Вы находитесь на странице: 1из 9

ISSN : 2354-5852

e-ISSN : 2579-5783

Perilaku Pekerja dan Dampak Penambangan Batu Piring terhadap Lingkungan


dan Kesehatan Masyarakat

Prehatin Trirahayu Ningrum1*, Khoiron1, Rahayu Sri Pujiati1


Fakultas Kesehatan Masyarakat, Uiversitas Negeri Jember, Indonesia
(harumfkm@gmail.com, Hp. 081330009604)

Abstract

A plate stone mining is one of the mining activities in the district of Jember.This mining is becoming a
major commodity for competing in foreign markets (exports). A plate stone that has been processed then
utilized to furniture, tables, chairs, decorate walls, and fences. plate Stone is widely used in Japan for
house building because it is considered strong and safe from earthquake. The purpose of this study was to
determine how the impact of plate stone mining on the environment and public health. This research was a
quantitatif descriptive and the population of this study were all stone miners for sample of 33 respondents.
Sampling was carried out by using a purposive sampling technique. Variabel studied are the
Characteristics of respondents, the Habit ofusing of Personal Protective Equipment, the continuity of the
use of masks, working period, work duration, plate stone processing and on an environment impact. The
Results of this study was the number of sex workers male 51.5% and female of 48.5%. As for the age of
majority aged between 31-40 years, working period <5 years of 57% with work duration <8 hours /days
of the 93%. The process of manually plate stone processing and the impact of mining is changing the of
nature. Suggestion of this research is the need for a supervision of government agencies that deal with
health and safety.

Keywords : Mining, Environment, Public Health

1. Pendahuluan terlihat semakin mengecil ketika jaraknya


Aktivitas manusia, berazaskan manfaat semakin jauh dari Gunung Raung, seperti
dan ekonomi serta konservasi lingkungan di daerah Sukowono, Sumberjambe dan
merupakan suatu hal yang memiliki peranan Mayang dijumpai gumuk-gumuk besar
penting terhadap pembangunan dengan ketinggian lebih dari 50 meter,
berkelanjutan. Di satu sisi, pembangunan sementara di daerah Wuluhan, Balung dan
akan meningkatkan kualitas hidup manusia Kencong ketinggian gumuk hanya sekitar
dengan meningkatnya pendapatan 1-2 meter saja. Besar dan tinggi gumuk
masyarakat. Produktivitas kerja dipengaruhi bervariasi. Besar gumuk dihitung dari luas
oleh beberapa faktor diantaramya motivasi bidang dasar yang ditempatinya secara
kerja, latar belakang pendidikan yang sangat kumulatif bervariasi antara 9,9 Ha sampai
menentukan luas tidaknya wawasan 433 Ha setiap kecamatan. Tinggi gumuk
seseorang, keterampilan tenaga kerja yang berkisar antara 1 meter sampai yang
bersangkutan, profesionalisme, tertinggi 57,5 meter.
profesionalitas, pengalaman, kompetensi Keberadaan gumuk di wilayah ini
kerja, tingkat kesejahteraan, jaminan telah memberikan ciri yang tidak dijumpai
kontinuitas kerja, jaminan sosial, dan tidak di daerah lain di Indonesia. Kehadiran
kalah pentingnya adalah kesehatan tenaga gumuk tersebut memberikan ciri panorama
kerja (Suma’mur, 2009) dan sekaligus menambah potensi wilayah.
Daerah Jember, mempunyai bentang Secara praktis gumuk mempunyai potensi,
alam yang unik dan khusus dengan adanya yaitu untuk kepentingan ilmu pengetahuan,
banyak gumuk. Beberapa teori menyatakan konservasi, pariwisata, usaha tani/hutan
bahwa gumuk tersebut merupakan rakyat. Sementara potensi yang telah
bentukan dari aliran lava gunung Raung, banyak dikembangkan adalah
sehingga sebaran dan bentuk gumuk penambangan bahan galian golongan C.

Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. April 2017 | 21


ISSN : 2354-5852
e-ISSN : 2579-5783

Selama ini gumuk dimanfaatkan sebagai satu pertambangan batu piring yang ada di
lahan tegalan, kebun atau digali. Gumuk Jember adalah di daerah batu piring
sebagai lahan tegalan dimanfaatkan untuk kawasan Jelbuk. Pertambangan batu piring
penanaman tembakau, ketela pohon, ini adalah primadona penghasilan bagi
kacang, kedelai, hortikultura, sengon, masyarakat Jember (Bappekap Jember,
glirisidae, tanaman buah dan kopi. Lahan 2010)
di sekitar gumuk umumnya dimanfaatkan Penambangan batu piring ini juga
untuk penanaman tembakau. dapat memberikan dampak terhadap
Gumuk juga memberikan manfaat lingkungan dan kesehatan manusia.
bagi usaha peternakan. Pada daerah gumuk Dampak pada lingkungan yaitu
banyak dijumpai masyarakat beternak itik pencemaran lingkungan dari hasil limbah
yang memanfaatkan aliran sungai yang yang dihasilkan, sedangkan pada manusia
bersumber pada gumuk, selain itu juga akan berdampak pada kesehatannya.
memanfaatkan satwa alami yang ada pada Gangguan kesehatan akibat lingkungan
ekosistem gumuk. Ekosistem gumuk juga kerja pada penambang batu piring salah
mempunyai fungsi sebagai penyimpan air. satunya adalah terjadinya gangguan fungsi
Mata air di sekitar gumuk umumnya paru para pekerja dan masyarakat.
digunakan untuk kepentingan pertanian Berbagai aktivitas yang dapat mencemari
dan kebutuhan rumah tangga. udara seperti debu yang dihasilkan dari
Masyarakat dengan tingkat ekonomi tanah maupun batu piring. Pengaruh
yang cukup dengan dukungan lahan pemaparan debu terhadap tenaga kerja
pertanian yang subur, ternyata memberikan dapat mengakibatkan gangguan antara lain
nilai perlindungan yang lebih baik terhadap kenikmatan kerja, iritasi baik pada mata
keberadaan gumuk. Masyarakat sekitar maupun pada saluran pernapasan dan
gumuk merupakan pihak yang paling gangguan fungsi paru. Untuk itu
berkompeten dengan keberadaan gumuk. diperlukan kajian lebih lanjut tentang
Mereka adalah pihak yang mendapatkan analisis mengenai dampak lingkungan
manfaat dan juga mendapatkan ancaman terhadap kesehatan pada pekerja
jika gumuk mengalami penurunan fungsi penambang batu piring di Kabupaten
akibat kerusakan. Jember. Hasil dpenelitian yang dilakukan
Selain itu gumuk ini juga dapat (Triananda, 2014) didapatkan bahwa risiko
memberikan hasil dari pertambangan yaitu dari kegiatan pertambangan batu piring di
batu piring. Cadangan batu piring sebesar desa bedadung meliputi risiko kerusakan
7.000.000 m3 berupa gunung batu yang dan pencemaran lingkungan, risiko
setelah ditambang dipotong-potong sesuai kecelakaan kerja bagi pekerja tambang
dengan kebutuhan pasar. Batu piring yang serta risiko penurunan nilai moralitas
telah diproses ini selanjutnya dimanfaatkan warga. Longsor dan pencemaran udara
untuk mebel air meja dan kursi), penghias merupakan risiko tertinggi dari kegiatan
dinding tembok, pagar (banyak digunakan pertambangan, sementara dampak yang
di Jepang dalam bangunan rumah karena telah terjadi selama kegiatan pertambangan
dinilai kuat dan tahan gempa). Komponen berlangsung ialah dampak negatif dan
bahan bangunan rumah baik interior positif. Dampak negatif yang terjadi
maupun eksterior seringkali juga adalah perubahan bentang lahan,
memanfaatkan bahan tambang ini karena pencemaran lingkungan dan rusaknya
bila cuaca panas maka ruangan sejuk dan infrastruktur jalan. Dampak positif yang
sebaliknya, tidak licin dan tidak lumutan terjadi adalah membuka lapangan kerja
serta tahan selama bertahun-tahun. Limbah baru, mengurangi jumlah pengangguran
batu piring ini juga masih bias dan menambah penghasilan warga sekitar.
dimanfaatkan sebagai bahan batu cor. Batu
piring sebagai bahan bangunan sangat 2. Metode penelitian
terkenal di indonesia bahkan sampai ke Jenis penelitian ini adalah deskriptif
manca negara khususnya negara Malaysia, dengan pendekatan kuantitatif. Populasi
Singapore, Tiongkok dan Jepang. Salah penelitian ini adalah semua pekerja yang

