Вы находитесь на странице: 1из 13

AGRIVITA VOLUME 28 No 3 OKTOBER – 2006 ISSN : 0126 - 0537

Meine van Noordwijk dan Kurniatun Hairiah : Intensifikasi Pertanian ..........................................................

INTENSIFIKASI PERTANIAN, BIODIVERSITAS TANAH


DAN FUNGSI AGRO-EKOSISTEM

(AGRICULTURAL INTENSIFICATION, SOIL BIODIVERSITY


AND AGRO-ECOSYSTEM FUNCTION)

Meine van Noordwijk1) dan Kurniatun Hairiah2)


1)
World Agroforestry Centre (ICRAF Southeast Asia), Jl. Cifor, Situ Gede, Sindang Barang, Bogor;
2)
Universitas Brawijaya, Fakultas Pertanian, Jurusan Tanah. Malang 65145

ABSTRACT over forest and Imperata grassland patches, to


values of 1-3 for agroforests and extensive
According to the „Intensification hypo- agriculture and values of 3 - 20 for monocultural
thesis‟, more intensive forms of agriculture coffee gardens and intensive horticulture and
change the belowground part of the agro- agriculture. Thresholds, related to this index
ecosystem and leads to a loss of soil biodiversity may help inform farmers and policy makers on
due to reduction in amount and diversity of the value of biodiversity conservation to
organic inputs to the belowground foodwebs, maintenance of environmental services.
through the use of agro-chemicals and by modifi-
cation of the microclimate. The changes in Keywords: Agricultural intensification, soil
belowground biodiversity may affect functionally biodiversity, agro – ecosystem
important groups, such as symbionts (important in function
nutrient cycling), ecosystem engineers
(maintaining water infiltration into the soil), and ABSTRAK
predators (pest and disease control). When
certain thresholds are passed, hydrological Menurut „Hipotesis Intensifikasi‟ yang
functions become affected, as diminished ada, bahwa meningkatnya intesifikasi pertanian
infiltration induces surface runoff and erosion, akan mengubah kondisi tanah dari suatu agro-
resulting to a downward spiral of degradation. ecosistem, yang menyebabkan hilangnya biodiver-
Such thresholds, however, are poorly defined as sitas organisme tanah karena menurunnya jumlah
yet and involve both the production of dan diversitas masukan organik kedalam rantai
agricultural goods, as wellas ecosystem services. makanannya, dan adanya penggunaan bahan
Tests of the „intensification hypothesis;‟ as such kimia serta modifikasi iklim mikro. Berubahnya
are scarce and require that the concept of land biodiversitas dalam tanah mempengaruhi grup
use intensity can be assessed without ambiguity. fungsional penting, seperti simbion (berperan
In this introduction to research results obtained penting dalam siklus hara), grup penggali tanah
in the Sumberjaya (West Lampung) benchmark (ecosystem engineer) (berperan penting dalam
area of ASB (Alternatives to Slash and Burn) mempertahankan infiltrasi tanah), dan predator
and the CSM-BGBD (Conservation and (berperan penting dalam pengendalian hama dan
Sustainable Management of Belowground penyakit). Pembuktian hipotesis tersebut jarang
Biodiversity), we introduce a quantitative index sekali dilakukan, dan untuk membuktikannya
of land use intensity, that builds on the dibutuhkan pemahaman tentang konsep
Ruthenberg index but also includes aspects of intensifikasi sistem penggunaan lahan yang
the water and nutrient balance, the use of mantap. Makalah ini berisi informasi hasil
external energy and agrochemicals. The values penelitian di Sumberjaya (Lampung Barat) yang
of the index range from below 0.5 for logged- merupakan salah satu benchmark kegiatan

Terakreditasi SK. No.: 55/DIKTI/Kep/2005

ep./2002
Meine van Noordwijk dan Kurniatun Hairiah : Intensifikasi Pertanian ..........................................................

