Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
e-ISSN : 2579-5783
Abstract
A plate stone mining is one of the mining activities in the district of Jember.This mining is becoming a
major commodity for competing in foreign markets (exports). A plate stone that has been processed then
utilized to furniture, tables, chairs, decorate walls, and fences. plate Stone is widely used in Japan for
house building because it is considered strong and safe from earthquake. The purpose of this study was to
determine how the impact of plate stone mining on the environment and public health. This research was a
quantitatif descriptive and the population of this study were all stone miners for sample of 33 respondents.
Sampling was carried out by using a purposive sampling technique. Variabel studied are the
Characteristics of respondents, the Habit ofusing of Personal Protective Equipment, the continuity of the
use of masks, working period, work duration, plate stone processing and on an environment impact. The
Results of this study was the number of sex workers male 51.5% and female of 48.5%. As for the age of
majority aged between 31-40 years, working period <5 years of 57% with work duration <8 hours /days
of the 93%. The process of manually plate stone processing and the impact of mining is changing the of
nature. Suggestion of this research is the need for a supervision of government agencies that deal with
health and safety.
Selama ini gumuk dimanfaatkan sebagai satu pertambangan batu piring yang ada di
lahan tegalan, kebun atau digali. Gumuk Jember adalah di daerah batu piring
sebagai lahan tegalan dimanfaatkan untuk kawasan Jelbuk. Pertambangan batu piring
penanaman tembakau, ketela pohon, ini adalah primadona penghasilan bagi
kacang, kedelai, hortikultura, sengon, masyarakat Jember (Bappekap Jember,
glirisidae, tanaman buah dan kopi. Lahan 2010)
di sekitar gumuk umumnya dimanfaatkan Penambangan batu piring ini juga
untuk penanaman tembakau. dapat memberikan dampak terhadap
Gumuk juga memberikan manfaat lingkungan dan kesehatan manusia.
bagi usaha peternakan. Pada daerah gumuk Dampak pada lingkungan yaitu
banyak dijumpai masyarakat beternak itik pencemaran lingkungan dari hasil limbah
yang memanfaatkan aliran sungai yang yang dihasilkan, sedangkan pada manusia
bersumber pada gumuk, selain itu juga akan berdampak pada kesehatannya.
memanfaatkan satwa alami yang ada pada Gangguan kesehatan akibat lingkungan
ekosistem gumuk. Ekosistem gumuk juga kerja pada penambang batu piring salah
mempunyai fungsi sebagai penyimpan air. satunya adalah terjadinya gangguan fungsi
Mata air di sekitar gumuk umumnya paru para pekerja dan masyarakat.
digunakan untuk kepentingan pertanian Berbagai aktivitas yang dapat mencemari
dan kebutuhan rumah tangga. udara seperti debu yang dihasilkan dari
Masyarakat dengan tingkat ekonomi tanah maupun batu piring. Pengaruh
yang cukup dengan dukungan lahan pemaparan debu terhadap tenaga kerja
pertanian yang subur, ternyata memberikan dapat mengakibatkan gangguan antara lain
nilai perlindungan yang lebih baik terhadap kenikmatan kerja, iritasi baik pada mata
keberadaan gumuk. Masyarakat sekitar maupun pada saluran pernapasan dan
gumuk merupakan pihak yang paling gangguan fungsi paru. Untuk itu
berkompeten dengan keberadaan gumuk. diperlukan kajian lebih lanjut tentang
Mereka adalah pihak yang mendapatkan analisis mengenai dampak lingkungan