22 | Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. April 2017


ISSN : 2354-5852
e-ISSN : 2579-5783

berada di tempat penambangan batu piring piring, dan dampak terhadap lingkungan.
sekaligus menjadikan sampel dalam Analisis dengan menggunakan deskriptif
penelitian sebanyak 33 responden. Teknik dan penyajian data dengan menggunakan
pengambilan sampel yang digunakan pada tabel. Kriteria inklusi adalah bersedia
penelitian ini menggunakan metode menjadi responden, berada di tempat kerja
purposive sampling. Variabel dalam saat dilakukan penelitian. Sedangkan
penelitian ini adalah karakteristik kriteria eksklusinya adalah responden tidak
respoden, kebiasaan menggunakan APD, berada di tempat kerja saat dilakukan
kontinuitas penggunaan masker, masa penelitian.
kerja, lama kerja, proses pengolahan batu

3. Hasil dan pembahasan

3.1 Hasil penelitian


Data hasil penelitian tersaji pada
table 1, table 2, dan table 3.
Tabel 1. Karakteristik Responden
No Tempat Jenis kelamin Umur
penambanga Laki-laki Perempuan 20-30 31-40
n ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1 Pakusari 4 23,5 16 100 2 16,6 18 85,7
2 Sumbersari 3 17,6 0 - 3 25 0 -
3 Patrang 8 47 0 - 5 41,7 3 14,3
4 Kalisat 2 11,7 0 - 2 16,6 0 -
Total 17 16 12 21

Berdasarkan Tabel 1. Hasil menggunakan alat pelindung diri untuk


penelitian yang dilakukan pada 33 menghindari dan mengurangi dampak
responden menunjukkan bahwa negatif dari debu dan serpihan batu
responden yang berjenis kelamin laki- piring.
laki sebanyak 17 responden (51,5%) Pekerja yang bekerja berada di
dan responden berjenis kelamin lingkungan udara yang tidak sehat
perempuan sebanyak 16 responden (banyak pencemaran) dalam waktu
(48,5%), sedangkan untuk umur yang lama, memiliki risiko tinggi
responden didapatkan bahwa responden terkena penyakit diantaranya dapat
yang berumur sebagian umur responden mengakibatkan terjadinya gangguan
pada rentang 31-40 tahun, yaitu faal paru yang timbul setelah terpajan
sebanyak 21 responden (63,6%). debu selama 5 – 25 tahun, sedangkan
Hasil penelitian tentang untuk gangguan paru restriktif ringan
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dapat terpajan debu kurang dari 1 tahun.
pada pekerja pertambangan batu piring Lama kerja juga dapat mempengaruhi
yang berada di Kecamatan Pakusari, kesehatan pekerja pertambangan batu
Sumbersari, Patrang dan Kalisat semua piring.
responden menyatakan tidak pernah

Tabel 2. Masa kerja dan Lama kerja pada Pekerja Pertambangan Batu Piring
No Tempat Masa Kerja Lama Kerja
penambangan ≥ 5 tahun < 5 tahun >8 jam ≤ 8 jam
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1 Pakusari 12 85,7 8 42,1 2 100 18 58
2 Sumbersari 0 - 3 15,7 0 - 3 9,7
3 Patrang 0 - 8 42,1 0 - 8 25,8

Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. April 2017 | 23


ISSN : 2354-5852
e-ISSN : 2579-5783

4 Kalisat 2 14,3 0 - 0 - 2 6,4


Total 14 19 2 31

Berdasarkan Tabel 2 data hasil responden yang lama kerjanya ≤ 8 jam


penelitian didapatkan bahwa responden sebanyak 31 responden (94%).
yang masa kerjanya ≥5 tahun sebanyak Kebiasaan menggunakan masker
14 responden (42,4%) dan responden merupakan perilaku pekerja dalam
masa kerjanya < 5 tahun sebanyak 19 menggunakan masker sebagai alat
responden (57,5%). Lama kerja/durasi pelindung diri pada saat bertugas di
kerja responden didapatkan bahwa dalam pabrik sehingga pekerja merasa
responden yang lama kerjanya >8 jam aman dari bahaya terutama debu yang
sebanyak 2 responden (6%) dan masuk ke saluran pernapasan.