penelitian global dari ASB (Alternatives to Slash lahan pertanian yang telah ada (intensifikasi),
and Burn) dan CSM-BGBD (Conservation and dan melalui perluasan lahan pertanian
Sustainable Management of Belowground (ekstensifikasi). Pelaksanaan kedua strategi
Biodiversity). Pada makalah ini dipaparkan tersebut membutuhkan pemahaman SDM yang
pengukuran kuantitatif Index Intensifikasi Peng- memadai agar keseimbangan ekosistem tetap
gunaan Lahan (ILUS), yang merupakan pe- terjaga.
ngembangan ILUS dari Ruthenberg. Pada peng- Akhir-akhir ini telah banyak dilaporkan
ukuran ILUS ini diperhitungkan pula beberapa dan diperdebatkan bahwa banyak fungsi ekologi
aspek penting yang berhubungan dengan peng- hutan telah hilang, yang ditandai dengan sering
gunaan air, keseimbangan hara, penggunaan terjadi bencana banjir, longsor, penurunan
energi eksternal dan bahan agro-kimia. Nilai ILUS kualitas air, kebakaran dan polusi udara. Salah satu
bervariasi mulai dari 0.5 pada hutan sekunder pemicunya adalah menurunnya biodiversitas, maka
dan padang alang-alang atau rumput-rumputan jaringan kerja internasional Millenium Ecosystem
lainnya, nilai ILUS 1 hingga 3 untuk system agroforest Assessment, MEA (2005) meletakkan aspek
dan system pertanian extensive, dan 3 hingga 20 biodiversitas tanaman dalam salah satu agenda
untuk system kopi monokultur dan system pertanian kerja utama yang perlu segera ditangani (Gambar 1).
intensif (hortikultura dan tanaman semusim lainnya). Kajiannya terutama dikaitkan dengan masalah
Batasan tersebut bermanfaat untuk meyakinkan perubahan global, peningkatan dan pemanfaatan
masyarakat dan pengambil kebijakan dalam layanan lingkungan yang bermanfaat bagi kehidupan
memahami pentingnya konservasi biodiversitas (penyediaan pangan, penyediaan air bersih), budaya
untuk mempertahankan layanan lingkungan. (spiritual, inspirasi dan pendidikan), dan sarana
penunjang (pembentukan tanah, siklus hara)
Kata kunci: Intensifikasi pertanian, biodiversitas serta regulasi (regulasi iklim, regulasi air,
tanah, fungsi agro-ekosistem regulasi hama dan penyakit dsb).
Dampak berkurangnya biodiversitas tanah
PENDAHULUAN terhadap layanan lingkungan dan produktivitas
tanaman serta upaya mempertahankan biodiversitas
Kegiatan pertanian sering dituduh pada berbagai skala (lahan, bentang lahan,
menjadi penyebab menurunnya biodiversitas regional, global) telah sering dibicarakan pada
baik di atas dan di dalam tanah, sehingga hal berbagai level, namun pelaksanaan dan
tersebut diduga menyebabkan produksi pangan implementasinya masih kurang mendapat
dan layanan lingkungan menurun seperti perhatian yang serius (Van Noordwijk dan
penyediaan air bersih, penyediaan habitat bagi Swift, 1999; Jackson et.al., 2005). Hal tersebut
fauna dan flora liar, dan kesehatan manusia. Di dikarenakan tingkat pemahaman masyarakat
lain pihak, kebutuhan pangan di Indonesia terus akan keuntungan yang diperoleh dari usaha
meningkat karena jumlah penduduk yang terus konservasi biodiversitas masih belum memadai.
meningkat dengan cepat. Pada tahun 2000, Guna meningkatkan pemahaman masyarakat
jumlah penduduk Indonesia adalah 203.406.005 dan dukungan pengambil kebijakan akan
orang (BPS, 2000), dengan peningkatan pentingnya dan manfaat biodiversitas dalam
pertahun rata-rata 1,5 % untuk periode 1990- usaha pertanian, maka sejak 1991 kelompok
2000. Sementara peningkatan produksi pertanian peneliti internasional dari berbagai disiplin ilmu
di Indonesia dari tahun 1995 hingga 2010 membentuk jaringan kerja bernama “Agro-
diperkirakan sekitar 1.3 % setiap tahunnya Biodiversity”ataudisingkat “Diversitas” (http://
(Simatupang et al., 1995), dengan demikian www.diversitas-international.org
produksi yang diperoleh tidak dapat mencukupi /cross_agriculture .html); mempunyai 3 kegiatan
kebutuhan. Guna memenuhi tuntutan kebutuhan utama, yaitu:
pangan, pemerintah menggunakan 2 strategi
dasar yaitu melalui peningkatan pendayagunaan
Meine van Noordwijk dan Kurniatun Hairiah : Intensifikasi Pertanian ..........................................................

1. Menentukan faktor-faktor yang dapat me- diversitas secara adil (bioSUSTAINA-


ningkatkan biodiversitas pada lahan pertanian BILITY)
di tingkat bentang lahan serta mengantisipasi
adanya dampak perubahan sosial dan ling-
2. PENURUNAN SUMBER DAYA LAHAN
kungan (bioDISCOVERY)
2. Memanfaatkan biodiversitas pada lahan- Di musim penghujan, banjir, erosi dan
lahan pertanian untuk meningkatkan layanan longsor terjadi dimana-mana, tetapi di musim
dan produksi lingkungan (ecosystem goods kemarau kekeringan dan kebakaran hutan sering
and services atau disingkat ecoSERVICES) mengancam, gagal panen juga sering terjadi
karena adanya serangan hama dan penyakit.
3. Meyakinkan masyarakat untuk mendukung Banyak pihak dirugikan, banyak lahan produktif
pemanfaatan biodiversitas untuk mencapai berkurang, banyak nyawa hilang, listrik padam,
pertanian yang berkelanjutan dan berbagi ke- suplai air bersih terbatas, akibatnya kondisi
untungan dari hasil konservasi agrobio- perekonomian menjadi semakin terpuruk.