manfaat dan juga mendapatkan ancaman terhadap kesehatan pada pekerja
jika gumuk mengalami penurunan fungsi penambang batu piring di Kabupaten
akibat kerusakan. Jember. Hasil dpenelitian yang dilakukan
Selain itu gumuk ini juga dapat (Triananda, 2014) didapatkan bahwa risiko
memberikan hasil dari pertambangan yaitu dari kegiatan pertambangan batu piring di
batu piring. Cadangan batu piring sebesar desa bedadung meliputi risiko kerusakan
7.000.000 m3 berupa gunung batu yang dan pencemaran lingkungan, risiko
setelah ditambang dipotong-potong sesuai kecelakaan kerja bagi pekerja tambang
dengan kebutuhan pasar. Batu piring yang serta risiko penurunan nilai moralitas
telah diproses ini selanjutnya dimanfaatkan warga. Longsor dan pencemaran udara
untuk mebel air meja dan kursi), penghias merupakan risiko tertinggi dari kegiatan
dinding tembok, pagar (banyak digunakan pertambangan, sementara dampak yang
di Jepang dalam bangunan rumah karena telah terjadi selama kegiatan pertambangan
dinilai kuat dan tahan gempa). Komponen berlangsung ialah dampak negatif dan
bahan bangunan rumah baik interior positif. Dampak negatif yang terjadi
maupun eksterior seringkali juga adalah perubahan bentang lahan,
memanfaatkan bahan tambang ini karena pencemaran lingkungan dan rusaknya
bila cuaca panas maka ruangan sejuk dan infrastruktur jalan. Dampak positif yang
sebaliknya, tidak licin dan tidak lumutan terjadi adalah membuka lapangan kerja
serta tahan selama bertahun-tahun. Limbah baru, mengurangi jumlah pengangguran
batu piring ini juga masih bias dan menambah penghasilan warga sekitar.
dimanfaatkan sebagai bahan batu cor. Batu
piring sebagai bahan bangunan sangat 2. Metode penelitian
terkenal di indonesia bahkan sampai ke Jenis penelitian ini adalah deskriptif
manca negara khususnya negara Malaysia, dengan pendekatan kuantitatif. Populasi
Singapore, Tiongkok dan Jepang. Salah penelitian ini adalah semua pekerja yang
berada di tempat penambangan batu piring piring, dan dampak terhadap lingkungan.
sekaligus menjadikan sampel dalam Analisis dengan menggunakan deskriptif
penelitian sebanyak 33 responden. Teknik dan penyajian data dengan menggunakan
pengambilan sampel yang digunakan pada tabel. Kriteria inklusi adalah bersedia
penelitian ini menggunakan metode menjadi responden, berada di tempat kerja
purposive sampling. Variabel dalam saat dilakukan penelitian. Sedangkan
penelitian ini adalah karakteristik kriteria eksklusinya adalah responden tidak
respoden, kebiasaan menggunakan APD, berada di tempat kerja saat dilakukan
kontinuitas penggunaan masker, masa penelitian.
kerja, lama kerja, proses pengolahan batu
Tabel 2. Masa kerja dan Lama kerja pada Pekerja Pertambangan Batu Piring
No Tempat Masa Kerja Lama Kerja
penambangan ≥ 5 tahun < 5 tahun >8 jam ≤ 8 jam
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1 Pakusari 12 85,7 8 42,1 2 100 18 58
2 Sumbersari 0 - 3 15,7 0 - 3 9,7
3 Patrang 0 - 8 42,1 0 - 8 25,8
berada pada lingkungan kerja dengan menetapkan jam mulai bekerja dan
paparan debu berkonsentrasi tinggi pekerjalah yang menentukan jam
adalah masker untuk melindungi debu istirahat dan jam pulang kerja sendiri.
atau partikel-partikel yang lebih kasar Para pekerrja tersebut akan pulang
masuk ke dalam saluran pernapasan, apabila sudah menggiling batu piring
terbuat dari bahan kain dengan ukuran sebanyak kurang lebih 3-3,5 m3.