Tabel 3. Kebiasaan Menggunakan Masker


No Tempat Kebiasaan Menggunakan Masker
penambangan Menggunakan Masker Tidak Menggunakan Masker
∑ % ∑ %
1 Pakusari 0 - 20 62,5
2 Sumbersari 1 100 2 6,2
3 Patrang 0 - 8 25
4 Kalisat 0 - 2 6,2
Total 1 32

Berdasarkan Tabel 3 data hasil pernah menggunakan APD. Tidak


penelitian didapatkan bahwa responden tertibnya untuk menggunakan masker
yang memiliki kebiasaan menggunakan pada pekerja saat bekerja di
masker sebanyak 1 responden (3%) dan pertambangan batu piring ini
responden yang tidak menggunakan merupakan kebiasaan yang sudah
masker sebanyak 32 responden (97%). sangat biasa terjadi pada para pekerja di
industri lainnya. Hasil penelitian ini
3.2 Pembahasan sama dengan hasil penelitian yang di
Berdasarkan wawancara yang lakukan oleh Damayanti T, dkk.
telah dilakukan pada pekerja, semua menyebutkan dari 182 responden
pekerja mengaku enggan terdapat 84 responden (46,2%) yang
menggunakan APD sekalipun itu mempunyai kebiasaan buruk dalam
disediakan karena menganggap APD penggunaan masker (Damayanti, dkk,
hanya akan mempersulit pekerjaan 2007)
mereka dan membuat mereka semakin APD yang baik adalah yang
tidak leluasa bekerja. Hal ini tentu saja memenuhi standar keamanan dan
sangat memprihatinkan karena tingkat kenyamanan bagi pekerja (Safety and
kesadaran masyarakat tentang Acceptation). Apabila pekerja memakai
kesehatan masih sangat rendah. Jadi, APD merasa kurang nyaman dan
mungkin karena hal itu juga pihak penggunaannya kurang bermanfaat bagi
perusahaan enggan menyediakan APD. pekerja, pekerja tersebut akan enggan
Apabila pekerja ingin menggunakan memakainya, walaupun memakai
APD maka pekerja harus membeli karena terpaksa/hanya berpura-pura
sendiri APD yang dibutuhkan. Pekerja sebagai syarat agar masih
menyatakan bahwa mereka tidak diperbolehkan untuk bekerja atau
memiliki uang yang cukup untuk menghindari sanksi perusahaan. APD
membeli APD sehingga mereka tidak yang tepat bagi tenaga kerja yang