Gambar 1. Hubungan biodiversitas, fungsi dan layanan ekosistem, serta kesejahteraan masyarakat.
Biodiversitas adalah variabel yang menunjukkan respon terhadap perubahan iklim global dan
biodiversitas sebagai faktor yang menyebabkan perubahan beberapa proses dan layanan
ekosistem serta kesejahteraan masyarakat (Millenium Ecosystem Assesment, 2005).
(Figure 1. Relationship of biodiversity, ecosystem functioning, ecosystem services and human well-being.
Biodiversity is both a response variable that is affected by global change drivers and a factor
that modifies ecosystem procesess and services and human well-being (Millenium Ecosystem
Assesment, 2005))
Meine van Noordwijk dan Kurniatun Hairiah : Intensifikasi Pertanian ..........................................................
Masalah-masalah tersebut di atas me- masukan bahan organik, dan jenis perakaran
nunjukkan adanya penurunan sumber daya lahan yang tumbuh dalam tanah (Giller et al., 1997;
(SDL) baik di tingkat lahan (plot) maupun Lavelle et al., 2001). Pada lahan-lahan pertanian,
lansekap/nasional dan global, antara lain ber- umumnya ada 4 masalah pokok yang berhubungan
hubungan dengan (1) Terganggunya fungsi dengan gangguan siklus atau ketersediaan hara
hidrologi DAS (jumlah dan kualitas air), (2) (di tingkat lahan), rusaknya kondisi fisik tanah
Menurunnya kesuburan tanah (rendahnya (porositas dan infiltrasi), gangguan fungsi
ketersediaan hara dan kandungan bahan organik hidrologi (tingkat DAS) dan serangan hama dan
tanah), (3) Menurunnya kualitas udara akibat penyakit tanaman. Mekanisma gangguan eko-
meningkatnya emisi gas rumah kaca (CO2, N2O, sistem pada lahan pertanian tersebut dijelaskan
CH4) melebihi daya serap daratan dan lautan, (4) secara skematis pada Gambar 2, dimana
Berkurangnya tingkat keindahan lansekap, (5) perubahan fungsi ekosistem terutama terjadi
Berkurangnya tingkat biodiversitas flora dan melalui penurunan kandungan bahan organik
fauna baik di atas tanah maupun dalam tanah. tanah (BOT) dan biodiversitas organisma tanah.
Salah satu penyebab terjadinya penurunan SDL Menurunnya fungsi ekosistem tersebut akan
adalah adanya alih guna lahan hutan menjadi menurunkan produksi tanaman dan kualitas
lahan pertanian (intensif) dengan masukan yang lingkungan seperti meningkatnya limpasan
berlebihan. permukaan dan erosi, polusi udara, tanah dan air
Alih guna lahan hutan menjadi lahan serta peledakan populasi hama (Jackson et al.
pertanian menyebabkan hilangnya beberapa 2005). Satu seri penelitian di Sumberjaya
grup fungsional organisma tanah, karena (Lampung Barat) yang berhubungan dengan
berubahnya jenis dan kerapatan tanaman yang terganggunya fungsi hidrologi di tingkat plot
tumbuh di atasnya sehingga mengubah tingkat dan kawasan akibat alih guna hutan (Van
penutupan permukaan tanah yang berdampak Noordwijk et al., 2004) merupakan salah satu
pada perubahan iklim mikro, jumlah dan macam contoh kajian yang kita bicarakan ini.

Gambar 2. Skematik dampak alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian terhadap perubahan
biodiversitas organisma tanah dan fungsi ekosistem (BOT = Bahan organik tanah)
(Figure 2. Schematic impact of forest conversion into agricultural land on below-ground biodiversity and
ecosystems function (BOT= Soil Organic Matter))
Meine van Noordwijk dan Kurniatun Hairiah : Intensifikasi Pertanian ..........................................................

