge.
Sludge should have physical properties that light , soft and easy strengthened. One
material that can be used as materials for sludge are: duralumin material.
Duralumin is another name for aluminum & copper alloy (Al / Cu) with a Cu content
of about 4 %. Making sludge powder duralumin with powder metallurgical methods
can improve the quality of sludge.Making the specimen begins to weigh 100 g of
powder duralumin and enter into a mold that has been in the preheating (100 ° C).
Wait about 10-15 minutes until the mold temperature reached (450 ° C), (475 ° C) ,
(500 ° C) , and (525 ° C). Perform (hot iso- static pressing) HIPing by using a
hydraulic press machine at 50 MPa and kept constant for 30 minutes. After the
specimens were removed from the mold. The results showed the higher
temperature tends to result in a percentage sitering porosity and wear rate
decreases. This is evidenced by the percentage of porosity at a temperature of 450
° C , 475 ° C , 500 ° C , and 525 ° C is 1.193 ° C , 1:03 ° C , 0757 ° C and 0733 °
C. While the wear rate at the sintering temperature of 450 ° C , 475 ° C , 500 ° C ,
and 525 ° C is 0.00095 g / s , 0.00080 g / s , 0.00059 g / s , 0.00050 g / s. Then
from the microstructural observations with 500x magnification SEM image shown
that with increasing temperature HIPing likely to result looks smooth surface of the
test specimen
Keywords: Powder Metallurgy, Temperature HIPing, Duralumin, Sludge, Porosity,
Wear, Microstructure.

PENDAHULUAN Sludge merupakan bahan baku awal dalam


Belakangan ini teknologi manufaktur proses pembentukan velg dengan metode
berkembang pesat, khususnya dalam industri forging. Performance velg sangat dipengaruhi
otomotif (Transportasi) membutuhkan oleh Kualitas sludge harus memiliki sifat fisik
komponen/spart part yang kuat dan ringan, yang ringan, lunak dan mudah dikuatkan.
tidak mudah aus dan tahan terhadap korosi. Salah satu material yang bisa dijadikan
Seperti: velg mobil, piston, blok mesin, sebagai bahan pembuatan sludge yaitu:
cylinder head, valve, gear dan lain material duralumin [2].
sebagainya. Material yang mendominasi Duralumin nama lain dari paduan
untuk pembuatan komponen otomotif seperti ; aluminium-tembaga (3.5-5.5% Cu) ditemukan
Besi cor kelabu, advance hight strength steel, sekitar tahun 1901-1906 oleh Dr. Alfred Wilm,
aluminium (paduannya) dan lain-lain [1]. biasanya pada duralumin ditambahkan kurang
Velg merupakan salah satu komponen dari 1% Mg and Mn. Material duralumin
utama dari kendaraan yang mempunyai peran mempunyai beberapa kelebihan diantaranya;
penting untuk kenyamanan dan keselamatan perbandingan kekuatan terhadap berat jenis
pengendara. Berdasarkan teknologi yang tinggi (dalam kondisi O: 288 MPa dan T4: 713
digunakan untuk pembuatan velg salah satu MPa), ketahanan korosi dan konduktifitas
diantanya dengan proses forging dimana elektriknya baik, sifat ketangguhan patah dan
bahan baku utamanya dinamakan sludge [2].

209
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.3 Tahun 2014: 209-216 ISSN 0216-468X