pori-pori tertentu dan respirator Pekerja pemotong batu lempeng pada
pemurni udara, membersihkan udara UD Hibah Alam di Kecamatan Kalisat
dengan cara menyaring atau menyerap seluruhnya bekerja dengan jam kerja
kontaminan toksinitas rendah sebelum kurang dari 8 jam per hari. Pada UD
memasuki sistem pernapasan (Habsari, Hibah Alam diberlakukan 2 shift kerja,
2003). yaitu shift pagi dari jam 8 pagi hingga
Kerja fisik apabila kerja yang berat jam 3 sore dan shift malam dari jam 4
dan monoton yang dilakukan di tempat- sore hingga jam 12 dini hari dengan
tempat berdebu dalam waktu yang lama waktu istirahat 1 jam untuk masing-
tanpa disertai dengan rotasi kerja, masing shift. Jumlah jam kerja yang
istirahat dan rekreasi yang cukup, akan kurang dari 8 jam perhari sudah
berakibat terjadinya di suatu daerah memenuhi persyaratan jumlah jam
berdebu maka kapasitas paru seseorang kerja maksimal untuk pekerja. Namun,
akan semakin menurun. Menurut jam istirahat yang hanya satu jam dirasa
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan kurang sesuai dengan jam kerja yang
Transmigrasi No. 102/MEN/VI/2004 cukup panjang.
tentang waktu kerja lembur mengatakan Setiap kegiatan industri selalu
hari kerja dalam sehari adalah 8 menggunakan teknologi, baik teknologi
jam/hari. Apabila lebih dari 8 jam maka yang canggih ataupun sederhana. Efek
seseorang dalam bekerja dapat samping penggunaan teknologi dapat
dikatakan lembur. Semakin banyak mengganggu tatanan kehidupan dan
seseorang lembur dalam mengerjakan lingkungan hidup, khususnya
pekerjaannya maka akan semakin penggunaan teknologi yang dapat
mudah seseorang tersebut dalam berdampak negatip pada tenaga kerja
keadaan yang tidak sehat karena tenaga (Depkes RI, 1994). Pekerja yang berada
terforsir sehingga presentase untuk pada lingkungan kerja dengan
terjadinya fungsi paru juga semakin kadardebu tinggi dalam waktu lama
banyak (Kepmenakertrans, 2004). memiliki risiko tinggi terkena obstruksi
Jam kerja, waktu Istirahat kerja, paru (Wardhana, 2001). Berdasarkan
waktu lembur diatur dalam pasal 77 studi penelitian yang dilakukan oleh
sampai pasal 85 Undang-Undang No.13 Sugeng AM, dkk menunjukkan bahwa
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan masa kerja lebih dari 10 tahun
(UU RI, 2003). Rata-rata pekerja mempunyai risiko terjadinya obstruksi
tambang di Kecamatan Pakusari paru pada pekerja industri yang berdebu
bekerja selama 9-10 jam. Jumlah jam (Sugeng, 2003). Sesuai dengan
kerja yang lebih dari 8 jam perhari penelitian Mila SM, berdasarkan
sudah tidak memenuhi persyaratan perhitungan chi-square pada tingkat
jumlah jam kerja maksimal untuk signifikansi α : 0,05 dan df: 1 diperoleh
pekerja. Lama kerja pekerja Perusahaan x2 sebesar 10,139 sedangkan x2 dalam
Putra batu Alam di Kecamatan tabel 3,481 (x2 hitung>x2 tabel, dan p
Sumbersari yakni selama 6,5 jam dan sebesar 0,001 (p<0,05) yang artinya ada
waktu istirahat 1,5 jam. Jumlah jam hubungan antara masa kerja dengan
kerja yang kurang dari 8 jam perhari kapasitas fungsi paru, di peroleh
sudah memenuhi persyaratan jumlah keeratan hubungan sebesar 0,523 yang
jam kerja maksimal untuk artinya ada hubungan yang cukup kuat
pekerja.Untuk Perusahaan U.D Slawu antara masa kerja dengan kapasitas
Jaya di Kecamatan Patrang hanya fungsi paru. Kelainan ini sesuai dengan