3. INDEX INTENSIFIKASI PENGGUNAAN fisika dan biologi tanahnya dibawah teknik pe-
LAHAN: Dari konsep hingga indikator ngawasan penuh. Selain dari itu, juga mem-
yang dapat diukur pertimbangkan peningkatan fraksi lamanya wak-
tu lahan ditanami tanaman pangan, fraksi total
Pengelolaan sumber daya alam secara
biomas yang dipanen terhadap total biomas yang
terpadu (Integrated Natural Resource Management)
dihasilkan, jumlah pupuk, irigasi dan pestisida
pada sistem pertanian di tingkat bentang lahan
yang digunakan; dan juga mempertimbangkan
bertujuan untuk memperoleh produktivitas yang
banyaknya bahan bakar yang dipergunakan
berimbang dengan fungsi lingkungan. Namun
untuk pengolahan tanah dan kegiatan lainnya
kita masih menghadapi kesulitan dalam mengukur
(pemanenan) .
(secara kuantitatif) tingkat intensifikasi suatu sistem
penggunaan lahan pada skala yang lebih luas. Tahap pertama dalam mengembangkan
Suatu perhitungan yang mempertimbangkan Index tersebut adalah mengenal 5 sistem
segala bentuk konsekuensi adanya intensifikasi pertanian sebagai bagian dari bentang lahan:
penggunaan lahan terhadap lingkungan (bio- Rrot + Rper = 1
diversitas, tanaman dan proses-proses dalam (1a)
tanah) dan produksi tanaman. Guna mengatasi
masalah tersebut, Van Noordwijk et al. (2004) Dimana
mengembangkan persamaan Index Intensifikasi Rrot = Fraksi dari luasan yang digunakan
Sistem Penggunaan Lahan (ILUI) dan telah untuk sistem rotasi (bero)
diimplementasikan pada kegiatan penelitian Rper = Fraksi dari luasan yang digunakan
“Conservation and Sustainable Management of untuk sistem menetap (permanen), tanpa
Below-ground Biodiversity” (CSM_BGBD) ada periode „terbuka‟
project1. ILUI yang dikembangkan tersebut Rrot = Rcrop + Rfallow
merupakan gabungan antara formula generik (1b)
Index Intensitas Sistem Penggunaan Lahan yang
dirumuskan oleh Giller et al. (1997) dan Dimana
Cropping Index oleh Ruthenberg (1980), dengan Rcrop = Fraksi dari total luasan yang
mempertimbangkan aspek pengelolaan yaitu digunakan untuk tanaman semusim atau
pemupukan, penggunaan pestisida, irigasi, dan pohon sebagai satu bagian dari sistem
pengolahan tanah (dan penyiangan gulma). rotasi
Konsep ‟intensifikasi‟ disini mencakup seluruh Rfallow = Fraksi dari total luasan yang
kegiatan sistem penggunaan lahan, mulai dari ditinggalkan ‟bero‟ sebagai bagian dari
sistem yang sangat extensif ‟perladangan satu sistem rotasi, misalnya merupakan
berpindah‟ hingga sistem pertanian yang sangat ladang penggembalaan, lahan bero
intensif (hortikultura), dimana kesuburan kimia, penghasil kayu baker (semak) dan
produk lainnya (non timber forest
1
) SM-BGBD is part of global efforts to conserve and products, NTFP)
manage below ground biodiversity in connection
with the Convention on Biological Diversity. This Rper = Rpas + Rfor + Rref
global initiative is implemented in seven counties (1c)
(Brazil, Cote d‟Ivoire. India. Indonesia, Kenya, Dimana
Mexico and Uganda) and coordinated by The Rpas = Fraksi dari luasan yang digunakan secara
Tropical Soil Biology and Fertility Institute of
permanen untuk ladang penggembalaan
CIAT (TSBF-CIAT) with co-financing from the
Global Environmental Facility (GEF) and support (pasture)
form United Nation Environment Program
(UNEP).
Meine van Noordwijk dan Kurniatun Hairiah : Intensifikasi Pertanian ..........................................................

Rfor = Fraksi dari total luasan yang digunakan kondisi bero dengan intesitas penggunaan lahan
secara permanen sebagai ‟hutan‟ atau ‟sistem =0
berbasis pohon‟ (dengan permudaan alami tetapi Bilamana vegetasi yang ada dalam
tanpa ada periode ‟terbuka‟ dimana lahan sistem bero, juga memberikan produk yang
terbuka karena lapisan tanah atas hilang karena bermanfaat (misalnya padang penggembalaan
adanya galley erosion) (Catatan: Perkebunan yang menghasilkan pakan, atau penghasil kayu
atau Hutan Tanaman Industri tidak termasuk bakar), maka sistem tersebut bisa kita kelompokkan
dalam kategori ini, tetapi termasuk dalam menurut konsep „harvest index‟, yang merupakan
kategori ‟rotasi‟; sedang hutan tebang pilih atau fraksi dari total biomasa yang dipanen (baik
agroforest dengan sistem tanam ‟sisipan‟ sebagai pangan, atau sebagai pakan, atau sebagai
termasuk dalam kategori ini) kayu bakar). Sama halnya dengan „off- take
index‟ suatu istilah yang lebih luas dari harvest
Rref = Fraksi dari total luasan yang tersisa untuk
index yang umum dipakai dalam agronomi,
„refugia dan filter‟ (elemen dari suatu bentang
dapat pula dipakai pada fase „tanaman pangan‟
lahan yang sebagian besar berfungsi sebagai
untuk membedakan sistuasi dimana hanya biji
„batas‟ atau „border‟ atau lahan yang ‟tidak
(atau umbi) saja yang dipanen dan semua
jelas‟ konsep penggunaannya)
residunya diangkut keluar lahan untuk pakan.
Penentuan intensifikasi penggunaan lahan dapat
Selama periode tanaman pangan, dalam
didasarkan pada penurunan dari fraksi Rper dan
persamaannya dimasukkan pemupukan (relatif
Rfallow, dapat juga didasarkan pada peningkatan
terhadap total hara yang terangkut selama
intensitas pada fraksi Rcrop atau Rpas, dengan
panen), irigasi (relatif terhadap total air yang diserap
asumsi fraksi „permudaan alam dan filter‟ tidak
tanaman), pengolahan tanah (berdasarkan peng-
mempunyai fungsi produksi sama sekali.
gunaan bahan bakar minyak yang digunakan per
Pada sistem peladangan berpindah mencakup 3 ha relatif terhadap kandungan energi dari hasil
fase yaitu: Bero panjang, bero pendek dan yang dipanen) dan penggunaan pestisida
pertanian menetap, pada sistem ini Ruthenberg‟s (berdasarkan „agen aktif‟ dan umur paruhnya).
cropping index (RCI), dengan formula: Dengan demikian faktor intensitas tersebut bisa
RCI = Tcrop / (Tcrop + Tfallow), berlaku pada sistem yang didominasi tanaman
semusim dan sistem yang didominasi oleh
Tcrop = lamanya lahan (atau fraksi area) ditanami pohon pada periode bero dalam satu siklus
tanaman pertanian sistem produksi lahan. Kombinasi dari elemen-
elemen index intensifikasi lahan tersebut adalah:
Tfallow == lamanya lahan (atau fraksi area) pada