ketahanan lelahnya sangat tinggi, dan dapat Variabel bebas yang digunakkan adalah
diberi perlakuan panas [3]. temperatur sintering 450°C, 470°C, 490°C,
Pada proses pembentukan paduan 510°C,dan 530°C. Variabel terikat diperoleh
dengan metode metalurgi serbuk ada distribusi kekerasan dan porositas. Variabel
beberapa faktor termodinamika yang perlu yang dijaga tetap yaitu berat serbuk duralumin
diperhatikan agar diperoleh hasil yang optimal 40 gram, beban penekanan 400 bar dan di
diantaranya temperatur dan tekanan, lakukan proses compacting dan sintering
keduanya.mengakibatkan terikatnya serbuk selama 30 menit. Hasil dari penelitian adalah
sebagai akibat adanya interlocking dan difusi semakin tinggi temperatur maka nilai distribusi
antar permukaan. Setelah dilakukan proses kekerasannya semakin tinggi dan nilai
sintering disertai proses kompaksi terhadap porositasnya semakin menurun [7].
sampel maka ikatan antar serbuk akan Pengaruh variasi suhu sintering pada
semakin kuat. Meningkatnya ikatan setelah komposit Al-Mg-Si terhadap kekuatan dengan
proses sintering ini disebabkan timbulnya teknik metalurgi serbuk. Dari hasil penelitian
liquid bridge (necking) sehingga porositas tersebut dapat disimpulkan bahwa
berkurang dan bahan menjadi lebih meningkatnya suhu sinter dapat
kompak/padat [4]. menyebabkan kekerasan menurun, dengan
Pengaruh suhu pada proses sintering nilai kekerasan tertinggi 64,20 kgf/mm2 yang
campuran nikel pada molybdenum.Dengan diperoleh pada suhu sinter 400°C. Munculnya
bertambahnya suhu sintering kekuatan dan fase Al2O3 dan MgO pada hasil XRD dapat
kekerasan molybdenum meningkat. Efek ini disebabkan oleh terjadinya oksidasi dan
lebih terlihat dengan semakin banyaknya impuritas selama sintering.Keberadaan oksida
kandungan nikel pada paduan. Peningkatan logam dan pengotor pada komposit Al- Mg-Si
suhu sintering mengakibatkan ukuran pori berakibat pada kualitas mekanik yang
semakin halus dan difusi nikel semakin menurun [8].
sempurna [5].
Membran PTFE (teflon) dapat dibuat Metalurgi Serbuk (Powder Metallurgy)
dengan sintering, hasil dari penelitian ini Powder Metallurgy merupakan suatu
menunjukkan bahwa sifat mekanik dan proses pembentukan produk berbahan dasar
morfologi dari membrane sangat tergantung serbuk logam dengan cara penekanan
pada suhu sintering yang digunakan. Pada disertai pemanasan.
temperatur sintering yang lebih tinggi
membran yang dihasilkan menunjukkan
konfigurasi ukuran pori yang lebih baik.
Peningkatan kekuatan tarik terlihat pada
membran pada suhu sintering 385 °C [6].
Berdasarkan ulasan di atas perlu
dilakukan penelitian secara eksperimen untuk Gambar 1. Langkah Dasar Powder
mengetahui sejauh mana pengaruh suhu Hot Metallurgy[5].
Iso Static Pressing terhadap porositas,
keausan, dan makrostruktur pada sludge Proses pembentukan logam
serbuk duralumin. Dari hasil penelitian menggunakan metalurgi serbuk diawali
nantinya akan diketahui suhu sinter optimal dengan mencampurkan unsur-unsur serbuk
sehingga menghasilkan sifat mekanik logam yang dipadukan, kemudian dilakukan
maksimum dari hasil pengujian porositas, uji pemadatan dengan menggunakan dies[5].
keausan dan dari pengamatan Metalurgi serbuk memiliki banyak keuntungan
makrostrukturnya. antara lain:
 Dapat menghasilkan produk dengan
TINJAUAN PUSTAKA porositas yang terkendali
Penelitian Sebelumnya  Dapat menghasilkan bagian yang
Pengaruh Temperatur Sintering kecil dengan toleransi yang tinggi dan
Terhadap Distribusi Kekerasan Dan Porositas permukaan yang halus.
Powder Metallurgy Pada Bushing duralumin’

210
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.3 Tahun 2014: 209-216 ISSN 0216-468X