24 | Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. April 2017


ISSN : 2354-5852
e-ISSN : 2579-5783

berada pada lingkungan kerja dengan menetapkan jam mulai bekerja dan
paparan debu berkonsentrasi tinggi pekerjalah yang menentukan jam
adalah masker untuk melindungi debu istirahat dan jam pulang kerja sendiri.
atau partikel-partikel yang lebih kasar Para pekerrja tersebut akan pulang
masuk ke dalam saluran pernapasan, apabila sudah menggiling batu piring
terbuat dari bahan kain dengan ukuran sebanyak kurang lebih 3-3,5 m3.
pori-pori tertentu dan respirator Pekerja pemotong batu lempeng pada
pemurni udara, membersihkan udara UD Hibah Alam di Kecamatan Kalisat
dengan cara menyaring atau menyerap seluruhnya bekerja dengan jam kerja
kontaminan toksinitas rendah sebelum kurang dari 8 jam per hari. Pada UD
memasuki sistem pernapasan (Habsari, Hibah Alam diberlakukan 2 shift kerja,
2003). yaitu shift pagi dari jam 8 pagi hingga
Kerja fisik apabila kerja yang berat jam 3 sore dan shift malam dari jam 4
dan monoton yang dilakukan di tempat- sore hingga jam 12 dini hari dengan
tempat berdebu dalam waktu yang lama waktu istirahat 1 jam untuk masing-
tanpa disertai dengan rotasi kerja, masing shift. Jumlah jam kerja yang
istirahat dan rekreasi yang cukup, akan kurang dari 8 jam perhari sudah
berakibat terjadinya di suatu daerah memenuhi persyaratan jumlah jam
berdebu maka kapasitas paru seseorang kerja maksimal untuk pekerja. Namun,
akan semakin menurun. Menurut jam istirahat yang hanya satu jam dirasa
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan kurang sesuai dengan jam kerja yang
Transmigrasi No. 102/MEN/VI/2004 cukup panjang.
tentang waktu kerja lembur mengatakan Setiap kegiatan industri selalu
hari kerja dalam sehari adalah 8 menggunakan teknologi, baik teknologi
jam/hari. Apabila lebih dari 8 jam maka yang canggih ataupun sederhana. Efek
seseorang dalam bekerja dapat samping penggunaan teknologi dapat
dikatakan lembur. Semakin banyak mengganggu tatanan kehidupan dan
seseorang lembur dalam mengerjakan lingkungan hidup, khususnya
pekerjaannya maka akan semakin penggunaan teknologi yang dapat
mudah seseorang tersebut dalam berdampak negatip pada tenaga kerja
keadaan yang tidak sehat karena tenaga (Depkes RI, 1994). Pekerja yang berada
terforsir sehingga presentase untuk pada lingkungan kerja dengan
terjadinya fungsi paru juga semakin kadardebu tinggi dalam waktu lama
banyak (Kepmenakertrans, 2004). memiliki risiko tinggi terkena obstruksi
Jam kerja, waktu Istirahat kerja, paru (Wardhana, 2001). Berdasarkan
waktu lembur diatur dalam pasal 77 studi penelitian yang dilakukan oleh
sampai pasal 85 Undang-Undang No.13 Sugeng AM, dkk menunjukkan bahwa
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan masa kerja lebih dari 10 tahun
(UU RI, 2003). Rata-rata pekerja mempunyai risiko terjadinya obstruksi
tambang di Kecamatan Pakusari paru pada pekerja industri yang berdebu
bekerja selama 9-10 jam. Jumlah jam (Sugeng, 2003). Sesuai dengan
kerja yang lebih dari 8 jam perhari penelitian Mila SM, berdasarkan
sudah tidak memenuhi persyaratan perhitungan chi-square pada tingkat
jumlah jam kerja maksimal untuk signifikansi α : 0,05 dan df: 1 diperoleh
pekerja. Lama kerja pekerja Perusahaan x2 sebesar 10,139 sedangkan x2 dalam
Putra batu Alam di Kecamatan tabel 3,481 (x2 hitung>x2 tabel, dan p
Sumbersari yakni selama 6,5 jam dan sebesar 0,001 (p<0,05) yang artinya ada
waktu istirahat 1,5 jam. Jumlah jam hubungan antara masa kerja dengan
kerja yang kurang dari 8 jam perhari kapasitas fungsi paru, di peroleh
sudah memenuhi persyaratan jumlah keeratan hubungan sebesar 0,523 yang
jam kerja maksimal untuk artinya ada hubungan yang cukup kuat
pekerja.Untuk Perusahaan U.D Slawu antara masa kerja dengan kapasitas
Jaya di Kecamatan Patrang hanya fungsi paru. Kelainan ini sesuai dengan

Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. April 2017 | 25


ISSN : 2354-5852
e-ISSN : 2579-5783

teori bahwa makin lama terpajan memperkuat program keselamatan


lingkungan udara yang tercemar maka sebagai proporsi yang signifikan dari
makin besar kemungkinan untuk terjadi para pekerja masih melakukan tidak
gangguan faal paru (Mila, 2018). menggunakan semua APD yang
Alat pelindung diri yang baik diperlukan selama bekerja. Intervensi
adalah APD yang memenuhi standar untuk mempromosikan pemanfaatan
keamanan dan kenyamanan bagi APD harus fokus pada daerah, seperti
pekerja (safety and acceptation), durasi layanan, ketersediaan APD,
apabila pekerja memakai APD merasa kehadiran pergeseran kerja, dan
kurang nyaman dan penggunaannya pengendalian penyalahgunaan zat
kurang bermanfaat bagi pekerja, (Tedesse, 2016)
pekerja tersebut akan enggan Dalam bekerja seluruh pekerja
memakainya, walaupun memakai tidak menggunakan masker. Alasan
karena terpaksa/ hanya berpura-pura mereka tidak menggunakan masker
sebagai syarat agar masih sangat beragam, mereka mengatakan
diperbolehkan untuk bekerja atau bahwa masker itu ribet, hanya bisa
menghindari sanksi perusahaan. Salah mengganggu dan harganya relatif
satuAPD yang penting bagi pekerja di mahal, sedangkan yang lain berasalan
pertambangan yang digunakan untuk tidak biasa menggunakan masker, tidak
melindungi fungsi paru adalah masker. membutuhkan ataupun merasa sedikit
Masker berfungsi untuk mengurangi terpapar debu. Memang pihak
polutan yang masuk lewat rongga perusahaan juga tidak menyediakan
pernafasan. Masker yang ideal adalah masker atau alat pelindung diri yang
masker yang mampu meminimalkan lain. Debu yang terhirup oleh pekerja
udara kotor yang masuk ke tubuh dan bisa mengakibatkan adanya gangguan
tidak mengganggu pernafasan. kesehatan antara lain yaitu terjadinya
Banyaknya polutan baik dari asap penyakit paru-paru salah satunya
kendaraan maupun debu perlu disaring. silikosis. Salah satu pencegahan yang
Masker yang aman harus mengandung dapat dilakukan adalah dengan
karbon aktif yang berfungsi sebagai penggunaan masker. Hal ini sesuai
filter dan absorber sehingga dengan hasil penelitian Jian yajiang,
penyaringan udara lebih baik. APD 2013 dihasilkan bahwa riwayat
sangat sederhana adalah alat pelindung pekerjaan pada pekerja yang bekerja
yang dikenakan (dipakai) oleh tenaga khusus pada penambangan batu piring
kerja secara langsung untuk tujuan selama satu decade didapatkan adanya
pencegahan kecelakaan atau terjadinya penyakit silikosis dengan diagnose
penyakit akibat kerja yang disebabkan pasti. 13 Pemilihan alat-alat pelindung
oleh aneka faktor yang ada (timbul) saluran pernapasan harus didasarkan
dilingkungan kerja (M. Suritno, 2008) kepada hasil evaluasi terhadap bahaya
APD yang yang diperlukan untuk yang berkaitan dengan pengelompokan
dikenakan selama bekerja di bagian pada setiap jenis bahaya baik secara
kerja tertentu adalah: 1) respirator, fisik maupun kimia (M Soeripto, 2008)
sarung tangan, sepatu boot, pelindung Sama halnya dengan penelitian
mata, masker. Hasil penelitian ini yang dilakukan Yulaekah pada pekerja
berbanding terbalik dengan hasil tambang kapur, jenis APD yang paling
penelitian Tadesse S, dkk, untuk banyak digunakan oleh responden
tingkat pemanfaatan personal (75,86%) adalah masker, meskipun
protective equipment (PPE) pada pada kenyataannya masker yang
pekerja tekstil di Hawassa Town digunakan adalah kaos (pakaian)
Southern Ethiopia dua kali lebih tinggi (Yulaekah, 2013). Sebagian besar
dari pada pekerja yang tidak memakai responden (48,39%) menyatakan malas
alat pelindung diri. Namun, ini tidak menggunakan masker sedangkan
berarti bahwa tidak perlu untuk 25,81% responden menyatakan tidak