Crop Energy
diversity (mechanization)
Refugia,
Fertilizer Labour use
landscape filters
use

ILUI = T R Y~ M O ~F I P L E S

# crops Invasive
per year Irrigation exotics
Pesticides
Time fraction
for crop & Harvest index
fallow (Tree) (~ organic
(Ruthenberg) inputs to soil)
Meine van Noordwijk dan Kurniatun Hairiah : Intensifikasi Pertanian ..........................................................

Sehingga persamaan yang lebih spesifik, menjadi:

Rr t c 1 Bh ,c B f ,c N fertilized ,c
yc 1 1 1
tc t f Mc Bc nc Bc
Wirrigated ,c Pused ,c ,iT1 / 2,i Lc E
1 1 1 utilized ,c
10Bc / wc i pi 100 ec Bc
r
I LUI 1 Rref S
Rr t f 1 Bh , f Bf ,f N fertilized , f
Rp 1 1 1
tc t f Mf Bf nf Bf
Wirrigated , f Pused , f ,iT1 / 2,i L f Eutilized , f
1 1 1
10B f / w f i pi 100 ef Bf

Dimana huruf subscript c dan f adalah crop Wirrigated = jumlah air yang diberikan
(tanaman musiman) dan fase fallow atau bero lewat irigasi per musim tanam
(tanaman tahunan) pada suatu sistem per tahun [mm],
penggunaan lahan, dan w = efisiensi penggunaan air oleh
tc dan tf = lamanya lahan ditanami tanaman, atau produksi biomasa
tanaman pangan atau diberokan per unit air yang diuapkan [kg / l]
pada sistem rotasi (tahun), (dikalikan faktor 10 agar tidak
yc = berapa kali tanaman semusim bersatuan atau dimensionless),
ditanam per tahun Eutilized = Jumlah energi dari bahan baker
Mc dan Mf = Jumalah tanaman semusim minyak yang digunakan untuk
yang ditanam per lahan per semua kegiatan pengolahan tanah
musim tanam atau jumlah pohon dan pemanenan [MJ ha-1],
yang ditanam, e = kandungan energi dari biomasa
Bc dan Bf = (final) total biomasa tanaman semusim [MJ Mg-1],
tanaman semusim atau vegetasi Pused = Jumlah total dari bahan aktif dari
lain dalam sistem bero [Mg ha-1], pestisida yang dipakai [kg ha-1],
Bh = jumlah kumulatif bagian dari T1/2 = Umur paruh dari bahan aktif
biomasa tanaman semusim atau pestisida [tahun],
vegetasi bero yang dipanen [Mg p = rating dampak biologis dari berbagai
ha-1], bahan aktif [kg tahun ha-1],
Bf = biomasa yang dibakar [Mg ha-1], Rref = fraksi dari bentang lahan yang
Nfertilized = jumlah hara (N + P + K) yang ditinggalkan untuk „refugia‟ dan
ditambahkan melalui pemupukan filter [nilai absolut],
(bentuk inorganik atau organik), r = factor tenaga dari „refugia‟,
pada prinsipnya semua bentuk S = penyebaran spesies invasive exotics
penambahan hara dari luar [jumlah spesies].
„sistem‟ harus diperhitungkan Perbedaan perhitungan Index menurut
pula [kg ha-1], rumus tersebut diatas dengan perhitungan yang
nc = konsentrasi hara utama (N + P + K) digunakan dalam ekonomi pertanian, adalah
[kg Mg-1], terletak pada unit pengukuran dan masuknya
Meine van Noordwijk dan Kurniatun Hairiah : Intensifikasi Pertanian ..........................................................
pengaruh interaktif dari berbagai parameter Padang rumput merupakan system
dalam meningkatkan produksi pertanian. penggunaan lahan yang paling rendah tingkat
Pada ekonomi pertanian, „intensitas‟ intensifikasi penggunaannya, bahkan lebih
umumnya dipakai untuk „faktor input total rendah dari pada penggunaan hutan. Sedang
produksi‟ per unit lahan, biaya setara dengan system penggunaan lahan yang paling intensif
tenaga kerja, pupuk, pestisida, regulasi per- ditunjukkan oleh pertanian intensif
tumbuhan (pemangkasan) dan mekanisasi. Bila (hortikultura).
dilihat dari perspektif keterbatasan sumber dana
yang ada, ‟intensifikasi‟ hampir sama dengan 4. AKTIVITAS PERTANIAN DAN BIO-
‟extensifikasi‟ (karena membutuhkan tambahan DIVERSITAS DALAM TANAH
lahan untuk mengimbangi pengeluaran), tetapi
untuk skala yang lebih besar kedua strategi Biota tanah sangat sensitif terhadap gangguan
tersebut mungkin dibutuhkan untuk memenuhi oleh adanya aktivitas manusia, sebagai contoh
permintaan di masa yang akan datang. Idealnya, adanya sistem pertanian yang intensif, karena
perhitungan ekonomi pada strategi „pengelolaan intensifikasi pertanian menyebabkan berubahnya
lahan secara terpadu‟ harus mempertimbangkan beberapa proses dalam tanah. Kegiatan pertanian
pula nilai-nilai lingkungan yang terkait yang dimaksud antara lain adalah penyiangan,
dengannya, seperti yang telah dijelaskan dalam pemupukan, pengapuran, pengairan dan
formula tersebut diatas. penyemprotan herbisida dan insektisida (Gambar 3).
Budidarsono et al. (2005) melaporkan Kegiatan pertanian akan mem-pengaruhi
hasil survey sistem penggunaan lahan di kelimpahan dan aktivitas biota tanah, tetapi
Sumberjaya (Lampung Barat), dengan meng- tidak semua biota tanah menunjukkan respon
implementasikan formula ILUS (Van Noordwijk yang sama. Beberapa fungsi utama dan grup
et al., 2004), hasilnya disajikan dalam Tabel 1. biota yang berperan dalam ekosistem tanah dan
Semakin tinggi nilai I(LUI), maka semakin kegiatan pertanian yang mempengaruhinya
intensif penggunaan suatu lahan. disajikan pada Tabel 1.