 Sangat ekonomis karena tidak ada 3. Rolling, yaitu penekanan pada serbuk
bahan yang terbuang metal dengan memakai rolling mill.
4. Hot Iso Statis Pressing yaitu penekanan
Pembuatan Serbuk pada serbuk didalam cetakan pada
Ada beberapa cara dalam pembuatan temperature panas yang memiliki tekanan
serbuk antara lain: Decomposition, yang sama dari setiap arah.
ElectrolyticDeposition, Atomization of Liquid
Metals, Mechanical Processing of Solid Sintering
Materials. Sinter adalah suatu prosespengikatan
partikel melalui prosespemanasan dibawah
titik lebur, yangdilakukan selama proses
penekanan atausesudah penekanan.
Temperatur sinterumumnya berada pada 0.7
– 0.9 daritemperatur cair serbuk utama atau
Ts = 0.7- 0.9 Tm. Proses sinter
menyebabkanbersatunya partikel sedemikian
rupasehingga kepadatan bertambah.
Selamaproses ini terbentuklah batas-batas
Gambar 2. Proses Atomisasi [5]. butir,yang merupakan tahap rekristalisasi.
Disamping itu gas yang ada menguap.Waktu
(a) Water or gas atomization, pemanasan berbeda untuk jenis logam
(b) Centrifugal atomization, berlainan dan tidak diperoleh manfaat
(c) Rotating electrode tambahan dengan diperpanjangnya waktu
pemanasan [5].
Mixing (Pencampuran serbuk) Terdapat beberapa tahapan yang terjadi
Kualitas produk sangat dipengaruhi pada proses sinteringyaitu :
kehomogenan komponen penyusun bahan
melalui proses pencampuran atau yang juga
biasa disebut sebagai proses kalsinasi.Dua
serbuk yang berbeda unsur dicampur untuk
menghasilkan paduan, pencampuran serbuk
tersebut harus homogen untuk menghasilkan
pencampuran yang sebaik-baiknya.
Komposisi paduan tersebut dicampur dengan
perbandingan jumlah yang sama agar
didapatkan pencampuran yang terbaik [5].

Compacting (Powder consolidation) Gambar 3.Tahapan Sintering [6].


Compacting adalah salah satu cara
untuk memadatkan serbuk menjadi bentuk Material Duralumin
yang diinginkan.Penekanan terhadapserbuk Duralumin merupakan paduan
dilakukan agar serbuk dapat menempel satu alumunium dan tembaga dengan kadar
dengan lainnya sebelumditingkatkan tembaga sekitar 4 %. Duralumin memiliki sifat
ikatannya dengan proses sintering[5]. Proses ringan, keuletan tingi, dan juga sifat tahan
pressing terdapat beberapa macam antara korosi. Paduan ini dinamakan duralumin
lain: karena memiliki sifat durability yang tinggi
1. Die Pressing, yaitu penekanan yang yaitu kemampuan suatu material untuk
dilakukan pada cetakan yang berisi menerima beban kejut sehingga mampu
serbuk memperpanjang usia produk akibat fatigue.
2. Cold isotactic pressing, yaitu penekanan Utuk kepentingan penempa, duralumin tidak
pada serbuk pada temperature kamar boleh memiliki presentase tembaga lebih dar
yang memiliki tekanan yang sama dari 5,6 % karena akan membentuk senyawa
setiap arah.

211
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.3 Tahun 2014: 209-216 ISSN 0216-468X

CuAl2 dalam logam yang menjadikan logam Persamaan 1 menjelaskan tentang true
rapuh [7]. density berdasarkan ASTM Standar B 311 –
93, 2002 [9].
Sludge
Sludge merupakan bahan baku awal
dalam proses pembuatan velg melalui proses ( ) ( )