26 | Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. April 2017


ISSN : 2354-5852
e-ISSN : 2579-5783

tersedia karena memang pengusaha terbang terbawa angin. Pencemaran


tidak menyediakan APD. Dengan tidak lingkungan akibat debu ini didukung
memakai masker maka bisa karena letak U.D Slawu Jaya yang
menyebabkan terjadinya gangguan berada dipinggir jalan sehingga
fungsi paru ataupun penyakit silikosis memudahkan debu terbang terbawa
pada pekerja. Seperti penelitian Nelson angin sebagai efek dari laju kendaraan
didapatkan bahwa dari 19.143 bermotor. U.D Slawu Jayatidak
penambang emas yang meninggal memiliki pengelolaan khusus dalam
karena penyebab eksternal, 16.411 menangani debu yang dihasilkan dari
(85,7%) yang berkulit hitam dan 2732 proses penggilingan. Penggilingan batu
(14,3%) adalah kulit putih. Proporsi piring dilakukan di ruangan terbuka
kasar penambang hitam dengan sehingga debu dapat langsung terbang
silikosis meningkat sepuluh kali lipat 3- terbawa angin.
32%; sedangkan untuk yang berulit U.D Citra Natural Stone di
putih laki-laki sedikit, dari 18 menjadi Kecamatan Kalisat bergerak dalam
22% (Nelson Gill, 2013) bidang pemotongan batu piring.Limbah
Pengolahan batu piring juga yang dihasilkan dari proses
dilakukan di daerah pertambangan pemotongan batu piring di U.D Citra
Gumuk Suda Kecamatan Pakusari, jadi Natural Stone berupa limbah padat dan
tidak ada pengelolaan yang dilakukan limbah cair. Limbah padat berupa sisa-
oleh pabrik. Limbah yang dihasilkan sisa potongan batu piring yang
dari proses pertambangan hanya berupa kemudian dipecah menjadi ukuran yang
limbah padat yaitu pecahan batu piring. lebih kecil untuk dijadikan batu cor
Namun, pecahan tersebut masih yang laku dijual. Sedangkan limbah cair
memiliki nilai jual yaitu diolah menjadi yang dihasilhan juga tidak mengalami
batu yang berukuran lebih halus lagi proses pengolahan, limbah cair berasal
dan dijadikan bahan baku cor untuk dari air sisa untuk membasahi batu yang
bangunan. dipotong, dan air tersebut terus
Perusahaan Putra Batu Alam di mengalir dengan lancar menuju selokan
Kecamatan Sumbersari bergerak di di samping tempat produksi. Air yang
bidang pemotongan batu piring. merupakan limbah cair bekas
Limbah batu piring dari hasil pemotongan batu lempeng ini masih
pemotongan berupa pasir batu piring dapat dimanfaatkan untuk diendapkan
dan pecahan batu piring. Pecahan batu dan diambil pasirnya.
piring di jual kepada para pemecah batu Aktivitas pertambangan memang
di sekitar lokasi perusahan untuk dapat berisiko merusak tatanan alam,
dipecah kembali menjadi batu yang karena lokasi pertambangan yang sudah
ukurannya lebih kecil yang kemudian di sangat dalam mengakibatkan air tanah
jual sedangkan untuk pasir batu piring, juga ikut keluar. Air tanah tersebut
hanya di pinggirkan ke tempat yang disedot dengan mesin dan dialirkan
sekiranya tidak mengganggu. Apabila langsung ke sungai sekitar
gunungan pasir telah tinggi maka pertambangan. hal ini mengakibatkan
pemilik perusahaan mengerahkan para terjadinya semakin banyak sedimentasi
pekerjanya untuk mengangkut pasir dan di daerah sungai tersebut dan
meratakannya di lahan kosong sekitar mengakibatkan sungai menjadi semakin
perusahaan. keruh karena tekanan yang dihasilkan
U.D Slawu Jaya di Kecamatan dari keluarnya air tersebut dari selang
Patrang bergerak dalam bidang pompa air. Sedangkan pada
penggilingan batu piring yang pertambangan dapat merusak tatanan
menghasilkan limbah berupa debu. alam, dimana jika air tanah terus
Debu yang dihasilkan ini akan lebih dipompa keluar, maka keseimbangan
mudah mencemari lingkungan sekitar pada daerah tersebut menjadi
karena sifatnya yang ringan dan mudah terganggu. Hal ini sesuai dengan

Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. April 2017 | 27


ISSN : 2354-5852
e-ISSN : 2579-5783

penelitian Hilson G dan Vost HVD menjadi pekerja dengan rata-rata usia
dampak lingkungan yang terjadi adalah 31-40 tahun, dengan masa kerja
tiga masalah lingkungan yang terkait sebagian besar ≤ 5 tahun dengan lama
dengan kegiatan pertambangan emas kerja ≤8 jam/hari. Proses pengolahan
skala kecil: (1) pencemaran merkuri; (2) sebagian besar masih secara manual dan
air asam tambang (AMD) dari tailing; dampak dari pertambangan batu biring
dan (3) degradasi lahan pertama dua ini adalah adanya perubahan tatalahan
dari tiga besar tersebut masalah alam. Saran penelitian ini adalah untuk
lingkungan dapat diperbaiki melalui perusahaan sebaiknya menyediakan
inisiatif teknologi, tapi yang ketiga fasilitas APD untuk keamaan pada saat
(degradasi lahan) membutuhkan bekerja, dan untuk instansi pemerintah
pendekatan yang lebih luas (Hilson diperlukan adanya pengawasan secara
Gavin, 2002). berkala untuk kesehatan keselamatan
Keadaan yang berbahaya lainnya kerja dan pengawasan kepada alam
adalah, jalan yang digunakan oleh para sehingga pertambangan batu biring ini
kuli angkut yang rawan longsor. Oleh tidak berdampak besar pada alam yang
karena jalan tersebut terbuat dari akhirnya berdampak ke manusia.
tumpukan pecahan batu sisa
pertambangan, jadi keseimbangan dari Daftar pustaka
jalan tersebut sangat rendah. Jika ada Bappekab Jember., 2010. Batu Piring.
aktivitas penambangan lagi di [diakses, 28 november 2011].
bawahnya, maka jalan di atasnya dapat Availableat:
berpotensi longsor. Namun, tidak ada http://bappeda.jemberkab.go.id
upaya perbaikan dari warga sekitar dan /index.php?option=com_conte
para pekerja sendiri. Jalan menuju nt&view=article&id=79:batu-
pertambangan keadaannya becek dan piring&catid=46:tambang&Ite
licin, jadi untuk pengendara sepeda mid=91
motor sedikit berbahaya. Damayanti, T, Yunus, F., Ikhsan, M.,
Proses pengolahan batu piring Sutjahhyo K. 2007. Hubungan
memberikan dampak negatif untuk Penggunaan Masker dengan
lingkungan yaitu pencemaran fisik Gambaran Klinis, Faal Paru
(kebisingan) dan pencemaran udara dan Foto Toraks Pekerja
khususnya bagi penduduk yang berada Terpajan Debu Semen.
di dekat lingkungan perusahaan. Majalah Kedokteran Indonesia
Sementara itu, pencemaran udara Depkes RI. 1994. Upaya Kesehatan
berupa debu yang berasal dari proses Kerja Sektor Informal di
pengolahan batu piring. Meskipun Indonesia. Materi Upaya
selama proses pemotongan sudah Kesehatan Kerja. Jakarta
menggunakan air sumur yang bertujuan Habsari ND. 2003. Penggunaan APD
untuk membasahi batu dan diharapkan bagi Tenaga Kerja. Bunga
debu yang dihasilkan dapat dikurangi. Rampai Hiperkes dan
Namun, proses pengolahan masih tetap Keselamatan Kerja. Semarang
menghasilkan debu yang dapat : Badan Peberbit UNDIP
mencemari udara di sekitar. Hal ini Hilson Gavin, Vorst RVD. 2002.
dapat menyebabkan gangguan Technology, Managerial, and
kesehatan masyarakat berupa batuk dan Policy Initiatives for Improving
pusing. Environmental Performance in
Small-Scale Gold Mining
4. Kesimpulan Industry. Jurnal Environment
Kesimpulan penelitian adalah Management
pekerja yang bekerja di pertambangan Jiyang yajian. 2013. A Stone Miner
batu piring kebanyakan berjenis With Both Silicosis and
kelamin laki-laki tetapi perempuan juga Constrictive Pericarditis: Case

28 | Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. April 2017


ISSN : 2354-5852
e-ISSN : 2579-5783

Report and Review of the Ketenagakerjaan. Jakarta :


Literature. BioMed Central Presiden Republik Indonesia
Pulmonary Medicine Wardhana. AW. 2001. Dampak
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Pencemaran Lingkungan.
Transmigrasi No. Yogyakarta : ANDI
102/MEN/VI/2004 tentang Yulaekah, S. 2007. Paparan Debu
waktu kerja lembur. Jakarta : Terhirup dan Gangguan Fungsi
Menteri Tenaga Kerja dan Paru pada Pekerja Industri Batu
Transmigrasi Republik Kapur (Studi di Desa Mrisi
Indonesia Kecamatan Tanggungharjo
M. Soeripto. 2008. Higiene Industri. Kabupaten Grobogan) [Tesis].
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Semarang: Program Pasca
Mila SM. 2006. Hubungan antara Masa Sarjana Universitas
Kerja, Pemakaian Alat Diponegoro
Pelindung Pernafasan (Masker)
pada Tenaga Kerja Bagian
Pengamplasan dengan
Kapasitas Fungsi Paru PT.
Accent House Pecangaan
Jepara [Skripsi]. Semarang :
Universitas Diponegoro
Nelson Gill. 2013. Occupational
Respiratory Diseases in the
South African Mining Industry.
Global Health Action
Sugeng AM, RMS Jusuf, Adriana P.
2003. Bunga Rampai Hiperkes
dan Kesehatan Kerja.
Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro
Suma’mur. 2009. Hygiene Perusahaan
dan Kesehatan Kerja
(HIPERKES). Jakarta : Sagung
Seto
Tedesse, S., Kelaye, T., Assefa, Y.
2016. Utilization of Personal
Protective Equipment and
Associated Factors Among
Textile Factory Workers at
Hawassa Town, Southern
Ethiopia. Journal of
Occupational Medicine and
Toxicology
Triananda Guntur. Analisis Risiko
Lingkungan Kegiatan
Pertambangan Batu Piring Di
Kabupaten Jember . [Skripsi].
Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas
Jember.
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 13 tahun 2003 tentang

Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. April 2017 | 29

Вам также может понравиться