Table 1. Diskripsi statistik nilai I(LUI) dari contoh lahan yang disurvey berdasarkan kategori penggunaan
lahan (N=47) di Sumberjaya, Lampung Barat (data Budidarsono et al., 2005)
Table 1. Descriptive statistics of I(LUI) of Plot Sampled in Sumberjaya, West Lampung by land use
category. (N=47) (data Budidarsono et al., 2005)

Kelompok SPL n Area (Ha) Min. Max. AVG. Median Sd.

Hutan Alami 1 0.20 - - - - -


Padang rumput (alang-
7 11.27 0.11 0.18 0.15 0.15 0.02
alang)
Hutan terganggu 1 0.20 0.40 0.40 0.40 0.40 -
Agrofores 4 8.28 0.72 2.58 1.47 1.30 0.90
Pertanian Extensive 6 6.03 0.37 12.86 2.98 0.88 4.90
Pohon monokultur 17 16.36 0.27 16.79 4.77 3.94 4.52
Pertanian Intensive 11 4.52 0.14 21.14 9.03 4.78 7.64

Total 47 46.86 - 21.14 4.37 2.51 5.67


Meine van Noordwijk dan Kurniatun Hairiah : Intensifikasi Pertanian ..........................................................

Gambar 3. Pengaruh intesifikasi pertanian terhadap biodiversitas tanah (modifikasi dari Wallwork, 1976).
Figure 3. Effect of agricultural intensification on below-ground biodiversity (modified from Wallwork,
1976)
Tabel 2. Fungsi utama organisma tanah, dan grup organisma fungsional yang dipengaruhi oleh aktivitas
pertanian (Giller et al., 1997)
Table 2. Main functions of soil organisms and group of functional biota that affected by agricultural
activities (Giller et al., 1997)

Fungsi Biologi Grup biota fungsional Kegiatan pertanian yang


mempengaruhi
1. Dekomposisi bahan organik Mikroorganisma di permukaan tanah Pembakaran, pengolahan tanah,
penyemprotan pestisida.
2. Siklus hara: Mikrofauna tanah Pengolahan tanah, pengairan,
(A) mineralisasi dan immobilisasi pemupukan, pembakaran, penyemprotan
hara pestisida
(B) Penambatan N-bebas dari udara Mikro organisma penambat N dari Pengurangan diversitas tanaman yang
udara (bebas atau bersimbiosis) ditanam (cenderung ke sistem tanaman
pangan monokultur), pemupukan
(C) Redistribusi bahan organik dan Akar, mycorrhiza, makrofauna tanah Pengurangan diversitas tanaman yang
hara ditanam, pemupukan dan pengolahan
tanah.
3. Bioturbasi Akar, makrofauna tanah Pengolahan tanah, pengairan,
penyemprotan pestisida,
4. Agregasi tanah Akar, hypa cendawan, makrofauna Pembakaran, pengurangan diversitas
dan mesofauna tanah tanaman yang ditanam dan pengolahan
tanah.
5. Pengendali populasi organisma Predator, parasit, pathogen Pemupukan, penyemprotan pestisida,
pengurangan diversitas tanaman yang
ditanam, dan pengolahan tanah.
6. Penyerapan C di udara Biomasa mikrobia (terutama Pembakaran, pengolahan tanah, masa
cendawan) bera yang singkat
Meine van Noordwijk dan Kurniatun Hairiah : Intensifikasi Pertanian ..........................................................