forging. Bentuk dari sludge seperti silinder


yang solid.Material sludgedibuat dari material Dengan:
aluminium paduan dan ada juga dari material pth =True Density
baja, pembuatan sludge dengan material baja %Al,%Cu = Prosentase berat tiap unsur
belakangan ini sudah jarang karena kurang pCu, pAl =Densitas tiap unsur
efisien dan efektif, disamping memiliki berat
yang tinggi juga rentan terhadap karat.Oleh Kemudian diteruskan dengan pengujian
karena itu, velg dengan bahan dasar logam Apparent density setelah spesimen uji
aluminium menjadi velg standar bagi mobil dibentuk dengan Persamaan 2 sebagai
jaman skarang [2]. berikut.
Dengan berkembangnya riset dari
berbagai instansi, Penemuan penemuan
material baru juga semakin banyak.
Pembuatan sludge mengandalkan metal
aluminium alloy yang terdiri dari campuran Dengan :
aluminium (Al) silikon (Si), besi (Fe),tembaga ρs = Densitas sampel atau Apparent
(Cu), mangan (Mn), magnesium (Mg), krom Density (g/cm3)
(Cr), seng (Zn),vanadium(V), titanium (Ti), ρw = Densitas air (g/cm3)
bismut (Bi), galium (Ga), timbal (Pb) hingga Ws = Berat sampel di luar air (g)
zirkonium (Zr). Dari material tersebut Wsb = Berat sampel dan keranjang
komposisi ini dimainkan untuk grade dalam air (g)
kualitasnya, ada seri 1000, 2000, 3000, 4000, Wb = Berat keranjang di dalam air (g)
5000, 6000, 7000 dan 8000. Salah satu
Perhitungan presentase porosity yang
contoh yang diunggulkan untuk velg forged
terjadi dapat diketahui dengan
adalah 6061 yang asalnya dipakai buat tulang
membandingkan apparent desity dengan
pesawat terbang[2].
densitas teoritis [9] yang dinyatakan pada
Persamaan 3.
Hot Isostatic Pressing
Hot Isostatic Pressing (HIPing)
merupakan proses penekanan pada serbuk ( )
didalam cetakan pada temperatur panas yang
memiliki tekanan yang sama dari setiap dengan :
arah.HIPingakan menjadikanserbuk menjadi %P = Presentase porosity (%)
lebih lunak/plastis, sehingga memudahkan ρs = Apparent Density (g/cm3)
untuk dipadatkan [8]. ρth = Densitas berat teoritis atau True
Density (g/cm3)
Porositas
Porositas merupakan perbandingan Keausan
volum rongga–rongga pori terhadap volum Keausan umumnya didefinisikan sebagai
total logam. Pengujian porositas bertujuan kehilangan material secara progresif atau
untuk mengetahui besarnya persentase pemindahan sejumlah material dari suatu
porositasyang terjadi pada sludge permukaan sebagai suatu hasil pergerakan
duralumin.Untuk mencari persentase relatif antara permukaan tersebut dan
porositas yang terdapat pada suatu produk permukaan lainnya. Adapun rumusan untuk
yang pertama dilakukan mencari Theoritical menghitung laju keausan [10] dinyatakan
Density density.Adapun tahapan dari pada Persamaan 4.
pengujian porositas ialah sebagai berikut :

212
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.3 Tahun 2014: 209-216 ISSN 0216-468X