penelitian Hilson G dan Vost HVD menjadi pekerja dengan rata-rata usia
dampak lingkungan yang terjadi adalah 31-40 tahun, dengan masa kerja
tiga masalah lingkungan yang terkait sebagian besar ≤ 5 tahun dengan lama
dengan kegiatan pertambangan emas kerja ≤8 jam/hari. Proses pengolahan
skala kecil: (1) pencemaran merkuri; (2) sebagian besar masih secara manual dan
air asam tambang (AMD) dari tailing; dampak dari pertambangan batu biring
dan (3) degradasi lahan pertama dua ini adalah adanya perubahan tatalahan
dari tiga besar tersebut masalah alam. Saran penelitian ini adalah untuk
lingkungan dapat diperbaiki melalui perusahaan sebaiknya menyediakan
inisiatif teknologi, tapi yang ketiga fasilitas APD untuk keamaan pada saat
(degradasi lahan) membutuhkan bekerja, dan untuk instansi pemerintah
pendekatan yang lebih luas (Hilson diperlukan adanya pengawasan secara
Gavin, 2002). berkala untuk kesehatan keselamatan
Keadaan yang berbahaya lainnya kerja dan pengawasan kepada alam
adalah, jalan yang digunakan oleh para sehingga pertambangan batu biring ini
kuli angkut yang rawan longsor. Oleh tidak berdampak besar pada alam yang
karena jalan tersebut terbuat dari akhirnya berdampak ke manusia.
tumpukan pecahan batu sisa
pertambangan, jadi keseimbangan dari Daftar pustaka
jalan tersebut sangat rendah. Jika ada Bappekab Jember., 2010. Batu Piring.
aktivitas penambangan lagi di [diakses, 28 november 2011].
bawahnya, maka jalan di atasnya dapat Availableat:
berpotensi longsor. Namun, tidak ada http://bappeda.jemberkab.go.id
upaya perbaikan dari warga sekitar dan /index.php?option=com_conte
para pekerja sendiri. Jalan menuju nt&view=article&id=79:batu-
pertambangan keadaannya becek dan piring&catid=46:tambang&Ite
licin, jadi untuk pengendara sepeda mid=91
motor sedikit berbahaya. Damayanti, T, Yunus, F., Ikhsan, M.,
Proses pengolahan batu piring Sutjahhyo K. 2007. Hubungan
memberikan dampak negatif untuk Penggunaan Masker dengan
lingkungan yaitu pencemaran fisik Gambaran Klinis, Faal Paru
(kebisingan) dan pencemaran udara dan Foto Toraks Pekerja
khususnya bagi penduduk yang berada Terpajan Debu Semen.
di dekat lingkungan perusahaan. Majalah Kedokteran Indonesia
Sementara itu, pencemaran udara Depkes RI. 1994. Upaya Kesehatan
berupa debu yang berasal dari proses Kerja Sektor Informal di
pengolahan batu piring. Meskipun Indonesia. Materi Upaya
selama proses pemotongan sudah Kesehatan Kerja. Jakarta
menggunakan air sumur yang bertujuan Habsari ND. 2003. Penggunaan APD
untuk membasahi batu dan diharapkan bagi Tenaga Kerja. Bunga
debu yang dihasilkan dapat dikurangi. Rampai Hiperkes dan
Namun, proses pengolahan masih tetap Keselamatan Kerja. Semarang
menghasilkan debu yang dapat : Badan Peberbit UNDIP
mencemari udara di sekitar. Hal ini Hilson Gavin, Vorst RVD. 2002.
dapat menyebabkan gangguan Technology, Managerial, and
kesehatan masyarakat berupa batuk dan Policy Initiatives for Improving
pusing. Environmental Performance in
Small-Scale Gold Mining
4. Kesimpulan Industry. Jurnal Environment
Kesimpulan penelitian adalah Management
pekerja yang bekerja di pertambangan Jiyang yajian. 2013. A Stone Miner
batu piring kebanyakan berjenis With Both Silicosis and
kelamin laki-laki tetapi perempuan juga Constrictive Pericarditis: Case