taksonomi hanya pada grup tertentu, (b)


4. GRUP UTAMA ORGANISMA TANAH
fungsinya dalam ekosistem tanah, (c) makanan
DAN PENGUKURANNYA
dan distribusinya dalam profil tanah, atau (c)
kombinasi ke tiganya.
Jumlah spesies organisma dalam tanah
Dalam kaitannya dengan kegiatan
sangat banyak, sehingga hampir setiap phylum
pertanian yang sehat, Swift dan Bignell (2001)
organisma tanah dapat terwakili dalam setiap
menyarankan pada kegiatan penelitian biodi-
tanah pada luasan yang kecilpun. Sebagian besar
versitas tingkat global ‟Alternatives to Slash and
organisma tanah yang ditemukan tidak kasat
Burn (ASB)‟ dan ‟Conservation and Sustainable
mata, yang harus diekstrak terlebih dahulu dari
Management of Belowground Biodiversity
tanah sebelum mereka dapat diamati dengan
(CSM-BGBD)‟, bahwa pengukuran biodiversitas
mikroskop. Banyak cara untuk mengklasifikasi-
biota tanah difokuskan pada diversitas biota
kan organisma tanah, bisa berdasarkan takso-
fungsional yang berperanan penting dalam
nomi, karakteristiknya (makanan, bentuk dan
produktivitas tanah saja (Gambar 4). Untuk itu
ukuran tubuhnya), habitat dan fungsinya. Untuk
pengklasifikasian dibatasi hanya sampai tingkat
tujuan mempelajari biodiversitas organisma
„taxa‟ saja.
tanah, para ahli ekologi membagi menurut (a)

Gambar 4. Grup utama biota fungsi-


onal (huruf besar) dan grup
fungsional subsidair dan
taxa yang ditargetkan oleh
Proyek penelitian ASB
(bentuk oval) (Swift dan
Bignell, 2001)

Figure 4. Functional group of fauna


(capital letter) and subsi-
diary functional group and
taxa targeted by ASB
research project (oval
shape) (Swift and Bignell,
2001)
Meine van Noordwijk dan Kurniatun Hairiah : Intensifikasi Pertanian ..........................................................

5. PENILAIAN BIODIVERSITAS SECARA kepentingan dan kompleksnya masalah penilaian


EKONOMI DAN EKOLOGI yang ada di lapangan (Van Noordwijk dan
Swift, 1999).
Berkaitan dengan upaya meningkatkan Penilaian biodiversitas menjadi lebih
manfaat biodiversitas di Indonesia, maka pengelolaan kompleks lagi bila aspek pengelolaan biodiversitas
lahan yang ramah lingkungan sangat dibutuhkan, juga dilibatkan, karena melibatkan kegiatan masya-
yaitu suatu cara yang dapat mengelola 'tradeoff' rakat dan pengambilan keputusan dalam melin-
antara produksi (ekonomi) dan kualitas lingkungan dungi biodiversitas. Usaha konservasi biodiversitas
(ekologi) (Gambar 5). Van Schaik dan Van di daerah tropis akan berhasil, bila kegiatan
Noordwijk (2002) mengatakan bahwa pola tanam tersebut memperoleh dukungan penuh dari masya-
polikultur berbasis pohon (Agroforest), merupakan rakat asalkan masyarakat memperoleh informasi
salah satu system yang dapat menjadi sumber dan pemahaman yang cukup tentang nilai
pendapatan petani, dan sekaligus berpotensi biodiversitas baik di atas maupun di dalam
dalam mempertahankan layanan lingkungan tanah. Untuk itu, penelitian ke arah konservasi
yang biasa diberikan oleh hutan, termasuk dengan segala aspek yang terlibat harus
didalamnya adalah mempertahankan biodiversitas diletakkan pada daftar teratas dalam agenda
asal hutan. Namun dalam prakteknya hal tersebut penelitian kita.
tidak mudah dicapai, karena adanya perbedaan

Gambar 5. Hubungan antara produktivitas pertanian (secara kovensional ditunjukkan oleh „produksi‟
dari suatu bentang lahan) dengan biodiversitas (yang berkaitan dengan jasa/layanan
lingkungan dan kondisi agro-ekosistem (Van Noordwijk et al., 2006; presentasi bisa
diakses di http://www.oired.vt.edu/sanremcrsp/other/PPVanNordwijk.pdf)
Figure 5. The relationship between agricultural productivity (conventionally represented in the flow of
„goods‟ derived from the landscape) and biodiversity (related to the flow of „environmental
services‟ and the condition of the (agro)ecosystem) (Van Noordwijk et al., 2006;
powerpoint presentations can be accessed at
http://www.oired.vt.edu/sanremcrsp/other/PPVanNordwijk.pdf)
Meine van Noordwijk dan Kurniatun Hairiah : Intensifikasi Pertanian ..........................................................