( ) (4) dikeluarkan dari cetakan dan dilakukan


pengujian porositas, uji laju keausan dan
pengamatan mikrostruktur.
dengan :
= Berat spesimen sebelum uji keausan HASIL DAN PEMBAHASAN
= Berat spesimen sesudah uji keausan Data dan Perhitungan Persentase
t = Waktu proses keausan Porositas
W = Laju keausan  Perhitungan True Density
True Density dapat diperoleh dengan
Mikrostruktur dihitung menggunakan rumus (2.1) seperti
Sifat–sifat logam, terutama sifat mekanik data Table 1.
sangat dipengaruhi oleh struktur logam
disamping komposisi kimianya. Misalnya Tabel 1. Hasil perhitungan True Density
suatu logam atau paduan (dengan komposisi serbuk duralumin.
Massa
kimia tertentu) akan mempunyai sifat mekanik Prosentase Jenis
yang berubah – ubah, bila struktur mikronya No Nama Unsur (%) (gr/cm3)
diubah. Ada beberapa macam pengujian 1 Silikon (Si) 0.405
2 Besi (Fe) 0.442
untuk melihat bentuk struktur logam salah 3 Tembaga (Cu) 4.29
satu diantaranya uji SEM [11]. 4 Mangan (Mn) 0.052
5 Chromium (Cr) 0.017
6 Zinc (Zn) 0.108
Scanning Electron Microscope (SEM) 7 Magnesium (Mg) 0.141
(SEM)adalah salah satu jenis mikroskop 8 Titanium (Ti) 0.012
9 Nikel (Ni) 0.002
elektron yang menggambar spesimen dengan 10 Timbal (Pb) 0.001
memindainya menggunakan sinar elektron 11 Timah (Sn) 0.004
12 Alumunium (Al) 93.525
berenergi tinggi dalam scan pola raster. True Density 2.82
Elektron berinteraksi dengan atom-atom
sehingga spesimen menghasilkan sinyal yang  Perhitungan Apparent Density
mengandung informasi tentang topografi Apparent Densitydapat diperoleh dengan
permukaan spesimen, komposisi, dan dihitung menggunakan rumus (2) seperti pada
karakteristik lainnya seperti konduktivitas Tabel 2.
listrik [12]. Dari data hasil perhitungan laju keausan
benda uji pada tabel 4 kemudian di buat
METODE PENELITIAN dalam bentuk grafik seperti yang terlihat
Metode penelitian yang digunakandalam pada Gambar 5.
penelitian ini adalah penelitianeksperimental Gambar 5 merupakan grafik hubungan
nyata (true experimentalresearch) dilakukan suhu sintering terhadap laju keausan sludge
di laboratorium metalurgi αβϒ Landung duralumin.Teridentifikasi bahwa suhu
Sari.Penelitian ini bertujuan untuk sintering berpengaruh terhadap laju
mengetahuipengaruh variasi suhu HIPing keausan.Terdapat hasil laju keausan
terhadap porositas, keusan dan mikrostruktur maximum dan minimum yang diakibatkan dari
pada sludge serbuk duralumin. Prosedur dari variasi suhu yang berbeda.Perbedaan suhu
penelitian ini yaitu : tahap pertama HIPing terhadap benda uji mengakibatkan
menimbang berat serbuk duralumin sebesar kepadatan/kekompakan terhadap material
100 gram/ spesimen, kemudian dimasukkan berbeda-beda. Seperti yang terlihat pada
kedalam cetakan berbentuk silinder. Sebelum gambar 9 diatas tingkat laju keausan tertinggi
dimasukkan elemen pemanas dihidupkan dan yaitu terdapat pada suhu HIPing 450 °C
ditunggu sampai suhu tertentu yaitu : 450 °C, dengan laju keausan 0.00095 g/s. dengan
475 °C, 500 °C, 525 °C. setelah serbuk ditingkatnya suhu HIPing sebesar 475 °C laju
duralumin dimasukkan kedalam cetakan lalu keausan yang didapat juga semakin menurun
punch/penekan dimasukkan danditekan sebesar 0.0008 g/s hal ini disebabkan karena
dengan menggunakan mesin presshidrolik ikatan antar serbuk akan semakin padat dan
sampai tekanan 50 MPa dijagakonstan saling mengikat seiring dengan meningkatkan
selama 30 menit.Setelah itu spesimen suhu HIPing. Sedangkan laju keausan

213
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.3 Tahun 2014: 209-216 ISSN 0216-468X

terendah terdapat pada suhu HIPing optimum Hasil perhitungn persentase porositas
525 °C dengan tingkat laju keausan yaitu kemudian di plot dalam bentuk grafik seperti
0.0005 g/s disebabkan karena adanya yang terlihat pada gambar 4.
hubungan jarak difusi antar atom meningkat Dari gambar 4 secara umum terjadi
dan semakin berdekatan. Serbuk yang penurunan presentase porositas disetiap
berdifusi didalam sludgeakan membentuk kenaikan suhu sintering. Ini terjadi karena
nitride yang keras dan stabil, sehingga semakin tinggi suhu sintering maka jumlah
dengan semakin banyaknya difusi antar atom/ pori dari material uji akan semakin sedikit
ikatan atom yang terjadi akan mengakibatkan yang mengakibatkan presentasenya
peningkatan kepadatan/kekompakan serta menurun, jika dilihat dari hasil pengujian
mengakibatkan laju keausan akan semakin peresentase porositas terdapat nilai hasil
menurun. maximum dan minimunnya.

Tabel 2. Hasil penimbangan spesimen 1.4


1.2

Porositas (%)
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1
450 2475 3500 4
525
Variasi Suhu Sintering (°C)

Gambar 4.Grafik Hubungan Suhu Sintering


Terhadap Porositas.

Dari hasil pengujian porositas sepesimen


Keterangan : pada suhu 450°C presentase porositasnya
Ws = Berat sampel di luar air (g) tinggi yaitu 1.193 %, karena sebagian besar
Wsb = Berat sampel dan keranjang di dalam serbuk duralumin belum mengalami
air (g) perekatan yang signifikan dalam tahap proses
Wb = Berat keranjang di dalam air (g) pelunakan, sehingga kemampuan alir
(flowability) serbuk untuk mengisi ruang
 Perhitungan Porositas kosong antar partikel serbuk masih rendah
Porositas dapat diperoleh dengan sehingga terjadi pori antar partikel meningkat.
mensubtitusikan Tabel 1 dan 2 ke persamaan Pada suhu 475°C terjadi penurunan
(3) porositas yang cukup tinggi yaitu sebesar
1.03 % dari suhu 450 °C. penurunan
Tabel 3.Hasil Perhitungan Porositas porositas ini terjadi karena viskositas butiran
serbuk semakin mengecil, akibatnya
kemampuan alir serbuk untuk mengisi
rongga-rongga antar partikel serbuk semakin
besar, namun kemampuan butiran serbuk
untuk menahan beban dari luar semakin
mengecil, sehingga ketika diberikan tekanan
50 Mpa pada spesimen uji terjadi pengecilan
pori.
Kenaikan suhu sintering dari 500°C -
525°C peresentasenya sudah tidak terlalu
mengalami penurunan porositas yang
berlebihan jika dilihat dari hasil peresentase

214
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.3 Tahun 2014: 209-216 ISSN 0216-468X

porositasnya yaitu : 0.757 % ke 0.733, karena partikel didaerah neck seperti yang terlihat
tidak begitu terjadi pengecilan dimensi pori- pada Gambar 4 diatas.
pori yang mencolok. Pada suhu yang
optimum yaitu 525 °C menyebabkan  Perhitungan Keausan
terjadinya penurunan peresentase porositas Laju keausan dapat diperoleh dengan
terendah disebabkan telah terbentuknya dihitung Menggunakan rumus persamaan (4)
batas butir halus (grain boundary) antar

Tabel 4. Data hasil perhitungan laju keausan benda uji

Rata-rata
Variasi
Pengujian 1 Pengujian 2 Pengujian 3 Pengujian 4 Laju
suhu
0 (g/s) (g/s) (g/s) (g/s) Keausan
( C)
(g/s)
0
450 C 0.001 0.0008 0.001 0.001 0.00095
0
475 C 0.002 0.0004 0.0004 0.0004 0.00080
0
500 C 0.0006 0.0006 0.0011 0.00006 0.00059
0
525 C 0.0005 0.0005 0.0006 0.0006 0.00050
distribusi partikel, akibat suhu sinteringakan
0.001 mengakibatkan porositas cenderung menurun
yang berimbas pada kepadatan yang
Laju Keausan (g/s)

0.0008
diperoleh sampel.
0.0006
0.0004
0.0002
0
1 2 3 4
450 475 500 525
Variasi Suhu Sintering (°C)

Gambar 5.Grafik Hubungan Suhu Sintering


Terhadap Laju Keausan.
(a) (b)
Dari hasil foto SEM (Scanning Electron
Microscopy) dapat disimpulkan bahwa
semakin meningkatnya suhu sintering
cendrung mengakibatkan permukaan
spesimen semakin halus/rata seperti yang
terlihat pada Gambar 6.
Gambar 6 menunjukkan hasil
pengamatan mikrostruktur pada bagian atas
permukaan spesimen.Secara umum terlihat
bahwa semakin tinggi suhu
HIPingmengakibatkan permukaan spesimen (c) (d)
terlihat halus/ homogen. Gambar 6 :Hasil Pengamatan foto SEM pada
Pada dasarnya kehomogenan distribusi material duralumin (Al/Cu).(a) Suhu 450 °C,
Al-Cu akan sangat berpengaruh pada kualitas (b) Suhu 475 °C, (c) Suhu 500 °C,
sifat mekaniknya. Dalam tahap awal proses (d) Suhu 525 °C
sinteringatom-atom akan bergerak untuk
memperbanyak jumlah kontak antar partikel. Pada suhu minimum yaitu 450°C
Kondisi ini kemudian terus mengalami menyebabkan permukaan spesimenterlihat
perbaikan seiring kenaikan suhu sintering dan tidak rata/kasar dikarenakan ikatan antar
selamaholding time. Semakin homogen serbuk masih rendah dan jika dihubungkan