UCAPAN TERIMAKASIH Simatupang, P., Sudaryanto, T., Purwanto, A., and


Saptana, 1995. Projection and policy
Rangkaian penelitian yang dilaporkan implications of medium and long-term rice
pada edisi khusus ini merupakan kelanjutan dari
supply and demand in Indonesia. Centre for
terbitan edisi khusus AGRIVITA tahun 2004,
Volume 26, No 1 bertema Peran Agroforestri dalam Agro-Sociopeconomic Research, Bogor,
mempertahankan fungsi hidrologi. Kegiatan ini Indonesia and International Food Policy
dapat terlaksana di Sumberjaya (Lampung Research Institute, Washington, D.C.
Barat) berkat dukungan dana dari berbagai tahap Swift, M.J. and Bignell, D. 2000. Standard Methods
kegiatan Proyek penelitian Alternatives to Slash for Assessment of Soil Biodiversity and Land
and Burn Phase 3 (ASB-3) tahun 2003-2004, Use Practice. Alternatives to Slash and Burn
Conservation and Sustainable Management of
Below-ground Biodiversity (CSM-BGBD) tahun Project.
2004, dan DIKTI melalui Program Hibah Pasca Swift M J, Izac A M N and Van Noordwijk M, 2004.
Sarjana Tahun ke I dan II (2004-2005) Biodiversity and ecosystem services in
agricultural landscapes ---are we asking the
DAFTAR PUSTAKA right questions? Agriculture and ecosystems
and environment 104: 113-134.
BPS 1996 dan 2000. Produksi padi, jagung dan
kedelai tahun 2001, 2002 dan 2003. Van Noordwijk, M. and Swift, M.J. 1999.
http://www.bps.go.id/releases/Production_ Belowground biodiversity and sustainability
Of_Paddy_Maize_And_Soybeans of complex agroecosystems. In: Gafur, A.,
Giller, K. E., Beare, M. H., Lavelle, P., Izac, A. Susilo, F.X., Utomo, M., and van Noordwijk,
M. N and Swift, M. J., 1997. Agricultural M. (Eds.). Proceedings of a Workshop on
intensification, soil biodiversity and Management of Agro-biodiversity in
agroecosystem function. In: Swift M J (Ed.),
Indonesia for Sustainable Land Use and
Soil biodiversity, agricultural intensification
and agroecosystem function. Applied Soil Global Environmental Benefits. UNILA /
Ecology 6 (1): 3-16. PUSLIBANGTAN, Bogor, 19-20 August
Jackson, L., Bawa, K., Pascual, U. and Perrings, 1999. p 8- 28.
C. 2005. Agro-Biodiversity. A new Van Noordwijk, M., Utomo, M., Susilo, F.X., 2004.
science agenda for biodiversity in support Conservation and Sustainable Management of
of sustainable agroecosystems. 40 p. Below-ground Biodiver-sity in Indonesia in
(http://www.diversitas-international.org/
cross_agriculture.html) the context of the global CSM-BGBD Project.
Lavelle, P., Barros, E., Blanchart, E., Brown, G., Proc. Work-shop CSM-BGBD, 30-31 Mei
Desjardins, T., Mariani, L. and Rossi, J-P. 2003, Bogor. P 92-111.
2001. SOM Management in the tropics: Van Noordwijk, M., Agus, F., Suprayogo, D.,
Why feeding the soil macrofauna?. Hairiah, K., Pasya, G., Verbist, B. dan Farida,
Nutrient Cycling in Agroecosystems, 61: 2004. Role of agroforestry in main-tenance of
53-61.
Millenium Ecosystem Assesment, 2005. hydrological in water catchment areas. In:
Ecosystems and human well-being: A Agus, F., Farida, Van Noordwijk, M. (Eds.)
framework for assessment. http://www. Hydrological impacts of forest, agro-forestry
milleniumassessment.org/en/products.aspx and upland cropping as a basis for rewarding
Ruthernberg, H. 1980. Farming Systems in the environmental service providers in Indonesia).
Tropics. 3rd edition. Oxford: Oxford Proceeding of a workshop in
University Press.
Padang/Singkarak, West Sumatra, Indonesia,
25-28 February 2004. pp 21-35.
Meine van Noordwijk dan Kurniatun Hairiah : Intensifikasi Pertanian ..........................................................

Van Schaik, C. P. dan Van Noordwijk, M. 2002. Widianto, Suprayogo, D., Noveras, H., Widodo, R.
Agroforestry and biodiversity: are they H., Purnomosidhi, P. dan Van Noordwijk,
compatible? Dalam: Sitompul, S. M. dan M. 2004. Alih Guna Lahan Hutan Menjadi
Utami, S. R. (Eds.), Akar pertanian sehat Lahan Pertanian: Apakah fungsi hidrologis
konsep dan pemikiran. Rangkuman makalah hutan dapat digantikan sistem kopi
pemerhati pertanian sehat. Jurusan tanah monokultur ? AGRIVITA , 26 (1): 52-57.
Unibraw, hal 37-48.
Wallwork J A, 1976. The distribution and diversity
of soil fauna. Academia Press, London, New
Cork, San Francisco, 355pp

Вам также может понравиться