215
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.3 Tahun 2014: 209-216 ISSN 0216-468X

dengan hasil persentase porositas/pori pada Automotive Product, Metallurgical Science


suhu ini mengalami persentase sangat And Technology, Vol. 18No 2, p. 5-10.
tinggi.Pada suhu 475°C ikatan antar partikel [3] Polymear, Ian 2006. Light Alloys: From
sudah mengalami peningkatan yang ditandai traditional Alloys to Nanocrystals. Edition.
dengan permukaan spesimen terlihat Elsevier.
halus/rata jika dibandingkan dengan [4] Henry, Dr.1982. Hand Book of Powder
sebelumnya. Metallurgy. Second Edition.
Pada suhu optimum 525 °C permukaan [5] Thomas, O.Jurnal Nasional, Jurusan
spesimen terlihat rata dan halus.pada tahap Teknik Material Dan Metalurgi, Surabaya
ini terjadi pengurangan jumlah pori yang FTI-ITS, 2007.
sangat signifikan sehingga mengakibatkan [6] German, R. M. 1984. Powder Metallurgy
kepadatan bertambah, hal ini diketahui dari Science. USA: The PennsylvaniaState
hasil persentase porositas dan laju keausan University.
menurun. [7] Heine, Richard W. 1990. Principle of
Perbedaan permukaan sampel akibat Metal Casting. New Delhi: Publishing
variasi suhu HIPingmenyebabkan kekuatan Company.
mekaniknya berubah. Seperti yang terlihat [8] Pease, Leander F. III. 2005. A Quick Tour
pada hasil perhitungn porositas dan laju of Powder Metallurgy. Powder-Tech
keausan. Associates.
[9] Taylor,R.P.,McClain,S.T.&Berry,J.T.,“Unc
KESIMPULAN ertainty Analysis of MetalCasting Porosty
Dari hasil pengujian dan analisa data MeasurementUsing Archimedes
serta pembahasan dapat disimpulkan bahwa: Principle”. International Journal of Cast
1. Suhu HIPing mengakibatkan terjadinya Metals research,1999,Vol.11,247-25.
difusi antar partikel sebuk sehingga [10] Yuswono. 2002. Pengaruh Kandungan
mengakibatkan kepadatannya bertambah. Inklusi dan Porositas Terhadap
Semakin meningkatnya suhu HIPing Kegagalan Produk Kabel Tembaga
persentase porositasnya semakin Melalui Pengerjaan Drawing Kawat.
menurun. Dimana pada suhu HIPing Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu
minimum 450⁰C tingkat peresentase Pengetahuan dan Teknologi Bahan.
porositasnya yaitu :1.193 % sedangkan [11] Sundararajan T, S. Kuroda, F. Abe, Effect
pada suhu HIPing maximum 525⁰C of Thermal Spray on The Microstructure
peresentase porositasnya menurun and Adhesive Strength of High Velocity
menjadi : 0.733 %. Oxy Fuel SprayedNi-Cr Coatings on 9 Cr-
2. Semakin meningkatnya suhu HIPing laju 1 Mo Steel, Journal of Metalurgical and
keausan akan semakin menurun. Pada Materials, Vol 35A (2004) 3187-3199.
suhu HIPing minimum 450⁰C laju [12] Bayram Ali, Agah Uguz, & Murat Ula..
keausannya : 0,00095 g/s dan pada suhu (1999). Effects of microstructure and
HIPing maximum 525⁰C laju keausannya notches on the mechanical properties of
0,00050 g/s.Semakin meningkatnya suhu dual-phase steels. Materials
HIPing, maka mikrostruktur spesimen uji Characterization 43:259-269.
akan semakin baik. Hal ini ditandai dengan
permukaan spesimen uji yang semakin
rata seiring kenaikan suhu HIPing.

DAFTAR FUSTAKA
[1] Shi, Zhongliang. 2001. The Oxidation of
SiC Particle and Its Interfal Characteristics
in Al-Matrix Composites. Journal of
Material Science 36. Pp. 2441 – 2449.
Kluwer Academic Publisher.
[2] Winterbottom, W, L., 2000, Semi-Solid
Forming Applications : High Volume

216

Вам также может понравиться